25
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembuatan rencana pembelajaran sangatlah penting dalam kegiatan belajar dan mengajar. Tahapan pembuatan rencana pembelajaran dimulai dengan analisis karakteristik siswa dan lingkungan. Hasil akhir dari kegiatan mengidentifikasi perilaku dan karakteristik awal peserta didik adalah menentukan garis batas antara perilaku yang tidak perlu diajarkan dan perilaku yang harus diajarkan kepada peserta didik. Selanjutnya guru dapat melakukan pembuatan tujuan instruksional. Tujuan instruksional terbagi menjadi dua yaitu tujuan instruksional khusus (TIU) dan tujuan instruksional khusus (TIK). TIU sering disebut dengan standar kompetensi. TIU telah dibuat oleh pemerintah, sehingga sebagai guru hanya melaksanakannya. Akan tetapi, guru masih perlu membuat TIK. TIK dirumuskan oleh guru setelah memperhatikan karakteristik dari peserta didiknya. Tujuan Instruksional (TIK) yang istilah lainnya adalah sempit dibanding TIU dan merupakan hasil penjabaran dari TIU dalam bentuk perilaku spesifik.dengan kata lain dapat disebutkan bahwa TIK adalah kumpulan dari pernyataan yang lebih sempit dan terinci dibandingkan TIU yang biasanya dinyatakan dengan kata kerja yang operasional, sehingga memudahkan pengajar dalam mengukur hasil belajar. Dalam proses pembuatan TIK rincian pernyataannya didasarkan pada TIU. Hal ini didasarkan pada bagan berikut ini 1

Melakukan TUjuan Instruksional Khusus

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: Melakukan TUjuan Instruksional Khusus

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pembuatan rencana pembelajaran sangatlah penting dalam kegiatan belajar

dan mengajar. Tahapan pembuatan rencana pembelajaran dimulai dengan analisis

karakteristik siswa dan lingkungan. Hasil akhir dari kegiatan mengidentifikasi

perilaku dan karakteristik awal peserta didik adalah menentukan garis batas antara

perilaku yang tidak perlu diajarkan dan perilaku yang harus diajarkan kepada peserta

didik. Selanjutnya guru dapat melakukan pembuatan tujuan instruksional. Tujuan

instruksional terbagi menjadi dua yaitu tujuan instruksional khusus (TIU) dan tujuan

instruksional khusus (TIK).

TIU sering disebut dengan standar kompetensi. TIU telah dibuat oleh

pemerintah, sehingga sebagai guru hanya melaksanakannya. Akan tetapi, guru masih

perlu membuat TIK. TIK dirumuskan oleh guru setelah memperhatikan karakteristik

dari peserta didiknya. Tujuan Instruksional (TIK) yang istilah lainnya adalah sempit

dibanding TIU dan merupakan hasil penjabaran dari TIU dalam bentuk perilaku

spesifik.dengan kata lain dapat disebutkan bahwa TIK adalah kumpulan dari

pernyataan yang lebih sempit dan terinci dibandingkan TIU yang biasanya

dinyatakan dengan kata kerja yang operasional, sehingga memudahkan pengajar

dalam mengukur hasil belajar. Dalam proses pembuatan TIK rincian pernyataannya

didasarkan pada TIU. Hal ini didasarkan pada bagan berikut ini

1

Page 2: Melakukan TUjuan Instruksional Khusus

Penulisan Tujuan Instruksionai Khusus (TIK) merupakan langkah yang sangat

penting dalam proses penyusunan desain instruksional. Sebab TIK ini menentukan

dengan tepat apakah ketrampilan, pengetahuan dan sikap yang harus dimiliki oleh

siswa setelah mengikuti suatu pelajaran. Para guru/pendidik tak ayal lagi, perlu

memiliki keterampilan dalam penulisan TIK ini. Namun lebih penting lagi ialah

melaksanakan dengan tepat TIK yang telah dirumuskan. Uraian berikut diharapkan

dapat memberikan pengetahuan dan ketrampilan para guru, dosen ataupun pendidik

lainnya tentang penulisan TIK yang tepat.

B. Rumusan Masalah

Berangkat dari latar belakang di atas, maka yang menjadi masalah dalam

makalah ini adalah :

1. Apa itu TIK?

2. Bagaimana merumuskan TIK?

3. Bagaimana enggunaan kata Kerja Operasional dalam Tujuan

Instruksional?

2

Page 3: Melakukan TUjuan Instruksional Khusus

C. Tujuan

Tujuan penulisan makalah ini yaitu:

1. Untuk mengetahui apa itu TIK

2. Untuk mengetahui bagaimana merumuskan TIK

3. Untuk mengetahui bagaimana kontroversi penggunaan kata Kerja

Operasional dalam Tujuan Instruksional.

3

Page 4: Melakukan TUjuan Instruksional Khusus

BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Tujuan Instruksional Khusus (TIK)

Fred dan Henry (dalam Nur’aini, 2011) mendefinisikan tujuan

instruksional adalah suatu pernyataan yang jelas

menunjukkan penampilan / keterampilan yang diharapkan sebagai hasil dari

proses belajar. Tujuan pembelajaran merupakan sebuah pernyataan dalam hal

spesifik dan terukur yang menggambarkan apa yang pelajar akan

tahu atau mampu lakukan sebagai hasil dari terlibat dalam kegiatan belajar.

Sedangkan Tujuan Instruksional Khusus (TIK) (dalam Suparman,

2012:192) merupakan terjemahan dari specific instructional objective. Literatur asing

menyebutkannya pula sebagai objective, atau enabling objective, untuk

membedakannya dengan general instructional objective, goal, atau terminal

objective yang berarti tujuan instruksional umum (TIU) atau tujuan instruksional

akhir.

Tujuan Instruksional (TIK) merupakan hasil penjabaran dari TIU dalam

bentuk perilaku spesifik. Dengan kata lain dapat disebutkan bahwa TIK adalah

kumpulan dari pernyataan yang lebih sempit dan terinci dibandingkan TIU yang

biasanya dinyatakan dengan kata kerja yang operasional, sehingga memudahkan

pengajar dalam mengukur hasil belajar. Dalam proses pembuatan TIK rincian

pernyataannya didasarkan pada TIU(Sodjarwo dalam Nita, 2011).

Perumusan TIK harus dilakukan secara pasti artinya pengertian yang

tercantum di dalamnya hanya mengandung satu pengertian dan tidak dapat

ditafsirkan kepada bentuk lain. Untuk itu TIK harus dirumuskan ke dalam kata kerja

yang dapat dilihat oleh mata (Suparman, 2012: 193). Perumusan TIK yang dapat

diukur, artinya tingkat pencapaian siswa dalam perilaku yang ada dalam TIK dapat

diukur dengan tes atau alat pengukur lainnya.

Menurut Soedjarwo (1995: 81) Penulisan sasaran belajar sedikitnya

menyatakan tentang: a). Isi materi dan bahasan b). Tingkat penampilan yang

4

Page 5: Melakukan TUjuan Instruksional Khusus

diharapkan c). Prasyarat pengungkapan hasil kerja. Tentunya secara ideal diharapkan

peserta didik mendapatkan perubahan secara menyeluruh, baik dalam pengetahuan

(kognitif), sikap (afektif), maupun keterampilan (motorik).

Tujuan instruksional dapat menjadi arah proses pengembangan instruksional

karena di dalamnya tercantum rumusan pengetahuan, keterampilan dan sikap yang

akan dicapai siswa pada akhir proses instruksional. Keberhasilan siswa dalam

mencapai tujuan tersebut merupakan ukuran keberhasilan sistem instruksional yang

digunakan oleh pengajar.

Dick, Carey and Carey (2009) mengulas bagaimana Robert Mager

memengaruhi dunia pendidikan di Amerika untuk merumuskan TIK dengan kalimat

yang jelas, pasti, dan dapat diukur sejak awal tahun 1960. Yang dimaksud dengan

perumusan TIK secara jelas adalah TIK yang diungkapkan secara tertulis dan

diinformasikan kepada peserta didik sehingga peserta didik dan pengajar mempunyai

pengertian yang sama tentang apa yang tercantum dalam TIK.

Perumusan TIK secara pasti, artinya TIK tersebut mengandung satu

pengertian, atau tidak mungkin dirafsirkan ke dalam pengertian yang lain. Untuk itu,

TIK dirumuskan dalam bentuk kata kerja yang dapat dilihat oleh mata (observable).

Perumusan TIK yang dapat diukur berarti bahwa tingkat pencapaian peserta

didik dalam perilaku yang ada dalam Tik itu dapat diukur dengan tes atau alat

pengukuran yanglain.

Mager menerbitkan buku tentang penulisan tujuan instruksional pada tahun

1962. Lokakarya penulisan tujuan instruksional di Amerika dilakukan secra gencar

dengan peserta ribuan guru. Namun, tujuan instruksional yang telah ditulis oleh guru

pada waktu itu mengalami nasib yang kurang menggembirakan karena dua hal

sebagai berikut: Pertama, banyak guru yang menulis tujuan instruksional

berdasarkan daftar isi buku teks yang telah ada. Dengan kata lain, tujuan

isntruksional ditulis berdasarkan isi pelajaran. Seharusnya para guru itu melakukan

hal sebaliknya. Kedua, ribuan tujuan instruksional yang telah selesai ditulis oleh guru

itu tergeletak di atas meja mereka, tidak punya dampak terhadap proses instruksional.

Setelah penulisan tujuan instruksional tersebut, tidak ada perubahan dalam praktik

kegiatan instruksional. Dick dan Carey selanjutny menyebutkan bahwa penyebab

5

Page 6: Melakukan TUjuan Instruksional Khusus

keadaan di atas adalah tidak dikaitkannya penulisan tujuan instruksional tersebt

dengan proses penyusunan desain instruksional secara keseluruhan.

Para pengajar tersebut tidak melihat pengertian yang mendalam tentang

kaitan antara penulisan tujuan instruksional tersebut dengan komponen-komponen

lain dalam sistem instruksional. Mereka lebih memandang penulisan tujuan

instruksional tersebut sebagai teknik baru dalam mwnuliskan tujuan instruksional,

sedangkan isi pelajaran, metode instruksional, dan tes yang digunakannya tetap sama

seperti yang mereka pergunakan selama ini. Inovasi itu terbatas pada penulisan

tujuan instruksional saja.

Mungkinkah kejadian di Amerika Serikat sepanjang tahun 60-an itu terjadi

pula di Indonesia saat ini? Kita tidak tahu pasti. Riset dalam bidang itu masih sangat

diperlukan.

Sejak awal tahun 1970 para pengajar di Indonesia dari tingkat sekolah dasar

(SD) sampai sekolah menengah telah ditatar dalam pengembangan instruksional

dengan menggunakan model Program Pengembangan Sistem Instruksional (PPSI).

Di samping itu, sebagian dari proses pengembangan tersebut telah dirumuskan dalam

bentuk Kurikulum tahun 1975 sebagai kurikulum yang bersifat nasional. Dalam

kurikulum tersebut, tujuan instruksional umum dan isi pelajaran telah ditetapkan.

Para pengajar Sd sampai SMTA tersebut seharusnya meneruskannya dengan

kegiatan analisis instruksional, identifikasi perilaku dan karakteristik siswa,

perumusan TIK, penulisan tes, penetuan strategi instrusional, dan penembangan

bahan instruksional bila bahan yang bersifat standar masih belum cukup.

Untuk yang terakhir ini, yaitu bahan instruksional, Departemen Pendidikan

dan Kebudayaan pada waktu itu juga telah mengeluarkan buku-buku pegangan yang

dimksudkan sebagai dasar dn patokan isi pelajaran secara nasional. Dengan

tersedianya kurikulum nasional berikut buku-buku tersebut, para guru seharusnya

masih perlu mengembangkan sendiri sistem instruksionalnya yang sesuai dengan

perilaku awal dan karakteristik awal siswa, serta fasilitas dan alat-alat yang terdapat

di sekolah dan lingkungan masing-masing. Namun pada praktiknya, mereka tidak

membuatnya sendiri melainkan menggunakan semua perangkat rencana

pembelajaran yang seragam. Di sinilah letak awal mula tidak tumbuhnya kreativitas

6

Page 7: Melakukan TUjuan Instruksional Khusus

pengajar dan penyeragaman rencana pembelajaran pada hal kondisi setiap sekolah

dan setiap daerah sangat heterogen.

Di tingkat perguruan tinggi, para dosen telah diatur dalam perencanaan proses

belajar-mengajar. Penataran ini lebih komprehensif dari yang dilakukan di Amerika

Serikat tahun 1960-an karena tidak hanya terbatas pada penulisan tujuan instrusional,

tetapi juga dalam proses belajar-mengajar secara keseluruhan. Dilihat dari segi

materi, penataran pengajaran di Indonesia lebih luas dibandingkan dengan yang

dilakukan Amerika Serikat tahun 60-an. Tiga pertanyaan yang perlu dicari

jawabanya adalah: Pertama,seberapa jauh para pengajar melihat kedudukan tujuan

instruksional tersebut sebagai dasar dalam menetapkan komponen-komponen lain

dalam sistem instruksional? Kedua, seberapa jauh para pengajar tersebut menerapkan

prosedur pengembangan instruksional kegiatan instruksionalnya? Ketiga, seberapa

jauh pengajar yang telah ditatar itu menggunakan desain instruksional yang telah

disusunya dalam kegiatan instruksional yang dilakukanya sehari-hari.

Secara nasional, perlu dicari pula tampak usaha peningkatan pengetahuan,

keterampilan, dan sikap pengajar dalam pengembangkan instruksional terhadap

presrtasi belajar belajar peserta didik.

B. Syarat- syarat Tujuan Instruksional Khusus

Tujuan Instruksional Khusus merupakan penjabaran dari Tujuan Instruksional

Umum. Dalam perumusan TIK harus memperhatikan rambu-rambu sebagai berikut:

1. Rumusan Tujuan Instruksional Khusus harus merupakan hasil belajar, bukan

proses belajar. Misalnya setelah mengikuti proses diskusi guru mengharapkan siswa

mampu mengidentifikasi ciri- ciri nilai sosial. Rumusan Tujuan Instruksional Khusus

yang benar adalah “siswa mampu mengidentifikasi nilai sosial”.

2. Perangkat Tujuan Instruksional Khusus dalam satu rencana pembelajaran

haruslah komprehensif, artinya kemampuan dituntut dalam setiap Tujuan Instrusional

Khusus hendaknya dari jenjang yang berbeda. Misalnya, jika dalam satu rencana

pembelajaran ada tiga Tujuan Instruksional Khusus, kemampuan yang dituntut

Tujuan Instruksional Khusus :

a) Dapat menjelaskan;

7

Page 8: Melakukan TUjuan Instruksional Khusus

b) Dapat memberi contoh dan ;

c) Dapat menggunakan;

3. Kemampuan yang dituntut dalam rumusan Tujuan Instruksional Khusus harus

sesuai dengan kemampuan siswa

4. Banyaknya TIK yang dirumuskan harus sesuai dengan waktu yang tersedia untuk

mencapainya (Hernawan, 2005).

C. Cakupan Tujuan Instruksional

Menurut Bloom dalam bukunya “Taxonomy of Educational

Objectives” mengolongkan tujuan pendidikan/instruksional, dalam tiga ranah, yakni:

ranah kognitif, ranah afektif dan psikomotorik

a. Kognitif (proses berfikir )

Kognitif adalah kemampuan intelektual siswa dalam berpikir, menegtahui dan

memecahkan masalah.Menurut Bloom (1956) tujuan domain kognitif terdiri atas

enam bagian :

1) Pengetahuan (knowledge)

Mengacu kepada kemampuan mengenal materi yang sudah dipelajari dari yang

sederhana sampai pada teori-teori yang sukar. Yang penting adalah kemampuan

mengingat keterangan dengan benar.

2) Pemahaman (comprehension)

Mengacu kepada kemampuan memahami makna materi. Aspek ini satu tingkat di

atas pengetahuan dan merupakan tingkat berfikir yang rendah.

3) Penerapan (application)

Mengacu kepada kemampuan menggunakan atau menerapkan materi yang sudah

dipelajari pada situasi yang baru dan menyangkut penggunaan aturan dan prinsip.

Penerapan merupakan tingkat kemampuan berfikir yang lebih tinggi daripada

pemahaman.

4) Analisis (analysis)

Mengacu kepada kemampun menguraikan materi ke dalam komponen-komponen

atau faktor-faktor penyebabnya dan mampu memahami hubungan di antara bagian

yang satu dengan yang lainnya sehingga struktur dan aturannya dapat lebih

8

Page 9: Melakukan TUjuan Instruksional Khusus

dimengerti. Analisis merupakan tingkat kemampuan berfikir yang lebih tinggi

daripada aspek pemahaman maupun penerapan.

5) Sintesa (evaluation)

Mengacu kepada kemampuan memadukan konsep atau komponen-komponen

sehingga membentuk suatu pola struktur atau bentuk baru. Aspek ini memerluakn

tingkah laku yang kreatif. Sintesis merupakan kemampuan tingkat berfikir yang lebih

tinggi daripada kemampuan sebelumnya.

6) Evaluasi (evaluation)

Mengacu kemampuan memberikan pertimbangan terhadap nilai-nilai materi untuk

tujuan tertentu. Evaluasi merupakan tingkat kemampuan berfikir yang tinggi.

Urutan-urutan seperti yang dikemukakan di atas, seperti ini sebenarnya masih

mempunyai bagian-bagian lebih spesifik lagi. Di mana di antara bagian tersebut akan

lebih memahami akan ranah-ranah psikologi sampai di mana kemampuan pengajaran

mencapai Introduktion Instruksional. Seperti evaluasi terdiri dari dua kategori yaitu

“Penilaian dengan menggunakan kriteria internal” dan “Penilaian dengan

menggunakan kriteria eksternal”. Keterangan yang sederhana dari aspek kognitif

seperti dari urutan-urutan di atas, bahwa sistematika tersebut adalah berurutan yakni

satu bagian harus lebih dikuasai baru melangkah pada bagian lain. Aspek kognitif

lebih didominasi oleh alur-alur teoritis dan abstrak. Pengetahuan akan menjadi

standar umum untuk melihat kemampuan kognitif seseorang dalam proses

pengajaran.

b. Afektif (nilai atau sikap)

Afektif atau intelektual adalah mengenai sikap, minat, emosi, nilai hidup dan

operasiasi siswa. Menurut Krathwol (1964) klasifikasi tujuan domain afektif terbagi

lima kategori :

1) Penerimaan (recerving)

Mengacu kepada kemampuan memperhatikan dan memberikan respon terhadap

sitimulasi yang tepat. Penerimaan merupakan tingkat hasil belajar terendah dalam

domain afektif.

2) Pemberian respon atau partisipasi (responding)

9

Page 10: Melakukan TUjuan Instruksional Khusus

Satu tingkat di atas penerimaan. Dalam hal ini siswa menjadi terlibat secara afektif,

menjadi peserta dan tertarik.

3) Penilaian atau penentuan sikap (valung)

Mengacu kepada nilai atau pentingnya kita menterikatkan diri pada objek atau

kejadian tertentu dengan reaksi-reaksi seperti menerima, menolak atau tidak

menghiraukan. Tujuan-tujuan tersebut dapat diklasifikasikan menjadi “sikap dan

opresiasi”.

4) Organisasi (organization)

Mengacu kepada penyatuan nilai, sikap-sikap yang berbeda yang membuat lebih

konsisten dapat menimbulkan konflik-konflik internal dan membentuk suatu sistem

nilai internal, mencakup tingkah laku yang tercermin dalam suatu filsafat hidup.

5) Karakterisasi / pembentukan pola hidup (characterization by a value or value

complex)

Mengacu kepada karakter dan daya hidup sesorang. Nilai-nilai sangat berkembang

nilai teratur sehingga tingkah laku menjadi lebih konsisten dan lebih mudah

diperkirakan. Tujuan dalam kategori ini ada hubungannya dengan keteraturan

pribadi, sosial dan emosi jiwa.

Variable-variabel di atas juga telah memberikan kejelasan bagi proses

pemahaman taksonomi afektif ini, berlangsungnya proses afektif adalah akibat

perjalanan kognitif terlebih dahulu seperti pernah diungkapkan bahwa:“Semua sikap

bersumber pada organisasi kognitif pada informasi dan pengatahuan yang kita miliki.

Sikap selalu diarahkan pada objek, kelompok atau orang hubungan kita dengan

mereka pasti di dasarkan pada informasi yanag kita peroleh tentang sifat-sifat

mereka.”

Bidang afektif dalam psikologi akan memberi peran tersendiri untuk dapat

menyimpan menginternalisasikan sebuah nilai yang diperoleh lewat kognitif dan

kemampuan organisasi afektif itu sendiri. Jadi eksistensi afektif dalam dunia

psikologi pengajaran adalah sangat urgen untuk dijadikan pola pengajaran yang lebih

baik tentunya.

c. Psikomotorik (keterampilan)

10

Page 11: Melakukan TUjuan Instruksional Khusus

Psikomotorik adalah kemampuan yang menyangkut kegiatan otot dan fisik. Menurut

Davc (1970) klasifikasi tujuan domain psikomotor terbagi lima kategori yaitu :

1) Peniruan

terjadi ketika siswa mengamati suatu gerakan. Mulai memberi respons serupa dengan

yang diamati. Mengurangi koordinasi dan kontrol otot-otot saraf. Peniruan ini pada

umumnya dalam bentuk global dan tidak sempurna.

2) Manipulasi

Menekankan perkembangan kemampuan mengikuti pengarahan, penampilan,

gerakan-gerakan pilihan yang menetapkan suatu penampilan melalui latihan. Pada

tingkat ini siswa menampilkan sesuatu menurut petunjuk-petunjuk tidak hanya

meniru tingkah laku saja.

3) Ketetapan

memerlukan kecermatan, proporsi dan kepastian yang lebih tinggi dalam

penampilan. Respon-respon lebih terkoreksi dan kesalahan-kesalahan dibatasi

sampai pada tingkat minimum.

4) Artikulasi

Menekankan koordinasi suatu rangkaian gerakan dengan membuat urutan yang tepat

dan mencapai yang diharapkan atau konsistensi internal di natara gerakan-gerakan

yang berbeda.

5) Pengalamiahan

Menurut tingkah laku yang ditampilkan dengan paling sedikit mengeluarkan energi

fisik maupun psikis. Gerakannya dilakukan secara rutin. Pengalamiahan merupakan

tingkat kemampuan tertinggi dalam domain psikomotorik.

Dari penjelasan di atas dapat dilihat bahwa domain psikomotorik dalam

taksonomi instruksional pengajaran adalah lebih mengorientasikan pada proses

tingkah laku atau pelaksanaan, di mana sebagai fungsinya adalah untuk meneruskan

nilai yang terdapat lewat kognitif dan diinternalisasikan lewat afektif sehingga

mengorganisasi dan diaplikasikan dalam bentuk nyata oleh domain psikomotorik ini.

Dalam konteks evaluasi hasil belajar, maka ketiga domain atau ranah itulah yang

harus dijadikan sasaran dalam setiap kegiatan evaluasi hasil belajar. Sasaran kegiatan

evaluasi hasil belajar adalah:

11

Page 12: Melakukan TUjuan Instruksional Khusus

a. Apakah peserta didik sudah dapat memahami semua bahan atau materi

pelajaran yang telah diberikan pada mereka?

b. Apakah peserta didik sudah dapat menghayatinya?

c. Apakah materi pelajaran yang telah diberikan itu sudah dapat diamalkan secara

kongkret dalam praktek atau dalam kehidupannya sehari-hari?

Ketiga ranah tersebut menjadi obyek penilaian hasil belajar. Diantara ketiga ranah

itu, ranah kognitiflah yang paling banyak dinilai oleh para guru disekolah karena

berkaitan dengan kemampuan para siswa dalam menguasai isi bahan pengajaran.

C. Perumusan Tujuan Instruksional Khusus

1. Hakikat dan Ragam TIK

Pada uraian sebelumnya sudah diutarakan bahwa tujuan instruksional itu ialah segala

hal yang harus dimiliki dan dapat ditampilkan siswa setelah pembelajaran. Dengan

kata lain Tujuan Instruksional Khusus adalah hasil yang diinginkan guru untuk

dimiliki oleh siswa setelah proses pembelajaran berlangsung. Diharapkan terjadinya

perubahan dan penyempurnaan diri siswa setelah melakoni proses pembelajaran

sebagaimana dirumuskan dalam tujuan instruksional khusus.

Melalui Tujuan Instruksional Khusus ini diharapkan bahwa:

a. Diri siswa:

1) Memperoleh sesuatu.

2) Merubah sesuatu yang ada dalam dirinya.

3) Menyempurnakan sesuatu.

4) Membina sesuatu.

5) Menampilkan sesuatu.

b. Kelak kemudian hari melalui diri siswa yang bertindak sebagai inovator, dapat

pula terjadi perubahan/perbaikan lingkungannya. Dengan kata lain arah sasaran TIK

ini adalah:

1) Menciptakan hal yang baru

2) Merubah apa yang sudah dimiliki oleh siswa/kehidupan/keadaan.

3) Membina dan menyempurnakan apa yang sudah ada.

4) Meningktakan sesuatu.

12

Page 13: Melakukan TUjuan Instruksional Khusus

5) Menangkal hal yang tidak diinginkan.

Objeknya adalah siswa itu sendiri, lingkungannya, masyarakat bangsa dan

negaranya. Dengan dimensi pengetahuannya, sikap, nilai, dan emosionalnya, serta

keterampilannya dengan target waktu: hari ini (kepentingan sekarang) dan besok

(masa mendatang)

Mengenai jenis ragam, TIK dapat dibedakan atas:

a. Dari segi waktu pencapaiannya

Menurut Norman E Grundlond (1976) TIK dapat dibedakan atas:

1) Tujuan yang wajib dikuasai oleh TIK yang sifatnya mendasar, esensial dan

penting yang harus dikuasai oleh siswa. Contoh: Huruf alfabetik untuk pelajaran

membaca

Bilangan untuk menghitung

Sila pancasila untuk PMP/PPKN

Letak tuts-tuts bagi pengetik dll

2) Tujuan-tujuan yang tercapai melalui suatu fase perkembangan ialah TIK yang

tidak bisa sekaligus sempurna yang dicapai oleh siswa melainkan melalui tahap

perkembangan. Contoh : menjadi pengarang harus melalui berbagai penguasaan,

kecakapan/kemahiran mengetik dengan memerlukan pelatihan/pengulangan,

kemampuan hidup bermasyarakat akan selalu berkembang dan makin sempurna.

Jadi, TIK jenis ini ada awal tetapi tidak ada akhrinya akan terus berkembang melalui

pengalaman dan kehidupannya.

3) Tujuan yang sangat ideal ialah sesuatu yang sangat sulit dicapai dalam satu kali

pukul atau dengan seketika

Contoh: Insan Pancasila sejati, taqwa, sholeh, berbudaya dll.

4) Tujuan yang dapat dicapai segera misalnya dapat membuat bagan, dapat

mengemukan pendapat tentang X, dll.

b. Melihat sifat hasil yang dicapai siswa

1) TIK yang hanya mencakup satu masalah/bidang/disiplin saja antara lain dapat

mengemukakan teori ekonomi, dapat mengemukakan nama pejabat pemerintah, dll.

13

Page 14: Melakukan TUjuan Instruksional Khusus

2) Kebalikan dari hal diatas ialah multi bidang. Contoh : dapat mengemukakan

dampak dari banjir dalam berbagai kehidupan, dapat mengemukakan sebab

urbanisasi secara menyeluruh, dll.

3) TIK yang merupakan sasaran pokok yang direncanakan, ialah segala TIK yang

memang sudah ditargetkan dan dirumuskan

4) TIK yang tersembunyi yang dicapai siswa karena proses pembelajaran atau

sebagai hasil sampingan pencapaian TIK pokok/utama. Contoh: TIK utama terampil

membuat bagan X, maka disini secara implisit dicapai hasil sampingan pemahaman

atas konsep X itu sendiri.

5) Jenis TIK lain yang setaraf dengan hal diatas (TIK yang tersebunyi) yakni

khususnya aspek keterampilan:

a) Keterampilan social/hubungan social

b) Keterampilan akademik yang akan menjadi keterampilan belajar sepanjang

hayat.

Sehubungan dengan hakikat dan jenis ragam TIK yang telah diuraikan, maka dalam

memilih dan menentukan TIK yang perlu diperhatikan adalah:

a. Kemungkinan memasukkan berbagai jenis TIK dalam suatu pembahasan.

b. Tuntutan kehidupan di hari esok bagi anak dan masyarakat.

c. Fungsionalisasi pelajaran dengan lingkungan dan kehidupan.

d. Dimensi domain/kawasan pendidikan yang lengkap (kognitif,afektif,

psikomotorik) dan berkadar taksonomi tinggi.

e. Memungkinkannya lahir proses belajar yang ideal dan manusiawi.

f. Mampu melahirkan hasil-hasil yang lebih tinggi/banyak.

g. Mampu membawakan arus pembahuruan: sekolah-peran siswa-guru.

Pengembangan tujuan/ TIK secara meluas ini seirama serta akan menunjang

kemudahan pengembangan-perluasan program/materi pelaran kelak disaat dilakukan

desain program. Bahkan dalam teori perumusan TIK, yang tepat dan benar (dilihat

dari aspek taksonomi dan materi yang harus dibawakan) adalah perumusan yang

mampu merakitkan/menggandengkan kata kunci operasional TIK dengan materi

pelajaran. Hal ini akan diuraikan tersendiri pada uraian selanjutnya.

2. Persyaratan dan Langkah Kegiatan Perumusan TIK

14

Page 15: Melakukan TUjuan Instruksional Khusus

Seperti yang telah dikemukakan sebelumnya bahwa, Tujuan Instruksional Khusus

merupakan penjabaran dari Tujuan Instruksional Umum. Dalam perumusan Tujuan

Instruksional Khusus harus memperhatikan rambu- rambu sebagai berikut.

a. Rumusan Tujuan Instruksional Khusus harus merupakan hasil belajar, bukan

proses belajar. Misalnya setelah mengikuti proses diskusi guru mengharapkan siswa

mampu mengidentifikasi ciri- ciri demokrasi. Rumusan Tujuan Instruksional Khusus

yang benar adalah “siswa mampu mengidentifikasi ciri- ciri demokrasi”. Bukan

siswa mampu mendiskusikan ciri- ciri demokrasi bukan merupakan rumusan tujuan

tetapi proses pembelajaran.

b. Perangkat Tujuan Instruksional Khusus dalam satu rencana pembelajaran

haruslah komprehensif, artinya kemampuan dituntut dalam setiap Tujuan Instrusional

Khusus hendaknya dari jenjang yang berbeda. Misalnya, jika dalam satu rencana

pembelajaran ada tiga Tujuan Instruksional Khusus, kemampuan yang dituntut

Tujuan Instruksional Khusus 1, adalah dapat menjelaskan, Tujuan Instruksional 2:

dapat memberi contoh dan Tujuan Instruksional Khusus 3: dapat menggunakan.

c. Kemampuan yang dituntut dalam rumusan Tujuan Instruksional Khusus harus

sesuai dengan kemampuan siswa.

d. Banyaknya Tujuan Instruksional Khusus yang dirumuskan harus sesuai dengan

waktu yang tersedia untuk mencapainya.

Dengan mempertimbangkan hal- hal tersebut diharapkan akan dihasilkan rumusan

Tujuan Instruksional Khusus yang dapat menjembatani pencapaian Tujuan

Instruksional Khusus. Untuk dapat membuat rumusan Tujuan Instruksional Khusus

yang benar, berikut ini disajikan komponen- komponen yang harus ada dalam suatu

rumusan.

Langkah Merumuskan TIK (tujuan intruksional khusus) yaitu terdiri dari :

a. Membuat sejumlah TIU (tujuan instruksinal umum) untuk setiap mata

pelajaran bidang studi yang akan diajarkan.

b. Dari masing-masing TIU dijabarkan menjadi sejumlah TIK yang rumusannya

jelas, khusus, dapat diamati, terukur, dan menunjukkan perubahan tingkah laku.

Dalam merumuskan TIK dapat dilakukan dengan menggunakan dua format yaitu

format Mager dan ABCD format.

15

Page 16: Melakukan TUjuan Instruksional Khusus

Format Merger

Merger merekomendasikan syarat–syarat untuk menentukan tujuan perilaku yang

ingin dicapai dalam kegiatan pembelajaran.

a. Mengidentifikasi tingkah laku terakhir yang ingin dicapai oleh pembelajar

b. Menentukan dalam kondisi bagaimana tingkah laku tersebut dapat dicapai

c. Membuat kriteria spesifik bagaimana tingkah laku tersebut dapat diterima

Uraian di atas menunjukan bahwa Merger mengemukakan tujuan tersebut

dirumuskan dengan menentukan bagaimana pembelajar harus melakukannya,

bagaimana kondisinya, serta bagaimana mereka akan melakukannya. Dalam

penjabaran TIK ini Merger melibatkan tiga aspek yaitu begaimana kondisi

pencapaian tujuan, kriteria yang ingin dicapai, serta bagaimana tingkah laku

pencapaiannya.

Merger mendiskripsikan audiense hanya sebagai murid atau pembelajar, dengan

menggunakan sebuah format ”kamu akan bisa untuk”. Para desain pembelajaran

yang menggunakan format Marger ini biasanya menggunakan ”SWABAT” yang

berarti ”the student will be able to”.

Format ABCD

Menurut Knirk dan Gustafson (1986), Ada empat komponen yang harus ada dalam

rumusan tujuan, yaitu Format ABCD digunakan oleh Institusi Pengembangan

Pembelajaran, pada prinsipnya format ini sama dengan yang dikemukakan oleh

Marger, namun pada bagian ini menambahkan dengan mengidentifikasi audiense,

atau subjek pembelajar. Unsur– unsur tersebut dikenal dengan ABCD yang berasal

dari empat kata sebagai berikut :

A = Audience

B = Behaviour

C = Condition

D = Degree

a. Audience

Audience merupakan siswa atau mahasiswa yang akan belajar, dalam hal ini pada

TIK perlu dijelaskan siapa mahasiswa atau siswa yang akan belajar. Keterangan

tentang siswa yang akan belajar tersebut harus dijelaskan secara spesifik mungkin,

16

Page 17: Melakukan TUjuan Instruksional Khusus

agar seseorang yang berada di luar populasi yang ingin mengikuti pelajaran tersebut

dapat menempatkan diri seperti siswa atau mahasiswa yang menjadi sasaran dalam

sistim instruksional tersebut.

b. Behavior

Behavior merupakan prilaku yang spesifik yang akan dimunculkan oleh mahasiswa

atau siswa tersebut setelah selesai mengikuti proses belajar tersebut . Perilaku ini

terdiri dari dua bahgian penting yaitu kata kerja dan objek. Kata kerja ini

menunjukkan bagaimana siswa mendemonstrasikan sesuatu seperti menyebutkan,

menjelaskan, menganalisis dan lainnya. Sedangkan objek menunjukkan apa yang

didemonstrasikan.

c. Condition

Condition berarti batasan yang dikenakan kepada mahasiswa atau alat yang

digunakan mahasiswa ketika ia tes.Kondisi ini dapat memberikan gambaran kepada

pengembang tes tentang kondisi atau keadaan bagaimana siswa atau mahasiswa

diharapkan dapat mendemonstrasikan perilaku saat ini di tes,misalnya dengan

menggunakan rumus tertentu atau kriteria tertentu.

d. Degree

Degree merupakan tingkat keberhasilan mahasiswa dalam mencapai perilaku

tersebut, adakalanya mahasiswa diharapkan dapat melakukan sesuatu dengan

sempurna tampa salah dalam waktu dua jam dan lainnya. Sejumlah rumusan ABCD

dalam penerapannya terkadang tidak disusun secara ber urutan namun dapat dibalik-

balikkan . Dalam praktek sehari-hari perumusan TIK terkadang hana mencantumkan

dua komponen saja , yaitu A dan B sehingga ketika diukur tidak memiliki kepastian

dalsam menyusun tes.

3. Perbendaharaan Kata-Kata Operasional dalam Perumusan Tujuan Instruksional

Jenjang istilah yang digunakan yaitu:

a. Bidang kognitif dengan jenjang:

1) Pengetahuan

2) Pemahaman,pengertian

3) Pemakaian, penggunaan

17

Page 18: Melakukan TUjuan Instruksional Khusus

4) Analisis

5) Sintesis

6) Evaluasi

Istilah yang digunakan untuk tujuan instruksional umum dan tujuan instruksional

khusus yaitu:

JENJANG PENGETAHUANIstilah untuk TIU Istilah untuk TIK1. Tahu istilah-istilah umum2. Tahu hal terperinci3. Tahu metode dan prosedur4. Tahu konsep-konsep dasar5. Tahu prinsip-prinsip

Mendefinisikan, memberikan, mengidentifikasi, memberi nama, mencocokkan, menyusun daftar, menamakan, membuat garis besar, menyatakan kembali, memilih, mencatat, meniru. menghafal

JENJANG PEMAHAMAN DAN PENGERTIANIstilah untuk TIU Istilah untuk TIK1. Memahami fakta dan prinsip2. Menginterprestasi bagan dan grafik3. Menginterprestasi secara lisan4. Mengubah bahan tulisan kata-kata menjadi rumusan matematika5. Memperkirakan akibat-akibat yang akan datang yang tercantum dalam data.6. Membenarkan metode dan prosedur

Mengubah, mempertahankan, membedakan, membandingkan, memperkirakan, mendeskripsikan, menguraikan, mengkategorikan, menarik simpulan, meramalkan, melukis kembali, membuat rangkuman

18

JENJANG PEMAKAIAN & PENGGUNAANIstilah untuk TIU Istilah untuk TIK1. Mengunakan konsep dan prinsip

terhadap situasi baru

2. Menerapkan hokum dan teori pada

situasi praktis

3. Memecahkan persoalan matematik

4. Mengkonstruksikan bagan dan grafik

5. Menunjukkan penggunaan secara benar

metode dan prosedur

Mengubah, menghitung, mendemostarisikan,

menyesuiakan, merombak, menjalankan,

menghubungkan, menggunakan, menyusun,

memproses

Page 19: Melakukan TUjuan Instruksional Khusus

19

JENJANG ANALISISIstilah untuk TIU Istilah untuk TIK1. Mengenali anggapan yang tidak

dinyatakan.

2. Mengenali kesalahan logika dalam

member alas an

3. Membedakan antara fakta dan

kseimpulan

4. Mengevaluasi hubungan antara data

5. Menganalisis struktur organisasi suatu

karya

Menganalisis, memecahkan, menyeleksi,

membuat diagram, memisahkan, membuat

garis besar, menunjukkan, memilih,

mendiagnosis, menemukan, mengakases

JENJANG SINTESISIstilah untuk TIU Istilah untuk TIK1.Menulis suatu tema yang tersusun baik

2.Memberi ceramah yang antersusun baik

3.Menulis suatu naskah pendek yang kraetif

4.Mengajukan rencana untuk suatu eksprimen

5.Merumuskan suatu bagan untuk

menggolongkan objek, kejadian atau piker

Mengkategorikan, menggabungkan,

menghimpun, menyusun kembali,

membangkitkan, menceriterakan,

menyimpulkan, menyiapkan,

merangkum, menampilkan,

merekonstruksi

JENJANG EVALUASIIstilah untuk TIU Istilah untuk TIK1.Menimbang konsistensi yang logis dari

bahan tertulis

2.Menimbang seberapa jauh suatu kesimpulan

ditunjang oleh data

3.Menimbang nilai suatu karya dengan

menggunakan criteria internal

4.Menimbang nilai suatu karya dengan

menggunakan standar kebenaran eksternal

Menilai, meperbandingkan,

mengkritik, menafsirkan,

memutuskan, menghubungkan,

menyimpulkan, menyokong,

mengakses, memproyksikan

Page 20: Melakukan TUjuan Instruksional Khusus

b. Bidang sikap serta nilai (afektif) dengan jenjang

1) Kemauan menerima

2) Kemauan menanggapi

3) Penilaian

4) Pengorganisasian

5) Karakterisasi

Istilah yang digunakan untuk tujuan instruksional umum dan tujuan instruksional

khusus yaitu:

JENJANG KEMAUAN MENERIMAIstilah untuk TIU Istilah untuk TIK1. Mengdengarkan dengan perhatian

2. Meningkatkan kesadaran akan

pentingnya belajar

3. Menunjukkan sensitifitas akan

keperluan manusia dan persoalan-persoalan

masyarakat.

4. Menerima berbagai kebiasaan

5. Menerima dengan baik segala aktivitas

kelas

Memilih, mempertanyakan,

mengikuti, memberi, menganut,

mematuhi, menggunakan, menjawab,

merasakan, meminati

JENJANG KEMAUAN MENANGGAPIIstilah untuk TIU Istilah untuk TIK1.Melengkapkan PR yang ditentukan

2.Mentaati aturan sekolah

3.Ikut serta dalam diskusi sekolah

4.Sukarela melaksankan tugas khusus

5.Menyukai menolong orang lain

Menjawab, membantu, mengajukan,

mengompromikan, menyenangi,

menyambut, mendukung, menyetujui,

menampilkan, melaporkan, memilih,

mengatakan, menolak

JENJANG PENILAIANIstilah untuk TIU Istilah untuk TIK1.Mendemostrasikan kepercayaan dalam mengasumsikan

20

Page 21: Melakukan TUjuan Instruksional Khusus

proses demokratis

2.Menghargai literature yang baik

3.Menghargai dari peranan ilmu pengetahuan

dalam kehidupan

4.Mendemostrasikan sikap pemecahan

masalah

5.Partisipasi dalam pekerjaan sosial

meyakini

melengkapi

meyakinkan

memperjelas

memprakarsai

mengimani

mengundang

menggabungkan

memperjelas

mengusulkan

menekankan

menyumbang

JENJANG PENGORGANISASIANIstilah untuk TIU Istilah untuk TIK1.mengenal kebutuhan untuk keseimbangan

antara kebebasan dan tanggung jawab dalam

demokratis

2.mengenal peranan dari perencanaan yang

sistematis dalam memecahkan maslah

3.menerima tanggung jawab untuk tingkah

lakunya sendiri

4.mengerti dan menerima kekuatan dan

keterbatasan dirinya sendiri

mencari sangkut paut

mengubah

menata

mengklasifikasikan

menkombinasikan

mempertahankan

membangun

mengelola

menegoisasikan

merembuk

21

Page 22: Melakukan TUjuan Instruksional Khusus

c. Bidang Psikomotor

JENJANG PERSEPSIIstilah untuk TIU Istilah untuk TIK1) Stimulasi sensoris

mengdengar isyarat

2) Melihat bentuk & angka

3) Menyentuh bentuk sesuatu

4) Merasakan: pahit, manis

5) Membau dan memegang

sesuatu

Melihat, mendengar, menyentuh,

mengecap, memegang

22

JENJANG KARAKTERISASIIstilah untuk TIU Istilah untuk TIK1. menunjukkan kesadaran

2. mengadakan kerja sama

dalam kelompok

3. menggunakan pendekatan

yang objektif dalam memecahkan

masalah

4. menunjukkan kerajinan

ketepatan waktu dan disiplin diri

1. mempengaruhi

2. mendengarkan

3. mengkualifikasikan

4. melayani

5. menunjukkan

6. membuktikan

7. memecahkan

Page 23: Melakukan TUjuan Instruksional Khusus

JENJANG KESIAPANIstilah untuk TIU Istilah untuk TIK

1. Kesiapan mental: memilih&

membuat sintesa

2. Kesiapan fisik

3. Kesiapan emosional:

merespon sikap yang tepat

Memilih, memisahkan,

menunjukkan, mengambil,

menimbang, mengerjakan

JENJANG RESPONS TERPIMPINIstilah untuk TIU Istilah untuk TIK

1. Imitasi: mepertunjukkan

sesuatu

2. Mengikuti: petunjuk sampai

dengan yan belun dikenal

3. Mengadakan eksprimentasi

Menirukan, meragakan,

mengerakkan, menggunakan,

menyimpulkan

JENJANG MEKANISMEIstilah untuk TIU Istilah untuk TIK1. Memilih: bahan, alat

2. Merencanakan: aktifitas &

waktu

3. Melakukan tugas dengan

baik, bertanggung jawab dan cepat

memperkirakan hasil.

Memilih, menentukan, memasang,

melakukan, mengubah, membentuk

JENJANG RESPON YANG KOMPLEKSIstilah untuk TIU Istilah untuk TIK1. Adopsi:terhadap sumber

perencanaan dan prosedur yang

tepat

Menyesuiakan, merencanakan,

menggunakan, melakukan,

melaporkan. Mendeskripsikan

23

Page 24: Melakukan TUjuan Instruksional Khusus

2. Penggunaan skill dan

memilih profesi

BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

1. TIU sering disebut dengan standar kompetensi. TIU telah dibuat oleh

pemerintah, sehingga sebagai guru hanya melaksanakannya. Akan tetapi,

guru masih perlu membuat TIK. TIK dirumuskan oleh guru setelah

memperhatikan karakteristik dari peserta didiknya. Tujuan Instruksional

(TIK) yang istilah lainnya adalah sempit dibanding TIU dan merupakan hasil

penjabaran dari TIU dalam bentuk perilaku spesifik.dengan kata lain dapat

disebutkan bahwa TIK adalah kumpulan dari pernyataan yang lebih sempit

dan terinci dibandingkan TIU yang biasanya dinyatakan dengan kata kerja

yang operasional, sehingga memudahkan pengajar dalam mengukur hasil

belajar. Dalam proses pembuatan TIK rincian pernyataannya didasarkan pada

TIU.

2. Penggunaan kata kerja operasional dalam TIK masih menjadi kontroversi.

Sebagian pihak menganggap penggunaan kata kerja operasional

menyebabkan pembelajaran menjadi sempit dan terbatas. Namun, beberapa

pihak menyatakan penggunaan kata kerja operasional digunakan untuk

mendapatkan kepastian tentang kegiatan yang direncanakan (Suparman,

2012).

3. Menurut Knirk dan Gustafson (1986), Ada empat komponen yang harus ada

dalam rumusan tujuan, yaitu Format ABCD digunakan oleh Institusi

Pengembangan Pembelajaran, pada prinsipnya format ini sama dengan yang

dikemukakan oleh Marger, namun pada bagian ini menambahkan dengan

mengidentifikasi audiense, atau subjek pembelajar. Unsur– unsur tersebut

dikenal dengan ABCD yang berasal dari empat kata sebagai berikut :

A = Audience

B = Behaviour

C = Condition24

Page 25: Melakukan TUjuan Instruksional Khusus

D = Degree

25