29
Mengembangkan Etika di Kantor Akuntan Publik: Sebuah Perspektif untuk Mendorong Perwujudan Good Governance

Mengembangkan etika di kantor akuntan publik

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: Mengembangkan etika di kantor akuntan publik

Mengembangkan Etika di Kantor Akuntan Publik:

Sebuah Perspektif untuk Mendorong Perwujudan

Good Governance

Page 2: Mengembangkan etika di kantor akuntan publik

Beberapa pelanggaran etika dalam bisnis dewasa ini telah menyeret profesi di bidangakuntansi (akuntan publik) untuk larut di dalamnya. Walaupun ini bukan persoalan yangsederhana, namun upaya konstruktif harus dikembangkan untuk meminimalisir terjadinyapelanggaran etika lebih lanjut oleh akuntan (publik).

Page 3: Mengembangkan etika di kantor akuntan publik

Perhatian atas keberlangsungan suatu praktik etika dalam bisnis dan profesi dewasa ini telah sedemikian berkembang. Situasi ini tidak terlepas dari kenyataan bahwa bisnis merupakan bidang kehidupan yang rentan atas pelanggaran-pelanggaran moral.

Pendahuluan

Page 4: Mengembangkan etika di kantor akuntan publik

Menoleh ke belakang atas beberapa peristiwa bisnis yang melibatkan akuntan, perhatian atas berlangsungnya etika seharusnya menjadisesuatu yang utama. Krisis moral dalam dunia bisnis yang sangat fenomenal padadekade ini adalah kasus “Enron”,

Page 5: Mengembangkan etika di kantor akuntan publik

Suatu kasus yang sedemikian kompleks, yangkemudian diikuti mencuatnya kasus-kasus lainnya yang melibatkan Merck, Qwest, Xerox, dan Worldcom. Kasus-kasus skandal keuangan ini tidak saja berakibat pada menurunnya kinerja perekonomian Amerika Serikat (yang ditandai dengan menurunnya harga saham di Wall Street dan indeks harga saham Dow Jones), tetapi kemudian juga merembet ke negara-negara lainnya

Page 6: Mengembangkan etika di kantor akuntan publik

Peristiwa ini kemudian memicu kalangan pemerintahan dan legislatif di Amerika Serikat untuk meninjau kembali perangkat hukum yang mengatur perusahaan (korporat) dan praktik akuntan publik. Untuk pengaturan korporat, sebagaimana terdapat dalam www.findlaw.com, dikeluarkan “Sarbanes-Oxley Act of 2002”. Serta kemudian untuk pengaturan praktik akuntan publik dikeluarkan “Public Company Accounting Reform and Investor Protection Act of 2002”

Page 7: Mengembangkan etika di kantor akuntan publik

Dalam perspektif etika, kasus inipun kemudian berimplikasi pada munculnya keraguan banyak pihak pada berbagai aspek kunci dari etika profesi akuntan. Salah satu aspek kunci tersebut adalah bersangkutan dengan independensi, sehingga dalam hal ini memaksa Kongres Amerika Serikat turun tangan untuk memperketat pengaturan praktik akuntan publik sebagaimana tersebut dalam kedua undang undang di atas.

Page 8: Mengembangkan etika di kantor akuntan publik

Sementara itu di Indonesia kasus-kasus serupa juga terjadi, misalnya kasus audit PT Telkom oleh KAP “Eddy Pianto & Rekan” (Media Akuntansi, 2003). Dalam kasus ini laporan keuangan auditan PT Telkom tidak diakui oleh SEC (pemegang otoritas pasar modal di Amerika Serikat), dan atas peristiwa ini audit ulang diminta untuk dilakukan oleh KAP yang lainnya.

Page 9: Mengembangkan etika di kantor akuntan publik

Kemudian selain itu adalah kasus penggelapan pajak yang melibatkan KAP “KPMG Sidharta Sidharta & Harsono” (KPMG-SSH) yang menyarankan kepada kliennya (PT. Easman Christensen/PTEC) untuk melakukan penyuapan kepada aparat perpajakan Indonesia untuk mendapatkan keringanan atas jumlah kewajiban pajak yang harus dibayarnya (Sinaga dkk., 2001). Sebuah kasus ironis, oleh karena pengungkapannya justru dilakukan oleh pemegang otoritas pasar modal Amerika Serikat (SEC).

Page 10: Mengembangkan etika di kantor akuntan publik

Selanjutnya berdasarkan data yang disampaikan oleh Bidang Penegakan Disiplindan Etika Profesi IAI pada Kongres Luar Biasa dan KNA IV IAI tahun 2000 menunjukkan berbagai bentuk pelanggaran yang dilakukan oleh KAP/KJA (Baidaie, 2000). Hasil review/evaluasi BPKP terhadap 91 KAP/KJA pada periode 1994-1997 yang terdapat dalam data tersebut menunjukkan bahwa:

Page 11: Mengembangkan etika di kantor akuntan publik

- 6,35% tidak memenuhi peraturan perundang-undangan yang berlaku- 7,30% tidak memenuhi sepenuhnya Kode Etik- 81,27% tidak menerapkan Sistem Pengendalian Mutu- 97,55% tidak mematuhi Standar Profesional

Akuntan Publik (SPAP).

Page 12: Mengembangkan etika di kantor akuntan publik

Bagaimanapun harus diakui, masih terdapatnya berbagai kasus pelanggaran etika di kalangan akuntan seakan menjadi bukti rapuhnya integritas akuntan, dan tidak menutup kemungkinan kondisi ini akan berakibat pada terjadinya krisis berkepanjangan pada diri profesi akuntan.

APA DAMPAKNYA LEBIH JAUH LAGI ?????

Page 13: Mengembangkan etika di kantor akuntan publik

Aspek tersebut antara lain adalah, pertama munculnya keraguan publik akan informasi laporan keuangan. Kondisi ini memaksa dilakukannya reformasi dalam asosiasi, serikat atau ikatan-ikatan akuntan di seluruh dunia. Dengan kata lain untuk mengembalikan kepercayaan publik, hal yang harus dilakukan adalah melakukan reformasi profesi akuntan.

Page 14: Mengembangkan etika di kantor akuntan publik

Reformasi dilakukan dengan menerapkan dan memantapkan regulasi diri, menghentikan jasa konsultasi untuk klien audit, melakukan rotasi tugas auditor pada klien, membatasi infiltrasi auditor ke perusahaan, serta membersihkan standar akuntansi keuangan dan aturan yang memungkinkan creative accounting.

Page 15: Mengembangkan etika di kantor akuntan publik

Dampak kedua, badan pengatur akan semakin ketat mengurusi laporan keuangan dan KAP. Untuk ini investigasi laporan keuangan oleh penegak hukum akan semakin banyak ditujukan kepada KAP. Sementara dampak ketiga, perhatian yang serius atas adanya keharusan untuk pemisahan jasa konsultasi dan jasa audit. Dan implikasi lanjutannya adalah kemungkinan munculnya banyak asosiasi investor dan federasi asosiasi investor dunia untuk melindungi kepentingan pemegang saham publik. Dengan ini maka tekanan terhadap profesi akuntan semakin berat.

Page 16: Mengembangkan etika di kantor akuntan publik

Bagaimanapun memelihara standar etis yang tinggi di antara profesional akuntan adalah persoalan kritis dalam memastikan berlangsungnya fungsi audit yang berkualitas tinggi (Cohen dkk., 1996).

Standar etis yang tinggi dan integritas akuntan dapat berlangsung dan terjaga oleh karena adanya kolektifitas situasi yang melingkupinya. Oleh karena lingkup pekerjaan akuntan berkaitan dengan aktifitas profesional yang terorganisir, kolektifitas situasi tentunya terjadi dan bersifat organisasional.

Page 17: Mengembangkan etika di kantor akuntan publik

Etika sebagai Basis Profesionalisme Akuntan

Etika, yang merupakan refleksi atas moralitas, adalah persoalan yang kompleks. Dalam bidang profesi akuntansi, praktik etika berlangsung baik karena keadaan dimensi individual akuntan maupun dimensi sosialnya. Dalam praktik akuntan publik, secara kolektif tindakan dan perilaku etis akuntan (dan staf profesional di bidang akuntansi) yang bekerja di kantor akuntan publik akan menggambarkantindakan dan perilaku etis kantor akuntan publik (KAP) sebagai organisasi yang menaungi aktifitas profesionalnya.

Page 18: Mengembangkan etika di kantor akuntan publik

Sebagai sebuah organisasi bisnis profesional, yang keberadaannya tergantung pada kepercayaan masyarakat, akuntan dan staf profesional di kantor akuntan publik secara taken for granted harus mengedepankan etika. Sehingga dalam praktik di organisasi KAP, akomodasi etika profesi di dalamnya menjadi sesuatu yang sangat penting untuk diperhatikan.

Page 19: Mengembangkan etika di kantor akuntan publik

Secara umum kode etik perilaku akuntan seharusnya memberikan pedoman yang cukup bagi akuntan untuk menjalankan perannya sebagai profesional, dan menginformasikan kepada pihak-pihak yang berkepentingan seperti investor, manajemen atau agensi pemerintah bagaimana akuntan seharusnya bertindak (Brooks, 1989; 164).

Page 20: Mengembangkan etika di kantor akuntan publik

Ada beberapa kerangka pengembangan etika di dalam suatu organisasi, sebagaimana misalnya disampaikan oleh White & Lam (2000) dan Murphy (1989). White & Lam (2000) menyampaikan bahwa ada beberapa komponen yang perlu diperhatikan untuk menuju suatu sistem organisasi yang etis dengan institusionalisasi etika.

Pengembangan Etika di Organisasi

Page 21: Mengembangkan etika di kantor akuntan publik

Scwhartz (2002) berdasarkan pandangan daribeberapa penulis sebelumnya menyebutkan pengertian kode etik, yaitu suatu dokumen formal yang tertulis dan membedakan yang terdiri dari standar moral untuk membantu mengarahkan perilaku karyawan dan organisasi.

Page 22: Mengembangkan etika di kantor akuntan publik

- Trustworthiness (yang dalam hal ini meliputi honesty, integrity, reliability,dan loyalty),- Respect (misalnya meliputi perhatian atas perlindungan hak azasimanusia),- Responsibility (meliputi juga accountability),- Fairness (meliputi penghindaran dari sifat tidak memihak, danmempromosikan persamaan),- Caring (meliputi misalnya penghindaran atas tindakan-tindakan yangmerugikan dan tidak perlu), dan- Citizenship (yang dalam hal ini meliputi penghormatan atas hukum danperlindungan lingkungan).

Page 23: Mengembangkan etika di kantor akuntan publik

Scwhartz (2002), dari hasil telaahbeberapa survei yang dilakukan oleh peneliti atau lembaga penelitian lainnya dibeberapa negara, menunjukkan prosentase (%) jumlah perusahaan yang telahmerumuskan kode etik organisasinya, yaitu: - di Amerika Serikat lebih dari 90%,- di Kanada 85%,- di Inggris Raya 57%, dan- di Jerman 51%

Page 24: Mengembangkan etika di kantor akuntan publik

Namun demikian dalam implementasinya, dampak keberadaan kode etik di perusahaan masih diperdebatkan. Di satu sisi disebutkan dan dibuktikan adanya dampak positif, tetapi di sisi lain menunjukkan yang sebaliknya.

Hasil penelitianyang dilakukan oleh Adams dkk. (2001) menunjukkan bahwa dibandingkan dengan responden dari perusahaan yang tidak mempunyai kode etik formal (tidak tertulis), responden dari perusahaan yang mempunyai kode etik formal (tertulis) menilai lebih besarnya dukungan perusahaan untuk berperilaku etis bagi mereka

Page 25: Mengembangkan etika di kantor akuntan publik

Selain itu responden ini juga merasakan adanya kepuasan atas penyelesaian dilema etis yangmereka dapati, walaupun kebanyakan dari mereka ternyata tidak dapat menyebutkan perilaku spesifik yang bagaimana yang dipersyaratkan ataupun dilarang oleh kode etik perusahaan mereka (Adams dkk., 2001). Bagaimanapun kondisi ini dapat merefleksikan kurangnya sosialisasi atas isi dari kode etikperusahaan.

Page 26: Mengembangkan etika di kantor akuntan publik

Etika sebenarnya meliputi suatu proses penentuan yang kompleks tentang apa yangharus dilakukan seseorang dalam situasi tertentu (Ward dkk., 1993), yang proses itusendiri meliputi penyeimbangan pertimbangan sisi dalam (inner) dan sisi luar (outer) yang disifati oleh kombinasi unik dari pengalaman dan pembelajaran masing-masing individu.

Pengembangan Etika dalam Konteks Organisasi KAP

Page 27: Mengembangkan etika di kantor akuntan publik

Dengan tidak mengesampingkan perhatian dan pemenuhan sesuatu yang bersifat materi, penguatan personalitas dilakukan dengan memperhatikan dan mengembangkan potensi emosionalitas (EQ) dan spiritualitas (SQ) anggota KAP.

Dengan demikian EQ mencakup pula kemampuan dalam pengendalian diri, semangat dan ketekunan, serta kemampuan untuk memotivasi diri sendiri (Goleman, 1995; xiii). Perhatian pada EQ akan dapat mengembangkan kecerdasan hati, seperti ketangguhan, inisiatif, optimisme, kemampuan beradaptasi dan empati.

Page 28: Mengembangkan etika di kantor akuntan publik

Kecerdasan spiritual adalah kecerdasan jiwa, di mana dia dapat membantu manusia untuk menyembuhkan dan membangun dirinya secara utuh (Zohar dan Marshall, 2001; 8). SQ tidak harus berhubungan dengan agama, demikian pula tidak bergantung pada budaya maupun nilai-nilai yang ada. Bagi sebagian orang SQ mungkin menemukan cara pengungkapan melalui agama formal, tetapi beragama tidak menjamin SQ tinggi (Zohar dan Marshall, 2001; 8).

Page 29: Mengembangkan etika di kantor akuntan publik

Simpulan

Mencermati berbagai malpraktik dalam bisnis dan profesi akuntan yang telah berlangsung sedemikian masif, maka dalam lingkup keorganisasian diperlukan suatu upaya pengembangan praktik etika di KAP. Pengembangan ini dilakukan baik meliputi upaya-upaya eksplisit maupun implisit. Upaya eksplisit dilakukan antara lain dengan adanya kode etik, pelatihan etika, ethics newsletter, ethics hotline,ethics officer, dan komite etika. Sementara itu upaya dalam bentuk implisit meliputireward system, sistem evaluasi kinerja, sistem promosi, budaya organisasi, kepemimpinan etis, dukungan dari manajemen puncak, dan saluran komunikasi yang terbuka