68
Yudha P Sunandar Workshop Lomba Karya Jurnalistik Tasikmalaya, 12 Mei 2012 Menulis Itu Bercerita ...

Menulis Itu Bercerita

Embed Size (px)

DESCRIPTION

Ketika berhadapan dengan aktivitas menulis, seringkali orang merasa kikuk dan bingung. Padahal, menulis itu hanyalah aktivitas bercerita, tetapi menggunakan media teks. Dalam slide ini peserta diajak untuk membuat cerita menarik melalui tulisan.

Citation preview

Page 1: Menulis Itu Bercerita

Yudha P SunandarWorkshop Lomba Karya Jurnalistik

Tasikmalaya, 12 Mei 2012

Menulis Itu Bercerita...

Page 2: Menulis Itu Bercerita

Nama : Yudha P SunandarPanggilan : YudhaStatus : MenikahPendidikan : Universitas PadjadjaranAktivitasBlogger & Praktisi Citizen JournalismPenulis Teknologi Informasi dan Citizen

JournalismAsisten Manajer bidang Media Divisi

Pengkajian dan Penerbitan (DPP) Salman ITBPemimpin Redaksi SalmanITB.comGeneral Manager SalmanRadio.comPengurus Masyarakat Mandiri Informasi

(MMI) Jabar

Who Am I...???

Page 3: Menulis Itu Bercerita

Apa yang Teman-Teman Bayangkan tentang menulis

Jurnalistik?

Page 4: Menulis Itu Bercerita

“...pekerjaan intelektual kita bukan menulis, tetapi bercerita...”

Islaminur PempasaWartawan Senior Pikiran Rakyat Bandung

Page 5: Menulis Itu Bercerita

Gossip

Literacy

Multimedia

Page 6: Menulis Itu Bercerita

Kita Bercerita dengan ...

Page 7: Menulis Itu Bercerita

Orisinalitas / Keaslian

Lengkap Data & Fakta

Gaya Bercerita

Sudut Pandang Berbeda

Bahasanya Sederhana

Isunya Dekat

Show, Not Tell

Menginspirasi

Cerita Menarik Jika...

Page 8: Menulis Itu Bercerita

Orisinalitas Cerita• Asli, bukan saduran apalagi contekan.• Digali berdasarkan pengalaman langsung

penulis.• Banyak orang menghargai cerita langsung

daripada cerita yang disadur dari orang lain dan media.

• Waspada! Sekali Anda mencontek atau menggunakan karya orang lain, Anda tidak akan dipercaya selamanya.

Page 9: Menulis Itu Bercerita

Alex jatuh dari tangga. Ketika itu, dia sedang berjalan sambil membaca buku. Kejadian ini membuatnya lututnya terluka. Semua orang menolongnya dan menasihatinya untuk tidak melakukannya lagi.

Sudah halaman 30 ketika Alex menginjakkan kaki pertama anak tangga lantai 2. “Brug,” tiba-tiba terdengar dentuman seperti benda jatuh dari arah tangga. Semua orang melihatnya. “Aduh... Aduh...” tampak Alex mengerang kesakitan di bawah tangga. Rupanya dia jatuh dari tangga. Tangannya memegang lututnya yang tampak kesakitan. Darah merah deras mengucur seketika, membanjiri lututnya. Orang-orang yang ada di sekitar situ langsung menghampiri Alex. “Makanya, jangan jalan sambil baca buku,” nasihat salah seorang dari mereka.

Gaya Bercerita

Page 10: Menulis Itu Bercerita

Andai aku punya sayapAkan aku ajak ibu ke pasarMelewati kemacetanDan tiba dengan cepatAndai aku punya sayapBapak aku antar ke kantorAdik juga aku ajakBiar ke berangkat bersamaSungguh asyik punya sayapBisa melihat kota dari atasSenang aku punya sayapDan ingin ini jadi nyata

Andai aku punya sayapIbu aku ajak ke pasarBapak aku antar ke kantorTapi, dipikir-pikir, ribet juga yah punya sayapKetika duduk bersandar di sekolah, sayap saya akan tertekanPasti sakitTidur pun tidak bisa terlentangKalau hujan, pasti kebasahan kalo harus terbangMending tidak usah punya sayap, dehDan saya bersyukur jadi manusia

Sudut Pandang Berbeda

Page 11: Menulis Itu Bercerita

Era liberalisasi informasi saat ini harus disikapi dengan ketahanan diri yang optimal. Bila tidak, dapat menyebabkan degradasi hati yang dapat menyebabkan meningkatnya problematika kehidupan yang sudah semakin kompleks ini.

Remaja hendaknya meningkatkan pertahanan diri sebaik-baiknya dalam menghadapi zaman kebebasan informasi. Bila tidak, bisa menyebabkan penurunan kualitas hati. Hal ini bisa menyebabkan meningkatnya masalah-masalah dalam kehidupan. Padahal, hidup saja sudah rumit.

Bahasanya Sederhana

Page 12: Menulis Itu Bercerita

12

PANJANG KALIMAT

KETERBACAAN

8 kata atau kurang Sangat mudah dipahami

11 kata Mudah dipahami

14 kata Agak mudah dipahami

17 kata Standar

21 kata Agak sulit dipahami

25 kata Sulit dipahami

29 kata atau lebih Sangat sulit dipahami

Panjang Kalimat vs Keterbacaan

Page 13: Menulis Itu Bercerita

Meskipun harga Bahan Bakar Minyak (BBM) tidak jadi naik, tapi harga-harga di masyarakat sudah mulai naik. Salah satu yang saya temui adalah di tukang gorengan. Banyak dari mereka yang menaikkan harga dagangannya. Bila tidak naik, ukurannya pun jadi lebih kecil dari biasanya.

Meskipun BBM batal naik, tapi harga-harga di masyarakat terlanjur naik. Salah satu yang saya temui di tukang gorengan. Menurut Ketua Asosiasi Pedagang Gorengan, Cecep, 70 persen anggotanya menaikkan harga dari Rp. 500 menjadi Rp. 700. Sedangkan 30 persen lainnya memilih memperkecil ukurannya. Pisang goreng, yang biasanya berukuran 5 Cm, menjadi 3 Cm.

Lengkap Data & Fakta

Page 14: Menulis Itu Bercerita

Deskriptif Naratif

Memperkuat pernyataan secara referensial

Gunakan 5 Indera

Page 15: Menulis Itu Bercerita

Deskriptif

Referensi

Contoh

Analogi

Testimoni

Angka & Statistika

Page 16: Menulis Itu Bercerita

Referensi

Public Relations atau kehumasan, menurut definisi Public Relations Society of America (1998) adalah membantu institusi dan publik untuk beradaptasi dalam hubungan saling menguntungkan, dan sinergis satu sama lain. Definisi ini senada dengan hasil riset terhadap ratusan pemimpin lembaga PR, yaitu: “Kehumasan adalah fungsi manajerial yang membantu membangun dan menjaga hubungan saling menguntungkan, dalam hal komunikasi, pemahaman, penerimaan dan kerjasama antara organisasi dan publiknya”.

Page 17: Menulis Itu Bercerita

Referensi

Plato dan gurunya, Socrates, hidup ketika era awal penulisan menyapu Yunani. Menggunakan Socrates sebagai salahsatu karakter dalam “Dialogues”-nya, Plato mengekspresikan kekhawatirannya mengenai perubahan masyarakat yang diakibatkan oleh penulisan. Pertama, Plato percaya bahwa menulis itu berbahaya karena menulis bisa merusak ingatan manusia. Kedua, karena gagasan penulis bisa disalahartikan oleh pembaca.

Page 18: Menulis Itu Bercerita

Referensi

“Man Jadda wa Jadda,” begitulah hikmah yang ingin disampaikan oleh Negeri 5 Menara. Sang penulis ingin mengajarkan bahwa bekerja keras adalah salah satu kunci kehidupan. Lebih dari itu, orang yang bekerja keras selalu mendapatkan solusi atas permasalahan yang selalu dihadapinya.

Page 19: Menulis Itu Bercerita

Contoh

Dari kejadian sehari-hari, seringkali pesan-pesan publikasi ternyata memiliki berbagai kendala praktis, cara penulisan, kurangnya unsur penting berita hingga nilai berita itu sendiri. Untuk mendapatkan publikasi media, adalah memberi editor, dan reporter apa yang mereka inginkan: berita.

Page 20: Menulis Itu Bercerita

Contoh

Suardi, temen saya yang hobi ngebut itu, nasibnya kini harus berakhir di rumah sakit. Sebuah kecelakaan yang menimpanya tadi malam, telah membuat kakinya patah. Padahal, dari dulu saya sudah mengingatkannya untuk berkendara tidak lebih dari 40 Kilometer per jam saja. Namun, dia tidak menggubris apa yang saya sampaikan.

Page 21: Menulis Itu Bercerita

Analogi

Sesosok hantu bergentayangan di dunia—hantu uang alam kehadiran elektronik imaterialnya, tak mempunyai bentuk tak mempunyai rupa. Ia mengendap-endap mengitari bola bumi siang malam; ia tak kenal batas negara juga tak kenal musim. Si liar aneh ini masih begitu baru penampilannya di penta bumi sehingga kita belum mempunyai nama untuknya.

Page 22: Menulis Itu Bercerita

Analogi

Hidup ini bagaikan roda. Kadang di atas, tak jarang juga di bawah. Siklus ini selalu berulang setiap waktu, tidak mengenal siapa pun juga. Yang harus kita lakukan adalah bersiap diri untuk menghadapi siklus ini. Ketika di atas, kita tidak boleh sombong dan harus ingat bahwa kita ada di bawah. Ketika di bawah, kita juga harus selalu terpacu untuk bekerja keras.

Page 23: Menulis Itu Bercerita

Testimoni

Persentuhan dengan publik, membuat konsekuensi lain yang ternyata semakin meningkatkan motivasi untuk menulis. ”Ketika karya puisi saya ditempel, dampaknya luar biasa, meskipun nilainya tidak ada apa-apanya, tapi itu menjadi semacam tonggak awal bagi saya untuk sering nulis,” kata Muhtar.

Page 24: Menulis Itu Bercerita

Testimoni

Menulis adalah proses yang tidak cepat. Ketika kita mampu bersabar berkarya, orang pun akan menghargainya. Seperti yang terjadi pada teman saya, Amin. “Saya butuh waktu 6 tahun untuk tulisan saya dimuat di koran Kompas,” paparnya. Ketika itu terjadi, tulisannya sebulan sekali menghiasi halaman koran terbesar di Indonesia tersebut. Honornya pun sudah lebih dari 1 juta Rupiah setiap pemuatan tulisannya.

Page 25: Menulis Itu Bercerita

Statistika

Kucuran anggaran yang masuk ke Papua juga tidak sedikit, melalui anggaran otonomi khusus, Papua boleh jadi adalah provinsi yang memiliki anggaran terbesar. Rp 10 triliun diberikan dalam 2002 hingga 2006. Rencananya, Rp 17 triliun lain dikucurkan ke sana. Belum lagi dana APDB yang tahun 2007 saja mencacat angka Rp 5,371 triliun. Kekayaan dan anggaran yang relative sangat besar itu belum mampu menolong taraf hidup masyarakat Papua. Hampir 80 persen keluarga yang bermukim di Papua tergolong miskin, bahkan miskin absolut.

Page 26: Menulis Itu Bercerita

Statistika

Angka siswa yang tertangkap basah mencontek setiap hari semakin banyak saja. Bila semester lalu ada 30 dari 360 siswa yang ketahuan mencontek. Semester ini jumlahnya meningkat hingga 120 orang siswa yang ketahuan mencontek. Hal ini mengindikasikan bahwa siswa tidak segan lagi untuk mencontek. Bisa jadi, di masa yang akan datang, mencontek adalah hal yang lumrah terjadi di lingkungan sekolah.

Page 27: Menulis Itu Bercerita

Lihat Dengar Rasa Sentuh BauKampung mungil itu dilingkungi bukit-bukit. Posisinya seperti sebuah cawan raksasa. Sawah berundak-undak di timur, diapit dua bukit yang tak terlalu tinggi

Krraaak…

Bruugg...

Tok... Tok... Tok...

Sepahit ampas kopi

Semanis gula putih

Seasam mangga muda

Air yang hangatPasir lembut di sela jemari

Hembusan angin yang membelai

Renyahnya kulit pecah yang terinjak

Udara segar

Amis ikan

Aroma cemara

Seharum melati

Naratif

Page 28: Menulis Itu Bercerita

Kenaikan harga BBM, memancing naiknya harga bahan-bahan pokok. Umumnya, kenaikan berkisar antara 10 – 30 persen. Di tingkat nasional saja, cabai naik dari 7 ribu menjadi 8 ribu per kilogramnya. Kenaikan ini juga membuat jutaan orang jatuh ke lubang kemiskinan.

Kenaikan BBM memancing kenaikan harga-harga. Salah satu yang saya temui di tukang gorengan. Menurut Cecep, pedagang gorengan, dirinya menaikkan harga dari Rp. 500 menjadi Rp. 700. Sedangkan pedagang lainnya, Asep, memilih memperkecil ukurannya. Pisang goreng, yang biasanya berukuran 5 Cm, menjadi 3 Cm.

Kedekatan Isu

Page 29: Menulis Itu Bercerita

Think Globally, Act Locally

“...disebut juga Glocal, mengaplikasikan isu-isu di tingkat global ke dalam nilai-nilai di tingkat lokal...”

Page 30: Menulis Itu Bercerita

Glocal Examples• Kenaikan harga BBM, berdampak pada harga

dan ukuran gorengan• Karena biaya pendidikan mahal, masyarakat

banyak yang menyelenggarakan Sekolah Rumah (Home Schooling)

• Menjelang pengumuman SNMPTN, Masjid Salman ITB banyak dikunjungi lulusan SMA ketika waktu dhuha

• Rini, karyawan Salman ITB, ingin Masjid Salman ITB seperti Masjid Nabawi, Madinah

Page 31: Menulis Itu Bercerita

Air Sungai Kotor

Airnya berwarna hitam pekat. Saking pekatnya, dasar sungai pun sudah tidak terlihat. Baunya seperti bau bangkai. Di beberapa bagian sungai, sampah dan bangkai hewan menumpuk menjadi satu. Lalat hijau pun berterbangan di atasnya.

Orang Gila

Rambutnya gimbal dan panjang hingga punggung. Kulitnya berwarna cokelat kehitaman dan dipenuhi oleh daki dan tanah. Mulutnya tertutup oleh kumis dan jenggot. Hidungnya mengeluarkan ingus hingga menyebar di kumisnya. Saking pekatnya ingus di kumisnya, tak jarang lalat berwarna hijau pun hinggap di atasnya.

Show, Not Tell

Page 32: Menulis Itu Bercerita

• Positive Journalism• Journalism of Hope• Epiphanic Journalism• Peer Journalism

Jurnalisme yang mengangkat kemuliaan (dignity) manusia, sekalipun manusia

mengalami nasib yang tidak baik (fate).

Inspirative Journalism

Page 33: Menulis Itu Bercerita

Kelaparan dan penyakit busung lapar alias honger odim (HO) menyusul terjadinya kekeringan parah mulai menghantui sebagian warga Kab. Indramayu. Terjadi krisis daya beli yang hebat, terutama melanda masyarakat yang berada di kecamatan dan desa-desa terpencil. Berdasarkan pemantauan “PR”, Selasa (19/8), ancaman kelaparan terlihat merata di kecamatan yang selama ini dilanda kekeringan parah. Terbentang dari Kec. Krangkeng di Indramayu Timur sampai Haurgeulis di Indramayu Barat.Di Krangkeng dan Karangampel, terutama di perbatasan dengan Indramayu-Cirebon, sebagian warga sudah tidak mampu lagi makan nasi. Terjadi krisis daya beli hebat sehingga sebagian dari mereka terpaksa makan nasi atau sega aking. Mereka yang terpaksa makan nasi aking ialah warga miskin atau prasejahtera. Mereka sudah tidak mampu lagi membeli beras dan hanya mampu membeli nasi aking.Nasi aking mereka beli dengan harga Rp. 500,00/Kg. Nasi bekas yang dijemur itu ditanak kembali untuk makan sehari-hari, itu pun hanya mampu dua kali sehari. Kondisi memprihatinkan itu jadi gambaran umum di warga Krangkeng dan Karangampel terutama di desa-desa terpencil dekat pesisir pantai dan perbatasan dengan Cirebon seperti melanda sekira 250 KK Blok Lebak Terate Ds. Singakerta Krangkeng. Warga sudah lebih sebulan ini terpaksa makan nasi aking dengan lauk seadanya seperti ikan asin dan sambal.

Nasi Aking I

Page 34: Menulis Itu Bercerita

Adanya warga yang mulai makan nasi aking menjadi petunjuk telah terjadi krisis daya beli hebat. Indramayu juga berada dalam ancaman kelaparan, hal ini merupakan alamat buruk bagi derajat gizi dan kesehatan masyarakat. Ribuan anak-anak balita di desa-desa terpencil itu terancam kelaparan dan kekurangan gizi. Ancaman kelaparan juga berpotensi munculnya penyakit busung lapar atau HO, penyakit yang pernah melanda Indramayu sekira tahun 1970.

“Kami kesulitan beli beras, terpaksa makan sega aking. Hanya, bila ini berlarut-larut, bisa benar-benar kelaparan. Sega aking ini pertahanan terakhir kami, lalu bagaimana dengan nasib anak-anak,” tutur warga Singakerta.

Ancaman kelaparan dan penyakit busung lapar juga menghantui warga Indramayu di kecamatan lainnya. Setidaknya menghantui sekira 127 ribu KK warga prsejahtera yang berada tersebar di 24 kecamatan di daerah yang terparah dilanda bencana kekeringan. “Ancaman kelaparan berpotensi terjadi pada warga prasejahtera. Di Indramayu jumlahnya 127 ribu KK. Kita berusaha menyediakan bantuan mengatasi situasi darurat ancaman kelaparan itu,” tutur Kabag Perekonomian, Drs. H. Tjastana.

Nasi Aking I

Page 35: Menulis Itu Bercerita

Krisis Daya Beli

Dari pemantauan di desa-desa terpencil, Indramayu tak lagi cuma rawan, tetapi sudah benar-benar krisis daya beli. Warga prasejahtera sudah benar-benar tak punya uang, meski hanya sekedar untuk membeli beras murah (Raskin). Krisis daya beli hebat juga melanda warga di Haurgeulis. Terutama di desa-desa terpencil yang merupakan masyarakat sekitar wilayah hutan milik Perhutani setempat. Di antaranya melanda warga Ds. Situraja, Balaraja, Bantarwaru, Sanca, Gantar, dan sekitarnya.

Krisis daya beli itu menyusul kemarau panjang yang sudah berlangsung dalam lima bulan terakhir. Di Haurgeulis, krisis daya beli terkait gagalnya areal pertanian di daerah setempat. Ditambah lagi sumber air satu-satunya di Haurgeulis, yakni Waduh Cipancuh sudah kering-kerontang hingga melumpuhkan sedikitnya 3.000 ha sawah.

“Jangankan beli lauk pauk, sekedar menebus Raskin saja sudah tidak bisa. Kami makan sehari sekali, itu pun tanpa lauk-pauk. Sekedar ikan asin juga tidak sanggup beli,” tutur akhmad (42) dan Kusen (45) warga Blok Sarkamal Ds. Situraja.

Nasi Aking I

Page 36: Menulis Itu Bercerita

Warga di Situraja dan sekitarnya sudah tidak memiliki kemampuan membeli. Kalau selama ini masih bisa makan, tidak lain karena berutang atau menggadaikan barangnya. “Kalau sekarang bisa makan, itu karena gadai barang atau berutang. Kita sudah sangat kesulitan,” tutur mereka.

Sementara itu, Bupati Indramayu H. Irianto M.S. Syafiuddin mulai melakukan “turba” (turun ke bawah) meninjau desa-desa yang dihantui kelaparan. Bahkan di Singakerta, Bupati Irianto memberi bantuan empat ton beras dan dua tangki air bersih.

Informasi yang diperoleh “PR”, pemkab mulai mengalokasikan beras dan dana bantuan untuk mengantisipasi kemungkinan meluasnya kelaparan. Bupati Irianto meminta agar warga yang terancam kelaparan segera melapor ke kuwu atau camat agar bisa segera memperoleh bantuan.***

Nasi Aking I

Page 37: Menulis Itu Bercerita

Makan nasi aking bagi keluarga Kamali (43) adalah hal biasa. Bersama istrinya, Carimah (39) dan anak-anaknya Kamali menjalani hidup kekurangan. Membina keluarga selama 11 tahun, Kabpaten Indramayu ini sudah terbiasa makan tidak enak, kalau diukur dengan selera masyarakat punya.Kamali berpenghasilan pas-pasan. Memasuki musim panen, dia bekerja menjadi buruh tani. Atau kala ada yang mengjaka, dia menjadi buruh bangunan sebagai laden. Jika tidak ada proyek, atau sedang tidak musim panen, Kamali menjadi pengemudi becak. Penghasilannya paling banyak hanya Rp 20.000 sehari. Seringnya paceklik penumpang.Di gubuknya yang hanya berdinding bilik, Carimah mengasuh kedua anaknya, Yanto (11) dan Sumiyati (6). Yanto duduk di bangku kelas 6, sedangkan adiknya baru kelas 1 madrasah. Carimah pun tanpa pekerjaan. Mau menjadi pembantu rumah tangga, tentu di kampung miskin itu tidak ada rumah yang memerlukan pembantu. Carimah hanya mengerjakan pekerjaan rumah tangga, dan kadang-kadang membantu tetangganya, membungkus kerupuk asin untuk dijajakan keliling kampung.“Suami tidak mengizinkan saya ke Arab, juga tidak mengizinkan saya jadi pembantu rumah tangga ke Jakarta. Kasihan anak-anak. Biarlah kami hidup apa adanya, yang penting anak-anak bisa sekolah. Maunya sih nyekolahin anak sampai jadi sarjana. Tapi karena keuangan sulit, sampai SMP saja saya sudah senang,” kata Carimah.

Nasi Aking II

Page 38: Menulis Itu Bercerita

Kamali memang tidak mau melepaskan istrinya menjadi tenaga kerja wanita ke Arab. Dia juga pernah memarahi calo TKI yang membujuk istrinya untuk bekerja meninggalkan suami dan anaknya. Tentu saja dia tidak mendapatkan penghasilan besar selain dari pekerjaannya sebagai buruh.

Pagi hari, Carimah mengantarkan suami menarik becak. Tak lama dia juga menyiapkan sarapan buat kedua anaknya yang akan berangkat sekolah. Siang hari anak-anaknya kembali ke gubuk reyot itu. Sore hari, kedua anaknya ke madrasah di kampung itu, tidak jauh dari rumah mereka.

Sore hari, setelah tidak ada penumpang, Kamali kemudian berkeliling kota ke rumah makan yang sudah dia kenal. Tentu saja bukan untuk makan-makan. Dia membeli nasi sisa rumah makan tersebut. Selalu saja ada pelanggan yang tidak menghabiskan nasinya.

Oleh pegawai rumah makan itu, nasi tersebut tidak dibuang, tapi dimasukkan ke kantong plastik. Nasi sisa, yang dalam bahasa setempat disebut nasi aking itu, dijual seharga Rp 750,- sekilonya. “Kalau yang tercampur banyak ikan dan sayurnya, harganya Cuma Rp 500. Tapi nanti susah dicucinya,” kata dia.

Nasi aking memang adalah nasi bekas. Setelah dibeli, nasi itu kemudian dicuci hingga bekas kuah dan lauk pauknya bisa dibersihkan. Setelah bersih, nasi itu kemudian dijemur selama sehari. Setelah kering, nasi itu mengeras seperti kerasnya beras. Kemudian nasi itu ditanak kembali, bak menanak beras menjadi nasi. Tugas bersih membersihkan nasi ini dilakukan berdua oleh Kamali dan Carimah.

Nasi Aking II

Page 39: Menulis Itu Bercerita

Sementara itu, di saat anak-anak mereka mengaji, Carimah pergi ke pasar untuk berbelanja. Tidak seperti itu rumah tangga lain yang pergi ke pasar pagi hari, perempuan berkulit legam karena kepanasan ini berbelanja sore hari. Selain membantu kenalannya beres-beres lapak, dia juga membeli barang apkiran. “Saya beli sayur atau lauk yang sudah tidak dibeli orang, supaya harganya murah,” katanya.

Menjelang maghrib, dia sudah kembali ke rumah. Maka dia pun menanak nasi aking, dan memasak sayur dan lauk apkiran tersebut. Yang paling dsukai suaminya adalah sambal pedas, ditambah mentimun, dan ikan asin. Sedangkan anak-anaknya suka telur goreng, dan ceker ayam.

Masakan rampung sebelum adzan maghrib. Sang suami mandi di kamar mandi kampung di ujung jalan belakang kampung. Selesai mandi, Kamali pergi ke masjid untuk shalat berjamaah, sekaligus menjemput kedua anaknya.

Usai maghrib, mereka bertiga pulang ke gubuk itu. Di bawah lampu temaram, Carimah menggelar tikar, menyiapkan makanan: setumpuk nasi aking, satu telor ayam yang dibagi dua, dua pasang ceker ayam, sambal, mentimun, dan lalap sederhana lainnya.

Nasi Aking II

Page 40: Menulis Itu Bercerita

Mulailah mereka santap malam sambil bercengkrama. Kamali menanyakan bagaimana sekolah si sulung hari ini. Dia juga meminta Yanto untuk segera mengerjakan PR setelah shalat Isya. Setelah itu dia minta anak sulungnya untuk segera tidur, dan tidak terlalu larut, supaya besok bisa sekolah. Bunyi gemerutuk gigi si bungsu jelas terdengar ketika dia mengunyah ceker ayam. Kemudian tangan-tangan kecil itu meraup nasi aking. Sedangkan Kamali tampak keluar keringat, karena rasa sambal pedas yang menendang. Carimah hanya senyum-senyum melihat tingkah laku ketiga buah hatinya.

Usai makan Kamali dan Carimah membantu membimbing anak-anaknya mengerjakan PR sekolah. Jam 21.00 Yanto dan Sumiyati sudah tidak terdengar lagi tawanya. Keduanya lelap. Tak lama suami istri itu pun memejamkan matanya, setelah kenyang makan nasi aking. Kurang gizi memang, tapi makanan tak bergizi itu mampu menopang kemesraan keluarga.***

Nasi Aking II

Page 41: Menulis Itu Bercerita

Inspirative Journalism

• Bad news is news, good news is the best• Tidak mengeksploitasi kelemahan, akan tetapi

mengungkapkan kekuatan di balik kelemahan• Mengaitkan informasi apa pun dengan

kepentingan manusia• Secara halus, mendorong penulisnya untuk

memaparkan solusi dan membuat pembacanya untuk bergerak menawarkan bantuan.

Page 42: Menulis Itu Bercerita

Setengah Isiatau

Setengah Kosong???

Page 43: Menulis Itu Bercerita

Mengangkat Kekuatandi Balik Kelemahan

Page 44: Menulis Itu Bercerita

How About This...???

Page 45: Menulis Itu Bercerita

More Examples

Conventional• Garuda Jatuh, 20

Penumpang Hangus• Mak Ratmi, Kurus Kering

Karena Nasi Aking• Aids Mencuri Sebagian

Hidupnya• Bobotoh Persib Menjebol

Benteng Stadion• Ruang Kelas Bocor, Belajar

Siswa Terganggu

Inspiring• Garuda Jatuh, 115

Penumpang Selamat• Keluarga Utuh Kendati

Makan Nasi Aking• Tetap Berkarya Bersama

Aids• Bobotoh Persib Bisa

Dipersuasi• Beratap Langit Pun Tak

Mematahkan Semangad Mereka Belajar

Page 46: Menulis Itu Bercerita

journalistic

Page 47: Menulis Itu Bercerita

Diurna

Journal

Journalistic

Etimologi:

makna: Harian

Page 48: Menulis Itu Bercerita

“...menceritakan aktivitas harianyang menarik untuk publik...”

Page 49: Menulis Itu Bercerita

P E R S

jurnalis

Page 50: Menulis Itu Bercerita

Media Massa

Page 51: Menulis Itu Bercerita

Colecting

Presenting

Publishing

Page 52: Menulis Itu Bercerita

Jurnalistik

News

Straight

Feature

Views

Artikel

Opini

Kolom

Tajuk Rencana

Page 53: Menulis Itu Bercerita

Perbedaan Produk Jurnalistik

News• Faktual (berdasarkan

fakta)• Objektif• Umumnya

menyampaikan peristiwa

Views• Fakta hanya dipilih

untuk memperkuat pandangan penulis

• Subjektif• Umumnya

menyampaikan pendapat tentang sesuatu hal

Page 54: Menulis Itu Bercerita

5W + 1H

Page 55: Menulis Itu Bercerita

What

Who

WhenWhere

Why

How

Page 56: Menulis Itu Bercerita

5W+1H

So What

NEWS

Page 57: Menulis Itu Bercerita

Bagaimana cara mengumpulkan

informasi?

Page 58: Menulis Itu Bercerita

Reportase

ObservasiWawancara

Pustaka

Page 59: Menulis Itu Bercerita

• Terjun ke lapangan langsung.• Melakukan proses pengamatan dengan

memfungsikan panca-inderanya guna mendeskripsikan suasana

• Catat hal-hal yang dilihat, didengar, disentuh, dicium, dan dikecap

• Deskripsi:– Ruang: panjang, lebar, tinggi, volume– Waktu: kini, kemarin, yang akan datang– Warna, Rasa, Bau

Observasi

Page 60: Menulis Itu Bercerita

• Melakukan riset dengan menelaah data pustaka: buku, data publik, dokumentasi, bahan online, makalah, pidato, dan lain sebagainya.

• Dilakukan sebelum dan setelah observasi dan wawancara. Umumnya sebagai pelengkap kegiatan observasi dan wawancara.

• Data pustaka umumnya menjadi rujukan utama untuk tulisan pelengkap.

• Cantumkan sumber pustaka.

Pustaka

Page 61: Menulis Itu Bercerita

• Melakukan percakapan dengan orang-orang yang memiliki kewenangan pada informasi tertentu.

• Tujuannya adalah mengumpulkan data, fakta, dan pendapat nara sumber.

• Kuncinya adalah kepercayaan dan empati.

Wawancara

Page 62: Menulis Itu Bercerita

Lingkaran Narasumber

Narsum 4

Narsum 1

Page 63: Menulis Itu Bercerita

Persiapan Wawancara

• Menyiapkan peralatan: recorder, buku catatan, ballpoint, termasuk cadangannya

• Menyiapkan daftar pertanyaan: pertanyaan terbuka, pertanyaan tertutup, kapan itu akan ditanyakan

• Melakukan riset tentang tema wawancara• Melakukan riset tentang narasumber• Menghubungi narasumber untuk menentukan hari,

waktu, dan tempat wawancara

Page 64: Menulis Itu Bercerita

Pelaksanaan Wawancara• Menggunakan pakaian yang rapih dan santun.• Hadir tepat waktu di tempat yang telah

disepakati• Memperkenalkan diri, asal, dan tujuan

wawancara kepada nara sumber.• Memulai percakapan dengan narasumber. Catat

hal-hal penting yang disampaikan narasumber.• Ingatkan narasumber bila wawancara sudah

berlangsung.• Jangan tulis atau rekam bila narasumber

meminta pemaparannya “off the record”• Bersikap empati

Page 65: Menulis Itu Bercerita

Setelah Wawancara

Evaluasi hasil wawancaraPelihara hubungan baik dengan narasumberSegera menyusun cerita dari wawancara

Page 66: Menulis Itu Bercerita

Mendung menggelayut pekat di atas kota Bandung. Sore itu, Mukti Mukti menggaungkan dendangnya di kafe Gedung Indonesia Menggugat (GIM) Bandung. Im Books, sebuah toko buku di GIM, tengah merayakan ulang tahunnya yang pertama. Sekitar 20 orang undangan hanyut mendengarkan nyanyian Mukti.

Begitu juga dengan Budi Pramono (25). Dia duduk di samping kanan panggung menyaksikan pertunjukan musik akustik sore itu.

Ada yang membedakan Budi Pramono dari undangan lainnya. Kedua tangannya tidak bisa bergerak bebas. Jari-jarinya terkuncup kaku. Persendian di sikunya membentuk sudut sekitar 60 derajat dan tidak bisa diluruskan.

Begitu pun dengan kakinya. Persendian di lututnya membentuk sudut sekitar 120 derajat dan tidak bisa diluruskan. Bila berjalan, tampak pincang.

Perbedaan ini juga melanda organ di kepalanya. Nafasnya tersenggol-senggol untuk bicara. Untuk menyampaikan sebuah kalimat berisi 5-7 kata pun, butuh usaha yang besar. Beberapa kali saya harus mendekatkan telinga saya ke mulutnya. Hal ini saya lakukan agar mampu menangkap apa yang Budi sampaikan.

Budi is Different...

Page 67: Menulis Itu Bercerita

Kebetulan di dekatnya ada Sinta Ridwan, sastrawan sekaligus peneliti naskah kuno. “Om Yudha, kenalkan, ini Budi. Sastrawan, lho,” sahut Sinta kepada saya. Saat itu, Budi memang sedang memperlihatkan puisi-puisinya kepada Sinta. Puisinya berhasil masuk dalam buku Wirid Angin, kumpulan puisi Majelis Sastra Bandung. Ada tiga puisi jumlahnya.

Saya dan Sinta bersama-sama langsung membaca puisi Budi. Kami berdua terenyuh sekaligus terpesona. Kata-katanya begitu merdeka dan positif. Pilihan katanya tepat dan mengesankan.

Budi kemudian menyodorkan kartu namanya kepada saya. Sebuah kartu nama berwarna biru-putih dengan nama Muhammad Budi Pramono, sang pemiliknya. Di sudut kirinya tertera logo bertuliskan Bilic. Bilic sendiri singkatan dari Bandung Independent Living Center, merupakan lembaga non-pemerintah yang mendorong kemandirian orang-orang berkebutuhan khusus.

***

Budi is Different...

Page 68: Menulis Itu Bercerita

Mobile Number: 081573013026Facebook: facebook.com/yudhaps

Email: [email protected]: myudhaps.wordpress.com