Upload
universitas-negeri-medan
View
1.473
Download
4
Embed Size (px)
DESCRIPTION
beberapa pengertian model-model pembelajaran yang dapat digunakan oleh guru saat proses belajar mengajar.
Citation preview
1. Model-model Pembelajaran
Model pembelajaran adalah seluruh rangkaian penyajian materi ajar yang meliputi segala
aspek sebelum sedang dan sesudah pembelajaran yang dilakukan guru serta segala fasilitas
yang terkait yang digunakan secara langsung atau tidak langsung dalam proses belajar
mengajar.
2. Strategi Pembelajaran
Strategi pembelajaran adalah suatu kegiatan pembelajaran yang harus dikerjakan guru dan
siswa agar tujuan pembelajaran dapat dicapai secara efektif dan efisien atau suatu set materi
dan prosedur pembelajaran yang digunakan secara bersama-sama untuk menimbulkan hasil
belajar pada siswa.
3. Metode Pembelajaran
Metode pembelajaran adalah suatu cara yang dipakai untuk merealisasikan strategi
pembelajaran sehingga tujuan pembelajaran dapat dicapai secara optimal.
Model – model Pembelajaran Yang Sesuai Dengan Kurikulum 2013
Berdasarkan Permendikbud Nomor 65 Tahun tentang Standar Proses, model pembelajaran yang
diutamakan dalam implementasi Kurikulum 2013 adalah model pembelajaran Inkuiri (Inquiry
Based Learning), model pembelajaran Discovery (Discovery Learning), model pembelajaran
berbasis projek (Project Based Learning), dan model pembelajaran berbasis permasalahan
(Problem Based Learning).
Berikut adalah contoh kegiatan dalam model pembelajaran dikaitkan dengan pendekatan saintifik
(5M).
i. Model Inquiry Learning
Model pembelajaran Inkuiri biasanya lebih cocok digunakan pada pembelajaran
matematika, tetapi mata pelajaran lainpun dapat menggunakan model tersebut asal sesuai
dengan karakteristik KD atau materi pembelajarannya.
Langkah-langkah dalam model inkuiri terdiri atas:
1. Observasi/Mengamati berbagi fenomena alam.
Kegiatan ini memberikan pengalaman belajar kepada peserta didik bagaimana
mengamati berbagai fakta atau fenomena dalam mata pelajaran tertentu.
2. Mengajukan pertanyaan tentang fenomana yang dihadapi.
Tahapan ini melatih peserta didik untuk mengeksplorasi fenomena melalui
kegiatan menanya baik terhadap guru, teman, atau melalui sumber yang lain.
3. Mengajukan dugaan atau kemungkinan jawaban.
Pada tahapan ini peserta didik dapat mengasosiasi atau melakukan penalaran
terhadap kemungkinan jawaban dari pertanyaan yang diajukan.
4. Mengumpulkan data yang terakait dengan dugaan atau pertanyaan yang diajukan.
Pada kegiatan tersebut peserta didik dapat memprediksi dugaan atau yang paling
tepat sebagai dasar untuk merumuskan suatu kesimpulan.
5. Merumuskan kesimpulan-kesimpulan berdasarkan data yang telah diolah atau
dianalisis.
Peserta didik dapat mempresentasikan atau menyajikan hasil temuannya.
ii. Model Discovery Learning.
Langkah – langkah dalam model Discovery Learning terdiri atas :
1. Stimulation (memberi stimulus).
Pada kegiatan ini guru memberikan stimulan, dapat berupa bacaan, atau gambar,
atau situasi, sesuai dengan materi pembelajaran/topik/tema yang akan dibahas,
sehingga peserta didik mendapat pengalaman belajar mengamati pengetahuan
konseptual melalui kegiatan membaca, mengamati situasi atau melihat gambar.
2. Problem Statement (mengidentifikasi masalah).
Dari tahapan tersebut, peserta didik diharuskan menemukan permasalahan apa
saja yang dihadapi, sehingga pada kegiatan ini peserta didik diberikan
pengalaman untuk menanya, mencari informasi, dan merumuskan masalah.
3. Data Collecting (mengumpulkan data).
Pada tahapan ini peserta didik diberikan pengalaman mencari dan mengumpulkan
data/informasi yang dapat digunakan untuk menemukan solusi pemecahan
masalah yang dihadapi. Kegiatan ini juga akan melatih ketelitian, akurasi, dan
kejujuran, serta membiasakan peserta didik untuk mencari atau merumuskan
berbagai alternatif pemecahan masalah, jika satu alternatif mengalami kegagalan.
4. Data Processing (mengolah data).
Kegiatan mengolah data akan melatih peserta didik untuk mencoba dan
mengeksplorasi kemampuan pengetahuan konseptualnya untuk diaplikasikan pada
kehidupan nyata, sehingga kegiatan ini juga akan melatih keterampilan berfikir
logis dan aplikatif.
5. Verification (memferifikasi).
Tahapan ini mengarahkan peserta didik untuk mengecek kebenaran atau
keabsahan hasil pengolahan data, melalui berbagai kegiatan, antara lain bertanya
kepada teman, berdiskusi, atau mencari sumber yang relevan baik dari buku atau
media, serta mengasosiasikannya sehingga menjadi suatu kesimpulan.
6. Generalization (menyimpulkan).
Pada kegiatan ini peserta didik digiring untuk menggeneralisasikan hasil
simpulannya pada suatu kejadian atau permasalahan yang serupa, sehingga
kegiatan ini juga dapat melatih pengetahuan metakognisi peserta didik.
iii. Problem Based Learning
Model pembelajaran ini bertujuan merangsang peserta didik untuk belajar melalui
berbagai permasalahan nyata dalam kehidupan sehari-hari dikaitkan dengan pengetahuan
yang telah atau akan dipelajarinya.
Langkah-langkah pembelajaran sebagai berikut:
1. Mengorientasi peserta didik pada masalah.
Tahap ini untuk memfokuskan peserta didik mengamati masalah yang menjadi
objek pembelajaran.
2. Mengorganisasikan kegiatan pembelajaran.
Pengorganisasian pembelajaran salah satu kegiatan agar peserta didik
menyampaikan berbagai pertanyaan (atau menanya) terhadap malasalah kajian.
3. Membimbing penyelidikan mandiri dan kelompok.
Pada tahap ini peserta didik melakukan percobaan (mencoba) untuk memperoleh
data dalam rangka menjawab atau menyelesaikan masalah yang dikaji.
4. Mengembangkan dan menyajikan hasil karya.
Peserta didik mengasosiasi data yang ditemukan dari percobaan dengan berbagai
data lain dari berbagai sumber.
5. Analisis dan evaluasi proses pemecahan masalah.
Setelah peserta didik mendapat jawaban terhadap masalah yang ada, selanjutnya
dianalisis dan dievaluasi.
iv. Project Based Learning
Model pembelajaran ini bertujuan untuk pembelajaran yang memfokuskan pada
permasalahan komplek yang diperlukan peserta didik dalam melakukan insvestigasi dan
memahami pembelajaran melalui investigasi, membimbing peserta didik dalam sebuah
proyek kolaboratif yang mengintegrasikan berbagai subjek (materi) dalam kurikulum,
memberikan kesempatan kepada para peserta didik untuk menggali konten (materi)
dengan menggunakan berbagai cara yang bermakna bagi dirinya, dan melakukan
eksperimen secara kolaboratif.
Langkah pembelajaran dalam project based learning adalah sebagai berikut:
1. Menyiapkan pertanyaan atau penugasan proyek.
Tahap ini sebagai langkah awal agar peserta didik mengamati lebih dalam
terhadap pertanyaan yang muncul dari fenomena yang ada.
2. Mendesain perencanaan proyek.
Sebagai langkah nyata menjawab pertanyaan yang ada disusunlah suatu
perencanaan proyek bisa melalui percobaan.
3. Menyusun jadwal sebagai langkah nyata dari sebuah proyek.
Penjadwalan sangat penting agar proyek yang dikerjakan sesuai dengan waktu
yang tersedia dan sesuai dengan target.
4. Memonitor kegiatan dan perkembangan proyek.
Guru melakukan monitoring terhadap pelaksanaan dan perkembangan proyek.
Peserta didik mengevaluasi proyek yang sedang dikerjakan.
5. Menguji hasil.
Fakta dan data percobaan atau penelitian dihubungkan dengan berbagai data lain
dari berbagai sumber.
6. Mengevaluasi kegiatan/pengalaman.
Tahap ini dilakukan untuk mengevaluasi kegiatan sebagai acuan perbaikan untuk
tugas proyek pada mata pelajaran yang sama atau mata pelajaran lain.
v. Model Pembelajaran Kontekstual (CTL)
Pembelajaran Kontekstual adalah konsep pembelajaran yang mendorong guru untuk
menghubungkan antara materi yang diajarkan dan situasi dunia nyata siswa dan juga
mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dan
penerapannya dalam kehidupan mereka sehari-hari.
Langkah-langkah pembelajaran kontekstual :
1. Memilih tema
2. Menentukan konsep-konsep yang dipelajari
3. Menentukan kegiatan –kegiatan untuk investigasi konsep-konsep terdaftar
4. Menentukan mata pelajaran terkait(dalam bentuk diagram)
5. Mereviu kegiatan-kegiatan & mata pelajaran yang terkait
6. Menentukan urutan kegiatan
7. Menyiapkan tindak lanjut
Perbedaan CTL dengan Pembelajaran Konvensional
Apa perbedaan pokok antara pembelajaran CTL dan pembelajaran konvensional
seperti yang banyak diterapkan sekolah sekarang ini? Di bawah ini dijelaskan secara
singkat perbedaan kedua model tersebut dilihat dari konteks tertentu.
1. CTL menempatkan siswa sebagai subjek belajar, artinya siswa berperan aktif
dalam setiap proses pembelajaran dengan cara menemukan dan 1 menggali sendiri
materi pelajaran. Sedangkan, dalam pembelajaran konvensional siswa ditempatkan
sebagai objek belajar yang berperan sebagai penerima informasi secara pasif.
2. Dalam pembelajaran CTL, siswa belajar melalui kegiatan kelompok, seperti kerja
kelompok, berdiskusi, saling menerima dan memberi. Sedangkan dalam pembelajaran
konvensional siswa lebih banyak belajar secara individual dengan menerima,
mencatat, dan menghafal materi pelajaran.
3. Dalam CTL, pembelajaran dikaitkan dengan kehidupannyata secara riil,
sedangkan dalam pembelajaran konvensional, pembelajaran bersifat teoretis dan
abstrak.
4. Dalam CTL, kemampuan didasarkan atas pengalaman, sedangkan dalam
pembelajaran konvensional kemampuan diperoleh melalui latihan-latihan.
5. Tujuan akhir dari proses pembelajaran melalui CTL adalah kepuasan
diri sedangkan dalam pembelajaran konvensional, tujuan akhir adalah nilai atau
angka.
6. Dalam CTL, tindakan atau perilaku dibangun atas kesadaran diri sendiri, misalnya
individu tidak melakukan perilaku tertentu karena ia menyadari bahwa perilaku itu
merugikan dan tidak bermanfaat sedangkan dalam pembelajaran konvensional,
tindakan atau perilaku individu didasarkan oleh faktor dari luar dirinya, misalnya
individu tidak melakukan sesuatu disebabkan takut hukuman atau sekadar untuk
memperoleh angka atau nilai dari guru.
7. Dalam CTL, pengetahuan yang dimiliki setiap individu selalu berkembang sesuai
dengan pengalaman yang dialaminya, oleh sebab itu setiap siswa bisa terjadi
perbedaan dalam memaknai hakikat pengetahuan yang dimilikinya. Dalam
pembelajaran konvensional hal ini tidak mungkin terjadi. Kebenaran yang
dimiliki bersifat absolut dan final, oleh karena pengetahuan dikonstruksi oleh orang
lain.
8. Dalam pembelajaran CTL, siswa bertanggung jawab dalam memonitor dan
mengembangkan pembelajaran mereka masing-masing sedangkan dalam
pembelajaran konvensional guru adalah penentu jalannya proses pembelajaran.
9. Dalam pembelajaran CTL, pembelajaran bisa terjadi di mana saja dalam konteks dan
setting yang berbeda sesuai dengan kebutuhan sedangkan dalam pembelajaran
konvensional pembelajaran hanya terjadi di dalam kelas.
10. Oleh karena tujuan yang ingin dicapai adalah seluruh aspek perkembangan siswa,
maka dalam CTL keberhasilan pembelajaran diukur dengan berbagai cara, misalnya
dengan evaluasi proses, hasil karya siswa, penampilan, rekaman, observasi,
wawancara, dan lain sebagainya sedangkan dalam pembelajaran konvensional
keberhasilan pembelajaran biasanya hanya diukur dari tes.
Beberapa Model-model Pembelajaran Yang Dapat Dilakukan Dalam Kelas
1. Metode Ceramah
Metode pembelajaran ceramah adalah penerangan secara lisan atas bahan
pembelajaran kepada sekelompok pendengar untuk mencapai tujuan pembelajaran
tertentu dalam jumlah yang relatif besar. Seperti ditunjukkan oleh Mc Leish (1976),
melalui ceramah, dapat dicapai beberapa tujuan. Dengan metode ceramah, guru dapat
mendorong timbulnya inspirasi bagi pendengarnya.
Gage dan Berliner (1981:457), menyatakan metode ceramah cocok untuk
digunakan dalam pembelajaran dengan ciri-ciri tertentu. Ceramah cocok untuk
penyampaian bahan belajar yang berupa informasi dan jika bahan belajar tersebut sukar
didapatkan.
2. Metode Diskusi
Metode pembelajaran diskusi adalah proses pelibatan dua orang peserta atau lebih
untuk berinteraksi saling bertukar pendapat, dan atau saling mempertahankan pendapat
dalam pemecahan masalah sehingga didapatkan kesepakatan diantara mereka.
Pembelajaran yang menggunakan metode diskusi merupakan pembelajaran yang bersifat
interaktif (Gagne & Briggs. 1979: 251).
Menurut Mc. Keachie-Kulik dari hasil penelitiannya, dibanding metode ceramah,
metode diskusi dapat meningkatkan anak dalam pemahaman konsep dan keterampilan
memecahkan masalah. Tetapi dalam transformasi pengetahuan, penggunaan metode
diskusi hasilnya lambat dibanding penggunaan ceramah. Sehingga metode ceramah lebih
efektif untuk meningkatkan kuantitas pengetahuan anak dari pada metode diskusi.
3. Metode Demonstrasi
Metode pembelajaran demonstrasi merupakan metode pembelajaran yang sangat
efektif untuk menolong siswa mencari jawaban atas pertanyaan-pertanyaan seperti:
Bagaimana cara mengaturnya? Bagaimana proses bekerjanya? Bagaimana proses
mengerjakannya. Demonstrasi sebagai metode pembelajaran adalah bilamana seorang
guru atau seorang demonstrator (orang luar yang sengaja diminta) atau seorang siswa
memperlihatkan kepada seluruh kelas sesuatau proses. Misalnya bekerjanya suatu alat
pencuci otomatis, cara membuat kue, dan sebagainya.
Kelebihan Metode Demonstrasi :
a. Perhatian siswa dapat lebih dipusatkan.
b. Proses belajar siswa lebih terarah pada materi yang sedang dipelajari.
c. Pengalaman dan kesan sebagai hasil pembelajaran lebih melekat dalam diri siswa.
Kelemahan metode Demonstrasi :
a. Siswa kadang kala sukar melihat dengan jelas benda yang diperagakan.
b. Tidak semua benda dapat didemonstrasikan.
c. Sukar dimengerti jika didemonstrasikan oleh pengajar yang kurang menguasai apa
yang didemonstrasikan.
4. Metode Ceramah Plus
Metode Pembelajaran Ceramah Plus adalah metode pengajaran yang menggunakan
lebih dari satu metode, yakni metode ceramah yang dikombinasikan dengan metode
lainnya. Ada tiga macam metode ceramah plus, diantaranya yaitu:
a. Metode ceramah plus tanya jawab dan tugas
b. Metode ceramah plus diskusi dan tugas
c. Metode ceramah plus demonstrasi dan latihan (CPDL)
5. Metode Resitasi
Metode Pembelajaran Resitasi adalah suatu metode pengajaran dengan
mengharuskan siswa membuat resume dengan kalimat sendiri.
Kelebihan Metode Resitasi adalah :
a. Pengetahuan yang diperoleh peserta didik dari hasil belajar sendiri akan dapat diingat
lebih lama.
b. Peserta didik memiliki peluang untuk meningkatkan keberanian, inisiatif,
bertanggung jawab dan mandiri.
Kelemahan Metode Resitasi adalah :
a. Kadang kala peserta didik melakukan penipuan yakni peserta didik hanya meniru
hasil pekerjaan orang lain tanpa mau bersusah payah mengerjakan sendiri.
b. Kadang kala tugas dikerjakan oleh orang lain tanpa pengawasan.
c. Sukar memberikan tugas yang memenuhi perbedaan individual.
6. Metode Eksperimental
Metode pembelajaran eksperimental adalah suatu cara pengelolaan pembelajaran
di mana siswa melakukan aktivitas percobaan dengan mengalami dan membuktikan
sendiri suatu yang dipelajarinya. Dalam metode ini siswa diberi kesempatan untuk
mengalami sendiri atau melakukan sendiri dengan mengikuti suatu proses, mengamati
suatu obyek, menganalisis, membuktikan dan menarik kesimpulan sendiri tentang obyek
yang dipelajarinya.
7. Metode Study Tour (Karya wisata)
Metode study tour Study tour (karya wisata) adalah metode mengajar dengan
mengajak peserta didik mengunjungi suatu objek guna memperluas pengetahuan dan
selanjutnya peserta didik membuat laporan dan mendiskusikan serta membukukan hasil
kunjungan tersebut dengan didampingi oleh pendidik.
8. Metode Latihan Keterampilan
Metode latihan keterampilan (drill method) adalah suatu metode mengajar dengan
memberikan pelatihan keterampilan secara berulang kepada peserta didik, dan
mengajaknya langsung ketempat latihan keterampilan untuk melihat proses tujuan,
fungsi, kegunaan dan manfaat sesuatu (misal: membuat tas dari mute). Metode latihan
keterampilan ini bertujuan membentuk kebiasaan atau pola yang otomatis pada peserta
didik.
9. Metode Pengajaran Beregu
Metode pembelajaran beregu adalah suatu metode mengajar dimana pendidiknya
lebih dari satu orang yang masing-masing mempunyai tugas. Biasanya salah seorang
pendidik ditunjuk sebagai koordinator. Cara pengujiannya setiap pendidik membuat soal,
kemudian digabung. Jika ujian lisan maka setiap siswa yang diuji harus langsung
berhadapan dengan team pendidik tersebut
10. Peer Theaching Method
Metode Peer Theaching sama juga dengan mengajar sesama teman, yaitu suatu
metode mengajar yang dibantu oleh temannya sendiri.
11. Metode Pemecahan Masalah (problem solving method)
Metode problem solving (metode pemecahan masalah) bukan hanya sekadar
metode mengajar, tetapi juga merupakan suatu metode berpikir, sebab dalam problem
solving dapat menggunakan metode-metode lainnya yang dimulai dengan mencari data
sampai pada menarik kesimpulan.
Metode problem solving merupakan metode yang merangsang berfikir dan
menggunakan wawasan tanpa melihat kualitas pendapat yang disampaikan olehsiswa.
Seorang guru harus pandai-pandai merangsang siswanya untuk mencoba mengeluarkan
pendapatnya.
12. Project Method
Project Method adalah metode perancangan adalah suatu metode mengajar
dengan meminta peserta didik merancang suatu proyek yang akan diteliti sebagai obyek
kajian.
13. Taileren Method
Teileren Method yaitu suatu metode mengajar dengan menggunakan sebagian-
sebagian, misalnya ayat per ayat kemudian disambung lagi dengan ayat lainnya yang
tentusaja berkaitan dengan masalahnya.
14. Metode Global (ganze method)
Metode Global yaitu suatu metode mengajar dimana siswa disuruh membaca
keseluruhan materi, kemudian siswa meresume apa yang dapat mereka serap atau ambil
intisaridari materi tersebut.
15. TAI (Team Assisted Individualization atau Team Accelerated Instruction)
Tipe model pembelajaran kooperatif yang satu ini sebenarnya adalah
penggabungan dari pembelajaran kooperatif dengan pembelajaran individual.
Pada model pembelajaran kooperatif tipe TAI, siswa mengikuti tingkatan yang
bersifat individual berdasarkan tes penempatan, dan kemudian dapat maju ke tahapan
selanjutnya berdasarkan tingkat kecepatannya belajar. Jadi, setiap anggota kelompok
sebenarnya belajar unit-unit materi pelajaran yang berbeda. Rekan sekelompok akan
memeriksa hasil pekerjaan rekan sekelompok lainnya dan memberikan bantuan jika
diperlukan. Tes kemudian diberikan diakhir unit tanpa bantuan teman sekelompoknya
dan diberikan skor. Lalu setiap minggu guru akan menjumlahkan total unit materi yang
diselesaikan suatu kelompok dan memberikan sertifikat atau penghargaan bila mereka
berhasil melampaui kriteria yang telah ditetapkan, dan beberapa poin tambahan untuk
kelompok yang anggotanya mendapat nilai sempurna.
Kelebihan model pembelajaran kooperatif tipe TAI ini adalah karena siswa
bertanggungjawab untuk memeriksa pekerjaan rekannya yang lain, maka guru
mempunyai waktu yang lebih banyak untuk membantu kelompok-kelompok kecil yang
menemuai banyak hambatan dalam belajar yang merupakan kumpulan dari anggota-
anggota kelompok yang berada pada tingkatan unit materi pelajaran yang sama.
16. STAD (Student Teams Achievement Division)
Pada model pembelajaran kooperatif tipe STAD ini siswa dikelompokkan ke
dalam kelompok kecil yang disebut tim. Kemudian seluruh kelas diberikan presentasi
materi pelajaran. Siswa kemudian diberikan tes. Nilai-nilai individu digabungkan
menjadi nilai tim. Pada model pembelajaran kooperatif tipe ini walaupun siswa dites
secara individual, siswa tetap dipacu untuk bekerja sama untuk meningkatkan kinerja dan
prestasi timnya. Bila pertama kali digunakan di kelas anda, maka ada baiknya guru
terlebih dahulu memperkenalkan model pembelajaran kooperatif STAD ini kepada
siswa.
17. Round Table atau Rally Table
Untuk menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Round table atau Rally
Table ini guru dapat memberikan sebuah kategori tertentu kepada siswa (misalnya kata-
kata yang dimulai dengan huruf “s”). Selanjutnya mintalah siswa bergantian menuliskan
satu kata secara bergiliran.
18. Jigsaw
Jigsaw pertama kali dikembangkan dan diujicobakan oleh Elliot Aronson dan
teman-teman di Universitas Texas, dan kemudian diadaptasi oleh Slavin dan teman-
teman di Universitas John Hopkins (Arends, 2001). Tujuan diciptakannya tipe model
pembelajaran kooperatif Jigsaw ini adalah untuk meningkatkan rasa tanggungjawab
siswa terhadap belajarnya sendiri dan juga belajar anggota kelompoknya yang lain.
Mereka diminta mempelajari materi yang akan menjadi tanggungjawabnya, karena selain
untuk dirinya, ia juga harus mengajarkan materi itu kepada anggota kelompoknya yang
lain. Pada model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw ini ketergantungan antara siswa
sangat tinggi. Setiap siswa dalam model pembelajaran kooperatif ini adalah anggota dari
dua kelompok, yaitu (1) kelompok asal (home group) dan (2) kelompok ahli (expert
group). Kelompok asal dibentuk dengan anggota yang heterogen. Di kelompok asal ini
mereka akan membagi tugas untuk mempelajari suatu topik. Setelah semua anggota
kelompok asal memperoleh tugas masing-masing, mereka akan meninggalkan kelompok
asal untuk membentuk kelompok ahli. Kelompok ahli adalah kelompok yang terbentuk
dari anggota-anggota kelompok yang mempunyai tugas mempelajari sebuah topik yang
sama (berdasarkan kesepakatan mereka di kelompok asal).
Setelah mempelajari topik tersebut di kelompok ahli, mereka akan kembali ke
kelompok asal mereka masing-masing dan saling mengajarkan topik yang menjadi
tanggungjawab mereka ke anggota kelompok lainnya secara bergantian.
Guru perlu memahami bagaimana model pembelajaran Jigsaw ini dilaksanakan, begitu
juga siswa.
Tim Jigsaw
Untuk menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw, tugaskan setiap
siswa pada setiap kelompok untuk mempelajari seperempat halaman dari bacaan atau
teks pada mata pelajaran apa saja (misalnya IPS), atau seperempat bagian dari sebuah
topik yang harus mereka pelajari atau ingat. Setelah setiap siswa tadi menyelesaikan
pembelajarannya dan kemudian saling mengajarkan (menjelaskan) tentang materi yang
menjadi tugasnya atau saling bekerjasama untuk membentuk sebuah kesatuan materi
yang utuh saat mereka menyelesaikan sebuah tugas atau teka-teki.
19. Jigsaw II
Tipe model pembelajaran kooperatif yang satu ini adalah modifikasi dari tipe
Jigsaw. Jigsaw II dikembangkan oleh Robert Slavin pada tahun 1980 di mana semua
anggota kelompok asal mempelajari satu topik yang sama, hanya saja masing-masing
anggota difokuskan untuk mendalami bagian-bagian tertentu dari topik itu. Setiap
anggota kelompok asal harus menjadi ahli dalam bagian topik yang mereka dalami.
Seperti Jigsaw, di tipe Jigsaw II ini mereka juga harus mengajarkan keahliannya pada
anggota kelompok asalnya yang lain secara bergantian.
20. Reverse Jigsaw (Kebalikan Jigsaw)
Tipe model pembelajaran kooperatif ini dikembangkan oleh Timothy Hedeen
(2003). Perbedaanya dengan tipe Jigsaw adalah, bila pada model pembelajaran kooperatif
tipe jigsaw anggota kelompok ahli hanya mengajarkan keahliannya kepada anggota
kelompok asal, maka pada model pembelajaran kooperatif reverse jigsaw ini, siswa-siswa
dari kelompok ahli mengajarkan keahlian mereka (materi yang mereka pelajari atau
dalami) kepada seluruh kelas.
21. NHT (Numbered Heads Together) – Kepala Bernomor Bersama
Pada model pembelajaran kooperatif tipe NHT, minta siswa untuk menomori diri
mereka masing dalam kelompoknya mulai dari 1 hingga 4. Ajukan sebuah pertanyaan
dan beri batasan waktu tertentu untuk menjawabnya. Siswa yang mengangkat tangan jika
bisa menjawa pertanyaan guru tersebut. Guru menyebut suatu angka (antara 1 sampai 4)
dan meminta seluruh siswa dari semua kelompok dengan nomor tersebut menjawab
pertanyaan tadi. Guru menandai siswa-siswa yang menjawab benar dan memperkaya
pemahaman siswa tentang jawaban pertanyaan itu melalui diskusi.
22. TGT (Team Game Tournament)
Model pembelajaran kooperatif tipe TGT mirip dengan model pembelajaran
kooperatif tipe STAD, tetapi bedanya hanya pada kuis yang digantikan dengan turnamen
mingguan (Slavin, 1994). Pada model pembelajaran kooperatif ini, siswa-siswa saling
berkompetisi dengan siswa dari kelompok lain agar dapat memberikan kontribusi poin
bagi kelompoknya. Suatu prosedur tertentu digunakan untuk membuat permainan atau
turnamen berjalan secara adil.
23. Three-Step Interview (Wawancara Tiga Langkah)
Pada model pembelajaran kooperatif tipe three-step interview (disebut juga three
problem-solving) dilakukan 3 langkah untuk memecahkan masalah. Pada langkah
pertama guru menyampaikan isu yang dapat memunculkan beragam opini, kemudian
mengajukan beberapa pertanyaan-pertanyaan kepada seluruh siswa di kelas. Langkah
kedua, siswa secara berpasangan bermain peran sebagai pewawancara dan orang yang
diwawancarai. Kemudian, di langkah yang ketiga, setelah wawancara pertama dilakukan
maka pasangan bertukar peran: pewawancara berperan sebagai orang yang diwawancarai
dan sebaliknya orang yang tadi mewawancarai menjadi orang yang diwawancarai.
Setelah semua pasangan telah bertukar peran, selanjutnya setiap pasangan dapat
membagikan atau mempresentasikan hasil wawancara mereka kepada seluruh kelas
secara bergiliran. Tipe model pembelajaran kooperatif ini (three-step interview) ini
efektif untuk mengajarkan siswa problem solving (pemecahan masalah).
24. Three-Minute Review (Reviu Tiga Langkah)
Model pembelajaran kooperatif tipe three-minute review efektif untuk digunakan
saat guru berhenti pada saat-saat tertentu selama sebuah diskusi atau presentasi
berlangsung, dan mengajak siswa mereviu apa yang telah mereka ungkapkan saat diskusi
di dalam kelompok mereka. Siswa-siswa dalam kelompok-kelompok itu dapat bertanya
untuk mengklarifikasi kepada anggota lainnya atau menjawab pertanyaan-pertanyaan dari
anggota lain. Misalnya setelah diskusi tentang proses-proses kompleks yang terjadi di
dalam tubuh manusia misalnya pencernaan makanan, siswa dapat membentuk kelompok-
kelompok dan mereviu proses diskusi dan mengajukan pertanyaan-pertanyaan untuk
mengklarifikasi.
25. GI (Group Investigasi)
Model pembelajaran kooperatif tipe group investigasi dapat dipakai guru untuk
mengembangkan kreativitas siswa, baik secara perorangan maupun kelompok. Model
pembelajaran kooperatif dirancang untuk membantu terjadinya pembagian tanggung
jawab ketika siswa mengikuti pembelajaran dan berorientasi menuju pembentukan
manusia sosial (Mafune,2005:4).
Model pembelajaran kooperatif dipandang sebagai proses pembelajaran yang
aktif, sebab siswa akan lebih banyak belajar melalui proses pembentukan (contructing)
dan penciptaan, kerja dalam kelompok dan berbagi pengetahuan serta tanggung jawab
individu tetap merupakan kunci keberhasilan pembelajaran.
Asumsi yang digunakan sebagai acuan dalam pengembangan Model pembelajaran
kooperatif tipe group investigasi, yaitu (1) untuk meningkatkan kemampuan kreativitas
siswa dapat ditempuh melalui pengembangan proses kreatif menuju suatu kesadaran dan
pengembangan alat bantu yang secara eksplisit mendukung kreativitas, (2) komponen
emosional lebihpenting daripada intelektual, yang tak rasional lebih penting daripada
yang rasional dan (3) untuk meningkatkan peluang keberhasilan dalam memecahkan
suatu masalah harus lebih dahulu memahami komponen emosioanl dan irrasional.
26. Go Around (Berputar)
Model pembelajaran kooperatif tipe go around sebenarnya adalah variasi dari
model pembelajaran kooperatif tipe group investigasi.
Langkah-Langkah Pembelajaran:
1) Membagi siswa kedalam kelompok kecil yang terdiri dari 4 - 5 siswa
2) Memberikan pertanyaan terbuka yang bersifat analitis
3) Mengajak setiap siswa untuk berpartisipasi dalam menjawab pertanyaan
kelompoknya secara bergiliran searah jarum jam dalam kurun waktu yang
disepakati.
27. Reciprocal Teaching (Pengajaran Timbal Balik)
Model pembelajaran kooperatif tipe reciprocal teaching (pengajaran timbal balik)
dikembangkan oleh Brown & Paliscar (1982). Pengajaran timbal balik atau reciprocal
teaching ini juga merupakan sebuah model pembelajaran kooperatif yang meminta siswa
untuk membentuk pasangan-pasangan saat berpartisipasi dalam sebuah dialog
(percakapan atau diskusi) mengenai sebuah teks (bahan bacaan). Setiap anggota pasangan
akanbergantian membaca teks dan mengajukan pertanyaan-pertanyaan, menerima dan
memperoleh umpan balik (feedback). Model pembelajaran tipe reciprocal teaching ini
memungkinkan siswa untuk melatih dan menggunakan teknik-teknik metakognitif seperti
mengklarifikasi, bertanya, memprediksi, dan menyimpulkan. Model pembelajaran
kooperatif tipe reciprocal teaching ini dikembangkan atas dasar bahwa siswa dapat
belajar secara efektif dari siswa lainnya.
28. CIRC (Cooperative Integrated Reading Composition)
Model pembelajaran kooperatif tipe CIRC (cooperative integrated reading
composition) adalah sebuah model pembelajaran yang sengaja dirancang untuk
mengembangkan kemampuan membaca, menulis, dan keterampilan-keterampilan
berbahasa lainnya baik pada jenjang pendidikan tinggi maupun jenjang dasar. Pada tipe
model pembelajaran kooperatif yang satu ini siswa tidak hanya mendapat kesempatan
belajar melalui presentasi langsung oleh guru tentang keterampilan membaca dan
menulis, tetapi juga teknik menulis sebuah komposisi (naskah). CIRC dikembangkan
untuk menyokong pendekatan pembelajaran tradisional pada mata pelajaran bahasa yang
disebut “kelompok membaca berbasis keterampilan”. Pada model pembelajaran CIRC ini
siswa berpasang-pasangan di dalam kelompoknya. Ketika guru sedang membantu sebuah
kelompok-membaca (reading group), pasangan-pasangan saling mengajari satu sama lain
bagaimana “membaca-bermakna” dan keterampilan menulis melalui teknik reciprocal
(timbal balik). Mereka diminta untuk saling bantu untuk menunjukkan aktivitas
pengembangan keterampilan dasar berbahasa (misalnya membaca bersuara (oral
reading), menebak konteks bacaan, mengemukakan pertanyaan terkait bacaan,
menyimpulkan, meringkas, menulis sebuah komposisi berdasarkan sebuah cerita, hingga
merevisi sebuah komposisi). Setelah itu, buku kumpulan komposisi hasil kelompok
dipublikasikan pada akhir proses pembelajaran. Semua kelompok (tim) kemudian
diberikan penghargaan atas upaya mereka dalam belajar dan menyelesaikan tugas
membaca dan menulis.
29. The Williams
Tipe model pembelajaran kooperatif The Williams mengajak siswa melakukan
kolaborasi untuk menjawab sebuah pertanyaan besar yang merupakan sebuah tujuan
pembelajaran. Pada model pembelajaran ini siswa dikelompok-kelompoknya secara
heterogen seperti pada tipe STAD. Kemudian setiap kelompok diberikan pertanyaan yang
berbeda-beda dengan tujuan untuk meningkatkan kemampuan kognitif yang
memungkinkan siswa dapat mencapai tujuan pembelajaran tersebut.
30. TPS (Think Pairs Share)
Model pembelajaran kooperatif tipe TPS (think pairs share) mulanya
dikembangkan oleh Frank T. Lyman (1981). Tipe model pembelajaran kooperatif ini
memungkinkan setiap anggota pasangan siswa untuk berkontemplasi terhadap sebuah
pertanyaan yang diajukan. Setelah diberikan waktu yang cukup mereka selanjutnya
diminta untuk mendiskusikan apa yang telah mereka pikirkan tadi (hasil kontemplasi)
dengan pasangannya masing-masing. Setelah diskusi dengan pasangan selesai, guru
kemudian mengumpulkan tanggapan atau jawaban atas pertanyaan yang telah diajukan
tersebut dari seluruh kelas.
31. TPC (Think Pairs Check)
Model pembelajaran kooperatif tipe think pairs-check adalah modifikasi dari
tipe think pairs share, di mana penekanan pembelajaran ada pada saat mereka diminta
untuk saling cek jawaban atau tanggapan terhadap pertanyaan guru saat berada dalam
pasangan.
32. TPW (Think Pairs Write)
Tipe model pembelajaran kooperatif TPW (Think Pairs Write) juga merupakan
variasi dari model pembelajaran kooperatif tipe TPS (Think Pairs Share). Penekanan
model pembelajaran kooperatif tipe ini adalah setelah mereka berpasangan, mereka
diminta untuk menuliskan jawaban atau tanggapan terhadappertanyaan yang telah
diberikan oleh guru. Model pembelajaran kooperatif tipe TPW ini sangat cocok untuk
pelajaran menulis.
33. Tea Party (Pesta Minum Teh)
Pada model pembelajaran kooperatif tipe tea party, siswa membentuk dua
lingkaran konsentris atau dua barisan di mana siswa saling berhadapan satu sama lain.
Guru mengajukan sebuah pertanyaan (pada bidang mata pelajaran apa saja) dan
kemudian siswa mendiskusikan jawabannya dengan siswa yang berhadapanan
dengannya. Setelah satu menit, baris terluar atau lingkaran terluar bergerak searah jarum
jam sehingga akan berhadapan dengan pasangan yang baru. Guru kemudian mengajukan
pertanyaan kedua untuk mereka diskusikan. Langkah-langkah seperti ini terus dilanjutkan
hingga guru selesai mengajukan 5 atau lebih pertanyaan untuk didiskusikan. Untuk
sedikit variasi dapat pula siswa diminta menuliskan pertanyaan-pertanyaan pada kartu-
kartu untuk catatan nanti bila diadakan tes.
34. Write Around (Menulis Berputar)
Model pembelajaran kooperatif tipe write around ini cocok digunakan untuk
menulis kreatif atau untuk menulis simpulan. Pertama-tama guru memberikan sebuah
kalimat pembuka (contohnya: Bila kamu akan berulang tahun, maka kamu akan meminta
hadiah berupa...). Mintalah semua siswa dalam setiap kelompok untuk menyelesaikan
kalimat tersebut. Selanjutnya mereka ia menyerahkan kertas berisi tulisannya tersebut ke
sebelah kanan, dan membaca kertas lain yang mereka terima setelah diserahkan oleh
kelompok lain, kemudian menambahkan satu kalimat lagi. Setelah beberapa kali putaran,
maka akan diperoleh 4 buah cerita atau tulisan (bila di kelas dibentuk 4 kelompok).
Selanjutnya beri waktu bagi mereka untuk membuat sebuah kesimpulan dan atau
mengedit bagian-bagian tertentu, kemudian membagi cerita atau simpulan itu dengan
seluruh kelas. Write around adalah modifikasi dari model pembelajaran kooperatif go
around.
35. Round Robin Brainstorming atau Rally Robin
Contoh pelaksanaan model pembelajaran kooperatif Round Robin Brainstorming
misalnya : berikan sebuah kategori (misalnya “nama-nama sungai di Indonesia) untuk
didiskusikan. Mintalah siswa bergantian untuk menyebutkan item-item yang termasuk ke
dalam kategori tersebut.
36. LT (Learnig Together)
Orang yang pertama kali mengembangkan jenis model pembelajaran kooperatif
tipe Learning Together (Belajar Bersama) ini adalah David johnson dan Roger Johnson di
Universitas Minnesota pada tahun 1999. Pada model pembelajaran kooperatif
tipe Learning Together, siswa dibentuk oleh 4 – 5 orang siswa yang heterogen untuk
mengerjakan sebuah lembar tugas. Setiap kelompok hanya diberikan satu lembar kerja.
Mereka kemudian diberikan pujian dan penghargaan berdasarkan hasil kerja kelompok.
Pada model pembelajaran Kooperatif dengan variasi sepertiLearning Together ini, setiap
kelompok diarahkan untuk melakukan kegiatan-kegiatan untuk membangun kekompakan
kelompok terlebih dahulu dan diskusi tentang bagaimana sebaiknya mereka bekerjasama
dalam kelompok.
37. Student Team Learning (STL - Kelompok Belajar Siswa)
Model pembelajaran kooperatif tipe student team learning ini dikembangkan di
John Hopkins University – Amerika Serikat. Lebih dari separuh penelitian tentang
pembelajaran kooperatif di sana menggunakan student team learning. Pada dasarnya
model pembelajaran kooperatif yang satu ini sama saja dengan model pembelajaran
kooperatif yang lain yaitu adanya ide dasar bahwa siswa harus bekerjasama dan turut
bertanggungjawab terhadap pembelajaran siswa lainnya yang merupakan anggota
kelompoknya. Pada tipe STL ini penekanannya adalah bahwa setiap kelompok harus
belajar sebagai sebuah tim.
Ada 3 konsep sentral pada model pembelajaran kooperatif tipe STL ini, yaitu: (1)
penghargaan terhadap kelompok; (2) akuntabilitas individual; (3) kesempatan yang sama
untuk memperoleh kesuksesan. Pada sebuah kelas yang menerapkan model pembelajaran
ini, setiap kelompok dapat memperoleh penghargaan apabila mereka berhasil melampaui
ktiteria yang telah ditetapkan sebelumnya. Akuntabilitas individual bermakna bahwa
kesuksesan sebuah kelompok bergantung pada pembelajaran yang dilakukan oleh setiap
individu anggotanya. Pada model pembelajaran tipe STL, setiap siswa baik dari
kelompok atas, menengah, atau bawah dapat memberikan kontribusi yang sama bagi
kesuksesan kelompoknya, karena skor mereka dihitung berdasarkan skor peningkatan
dari pembelajaran mereka sebelumnya.
38. Two Stay Two Stray
Model pembelajaran kooperatif two stay two stray ini sebenarnya dapat dibuat
variasinya, yaitu berkaitan dengan jumlah siswa yang tinggal di kelompoknya dan yang
berpencar ke kelompok lain. Misalnya: (1) one stay three stray (satu tinggal tiga
berpencar); dan (2) three stay one stray (tiga tinggal satu berpencar). Model pembelajaran
kooperatif tipe Two Stay Two Stray dikembangkan pertama kali oleh Spencer
Kagan (1990). Dengan struktur kelompok kooperatif seperti tipe two stay two stray ini
dapat memberikan kesempatan kepada tiap kelompok untuk saling berbagi informasi
dengan kelompok-kelompok lain.
Daftar Pustaka
Istarani. 2011. 58 Model Pembelajaran Inovatif. Medan: Media Persada
http://ibnufajar75.wordpress.com/2014/05/31/model-model-pembelajaran-yang-sesuai-
dengan-kurikulum-2013/
http://s3.amazonaws.com/ppt-download/jenis-jenismodelpembelajarankooperatif-
131220181957-phpapp01.docx?response-content-
disposition=attachment&Signature=EhYpRHcrma5A4uhIWPAF2TM10vs
%3D&Expires=1409990095&AWSAccessKeyId=AKIAI6DXMWX6TBWAHQCQ
http://belajarpsikologi.com/macam-macam-metode-pembelajaran/
http://hariyanto02mei.blogspot.com/2013/09/model-pembelajaran-kontekstual-ctl.html
https://docs.google.com/document/export?format=docx&id=1vr-
yuUFR3AfAcHtQqB2NBBvA2ImsD02rU_tnMh4zJiY&token=AC4w5VihK8ZZeHrHi43Ff
AabEa_2EPa9Xw%3A1409992730598&authkey=COG3w4kO