33
1. Model-model Pembelajaran Model pembelajaran adalah seluruh rangkaian penyajian materi ajar yang meliputi segala aspek sebelum sedang dan sesudah pembelajaran yang dilakukan guru serta segala fasilitas yang terkait yang digunakan secara langsung atau tidak langsung dalam proses belajar mengajar. 2. Strategi Pembelajaran Strategi pembelajaran adalah suatu kegiatan pembelajaran yang harus dikerjakan guru dan siswa agar tujuan pembelajaran dapat dicapai secara efektif dan efisien atau suatu set materi dan prosedur pembelajaran yang digunakan secara bersama-sama untuk menimbulkan hasil belajar pada siswa. 3. Metode Pembelajaran Metode pembelajaran adalah suatu cara yang dipakai untuk merealisasikan strategi pembelajaran sehingga tujuan pembelajaran dapat dicapai secara optimal. Model – model Pembelajaran Yang Sesuai Dengan Kurikulum 2013 Berdasarkan Permendikbud Nomor 65 Tahun tentang Standar Proses, model pembelajaran yang diutamakan dalam implementasi Kurikulum 2013 adalah model pembelajaran Inkuiri (Inquiry Based Learning), model pembelajaran Discovery (Discovery Learning), model pembelajaran berbasis projek (Project Based Learning), dan model pembelajaran berbasis permasalahan (Problem Based Learning).

Model-model Pembelajaran

Embed Size (px)

DESCRIPTION

beberapa pengertian model-model pembelajaran yang dapat digunakan oleh guru saat proses belajar mengajar.

Citation preview

Page 1: Model-model Pembelajaran

1. Model-model Pembelajaran

Model pembelajaran adalah seluruh rangkaian penyajian materi ajar yang meliputi segala

aspek sebelum sedang dan sesudah pembelajaran yang dilakukan guru serta segala fasilitas

yang terkait yang digunakan secara langsung atau tidak langsung dalam proses belajar

mengajar.

2. Strategi Pembelajaran

Strategi pembelajaran adalah suatu kegiatan pembelajaran yang harus dikerjakan guru dan

siswa agar tujuan pembelajaran dapat dicapai secara efektif dan efisien atau suatu set materi

dan prosedur pembelajaran yang digunakan secara bersama-sama untuk menimbulkan hasil

belajar pada siswa.

3. Metode Pembelajaran

Metode pembelajaran adalah suatu cara yang dipakai untuk merealisasikan strategi

pembelajaran sehingga tujuan pembelajaran dapat dicapai secara optimal.

Model – model Pembelajaran Yang Sesuai Dengan Kurikulum 2013

Berdasarkan Permendikbud Nomor 65 Tahun tentang Standar Proses, model pembelajaran yang

diutamakan dalam implementasi Kurikulum 2013 adalah model pembelajaran Inkuiri (Inquiry

Based Learning), model pembelajaran Discovery (Discovery Learning), model pembelajaran

berbasis projek (Project Based Learning), dan model pembelajaran berbasis permasalahan

(Problem Based Learning).

Berikut adalah contoh kegiatan dalam model pembelajaran dikaitkan dengan pendekatan saintifik

(5M).

i. Model Inquiry Learning

Model pembelajaran Inkuiri biasanya lebih cocok digunakan pada pembelajaran

matematika, tetapi mata pelajaran lainpun dapat menggunakan model tersebut asal sesuai

dengan karakteristik KD atau materi pembelajarannya.

Langkah-langkah dalam model inkuiri terdiri atas:

Page 2: Model-model Pembelajaran

1. Observasi/Mengamati berbagi fenomena alam.

Kegiatan ini memberikan pengalaman belajar kepada peserta didik bagaimana

mengamati berbagai fakta atau fenomena dalam mata pelajaran tertentu.

2. Mengajukan pertanyaan tentang fenomana yang dihadapi.

Tahapan ini melatih peserta didik untuk mengeksplorasi fenomena melalui

kegiatan menanya baik terhadap guru, teman, atau melalui sumber yang lain.

3. Mengajukan dugaan atau kemungkinan jawaban.

Pada tahapan ini peserta didik dapat mengasosiasi atau melakukan penalaran

terhadap kemungkinan jawaban dari pertanyaan yang diajukan.

4. Mengumpulkan data yang terakait dengan dugaan atau pertanyaan yang diajukan.

Pada kegiatan tersebut peserta didik dapat memprediksi dugaan atau yang paling

tepat sebagai dasar untuk merumuskan suatu kesimpulan.

5. Merumuskan kesimpulan-kesimpulan berdasarkan data yang telah diolah atau

dianalisis.

Peserta didik dapat mempresentasikan atau menyajikan hasil temuannya.

ii. Model Discovery Learning.

Langkah – langkah dalam model Discovery Learning terdiri atas :

1. Stimulation (memberi stimulus).

Pada kegiatan ini guru memberikan stimulan, dapat berupa bacaan, atau gambar,

atau situasi, sesuai dengan materi pembelajaran/topik/tema yang akan dibahas,

sehingga peserta didik mendapat pengalaman belajar mengamati pengetahuan

konseptual melalui kegiatan membaca, mengamati situasi atau melihat gambar.

2. Problem Statement (mengidentifikasi masalah).

Dari tahapan tersebut, peserta didik diharuskan menemukan permasalahan apa

saja yang dihadapi, sehingga pada kegiatan ini peserta didik diberikan

pengalaman untuk menanya, mencari informasi, dan merumuskan masalah.

3. Data Collecting (mengumpulkan data).

Pada tahapan ini peserta didik diberikan pengalaman mencari dan mengumpulkan

data/informasi yang dapat digunakan untuk menemukan solusi pemecahan

Page 3: Model-model Pembelajaran

masalah yang dihadapi. Kegiatan ini juga akan melatih ketelitian, akurasi, dan

kejujuran, serta membiasakan peserta didik untuk mencari atau merumuskan

berbagai alternatif pemecahan masalah, jika satu alternatif mengalami kegagalan.

4. Data Processing (mengolah data).

Kegiatan mengolah data akan melatih peserta didik untuk mencoba dan

mengeksplorasi kemampuan pengetahuan konseptualnya untuk diaplikasikan pada

kehidupan nyata, sehingga kegiatan ini juga akan melatih keterampilan berfikir

logis dan aplikatif.

5. Verification (memferifikasi).

Tahapan ini mengarahkan peserta didik untuk mengecek kebenaran atau

keabsahan hasil pengolahan data, melalui berbagai kegiatan, antara lain bertanya

kepada teman, berdiskusi, atau mencari sumber yang relevan baik dari buku atau

media, serta mengasosiasikannya sehingga menjadi suatu kesimpulan.

6. Generalization (menyimpulkan).

Pada kegiatan ini peserta didik digiring untuk menggeneralisasikan hasil

simpulannya pada suatu kejadian atau permasalahan yang serupa, sehingga

kegiatan ini juga dapat melatih pengetahuan metakognisi peserta didik.

iii. Problem Based Learning

Model pembelajaran ini bertujuan merangsang peserta didik untuk belajar melalui

berbagai permasalahan nyata dalam kehidupan sehari-hari dikaitkan dengan pengetahuan

yang telah atau akan dipelajarinya.

Langkah-langkah pembelajaran sebagai berikut:

1. Mengorientasi peserta didik pada masalah.

Tahap ini untuk memfokuskan peserta didik mengamati masalah yang menjadi

objek pembelajaran.

2. Mengorganisasikan kegiatan pembelajaran.

Pengorganisasian pembelajaran salah satu kegiatan agar peserta didik

menyampaikan berbagai pertanyaan (atau menanya) terhadap malasalah kajian.

Page 4: Model-model Pembelajaran

3. Membimbing penyelidikan mandiri dan kelompok.

Pada tahap ini peserta didik melakukan percobaan (mencoba) untuk memperoleh

data dalam rangka menjawab atau menyelesaikan masalah yang dikaji.

4. Mengembangkan dan menyajikan hasil karya.

Peserta didik mengasosiasi data yang ditemukan dari percobaan dengan berbagai

data lain dari berbagai sumber.

5. Analisis dan evaluasi proses pemecahan masalah.

Setelah peserta didik mendapat jawaban terhadap masalah yang ada, selanjutnya

dianalisis dan dievaluasi.

iv. Project Based Learning

Model pembelajaran ini bertujuan untuk pembelajaran yang memfokuskan pada

permasalahan komplek yang diperlukan peserta didik dalam melakukan insvestigasi dan

memahami pembelajaran melalui investigasi, membimbing peserta didik dalam sebuah

proyek kolaboratif yang mengintegrasikan berbagai subjek (materi) dalam kurikulum,

memberikan kesempatan kepada para peserta didik untuk menggali konten (materi)

dengan menggunakan berbagai cara yang bermakna bagi dirinya, dan melakukan

eksperimen secara kolaboratif.

Langkah pembelajaran dalam project based learning adalah sebagai berikut:

1. Menyiapkan pertanyaan atau penugasan proyek.

Tahap ini sebagai langkah awal agar peserta didik mengamati lebih dalam

terhadap pertanyaan yang muncul dari fenomena yang ada.

2. Mendesain perencanaan proyek.

Sebagai langkah nyata menjawab pertanyaan yang ada disusunlah suatu

perencanaan proyek bisa melalui percobaan.

3. Menyusun jadwal sebagai langkah nyata dari sebuah proyek.

Penjadwalan sangat penting agar proyek yang dikerjakan sesuai dengan waktu

yang tersedia dan sesuai dengan target.

4. Memonitor kegiatan dan perkembangan proyek.

Page 5: Model-model Pembelajaran

Guru melakukan monitoring terhadap pelaksanaan dan perkembangan proyek.

Peserta didik mengevaluasi proyek yang sedang dikerjakan.

5. Menguji hasil.

Fakta dan data percobaan atau penelitian dihubungkan dengan berbagai data lain

dari berbagai sumber.

6. Mengevaluasi kegiatan/pengalaman.

Tahap ini dilakukan untuk mengevaluasi kegiatan sebagai acuan perbaikan untuk

tugas proyek pada mata pelajaran yang sama atau mata pelajaran lain.

v. Model Pembelajaran Kontekstual (CTL)

Pembelajaran Kontekstual adalah konsep pembelajaran yang mendorong guru untuk

menghubungkan antara materi yang diajarkan dan situasi dunia nyata siswa dan juga

mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dan

penerapannya dalam kehidupan mereka sehari-hari.

Langkah-langkah pembelajaran kontekstual :

1. Memilih tema

2. Menentukan konsep-konsep yang dipelajari

3. Menentukan kegiatan –kegiatan untuk investigasi konsep-konsep terdaftar

4. Menentukan mata pelajaran terkait(dalam bentuk diagram)

5. Mereviu kegiatan-kegiatan & mata pelajaran yang terkait

6. Menentukan urutan kegiatan

7. Menyiapkan tindak lanjut

Perbedaan CTL dengan Pembelajaran Konvensional

Apa  perbedaan  pokok antara  pembelajaran  CTL  dan pembelajaran konvensional

seperti yang banyak diterapkan sekolah sekarang ini? Di bawah ini dijelaskan secara

singkat perbedaan kedua model tersebut dilihat dari konteks tertentu.

Page 6: Model-model Pembelajaran

1. CTL menempatkan  siswa  sebagai  subjek belajar,  artinya  siswa berperan  aktif

dalam setiap  proses  pembelajaran  dengan  cara menemukan dan 1 menggali sendiri

materi pelajaran. Sedangkan, dalam pembelajaran konvensional siswa ditempatkan

sebagai objek belajar yang berperan sebagai penerima informasi secara pasif.

2. Dalam pembelajaran CTL, siswa belajar melalui kegiatan kelompok, seperti kerja

kelompok, berdiskusi, saling menerima dan memberi. Sedangkan dalam pembelajaran

konvensional siswa lebih banyak belajar secara individual dengan menerima,

mencatat, dan menghafal materi pelajaran.

3. Dalam CTL, pembelajaran dikaitkan dengan kehidupannyata secara riil,

sedangkan  dalam pembelajaran  konvensional,  pembelajaran bersifat teoretis dan

abstrak.

4. Dalam CTL, kemampuan didasarkan atas pengalaman, sedangkan dalam

pembelajaran konvensional  kemampuan  diperoleh  melalui latihan-latihan.

5. Tujuan akhir dari proses pembelajaran melalui CTL adalah kepuasan

diri  sedangkan dalam  pembelajaran  konvensional,  tujuan akhir adalah nilai atau

angka.

6. Dalam CTL, tindakan atau perilaku dibangun atas kesadaran diri sendiri, misalnya

individu tidak melakukan perilaku tertentu karena ia menyadari bahwa perilaku itu

merugikan dan tidak bermanfaat sedangkan  dalam pembelajaran konvensional,

tindakan  atau perilaku individu didasarkan oleh faktor dari luar dirinya, misalnya

individu tidak melakukan sesuatu disebabkan takut hukuman atau sekadar untuk

memperoleh angka atau nilai dari guru.

7. Dalam CTL,  pengetahuan  yang  dimiliki  setiap  individu selalu berkembang sesuai

dengan pengalaman yang dialaminya, oleh sebab itu setiap siswa bisa terjadi

perbedaan dalam memaknai hakikat pengetahuan  yang  dimilikinya. Dalam

pembelajaran  konvensional hal  ini tidak  mungkin terjadi.  Kebenaran  yang

dimiliki  bersifat absolut dan final, oleh karena pengetahuan dikonstruksi oleh orang

lain.

8. Dalam pembelajaran CTL,  siswa  bertanggung  jawab dalam memonitor dan

mengembangkan  pembelajaran  mereka  masing-masing sedangkan dalam

pembelajaran konvensional guru adalah penentu jalannya proses pembelajaran.

Page 7: Model-model Pembelajaran

9. Dalam pembelajaran CTL, pembelajaran bisa terjadi di mana saja dalam konteks dan

setting yang berbeda sesuai dengan kebutuhan sedangkan dalam pembelajaran

konvensional pembelajaran hanya terjadi di dalam kelas.

10. Oleh  karena  tujuan  yang  ingin dicapai adalah seluruh aspek perkembangan siswa,

maka dalam CTL keberhasilan pembelajaran diukur dengan berbagai cara, misalnya

dengan evaluasi proses, hasil karya siswa, penampilan, rekaman, observasi,

wawancara, dan lain sebagainya sedangkan dalam pembelajaran konvensional

keberhasilan pembelajaran biasanya hanya diukur dari tes.

Beberapa Model-model Pembelajaran Yang Dapat Dilakukan Dalam Kelas

1. Metode Ceramah

Metode pembelajaran ceramah adalah penerangan secara lisan atas bahan

pembelajaran kepada sekelompok pendengar untuk mencapai tujuan pembelajaran

tertentu dalam jumlah yang relatif besar. Seperti ditunjukkan oleh Mc Leish (1976),

melalui ceramah, dapat dicapai beberapa tujuan. Dengan metode ceramah, guru dapat

mendorong timbulnya inspirasi bagi pendengarnya.

Gage dan Berliner (1981:457), menyatakan metode ceramah cocok untuk

digunakan dalam pembelajaran dengan ciri-ciri tertentu. Ceramah cocok untuk

penyampaian bahan belajar yang berupa informasi dan jika bahan belajar tersebut sukar

didapatkan.

2. Metode Diskusi

Metode pembelajaran diskusi adalah proses pelibatan dua orang peserta atau lebih

untuk berinteraksi saling bertukar pendapat, dan atau saling mempertahankan pendapat

dalam pemecahan masalah sehingga didapatkan kesepakatan diantara mereka.

Pembelajaran yang menggunakan metode diskusi merupakan pembelajaran yang bersifat

interaktif (Gagne & Briggs. 1979: 251).

Menurut Mc. Keachie-Kulik dari hasil penelitiannya, dibanding metode ceramah,

metode diskusi dapat meningkatkan anak dalam pemahaman konsep dan keterampilan

memecahkan masalah. Tetapi dalam transformasi pengetahuan, penggunaan metode

Page 8: Model-model Pembelajaran

diskusi hasilnya lambat dibanding penggunaan ceramah. Sehingga metode ceramah lebih

efektif untuk meningkatkan kuantitas pengetahuan anak dari pada metode diskusi.

3. Metode Demonstrasi

Metode pembelajaran demonstrasi merupakan metode pembelajaran yang sangat

efektif untuk menolong siswa mencari jawaban atas pertanyaan-pertanyaan seperti:

Bagaimana cara mengaturnya? Bagaimana proses bekerjanya? Bagaimana proses

mengerjakannya. Demonstrasi sebagai metode pembelajaran adalah bilamana seorang

guru atau seorang demonstrator (orang luar yang sengaja diminta) atau seorang siswa

memperlihatkan kepada seluruh kelas sesuatau proses. Misalnya bekerjanya suatu alat

pencuci otomatis, cara membuat kue, dan sebagainya.

Kelebihan Metode Demonstrasi :

a. Perhatian siswa dapat lebih dipusatkan.

b. Proses belajar siswa lebih terarah pada materi yang sedang dipelajari.

c. Pengalaman dan kesan sebagai hasil pembelajaran lebih melekat dalam diri siswa.

Kelemahan metode Demonstrasi :

a. Siswa kadang kala sukar melihat dengan jelas benda yang diperagakan.

b. Tidak semua benda dapat didemonstrasikan.

c. Sukar dimengerti jika didemonstrasikan oleh pengajar yang kurang menguasai apa

yang didemonstrasikan.

4. Metode Ceramah Plus

Metode Pembelajaran Ceramah Plus adalah metode pengajaran yang menggunakan

lebih dari satu metode, yakni metode ceramah yang dikombinasikan dengan metode

lainnya. Ada tiga macam metode ceramah plus, diantaranya yaitu:

a. Metode ceramah plus tanya jawab dan tugas

b. Metode ceramah plus diskusi dan tugas

c. Metode ceramah plus demonstrasi dan latihan (CPDL)

5. Metode Resitasi

Page 9: Model-model Pembelajaran

Metode Pembelajaran Resitasi adalah suatu metode pengajaran dengan

mengharuskan siswa membuat resume dengan kalimat sendiri.

Kelebihan Metode Resitasi adalah :

a. Pengetahuan yang diperoleh peserta didik dari hasil belajar sendiri akan dapat diingat

lebih lama.

b. Peserta didik memiliki peluang untuk meningkatkan keberanian, inisiatif,

bertanggung jawab dan mandiri.

Kelemahan Metode Resitasi adalah :

a. Kadang kala peserta didik melakukan penipuan yakni peserta didik hanya meniru

hasil pekerjaan orang lain tanpa mau bersusah payah mengerjakan sendiri.

b. Kadang kala tugas dikerjakan oleh orang lain tanpa pengawasan.

c. Sukar memberikan tugas yang memenuhi perbedaan individual.

6. Metode Eksperimental

Metode pembelajaran eksperimental adalah suatu cara pengelolaan pembelajaran

di mana siswa melakukan aktivitas percobaan dengan mengalami dan membuktikan

sendiri suatu yang dipelajarinya. Dalam metode ini siswa diberi kesempatan untuk

mengalami sendiri atau melakukan sendiri dengan mengikuti suatu proses, mengamati

suatu obyek, menganalisis, membuktikan dan menarik kesimpulan sendiri tentang obyek

yang dipelajarinya.

7. Metode Study Tour (Karya wisata)

Metode study tour Study tour (karya wisata) adalah metode mengajar dengan

mengajak peserta didik mengunjungi suatu objek guna memperluas pengetahuan dan

selanjutnya peserta didik membuat laporan dan mendiskusikan serta membukukan hasil

kunjungan tersebut dengan didampingi oleh pendidik.

8. Metode Latihan Keterampilan

Metode latihan keterampilan (drill method) adalah suatu metode mengajar dengan

memberikan pelatihan keterampilan secara berulang kepada peserta didik, dan

Page 10: Model-model Pembelajaran

mengajaknya langsung ketempat latihan keterampilan untuk melihat proses tujuan,

fungsi, kegunaan dan manfaat sesuatu (misal: membuat tas dari mute). Metode latihan

keterampilan ini bertujuan membentuk kebiasaan atau pola yang otomatis pada peserta

didik.

9. Metode Pengajaran Beregu

Metode pembelajaran beregu adalah suatu metode mengajar dimana pendidiknya

lebih dari satu orang yang masing-masing mempunyai tugas. Biasanya salah seorang

pendidik ditunjuk sebagai koordinator. Cara pengujiannya setiap pendidik membuat soal,

kemudian digabung. Jika ujian lisan maka setiap siswa yang diuji harus langsung

berhadapan dengan team pendidik tersebut

10. Peer Theaching Method

Metode Peer Theaching sama juga dengan mengajar sesama teman, yaitu suatu

metode mengajar yang dibantu oleh temannya sendiri.

11. Metode Pemecahan Masalah (problem solving method)

Metode problem solving (metode pemecahan masalah) bukan hanya sekadar

metode mengajar, tetapi juga merupakan suatu metode berpikir, sebab dalam problem

solving dapat menggunakan metode-metode lainnya yang dimulai dengan mencari data

sampai pada menarik kesimpulan.

Metode problem solving merupakan metode yang merangsang berfikir dan

menggunakan wawasan tanpa melihat kualitas pendapat yang disampaikan olehsiswa.

Seorang guru harus pandai-pandai merangsang siswanya untuk mencoba mengeluarkan

pendapatnya.

12. Project Method

Project Method adalah metode perancangan adalah suatu metode mengajar

dengan meminta peserta didik merancang suatu proyek yang akan diteliti sebagai obyek

kajian.

Page 11: Model-model Pembelajaran

13. Taileren Method

Teileren Method yaitu suatu metode mengajar dengan menggunakan sebagian-

sebagian, misalnya ayat per ayat kemudian disambung lagi dengan ayat lainnya yang

tentusaja berkaitan dengan masalahnya.

14. Metode Global (ganze method)

Metode Global yaitu suatu metode mengajar dimana siswa disuruh membaca

keseluruhan materi, kemudian siswa meresume apa yang dapat mereka serap atau ambil

intisaridari materi tersebut.

15. TAI (Team Assisted Individualization atau Team Accelerated Instruction)

Tipe model pembelajaran kooperatif yang satu ini sebenarnya adalah

penggabungan dari pembelajaran kooperatif dengan pembelajaran individual.

Pada model pembelajaran kooperatif tipe TAI, siswa mengikuti tingkatan yang

bersifat individual berdasarkan tes penempatan, dan kemudian dapat maju ke tahapan

selanjutnya berdasarkan tingkat kecepatannya belajar. Jadi, setiap anggota kelompok

sebenarnya belajar unit-unit materi pelajaran yang berbeda. Rekan sekelompok akan

memeriksa hasil pekerjaan rekan sekelompok lainnya dan memberikan bantuan jika

diperlukan. Tes kemudian diberikan diakhir unit tanpa bantuan teman sekelompoknya

dan diberikan skor. Lalu setiap minggu guru akan menjumlahkan total unit materi yang

diselesaikan suatu kelompok dan memberikan sertifikat atau penghargaan bila mereka

berhasil melampaui kriteria yang telah ditetapkan, dan beberapa poin tambahan untuk

kelompok yang anggotanya mendapat nilai sempurna.

Kelebihan model pembelajaran kooperatif tipe TAI ini adalah karena siswa

bertanggungjawab untuk memeriksa pekerjaan rekannya yang lain, maka guru

mempunyai waktu yang lebih banyak untuk membantu kelompok-kelompok kecil yang

menemuai banyak hambatan dalam belajar yang merupakan kumpulan dari anggota-

anggota kelompok yang berada pada tingkatan unit materi pelajaran yang sama.

Page 12: Model-model Pembelajaran

16. STAD (Student Teams Achievement Division)

Pada model pembelajaran kooperatif tipe STAD ini siswa dikelompokkan ke

dalam kelompok kecil yang disebut tim. Kemudian seluruh kelas diberikan presentasi

materi pelajaran. Siswa kemudian diberikan tes. Nilai-nilai individu digabungkan

menjadi nilai tim. Pada model pembelajaran kooperatif tipe ini walaupun siswa dites

secara individual, siswa tetap dipacu untuk bekerja sama untuk meningkatkan kinerja dan

prestasi timnya. Bila pertama kali digunakan di kelas anda, maka ada baiknya guru

terlebih dahulu memperkenalkan model pembelajaran kooperatif STAD ini kepada

siswa. 

17. Round Table atau Rally Table

Untuk menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Round table atau Rally

Table ini guru dapat memberikan sebuah kategori tertentu kepada siswa (misalnya kata-

kata yang dimulai dengan huruf “s”). Selanjutnya mintalah siswa bergantian menuliskan

satu kata secara bergiliran.

18. Jigsaw

Jigsaw pertama kali dikembangkan dan diujicobakan oleh Elliot Aronson dan

teman-teman di Universitas Texas, dan kemudian diadaptasi oleh Slavin dan teman-

teman di Universitas John Hopkins (Arends, 2001). Tujuan diciptakannya tipe model

pembelajaran kooperatif Jigsaw ini adalah untuk meningkatkan rasa tanggungjawab

siswa terhadap belajarnya sendiri dan juga belajar anggota kelompoknya yang lain.

Mereka diminta mempelajari materi yang akan menjadi tanggungjawabnya, karena selain

untuk dirinya, ia juga harus mengajarkan materi itu kepada anggota kelompoknya yang

lain. Pada model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw ini ketergantungan antara siswa

sangat tinggi. Setiap siswa dalam model pembelajaran kooperatif ini adalah anggota dari

dua kelompok, yaitu (1) kelompok asal (home group) dan (2) kelompok ahli (expert

group). Kelompok asal dibentuk dengan anggota yang heterogen. Di kelompok asal ini

mereka akan membagi tugas untuk mempelajari suatu topik. Setelah semua anggota

kelompok asal memperoleh tugas masing-masing, mereka akan meninggalkan kelompok

asal untuk membentuk kelompok ahli. Kelompok ahli adalah kelompok yang terbentuk

Page 13: Model-model Pembelajaran

dari anggota-anggota kelompok yang mempunyai tugas mempelajari sebuah topik yang

sama (berdasarkan kesepakatan mereka di kelompok asal).

Setelah mempelajari topik tersebut di kelompok ahli, mereka akan kembali ke

kelompok asal mereka masing-masing dan saling mengajarkan topik yang menjadi

tanggungjawab mereka ke anggota kelompok lainnya secara bergantian.

Guru perlu memahami bagaimana model pembelajaran Jigsaw ini dilaksanakan, begitu

juga siswa.

Tim   Jigsaw

Untuk menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw, tugaskan setiap

siswa pada setiap kelompok untuk mempelajari seperempat halaman dari bacaan atau

teks pada mata pelajaran apa saja (misalnya IPS), atau seperempat bagian dari sebuah

topik yang harus mereka pelajari atau ingat. Setelah setiap siswa tadi menyelesaikan

pembelajarannya dan kemudian saling mengajarkan (menjelaskan) tentang materi yang

menjadi tugasnya atau saling bekerjasama untuk membentuk sebuah kesatuan materi

yang utuh saat mereka menyelesaikan sebuah tugas atau teka-teki.

19. Jigsaw II

Tipe model pembelajaran kooperatif yang satu ini adalah modifikasi dari tipe

Jigsaw. Jigsaw II dikembangkan oleh Robert Slavin pada tahun 1980 di mana semua

anggota kelompok asal mempelajari satu topik yang sama, hanya saja masing-masing

anggota difokuskan untuk mendalami bagian-bagian tertentu dari topik itu. Setiap

anggota kelompok asal harus menjadi ahli dalam bagian topik yang mereka dalami.

Seperti Jigsaw, di tipe Jigsaw II ini mereka juga harus mengajarkan keahliannya pada

anggota kelompok asalnya yang lain secara bergantian.

20. Reverse Jigsaw (Kebalikan Jigsaw)

Tipe model pembelajaran kooperatif ini dikembangkan oleh Timothy Hedeen

(2003). Perbedaanya dengan tipe Jigsaw adalah, bila pada model pembelajaran kooperatif

tipe jigsaw anggota kelompok ahli hanya mengajarkan keahliannya kepada anggota

kelompok asal, maka pada model pembelajaran kooperatif reverse jigsaw ini, siswa-siswa

Page 14: Model-model Pembelajaran

dari kelompok ahli mengajarkan keahlian mereka (materi yang mereka pelajari atau

dalami) kepada seluruh kelas.

21. NHT (Numbered Heads Together) – Kepala Bernomor Bersama

Pada model pembelajaran kooperatif tipe NHT, minta siswa untuk menomori diri

mereka masing dalam kelompoknya mulai dari 1 hingga 4. Ajukan sebuah pertanyaan

dan beri batasan waktu tertentu untuk menjawabnya. Siswa yang mengangkat tangan jika

bisa menjawa pertanyaan guru tersebut. Guru menyebut suatu angka (antara 1 sampai 4)

dan meminta seluruh siswa dari semua kelompok dengan nomor tersebut menjawab

pertanyaan tadi. Guru menandai siswa-siswa yang menjawab benar dan memperkaya

pemahaman siswa tentang jawaban pertanyaan itu melalui diskusi.

22. TGT (Team Game Tournament)

Model pembelajaran kooperatif tipe TGT mirip dengan model pembelajaran

kooperatif tipe STAD, tetapi bedanya hanya pada kuis yang digantikan dengan turnamen

mingguan (Slavin, 1994). Pada model pembelajaran kooperatif ini, siswa-siswa saling

berkompetisi dengan siswa dari kelompok lain agar dapat memberikan kontribusi poin

bagi kelompoknya. Suatu prosedur tertentu digunakan untuk membuat permainan atau

turnamen berjalan secara adil.

23. Three-Step Interview (Wawancara Tiga Langkah)

Pada model pembelajaran kooperatif tipe three-step interview (disebut juga three

problem-solving) dilakukan 3 langkah untuk memecahkan masalah. Pada langkah

pertama guru menyampaikan isu yang dapat memunculkan beragam opini, kemudian

mengajukan beberapa pertanyaan-pertanyaan kepada seluruh siswa di kelas. Langkah

kedua, siswa secara berpasangan bermain peran sebagai pewawancara dan orang yang

diwawancarai. Kemudian, di langkah yang ketiga, setelah wawancara pertama dilakukan

maka pasangan bertukar peran: pewawancara berperan sebagai orang yang diwawancarai

dan sebaliknya orang yang tadi mewawancarai menjadi orang yang diwawancarai.

Setelah semua pasangan telah bertukar peran, selanjutnya setiap pasangan dapat

membagikan atau mempresentasikan hasil wawancara mereka kepada seluruh kelas

Page 15: Model-model Pembelajaran

secara bergiliran. Tipe model pembelajaran kooperatif ini (three-step interview) ini

efektif untuk mengajarkan siswa problem solving (pemecahan masalah).

24. Three-Minute Review (Reviu Tiga Langkah)

Model pembelajaran kooperatif tipe three-minute review efektif untuk digunakan

saat guru berhenti pada saat-saat tertentu selama sebuah diskusi atau presentasi

berlangsung, dan mengajak siswa mereviu apa yang telah mereka ungkapkan saat diskusi

di dalam kelompok mereka. Siswa-siswa dalam kelompok-kelompok itu dapat bertanya

untuk mengklarifikasi kepada anggota lainnya atau menjawab pertanyaan-pertanyaan dari

anggota lain. Misalnya setelah diskusi tentang proses-proses kompleks yang terjadi di

dalam tubuh manusia misalnya pencernaan makanan, siswa dapat membentuk kelompok-

kelompok dan mereviu proses diskusi dan mengajukan pertanyaan-pertanyaan untuk

mengklarifikasi.

25. GI (Group Investigasi)

Model pembelajaran kooperatif tipe group investigasi dapat dipakai guru untuk

mengembangkan kreativitas siswa, baik secara perorangan maupun kelompok. Model

pembelajaran kooperatif dirancang untuk membantu terjadinya pembagian tanggung

jawab ketika siswa mengikuti pembelajaran dan berorientasi menuju pembentukan

manusia sosial (Mafune,2005:4).

Model pembelajaran kooperatif dipandang sebagai proses pembelajaran yang

aktif, sebab siswa akan lebih banyak belajar melalui proses pembentukan (contructing)

dan penciptaan, kerja dalam kelompok dan berbagi pengetahuan serta tanggung jawab

individu tetap merupakan kunci keberhasilan pembelajaran.

Asumsi yang digunakan sebagai acuan dalam pengembangan Model pembelajaran

kooperatif tipe group investigasi, yaitu (1) untuk meningkatkan kemampuan kreativitas

siswa dapat ditempuh melalui pengembangan proses kreatif menuju suatu kesadaran dan

pengembangan alat bantu yang secara eksplisit mendukung kreativitas, (2) komponen

emosional lebihpenting daripada intelektual, yang tak rasional lebih penting daripada

yang rasional dan (3) untuk meningkatkan peluang keberhasilan dalam memecahkan

suatu masalah harus lebih dahulu memahami komponen emosioanl dan irrasional.

Page 16: Model-model Pembelajaran

26. Go Around (Berputar)

Model pembelajaran kooperatif tipe go around sebenarnya adalah variasi dari

model pembelajaran kooperatif tipe group investigasi.

Langkah-Langkah Pembelajaran:

1) Membagi siswa kedalam kelompok kecil yang terdiri dari 4 - 5 siswa

2) Memberikan pertanyaan terbuka yang bersifat analitis

3) Mengajak setiap siswa untuk berpartisipasi dalam menjawab pertanyaan

kelompoknya secara bergiliran searah jarum jam dalam kurun waktu yang

disepakati.

27. Reciprocal Teaching (Pengajaran Timbal Balik)

Model pembelajaran kooperatif tipe reciprocal teaching (pengajaran timbal balik)

dikembangkan oleh Brown & Paliscar (1982). Pengajaran timbal balik atau reciprocal

teaching ini juga merupakan sebuah model pembelajaran kooperatif yang meminta siswa

untuk membentuk pasangan-pasangan saat berpartisipasi dalam sebuah dialog

(percakapan atau diskusi) mengenai sebuah teks (bahan bacaan). Setiap anggota pasangan

akanbergantian membaca teks dan mengajukan pertanyaan-pertanyaan, menerima dan

memperoleh umpan balik (feedback). Model pembelajaran tipe reciprocal teaching ini

memungkinkan siswa untuk melatih dan menggunakan teknik-teknik metakognitif seperti

mengklarifikasi, bertanya, memprediksi, dan menyimpulkan. Model pembelajaran

kooperatif tipe reciprocal teaching ini dikembangkan atas dasar bahwa siswa dapat

belajar secara efektif dari siswa lainnya.

28. CIRC (Cooperative Integrated Reading Composition)

Model pembelajaran kooperatif tipe CIRC (cooperative integrated reading

composition) adalah sebuah model pembelajaran yang sengaja dirancang untuk

mengembangkan kemampuan membaca, menulis, dan keterampilan-keterampilan

berbahasa lainnya baik pada jenjang pendidikan tinggi maupun jenjang dasar. Pada tipe

model pembelajaran kooperatif yang satu ini siswa tidak hanya mendapat kesempatan

belajar melalui presentasi langsung oleh guru tentang keterampilan membaca dan

Page 17: Model-model Pembelajaran

menulis, tetapi juga teknik menulis sebuah komposisi (naskah). CIRC dikembangkan

untuk menyokong pendekatan pembelajaran tradisional pada mata pelajaran bahasa yang

disebut “kelompok membaca berbasis keterampilan”. Pada model pembelajaran CIRC ini

siswa berpasang-pasangan di dalam kelompoknya. Ketika guru sedang membantu sebuah

kelompok-membaca (reading group), pasangan-pasangan saling mengajari satu sama lain

bagaimana “membaca-bermakna” dan keterampilan menulis melalui teknik reciprocal

(timbal balik). Mereka diminta untuk saling bantu untuk menunjukkan aktivitas

pengembangan keterampilan dasar berbahasa (misalnya membaca bersuara (oral

reading), menebak konteks bacaan, mengemukakan pertanyaan terkait bacaan,

menyimpulkan, meringkas, menulis sebuah komposisi berdasarkan sebuah cerita, hingga

merevisi sebuah komposisi). Setelah itu, buku kumpulan komposisi hasil kelompok

dipublikasikan pada akhir proses pembelajaran. Semua kelompok (tim) kemudian

diberikan penghargaan atas upaya mereka dalam belajar dan menyelesaikan tugas

membaca dan menulis.

29. The Williams

Tipe model pembelajaran kooperatif The Williams mengajak siswa melakukan

kolaborasi untuk menjawab sebuah pertanyaan besar yang merupakan sebuah tujuan

pembelajaran. Pada model pembelajaran ini siswa dikelompok-kelompoknya secara

heterogen seperti pada tipe STAD. Kemudian setiap kelompok diberikan pertanyaan yang

berbeda-beda dengan tujuan untuk meningkatkan kemampuan kognitif yang

memungkinkan siswa dapat mencapai tujuan pembelajaran tersebut.

30. TPS (Think Pairs Share)

Model pembelajaran kooperatif tipe TPS (think pairs share) mulanya

dikembangkan oleh Frank T. Lyman (1981). Tipe model pembelajaran kooperatif ini

memungkinkan setiap anggota pasangan siswa untuk berkontemplasi terhadap sebuah

pertanyaan yang diajukan. Setelah diberikan waktu yang cukup mereka selanjutnya

diminta untuk mendiskusikan apa yang telah mereka pikirkan tadi (hasil kontemplasi)

dengan pasangannya masing-masing. Setelah diskusi dengan pasangan selesai, guru

kemudian mengumpulkan tanggapan atau jawaban atas pertanyaan yang telah diajukan

tersebut dari seluruh kelas.

Page 18: Model-model Pembelajaran

31. TPC (Think Pairs Check)

Model pembelajaran kooperatif tipe think pairs-check adalah modifikasi dari

tipe think pairs share, di mana penekanan pembelajaran ada pada saat mereka diminta

untuk saling cek jawaban atau tanggapan terhadap pertanyaan guru saat berada dalam

pasangan.

32. TPW (Think Pairs Write)

Tipe model pembelajaran kooperatif TPW (Think Pairs Write) juga merupakan

variasi dari model pembelajaran kooperatif tipe TPS (Think Pairs Share). Penekanan

model pembelajaran kooperatif tipe ini adalah setelah mereka berpasangan, mereka

diminta untuk menuliskan jawaban atau tanggapan terhadappertanyaan yang telah

diberikan oleh guru. Model pembelajaran kooperatif tipe TPW ini sangat cocok untuk

pelajaran menulis.

33. Tea Party (Pesta Minum Teh)

Pada model pembelajaran kooperatif tipe tea party, siswa membentuk dua

lingkaran konsentris atau dua barisan di mana siswa saling berhadapan satu sama lain.

Guru mengajukan sebuah pertanyaan (pada bidang mata pelajaran apa saja) dan

kemudian siswa mendiskusikan jawabannya dengan siswa yang berhadapanan

dengannya. Setelah satu menit, baris terluar atau lingkaran terluar bergerak searah jarum

jam sehingga akan berhadapan dengan pasangan yang baru. Guru kemudian mengajukan

pertanyaan kedua untuk mereka diskusikan. Langkah-langkah seperti ini terus dilanjutkan

hingga guru selesai mengajukan 5 atau lebih pertanyaan untuk didiskusikan. Untuk

sedikit variasi dapat pula  siswa diminta menuliskan pertanyaan-pertanyaan pada kartu-

kartu untuk catatan nanti bila diadakan tes.

34. Write Around (Menulis Berputar)

Model pembelajaran kooperatif tipe write around ini cocok digunakan untuk

menulis kreatif atau untuk menulis simpulan. Pertama-tama guru memberikan sebuah

kalimat pembuka (contohnya: Bila kamu akan berulang tahun, maka kamu akan meminta

hadiah berupa...). Mintalah semua siswa dalam setiap kelompok untuk menyelesaikan

Page 19: Model-model Pembelajaran

kalimat tersebut. Selanjutnya mereka ia menyerahkan kertas berisi tulisannya tersebut ke

sebelah kanan, dan membaca kertas lain yang mereka terima setelah diserahkan oleh

kelompok lain, kemudian menambahkan satu kalimat lagi. Setelah beberapa kali putaran,

maka akan diperoleh 4 buah cerita atau tulisan (bila di kelas dibentuk 4 kelompok).

Selanjutnya beri waktu bagi mereka untuk membuat sebuah kesimpulan dan atau

mengedit bagian-bagian tertentu, kemudian membagi cerita atau simpulan itu dengan

seluruh kelas. Write around adalah modifikasi dari model pembelajaran kooperatif go

around.

35. Round Robin Brainstorming atau Rally Robin

Contoh pelaksanaan model pembelajaran kooperatif Round Robin Brainstorming

misalnya : berikan sebuah kategori (misalnya “nama-nama sungai di Indonesia) untuk

didiskusikan. Mintalah siswa bergantian untuk menyebutkan item-item yang termasuk ke

dalam kategori tersebut.

36. LT (Learnig Together)

Orang yang pertama kali mengembangkan jenis model pembelajaran kooperatif

tipe Learning Together (Belajar Bersama) ini adalah David johnson dan Roger Johnson di

Universitas Minnesota pada tahun 1999. Pada model pembelajaran kooperatif

tipe Learning Together, siswa dibentuk oleh 4 – 5 orang siswa yang heterogen untuk

mengerjakan sebuah lembar tugas. Setiap kelompok hanya diberikan satu lembar kerja.

Mereka kemudian diberikan pujian dan penghargaan berdasarkan hasil kerja kelompok.

Pada model pembelajaran Kooperatif dengan variasi sepertiLearning Together ini, setiap

kelompok diarahkan untuk melakukan kegiatan-kegiatan untuk membangun kekompakan

kelompok terlebih dahulu dan diskusi tentang bagaimana sebaiknya mereka bekerjasama

dalam kelompok.

37. Student Team Learning (STL - Kelompok Belajar Siswa)

Model pembelajaran kooperatif tipe student team learning ini dikembangkan di

John Hopkins University – Amerika Serikat. Lebih dari separuh penelitian tentang

pembelajaran kooperatif di sana menggunakan student team learning. Pada dasarnya

model pembelajaran kooperatif yang satu ini sama saja dengan model pembelajaran

Page 20: Model-model Pembelajaran

kooperatif yang lain yaitu adanya ide dasar bahwa siswa harus bekerjasama dan turut

bertanggungjawab terhadap pembelajaran siswa lainnya yang merupakan anggota

kelompoknya. Pada tipe STL ini penekanannya adalah bahwa setiap kelompok harus

belajar sebagai sebuah tim.

Ada 3 konsep sentral pada model pembelajaran kooperatif tipe STL ini, yaitu: (1)

penghargaan terhadap kelompok; (2) akuntabilitas individual; (3) kesempatan yang sama

untuk memperoleh kesuksesan. Pada sebuah kelas yang menerapkan model pembelajaran

ini, setiap kelompok dapat memperoleh penghargaan apabila mereka berhasil melampaui

ktiteria yang telah ditetapkan sebelumnya. Akuntabilitas individual bermakna bahwa

kesuksesan sebuah kelompok bergantung pada pembelajaran yang dilakukan oleh setiap

individu anggotanya. Pada model pembelajaran tipe STL, setiap siswa baik dari

kelompok atas, menengah, atau bawah dapat memberikan kontribusi yang sama bagi

kesuksesan kelompoknya, karena skor mereka dihitung berdasarkan skor peningkatan

dari pembelajaran mereka sebelumnya.

38. Two Stay Two Stray

Model pembelajaran kooperatif two stay two stray ini sebenarnya dapat dibuat

variasinya, yaitu berkaitan dengan jumlah siswa yang tinggal di kelompoknya dan yang

berpencar ke kelompok lain. Misalnya: (1) one stay three stray (satu tinggal tiga

berpencar); dan (2) three stay one stray (tiga tinggal satu berpencar). Model pembelajaran

kooperatif tipe  Two Stay Two Stray dikembangkan pertama kali oleh Spencer

Kagan (1990). Dengan struktur kelompok kooperatif seperti tipe two stay two stray ini

dapat memberikan kesempatan kepada tiap kelompok untuk saling berbagi informasi

dengan kelompok-kelompok lain.

Page 21: Model-model Pembelajaran

Daftar Pustaka

Istarani. 2011. 58 Model Pembelajaran Inovatif. Medan: Media Persada

http://ibnufajar75.wordpress.com/2014/05/31/model-model-pembelajaran-yang-sesuai-

dengan-kurikulum-2013/

http://s3.amazonaws.com/ppt-download/jenis-jenismodelpembelajarankooperatif-

131220181957-phpapp01.docx?response-content-

disposition=attachment&Signature=EhYpRHcrma5A4uhIWPAF2TM10vs

%3D&Expires=1409990095&AWSAccessKeyId=AKIAI6DXMWX6TBWAHQCQ

http://belajarpsikologi.com/macam-macam-metode-pembelajaran/

http://hariyanto02mei.blogspot.com/2013/09/model-pembelajaran-kontekstual-ctl.html

https://docs.google.com/document/export?format=docx&id=1vr-

yuUFR3AfAcHtQqB2NBBvA2ImsD02rU_tnMh4zJiY&token=AC4w5VihK8ZZeHrHi43Ff

AabEa_2EPa9Xw%3A1409992730598&authkey=COG3w4kO