48
4 MODEL PEMBELAJARAN YANG EFEKTIF DI SEKOLAH DASAR MAKALAH Diajukan untuk Memenuhi Tugas Ulangan Akhir Semester Pada Mata Kuliah Model-model Pembelajaran IPS Dosen : Dra. Hj. Momoh Halimah, M.Pd Oleh : Nama : Anggi Saputra NIM : 1305476 No. Absen : 27 Kelas : 3 A PGSD PROGRAM S1 PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR

MODEL PEMBELAJARAN YANG EFEKTIF DI SEKOLAH DASAR (Oleh : Anggi Saputra)

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: MODEL PEMBELAJARAN YANG EFEKTIF DI SEKOLAH DASAR (Oleh : Anggi Saputra)

4

MODEL PEMBELAJARAN YANG EFEKTIF DI SEKOLAH DASAR

MAKALAH

Diajukan untuk Memenuhi Tugas Ulangan Akhir Semester Pada Mata Kuliah

Model-model Pembelajaran IPS

Dosen : Dra. Hj. Momoh Halimah, M.Pd

Oleh :

Nama : Anggi Saputra

NIM : 1305476

No. Absen : 27

Kelas : 3 A PGSD

PROGRAM S1 PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR

UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA

KAMPUS TASIKMALAYA

2015

Page 2: MODEL PEMBELAJARAN YANG EFEKTIF DI SEKOLAH DASAR (Oleh : Anggi Saputra)

5

BAB IIPEMBAHASAN

A. Dasar Pemikiran Perlunya Model Pembelajaran dan Hakikat Model

Pembelajaran

Untuk memperkokoh pemahaman tentang model-model pembelajaran, perlu

dikaji kembali beberapa asumsi tentang belajar :

1. Setiap individu pada setiap tingkatan usia memiliki

potensi untuk belajar, namun dalam prosesnya, keberhasilan antar individu

akan beragam, ada yang cepat dan ada yang lambat bergantung pada motivasi

dan cara yang digunakannya.

2. Tiap individu mengalami proses perubahan dimana situasi belajar yang baru

sangat mungkin menimbulkan keraguan, kebingungan bahkan

ketidaksenangan, tetapi di pihak lain banyak juga yang menyenangkan

(Mangkuprawira, 2008:1) dalam Aunurrahman, (2012:142). Sebelum mengkaji

lebih dalam tentang model-model pembelajaran, ada baiknya kita pahami

kerangka pikir Gagne yang menegaskan lima kemampuan manusia yang

merupakan hasil belajar sehingga memerlukan berbagai model dan strategi

pembelajaran untuk mencapainya, yaitu :

1. Keterampilan intelektual, yakni sejumlah pengetahuan mulai dari

kemampuan baca, tulis, hitung sampai kepada pemikiran yang rumit.

Kemampuan ini sangat tergantung pada kapasitas intelektual, kecerdasan

sosial seseorang dan kesempatan belajar yang tersedia.

2. Strategi kognitif, yaitu kemampuan mengatur cara belajar dan berpikir

seseorang dalam arti seluas-luasnya, termasuk kemampuan memecahkan

masalah.

3. Informasi verbal, yakni pengetahuan dalam arti informasi dan fakta.

4. Kemampuan motorik, yakni kemampuan dalam bentuk keterampilan

menggunakan sesuatu, keterampilan gerak.

5. Sikap dan nilai, yakni hasil belajar yang berhubungan dengan sikap,

intensitas emosional (Depdikanas,1998/1999:16)

Penggunaan model pembelajaran yang tepat dapat mendorong tumbuhnya

rasa senang siswa terhadap pelajaran, menumbuhkan dan meningkatakan motivasi

Page 3: MODEL PEMBELAJARAN YANG EFEKTIF DI SEKOLAH DASAR (Oleh : Anggi Saputra)

6

dalam mengerjakan tugas, memberikan kemudahan bagi siswa untuk memahami

pelajaran sehingga memungkinkan siswa mencapai hasil belajar yang lebih baik.

Ukuran keberhasilan mengajar guru utamanya adalah terletak pada terjadi

tidaknya peningkatan hasil belajar siswa. Karena itu melalui pemilihan model

pembelajaran yang tepat guru dapat memilih atau menyesuaikan jenis pendekatan

dan metode pembelajaran dengan karakteristik materi pelajaran yang disajikan.

Hal penting yang harus selalu diingat bahwa tidak ada satu strategi pembelajaran

yang paling ampuh untuk segala situasi. Oleh sebab itu guru dituntut untuk

memiliki pemahaman yang komprehensip serta mampu mengambil keputusan

yang rasional kapan waktu yang tepat untuk menerapkan salah satu atau beberapa

strategi secara efektif (Killen, 1998). Kecermatan guru di dalam menentukan

model pembelajaran menjadi semakin penting, karena pembelajaran adalah suatu

proses yang kompleks yang di dalamnya melibatkan berbagai unsur yang dinamis.

Lieach & Scott (1995), mengingatkan beberapa hal yang perlu dipertimbangkan

guru dalam memilih dan menentukan model pembelajaran dengan mengkaji

kemana pembelajaran akan dititikberatkan, apakah pada outcome, proses atau

conten. Dalam uraian masing-masing orientasi tersebut terdapat beberapa aspek

kegiatan yang harus dilakukan guru :

a. Bilamana guru memutuskan untuk mengarahkan proses pembelajaran pada

outcome, maka guru harus merumuskan beberapa pertanyaan untuk dirinya

sendiri tentang :

1) Apa yang saya harapkan dari siswa-siswa pada akhir pembelajaran.

2) Jenis pengetahuan dan dorongan seperti apa yang saya harapkan dapat dimiliki

oleh siswa.

3) Jenis keterampilan seperti apa yang saya harapkan dapat didemonstrasikan oleh

para siswa.

4) Sikap dan nilai-nilai apa yang seharusnya dimiliki oleh siswa.

5) Mengapa saya mengharuskan siswa-siswa mempelajari hal ini.

6) Pengetahuan, sikap dan keterampilan apa yang seharusnya penting dimiliki

siswa yang harus saya ajarkan.

7) Bagaimana cara saya mengetahui bahwa siswa dapat mengembangkan

pengetahuan, sikap dan keterampilan yang daya harapkan.

Page 4: MODEL PEMBELAJARAN YANG EFEKTIF DI SEKOLAH DASAR (Oleh : Anggi Saputra)

7

b. Bilamana guru memutuskan untuk menitikberatkan pada content pembelajaran,

maka guru harus merumuskan beberapa pertanyaan untuk dirinya sendiri

tentang :

1) Apa saja materi esensial yang harus dimengerti oleh siswa untuk mendukung

hasil belajar yang saya diharapkan.

2) Apa yang menjadi sumber-sumber belajar yang dapat dipergunakan untuk

mendukung materi pelajaran.

3) Kemampuan berpikir siswa seperti apa yang perlu dinilai dan bagaimana cara

saya melakukan penilaiannya. Mengapa hal itu penting dilakukan.

4) Kekeliruan pemahaman dan miskonsepsi seperti apa yang umumnya terjadi

dalam penyampaian materi yang dilakukan.

5) Bagaimana saya dapat memninialisasi atau mengurangi kekeliruan pemahaman

dan miskonsepsi pada siswa.

c. Bilamana guru memutuskan untuk menitikberatkan pada proses pembelajaran,

maka guru harus merumuskan beberapa pertanyaan untuk dirinya sendiri

tentang :

1) Bagaimana strategi yang harus dilakukan agar para siswa dapat lebih mudah

memahami melalui pembelajaran yang dilakukan.

2) Bagaimana siswa dapat mengembangkan keterampilan-keterampilannya.

3) Bagaimana siswa dapat mengambangkan sikap dan nilai.

4) Bagaimana struktur pengorganisasisan kelas yang harus dikembangkan untuk

mendukung terjadinya proses pembelajaran yang efektif.

5) Apa saja jenis atau bentuk strategi pembelajaran yang menjadi penekanan jika

dikaitkan dengan jenis sikap, keterampilan dan pengetahuan yang

dikembangkan melalui proses pembelajaran yang dilakukan.

6) Bagaimana merancang dan mengorganisasi materi pelajaran agar siswa mudah

mempelajarinya.

7) Apakah siswa memiliki pengetahuan, keterampilan dan sikap yang diperlukan

untuk mendukung strategi pembelajaran yang dikembangkan.

8) Seberapa banyak waktu, ruang dan sumber-sumber belajar yang dimiliki

sehingga dapat mendukung strategi pembelajaran yang dipergunkan.

Page 5: MODEL PEMBELAJARAN YANG EFEKTIF DI SEKOLAH DASAR (Oleh : Anggi Saputra)

8

9) Apakah strategi pemotivasi dapat dipergunakan untuk mempercepat

tumbuhnya rasa percaya diri para siswa.

10) Bagaiamana cara mengetahui bahwa pembelajaran yang dilaksanakan secara

optimal seperti yang direncanakan.

Keberhasilan proses pembelajaran tidak terlepas dari kemampuan guru

mengembangkan model-model pembelajaran yang berorientasi pada peningkatan

intensitas keterlibatan siswa secara efektif di dalam proses pembelajaran.

Pengembangan model pembelajaran yang tepat pada dasarnya bertujuan untuk

menciptakan kondisi pembelajaran yang memungkinkan siswa dapat belajar

secara aktif dan menyenangkan sehingga siswa meraih hasil belajar dan prestasi

yang optimal.

Istilah model dapat diartikan sebagai barang atau benda tiruan/imitasi dari

benda yang sebenarnya contohnya replika rangka manusia. Model pembelajaran

dapat diartikan sebagai kerangka konseptual yang melukiskan prosedur yang

sistematis dalam mengorganisasikan pengalaman belajar untuk mencapai tujuan

belajar tertentu, dan berfungsi sebagai pedoman bagi para perancang

pembelajaran dan para guru untuk merencanakan dan melaksanakan aktivitas

pembelajaran (Aunurrahman, 2012:146). Brady (1985:7) dalam (Aunurarrahman,

2012:146) mengemukakan bahawa model-model pembelajaran dapat diartikan

sebagai blueprint yang dapat dipergunakan untuk membimbing guru di dalam

mempersiapkan dan melaksanakan pembelajaran. Sejalan dengan hal itu Joyce et

al., 1992:24 dalam Edi Hendri Mulyana (2012:110) mengemukakan bahwa model

pembelajaran adalah suatu rencana atau pola yang dapat dipakai untuk merancang

mekanisme suatu pengajaran yang mencakup sumber belajar, subyek pembelajar,

lingkungan belajar dan kurikulum.

Suatu model pembelajaran harus memenuhi empat karakteristik dasar yaitu

sintaks, sistem sosial, prinsip-prinsip reaksi, dan sistem pendukung. Sintaks

(pemfasean/pentahapan) merupakan pengoperasian model. Sintaks ditunjukan

dengan deretan aktivitas yang disebut fase. Sistem sosial merupakan penjelasan

tentang peranan guru dan pebelajar. Prinsip-prinsip rekasi merupakan bagaimana

sebaiknya guru bersikap dan berespon terhadap aktivitas siswa. Adapun sistem

sosial pendukung menjelaskan hal-hal yang diperlukan sebagai kelengkapan

Page 6: MODEL PEMBELAJARAN YANG EFEKTIF DI SEKOLAH DASAR (Oleh : Anggi Saputra)

9

model di luar manusia. Jadi, setiap masing-masing model dalam pembelajaran

memiliki sintaks, orientasi dan penekanan tersendiri.

Untuk selanjutnya, Brady (1985:7) dalam Aunurrahman (2012:146)

mengemukakan premis tentang model pembelajaran, yaitu :

1. Model memberikan arah untuk persiapan dan implementasi kegiatan

pembelajaran. Karena itu model pembelajaran lebih bermuatan praktis

implementatif dari pada bermuatan teori.

2. Meskipun terdapat sejumlah model pembelajaran yang berbeda, namun

pemisahan antara satu model dengan model yang lain tidak bersifat deskrit.

Meskipun terdapat beberapa jenis model yang berbeda, model-model tersebut

memiliki keterkaitan, terlebih lagi di dalam proses implementasinya. Oleh

sebab itu, guru harus menginterprestasikannya ke dalam perilaku mengajar

guna mewujudkan pembelajaran yang bermakna.

3. Tidak ada satupun model pembelajaran yang memiliki kedudukan lebih

penting dan lebih baik dari yang lain. Tidak satupun model tunggal yang dapat

merealisasikan berbagai jenis dan tingkatan tujuan pembelajaran yang berbeda.

4. Pengetahuan guru tentang berbagai model pembelajaran memiliki arti penting

di dalam mewujudkan efesiensi dan efektivitas pembelajaran. Keunggulan

model pembelajaran dapat dihasilkan bilamana guru mampu mengadaptasikan

atau mengkombinasikan beberapa model sehingga menjadi lebih serasi dalam

mencapai hasil belajar siswa yang lebih baik.

B. Ciri Model Pembelajaran

Model pembelajaran mempunyai makna yang lebih luas dari  pendekatan,

strategi, metode, dan teknik.  Karena itu, suatu rancangan pembelajaran atau

rencana pembelajaran disebut menggunakan model pembelajaran apabila

mempunyai empat ciri khusus, yaitu :

1. Rasional teoretik yang logis yang disusun oleh penciptanya atau

pengembangnya

2. Landasan pemikiran tentang apa dan bagaimana siswa belajar (tujuan

pembelajaran yang akan dicapai)

Page 7: MODEL PEMBELAJARAN YANG EFEKTIF DI SEKOLAH DASAR (Oleh : Anggi Saputra)

10

3. Tingkah laku yang diperlukan agar model tersebut dapat dilaksanakan

secara berhasil, dan

4. Lingkungan belajar yang diperlukan agar tujuan pembelajaran itu dapat

tercapai (Kardi dan Nur dalam Trianto 2007).

Suatu model pembelajaran akan memuat antara lain: (a) deskripsi

lingkungan  belajar, (b) pendekatan, metode, teknik, dan strategi, (c) manfaat

pembelajaran, (d) materi pembelajaran (kurikulum), (e) media, dan (f) desain

pembelajaran.

Menurut Jioyce dan Weil (1986) memiliki unsur-unsur sebagai berikut: 

a. Sintaks (Syntax) yaitu urutan langkah pengajaran yang menunjuk pada

fase-fase /tahap-tahap yang harus dilakukan oleh guru bila ia

menggunakan model pembelajaran tertentu. Misalnya model eduktif

akan menggunakan sintak yang berbeda dengan model induktif

b. Prinsip reaksi (Principles of Reaction) berkaitan dengan pola kegiatan

yang menggambarkan bagaimana seharusnya guru melihat dan

memperlakukan para siswa, termasuk bagaimana seharusnya guru

memberikan respon terhadap siswa. Prinsip ini memberi petunjuk

bagaimana seharusnya guru menggunakan aturan permainan yang

berlaku pada setiap model.

c. Sistem sosial (The Social System) adalah pola hubungan guru dengan

siswa pada saat terjadinya proses pembelajaran (situasi atau suasana dan

norma yang berlaku dalam penggunaan model pembelajaran tertentu)

d. Sistem Pendukung (Support System) yaitu segala sarana, bahan dan alat

yang diperlukan untuk menunjang terlaksananya proses pembelajaran

secara optimal.

e. Dampak Instruksional (Instructional Effect) dan Dampak Pengiring

(Nurturant Effects). Dampak instruksional adalah hasil belajar yang

dicapai atau yang berkaitan langsung dengan materi pembelajaran,

sementara dampak pengiring adalah hasil belajar samapingan (iringan)

yang dicapai sebagai akibat dari penggunaan model pembelajaran

tertentu. 

Page 8: MODEL PEMBELAJARAN YANG EFEKTIF DI SEKOLAH DASAR (Oleh : Anggi Saputra)

11

C. Faktor yang Mempengaruhi Model Pembelajaran

Adapun faktor-faktor yang mempengaruih suatu model pembelajaran

yakni :

1. Sifat dari materi yang akan diajarkan

2. Tujuan akan dicapai dalam pengajaran,

3. Tingkat kemampuan peserta didik,

4. Jam pelajaran (waktu pelajaran),

5. Lingkungan belajar,

6. Fasilitas penunjang yang tersedia.

D. Kualitas Model Pembelajaran

Kualitas model pembelajaran dapat dilihat dari dua aspek, yaitu proses dan

produk. Aspek proses mengacu apakah pembelajaran mampu menciptakan situasi

belajar yang menyenangkan  (joyful learning) serta mendorong siswa  untuk aktif

belajar dan berpikir kreatif.  Aspek produk mengacu apakah pembelajaran mampu

mencapai tujuan (kompetensi), yaitu meningkatkan kemampuan siswa sesuai

dengan standar kemampuan atau kompetensi yang ditentukan. Dalam hal ini

sebelum melihat hasilnya, terlebih dahulu aspek proses sudah dapat dipastikan

berlangsung baik. Karena itu, setiap model memerlukan sistem pengelolaan dan

lingkungan belajar yang berbeda. Setiap model memberikan peran yang berbeda

kepada siswa, pada ruang fisik, dan pada sistem sosial kelas. Sifat materi dari

sistem saraf (penerimaan/proses berpikir) banyak konsep dan informasi-informasi

dari teks buku bacaan materi ajar siswa, di samping banyak kegiatan pengamatan

gambar-gambar. Tujuan yang akan dicapai meliputi aspek kognitif (produk dan

proses) dari kegiatan pemahaman bacaan dan lembar kegiatan siswa (Trianto

2007: 5-6)

E. Kelompok dan Jenis—jenis Model Pembelajaran

Ada sejumlah pandangan atau pendapat berkenaan dengan model

pembelajaran yang perlu kita kaji untuk memperluas pemahaman dan wawasan

kita sehingga kita dapat fleksibel dalam menentukan salah satu atau beberapa

model pembelajaran yang tepat. Beberapa model pembelajaran tersebut antara lain

Page 9: MODEL PEMBELAJARAN YANG EFEKTIF DI SEKOLAH DASAR (Oleh : Anggi Saputra)

12

dikemukakan bahwa oleh Lapp, Bender, Ellenwood, & John (1975) dalam

(Aunurrahman, 2012: 147) yang berpendapat bahwa berbagai aktivitas belajar

mengajar dapat dijabarkan dar 4 model utama, yaitu :

1. The Classical Model, dimana guru lebih menitikberatkan peranannya dalam

pemberian informasi melalui mata pelajaran dan materi pelajaran yang

disajikannya.

2. The Technological Model, yang lebih menitikberatkan peranan pendidik

sebagai transmisi informasi, lebih dititikberatkan untuk mencapai kompetensi

individual siswa.

3. The Personalised Model, dimana proses pembelajaran dikembangkan dengan

memperhatikan minat, pengalaman dan perkembangan siswa untuk

mengaktualisasikan pontensi-potensi individualitasnya.

4. The Interaction Model, dengan menitikberatkan pola interdepensi antara guru

dan siswa sehingga tercipta komunikasi dialogis di dalam proses pembelajaran.

Stalling (1997) dalam Anurrahman (2012: 148), mengemukakan 5 model

dalam pembelajaran :

1. The Exploratory Model. Model ini pada dasarnya bertujuan untuk

mengembangkan kreativitas dan independensi siswa.

2. The Group Process Model. Model ini utamanya diarahkan untuk

mengembangkan kesadaran diri, rasa tanggung jawab dan kemampuan

bekerjasama antara siswa.

3. The Developmental Cognitive Model, yang mentitikberatkan untuk

mengembangkan keterampilan-keterampilan kognitif.

4. The Programmed Model, yang dititikberatkan untuk mengembangkan

keterampilan-keterampilan dasar melalui modifikasi tingkah laku.

5. The Fundamental Model, yang menitikberatkan untuk mengembangkan

keterampilan-keterampilan dasar melalui pengetahuan factual.

Joyce, Weil, dan Calhoun (2000) dalam Aunurrahman (2012:148)

mendeskripsikan empat kategori model mengajar, yaitu model sosial (social

family), kelompok pengolahan informasi (information processing family),

kelompok model personal (personal family), dan kelompok model sistem perilaku

(behavioral system family).

Page 10: MODEL PEMBELAJARAN YANG EFEKTIF DI SEKOLAH DASAR (Oleh : Anggi Saputra)

13

Tabel 6.2

MODEL-MODEL PEMBELAJARAN

Families The Social Family The Information Processing

Family

The Personal Family

The Behavioral

System Family

Models

1. Patern in learning

1.1 Positive

interdependence

1.2 Structural inqury

2. Group investigation

3. Role playing

4. Jurisprudential inquiry

1. Inductive

thinking

(classification

oriented)

2. Concept

attainment

3. Mnemnics

(memory

assists)

4.Advance

organizers

5. Scientific

inquiry

6. Inquiry

training

7. Synectics

1. Non

directive

teaching

2.

Enhancing

self esteem

1. Mastery

learning

2. Direct

instruction

3. Simulation

4. Social learning

5. Programmed

Schedule (task

performacnce

reinforcement)

Sumber : Prof. Aunurrahman, M.Pd (2012:148). Belajar dan Pembelajaran. Bandung : CV.

ALFABETA

Dari tabel diatas maka dapat dijelaskan sebagai berikut :

1. Kelompok Model Interaksi Sosial (social interaction models)

Model interaksi sosial adalah suatu model pembelajaran yang beranjak dari

pandangan bahwa segala sesuatu tidak terlepas dari realita kehidupan, individu

tidak mungkin melepaskan dirinya dari interaksi dengan orang lain.

Kelompok model interaksi sosial meliputi sejumlah model yaitu : investigasi

kelompok (Group Investigation), bermain peran (role playing), penelitian

yurisprodensial (yurisprodential Inquiry), latihan laboratories (Laboratory

Training), penelitian ilmu sosial (Social Science Inquiry)

2. Kelompok Model Pengolahan Informasi (Information Processing Model)

Kelompok model pengolahan informasi salah satu kelompok model

pembelajaran yang lebih menitikberatkan pada aktivitas-aktivitas yang terkait

Page 11: MODEL PEMBELAJARAN YANG EFEKTIF DI SEKOLAH DASAR (Oleh : Anggi Saputra)

14

dengan kegiatan proses atau pengolahan informasi untuk meningkatkan

kapabilitas siswa melalui proses pembelajaran, yang termasuk dalam kelompok

model ini yaitu berpikir induktif (inductive thinking), pencapain konsep (concept

attainment), memorias, advance organizers, penelitian ilmiah (scientific inquiry),

inquiry training, synectics.

3. Kelompok Model Personal (The Personal System Family Model)

Model personal pada dasarnya berbentuk dari pandangan tentang “kediran”

individu. Adapun rumpun dari kelompok yaitu pembelajaran tanpa arahan artinya

model yang berfokus pada upaya memfasilitasi kegiatan pembelajaran. Model

pembelajaran untuk meningkatkan rasa percaya diri (Enchancing Self Esteem)

yakni dipergunakan oleh guru dalam menumbuhkan rasa percaya diri siswa.

Adapun rumpun dari Enchancing Self Esteem yakni model latihan kesadaran

(Ewarness Training Models), model pertemuan kelas (classroom meeting).

4. Kelompok Model-model Sistem Perilaku

Terdapat beberapa bentuk model yang termasuk kelompok model ini, yaitu

belajar tuntas (Mastery Learning), Pengajaran Langsung (Direct Instruction),

Simulasi (Simulation), belajar sosial (Social Learning).

Dalam model-model pembelajaran matematka fungsi model pembelajaran

yaitu sebagai acuan atau titik tolak dalam mendesain pelaksanaan pembelajaran

sehingga mewadahi pendekatan, teknik, metode, dan strategi.

Adapun komponen dari model pembelajaran yakni sebagai berikut ;

1. Deskripsi lingkungan belajar

2. Pendekatan, metode, teknik dan strategi

3. Manfaat pembelajaran

4. Materi pembelajaran (kurikulum)

5. Media, dan

6. Desain pembelajaran

Faktor yang mempengaruhi model pembelajaran yakni :

1. Sifat dari materi yang akan diajarkan

2. Tujuan akan dicapai dalam pengajaran

3. Tingkat kemampuan peserta didik

4. Jam pelajaran (waktu pelajaran)

Page 12: MODEL PEMBELAJARAN YANG EFEKTIF DI SEKOLAH DASAR (Oleh : Anggi Saputra)

15

5. Lingkungan belajar

6. Fasilitas penunjang yang tersedia

Adapun untuk mengukur kualitas pembelajaran dapat dilihat dari dua dua

aspek, yaitu aspek proses yakni apakah pembelajaran mampu menciptakan situasi

belajar yang menyenangkan serta mendorong siswa untuk aktif belajar dan

berpikir kreatif. Aspek produk mengacu apakah pembelajaran memapu mencapai

tujuan (kompetensi yang telah di tentukan)

Dengan demikian bertolak dari pandangan beberapa teori maka menurut

pendapat saya model pembelajaran adalah sebuah fenomena yang memiliki

subtansi, kondisi dan proses. Adapun subtansi model pembelajaran adalah wadah

dari pendekatan, strategi, metode dan teknik. Kondisi dari model pembelajaran

ditandai dengan 7 komponen pembelajaran yakni memiliki tujuan, guru, siswa,

bahan ajar, prosedur, media dan evaluasi. Dan proses model pembelajaran

ditandai dengan adanya sintaks/tahapan/pemfasean, prinsip-prinsip reaksi dan

sistem pendukung. Jadi pada masing-masing model pembelajaran memiliki

sintaks, orientasi dan penekanan tersendiri.

F. Model-model Pembelajaran IPS.

Di bawah ini akan dijelaskan beberapa model pembelajaran untuk mengatasi

masalah pendidikan IPS.. Masing-masing pendekatan pada pandangan teoritis

berkenaan dengan stressingnya, dalam praktisnya dapat terjadi saling berkait

antara satu pendekatan dengan pendekatan lain secara bersamaan. Beberapa dari

sejumlah pendekatan yang menjadi rujukan, secara parsial terliput dalam kerangka

teknis model pilihan berikut, antara lain: Model Inkuiri, VCT, ITM (STS), Role

Playing, Portofolio, PBM, dan PBP.

a. Model Inkuiri

1) Makna Pembelajaran Inkuiri

Model inkuiri adalah salah satu model pembelajaran yang memfokuskan

kepada pengembangan kemampuan siswa dalam berpikir reflektif kritis, dan

kreatif. Inkuiri adalah salah satu model pembelajaran yang dipandang modern

yang dapat dipergunakan pada berbagai jenjang pendidikan, mulai tingkat

pendidikan dasar hingga menengah. Pelaksanaan inkuiri di dalam pembelajaran

Page 13: MODEL PEMBELAJARAN YANG EFEKTIF DI SEKOLAH DASAR (Oleh : Anggi Saputra)

16

Pengetahuan Sosial dirasionalisasi pada pandangan dasar bahwa dalam model

pembelajaran tersebut, siswa didorong untuk mencari dan mendapatkan informasi

melalui kegiatan belajar mandiri. Model inkuiri pada hakekatnya merupakan

penerapan metode ilmiah khususnya di lapangan Sains, namun dapat dilakukan

terhadap berbagai pemecahan problem sosial. Savage Amstrong mengemukakan

bahwa model tersebut secara luas dapat digunakan dalam proses pembelajaran

Social Studies (Savage and Amstrong, 1996) dalam (makalah, 2015:8).

Pengembangan strategi pembelajaran dengan model inkuiri dipandang sangat

sesuai dengan karakteristik materil pendidikan pengetahuan sosial yang bertujuan

mengembangkan tanggungjawab individu dan kemampuan berpartisipasi aktif

baik sebagai anggota masyarakat dan warganegara.

2) Langkah-Langkah Inkuiri

Langkah-langkah tersebut antara lain:

a) Orientation

Siswa mengidentifikasi masalah, dengan pengarahan dari guru terutama

yang berkaitan dengan situasi kehidupan sehari-hari.

b) Hypothesis

Yakni kegiatan menyusun sebuah hipotesis yang dirumuskan sejelas

mungkin sebagai antiseden dan konsekuensi dari penjelasan yang telah

diajukan

c) Definition

Yaitu mengklarifikasi hipotesis yang telah diajukan dalam forum diskusi

kelas untuk mendapat tanggapan.

d) Exploration

Pada tahap ini hipotesis dipeluas kajiannya dalam pengertian implikasinya

dengan asumsi yang dikembangkan dari hipotesis tersebut

e) Evidencing

Fakta dan bukti dikumpulkan untuk mencari dukungan atau pengujian bagi

hipotesa tersebut.

f) Generalization (Joyce dan Weil, 1980) .

Pada tahap ini kegiatan inkuiri sudah sampai pada tahap mengambil

kesimpulan pemecahan masalah.

Page 14: MODEL PEMBELAJARAN YANG EFEKTIF DI SEKOLAH DASAR (Oleh : Anggi Saputra)

17

b. Model Pembelajaran VCT

1) Makna Pembelajaran VCT

VCT adalah salah satu teknik pembelajaran yang dapat memenuhi tujuan

pancapaian pendidikan nilai. Djahiri (1979: 115) dalam (makalah, 2015:9)

mengemukakan bahwa Value Clarification Technique, merupakan sebuah cara

bagaimana menanamkan dan menggali/ mengungkapkan nilai-nilai tertentu dari

diri peserta didik. Karena itu, pada prosesnya VCT berfungsi untuk: a) mengukur

atau mengetahui tingkat kesadaran siswa tentang suatu nilai; b) membina

kesadaran siswa tentang nilai-nilai yang dimilikinya baik yang positif maupun

yang negatif untuk kemudian dibina kearah peningkatan atau pembetulannya; c)

menanamkan suatu nilai kepada siswa melalui cara yang rasional dan diterima

siswa sebagai milik pribadinya. Dengan kata lain, Djahiri (1979: 116)

menyimpulkan bahwa VCT dimaksudkan untuk “melatih dan membina siswa

tentang bagaimana cara menilai, mengambil keputusan terhadap suatu nilai umum

untuk kemudian dilaksanakannya sebagai warga masyarakat”.

2) Langkah Pembelajaran Model VCT

Berkenaan dengan teknik pembelajaran nilai Jarolimek merekomendasikan

beberapa cara, antara lain:

a) Teknik evaluasi diri (self evaluation) dan evaluasi kelompok (group

evaluation)

Dalam teknik evaluasi diri dan evaluasi kelompok pesertadidik diajak

berdiskusi atau tanya-jawab tentang apa yang dilakukannya serta diarakan kepada

keinginan untuk perbaikan dan penyempurnaan oleh dirinya sendiri:

(1) Menentukan tema, dari persoalan yang ada atau yang ditemukan peserta didik

(2) Guru bertanya berkenaan yang dialami peserta didik

(3) Peserta didik merespon pernyataan guru

(4) Tanya jawab guru dengan peserta didik berlangsung terus hingga sampai pada

tujuan yang diharapkan untuk menanamkan niai-nilai yang terkandung dalam

materi tersebut.

b) Teknik Lecturing

Page 15: MODEL PEMBELAJARAN YANG EFEKTIF DI SEKOLAH DASAR (Oleh : Anggi Saputra)

18

Teknik lecturing, dilalukan guru gengan bercerita dan mengangkat apa yang

menjadi topik bahasannya. Langkah-langkahnya antara lain:

(1) Memilih satu masalah / kasus / kejadian yang diambil dari buku atau yang

dibuat guru.

(2) Siswa dipersilahkan memberikan tanda-tanda penilaiannya dengan

menggunakan kode, misalnya: baik-buruk, salah benar, adil tidak adil, dsb.

(3) Hasil kerja kemudian dibahas bersama-sama atau kelompok kalau dibagi

kelompok untuk memberikan kesempatan alasan dan argumentasi terhadap

penilaian tersebut.

c) Teknik menarik dan memberikan percontohan

Dalam teknik menarik dan memberi percontohan (example of axamplary

behavior), guru membarikan dan meminta contoh-contoh baik dari diri peserta

didik ataupun kehidupan masyarakat luas, kemudian dianalisis, dinilai dan

didiskusikan.

d) Teknik indoktrinasi dan pembakuan kebiasan

Teknik indoktrinasi dan pembakuan kebiasan, dalam teknik ini peserta didik

dituntut untuk menerima atau melakukan sesuatu yang oleh guru dinyatakan baik,

harus, dilarang, dan sebagainya.

e) Teknik tanya-jawab

Teknik tanya-jawab guru mengangkat suatu masalah, lalu mengemukakan

pertanyaan-pertanyaan sedangkan peserta didik aktif menjawab atau

mengemukakan pendapat pikirannya.

f) Teknik menilai suatu bahan tulisan

Teknik menila suatu bahan tulisan, baik dari buku atau khusus dibuat guru.

Dalam hal ini peserta didik diminta memberikan tanda-tanda penilaiannya dengan

kode (misal: baik – buruk, benar – tidak-benar, adil – tidakadil dll). Cara ini dapat

dibalik, siswa membuat tulisan sedangkan guru membuat catatan kode

penilaiannya. Selanjutnya hasil kerja itu dibahas bersama atau kelompok untuk

memberikan tanggapan terhadap penilaian.

g) Teknik mengungkapkan nilai melalui permainan (games). Dalam pilihan ini

guru dapat menggunakan model yang sudah ada maupun ciptaan sendiri.

Page 16: MODEL PEMBELAJARAN YANG EFEKTIF DI SEKOLAH DASAR (Oleh : Anggi Saputra)

19

c. Pendekatan ITM (Ilmu-Teknologi dan Masyarakat)

1) Makna Pendekatan ITM

Pendekatan ITM (Ilmu, Teknologi, dan Masyarakat) atau juga disebut STS

(Science-Technology-Society) muncul menjadi sebuah pilihan jawaban atas kritik

terhadap pengajaran Ilmu Pengetahuan Sosial yang bersifat tradisional (texbook),

yakni berkisar masih pada pengajaran tentang fakta-fakta dan teori-teori tanpa

menghubungkannya dengan dunia nyata yang integral. ITM dikembangkan

kemudian sebagai sebuah pendekatan guna mencapai tujuan pembelajaran yang

berkaitan langsung dengan lingkungan nyata dengan cara melibatkan peran aktif

peserta didik dalam mencari informasi untuk meemcahkan masalah yang

ditemukan dalam kehidupan kesehariannya.

Pendekatan ITM menekankan pada aktivitas peserta didik melalui

penggunaan keterampilanproses dan mendorong berpikir tingkat tinggi, seperti;

melakukan kegiatan pengumpulan data, menganalisis data, melakukan survey

observasi, wawancara dengan masyarakat bahkan kegiatan di laboratorium dsb.

Oleh karena itu, permasalahan tentang kemasyarakatan sebagaimana adanya tidak

terlepas dari perkembangan ilmu dan teknologi, dapat dijawab melalui inkuiri.

Dalam kegiatan pembelajaran tersebut peserta didik menjadi lebih aktif dalam

menggali permasalahan berdasarkan pada pengalaman sendiri hingga mampu

melahirkan kerangka pemecahan masalah dan tindakan yang dapat dilakukan

secara nyata. Karena itu, pendekatan ITM dipandang dapat memberi kontribusi

langsung terhadap misi pokok pembelajaran pengetahuan sosial, khusus dalam

mempersiapkan warga negara agar memiliki kemampuan: a) memahami ilmu

pengetahuan di masyarakat, b) mengambil keputusan sebagai warga negara, c)

membuat hubungan antar pengetahuan, dan d) mengingat sejarah perjuangan dan

peradaban luhur bangsanya.

2) Langkah Pendekatan ITM

Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam melaksanakan pembelajaran

pendekatan ITM antara lain:

a) Menekankan pada paham kontruktivisme, bahwa setiap individu peserta didik,

telah memiliki sejumlah pengetahuan dari pengalamannya sendiri dalam

kehidupan faktual di lingkungan keluarga dan masyarakat.

Page 17: MODEL PEMBELAJARAN YANG EFEKTIF DI SEKOLAH DASAR (Oleh : Anggi Saputra)

20

b) Peserta didik dituntut untuk belajar dalam memecahkan permasalahan dan

dapat menggunakan sumber-sumber setempat (nara sumber dan bahan-bahan

lainnya) untuk memperoleh informasi yang dapat digunakan dalam pemecahan

masalah.

c) Pola pembelajaran bersifat kooperatif (kerja sama) dalam setiap kegiatan

pembelajaran serta menekankan pada keterampilan proses dalam rangka

melatih peserta didik berfikir tingkat tinggi.

d) Peserta didik menggali konsep-konsep melalui proses pembelajaran yang

ditempuh dengan cara pengamatan (observasi) terhadap objek-objek yang

dipelajarinya.

e) Masalah-masalah aktual sebagai objek kajian, dibahas bersama guru dan

peserta didik guna menghindari terjadi kesalahan konsep.

f) Pemilihan tema-tema didasarakan urutan integratif.

g) Tema pengorganisasian pokok dari sejumlah unit ITM adalah isu dan masalah

sosial yang berkaitan dengan ilmu pengetahuan.

3) Tahapan metode pendekatan ITM

a) Tahap eksplorasi

Kegiatan eksplorasi merupakan tahap pengumpulan data lapangan dan data

yang berkaitan dengan nilai. Peserta didik dengan bantuan LKS secara

berkelompok melakukan pengamatan langsung. Eksplorasi dilakukan guna

membuktikan konsep awal yang mereka miliki dengan konsep ilmiah.

b) Tahap penjelasan dan solusi

Dari data yang telah terkumpul berdasarkan hasil pengamatan, diharapkan

peserta didik mampu memberikan solusi sebagai alternatif jawaban tentang

persoalan lingkungan. Peserta didik didorong untuk menyampaikan gagasan,

menyimpulkan, memberikan argumen dengan tepat, membuat model, membuat

poster yang berkenaan dengan pesan lingkungan, membuat puisi, menggambar,

membuat karangan, serta membuat karya seni lainnya.

c) Tahap pengambilan tindakan

Peserta didik dapat membuat keputusan atau mempertimbangkan alternatif

tindakan dan akibat-akibatnya dengan menggunakan pengetahuan dan

keterampilan yang telah diperolehnya. Berdasar pengenalan masalah dan

Page 18: MODEL PEMBELAJARAN YANG EFEKTIF DI SEKOLAH DASAR (Oleh : Anggi Saputra)

21

pengembangan gagasan pemecahannya, mereka dapat bermain peran (Role

Playing) membuat kebijakan strategis yang diperlukan untuk mempengaruhi

publik dalam mengatasi permasalahan lingkungan tersebut.

d) Diskusi dan Penjelasan

Berikutnya guru dan peserta didik melakukan diskusi kelas dan penjelasan konsep

melalui tahapan sebagai berikut:

(1)Masing-masing kelompok melaporkan hasil temuan pengamatan

lingkungannya.

(2)Guru memberikan kesempatan kepada anggota kelas lainnya untuk

memberikan tanggapan atau informasi yang relevan terhadap laporan

kelompok temannya.

(3)Guru bersama peserta didik menyimpulkan konsep baru yang diperoleh

kemudian mereka diminta melihat kembali jawaban yang telah disampaikan

sebelum kegiatan eksplorasi.

(4)Guru membimbing peserta didik merkonstruksi kembali pengetahuan langsung

dari objek yang dipelajari tentang alam lingkungannya.

e) Tahap pengembangan dan aplikasi Konsep

(1)Guru bertanya pada peserta didik tentang hal-hal yang diliahat dalam

kehidupan sehari-hari yang merupakan aplikasi konsep baru yang telah

ditemukan.

(2)Guru dan peserta didik mendiskusikan sikap dan kepedulian yang dapat mereka

tumbuhkan dalam kehidupan sehari-hari berkaitan dengan konsep baru yang

telah ditemukan.

f) Tahap Evaluasi

Pada tahapan evaluasi, guru memperlihatkan gambar suasana lingkungan yang

berbeda yaitu lingkungan yang terpelihara dan yang tidak terpelihara.

Kemudian menggunakan pertanyaan pancingan pada peserta didik sehingga

mampu memberikan penilaian sendiri tentang keadaan kedua lingkungan

tersebut.

g) Kegiatan Penutup

Page 19: MODEL PEMBELAJARAN YANG EFEKTIF DI SEKOLAH DASAR (Oleh : Anggi Saputra)

22

Kegiatan penutup merupakan kegiatan penyimpulan yang dilakukan guru dan

peserta didik dari seluruh rangkaian pembelajaran. Sebagai bagian penutup,

guru menyampaikan pesan moral.

d. Model Role Playing

1) Makna Model Role Playing

Role Playing adalah salah satu model pembelajaran yang perlu menjadi

pengalaman belajar peserta didik, terutama dalam konteks pembelajaran

Pengetahuan Sosial dan Kewarganegaraan didalamnya. Role playing sendiri tidak

jarang menjadi pelengkap kegiatan pembelajaran yang dikembangkan dengan

stressing model pendekatan lainnya, seperti inkuiri, ITM, Portofolio, dan lainnya.

2) Langkah-Langkah Role Playing

Adapun langkah-langkahnya, Djahiri (1978: 109) mengangkat urutan teknis yang

dikembangkan Shaftel yang terdiri dari 9 langkah dalam tabel berikut.

No. Urutan Langkah Kegiatan dan Pelakunya

1. Penjelasan umum Mencari atau mengemukakan

permasalahan (oleh guru atau

bersama siswa).

Memperjelas masalah/ topik tersebut

(guru).

Mencari bahan-bahan, keterangan

atau penjelasan lebih lanjut, dengan

menunjukan sumbernya (guru &

siswa).

Menjelaskan tujuan, makna dari role

playing.

2. Memilih para pelaku Menganalisis peran yang harus

dimainkan (guru bersama siswa).

Memilih para pelakunya (dibantu

guru).

3. Menentukan

Observer

Menentukan observer dan

menjelaskan tugas dan peranannya

Page 20: MODEL PEMBELAJARAN YANG EFEKTIF DI SEKOLAH DASAR (Oleh : Anggi Saputra)

23

(guru & siswa).

4. Menentukan jalan

cerita

Menggariskan jalan ceritanya.

Menjelaskan peran-peran yang ada di

dalamnya, berikut gambaran situasi

keadaan cerita tersebut (guru dan

siswa).

5. Pelaksanaan

(bermain)

mulai melakonkan permainan

tersebut.

menjaga agar setiap peran berjalan.

Jagalah agar babakan-babakan terlihat

jelas.

6. Diskusi dan

permainan

Telaah setiap peran, posisi, dan

permainan.

Diskusikan hal tersebut berikut saran

perbaikannya.

Terapkan permainan ulangan.

7. Permainan ulang dan

diskusi serta

penelaahan

Seperti sub 5 dan sub 6

8. Mempertukarkan

pikiran, pengalaman

dan membuat

kesimpulan

Setiap pelaku mengemukakan

pengalaman, perasaan dan

pendapatnya.

Observer mengemukakan penilaian

pendapatnya.

Siswa dan guru membuat kesimpulan

dan merangkainya dengan topik /

konsep yang sedang dipelajarinya.

Page 21: MODEL PEMBELAJARAN YANG EFEKTIF DI SEKOLAH DASAR (Oleh : Anggi Saputra)

24

f. Model Portofolio

1) Makna Pembelajaran Portofolio

Protofolio dalam pendidikan mulai dipergunakan sebagai salah satu jenis

model penilaian (Assesment) yang berbasis produk, yakni penilaian yang

didasarkan pada segala hasil yang dapat dibuat atau ditunjukan peserta didik,

kemudian dihimpun dalam sebuah ‘map jepit’ (portofolio) untuk dijadikan bahan

pertimbangan guru dalam memberikan asesmen otentik terhadap kinerja peserta

didik.

Sapriya (Winataputra, 2002: 1.16) menegaskan bahwa: “portofolio

merupakan karya terpilih kelas/siswa secara keseluruhan yang bekerja secara

kooperatif membuat kebijakan publik untuk membahas pemecahan terhadap suatu

masalah kemasyarakatan”. Makna pembelajaran berbasis portofolio dalam

pembelajaran Pengetahuan Sosial adalah memperkenalkan kepada peserta didik

dan membelajarkan mereka “pada metode dan langkah-langkah yang digunakan

dalam proses politik” kewarganegaraan / kemasyarakatan.

2) Langkah-langkah Pembelajaran Portofolio

Secara teknis pendekatan portofolio dimulai dengan membagi peserta didik

dalam kelas ke dalam beberapa kelompok, lajimnya dilakukan menjadi 4 atau

sesuai menurut keadaan dan keperluannya. Berdasarkan urutannya, setiap

kelompok membidangi tugas dan tanggungjawab masing-masing, antara lain:

a) Kelompok portofolio-satu; Menjelaskan masalah, dalam tugasnya kelompokini

bertanggung jawab untuk menjelaskan masalah yang telah mereka pilih untuk

dikaji dalam kelas.

b) Kelompok portofolio-dua; Menilai kebijakan alternatif yang diusulkan untuk

memecahkan masalah, dalam tugasnya kelompok ini bertanggung jawab untuk

menjelaskan kebijakan saat ini dan atau kebijakan yang dirancang untuk

memecahkan masalah.

c) Kelompok portofolio-tiga; Membuat satu kebijakan publik yang didukung oleh

kelas, dalam tugasnya kelompok ini bertanggung jawab untuk membuat satu

kebijakan publik tertentu yang disepakati untuk didukung oleh mayoritas kelas

serta memberikan pembenaran terhadap kebijakan tersebut.

Page 22: MODEL PEMBELAJARAN YANG EFEKTIF DI SEKOLAH DASAR (Oleh : Anggi Saputra)

25

d) Kelompok portofolio-empat; Membuat satu rencana tindakan agar pemerintah

(setempat) dalam masyarakat mau menerima kebijakan kelas. Dalam tugasnya

kelompok ini bertanggung jawab untuk membuat suatu rencana tindakan yang

menujukkan bagaimana warganegara dapat mempengaruhi pemerintah

(setempat) untuk menerima kebijakan yang didukung oleh kelas.ang apa yang

telah dipelajari.

Pada saat itu juga siswa yang belajar dalam kelompok kecil akan tumbuh

dan berkembang pola belajar tutor sebaya (peer group) dan belajar secara

bekerjasama (cooperative).

Pada MPCL, guru bukan lagi berperan sebagai satu-satunya nara sumber

dalam PBM, tetapi berperan sebagai mediator, stabilisator, dan manajer

pembelajaran. Iklim belajar yang berlangsung dalam suasana keterbukaan dan

demokratis akan memberikan kesempatan yang optimal bagi siswa untuk

memperoleh informasi yang lebih banyak mengenai materi yang dibelajarkan dan

sekaligus melatih sikap dan keterampilan sosialnya sebagai bekal dalam

kehidupannya di masyarakat, sehingga perolehan dan hasil belajar siswa akan

semakin meningkat

g. Model Pembelajaran Kooperatif (Cooperative Learning)

Model pembelajaran yang satu ini adalah contoh model yang tepat digunakan

dalam kegiatan pembelajaran IPS. Hal tersebut karena model pembelajaran ini

berbasis kerjasama, di mana masih-masing peserta didik akan dimasukkan ke

dalam sebuah kelompok tertentu yang telah dibuat oleh tenaga pendidiknya.

Model pembelajaran yang semacam ini memiliki tubbjuan utama yakniterciptanya

integrasi sosial di antara para peserta didik yang satu dengan peserta didik yang

lainnya juga antara peserta didik dengan tenaga pendidiknya.

Pelaksanaan pembelajaran kooperatif merupakan langkah implementasi dari

rencana pembelajaran kooperatif, berisi rincian dari prosedur pembelajaran. Sama

dengan pada prosedur ada empat langkah utama yang merupakan sintaks dari

model pembelajaran kooperatif hasil pengembangan, yaitu langkah: orientasi,

eksplorasi, pendalaman dan penyimpulan.

1) Langkah orientasi atau kegiatan awal pembelajaran merupakan langkah

untuk mendorong kelas memusatkan perhatian terhadap pembelajaran;

Page 23: MODEL PEMBELAJARAN YANG EFEKTIF DI SEKOLAH DASAR (Oleh : Anggi Saputra)

26

2) Langkah eksplorasi atau kegiatan inti pertama, merupakan langkah untuk

mengajak dan mendorong siswa untuk mencari dan menemukan fakta,

pengetahuan, masalah dan pemecahan;

3) Langkah pemantapan atau kegiatan inti kedua, merupakan langkah untuk

memperdalam, memperluas, memantapkan, memperkuat penguasaan

materi dan kemampuan yang telah dicapai pada langkah eksplorasi; dan

4) Langkah penyimpulan atau kegiatan akhir pembelajaran, merupakan

langkah untuk menyimpulkan atau merangkumkan.

Model kooperatif bermacam-macam, seperti NHT (Numbered Head

Together), Jigsaw, TPS (Think Pairs Share), dan GI (Group Investigation).

h. Pembelajaran Berbasis Masalah (PBM)

Pembelajaran Berbasis Masalah (PBM) atau dalam bahasa Inggris disebut

Problem Based Learning (PBL) adalah pembelajaran yang menggunakan masalah

nyata sebagai konteks atau sarana bagi peserta didik untuk mengembangkan

keterampilan menyelesaikan masalah dan berpikir  kritis  serta  membangn

pengetahuan baru.

Dalam pembelajaran berbasis masalah, peserta didik, secara individual

maupun berkelompok, menyelesaikan masalah nyata tersebut dengan

menggunakan strategi atau pengetahuan yang telah dimiliki. Secara kritis, peserta

didik menemukan masalah,  menginterpretasikan  masalah,  mengidentifikasi

faktor penyebab  terjadinya maslah,  mengidentifikasi informasi   dan menemukan

strategi yang diperlukan untuk menyelesaikan masalah, mengevaluasi kesesuaian

strategi dan solusi,  dan mengomunikasikan simpulan.Tujuan utama PBM

bukanlah penyajian sejumlah besar fakta kepada peserta didik, melainkan pada

pengembangan kemampuan peserta didik untuk berpikir kritis, menyelesaikan

masalah, dan sekaligus mengembangkan pengetahuannya. PBM mengacu kepada

prinsip-prinsip pembelajaran lainnya sepertipembelajaran berbasis proyek

(project-based- learning), pembelajaran berbasis pengalaman (experience- based

learning),  pembelajaran  autentik (authentic  learning)dan  pembelajaran

bermakna  (anchored  instruction). Model pembelajaran tersebut cocok untuk

pengembangan kemampuan berpikir tingkat tinggi karena dengan model tersebut

Page 24: MODEL PEMBELAJARAN YANG EFEKTIF DI SEKOLAH DASAR (Oleh : Anggi Saputra)

27

peserta didik akan terbantu untuk memproses informasi yang sudah jadi dalam

benaknya, dan menyusun pengetahuan mereka sendiri tentang lingkungan sekitarnya.

Untuk dapat memahami pola urutan PBM tersebut, perlu dilakukan melalui sintaks atau

langkah-langkah pembelajaran sebagaimana dikemukakan Nur (2011) disajikan pada

Tabel berikut.

Fase1:Orientasi pesertadidik terhadap masalah

Guru menjelaskan pembelajaran, mengajukan

fenomena atau demonstrasi atau cerita untuk

memunculkan masalah, memotivasi peserta

didikuntuk terlibat dalam masalah yang dipilih.

Fase2:Mengorganisasi peserta didik untuk belajar

Guru membantu peserta didik untuk

mendefinisikan dan mengorganisasikan tugas

belajar yang berhubungan dengan masalah tersebut.

Fase3:Membimbing penyelidikan individual maupun kelompok

Guru mendorong peserta didik untukmengumpulkan

informasi yang sesuai, melaksanakan pengujian

temuan untuk mendapatkan penjelasan dan

pemecahan masalah.

Fase4:Mengembangkandan menyajikan temuan

Guru membantu peserta didikdalam merencanakan

dan menyiapkan temuan yang sesuai dengan laporan

temuan dan membantu mereka untuk berbagi tugas.

Fase5:Menganalisisdan mengevaluasi proses pemecahan masalah

Guru membantu peserta didik untuk melakukan

refleksiatau  evaluasiterhadap penyelidikan mereka

dan proses-proses yang mereka tempuh.

Pembelajaran berbasis masalah diawali dengan aktivitas peserta didik secara

individual maupun kelompok dalam menyelesaikan masalah nyata dengan

menggunakan strategi atau pengetahuan yang telah dimiliki. Proses penyelesaian

masalah tersebut berimplikasi pada terbentuknya keterampilan peserta didik

Page 25: MODEL PEMBELAJARAN YANG EFEKTIF DI SEKOLAH DASAR (Oleh : Anggi Saputra)

28

dalam menyelesaikan masalah dan berpikir kritis serta sekaligus membentuk

pengetahuan baru.

i. Pembelajaran Berbasis Proyek (PBP)

Pembelajaran Berbasis Proyek (PBP) atau dalam bahasa Inggris dinamakan

Project-Based Learning (PjBL) adalah model pembelajaran yang menggunakan

proyek/kegiatan sebagai proses pembelajaran untuk mencapai kompetensi sikap,

pengetahuan dan keterampilan. Penekanan pembelajaran terletak pada aktivitas-

aktivias peserta didik untuk menghasilkan produk dengan menerapkan

keterampilan meneliti, menganalisis, membuat, sampai dengan mempresentasikan

produk pembelajaran berdasarkan pengalaman nyata.  Produk yang dimaksud

adalah hasil proyek dalam bentuk desain, skema, karya tulis, karya seni, dan karya

teknologi/prakarya. Pendekatan ini memperkenankan pesera didik untuk bekerja

secara mandiri maupun berkelompok dalam mengkostruksikan produk nyata.

Tujuan Pembelajaran Berbasis Proyek (PBP) adalah sebagai berikut:

1) Memperoleh  pengetahuan  dan  keterampilan  baru  dalam pembelajaran

2) Meningkatkan kemampuan peserta didik dalam pemecahan masalah proyek.

3) Membuat  peserta  didik  lebih  aktif  dalam  memecahkan masalah proyek

yang kompleks dengan hasil produk nyata berupa barang atau jasa.

4) Mengembangkan dan meningkatkan keterampilan peserta didik dalam

mengelola sumber/bahan/alat untuk menyelesaikan tugas/proyek.

5) Meningkatkan  kolaborasipeserta  didik  khususnya  pada PBP yang bersifat

kelompok.

Dalam PBP,peserta didik diberikan tugas dengan mengembangkan

tema/topik dalam pembelajaran dengan melakukan kegiatan proyek yang realistik.

Di samping itu, penerapan pembelajaran berbasis proyek ini mendorong

tumbuhnya kreativitas, kemandirian, tanggung  jawab, kepercayaan diri, serta

berpikir kritis dan analitis pada peserta didik.

Secara umum, langkah-langkah PBP dikemukakan oleh Direktorat PSMP

(Panduan Penguatan Pembelajaran, Direktorat PSMP, 2013) dapat dijelaskan

sebagai berikut:

1) Penentuan proyek

2) Perancangan langkah-langkah penyelesaian proyek

Page 26: MODEL PEMBELAJARAN YANG EFEKTIF DI SEKOLAH DASAR (Oleh : Anggi Saputra)

29

3) Penyusunan jadwal pelaksanaan

4) Evaluasi proses dan hasil proyek

5) Penyusunan laporan dan presentasi/publikasi hasil proyek

6) Penyelesaian proyek dengan fasilitas dan monitoring

Sementara tahap-tahap proses pembelajaran berbasis proyek secara garis besar

meliputi: persiapan, pelaksanaan dan, evaluasi. Pada tahap persiapan meliputi

kegiatan menemukan tema/topik proyek, merancang langkah penyelesaian proyek

dan menyusun jadwal proyek. Pada tahap pelaksanaan meliputi kegiatan proses

penyelesaian proyek dengan difasilitasi dan dimonitoring dari guru serta

penyusunan laporan dan presentasi/publikasi hasil proyek. Pada tahap evaluasi

meliputi kegiatan evaluasi proses dan hasil kegiatan proyek. Berikut adalah

contoh kegiatan pembelajaran dengan model pembelajaran berbasis proyek pada

tahap kegiatan persiapan, pelaksanaan, dan evaluasi.

1) Persiapan

Dalam persiapan, diawali dengan penjelasan guru tentang materi yang

dipelajari yang diikuti dengan instruksi tugas proyek yang dilengkapi dengan

persyaratan tertentu, termasuk ketentuan waktu. Langkah-langkah persiapan

adalah sebagai berikut:

a) Menentukan proyek, yaitu memilih tema/topik untuk menghasilkan produk

(laporan observasi/penyelidikan, rancangan karya seni, atau karya

keterampilan) yang karakteristik mata pelajaran dengan menekankan

keorisinilan produk. Penentuan produk juga disesuaikan dengan kriteria tugas,

dengan mempertimbangkan kemampuan peserta didik dan sumber/bahan/alat

yang tersedia.

b) Merancang langkah-langkah penyelesaian proyek dari awal sampai akhir.Pada

kegiatan ini, peserta didik mengidentifikasi bagian-bagian  produk  yang  akan

dihasilkan dan langkah-langkah serta teknik untuk menyelesaikan bagian-

bagian tersebut sampai dicapai produk akhir.

c) Menyusunjadwal pelaksanaanproyek,yaitu menyusun tahap-tahap pelaksanaan

proyek dengan mempertimbangkankompleksitaslangkah-langkah dan teknik

penyelesaian produk serta waktu yang ditentukan guru.

Page 27: MODEL PEMBELAJARAN YANG EFEKTIF DI SEKOLAH DASAR (Oleh : Anggi Saputra)

30

2) Pelaksanaan

a) Menyelesaikan proyek dengan difasilitasi dan dipantau guru, yaitu  mencari

atau mengumpulkan data/material kemudian mengolahnya untuk

menyusun/mewujudkan bagian demi bagian sampai dihasilkan produk akhir.

b) Mempresentasikan/mempublikasikanhasilproyek, yaitu menyajikan produk

dalam bentuk presentasi, diskusi, pameran, atau publikasi (dalam majalah

dinding atau internet) untuk memperoleh tanggapan dari peserta didik yang

lain, guru, dan bahkan juga masyarakat.

3) Evaluasi : Evaluasi proses dan hasil proyek dilakukan dengan pelaksanan

proyek dan penilaian produk yang dihasilkan untuk mengetahui ketercapaian

tujuan proyek.

G. Perencanaan dan Pelaksanaan Pembelajaran IPS

Tujuan, materi pelajaran, kegiatan belajar, strategi pembelajaran (bahkan

sampai pada evaluasi) harus diorganisasikan sedemikian rupa untuk

menggalakkan pembelajaran yang efektif. Untuk itu perlu perencanaan dan

pelaksanaannya. Setiap langkah yang akan dilakukan oleh guru mengenai apa

yang akan diajarkan ditentukan oleh tujuan yang dirumuskan sebelumnya.Oleh

sebab itu, perumusan tujuan merupakan langkah pertama yang harus dilakukan

oleh guru dalam melaksanakan tugasnya sebagai pengelola pembelajran IPS.

Tujuan yang akan dicapai selama proses belajar mengajar berlangsung, dan

apakah tujuan itu dapat tercapai atau tidak setelah proses pembelajaran selesai,

hendaknya ditulis dan dirumuskan lebih dahulu oleh guru dalam Satpel (satuan

pelajaran). Satpel yang baik memuat rumusan tujuan-tujuan itu yang menuntun

guru dan siswa kearah proses pembelajaran yang tampak jelas dan terarah.

Sehubungan dengan perencanaan dan pelaksanaan pembelajaran ini ada tiga

tujuan yang harus diperhatikan:

1. Tujuan jangka pendek, yaitu tujuan yang ingin dicapai dalam pelaksaan

beberapa jam pelajaran atau TIK (Tujuan Instruksional Khusus).

2. Tujuan jangka menengah, yaitu tujuan yang ingin dicapai selama pelaksanaan

satu unit pelajaran.

Page 28: MODEL PEMBELAJARAN YANG EFEKTIF DI SEKOLAH DASAR (Oleh : Anggi Saputra)

31

3. Tujuan jangka panjang, yaitu tujuan yang ingin dicapai dalam masa satu

semester atau satu tahun ajaran.

Umumnya guru hanya memperhatikan tujuan jangka pendek saja,

sedangkan kedua tujuan lain kurang mendapat perhatian sebagaimana mestinya.

Tujuan itu sebenarnya menjelaskan perubahan-perubahan yang dikehendaki dari

siswa sebagai hasil proses pembelajaran. Guru diminta untuk menuliskan dan

merumuskan tujuan-tujuan itu secara jelas, lengkap, spesifik dan serealis

mungkin.Sehingga guru benar-benar memikirkan perubahan apa yang diharapkan

dari siswa dalam meningkatkan aspek kognitif (pengetahuan, pemahaman,

aplikasi, analisis, sintesis, evaluasi) dan aspek afektif (mendengar, menjawab,

menilai).

Dalam perencanaan dan pelaksanaan pembelajaran ini beberapa hal di

bawah ini perlu mendapat perhatian:

1. Materi pelajaran.

Guru hendaknya menguasai bidang studi atau mata pelajaran IPS. Materi itu

dalam Satpel disebar dalam Pokok Bahasan atau Sub-Pokok Bahasan

kemudian dirumuskan dalam TIU (Tujuan Instruksional Umum). Setelah itu

rincian meteri yang akan disampaikan.

2. Metode.

Dinyatakan metode apa saja yang akan digunakan dalam kegiatan

pembelajaran sesuai dengan tujuan pendidikan yang hendak dicapai.

3. Alat, sumber belajar dan media perlu diketahui dan disiapkan.

4. Pemanfaatan lingkungan sekolah.

Sehubungan dengan butir 3 di atas, lingkungan sekolah perlu dimanfaatkan jika

relevan dengan proses pembelajaran seperti kebun dan tamanan di sekolah,

bangunan sekolah, jalan raya di sekitar sekolah, warung sekolah dan

sebagainya.

5. Pemanfaatan ruang kelas.

Sehubungan dengan hal-hak di atas juaga perlu diperhatikan penempatan papan

tulis, meja guru, bangku-bangku, lemari, penggunaan dinding-dinding kelas

untuk display hasil kerja siswa. Begitu juga penggunaan sudut dan serambi

kelas untuk pameran hasil karya siswa, hasil penelitian atau hasil karya guru.

Page 29: MODEL PEMBELAJARAN YANG EFEKTIF DI SEKOLAH DASAR (Oleh : Anggi Saputra)

32

6. Pemanfaatan lingkungan.

Penggunaan sumber yang tersedia dari lingkungan fisik sekolah atau

masyarakat di sekitar desa (desa pertanian, atau desa nelayan), flora fauna,

batu-batuan dan alat transportasi desa dapat menjadi alat peraga pelajaran IPS.

7. Pemanfaatan waktu.

Prinsip “semakin banyak waktu semakin banyak yang bisa dipelajari” perlu

dipegang. Alokasi waktu perlu diatur sebaik-baiknya dalam jadwal kegiatan.

8. Pemanfaatan perpustakaan dan laboratorium.

Dalam rencana pelajaran perlu dinyatakan bila mana perpustakaan dan

laboratorium IPS itu digunakan.

Demikian pokok- pokok yang perlu diperhatikan dalam perencanaan dan

pelaksanaan pembelajaran ini agar tujuan-tujuan pendidikan IPS dapat tercapai

dengan efektif.

H. Implementasi Model-model Pembelajaran IPS

Pada uraian berikut ini, akan dibahas model desain pembelajaran problem

solving (pemecahan masalah) yang dikhususkan untuk pembelajaran IPS.

Sebagaimana model desain pembelajaran inkuiri dan keterampilan berpikir, maka

model desain pembelajaran problem solving pun merupakan alternatif model yang

dapat digunakan dalam proses belajar mengajar IPS. Sesuai dengan namanya,

model desain pembelajaran ini secara khusus memfokuskan pada pelatihan

kemampuan dalam memecahakan masalah.

Pembahasan materi berikut ini akan lebih difikuskan pada uraian teoritis dan

contoh praktis dalam memecahkan masalah, baik masalah pribadi maupun

masalah sosial sangat diperlukan karena pada hakikatnya siswa hidup di tengah

lingkungan masyarakat yang penuh dengan benih-benih munculnya masalah. Hal

ini sejalan dengan tujuan pendidikan untuk mendewasakan siswa, maka salah satu

indikator dewasa adalah kemampuan akan kemandirian sebagai warga

masyarakat. Sikap mandiri ini tidak akan datang dan diperoleh tanpa melalui

proses pendidikan dan pembelajaran. Oleh karena itu, sekolah sebagai lembaga

pendidikan dan pengajaran memiliki tanggung jawab untuk membina kemampuan

ini khususnya melalui proses pembelajaran IPS.

Page 30: MODEL PEMBELAJARAN YANG EFEKTIF DI SEKOLAH DASAR (Oleh : Anggi Saputra)

33

Apabila kita perhatikan di lapangan (persekolahan) ketka guru mengajar,

maka terkadang muncul ungkapan dari guru “saya baru saja menggunakan

pendekatan penemuan (discovery approach), guru lain mengatakan “saya

menggunakan ikuiri” sedangakan yang lain lagi mengatakan “problem solving”.

Savage dan Armstrong (1966) dalam Sapria (2012:149) mengemukakan bahwa

sejumlah masalah ada solusi terbaiknya secara benar dan tepat. Kejadian ini

sangat mungkin saja karena secara umum batasan yang tegas antara tiga

pendekatan/model pembelajaran tersebut belum ada kesepakatan. Demikian pula

apabila kita lihat ke ruang kelas maka guru menerapkan ketiga model pendekatan

tersebut lebih banyak persamaannya daripada perbedaannya.

Secara singkat, persamaan dari ketiga model pembelajaran tersebut adalah

semuanya mensyaratkan adanya keterlibatan siswa dalam proses belajar-mengajar

melalui proses penelitian, yakni meneliti hubungan antara sejumlah data atau

informasi untuk tercapainya suatu solusi. Sesuai dengan sifat ilmu-ilmu sosial

yang objek pembahasannya adalah manusia yang memiliki sejumlah misteri maka

prosedur untuk mengungkap rahasia yang berkaitan dengan mahluk ini pun sangat

kompeks. Oleh karena itu, model pembelajaran problem solving dalam IPS ini

sangatlah penting sehingga perlu disosialisasikan kepada semua siswa yang akan

menghadapi masa depan yang penuh tantangan dan masalah sosial yang semakin

kompleks.

I. Model Pembelajaran yang Efektif di Sekolah Dasar

Adapun untuk mengukur kualitas pembelajaran dapat dilihat dari dua dua

aspek, yaitu aspek proses yakni apakah pembelajaran mampu menciptakan situasi

belajar yang menyenangkan serta mendorong siswa untuk aktif belajar dan

berpikir kreatif. Aspek produk mengacu apakah pembelajaran memapu mencapai

tujuan (kompetensi yang telah di tentukan). Tidak ada satupun model

pembelajaran yang memiliki kedudukan lebih penting dan lebih baik dari yang

lain. Tidak satupun model tunggal yang dapat merealisasikan berbagai jenis dan

tingkatan tujuan pembelajaran yang berbeda. Namun ada beberapa model

pembelajaran alternative yang dapat digunakan untuk pembelajaran IPS

Page 31: MODEL PEMBELAJARAN YANG EFEKTIF DI SEKOLAH DASAR (Oleh : Anggi Saputra)

34

diantaranya model pembelajaran inkuiri, discpvery, problem solving, model

pembelajaran pengambilan keputusan (decision making) dan lain sebagainya.