70
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Deskripsi Modul Modul ini disusun untuk memudahkan siswa mempelajari bahan ajar bahasa Indonesia yang meliputi aspek menyimak dan membaca. Lama waktu yang diperlukan menyelesaikan modul ini 34 jam pelajaran (34 x 40 menit). Setiap sub kompetensi dilengkapi dengan soal dengan tingkat penguasaan minimal 70 %. Siswa yang tingkat penguasaannya kurang dari 70% harus mengulang kembali hingga mencapai ketentuan tingkat yang ditetapkan. Dengan mempelajari materi modul ini, siswa diharapkan dapat menerapkan pengetahuan dan keterampilan berbahasa dalam bermasyarakat, khususnya dalam bidang keahliannya. 1.2 Prasyarat Untuk mempelajari modul ini, siswa harus lulus tes penyisihan yang menjadi prasyarat untuk masuk ke proses pembelajaran bahasa Indonesia setara tingkat semenjana. 1.3 Petunjuk Penggunaan Modul 1.3.1 Petunjuk untuk siswa 1. Bacalah modul ini dengan teliti. Materi dalam modul ini merupakan pengetahuan dan keterampilan yang diperlukan untuk mencapai kompetensi tingkat semenjana. 2. Siswa diizinkan bertanya selama proses berlangsung. 3. Jawablah latihan yang telah disediakan secara teliti. 4. Periksakan hasil jawaban latihan kepada guru. 1.3.2 Petunjuk untuk guru

Modul bi 1yuni

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: Modul bi 1yuni

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Deskripsi Modul

Modul ini disusun untuk memudahkan siswa mempelajari bahan ajar bahasa

Indonesia yang meliputi aspek menyimak dan membaca.

Lama waktu yang diperlukan menyelesaikan modul ini 34 jam pelajaran (34 x

40 menit). Setiap sub kompetensi dilengkapi dengan soal dengan tingkat penguasaan

minimal 70 %. Siswa yang tingkat penguasaannya kurang dari 70% harus mengulang

kembali hingga mencapai ketentuan tingkat yang ditetapkan.

Dengan mempelajari materi modul ini, siswa diharapkan dapat menerapkan

pengetahuan dan keterampilan berbahasa dalam bermasyarakat, khususnya dalam

bidang keahliannya.

1.2 Prasyarat

Untuk mempelajari modul ini, siswa harus lulus tes penyisihan yang menjadi

prasyarat untuk masuk ke proses pembelajaran bahasa Indonesia setara tingkat

semenjana.

1.3 Petunjuk Penggunaan Modul

1.3.1 Petunjuk untuk siswa

1. Bacalah modul ini dengan teliti. Materi dalam modul ini merupakan

pengetahuan dan keterampilan yang diperlukan untuk mencapai

kompetensi tingkat semenjana.

2. Siswa diizinkan bertanya selama proses berlangsung.

3. Jawablah latihan yang telah disediakan secara teliti.

4. Periksakan hasil jawaban latihan kepada guru.

1.3.2 Petunjuk untuk guru

1. Bacalah modul ini dengan teliti. Materi ini merupakan pengetahuan

dan keterampilan yang diperlukan oleh siswa untuk mencapai

kompetensi tingkat semenjana.

2. Jelaskan terlebih dahulu kepada siswa cara mempelajari modul ini.

3. Bimbinglah siswa agar tidak mendapat kesulitan selama proses

pembelajaran berlangsung.

4. Berikan penjelasan berupa materi, contoh, atau keterangan yang

diperlukan oleh siswa dalam mempelajari modul ini.

5. Berilah kesempatan bertanya kepada siswa.

6. Instruksikanlah siswa untuk membuat rangkuman tertulis pada setiap

akhir pelajaran.

Page 2: Modul bi 1yuni

7. Mintalah seorang siswa menceritakan kembali materi pokok yang

dipelajari pada modul terdahulu secara lisan pada setiap awal proses

belajar.

8. Berilah penilaian atas kemajuan belajar siswa .

1.4 Tujuan Akhir

Setelah selesai mempelajari modul ini, siswa diharapkan dapat :

(1) memberikan reaksi kinetik terhadap lafal, tekanan, intonasi dan jeda yang

lazim/baku dan yang tidak lazim/tidak baku;

(2) memberikan komentar atau ungkapan lisan terhadap lafal, tekanan,

intonasi dan jeda yang lazim/baku dan yang tidak lazim/tidak baku;

(3) mencatat secara rinci isi pokok informasi yang bersifat factual dan

spesifik;

(4) mengidentifikasi ragam/laras bahasa yang tidak tepat dari dengaran;

(5) mencatat informasi yang menggambarkan ada nya proses atau hasil;

(6) Membaca teks dengan kecepatan minimal 250 kata per menit (KPM);

(7) Membuat catatan pokok-pokok isi bacaan sesuai dengan cara/teknik

membuat catatan;

(8) menjelaskan bagian bacaan tertentu secara rinci;

(9) memahami isi wacana yang dibaca;

(10) memperbaiki kalimat tidak efektif yang terdapat dalam wacana;

(11) minyimpulkan informasi yang termasuk fakta atau opini.

(12) mengubah informasi verbal ke dalam bentuk nonverbal;

1.5 Kompetensi

Standar kompetensi yang dipelajari di dalam modul ini adalah berkomunikasi

dalam bahasa Indonesia setara tingkat semenjana; dengan kompetensi dasar

menyimak dan membaca.

1.6 Cek kemampuan berisi penilaian prates dan tes akhir.

Page 3: Modul bi 1yuni

BAB 2

PEMBELAJARAN

2.1 MENYIMAK

2.1.1 Kegiatan Belajar 1

2.1.1.1 MEMAHAMI LAFAL, TEKANAN, INTONASI, DAN JEDA YANG

LAZIM

BAKU

2.1.1.1.1 Tujuan Pembelajaran

Setelah selesai mempelajari materi kegiatan belajar satu ini diharapkan siswa

dapat :

1. Memberikan reaksi kinetik terhadap lafal, tekanan, intonasi, dan jeda yang

lazim / baku.

2. Memberikan komentar atau tanggapan lisan terhadap lafal, tekanan, intonasi,

dan jeda yang lazim / baku.

2.1.1.1.2 Uraian Materi

2.1.1.1.2.1 Lafal

Lafal adalah cara seseorang atau kelompok orang dalam suatu masyarakat

bahasa mengucapkan bunyi bahasa.

Contoh :

Anak-anak bermain di teras.

Upacara bendera dihadiri pejabat teras.

Dian apel ke rumah Dani membawa apel.

Dari contoh di atas kata yang di garis miring dilafalkan sesuai dengan

konteks kalimat. Huruf [e] pada kata teras berarti halaman atau beranda rumah. Bila

diucapkan [ə] berarti pejabat negara.

Setiap pembicaraan hendaknya meletakkan huruf dengan benar.

Contoh:

Bus tidak dilafalkan bis.

Truk tidak dilafalkan trek.

Perhatikan contoh kalimat tidak baku berikut.

- Fifi nggak datang karna ibunya sakit.

- Waktu kami haturkan sepenuhnya kepada hadirin.

- Walupun ia sakit, namun tetap datang juga.

Kalimat tersebut dapat dibakukan menjadi:

- Fifi tidak hadir karena ibunya sedang sakit.

- Waktu kami berikan sepenuhnya kepada hadirn.

- Ia sakit namun tetap datang juga.

Page 4: Modul bi 1yuni

Hal-hal yang menyebabkan kalimat menjadi tidak baku adalah:

1. Kerancuan kalimat

contoh: Dalam pertemuan itu membicarakan kepengurusan kelas.

2. Intervensi bahasa Jawa

Contoh :

- Waktu kami haturkan sepenuhnya kepada hadirin.

3. Kalimat yang berlebihan.

Contoh: Para dewan guru diharapkan hadir pada acara pertemuan rutin hari

ini.

4. Kesalahan ejaan

Contoh: Tini membeli balsem di apotik.

2.1.1.1.2.2 Tekanan

Tekanan dalam kalimat harus mampu mewakili ucapan sesuai dengan

perasaan saat itu. Dengan memberikan tekanan pada kata pendengar menjadi tahu

maksud kalimat yang diucapkan. Tekanan dibedakan menjadi tiga:

1. Tekanan nada yakni tekanan mengenai tinggi rendahnya suara.

Contoh:

- Konser Indonesian Idol diselenggarkan di Balai Sarbini, Jakarta.

- Di Balai Sarbini, Jakarta diselenggarakan konser Indoseian Idol.

Biasanya bagian yang dipentingkan diletakkan di depan.

Contoh: Wah harum benar ruangan ini. ( Mungkin memuji, mungkin

menyindir.)

2. Tekanan dinamik yakni tekanan mengenai keras lembutnya suara.

Contoh: - Gila? ( menyatakan keheranan)

- Gila! ( menyatakan makian)

- Teman-teman saya harap tenang sebentar.

3. Tekanan Tempo yakni, mengenai panjang pendeknya tekanan, cepat

lambatnya waktu berbicara.

Contoh:

- Adiknya pandai, tetapi kakaknya bodoh ( menyatakan suatu pertentangan ).

- Besok Luna datang ( menegaskan kata yang menjadi inti kalimat ).

- Saya senang berolahraga apa saja: senam, renang, bersepeda dan sebagainya.

2.1.1.1.2.3 Jeda

Jeda adalah perhentian sebentar dalam ujaran. Dalam bahasa Indonesia jeda

dapat membedakan arti.

Contoh:

- Kucing makan/tikus mati di dapur.

Page 5: Modul bi 1yuni

- Kucing makan tikus/mati di dapur.

- Kucing makan tikus mati/di dapur.

Kalimat pertama meunjukkan ketika kucing makan tikus mati di dapur. Antara

kucing dan tikus tidak ada kaitannya.

Kalimat kedua menyatakan kucing makan tikus dan kucing itu mati di dapur.

Kalimat yang ke tiga menyatakan di dapur kucing memakan tikus yang telah mati.

2.1.1.1.2.4 Intonasi

Intonasi merupakan urutan pengubahan nada dalam untaian tuturan yang ada

dalam suatu bahasa. Pola pengubahan nada itu membagi suatu tuturan dalam satuan

yang secara gramtikal bermakna.

Intonasi dapat juga disebut naik turunnya lagu kalimat. Intonasi berfungsi

sebagai pembentuk makna kalimat.

Contoh:

1. Belajar. ( bersifat informasi )

2. Belajar ? ( bertanya)

3. Belajar ! ( memerintah )

Intonasi meliputi:

1. Tempo berupa pengaturan cepat lambatnya pengucapan

2. Nada berupa pengaturan tinggi rendahnya suara.

3. Volume adalah keras lembutnya suara.

Latihan

1. Tuliskan kalimat dari kata seri!

2. Ubahlah kalimat tidak baku berikut menjadi baku!

a. Anton dilarang nggak boleh main laying-layang pada siang hari.

b. Benda antik itu dimana telah diketemukan oleh TNI AL.

c. Karena sering kali berlatih anak itu menjadi pandai.

d. Ia sangat cantik sekali, kalau pakai baju merah jambu.

e. Saling tolong menolong adalah perbuatan terpuji.

f. Pada bapak-bapak dan ibu-ibu diminta duduk kembali.

g. Dia ngomong sama ibunya dari telepon tadi malam.

h. Para siswa-siswa harap berbaris di lapangan.

3. Bedakanlah maksud dari kalimat berikut ini!

a. Sepeda baru /diperbaiki.

b. Sepeda/ baru diperbaiki.

Page 6: Modul bi 1yuni

2.1.2 Kegiatan Belajar 2

2.1.2.1 MEMAHAMI INFORMASI LISAN

2.1.2.1.1 Tujuan Pembelajaran

Melalui modul ini peserta diklat diharapkan mampu menyimak sehingga

dapat berkomunikasi dalam bahasa Indonesia setara dengan kualifikasi

semenjana (skor UKBI 346-465). Peserta diklat dinyatakan berhasil / tuntas

apabila telah mendapat nilai 7.

2.1.2.1.2 Uraian Materi

Informasi lisan sering ditemukan dalam kehidupan sehari-hari karena informasi

lisan dapat diperoleh dari telepon, radio, televisi, pidato, ceramah, wawancara,

proses belajar mengajar, bahkan ketika berinteraksi dengan orang lain. Informasi

lisan bersifat panjang dan pendek, sederhana dan kompleks. Untuk dapat

mengidentifikasi informasi secara seksama, seseorang harus mampu menyimak

dengan baik. Ini dilakukan untuk mengetahui, misalnya, siapa nara sumbernya,

bagaimana penyampaiannya (disampaikan secara langsung atau melalui media), isi

pokok informasi tersebut, adakah tugas yang harus dikerjakan setelah mendapat

informasi tersebut, haruskah informasi tersebut ditindaklanjuti, dan sebagainya.

2.1.2.1.2.1 Sumber Informasi

Sebuah informasi sering ditemukan dari berbagai sumber. Ulasan di surat kabar,

misalnya, sering dianggap informasi penting dan bermanfaat yang dapat dijadikan

acuan dalam sebuah karya ilmiah.

Untuk mengingat sebuah informasi dengan mudah sebaiknya digunakan kartu

informasi. Pernyataan atau keterangan yang dianggap penting dapat dipindahkan ke

dalam kartu informasi. Tulislah pokok masalah pada sudut kanan sebelah atas. Di

bawah pokok masalah cantumkan sumber informasi. Dari surat kabar, misalnya, tulis

nama penulis, tanggal terbit, tahun terbit, judul ulasan, nama surat kabar, halaman,

dan kolom. Di bawah sumber informasi dicatat informasi atau keterangan yang

diperlukan.

Perhatikan sumber informasi berikut.

ROBBEN VS SNEIJDER

BEDA KEUNGGULANMeski berposisi sebagai gelandang sayap, peran Arjen Robben di Bayern

Muenchen tak sekadar melepas umpan silang sebanyak-banyaknya. Pemain internasional Belanda ini juga piawai melepas tendangan ke gawang lawan.

Di fase knock-out Liga Champion, Robben melepas 24 tembakan dalam 417 menit. Artinya, ia menendang setiap 17 menit dan 31 detik. Hanya Cristiano Ronaldo dan Lionel Messi yang lebih baik dari itu.

Akurasinya juga cukup bagus. Dua dari tiga upayanya mengarah ke gawang lawan alias 65%.

Page 7: Modul bi 1yuni

Wesley Sneijder termasuk jarang mengancam gawang lawan secara langsung. Di fase knock-out Liga Champion, ia hanya melepas tembakan setiap 31 menit dan 45 detik.

Akurasi tembakan? Bisa dibilang biasa-biasa saja. Hanya 27% jauh di bawah rataan LC yang berada di angka 43%.

Namun, keunggulan utama Sneijder justru terletak pada kemampuannya melepas umpan. Sebanyak 22 tembakan punggawa Inter di babak sistem gugur berasal dari operan Sneijder, di mana tiga di antaranya berbuah gol alias menjadi assist. (drew)

Dikutip dari Tabloid Bola, No.2.046/Kamis, 20 Mei 2010 hal.5 kolom 2

2.1.2.1.2.2Indentifikasi Sumber Informasi

Informasi di atas bersumber dari ulasan tabloid Bola, No. .046/Kamis, 20 Mei 2010,

halaman 5, kolom 2, ditulis oleh Drew.

2.1.2.1.2.3 Isi Pokok Informasi

Isi pokok informasi merupakan inti permasalahan yang disampaikan oleh penulis

dan diperoleh melalui simpulan pembaca. Jadi, dengan topik “Perbedaan Robben dan

Sneijder” informasi yang didapat adalah :

1. Robben melepas tembakan dalam waktu 417 menit di fase knock-out LC.

2. Robben menendang setiap 17 menit dan 31 detik.

3. Akurasi tembakan Robben 65 %.

4. Sneijder melepas tembakan dalam waktu 31 menit dan 45 detik di fase knock-

out LC.

5. Akurasi tembakan Sneijder hanya 27 %.

6. keunggulan utama Sneijder terletak pada kemampuannya melepas umpan.

7. 22 tembakan punggawa Inter di babak sistem gugur berasal dari operan

Sneijder, tiga di antaranya berbuah gol alias menjadi assist.

2.1.2.1.2.4 Ragam/ Laras Bahasa

Dikenal dua hal dalam berbahasa, lisan dan tulisan. Ragam/laras bahasa

meliputi ragam bahasa lisan dan ragam bahasa tulis. Penggunaan kedua ragam

bahasa ini disesuaikan dengan situasi komunikasi. Agar ragam/laras bahasa dapat

digunakan dengan baik dan benar perlu dipersiapkan beberapa hal. Pertama,

menentukan pokok masalah. Pokok masalah harus dibatasi sehingga jelas dan betul-

betul dikuasai. Kedua, menentukan tujuan. Tujuan pembicaraan harus ditentukan

untuk mengetahui arah pembicaraan. Ketiga, menganalisis pendengar. Pendengar

harus dianalisis agar materi yang disampaikan dapat diterima dengan baik.

Selain itu, dalam waktu pelaksanaan komunikasi perlu diperhatikan hal-hal

berikut.

1. Bahasa. Bahasa yang digunakan harus komunikatif dengan memperhatikan

situasi. Situasi resmi, misalnya, bahasa yang digunakan haruslah ragam

bahasa resmi.

Page 8: Modul bi 1yuni

2. Pokok Masalah. Pokok masalah diuraikan secara berurutan dari masalah yang

sederhana ke masalah yang kompleks. Isi uraian harus dapat

dipahami.Uraikan masalah mulai dari pengertian, maksud, cara, manfaat,

simpulan, dengan menyertakan bukti atau fakta berupa tabel, grafik, atau

alasan-alasan yang masuk akal.

3. Lisan. Masalah dijelaskan secara lisan dengan memperhatikan kejelasan

materi, intonasi, volume suara, sikap tubuh, pandangan mata, lafal suara, dan

penampilan secara keseluruhan.

4. Tulisan. Masalah dijelaskan secara tertulis dengan memperhatikan kaidah

ejaan.

Perhatikan contoh ragam bahasa berikut.

“Kan tadi saya bilang barang yang sudah dibeli enggak boleh dibaliin.”

Kalimat di atas digunakan dalam percakapan sehari-hari. Bahasa lisan yang

digunakan dalam kalimat di atas berbeda dengan bahasa tulis. Bahasa yang

digunakan dalam percakapan sehari-hari disebut ragam bahasa lisan, sedangkan

ragam bahasa yang digunakan dalam tulis-menulis disebut ragam bahasa tulis.

Kata-kata seperti kan, bilang, enggak, boleh, dan baliin hanya digunakan

dalam ragam bahasa lisan. Sementara ragam bahasa tulis menggunakan kata-kata

seperti katakan,tidak, dapat, dikembalikan.

Perhatikan kalimat berikut.

Ragam bahasa lisan

“Kan tadi saya bilang barang yang sudah dibeli enggak boleh dibaliin.”

Ragam bahasa tulis

“Tadi saya katakan barang yang sudah dibeli tidak dapat dikembalikan.

2.1.2.1.2.5 Menggunakan Imbuhan dengan Benar dan Tepat Makna

Imbuhan atau afiks adalah morfem terikat yang melekat pada kata dasar

untuk membentuk kata yang lebih besar. Hasil proses pengimbuhan disebut kata

berimbuhan. Jenis imbuhan dalam bahasa Indonesia ada empat macam. Perhatikan

tabel berikut.

Page 9: Modul bi 1yuni

PREFIKS (AWALAN)

ber- bernama

bersepatu

berhias

bersenang-senang

bersalaman

‘mempunyai’

‘memakai’

‘melakukan tindakan untuk diri sendiri (refleksif)’

‘berada dalam keadaan’

‘saling (resiprok)

me- menulis

mengeras

menelepon

membabi buta

merotan

‘melakukan tindakan seperti kata dasar’

‘membuat jadi’ atau ‘menjadi’

‘mengerjakan dengan alat’

‘berbuat seperti’ atau ‘dalam keadaan sebagai’

‘mencari’ atau ‘mengumpulkan’

pe-

per-

penambang

penghapus

penjudi

perbudak

perkuat

pertiga

‘pelaku tindakan seperti tersebut dalam kata dasar’

‘alat untuk me-‘

‘orang yang gemar’

‘membuat jadi’

‘membuat lebih’

‘Membagi jadi’

di- dipakai ‘menyatakan makna pasif’

ter- terkunci

terbawa

terangkat

terhebat

‘dalam keadaan di-‘

‘Dikenai tindakan secara tidak sengaja’

‘dapat di-‘

‘paling (superlatif)

ke- ketua ‘yang di-‘

Page 10: Modul bi 1yuni

kedua ‘menyatakan urutan’

se- semalam

sekampung

‘satu’

‘seluruh’

INFIKS (SISIPAN)

-el- gembung gelembung

-em- getar gemetar

-er- gigi gerigi

SUFIKS (AKHIRAN)

-an ketikan

meteran

bulanan

durian

‘hasil’ atau ‘akibat dari me-‘

‘alat untuk melakukan pekerjaan’

‘setiap’

‘kumpulan’

-kan mengantarkan

membicarakan

‘melakukan tindakan seperti kata dasar untuk kepentingan

orang lain (benefektif)’

‘melakukan tindakan seperti kata dasar (kausatif)’

-i memukuli

memagari

‘tindakan berulang-ulang’

‘memberi’

KONFIKS (GABUNGAN)

ke-an kemanusiaan

kecintaan

kecopetan

kelonggaran

kekanak-kanakan

‘hal tentang’

‘yang di … i’

‘kena’ atau ‘terkena’

‘terlalu’

‘seperti’

pe-an penyesuaian ‘proses’

Page 11: Modul bi 1yuni

pengetahuan ‘apa yang di…’

per-an persahabatan

persimpangan

perkataan

‘perihal ber…’

‘tempat untuk ber…’

‘apa yang di…’

ber-an Berhamburan

Berguguran

berebutan

‘banyak pelaku’

‘berulang-ulang’

‘saling’

Ditinjau dari asalnya imbuhan dapat dibedakan menjadi dua. Pertama,

imbuhan asli bahasa Indonesia. Kedua, imbuhan serapan; yaitu imbuhan yang

didapat dari menyerap bahasa asing. Imbuhan swa-, misalnya, merupakan imbuhan

yang diserap dari bahasa Sansekerta yang berarti ‘sendiri’.

Pemakaian imbuhan dapat mengubah kelas kata. Kata benda, misalnya, dapat

berubah menjadi kata kerja setelah diberi imbuhan. Perhatikan contoh berikut.

1. batu (kata benda) → membatu (kata kerja)

2. cantik (kata sifat) → secantik-cantiknya (kata keterangan)

3. mandi (kata kerja) → pemandian (kata benda)

Afiks Pembentuk Kategori Kata

1. ke-an

pe-an → membentuk kata benda

per-an

-an

2. me-

ber-

di-

me(N)-kan → membentuk kata kerja

me(N)-i

memper-

memper-kan

-kan

-i

3. ter- → membentuk kata sifat

4. ber-

5. se- → membentuk kata bilangan

6. se- + kata dasar diulang + -nya → membentuk kata keterangan

Contoh: secantik-cantiknya

Penulisan bentuk {di-} ditulis serangkai dengan kata yang mengikutinya jika bentuk

{di-} digunakan sebagai imbuhan. Berbeda dengan bentuk {di} yang digunakan

Page 12: Modul bi 1yuni

sebagai kata depan. Bentuk {di} yang digunakan sebagai kata depan ditulis terpisah

dengan kata yang mengikutinya. Kata depan digunakan sebagai penanda tempat.

Perhatikan contoh berikut.

Buku itu diambil oleh Justin.

Luna mengambil buku di atas meja.

Latihan

1. Indentifikasi sumber informasi dan tentukan pokok informasi dari wacana

berikut.

KOMPETISI MENEMBAK

Cabang menembak terus memperbaiki diri lewat kompetisi. Salah satunya dengan menggelar kompetisi menembak nasional pada 4-11 Juni di lapangan tembak Senayan, Jakarta.

Para penembak nasional akan turut meramaikan ajang tersebut. Salah satunya Josphin Shilla Prasasti, yang terakhir menjadi satu-satunya wakil petembak Merah Putih di Olimpiade Beijing 2008.

Ajang ini diharapkan mampu meningkatkan prestasi para petembak nasional dan menambah kompetisi bagi petembak-petembak Indonesia.

Dikutip dari Tabloid Bola, No. 2.048/Senin, 24 Mei 2010, Rubrik Olimpik,

hal.6 Kolom 6.

2. Tuliskan dua contoh ragam bahasa lisan dan bahasa tulis!

3. Sempurnakan kalimat-kalimat berikut dengan cara membubuhkan imbuhan

pada kata dasar yang berada di dalam kurung.

1. Hari Senin siswa SMKN 2 Berastagi (panggil) secara bergantian

menghadap kepala sekolah.

2. Siswa SMK akan (tinggal) dan tergilas jika tidak (siap) diri dengan baik.

3. Sistem belajar SMK yang (terap) di Indonesia mampu mendorong siswa

untuk berkarya.

4. (Matang) demokrasi Indonesia dapat diukur dari (mampu) memelihara

dan menciptakan situasi kondisi bagi masyarakat.

4. Manakah kata-kata berikut yang merupakan kata berimbuhan?

♣ antarkota ♣ setiap

♣ ultraviolet ♣ ketua

♣ pertama ♣ abnormal

♣ hadirin ♣ duniawi

♣ sementara ♣ lemari

5. Bacalah kembali informasi pada soal nomor satu. Tandailah kata yang termasuk

kata berimbuhan dalam wacana tersebut.

Page 13: Modul bi 1yuni

2. 2 MEMBACA

2.2.1 Kegiatan Belajar 1

2.2.1.1 Membaca Cepat untuk Pemahaman

2.2.1.1.1 Tujuan Pembelajaran

Setelah mempelajari modul ini diharapkan,

1. Siswa dapat membaca teks dengan kecepatan kurang lebih 250 kata per menit

secara baik.

2. Siswa dapat menjelaskan secara rinci isi bacaan tertentu dengan benar.

3. Siswa dapat membuat catatan atau ringkasan bacaan secara benar.

4. Siswa dapat memanfaatkan kamus dengan baik.

2.2.1.1.2 Uraian Materi

Membaca cepat dan efektif diperlukan untuk memahami sebuah bacaan.

Pembaca cepat yang baik mampu mengatur irama kecepatan membaca sesuai dengan

tujuan, kebuuhan, keadaan bahan yang dibaca, serta dapat menjawab pertanyaan

sekurang-kurangnya 60 persen dari bahan yang dibaca.

Untuk memahami suatu teks, yang terpenting bukan keharusan untuk

membaca seluruh kata yang ada satu demi satu. Agar dapat menghayati isi bacaan,

yang diperlukan adalah menemukan kata-kata kuncinya. Tidak semua perincian

bacaan harus dilihat. Oleh sebab itu, membaca kata demi kata tidak dianjurkan.

Membaca yang efektif hanya melihat satuan-satuan pikiran pada setiap baris dalam

bacaan, berupa frasa, klausa, atau kata-kata kunci.

Tujuan dan manfaat yang dapat diperoleh dari membaca cepat adalah:

1. Mengenali topik bacaan.

2. Mengetahui pendapat orang (opini).

3. Mendapatkan bagian penting yang diperlukan.

4. Mengetahui organisasi penulisan.

5. Melakukan penyegaran atas apa yang pernah dibaca.

Albert dalam Harras (1997) mengemukakan tujuan utama dalam membaca cepat

untuk:

1. Memperoleh kesan umum dari suatu buku, artikel, atau tulisan singkat.

2. Menemukan hal tertentu dari suatu bahan bacaan.

3. Menemukan atau menempatkan bahan yang diperlukan dalam perpustakaan.

Manfaat membaca cepat untuk :

1. Mencari informasi yang diperlukan dari sebuah bacaan secara cepat dan

efektif.

2. Menelusuri halaman buku atau bacaan dalam waktu yang singkat.

3. Menggunakan waktu membaca secara efisien karena tidak perlu

memperhatikan atau membaca bagian yang tidak diperlukan.

Page 14: Modul bi 1yuni

Membaca cepat seseorang sangat dipengaruhi dengan kebiasaan yang dapat

mengganggu kegiatan membaca. Berikut beberapa gangguan membaca cepat serta

cara mengatasinya.

1. Vokalisasi atau membaca dengan bersuara atau mungkin bergumam. Cara

mengatasinya, tiuplah bibir (seperti bersiul) ketika membaca dan letakkan

tangan di leher untuk meyakinkan bahwa tidak ada getaran.

2. Menggerakkan bibir atau komat-kamit ketika membaca. Cara mengatasinya,

rapatkan bibir kuat-kuat, letakkan lidah ke langit-langit mulut; kunyahlah

permen; ucapkan berulang-ulang ‘satu, dua, tiga’ atau ‘tu, wa, ga.’

3. Menggerakkan kepala (biasanya ke kiri dan ke kanan) pada saat membaca.

Cara mengatasinya, letakkan telunjuk jari ke pipi dan sandarkan siku tangan

ke meja selama membaca; peganglah dagu seperti memegang jenggot;

letakkan ujung telunjuk jari ke hidung, sehingga bila kepala bergerak

pembaca dapat segera menyadari dan dapat menghentikan.

4. Menunjuk dengan jari atau benda lain ketika membaca. Cara mengatasinya,

kedua tangan memegang buku yang dibaca; memasukkan kedua tangan ke

dalam saku ketika membaca.

5. Kebiasaan selalu kembali (regresi ) ke belakang untuk melihat kata atau

beberapa kata yang baru dibaca. Cara mengatasinya, tanamkan kepercayaan

diri, jangan berusaha menghapal dan mengerti setiap kata kalimat pada

paragraf, jangan terpaku detail, terus saja membaca jangan tergoda untuk

kembali ke belakang; pusatkan perhatian pada bahan bacaan, bila ada yang

tertinggal, tinggalkan saja; Bacalah terus sampai kalimat selesai.

6. Subvokalisasi atau melafalkan dalam hati/pikiran kata-kata yang dibaca. Cara

mengatasinya, usahakan melebarkan jangkauan mata sehingga pandangan

mata dapat menangkap beberapa kata sekaligus dan langsung menyerap ide

bacaan.

2.2.1.1.2.1 TEKNIK MEMBACA CEPAT

Teknik membaca cepat ada dua. Pertama, teknik pelayapan (skimming).

Teknik pelayapan (skimming) adalah teknik membaca untuk mendapatkan gambaran

sekilas mengenai sebuah tulisan dengan mengambil intisari bacaan, berupa ide

pokok. Ide pokok sebuah bacaan dapat berada di awal, di tengah, atau di akhir

bacaan.

Page 15: Modul bi 1yuni

Langkah-langkah teknik pelayapan (skimming):

1. Buatlah pertanyaan apa yang dicari atau diperlukan.

2. Bila yang dibaca adalah buku, lihatlah daftar isi atau kata pengantar, dan

carilah kemungkinan informasi yang diperlukan.

3. Telusuri secara teliti dan seksama dengan kecepatan tinggi setiap baris

bacaan, Untuk sebuah buku yang ditelusuri mungkin bukan baris melainkan

paragraf atau subbab.

4. Berhentilah bila menemukan kalimat atau judul yang diperlukan.

5. Bacalah dengan kecepatan normal dan pahami dengan baik bahan yang

dicari.

Untuk mendapatkan gagasan utama bacaan, pembaca tidak harus membaca

seluruh bagian bacaan. Pembaca tidak perlu menghitung jumlah kata yang ada

atau tidak perlu melihat setiap kata yang tercetak. Pembaca tidak perlu membaca

setiap kata yang ada. Akan tetapi, pembaca cukup membaca kata-kata yang

penting saja. Kata-kata itu disebut kata-kata kunci. Kedua, teknik pemindaian

(scanning). Teknik pemindaian (scanning) adalah teknik membaca cepat untuk

memperoleh suatu informasi tanpa membaca yang lain, tetapi langsung ke

masalah yang dicari, berupa fakta khusus atau informasi baru.

Teknik pemindaian (scanning) biasanya digunakan untuk mencari nomor

telepon, kata pada kamus, entri pada indeks, angka-angka statistik, acara siaran

TV, dan daftar perjalanan.

Langkah-langkah teknik pemindaian (scanning) :

1. Lihat daftar isi dan kata pengantar secara sekilas.

2. Telaah secara singkat latar belakang penulisan buku.

3. Baca bagian pendahuluan secara singkat.

4. Cari dalam daftar isi bab-bab penting yang memuat informasi yang

diperlukan. Kemudia cari kalimat-kalimat penting pada halaman bab-bab

yang penting tersebut.

5. Baca bagian simpulan (bila ada).

6. Lihatlah secara sekilas adakah daftar pustaka, daftar indeks, atau apendiks.

Page 16: Modul bi 1yuni

Latihan 1

Bacalah bacaan berikut secara bersama-sama; tangkaplah hal-hal yang penting!

Ukurlah kecepatan membaca kalian!

Mulai dari sini …

DARI FILM KE BUKU

Masih ingat dengan film Naga Bonar yang diperankan Deddy Mizwar dan Nurul Arifin? Film yang kisahnya ditulis oleh (Alm) Asrul Sani ini sungguh memikat dan kental muatan lokal. Secara komedi, film ini mengangkat cerita tentang seorang pencopet yang menjadi jenderal di masa perang. Tak haran film ini meraih penghargaan FFI 1987. Tahun 2006 ini dibuat pula sekuel film ini dengan judul Naga Bonar (Jadi) 2, yang mengisahkan tentang Naga Bonar (masih diperankan Deddy Mizwar) yang menjadi orang tua tunggal dan punya anak bernama Bonaga (Tora Sudiro).

Rencananya film yang disutradarai Deddy Mizwar ini akan dirilis Maret mendatang. Namun sebelumnya, film yang skenarionya ditulis Musfar Yassin, dibukukan oleh penerbit Akoer. Penulisan bukunya diserahkan kepada Akmal Nasery Basral, penulis novel Imperia dan kumpulan cerpen Ada Seseorang di Kepalaku yang Bukan Aku. Novelnya sendiri menurut Akmal, tidak akan persis sama seperti skenarionya. “Ada pendekatan lain. Yang pasti maunya filmnya juga ditonton, dan novelnya dibaca. Jangan sampai, setelah membaca novelnya, malah enggan menonton filmnya,” jelas Akmal.

Dalam jumpa pers peluncuran novel ini,10 Januari lalu, dilakukan juga penandatanganan kontrak antara pihak Akoer, Deddy Mizwar, dan pihak Asrul Sani sebagai pencipta tokoh Naga Bonar yang diwakili oleh istrinya, Mutiara Sani. Menurut polling detik.com, film sekuel ini sendiri menduduki urutan pertama film yang paling ditunggu tahun 2007. Penasaran, kan? (Erika)

Dikutip dari Majalah Chic No.25-II 31 Januari-13 Februari 2007, hal. 16

Membaca berakhir …

Berapa kecepatan membaca kalian? Lihatlah daftar berikut! Misalnya, jika waktu

yang dibutuhkan untuk membaca tulisan tersebut 3,5 menit (210 detik), maka

kecepatan membaca kalian adalah 250 kata per menit (lihat dalam daftar).

Waktu yang

Diperlukan

Kecepatan

Membaca

Waktu yang

Diperlukan

Kecepatan

Diperlukan

Waktu yang

Diperlukan

Kecepatan

Diperlukan

2.0 479 / kpm 3.40 261 / kpm 5.20 179 / kpm

2.10 442 / kpm 3.50 250 / kpm 5.30 174 / kpm

2.20 411 / kpm 4.0 239 / kpm 5.40 169 / kpm

2.30 383 / kpm 4.10 230 / kpm 5.50 164 / kpm

Page 17: Modul bi 1yuni

2.40 359 / kpm 4.20 221 / kpm 6.0 159 / kpm

2.50 338 / kpm 4.30 213 / kpm 6.10 155 / kpm

3.0 319 / kpm 4.40 205 / kpm 6.20 151 / kpm

3.10 302 / kpm 4.50 198 / kpm 6.30 147 / kpm

3.20 287 / kpm 5.0 191 / kpm 6.40 143 / kpm

3.30 274 / kpm 5.10 185 / kpm 6.50 140 / kpm

Jumlah Kata yang Dibaca X 60 = Jumlah Kata Permenit (kpm)

Jumlah Detik untuk membaca

Latihan 2

Jawablah pertanyaan berikut dengan cara memberi tanda silang pada huruf jawaban

yang benar tanpa membaca kembali teks!

1. Siapa pemeran utama film Naga Bonar?

a. Asrul Sani b. Deddy Setiadi

c. Nurul Arifin d. Deddy Mizwar

e. Musfar Yasin

2. Tahun berapa film Naga Bonar meraih penghargaan FFI?

a. 1988 b. 1987 c. 1986 d. 1985 e. 1984

3. Siapa penulis film Naga Bonar?

a. Deddy Mizwar b. (alm) Asrul Sani c. Nurul Arifin

d. Mutiara Sani e. Akmal Nasery Basral

4. Kapan rencana film Naga Bonar (Jadi) 2 dirilis?

a. Februari b. Maret c. Mei d. April e. Januari

Page 18: Modul bi 1yuni

5. Siapa sutradara film Naga Bonar (Jadi) 2?

a. Mutiara Sani b. Asrul Sani c. Deddy Mirdad

d. Deddy Mizwar e. Deddy Corbuzer

6. Siapa penulis film Naga Bonar (Jadi) 2?

a. Deddy Mizwar b. Musfar Yasin c. Nurul Arifin

d. Mutiara Sani e. Akmal Nasery Basral

7. Siapa penulis novel film Naga Bonar (Jadi) 2?

a. Deddy Mizwar b. Musfar Yasin c. Nurul Arifin

d. Mutiara Sani e. Akmal Nasery Basral

8. Ada Seseorang di Kepalaku yang Bukan Aku merupakan salah satu tulisan Akmal

Nasery Basral yang berupa…

a. Novel b. Roman c. Cerpen d. Karya

Ilmiah

e. Buku

9. Penerbit novel film Naga Bonar (Jadi) 2 adalah …

a. Penerbit Akaer b. Penerbit Akoer

c. Penerbit Akier d. Penerbit Akuer e. Penerbit Akeer

10. Tahun berapa film Naga Bonar (Jadi) 2 dirilis ?

a. 2006 b. 2007 c 1987 d. 2008 e. 2005

o o O o o

Rumus penghitungan skor pemahaman bacaan:

Pemahaman Bacaan (%) = Jumlah Jawaban Benar X 100 %

10

Page 19: Modul bi 1yuni

Mulai dari sini …

BLOG JADI BUKU

Komunitas blogfam, ternyata tidak puas hanya berkomunikasi lewat dunia maya. Bersamaan dengan ulang tahun ke-3, blogfam menerbitkan 2 buku yang diambil dari catatan blog ini. Bekerja sama dengan penerbit Gradien, pada 13 Januari lalu di Perpustakaan Depdiknas diluncurkan buku Flash,Flash, Flash, Kumpulan Cerita Sekilas dan Biarkan Aku Mencintaimu Dalam Sunyi, Email Terbuka Seorang Selingkuhan. Judulnya saja, terutama yang kedua, sudah mengundang rasa ingin tahu, kan? Peluncuran buku ini sekaligus menjadi ajang kopi darat dari para anggota blogfam. Erika

Dikutip dari Majalah Chic No.25-II 31 Januari-13 Februari 2007, hal. 17

Membaca berakhir …

Latihan 3

Jawablah pertanyaan berikut dengan cara memberi tanda silang pada huruf jawaban

yang benar tanpa membaca kembali teks!

1. Ulang tahun keberapa blogfam menerbitkan buku?

a. ke-3 b. ke-4 c. ke-33 d. 13 e. 31

2. Berapa buku yang diterbitkan blogfam?

a. 6 b. 5 c. 4 d. 3 e. 2

3. Tanggal berapa buku blogfam diluncurkan?

a. 11 Januari b. 12 Januari c. 13 Januari

d. 14 Januari e. 15 Januari

4. Dimana lokasi peluncuran buku blogfam?

a. Perpustakaan Depag b. Perpustakaan Nasional

c. Perpustakaan Keliling d. Perpustakaan Depdiknas

e. Perpustakaan Jakarta

5. Tahun berapa komunitas blogfam menerbitkan buku?

a. 2005 b. 2006 c. 2007 d. 2008 e 2010

6. Dari bacaan di atas pernyataan mana yang merupakan opini?

7. Dari bacaan di atas pernyataan mana yang merupakan fakta?

Page 20: Modul bi 1yuni

Latihan 4

Temukan secara cepat informasi dari bagian kamus berikut. Gunakan teknik

membaca pindai (scanning).

Page 21: Modul bi 1yuni

Berdasarkan teks di atas, jawablah pertanyaan berikut.

1. Abau berarti …

2. Mengabaikan memiliki makna tidak mengindahkan. Benar atau salah?

3. Abaian tergolong kata benda. Benar atau salah?

4. Makna kata abar-abar ada dua. Benar atau salah?

5. Makna tanda panah (→ ) pada kata {abah → aba} adalah …

Hitunglah skor nilai siswa.

Gunakan rumus : Jumlah Jawaban Benar X 100 %

10

Berapa persen pemahamanmu? … %

Page 22: Modul bi 1yuni

Berdasarkan informasi yang didapat dari buku telepon di atas, jawablah pertanyaan

berikut.

1. Siapakah yang tinggal di jalan Terang 47?

2. Nomor telepon siapakah 92650?

3. Berapa nomor telepon Ginting Ladas?

4. Benarkah Ginting Irwansyah tinggal di desa Perteguhan?

5. Benarkah Ginting Atan tinggal di Penghasilan 85?

6. Siapakah yang tinggal di Gang Cahaya 171?

7. Nomor telepon siapakah 91897?

8. Berapa nomor telepon Efey?

9. Dimanakah Geki tinggal?

10. Siapakah yang tinggal di Kenangan 96?

2.2.2. Kegiatan Belajar 2

2.2.2.1 Tujuan Pembelajaran

Setelah mempelajari modul ini siswa diharapkan dapat,

1. Membuat pertanyaan yang berhubungan dengan isi wacana.

2. Menceritakan kembali isi wacana secara lisan.

3. Mengungkapkan secara lisan informasi yang terdapat dalam gambar,

gamabar dan grafik, serta diagram dalam wacana.

4. Menyampaikan simpulan atas informasi yang terdapat dalam wacana.

2.2.2.2 Uraian Materi

Sebuah tulisan, baik ilmiah maupun nonilmiah, pada hakikatnya terdiri dari lima

bentuk, yaitu narasi atau kisahan, deskripsi atau perian, eksposisi atau paparan,

argumentasi atau bahasan, dan persuasi atau ajakan.

Tulisan ilmiah atau ilmiah populer biasanya disajikan dalam bentuk deskripsi,

eksposisi, argumentasi, dan persuasi, sedangkan tulisan nonilmiah disampaikan

dalam bentuk narasi. Namun, adakalanya tulisan yang dihasilkan merupakan

Page 23: Modul bi 1yuni

kombinasi di antara satu bentuk dengan bentuk yang lain; misalnya, kombinasi

antara eksposisi dan deskripsi atau antara argumentasi dan eksposisi. Bahkan, ada

kemungkinan tiga bentuk tulisan berkombinasi dalam sebuah tulisan. Hanya saja,

tetap satu bentuk tulisan yang mengemuka sebagai tujuan akhirnya, sementara

bentuk tulisan yang lain sebagai varian atau ilustrasi dari tulisan tersebut. Berikut

akan dijelaskan bentuk-bentuk tulisan tersebut.

2.2.2.2.1 Narasi (Kisahan)

Narasi ialah tulisan yang sifatnya bercerita atau mengisahkan secara berturut-

turut suatu rangkaian kejadian atau peristiwa berdasarkan pengamatan atau

perekaan dalam suatu kesatuan waktu. Yng hendak disampaikan penulis adalah

tentang ‘apa yang terjadi’ sebagai representasi dari peristiwa. Peristiwa tersebut

dilakukan oleh tokoh-tokoh dalam cerita dalam suatu rangkaian waktu. Oleh

sebab itu, dalam pengertian narasi terdapat dua unsur yang paling penting, yaitu

unsur perbuatan atau tindakan dan unsur waktu.

Maksud narasi bukanlah sekadar pengisahan rangkaian peristiwa. Penulis

menyusun ceritanya dengan tujuan agar pembaca bisa mengambil hikmah dari

ceritanya. Artinya, melalui cerita itu, pembaca berkenalan dengan watak orang

seorang atau dengan perikehidupan orang yang miskin, yang tertekan, atau yang

bergelimang dalam kemewahan. Kemudian, pembaca mencoba menarik

pengalaman dari cerita yang dibacanya agar di dalam kehidupannya dia dapat

lebih berhati-hati, lebih waspada, atau lebih peka terhadap masalah sosial.

Bentuk Narasi

Narasi merupakan bentuk karangan yang paling lazim digunakan jika penulis

ingin menarik minat dan menghibur pembaca. Dalam kehidupan sehari-hari,

narasi banyak ditemukan dalam bentuk percakapan informal, surat resmi, surat

pribadi, buku harian, majalah, surat kabar, sejarah, biografi, autobiografi, atau

fiksi. Jenis narasi yang lain ialah anekdot, insiden, sketsa, dan profil.

Sebagaimana diketahui, biografi dan autobiografi berbeda dari segi

naratornya (pengisahnya). Narator dalam biografi adalah orang lain. Sedangkan

dalam autobiografi tokohnya sendiri. Namun, keduanya mempunyai kesamaan,

yaitu menyampaikan kisah yang menarik mengenai kehidupan dan pengalaman

pribadi. Pola umum yang dikembangkan di dalam kedua bentuk wacana ini

adalah riwayat hidup pribadi seseorang, urutan-uarutan peristiwa, atau tindak-

tanduk yang berkaitan dengan kehidupan seorang tokoh.

Page 24: Modul bi 1yuni

Anekdot adalah sejenis cerita pendek yang bertujuan menyampaikan

karakteristik yang menarik atau aneh mengenai seseorang atau suatu hal lain.

Anekdot dapat menjadi bagian dari sebuah wacana naratif tetapi dapat juga

dikeluarkan dari cerita induknya tanpa mengganggu kesatuan cerita tersebut. Ini

dapat terjadi karena unit waktu dalam anekdot berdiri sendiri. Fungsi anekdot

dalam sebuah cerita induk adalah untuk menambah daya tarik bagi latar belakang

dan suasana secara keseluruhan.

Insiden memiliki karakter yang lebih bebas dari anekdot. Daya tariknya

terletak pada karakter-karakter yang khas dan hidup, yang menjelaskan perbuatan

atau kejadian itu sendiri. Semua ciri itu semata-mata untuk kepentingan insiden

itu sendiri, dan bukan untuk menunjang sebuah struktur dramatik atau suatu

interpretasi. Suatu peristiwa kecil tetapi menegangkan mengenai kecelakaan di

laut dan usaha penyelamatannya, penggrebekan polisi terhadap komplotan

teroris, perkelahian massal antara dua pihak, misalnya, dapat menjadi bahan

insiden yang menarik.

Sketsa adalah bentuk wacana singkat yang dikembangkan dengan

menggunakan detail-detail yang terpilih berdasarkan suatu kerangka perbuatan

yang naratif. Penulisan sketsa bertujuan untuk menyajikan hal-hal yang penting

dari suatu peristiwa atau kejadian secara garis besar dan selektif, dan bukan

untuk memaparkan sesuatu secara lemgkap. Sama dengan anekdot dan insiden,

sketsa dapat digunakan untuk menyiapkan suatu latar belakang atau menciptakan

suatu suasana bagi sebuah karangan yang lebih panjang.

Profil adalah bentuk wacana yang memperlihatkan ciri-ciri utama dari

seorang tokoh yang dideskripsikan berdasarkan suatu kerangka yang telah

digariskan sebelumnya. Bagian terpenting dari sebuah profil adalah sketsa

karakter yang disusun sedemikian rupa untuk mengembangka subjeknya.

Penggarapannya dilakukan secara cermat, dengan memanfaatkan fakta-fakta

utama mengenai kehidupan dan watak tokohnya.

Tata Susunan Narasi

Tata susunan narasi terdiri atas urutan kejadian dan urutan waktu. Narasi

yang tersusun dengan baik menggunakan (1) keterangan waktu (2) keterangan

aspek (3) kata-kata transisi yang mengungkapkan kaitan pikiran, kaitan waktu,

hasil, dan pertentangan. Beberapa unsur narasi yang harus diperhatikan ialah.

(a) Kalimat pertamanya harus menarik perhatian;

Page 25: Modul bi 1yuni

(b) Peristiwa-peristiwa diuraikan secara berurutan dan logis; dan

(c) Ceritanya harus membangun klimaks.

Narasi yang baik haruslah mengandung kesatuan, mempertahankan

kepaduan, dan memiliki penekanan. Tahap-tahap dalam narasi biasanya dimulai

dari paparan, kemudian diikuti rangsangan, gawatan, tikaian, rumitan, klimaks,

leraian, diakhiri dengan selesaian. Ditambahkan bahwa dalam narasi mempunyai

dua sudut pandang. Pertama, penulis berpartisipasi dalam ceritanya atau

berfungsi sebagai orang pertama (aktor-partisipan). Kedua, penulis bertindak

sebagai pengamat kejadian dan menceritakan kejadian tertentu tanpa melibatkan

diri di dalamnya atau hanya berfungsi sebagai orang ketiga (pengamat kejadian).

Dari dua sudut pandang itu, penulis dapat memilih salah satu di antaranya. Kalau

satu sudut pandang sudah diputuskan untuk dipilih, penulis harus

mempertahankan sudut pandang tersebut dalam sebuah narasi.

Sekarang perhatikan penggalan cerita berikut.

Rusad melihat pandangan Sibar dan Mangku dengan hanya bersedia menunggu segalanya meledak. Di muka masing-masing semua ketegangan telah dibacanya meskipun masih belum didapatinya mengapa semua itu terjadi. Keheningan mengatasi segalanya di antara mereka. Masing-masing tidak tahu apa yang akan dibuat, meskipun masing-masing pula memperhatikan apa yang akan dibuat yang lain terhadap dirinya.

Tapi ketika itulah mereka dikejutkan suara tembakan. Garis asap datang dari balik tonggak di depan mereka –semua mata tertuju kesana. Pemburu-pemburu yang tidur terbangun mendadak, semua tidak tahu apa yang terjadi. Tapi semuanya tetap diam ketika mendengar suara Sibar merintih. Dari antara kedua matanya darah mengalir dengan deras. Kemudian suaranya tak terdengar lagi, padang itu kembali sepi sejenak.

Dan dari balik tonggak itu tiba-tiba terdengar ketawa Kipa yang sedang mengelus-elus bedil Sibar dengan sayang.

Dikutip dari Kitab Cerita Pendek Horison Sastra Indonesia 2 hal.314-315

Dalam contoh di atas dapat dilihat bahwa bagian pendahuluan menyajikan

situasi sesuai dengan pola umum. Situasinya dimulai dengan Rusad yang melihat

antara Mangku dan Sibar yang penuh kemarahan, Rusad yang bingung mengapa

Mangku marah pada Sibar, suasana yang hening, dan tak ada seorang pun yang

melakukan aktifitas. Penggawatan kisah mencapai klimaksnya ketika orang-

orang dikejutkan suara tembakan yang bersal dari balik tonggak di depan

mereka, pemburu-pemburu yang tidur terbangun, terdengar suara Sibar merintih,

mata Sibar berdarah, kemudian suara Sibar tak terdengar lagi. Peleraiannya

adalah Sibar meninggal, padang itu kembali sepi, dan Kipa muncul tertawa

sambil mengelus bedil Sibar. Unsur tindakan, penokohan, dan suasana hati

Page 26: Modul bi 1yuni

menjalin hubungan yang padu. Sementara itu, latar, waktu, dan makna yang

terkandung dalam seluruh cerita itu lebih memperjelas lagi alurnya.

2.2.2.2.2 Deskripsi (perian)

Deskripsi ialah tulisan yang menggambarkan bentuk objek pengamatan atau

melukiskan perasaan. Melalui deskripsi penulis bermaksud agar pembaca dapat ikut

melihat, mendengar, atau merasakan apa yang dilihat, didengar, atau dirasakan

penulis. Jadi, tujuan deskripsi pada dasarnya adalah membantu pembaca melalui

imajinasinya yang terbentuk melalui ungkapan bahasa untuk membayangkan

suasana, orang, dan untuk memahami suatu sensasi atau emosi. Oleh karenanya,

sebuah deskripsi yang baik haruslah didasarkan pada pengamatan yang cermat dan

penyusunan yang tepat.

Dalam penulisan deskripsi peranan panca indera sangat penting. Jika penulis

mempunyai pengamatan yang tajam dan mampu memanfaatkan semua alat

inderanya, kemudian menuliskannya dengan kata-kata yang tepat atau dengan

menggunakan perbandingan yang tepat, deskripsi yang dihasilkan dapat menjadi

hidup dan menawan.

Bentuk Deskripsi

Deskripsi atau perian dapat tertuang dalam dua bentuk, yaitu (1) deskripsi

objektif atau teknis dan (2) deskripsi sugestif atau impresionistik. Di dalam deskripsi

objektif penulis melukiskan suatu keadaan seakan-akan suatu gambar foto; misalnya,

bahasa iklan mini atau bahasa dalam penilaian barang oleh para jurutaksir. Di dalam

deskripsi sugestif, selain keterangan yang bersifat objektif juga terungkap sikap

emosional atau penilaian subjektif dari penulis.

Deskripsi yang baik setidak-tidaknya memiliki tiga persyaratan, yakni:

(1) penggambaran yang dominan (hal ini terletak dalam kalimat topik)

(2) suasana hati yang jelas tertandai; dan

(3) pengembangan yang logis (berhasil guna, masuk akal, dipikirkan dengan

baik, dirancang dengan logis).

Tahap-tahap deskripsi dimulai dari penetapan sudut pandang, kemudian

pembentukan gambaran yang menyeluruh, dan pemberian rincian deskripsi dalam

urutan yang logis. Jenis-jenis deskripsi meliputi orang, tempat, dan waktu.

Page 27: Modul bi 1yuni

Cermati contoh deskripsi di bawah ini.

Begitu pintu kantor Lab. Bahasa kubuka, udara sejuk yang berasal dari alat pendingin ruangan, suara mendesu bising dari alat yang sama, serta bau asap tembakau yang menyesakkan dada menyambutku. Ruangan ini sebenarnya cukup luas, kira-kira enam kali sebelas meter persegi, tetapi sudut sebelah kanan dinding seberang pintu sudah dijadikan studio rekaman dengan empat kali empat meter persegi, dengan dinding kedap suara setinggi dua setengah meter. Ruangan yang tinggal untuk kantor jadi terasa sempit. Dan ruangan yang sempit ini tidak pula diatur menurut citarasa yang baik. Berbagai macam barang ditaruh sekenanya saja di sana-sini, dan ini mengingatkanku pada gudang di rumahku.

Di atas ruangan bergelantungan beberapa lampu neon model kuno yang membuat ruangan ini cukup terang. Di langit-langit yang setinggi sekitar empat meter, diapit dua pasang lampu neon, ada sebuah exhaust fan, kipas penghisap, yang maksudnya tentu menghisap dan membuang bau yang kurang sedap di dalam ruangan ini.

Ketika kuarahkan pandanganku kedepan, di balik sebuah meja kerja terlihat sesosok tubuh, satu-satunya makhluk hidup di ruangan yang penuh sesak dengan barang-barang elektronik ini. Hampir tenggelam di antara tumpukan buku dan map yang ada di depannya, lelaki berkaca mata itu tampak terpukau dengan bacaannya. Begitu mataku menangkap sebuah pipa coklat tua di mulutnya, segera aku tahu asal bau yang menyesakkan dad itu. rupanya exhaust fan di langit-langit itu tidak mampu menyedot bau asap tembakau dari pipa.

Tepat di tengah ruangan terdapat seperangkat sofa yang modelnya sudah sangat ketinggalan zaman. Yang panjang di sebelah kanan dan kedua kursi yang pendek di kiri, di seberang meja oval yang ditutup alas meja yang dulunya tentulah berwarna coklat indah. Jok kursi-kursi itu pun dulunya tentu coklat indah, sekarang sudah seharusnya dibawa ke tukang perabot untuk diganti kainnya serta diisi busanya yang sudah mengempis itu. Di meja berserakan majalah luar negeri dan sebuah asbak porselen berwarna krem yang bagian dalamnya sudah kehitam-hitaman. (Endah Widyawati dalam Marahimin dalam Mulyadi, 2006:57).

Contoh di atas merupakan sebuah deskripsi ruangan. Dari deskripsi ini

diketahui bahwa penulis masuk ke dalam ruangan itu, berdiri di pintu, di sebelah

dalam ruangan, dan mendeskripsikan apa-apa yang diamatinya di ruangan itu dari

tempatnya berdiri. Penulis perlu memperhatikan ini untuk menjaga agar dia jangan

sampai mendeskripsikan sesuatu yang tidak tampak olehnya dari tempatnya berdiri

itu. Penulis juga menggunakan alat pengindraan sebanyak mungkin. Penulis

menggunakan matanya (melihat lampu neon, barang elektronik, dan lain-lain),

hidungnya mencium asap tembakau, kupingnya mendengar bunyi alat pengatur suhu

ruangan, dan kulitnya menangkap dinginnya suhu ruangan.

2.2.2.2.3 Ekposisi (Paparan)

Ekposisi secara sederhana adalah menyingkapkan. Sesuatu yang

disingkapkan itu adalah sesuatu yang selama ini tertutup, terlindung atau

tersembunyi. Dalam hal wacana eksposisi, yang disingkapkan itu adalah buah

pikiran atau ide, perasaan atau pendapat penulisnya, untuk diketahui orang lain. Jadi,

Page 28: Modul bi 1yuni

penulisan eksposisi bertujuan memberitahu pembaca atau menerangkan dan

menjelaskan ihwal suatu persoalan sehingga pembaca menjadi paham.

Bentuk Eksposisi

Pada umumnya ekposisilah yang akan dipilih orang untuk menulis panduan,

resep dapur, atau buku penuntun aturan main atau aturan pakai. Eksposisi sering

ditemukan dalam bentuk editorial, esai, bahan informasi, dan petunjuk, atau ulasan.

Penulis karangan ekposisi pada hakikatnya hanya berniat membuat

pembacanya menjadi tahu atau memahami sesuatu yang sebelumnya tidak

dipahaminya, atau tidak dipahaminya dengan betul. Penulis berusaha

membangkitkan minat pembacanya, tetapi penulis tidak berusaha mempengaruhi

pembacanya bagaimana menilai baik buruknya topik yang dibicarakan.

Jenis-Jenis Eksposisi

1. Menjelaskan suatu prosedur atau proses.

2. Memberi defenisi.

3. Menerangkan arah.

4. Menjelaskan dan menafsirkan gagasan : mengapa, bagaimana, apa.

5. Menerangkan bagan atau tabel.

6. Mengulas sesuatu.

Contoh eksposisi:

DPR Bisa Beres, Pemerintah Tidak Bisa

Akhirnya Sidang Paripurna DPR yang tidak dihadiri Fraksi PDI-P dan Fraksi PKB berhasil mengambil keputusan mengenai isu kenaikan harga BBM lewat pemungutan suara hari Senin lalu. Dari lima opsi yang diajukan pimpinan DPR, sidang pleno memilih opsi kelima, yakni meminta pemerintah meninjau kenaikan harga BBM melalui pembahasan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara Perubahan.

Dari 550 anggota dari enam fraksi menyetujui opsi kelima, yaitu meminta pemerintah meninjau Peratura Presiden Nomor 22 Tahun 2005 tentang kenaikan harga BBM melalui pembahasan Anggaran Pendapatan dan belanja Negara perubahan 2005. Empat fraksi tetap menolak keputusan pemerintah menaikkan harga BBM.

Pemerintah meresponnya dengan cepat. Hari Senin petang itu juga diselenggarakan sidang kabinet terbatas. Presiden akan segera bertemu DPR sebelum lembaga itu reses Kamis, 24 Maret. (Kompas dalam Mulyadi, 2006:59).

Page 29: Modul bi 1yuni

2.2.2.2.4 Argumentasi (Bahasan)

Argumentasi adalah tulisan yang bertujuan meyakinkan pembaca akan

kebenaran pandangan penulis ataupun kesalahan pandangan yang dianut oleh pihak

lain. Argumentasi dapat dilihat dalam karangan editorial atau dalam perdebatan.

Penulis argumentasi yang berniat meyakinkan pembacanya hanya akan berhasil jika

ia menguraikan pendapatnya secara lengkap, dengan objektif, dan dengan akal sehat.

Dalam hal ini logika nalar yang masuk akal, dan pemahaman yang benar tentang

pendapat atau anggapan yang berlawanan merupakan syarat untuk argumentasi yang

efektif.

Jenis-Jenis argumentasi

1. Penalaran induktif.

2. Pelaran deduktif.

3. Perbandingan..

4. Sebab-akibat.

5. Argumentasi dengan kutipan.

6. Argumentasi yang lemah.

Perbedaan Eksposisi dengan Argumentasi

Eksposisi

1. Tulisan ini bertujuan agar pembaca mendapat informasi sejelas-jelasnya.

2. Fakta, grafik, angka, dan statistik digunakan untuk menjelaskan tema.

3. Pendahuluan berisi topik dan tujuan.

4. Penutup berfungsi menegaskan uraian sebelumya.

Argumentasi

1. Tulisan ini bertujuan mempengaruhi pembaca.

2. Fakta, grafik, angka, dan statistik digunakan sebagai pembuktian.

3. Pendahuluan berisi latar belakang dan sejarah persoalan, sistematika, dan

tujuan argumentasi.

Page 30: Modul bi 1yuni

4. Penutup berfungsi menyimpulkan uraian sebelumnya.

Persamaan Eksposisi dengan Argumentasi

1. Menjelaskan pendapat dan keyakinan penulis.

2. Memerlukan fakta yang diperkuat dengan angka, peta, grafik, dan sebaginya.

3. Memerlukan analisis.

4. Menggali sumber ide melalui pengalaman, pengamatan, penelitian, serta

sikap dan keyakinan.

Contoh argumentasi:

PASTA GIGI KETINGGALAN ZAMANAda orang yang betul-betul merasa bangun sesudah dia menyikat gigi. Tapi

agaknya ada lebih banyak lagi orang yang merasa bahwa tugas menyikat gigi pagi hari begitu bangun tidur itu sangat menyengsarakan.Mereka memang melakukannya, tapi dengan perasaan sangat terpaksa. Semua kita meyadari bahwakita perlu menyikat gigi pagi-pagi guna menghalangikerusakan gigi. Namun, ada rasanya yang tidak maju-maju pada alat pencegah kerusakan gigi yang kita kenal selama ini. Hal ini terutama sekali kelihatan pada kemasan apa yang kita sebut pasta gigi itu, kemudian juga pada promosinya, dan yang tak kalah penting adalah pada rasa dan tekstur pasta itu sendiri.

Kemasan yang kita kenal selama ini, yang sudah juga dikenal oleh kakek bahkan kakek buyut kita dahulu, adalah tube. Dan tube ini cara kerjanya berlawanan dengan tujuan nya; tidak pernah ada satu orang pun di dunia ini yang berhasil menggunakan seluruh pasta yang dikemas di dalam tube itu. Ketika Anda menganggap pastanya sudah habis, dan tube itu Anda buang, di dalamnya masih tinggal pasta cukup untuk sekali dua kali sikat gigi lagi. Kalikanlah ini dengan jutaan tube yang dibuang orang setiap harinya di dunia ini, angka yang Anda peroleh akan sangat menakjubkan. Tutup tube itu mudah pula hilang sesudah dua tiga kali pakai, sehingga pasta di dekat lubang tube itu mengeras. Ketika Anda ingin memakainya besok pagi, Anda harus memijit tube lebih keras dari biasa, dan tidak jarang akibatnya pasta itu akan meloncat mengotori lantai dan tempat-tempat lain. Dan kalau memang Anda memijitnya terlalu keras, tube itu akan terus mengeluarkan pasta, walaupun kebutuhan Anda sudah terpenuhi.

Iklan-iklan yang menyesatkan turut pula menambah rasa tidak senang kita menggunakan pasta gigi. Kenyataan menunjukkan, Walaupun kita menyikat gigi dua puluh empat jam sehari semalam, kalau gigi kita pada dasarnya memang tidak putih, gigin itu tidak akan menjadi putih. Kemudian perhatikan senyum model yang dipakai yang dipakai dalam iklan. Senyum dengan memperlihatkan semua gigi bukanlah senyum yang terbaik, lagi pula tersenyum seperti itu tidak mungkin dilakukan sambil menyikat gigi. Perhatikan pula cara model itu menyikat giginya: bagaimanapun tampak indah dan berseninya, tidak bisa kita menyikat gigi dengan benar jika memegang sikat gigi itu hanya dengan ibujari dan telunjuk saja.

Pasta gigi itu, baik rasa maupun teksturnya, adalah pasta. Hijau, putih bergaris merah atau hijau, atau putih saja (yang menyebabkan gigi kita justru kelihatan lebih kuning karena kontras), tetap saja pasta itu benda asing di mulut kita, dan tidak untuk ditelan. Wangi-wangian dan rasa yang ditambahkan kepada pasta itu, yang konon maksudnya untuk menambah enak menyikat gigi, bukanlah jawaban yang tepat. Jika tidak dapat ditelan, apa gunanya dibuat wangi dan terasa enak? Membuat pasta gigi yang wangi dan terasa enak itu berbahaya, kita, terutama anak-

Page 31: Modul bi 1yuni

anak kita, akan terbiasa menelannya sedikit-sedikit. Di samping rasanya yang tajam itu, tekstur pasta gigi sering menimbulkan campuran kental yang hangat di mulut, yang jika disikat dengan keras akan menghasilkan busa, yang menyebabkan mulut rasa tersumbat, dan menimbulkan rasa mau muntah.

Agaknya jelaslah bagi kita semua bahwa pasta gigi itu dalam bentuknya yang sekarang ini sudah sangat ketinggalan zaman. Ada banyak sekali perubahan yang sebenarnya sudah sejak dahulu kala harus dilakukan oleh produser pasta gigi. Tube itu jelas sudah ketinggalan zaman, dia sudah ada sejak permulaan abad ini! Mana ada barang lain yang sudah dipakai orang sejak permulaan abad ini sejak permulaan abad ini, yang sampai sekarang tidak mengalami perubahan mendasar. Promosinya juga rasanya lebih banyak tidak benarnya dari benarnya. Dan mengenai tekstur dan rasa pasta gigi, kalau memang mau dibikin enak, mengapa tidak dipikirkan dan dicari alat pencegah kerusakan gigi lain yang selain enak dan wangi, juga dapat ditelan seperti permen coklat? Dengan sendirinya ‘ala’t seperti ini dapat pula dibubuhi segala macam vitamin untuk membuat gigi kita sehat dan kuat. Kalau ini bisa diciptakan, begitu bangun tidur, setiap orang akan dengan senang hati memasukkan sepotong ‘alat’ ini ke mulutnya, mengunyahnya sebentar, lalu menelannya. Mulutnya akan bersih dan wangi, giginya sehat dan kuat, dan orang itu nakan benar-banar merasa bangun: siap untuk melaklukan tugas-tugasnya hari itu. (Jo Stralen dalam Marahimin dalam Mulyadi, 2006:62-63).

2.2.2.2.5 Persuasi

Persuasi adalah karangan ilmiah yang meyakinkan , mengajak atau

membangkitkan suatu tindakan dengan mengemukakan alasan-alasan yang kadang-

kadang agak emosional.

Contoh Persuasi :

Melihat prospek bisnis yang menjanjikan, beberapa artis ibu kota pun tak ingin ketinggalan membuka toko di pasar Tanah Abang Blok A ini. Diantaranya Itang Yunaz yabg menjual pakaian dan celana pria dengan tokonya bernama PREVIEW yang terletak di Blok A SLG, Los E 117-118. Mereka ini optimis, berdagang di Tanah Abang Blok A akan memdatangkan banyak keuntungan bagi usaha mereka, Jadi, apakah Anda juga berminat? Datanglah ke pasar Tanah Abang Blok A, maka Anda akan merasakan wisata belanja yang sangat menyenangkan. (Selvy Widuhung) (Dikutip dari Majalah Kartini NO. 2151/27 OKT S/D 14 NOV 2005/hal. 62)

Tes Formatif

(1) Gadis yang baru kukenal itu tingginya semampai. Parasnya ayu,

bibirnya tipis merah basah. Rambutnya hitam kemilau, kulitnya kuning

langsat. Kacamatanya yang trendi bertengger di atas hidungnya yang

mancung, tampak serasi melindungi bulu matanya yang lentik.

Paragraf di atas berjenis …

(2) Sepuluh menit segera berlalu. Tapi Sandra, 10 tahun, belum menulis

sepatah kata pun di kertasnya. Ia memandang ke luar jendela. Ada dahan

bergetar ditiup angin yang kencang. Ingin rasanya ia lari keluar kelas,

meninggalkan kenyataan yang sedang bermain di kepalanya. Kenyataan

yang terpaksa diingatnya karena Ibu Guru Tati menyuruhnya berpikir

Page 32: Modul bi 1yuni

tentang Keluarga Kami yang Berbahagia, Liburan ke Rumah Nenek, dan

Ibu. Sandra memandang Ibu Guru Tati dengan benci.

Paragraf di atas berjenis …

2.2.3 MEMAHAMI KALIMAT EFEKTIF

2.2.3.1 Tujuan Pembelajaran

Setelah mempelajari modul ini siswa diharapkan mampu :

1. Memahami isi wacana yang dibaca.

2. Mencatat isi pokok informasi yang terdapat dalam wacana.

3. Memperbaiki kalimat tidak efektif yang terdapat dalam wacana.

4. Menemukan kalimat berisi fakta atau opini yang terdapat dalam wacana.

2.2.3.2 Uraian Materi

2.2.3.2.1 Kalimat Efektif

Keefektifan kalimat diukur dari sudut pandang banyak sedikitnya kalimat itu

berhasil mencapai sasaran komunikasi. Kalimat yang efektif dapat meyakinkan dan

menarik perhatian pendengar atau pembaca karena memiliki ciri keutuhan,

perpautan, penegasan, ekonomi, dan variasi.

Keutuhan dan Koherensi

Kalimat yang baik mempunyai kesatuan struktur dan kesatuan logika yang

jalin-menjalin. Kesatuan struktur diperoleh dengan adanya subjek dan predikat. Jika

salah satu tidak ada yang ada hanyalah penggalan bukanlah kalimat. Kesatuan logika

akan nyata jika unsur kalimatnya jelas bertalian. Unsur yang tidak relevan yang

dimasukkan merusak kesatuan itu.

Bandingkan:

1. *kepada para pelamar diharap mendaftarkan diri.

2. Para pelamar diharap mendaftar.

3. Para pelamar diminta agar mendaftar.

Kalimat (1) tidak efektif karena informasinya meragukan. Kalimat di atas tidak

mempunyai subjek. Subjek dalam bahasa Indonesia tidak diantarkan oleh partikel

kepada. Agar efektif partikel kepada harus dihilangkan seperti pada (2) dan (3).

Perpautan dan Kohesi

Perpautan dalam kalimat menyangkut masalah pertalian di antara unsur-unsurnya.

Pertalian itu dapat dijelaskan oleh penataan kata, frasa, dan suku kalimat yang tepat;

dengan catatan bahwa kalimat itu secara gramatikal juga tepat. Perpautan akan

semakin nyata jika (1) pemakaian kata ganti diperhatikan, (2) gagasan yang sejajar

dituangkan ke dalam bangun yang sejajar, dan (3) sudut pandangan (ragam, orang)

tetap dipertahankan.

Bandingkan:

Page 33: Modul bi 1yuni

(1) *Acara selanjutnya ialah sambutan wakil peserta. Waktu dan tempat kami

persilakan.

(2) Acara selanjutnya ialah sambutan wakil peserta. Bapak Ariel kami

persilakan.

Kalimat (1) tidak kohesif karena tidak jelas pertalian di antara unsur-unsurnya.

Gagasan pertama dalam (1) adalah sambutan wakil peserta, tetapi yang dipersilakan

justru waktu dan tempat.

Penegasan atau Penampilan

Penegasan ialah ciri yang berupa pemusatan pikiran pada bagian kalimat

yang terpenting. Penegasan dapat dicapai dengan pengubahan urutan yang lazim,

dengan pengulangan, dengan pemilihan ragam tertentu (pasif, aktif), atau dengan

menggunakan pungtuasi khusus.

Misalnya,

(1) a. Kami ditugasi menyusun acara.

b. Kamilah yang ditugasi menyususn acara.

c. Penyususnan acara ditugaskan kepada kami.

d. Kepada kamilah penyususnan acara ditugaskan.

e. Acara ini penyusunannya ditugaskan kepada kami.

f. Yang ditugasi menyususn acara kamilah.

(2) Saya sangat senang ditemani para gadis, saya suka akan kecantikan mereka,

saya suka akan kelembutan mereka, saya suka akan kehangatan mereka, dan

saya suka akan kesepian mereka.

Ekonomi

Ekonomi dalam kalimat adalah penghematan dalam pemakaian kata. Hal itu

tidak berarti yang perlu atau yang menambahkan nilai artistik boleh dihilangkan.

Maksudnya ialah pembuangan kata yang mubazir dan konstruksi yang meliuk-liuk.

Bandingkan:

(1) a. *Pengangguran adalah merupakan hambatan utama.

b. Pengaguran merupakan hambatan utama.

(2) a. *Mereka membicarakan tentang rapat yang akan datang.

b. Mereka membicarakan rapat yang akan datang.

Variasi

Kelincahan pikiran dan bahasa dinyatakan juga oleh variasi bentuk kalimat

yang berurutan. Cara-caranya ialah (1) pemakaian berbagai jenis kalimat menurut

struktur gramatikal dan bentuk retorik; (2) pemakaian kalimat yang panjangnya

berbeda-beda; dan (3) pemakaian urutan unsur kalimat yang berselang-seling.

Page 34: Modul bi 1yuni

Misalnya,

(1) Presiden SBY sekali lagi menegaskan perlunya kita lebih berhati-hati

memakai bahan bakar dan energi di dalam negeri. Apakah kita menangkap

makna peringatan tersebut?

(2) Aku sebetulnya seorang guru. Kekayaan yang kuperoleh tidak lain karena

nasib. Aku dan temanku semasa di SMA bekerja sama mengirimkan kerang

dari Tanjungbalai ke Medan dan penghasilan yang kami dapat cukup besar.

2.2.3.2.2 Fakta dan Opini

Tujuan utama membaca antara lain untuk memperoleh informasi atau pesan

isi wacana. Informasi yang diperoleh dapat berupa fakta atau opini. Dalam wacana,

fakta dan opini berfungsi saling melengkapi. Pengungkapan sebuah fakta perlu

diperjelas dengan deskripsi yang berupa opini penulis, demikian juga sebaliknya.

Untuk mengungkapkan opini perlu didukung oleh fakta-sehingga opini itu dapat

diterima pendengar atau pembaca. Oleh karena itu diperlukan kecermatan dan

ketelitian untuk menentukan informasi yang berupa fakta atau opini.

Fakta berarti suatu hal nyata, benar-benar terjadi, sedangkan opini merupakan

pendapat atau pikiran sesorang mengenai suatu hal, pertimbangan atau saran-saran.

Contoh fakta:

Piala Dunia 2010 sudah berjalan tiga hari dan telah menggelar delapan pertandingan.

Dari seluruh duel, sosok Steven Gerrad untuk sementara ini muncul sebagai pencetak

gol tercepat. Kapten Inggris itu menceploskan gol pada menit ke-4 saat bertemu

Amerika Serikat, Sabtu (12/6).

Contoh opini:

Gestur Maradona seakan menggambarkan bahwa ia sendiri tak yakin dengan

kemampuan anak buahnya.

Latihan

1. Perbaikilah kesalahan pada kalimat berikut.

1. Komputer dapat memacu meningkatkan mutu pendidikan.

2. Dengan melalui kerja praktik ini siswa diharapkan dapat mengetahui tentang

aplikasi teori-teori ilmiah di lapangan.

3. Teknologi mendorong diciptakannya ilmu pengetahuan yang lebih maju.

4. Rumah yang mana dahulu pernah saya tinggali baru-baru ini dibongkat oleh

petugas yang berwajib.

5. Karena itu saran dan kritik yang sifatnya membangun, dan penulis

mengharapkan demi kesempurnaannya.

6. Kepala cabang adalah sebagai penyelenggara usaha bank di wilayah kantor

cabang.

Page 35: Modul bi 1yuni

7. Dilantai teratas diperuntukkan sebagai landasan helikopter yang dapat

melakukan pendaratan untuk suatu keadaan darurat.

8. Penulis sangat mengharapkan akan kritik dan saran yang sifatnya

membangun dan memperbaiki demi kesempurnaan makalah ini di kemudian

hari.

9. Puji dan syukur kita panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa.

10. Yang mana pada hari ini kita semua dapat berkumpul di acara perpisahan ini

di mana teman kita akan pindah sekolah.

2. Tulislah satu kalimat yang berisi fakta!

3. Tulislah satu kalimat yang berisi opini!

2.2.4 MENGAMATI GAMBAR BAGAN, GRAFIK, DIAGRAM, MATRIKS,

TABEL, PETA, ATAU DENAH LALU MEMBAHAS DAN

MENJELASKANNYA

2.2.4.1 Tujuan Pembelajaran:

Setelah mempelajari modul ini siswa diharapkan dapat:

1. Memahami isi wacana yang dibaca.

2. Mencatat isi pokok informasi yang terdapat dalam wacana.

3. Membuat pernyataan yang berhubungan dengan isi wacana yang dibaca.

4. Menceritakan kembali isi wacana yang telah dibaca secara lisan.

5. Mengungkapkan secara lisan informasi yang terdapat dalam gambar, bagan,

grafik, diagram, matriks, tabel, peta, atau denah.

6. Menuliskan kembali isi wacana yang telah dibaca.

7. Menyampaikan simpulan atas informasi yang terdapat dalam wacana.

2.2.4.2 Uraian Materi

Dalam memahami berbagai jenis informasi dapat dibedakan dalam berbagai

kategori. Ada informasi verbal dan ada pula informasi nonverbal. Informasi verbal

dapat dinyatakan dengan kata-kata atau kalimat, sedangkan informasi nonverbal

dapat disajikan menggunakan gambar, bagan, grafik, diagram, matriks, tabel, peta,

atau denah. Namun demikian, informasi verbal dapat diubah menjadi informasi

nonverbal maupun sebaliknya.

Secara garis besar, informasi dibedakan menjadi tiga macam; yaitu (1)

informasi verbal, (2) informasi nonverbal, (3) informasi numerik.

Informasi verbal merupakan informasi yang disampaikan dengan kata-kata,

sedangkan informasi nonverbal disajikan dengan bentuk visual, seperti gambar,

bagan, grafik, diagram, matriks, tabel, peta, atau denah. Informasi numerik disajikan

dalam bentuk angka.

Page 36: Modul bi 1yuni

2.2.4.2.1 Bagan

Bagan ialah gambar rancangan skema; alat peraga grafis untuk menyajikan

data agar mempermudah penafsiran; gambar secara analisis dan statistik tentang

proses yang terjadi di dalam teknologi dan masyarakat manusia.

Contoh Bagan:

Page 37: Modul bi 1yuni

2.2.4.2.2 Grafik

Grafik ialah lukisan pasang surut atau naik turunnya suatu keadaan atau suatu

hasil dengan garis atau gambar.

Contoh grafik:

2.2.4.2.3 Diagram

Diagram ialah gambaran (buram, sketsa) untuk mempelihatkan atau

menerang

Page 38: Modul bi 1yuni

2.2.4.2.4 Tabel

Tabel ialah daftar berisi ikhtisar sejumlah (besar) data informasi, biasanya

berupa kata-kata dan bilangan yang tersusun secara bersistem, urut ke bawah dalam

lajur dan deret tertentu dengan garis pembatas sehingga dapat dengan mudah

disimak.

No. Tempat Prakerin Jumlah Siswa

1 Pabrik alat-alat tekstil 35

2 Pabrik alat elektronik 65

3 Pabrik kabel 15

4 Pabrik baterai 45

5 Bengkel automotif 15

6 Pabrik mobil 40

7 Pabrik sepeda motor 35

8 Industri pembuatan 55

9 Industri logam 45

10 Developer perumahan 30

11 Kontaktor bangunan 60

2.2.4.2.5 Matriks

Matriks ialah tabel yang disusun dalam lajur dan jajaran sehingga butir-butir

uraian yang diisikan dapat dibaca dari atas ke bawah atau dari kiri ke kanan.

Contoh matriks:

Data Penempatan Siswa Kelas 2 Melakukan Praktik Kerja Industri pada Tahun

Ajaran 2004/2005

1. Pabrik alat-alat listrik : 35 siswa

2. Pabrik alat elektronik : 65 siswa

3. Pabrik kabel : 15 siswa

4. Pabrik baterai : 45 siswa

5. Bengkel automotif : 15 siswa

6. Pabrik mobil : 40 siswa

7. Pabrik sepeda motor : 35 siswa

8. Industri pembuatan spare parts kendaraan : 55 siswa

9. Industri logam : 45 siswa

10. Developer perumahan : 30 siswa

11. Kontraktor bangunan : 60 siswa

____________________________________________________ +

Jumlah : 450 siswa

Page 39: Modul bi 1yuni

2.2.4.2.6 Peta

Peta ialah gambar atau lukisan pada kertas dan sebagainya yang

menunjukkan letak tanah, laut, sungai, gunung, dan sebagainya.

Page 40: Modul bi 1yuni

2.2.4.2.7 Denah

Denah ialah gambar yang menunjukkan letak kota, jalan, gambar rancangan

bangunan, dan sebagainya.

Page 41: Modul bi 1yuni

Dalam berkomunikasi penyajian informasi verbal maupun nonverbal saling

melengkapi. Penyajian informasi nonverbal dapat memperjelas informasi verbal.

Demikian juga informasi verbal dapat memperjelas penyajian informasi

nonverbal.

Pengalihan Informasi Nonverbal ke dalam Informasi Verbal

Pengalihan informasi nonverbal ke dalam informasi verbal, yaitu kegiatan

mengubah lambing-lambang visual ke dalam bahasa verbal. Lambang visual

yang berupa grafik, misalnya, diubah menjadi bahasa verbal.

Langkah-langkah yang dapat dilakukan untuk mengalihkan informasi

nonverbal ke verbal, yaitu;

1. Memperhatikan secara keseluruhan.

2. Membaca judul dan subjudul.

3. Mencermati lambang-lambang nonverbal yang ada.

4. Mencermati kata-kata, frasa, atau angka-angka dalam informasi

nonverbal.

5. Menafsirkan hubungan makna antarbagian serta hubungan makna

secara menyeluruh.

6. Merumuskan hubungan makna antarbagian dalam bentuk verbal.

7. Merumuskan simpulan.

Pengalihan Informasi Verbal ke dalam Nonverbal

Langkah-langkah pengalihan informasi nonverbal ke verbal antara lain sebagai

berikut.

1. Mencermati isi dan sifat informasi/konsep dengan seksama.

2. Menentukan efektif tidaknya informasi/konsep tersebut divisualisasi.

3. Memilih bentuk visual yang tepat, apakah grafik, bagan, atau tabel.

4. Memilih lambang/bentuk/warna yang tepat untuk memvisualisasikan item-

item datanya.

5. Membuat visualisasi yang tepat untuk informasi/konsep tersebut.

Page 42: Modul bi 1yuni

Latihan

1. Sebutkan lima contoh informasi nonverbal!

2. Cara apakah yang tepat untuk menyampaikan informasi dari pernyataan-

pernyataan berikut?

a. Kemampuan menulis siswa SMP di pedalaman.

b. Prestasi belajar bahasa Indonesia siswa SMKN 2 Berastagi kelas X.

c. Cara bertanam mangga bibit unggul.

d. Tahun ini SPP siswa baru dinaikkan.

e. Produksi gabah di kecamatan Maju Kabupaten Jaya Pura tahun 2005-

2010.

f. Peningkatan sumber daya manuasia (SDM) di lingkungan dinas

pendidikan dilakukan secara bertahap.

3. Ubahlah informasi nonverbal berikut menjadi informasi verbal!

Daftar 10 besar nilai ujian nasional siswa SMKN 2.

No Nama Matematika Bahasa Indonesia Bahasa

Inggris

1. Nicholas S. 9,89 10,00 10,00

2. Maya 10,00 9,80 9,60

3. Kalika 9,98 9,96 9,00

4. Alif Nemanja 9,80 10,00 9,50

5. Abi Anggoro 10,00 9,50 10,00

6. Nazriel Ilham 10,00 9,60 9,00

7. Barapatiradjawan

e

9,90 10,00 9,89

8. Shahira 9,80 10,00 9,99

Page 43: Modul bi 1yuni

9. Embun Tanzilal 9,90 9,00 10,00

10. Aimee 10,00 10,00 10,00

Page 44: Modul bi 1yuni

DAFTAR PUSTAKA

Page 45: Modul bi 1yuni

DAFTAR ISI

Hal

PRAKATA ……………………………………………………………… i

DAFTAR ISI …………………………………………………………… ii

BAB 1 PENDAHULUAN …………………………………………….. 1

1.1 Deskripsi Modul …………………………………………… 1

1.2 Prasyarat …………………………………………………… 1

1.3 Petunjuk Penggunaan Modul ……………………………… 1

1.4 Tujuan Akhir ……………………………………………… 2

1.5 Kompetensi ……………………………………………….. 2

BAB 2 PEMBELAJARAN……………………………………………. 3

2.1 Menyimak …………………………………………………. 3

2.1.1 Kegiatan Belajar 1 ……………………………… 3

2.1.1.1 Memahami Lafal, Tekanan, Intonasi, dan Jeda

yang Lazim/Baku……………………………. 3

2.1.1.1.1 Tujuan Pembelajaran ……………… 3

2.1.1.1.2 Uraian Materi ……………………… 3

2.1.1.1.2.1 Lafal …………………….. 3

2.1.1.1.2.2 Tekanan ………………… 4

2.1.1.1.2.3 Jeda ……………………… 5

2.1.1.1.2.4 Intonasi ………………….. 5

2.1.2 Kegiatan Belajar 2 ……………………………………. 6

2.1.2.1 Memahami Informasi Lisan ………………… 6

2.1.2.1.1 Tujuan Pembelajaran ……………… 6

2.1.2.1.2 Uraian Materi ……………………… 6

Page 46: Modul bi 1yuni

2.1.2.1.2.1 Sumber Informasi ………… 7

2.1.2.1.2.2 Identifikasi Sumber Informasi … 7

2.1.2.1.2.3 Isi Pokok Informasi ………….. 8

2.1.2.1.2.4 Ragam/Laras Bahasa ……….. 8

2.1.2.1.3. Menggunakan Imbuhan dengan Benar

dan Tepat Makna…………………… 9

2.2 Membaca ………………………………………………………….. 15

2.2.1 Kegiatan Belajar 1 ……………………………………… 15

2.2.1.1Membaca Cepat untuk Pemahaman …………… 15

2.2.1.1.1 Tujuan Pembelajaran ………………. 15

2.2.1.1.2 Uraian Materi ………………………. 15

2.2.1.1.2.1 Teknik Membaca Cepat …… 17

2.2.2 Kegiatan Belajar 2 ………………………………………. 27

2.2.2.1 Tujuan Pembelajaran ………………… 27

2.2.2.2 Uraian Materi ………………………… 27

2.2.2.2.1 Narasi ……………………… 27

2.2.2.2.2 Deskripsi ………………….. 31

2.2.2.2.3 Eksposisi ………………….. 33

2.2.2.2.4 Argumentasi ……………… 34

2.2.2.25 Persuasi …………………… 37

2.2.3 Memahami Kalimat Efektif ………………………….. 38

2.2.3.1 Tujuan Pembelajaran …………......... 38

2.2.3.2.Uraian Materi ………………….......... 38

2.2.3.2.1 Kalimat Efektif …………… 38

Page 47: Modul bi 1yuni

2.2.3.2.2 Fakta dan Opini …………… 40

2.2.4 Mengamati Gambar Bagan, Grafik, Diagram, Matriks, Tabel,

Peta, atau Denah lalu Membahas dan Menjelaskannya……. 41

2.2.4.1 Tujuan Pembelajaran …………………………… 41

2.2.4.2 Uraian Materi …………………………………… 41

2.2.4.2.1 Bagan ………………………………… 42

2.2.4.2.2 Grafik ………………………………… 44

2.2.4.2.3 Diagram ……………………………… 45

2.2.4.2.4 Tabel ………………………………… 46

2.2.4.2.5 Matriks …………………………......... 46

2.2.4.2.5 Peta ………………………………… 48

2.2.4.2.6 Denah ……………………………… 49

DAFTAR PUSTAKA

Page 48: Modul bi 1yuni

PRAKATA

Puji dan syukur penulis ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa

karena modul ini dapat selesai tepat waktu.

Komponen penting dalam sistem pendidikan dan pelatihan adalah

tersedianya modul. Oleh karena itu, melalui modul ini siswa diharapkan

dapat menguasai modul dan menerapkan sikap, ilmu, dan keterampilan

berbahasa Indonesia dalam kehidupan sehari-hari guna pengembangan diri

dalam bidang keahliannya.

Pernyataan terima kasih penulis sampaikan kepada kolega di SMKN 2

Berastagi. Juga kepada siswa SMKN 2 Berastagi. Disadari atau tidak

pertanyaan-pertanyaan yang dilontarkan siswa pada setiap proses belajar

mengajar adakalanya mengilhami penulis untuk memperbaiki isi modul ini.

Penulis menyadari penyajian modul ini masih banyak kekurangan.

Oleh karena itu, kritik dan saran dari pembaca penulis harapkan demi

sempurnanya penyusunan dan penyajian modul ini di masa yang akan datang.

Kabanjahe, Juni 2010

Tim penulis

Page 49: Modul bi 1yuni

BAB II

PEMBELAJARAN

2.1 MENYIMAK

2.1.1 Kegiatan Belajar 1

2.1.1.1 MENYIMPULKAN INFORMASI LISAN YANG TIDAK BERSIFAT

PERINTAH

2.1.1.1.1 Tujuan Pembelajaran

Setelah selesai mempelajari materi kegiatan belajar ini siswa diharapkan

dapat :

1. Membuat catatan, baik verbal maupun nonverbal, sebagai dasar membuat

simpulan (lisan dan tulisan) yang akurat.

2. Menyampaikan simpulan dan pendapat yang akurat dan lugas.

3. Membuat simpulan (lisan dan tulisan) dalam bahasa Indonesia yang baik dan

benar termasuk mengenai kesadaran berbahasa/sikap berbahasa yang positif.

2.1.1.1.2 Uraian Materi

Keterampilan menyimak memerlukan konsentrasi. Penyimak yang baik akan

memperhatikan dengan cermat/seksama simakan sehingga didapatkan informasi

secara rinci.

Jenis-jenis menyimak.

1. Menyimak Ekstensif adalah menyimak bahan atau materi lama dengan cara

baru melalui siaran radio/televisi, misalnya mengenai narkoba, dan lain-lain.

Menyimak ekstensif meliputi:

1.1 Menyimak sosial, misalnya memberikan orang tua memberikan nasihat;

percakapan sesama teman.

1.2 Menyimak sekunder adalah menyimak secara kebetulan karena sedang

melakukan aktifita lain. Misalnya, sambil menulis mendengarkan berita

radio; melukis/menggambar sambil melihat siaran televise atau mendengar

musik.

Page 50: Modul bi 1yuni

1.3 Menyimak estetika, misalnya menyimak puisi, drama, cerita lakon yang

dibawakan oleh guru, dan lain-lain.

1.4 Menyimak pasif adalah menyimak suatu bahasa atau menyerap suatu bahasa

tanpa uapaya sadar. Misalnya, tukang becak yang biasa mengantar turis

secara tidak langsung pandai berkomunikasi menggunakan bahasa asing.

2. Menyimak intensif adalah menyimak catatan sambil mengisi bagian-bagian

yang dihilangkan.

Menyimak intensif meliputi: