129
iii KATA PENGANTAR Pelaksanaan Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 47 Tahun 2008 tentang Wajib Belajar, Instruksi Presiden nomor 5 tahun 2006 tentang Gerakan Nasional Percepatan Penuntasan Wajib Belajar Pendidikan Dasar Sembilan Tahun dan Pemberantasan Buta Aksara merupakan indikasi yang sangat nyata upaya Pemerintah Indonesia dalam peningkatan mutu sumberdaya manusia agar mampu bersaing dalam era keterbukaan dan globalisasi. Di lingkungan Direktorat Pembinaan SMP Ditjen Mandikdasmen, Kementerian Pendidikan Nasional, diantara dampak realisasi dari peraturan-peraturan perundangan tersebut dapat diukur dari Angka Partisipasi Kasar (APK) SMP/MTs/Sederajat pada akhir tahun 2009 mencapai 98,11%. Angka ini melebihi target yang diharapkan dapat dicapai akhir tahun 2008, yaitu 95.0%. Dengan telah tercapainya target APK di atas, maka orientasi pembinaan pendidikan pada jenjang SMP lebih ditekankan pada peningkatan mutu pendidikan. Dalam rangka peningkatan mutu tersebut, Direktorat Pembinaan SMP telah menyusun berbagai kebijakan dan strategi yang kemudian dijabarkan dalam bentuk program dan kegiatan yang dilaksanakan secara terpadu dan terkoordinasi. Dengan kebijakan dan program tersebut, diharapkan misi 5 K Kementerian Pendidikan Nasional terkait dengan Ketersediaan, Keterjangkauan, Kualitas, Kesetaraan dan Kepastian juga diharapkan dapat terpenuhi. Agar program dan/atau kegiatan tersebut dapat mencapai target yang telah ditetapkan, sesuai dengan prosedur dan ketentuan yang ada, Direktorat Pembinaan SMP menerbitkan berbagai Buku Panduan Pelaksanaan untuk masing-masing program dan/atau kegiatan, baik yang pengelolaannya di tingkat pusat, provinsi, kabupaten/kota, maupun yang dilaksanakan langsung oleh sekolah. Dengan buku panduan ini diharapkan pihak-pihak terkait dengan penyelenggaraan program di semua tingkatan dapat memahami dan melaksanakan dengan amanah, efektif dan efisien seluruh proses kegiatan mulai dari penyiapan rencana, pelaksanaan, sampai dengan monitoring, evaluasi dan pelaporannya. Akhirnya, kami mengharapkan agar semua pihak terkait mempelajari dengan seksama dan menjadikannya sebagai pedoman serta acuan dalam pelaksanaan seluruh program atau kegiatan pembangunan pendidikan pada jenjang Sekolah Menengah Pertama tahun anggaran 2010. Jakarta, Januari 2010 Direktur Pembinaan Sekolah Menengah Pertama, Didik Suhardi, SH., M.Si NIP. 196312031983031004

Panduan pelaksanaan sbi

Embed Size (px)

DESCRIPTION

Panduan Pelaksanaan SBI

Citation preview

Page 1: Panduan pelaksanaan sbi

iii

KATA PENGANTAR

Pelaksanaan Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional,

Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 47 Tahun 2008 tentang Wajib Belajar,

Instruksi Presiden nomor 5 tahun 2006 tentang Gerakan Nasional Percepatan Penuntasan

Wajib Belajar Pendidikan Dasar Sembilan Tahun dan Pemberantasan Buta Aksara merupakan

indikasi yang sangat nyata upaya Pemerintah Indonesia dalam peningkatan mutu sumberdaya

manusia agar mampu bersaing dalam era keterbukaan dan globalisasi.

Di lingkungan Direktorat Pembinaan SMP Ditjen Mandikdasmen, Kementerian Pendidikan

Nasional, diantara dampak realisasi dari peraturan-peraturan perundangan tersebut dapat

diukur dari Angka Partisipasi Kasar (APK) SMP/MTs/Sederajat pada akhir tahun 2009

mencapai 98,11%. Angka ini melebihi target yang diharapkan dapat dicapai akhir tahun

2008, yaitu 95.0%. Dengan telah tercapainya target APK di atas, maka orientasi pembinaan

pendidikan pada jenjang SMP lebih ditekankan pada peningkatan mutu pendidikan.

Dalam rangka peningkatan mutu tersebut, Direktorat Pembinaan SMP telah menyusun

berbagai kebijakan dan strategi yang kemudian dijabarkan dalam bentuk program dan

kegiatan yang dilaksanakan secara terpadu dan terkoordinasi. Dengan kebijakan dan program

tersebut, diharapkan misi 5 K Kementerian Pendidikan Nasional terkait dengan Ketersediaan,

Keterjangkauan, Kualitas, Kesetaraan dan Kepastian juga diharapkan dapat terpenuhi.

Agar program dan/atau kegiatan tersebut dapat mencapai target yang telah ditetapkan, sesuai

dengan prosedur dan ketentuan yang ada, Direktorat Pembinaan SMP menerbitkan berbagai

Buku Panduan Pelaksanaan untuk masing-masing program dan/atau kegiatan, baik yang

pengelolaannya di tingkat pusat, provinsi, kabupaten/kota, maupun yang dilaksanakan

langsung oleh sekolah.

Dengan buku panduan ini diharapkan pihak-pihak terkait dengan penyelenggaraan program di

semua tingkatan dapat memahami dan melaksanakan dengan amanah, efektif dan efisien

seluruh proses kegiatan mulai dari penyiapan rencana, pelaksanaan, sampai dengan

monitoring, evaluasi dan pelaporannya.

Akhirnya, kami mengharapkan agar semua pihak terkait mempelajari dengan seksama dan

menjadikannya sebagai pedoman serta acuan dalam pelaksanaan seluruh program atau

kegiatan pembangunan pendidikan pada jenjang Sekolah Menengah Pertama tahun anggaran

2010.

Jakarta, Januari 2010

Direktur Pembinaan

Sekolah Menengah Pertama,

Didik Suhardi, SH., M.Si

NIP. 196312031983031004

Page 2: Panduan pelaksanaan sbi
Page 3: Panduan pelaksanaan sbi

v

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .......................................................................................................... iii

DAFTAR ISI ......................................................................................................................... v

BAB I PENDAHULUAN ...................................................................................................... 1

A. LATAR BELAKANG................................................................................................ 1

BAB II DASAR HUKUM DAN TUJUAN............................................................................ 3

A. DASAR HUKUM ...................................................................................................... 3

B. TUJUAN.................................................................................................................... 3

BAB III KONSEP SEKOLAH BERTARAF INTERNASIONAL.......................................... 5

A. PENGERTIAN SEKOLAH BERTARAF INTERNASIONAL................................... 5

B. TUJUAN DISELENGGARAKAN SEKOLAH BERTARAF INTERNASIONAL..... 6

C. KARAKTERISTIK SEKOLAH BERTARAF INTERNASIONAL ............................ 7

BAB IV STANDAR PENYELENGGARAAN SEKOLAH BERTARAF INTERNASIONAL

.............................................................................................................................................. 9

A. Pengertian IKKM dan IKKT dalam Penyelenggaraan SBI.......................................... 9

B. Pemenuhan Standar Nasional Pendidikan atau IKKM dalam Penyelenggaraan SBI . 10

1. Pemenuhan Standar Isi ........................................................................................... 10

2. Pemenuhan Standar Proses ..................................................................................... 11

3. Pemenuhan Standar Kompetensi Lulusan (SKL) .................................................... 11

4. Pemenuhan Standar Pendidik dan Tenaga Kependidikan ........................................ 18

5. Pemenuhan Standar Sarana dan Prasarana .............................................................. 19

6. Pemenuhan Standar Pengelolaan ............................................................................ 19

7. Pemenuhan Standar Pembiayaan ............................................................................ 21

8. Pemenuhan Standar Penilaian................................................................................. 21

C. Pemenuhan IKKT bertaraf internasional (pengayaan, perluasan, dan pendalaman

SNP) dalam Penyelenggaraan SBI.................................................................................... 22

1. Pengayaan, perluasan, dan pendalaman (IKKT) Standar Isi dalam penyelenggaraan

SBI.............................................................................................................................

............................................................................................................................. 23

2. Pengayaan, perluasan, dan pendalaman (IKKT) Standar Proses dalam

penyelenggaraan SBI.............................................................................................. 26

3. Pengayaan, perluasan, dan pendalaman (IKKT) Standar Kompetensi Lulusan (SKL)

dalam penyelenggaraan SBI ................................................................................... 36

4. Pengayaan, perluasan, dan pendalaman (IKKT) Standar Pendidik dan Tenaga

Kependidikan dalam penyelenggaraan SBI............................................................. 37

5. Pengayaan, perluasan, dan pendalaman (IKKT) Standar sarana dan prasarana dalam

penyelenggaraan SBI.............................................................................................. 39

6. Pengayaan, perluasan, dan pendalaman (IKKT) Standar pengelolaan dalam

penyelenggaraan SBI.............................................................................................. 39

7. Pengayaan, perluasan, dan pendalaman (IKKT) Standar pembiayaan dalam

penyelenggaraan SBI.............................................................................................. 42

Page 4: Panduan pelaksanaan sbi

vi

8. Pengayaan, perluasan, dan pendalaman (IKKT) Standar penilaian dalam

penyelenggaraan SBI.............................................................................................. 43

BAB V PENGELOLAAN PESERTA DIDIK SEKOLAH BERTARAF INTERNASIONAL

............................................................................................................................................ 49

A. Penerimaan peserta didik baru (PPDB) ..................................................................... 49

B. Penyelenggaraan Matrikulasi (Bridging Course/BC) bagi Peserta Didik Baru........... 50

C. Pembinaan peserta didik ........................................................................................... 51

D. Mutasi (perpindahan) peserta didik SBI.................................................................... 54

BAB VI PENGEMBANGAN KULTUR SEKOLAH PADA SEKOLAH BERTARAF

INTERNASIONAL ............................................................................................................. 55

A. Kultur lingkungan kondusif ...................................................................................... 56

B. Kultur belajar ........................................................................................................... 56

C. Kultur kompetitif, kolaboratif, dan kewirausahaan.................................................... 57

1. Kultur kompetitif.................................................................................................... 58

2. Kultur kolaboratif ................................................................................................... 58

3. Kultur kewirausahaan ............................................................................................. 58

4. Pendidikan Berbasis Keunggulan Lokal (PBKL) .................................................... 59

5. Pengembangan Ekonomi Kreatif di Sekolah ........................................................... 65

D. Kultur keunggulan global dan atau Pendidikan Berbasis Keunggulan Global (PBKG) .

................................................................................................................................. 68

BAB VII PENANAMAN KARAKTER DALAM MANAJEMEN SEKOLAH BERTARAF

INTERNASIONAL ............................................................................................................. 71

A. Nilai-nilai dan aspek-aspek karakter dalam komponen Standar Kompetensi Lulusan 72

B. Strategi penanaman karakter melalui manajemen sekolah......................................... 73

BAB VIII KEWENANGAN PENYELENGGARAAN SEKOLAH BERTARAF

INTERNASIONAL ............................................................................................................. 77

A. Pembagian Urusan Pemerintahan antara Pemerintah, Pemerintah Daerah Provinsi, dan

Pemerintah Daerah Kabupaten/ Kota Bidang Pendidikan ................................................. 77

B. Pembagian Urusan Pemerintahan antara Pemerintah, Pemerintah Daerah Provinsi, dan

Pemerintah Daerah Kabupaten/ Kota Bidang Penyelenggaraan SBI.................................. 78

1. Penyelenggaraan SBI secara bersama antara Pemerintah, Pemerintah Daerah Provinsi

dan Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota................................................................. 78

2. Pendirian SBI oleh pemerintah ............................................................................... 79

3. Penyelenggaraan SBI oleh pemerintah provinsi ...................................................... 79

4. Peran atau kewenangan pemerintah kabupaten/kota dalam penyelenggaraan SBI.... 79

C. Penyerahan kewenangan penyelenggaraan RSBI/SBI ............................................... 79

BAB IX PERIZINAN PENYELENGGARAAN SEKOLAH BERTARAF

INTERNASIONAL ............................................................................................................. 91

A. Persyaratan perizinan penyelenggaraan Sekolah Bertaraf Internasional (SBI) ........... 91

1. Studi Kelayakan Sekolah ........................................................................................ 91

2. Nilai Akreditasi Sekolah......................................................................................... 94

3. Berbadan Hukum Pendidikan ................................................................................. 95

4. Pemenuhan SNP (IKKM) dan IKKT ...................................................................... 96

5. Kerjasama/kemitraan .............................................................................................. 96

Page 5: Panduan pelaksanaan sbi

vii

6. RKS dan RKAS...................................................................................................... 97

7. Rekomendasi dari pemerintah daerah (provinsi) ..................................................... 97

8. Sumber pendanaan ................................................................................................. 98

9. Jaminan kecukupan pendanaan............................................................................... 98

B. Prosedur dan penetapan/pemberian izin penyelenggaraan Sekolah Bertaraf

Internasional (SBI)........................................................................................................... 98

C. Pencabutan izin penyelenggaraan Sekolah Bertaraf Internasional (SBI)................... 99

BAB X PENGENDALIAN DAN PENGAWASAN PENYELENGGARAAN .................. 101

A. Pengendalian penyelenggaraan SBI ........................................................................ 101

B. Pengawasan penyelenggaraan SBI.......................................................................... 104

C. Pelaporan penyelenggaraan SBI ............................................................................. 104

LAMPIRAN-LAMPIRAN................................................................................................. 105

Page 6: Panduan pelaksanaan sbi
Page 7: Panduan pelaksanaan sbi

Belajar Untuk Masa Depanku

QEC24711 - Panduan Pelaksanaan SBI 1

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Sebagaimana telah diamanatkan dalam UUD 1945 pada pasal 31 dinyatakan bahwa: (1)

Setiap warga Negara berhak mendapatkan pendidikan; (2) Setiap warga Negara wajib

mengikuti pendidikan dasar dan pemerintah wajib membiayainya; serta (3) Pemerintah

mengusahakan dan menyelenggarakan satu system pendidikan nasional yang

meningkatkan keimanan dan ketaqwaan serta akhlak mulia dalam rangka mencerdaskan

kehidupan bangsa”. Pemerintah melalui Direktorat Jenderal Manajemen Pendidikan

Dasar dan Menengah telah menetapkan tiga rencana strategis dalam jangka menengah,

yaitu: (1) peningkatan akses dan pemerataan dalam rangka penuntasan wajib belajar

pendidikan dasar, (2) peningkatan mutu, efisiensi, relevansi, dan peningkatan daya

saing, dan (3) peningkatan manajemen, akuntabilitas, dan pencitraan publik.

Dalam upaya peningkatan mutu, efisiensi, relevansi, dan peningkatan daya saing secara

nasional dan sekaligus internasional pada jenjang pendidikan dasar dan menengah, maka

telah ditetapkan pentingnya penyelenggaraan pendidikan bertaraf internasional, baik

untuk sekolah negeri maupun swasta. Berkaitan dengan penyelenggaraan pendidikan

yang bertaraf internasional ini, maka: (1) pendidikan bertaraf internasional yang bermutu

(berkualitas) adalah pendidikan yang mampu mencapai standar mutu nasional dan

internasional, (2) pendidikan bertaraf internasional yang efisien adalah pendidikan yang

menghasilkan standar mutu lulusan optimal (berstandar nasional dan internasional)

dengan pembiayaan yang minimal, (3) pendidikan bertaraf internasional juga harus

relevan, yaitu bahwa penyelenggaraan pendidikan harus disesuaikan dengan kebutuhan

peserta didik, orang tua, masyarakat, kondisi lingkungan, kondisi sekolah, dan

kemampun pemerintah daerahnya (kabupaten/kota dan propinsi); dan (4) pendidikan

bertaraf internasional harus memiliki daya saing yang tinggi dalam hal hasil-hasil

pendidikan (output dan outcomes), proses, dan input sekolah baik secara nasional

maupun internasional.

Penyelenggaraan pendidikan yang bertaraf internasional pada jenjang pendidikan dasar

dan menengah, yang selanjutnya disebut dengan Sekolah Bertaraf Internasional

(disingkat dengan SBI) dilatarbelakangi oleh alasan-alasan berikut:

1. Era globalisasi menuntut kemampuan daya saing yang kuat dalam teknologi,

manajemen dan sumberdaya manusia. Keunggulan teknologi akan menurunkan biaya

produksi, meningkatkan kandungan nilai tambah, memperluas keragaman produk,

dan meningkatkan mutu produk. Keunggulan manajemen dapat mempengaruhi dan

menentukan bagus tidaknya kinerja sekolah, dan kenggulan sumber daya manusia

yang memiliki daya saing tinggi pada tingkat internasional, akan menjadi daya tawar

tersendiri dalam era globalisai ini.

2. Dalam upaya peningkatan mutu, efisien, relevan, dan memiliki daya saing kuat, maka

dalam penyelenggaraan SBI pemerintah memberikan beberapa landasan yang kuat

yaitu: (a) Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan

Page 8: Panduan pelaksanaan sbi

Belajar Untuk Masa Depanku

Direktorat Pembinaan SMP - QEC24711 2

Nasional (UUSPN 20/2003) Pasal 50 ayat (3) dinyatakan bahwa “pemerintah

dan/atau pemerintah daerah menyelenggarakan sekurang-kurangnya satu satuan

pendidikan pada semua jenjang pendidikan untuk dikembangkan menjadi satuan

pendidikan bertaraf internasional”; (b) Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005

Tentang Standar Nasional Pendidikan (disingkat SNP); (c) UU Nomor 17 Tahun

2007 tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional Tahun 2005-2025 menetapkan tahapan skala prioritas utama dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah

ke-1 tahun 2005-2009 untuk meningkatkan kualitas dan akses masyarakat terhadap

pelayanan pendidikan.

3. Penyelenggaraan SBI didasari oleh filosofi eksistensialisme dan esensialisme

(fungsionalisme). Filosofi eksistensialisme berkeyakinan bahwa pendidikan harus

menyuburkan dan mengembangkan eksistensi peserta didik seoptimal mungkin melalui

fasilitasi yang dilaksanakan melalui proses pendidikan yang bermartabat, pro-perubahan

(kreatif, inovatif dan eksperimentatif), menumbuhkan dan mengembangkan bakat, minat, dan kemampuan peserta didik. Filosofi eksistensialisme berkeyakinan bahwa pendidikan harus

menyuburkan dan mengembangkan eksistensi peserta didik seoptimal mungkin melalui

fasilitasi yang dilaksanakan melalui proses pendidikan yang bermartabat, pro-perubahan

(kreatif, inovatif dan eksperimentatif), menumbuhkan dan mengembangkan bakat, minat, dan

kemampuan peserta didik. Penyelenggaraan pendidikan di Indonesia harus memperhatikan

perbedaan kecerdasan, kecakapan, bakat dan minat peserta didik. Jadi, peserta didik harus

diberi perlakuan secara maksimal untuk mengaktualkan potensi intelektual, emosional, dan

spriritualnya. Para peserta didik tersebut merupakan aset bangsa yang sangat berharga dan

merupakan salah satu faktor daya saing yang kuat, yang secara potensial mampu merespon tantangan globalisasi. Filosofi esensialisme menekankan bahwa pendidikan harus berfungsi

dan relevan dengan kebutuhan, baik kebutuhan individu, keluarga, maupun kebutuhan

berbagai sektor dan sub-sub sektornya, baik lokal, nasional, maupun internasional. Terkait dengan tuntutan globalisasi, pendidikan harus menyiapkan sumberdaya manusia Indonesia

yang mampu bersaing secara internasional.

4. Dalam mengaktualisasikan kedua filosofi tersebut, empat pilar pendidikan yaitu learning to

know, learning to do, learning to live together, and learning to be merupakan patokan

berharga bagi penyelarasan praktek-praktek penyelenggaraan pendidikan di Indonesia, mulai

dari kurikulum, guru, proses belajar mengajar, sarana dan prasarana, hingga sampai

penilaiannya. Maksudnya adalah pembelajaran tidaklah sekedar memperkenalkan nilai-nilai

(learning to know), tetapi juga harus bisa membangkitkan penghayatan dan mendorong menerapkan nilai-nilai tersebut (learning to do) yang dilakukan secara kolaboratif (learning

to live together) dan menjadikan peserta didik percaya diri dan menghargai dirinya (learning

to be).

Berdasarkan berbagai peraturan perundangan dan beberapa pertimbangan/alasan di atas, maka

penting kiranya pemerintah (Departemen Pendidikan Nasional) berkewajiban untuk memberikan arahan, bimbingan dan pengaturan terhadap sekolah-sekolah yang akan atau telah ditetapkan

sebagai SBI, baik untuk sekolah negeri maupun swasta supaya kedepan pengembangannya lebih

terarah, terencana, dan sistematis, serta diharapkan di setiap daerah Kabupaten/Kota di Indonesia

terdapat minimal satu satuan dan jenis pendidikan yang bertaraf internasional. Untuk itu,

Direktorat Pembinaan SMP perlu untuk membuat adanya suatu panduan penyelenggaraan SBI

ini, yang dapat dipergunakan sebagai acuan oleh semua pemangku kepentingan (stakeholder)

dalam rangka penyelenggaraan SBI.

Page 9: Panduan pelaksanaan sbi

Belajar Untuk Masa Depanku

QEC24711 - Panduan Pelaksanaan SBI 3

BAB II

DASAR HUKUM DAN TUJUAN

A. DASAR HUKUM

Penyelenggaraan SBI ini berlandaskan pada:

1. Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional dalam

pasal 50 menyatakan bahwa:

a. Ayat (2): Pemerintah menentukan kebijakan nasional dan standar nasional

pendidikan untuk menjamin mutu pendidikan nasional.

b. Ayat (3): pemerintah dan/atau Pemerintah Daerah menyelenggarakan sekurang-

kurangnya satu sekolah pada semua jenjang pendidikan untuk dikembangkan

menjadi sekolah yang bertaraf internasional.

2. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2007 tentang Rencana Pembangunan Jangka

Panjang Nasional Tahun 2005 – 2025 mengatur perencanaan pembangunan jangka

panjang sebagai arah dan prioritas pembangunan secara menyeluruh yang akan

dilakukan secara bertahap untuk mewujudkan masyarakat adil dan makmur.

3. Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan

dalam Pasal 61 Ayat (1) menyatakan bahwa: Pemerintah bersama-sama pemerintah

daerah menyelenggarakan sekurang-kurangnya satu sekolah pada jenjang pendidikan

dasar dan sekurang-kurangnya satu sekolah pada jenjang pendidikan menengah

untuk dikembangkan menjadi sekolah bertaraf internasional.

4. Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2007 Tentang Pembagian Urusan

Pemerintahan antara Pemerintah, Pemerintah Daerah Provinsi, dan Pemerintah Daerah

Kabupaten/Kota

5. Peraturan Pemerintah Nomor 48 Tahun 2008 Tentang Pendanaan Pendidikan.

6. Rencana Strategis Departemen Pendidikan Nasional Tahun 2005-2009 menyatakan

bahwa untuk meningkatkan daya saing bangsa, perlu dikembangkan sekolah bertaraf

internasional pada tingkat kabupaten/kota melalui kerjasama yang konsisten antara

pemerintah dengan pemerintah kabupaten/kota yang bersangkutan.

7. Kebijakan Depdiknas Tahun 2007 tentang Pedoman Penjaminan Mutu

Sekolah/Madrasah Bertaraf Internasional pada Jenjang Pendidikan Dasar dan

Menengah, antara lain pada halaman 10 disebutkan “.........diharapkan seluruh

pemangku kepentingan untuk menjabarkan secara operasional sesuai dengan

karakteristik dan kebutuhan Sekolah/Madrasah bertaraf internasional...”

8. Permendiknas Nomor 22, 23, 24 Tahun 2006 dan Nomor 6 Tahun 2007; Nomor 12,

13, 16, 18, 19, 20, 24, dan 41 Tahun 2007.

9. Permendiknas Nomor 78 Tahun 2009 Tentang Penyelenggaraan Sekolah Bertaraf

Internasional pada Jenjang Pendidikan Dasar dan Menengah.

10. Permendiknas Nomor 39 Tahun 2008 Tentang Pembinaan Kepeserta didikan

B. TUJUAN

Panduan Penyelenggaraan SBI ini disusun untuk memberikan penjelasan dan ketentuan

secara umum bagi para pemangku kepentingan pendidikan di tingkat pusat, provinsi,

kabupaten/kota, dan sekolah dalam menyelenggarakan Sekolah Bertaraf Internasional

Page 10: Panduan pelaksanaan sbi

Belajar Untuk Masa Depanku

Direktorat Pembinaan SMP - QEC24711 4

(SBI) yang berlandaskan pada peraturan perundang-undangan yang berlaku. Dengan

adanya panduan ini diharapkan seluruh pemangku kepentingan:

1. memiliki pemahaman, pengertian, dan wawasan yang sama tentang konsep sekolah

bertaraf internasional;

2. memiliki pemahaman, pengertian, dan wawasan yang sama tentang standar

penyelenggaraan sekolah bertaraf internasional dalam hal: tujuan penyelenggaraan

SBI, kurikulum, pengembangan SDM, proses pembelajaran, manajemen,

sarana/prasarana, pembiayaan, dan sistem penilaian pada SBI.

3. memiliki pemahaman, pengertian, dan wawasan yang sama tentang peserta didik SBI,

kultur sekolah, persyaratan, prosedur, perijinan, pengendalian dan pengawasan serta

sanksi pelanggaran.

Page 11: Panduan pelaksanaan sbi

Belajar Untuk Masa Depanku

QEC24711 - Panduan Pelaksanaan SBI 5

BAB III

KONSEP SEKOLAH BERTARAF INTERNASIONAL

A. PENGERTIAN SEKOLAH BERTARAF INTERNASIONAL

Seperti dijelaskan dalam kebijakan Depdiknas Tahun 2007 Tentang ”Pedoman

Penjaminan Mutu Sekolah/Madrasah Bertaraf Internasional pada Jenjang Pendidikan

Dasar dan Menengah”, bahwa Sekolah/Madrasah Bertaraf Internasional merupakan

Sekolah/Madrasah yang sudah memenuhi seluruh Standar Nasional Pendidikan (SNP) dan

diperkaya dengan mengacu pada standar pendidikan salah satu negara anggota

Organization for Economic Co-operation and Development dan / atau negara maju

lainnya yang mempunyai keunggulan tertentu dalam bidang pendidikan, sehingga

memiliki daya saing di forum internasional. Hal ini sejalan dengan pengertian SBI yang

tertuang dalam Permendiknas No 78 Tahun 2009 Tentang Penyelenggaraan SBI pada

Jenjang Pendidikan Dasar dan Menengah, yaitu bahwa Sekolah Bertaraf Internasional

adalah sekolah yang sudah memenuhi seluruh SNP yang diperkaya dengan keunggulan

mutu tertentu yang berasal dari negara anggota OECD atau negara maju lainnya.

Dengan konsep ini, SBI adalah sekolah yang sudah memenuhi dan melaksanakan standar

nasional pendidikan yang meliputi: standar isi, standar proses, standar kompetensi lulusan,

standar pendidik dan tenaga kependidikan, standar sarana dan prasarana, standar

pengelolaan, standar pembiayaan, dan standar penilaian. Selanjutnya komponen-

komponen, aspek-aspek, dan indicator-indikator SNP tersebut diperkaya, diperkuat,

dikembangkan, diperdalam, diperluas melalui adaptasi atau adopsi standar pendidikan dari

salah satu atau lebih anggota OECD dan / atau negara maju lainnya yang mempunyai

keunggulan tertentu dalam bidang pendidikan serta diyakini telah memiliki reputasi mutu

yang diakui secara internasional, serta lulusannya memiliki kemampuan daya saing

internasional. Dengan demikian diharapkan SBI harus mampu memberikan jaminan

bahwa baik dalam penyelenggaraan maupun hasil-hasil pendidikannya lebih tinggi

standarnya daripada SNP. Penjaminan ini dapat ditunjukkan kepada masyarakat nasional

maupun internasional melalui berbagai strategi yang dapat dipertanggungjawabkan.

Sesuai dengan konsep SBI di atas, maka dalam upaya mempermudah sekolah dalam

memahami dan menjabarkan secara operasional dalam penyelenggraan pendidikan yang

mampu menjamin mutunya bertaraf internasional, maka dapat dirumuskan bahwa SBI

pada dasarnya merupakan pelaksanaan dan pemenuhan delapan (8) unsur SNP yang

disebut sebagai indikator kinerja kunci minimal (disingkat IKKM) dan

diperkaya/dikembangkan/diperluas/diperdalam dengan komponen, aspek, atau indikator

kompetensi yang isinya merupakan penambahan atau

pengayaan/pemdalaman/penguatan/perluasan dari delapan SNP tersebut sebagai indikator

kinerja kunci tambahan (disingkat IKKT) dan berstandar internasional dari salah satu

anggota OECD dan/atau negara maju lainnya.

Untuk dapat memenuhi karakteristik dari konsepsi SBI tersebut, maka sekolah dapat

melakukan antara lain dengan dua cara, yaitu: (1) adaptasi, yaitu

pengayaan/pemdalaman/penguatan/perluasan/penyesuaian unsur-unsur tertentu yang

sudah ada dalam SNP dengan mengacu (setara/sama) dengan standar pendidikan salah

Page 12: Panduan pelaksanaan sbi

Belajar Untuk Masa Depanku

Direktorat Pembinaan SMP - QEC24711 6

satu negara anggota OECD dan / atau negara maju lainnya yang mempunyai keunggulan

tertentu dalam bidang pendidikan, diyakini telah memiliki reputasi mutu yang diakui

secara internasional, serta lulusannya memiliki kemampuan daya saing internasional; dan

(2) adopsi, yaitu penambahan dari unsur-unsur tertentu yang belum ada diantara delapan

unsur SNP dengan tetap mengacu pada standar pendidikan salah satu anggota OECD dan /

atau negara maju lainnya yang mempunyai keunggulan tertentu dalam bidang pendidikan,

diyakini telah memiliki reputasi mutu yang diakui secara internasional, serta lulusannya

memiliki kemampuan daya saing internasional.

Oleh karena itu bagi sekolah yang akan melakukan adaptasi ataupun adopsi untuk

memenuhi IKKT, perlu mencari mitra internasional, misalnya sekolah-sekolah dari dalam

atau dari luar negeri negara-negara anggota OECD yaitu: Australia, Austria, Belgium,

Canada, Czech Republic, Denmark, Finland, France, Germany, Greece, Hungary,

Iceland, Ireland, Italy, Japan, Korea, Luxembourg, Mexico, Netherlands, New Zealand,

Norway, Poland, Portugal, Slovak Republic, Spain, Sweden, Switzerland, Turkey, United

Kingdom, United States dan negara maju lainnya seperti Chile, Estonia, Israel, Russia,

Slovenia, Singapore dan Hongkong.

Catatan: Direktorat Pembinaan SMP mulai tahun ajaran 2007/2008 telah menetapkan

sejumlah sekolah sebagai rintisan SBI untuk diberikan pembinaan untuk pemenuhan SNP

atau IKKM, baik melalui pemberian dana bantuan maupun sarana prasarana. Bantuan

tersebut juga sekaligus dipergunakan untuk secara bertahap dalam kerangka pemenuhan

IKKT. Setelah selesai masa pembinaan dari pusat tersebut, maka pembinaan seterusnya

menjadi kewenangan propinsi serta stakeholders sekolah, sesuai dengan kewenangannya sebagaimana tercantum dalam PP Nomor 38 Tahun 2007.

B. TUJUAN DISELENGGARAKAN SEKOLAH BERTARAF INTERNASIONAL

Tujuan penyelenggaraan SBI adalah untuk menghasilkan lulusan yang memiliki:

1. kompetensi sesuai standar kompetensi lulusan dan diperkaya dengan standar

kompetensi pada salah satu sekolah terakreditasi di negara anggota OECD atau negara

maju lainnya;

2. daya saing komparatif tinggi yang dibuktikan dengan kemampuan menampilkan

keunggulan lokal ditingkat internasional;

3. kemampuan bersaing dalam berbagai lomba internasional yang dibuktikan dengan

perolehan medali emas, perak, perunggu dan bentuk penghargaan internasional

lainnya;

4. kemampuan bersaing kerja di luar negeri terutama bagi lulusan sekolah menengah

kejuruan;

5. kemampuan berperan aktif secara internasional dalam menjaga kelangsungan hidup

dan perkembangan dunia dari perspektif ekonomi, sosio-kultural, dan lingkungan

hidup;

6. kemampuan menggunakan dan mengembangkan teknologi komunikasi dan informasi

secara professional.

Page 13: Panduan pelaksanaan sbi

Belajar Untuk Masa Depanku

QEC24711 - Panduan Pelaksanaan SBI 7

C. KARAKTERISTIK SEKOLAH BERTARAF INTERNASIONAL

Pada umumnya sekolah disebut sebagai sekolah internasional antara lain memiliki ciri-

ciri: (a) sebagai anggota atau termasuk dalam komunitas sekolah dari negara-

negara/lembaga pendidikan internasional yang ada di negara-negara OECD dan/ atau

negara maju lainnya, (b) terdapat guru-guru dari negara-negara tersebut, (c) dapat

menerima peserta didik dari negara asing, dan (d) terdapat kegiatan-kegiatan kultur

sekolah atau pengembangan karakter peserta didik yang menghargai atau menghormati

negara/bangsa lain di dunia, toleransi beragama, menghormati dan saling menghargai

budaya tiap bangsa, menghormati keragaman etnis/ras/suku, mampu berkomunikasi

berbasis TIK dan berbahasa inggris/asing lainnya, dan sebagainya.

Sedangkan sekolah yang telah bertaraf internasional adalah sekolah yang memiliki

keunggulan dengan ditunjukkan oleh pengakuan internasional terhadap masukan, proses

dan hasil-hasil pendidikan dalam berbagai komponen, aspek, dan indikator pendidikan.

Pengakuan tersebut dibuktikan dengan berbagai bentuk dan bercirikan keinternasionalan

seperti kemitraan dengan bukti nyata berupa perjanjian yang secara substantif

terlegitimasi dari salah satu anggota OECD dan / atau negara maju lainnya (termasuk juga

dari dalam negeri) yang mempunyai keunggulan tertentu dalam bidang pendidikan,

diyakini telah memiliki reputasi mutu yang diakui secara internasional, serta lulusannya

memiliki kemampuan daya saing internasional. Dalam lulusan SBI diharapkan, selain

menguasai kompetensi dengan SNP di Indonesia, juga menguasai kemampuan-

kemampuan kunci global agar setara dengan rekannya dari lulusan negara-negara maju

tersebut. Untuk itu pengakraban peserta didik terhadap nilai-nilai progresif yang

diunggulkan dalam era global perlu digunakan sebagai acuan dalam penyelenggaraan SBI.

Nilai-nilai progresif tersebut akan dapat mempersempit kesenjangan antara Indonesia

dengan negara-negara maju, khususnya dalam bidang ekonomi dan teknologi.

Perkembangan ekonomi dan teknologi sangat tergantung pada penguasaan disiplin ilmu

keras (hard science) dan disiplin ilmu lunak (soft science). Disiplin ilmu keras meliputi

matematika, fisika, kimia, biologi, astronomi, dan terapannya yaitu teknologi yang

meliputi teknologi komunikasi, transportasi, manufaktur, konstruksi, bio, energi, dan

bahan. Disiplin ilmu lunak (soft science) meliputi, misalnya, sosiologi, ekonomi, bahasa

asing (Inggris, utamanya), dan etika global.

Apabila mengacu pada visi pendidikan nasional, maka karakteristik visi SBI adalah

”terwujudnya insan Indonesia yang cerdas dan kompetitif secara internasional”. Visi

tersebut memiliki implikasi bahwa penyiapan manusia bertaraf internasional memerlukan

upaya-upaya yang dilakukan secara intensif, terarah, terencana, dan sistematik agar dapat

mewujudkan bangsa yang maju, sejahtera, damai, dihormati, dan diperhitungkan oleh

bangsa-bangsa lain. Maka dari itu misi SBI adalah mewujudkan manusia Indonesia cerdas

dan kompetitif secara internasional, yang mampu bersaing dan berkolaborasi secara

global. Misi ini direalisasikan melalui kebijakan, rencana, program, dan kegiatan SBI

yang disusun secara cermat, tepat, futuristik, dan berbasis demand-driven.

Penyelenggaraan SBI bertujuan untuk menghasilkan lulusan yang berkelas nasional dan

internasional sekaligus. Lulusan yang berkelas nasional secara jelas telah dirumuskan

dalam UU Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional dan dijabarkan

dalam PP 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan dan dalam Permendiknas

Page 14: Panduan pelaksanaan sbi

Belajar Untuk Masa Depanku

Direktorat Pembinaan SMP - QEC24711 8

nomor 23/2006 tentang Standar Kompetensi Lulusan (SKL), serta dalam Kebijakan

Depdiknas Tahun 2007 Tentang ”Pedoman Penjaminan Mutu Sekolah/Madrasah Bertaraf

Internasional pada Jenjang Pendidikan Dasar dan Menengah”. Dalam Undang-Undang

Nomor 20 Tahun 2003 dan dijabarkan dalam Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005

bahwa sekolah harus memenuhi delapan unsur Standar Nasional Pendidikan terdiri dari:

standar isi, standar proses, standar kompetensi lulusan, standar pendidik dan tenaga

kependidikan, standar sarana dan prasarana, standar pengelolaan, standar pembiayaan, dan

standar penilaian, dimana semuanya itu merupakan obyek penjaminan mutu

pendidikan/sekolah. Dengan demikian, tolok ukur atau karakteristik SBI adalah sekolah

harus mampu memenuhi delapan obyek atau unsur pendidikan tersebut yang secara rinci

dijabarkan dalam standar indikator-indikator kinerja kunci minimal sebagai jaminan akan

mutu pendidikannya yang telah berstandar nasional. Di samping itu, sekolah juga harus

mampu memenuhi indikator-indikator kinerja kunci tambahan, yaitu indikator-indikator

kinerja sekolah yang berstandar internasional sebagaimana dijelaskan di atas.

Page 15: Panduan pelaksanaan sbi

Belajar Untuk Masa Depanku

QEC24711 - Panduan Pelaksanaan SBI 9

BAB IV

STANDAR PENYELENGGARAAN SEKOLAH BERTARAF

INTERNASIONAL

Sebagaimana dijelaskan sebelumnya bahwa sebagai SBI harus memenuhi SNP atau IKKM dan pengayaannya dari SNP atau IKKT yang bertaraf internasional. Oleh karena itu, setiap sekolah yang

menyelengarakan pendidikan sebagai SBI harus didasarkan atas kedua hal tersebut untuk dapat

dipenuhi semuanya.

A. Pengertian IKKM dan IKKT dalam Penyelenggaraan SBI

Pengertian unsur indikator kinerja kunci minimal (IKKM) di sini adalah suatu standar kinerja

sekolah yang meliputi unsur-unsur pendidikan yaitu: akreditasi, kurikulum, proses pembelajaran, penilaian, pendidik, tenaga kependidikan, sarana dan prasarana, pengelolaan, dan pembiayaan

pendidikan. Bagi sekolah yang dirintis sebagai SBI, maka diharuskan terlebih dahulu memenuhi

standar minimal dari berbagai unsur pendidikan tersebut. Indikator-indikator pendidikan tersebut

merupakan kunci pokok yang harus dipenuhi sebagai tolok ukur bahwa sekolah yang

bersangkutan minimal telah memenuhi Standar Nasional Pendidikan sebagaimana telah ditentukan

dalam Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005.

Sesuai dengan konsep SBI yang dikembangkan sebelumnya bahwa SBI pada Jenjang Pendidikan

Dasar dan Menengah” merupakan ”Sekolah/Madrasah yang sudah memenuhi seluruh Standar

Nasional Pendidikan (SNP) dan diperkaya dengan mengacu pada standar pendidikan salah satu negara anggota OECD dan / atau negara maju lainnya yang mempunyai keunggulan tertentu

dalam bidang pendidikan, sehingga memiliki daya saing di forum internasional”.

Pengertian SNP yang diperkaya adalah dipahami sebagai pendalaman, perluasan, dan penguatan

terhadap tiap komponen pendidikan sebagaimana disebut di atas (atau IKKT), yaitu diperkaya

tentang standar isinya, standar proses pembelajarannya, standar kompetensi lulusannya, standar

penilaiannya, standar pendidik dan tenaga kependidikannya, standar sarana dan prasarananya, dan

standar pengelolaannya serta standar pembiayaannya. Pengayaan tersebut luasan, kedalaman, dan

cakupannya sangat ditentukan oleh: (1) kondisi dan kemampuan sekolah; (2) tuntuan di era

globalisasi; (3) tujuan yang diinginkan (termasuk visi dan misi sekolah yang bersangkutan); dan

(4) dukungan berbagai pemangku kepentingan untuk penyelenggaraan SBI, termasuk di dalamnya

adalah Pemerintah Daerah Provinsi sebagai penyelenggara.

Sedangkan pengertian tentang mengacu pada standar pendidikan salah satu negara anggota OECD

dan / atau negara maju lainnya, termasuk yang ada di dalam negeri, adalah yang mempunyai keunggulan tertentu dalam bidang pendidikan yang diselenggarakan tetap pada ”jati diri” bangsa

Indonesia. Artinya, SBI pada jenjang pendidikan dasar dan menengah di Indonesia tetap terdapat

ciri keindonesiaannya, dimana yang dikatakan ”bertaraf” di sini misalnya dilihat dari kelulusan

adalah bertaraf tentang kompetensi, kemampuan, dan profesionalitas lulusan minimal sama atau

lebih tinggi daripada kompetensi, kemampuan, dan profesionalitas lulusan dari sekolah

internasional dari negara-negara tersebut. Misalnya, lulusan SBI di Indonesia bidang metematika

harus minimal sama dengan lulusan sekolah internasional dari salah satu negara anggota OECD

dan / atau negara maju lainnya, termasuk yang ada di dalam negeri, yang mempunyai keunggulan

tertentu dalam bidang pendidikan. Demikian pula halnya untuk bidang-bidang lainnya yaitu sains (IPA), Bahasa Inggris, TIK, dan sebagainya. Oleh karena itu, pemaknaan ”mengacu” di sini

dalam hal kelulusan lebih dititikberatkan kepada kesesamaan atau kesetaraan akan kompetensi,

kemampuan, dan profesionalitasnya.

Page 16: Panduan pelaksanaan sbi

Belajar Untuk Masa Depanku

Direktorat Pembinaan SMP - QEC24711 10

B. Pemenuhan Standar Nasional Pendidikan atau IKKM dalam Penyelenggaraan SBI

Seperti telah dijelaskan sebelumnya bahwa bagi sekolah yang bertaraf internasional (SBI) harus

memenuhi dua indikator kinerja sekolah, yaitu Indikator Kinerja Kunci Minimal (IKKM) dan Indikator Kinerja Kunci Tambahan (IKKT). Sebagai SBI maka wajib memenuhi IKKM ini,

karena komponen-komponen IKKM merupakan standar nasional pendidikan yang telah

ditetapkan dalam UUSP Nomor 20 Tahun 2003, dijabarkan lebih lanjut dalam PP Nomor 19

Tahun 2005, dan lebih lanjut dioperasionalkan dalam Peraturan atau Keputusan Menteri

Pendidikan Nasional serta Kebijakan Direktorat Pembinaan SMP, yaitu sebagai SNP minimal

yang terdiri dari pemenuhan terhadap standar kompetensi lulusan, standar isi, pemenuhan standar

proses pembelajaran, pemenuhan standar penilaian, pemenuhan standar pendidik dan tenaga

kependidikan, pemenuhan standar sarana dan prasarana, pemenuhan standar pengelolaan, dan

pemenuhan standar pembiayaan pendidikan.

Sebagai pedoman SBI dalam pemenuhan SNP (IKKM) ini adalah telah diatur dalam beberapa

peraturan perundangan, seperti:

1. Pemenuhan SKL mengacu kepada Permendiknas No 23 Tahun 2006

2. Pemenuhan standar isi mengacu kepada Permendiknas No 22 Tahun 2006 dan Permendiknas Nomor 24 Tahun 2006 dan No 6 Tahun 2007 tentang Implementasi

Permendiknas Nomor 22 dan 23 Tahun 2006

3. Pemenuhan standar proses mengacu kepada Permendiknas No 41 Tahun 2007

4. Pemenuhan standar pendidik dan tenaga kependidikan mengacu kepada Permendiknas

Nomor 13 Tahun 2007 tentang Standar Kepala Sekolah, Permendiknas Nomor 16 Tahun

2007 tentang Standar Kualifikasi dan Kompetensi Guru, Permendiknas Nomor 18 Tahun 2007 tentang Sertifikasi Guru Dalam Jabatan, Permendiknas Nomor 39 Tahun 2009

tentang Pengaturan Beban Kerja Guru dan Pengawas Satuan Pendidikan.

5. Pemenuhan standar Sarana dan Prasarana Pendidikan mengacu kepada Keputusan Mendiknas Nomor 129a/U/2004 tentang Standar Pelayanan Minimal Bidang Pendidikan,

Pembakuan Bangunan dan Perabot Sekolah Menengah Pertama Tahun 2004 dari

Direktorat Pembinaan SMP, Panduan Pelaksanaan dan Panduan Teknis Program Subsidi Imbal Swadaya: Pembangunan Ruang Laboratorium Sekolah Tahun 2007 dari Direktorat

Pembinaan SMP, dan Permendiknas No 24 Th 2007 Tentang Standar Sarana dan

Prasarana

6. Pemenuhan standar pengelolaan mengacu kepada Permendiknas Nomor 19 Tahun 2007

dan termasuk pemenuhan akreditasi sekolah mengacu kepada Permendiknas Nomor 12

Tahun 2009.

7. Pemenuhan standar pembiayaan mengacu kepada Peraturan Pemerintah Nomor 48 Tahun 2008 tentang Pendanaan Pendidikan

8. Pemenuhan standar penilaian mengacu kepada Permendiknas Nomor 20 Tahun 2007.

1. Pemenuhan Standar Isi

Sebagai sekolah yang bertaraf internasional, maka dalam penyelenggaraan pendidikannya

harus memenuhi standar isi sebagaimana yang telah ditetapkan dalam Permendiknas Nomor

22 Tahun 2006 tentang Standar Isi. Dijelaskan bahwa ”Standar Isi untuk satuan Pendidikan Dasar dan Menengah yang selanjutnya disebut Standar Isi mencakup lingkup materi minimal

dan tingkat kompetensi minimal untuk mencapai kompetensi lulusan minimal pada jenjang

dan jenis pendidikan tertentu”, termasuk di dalamnya adalah jenjang SMP.

Standar isi secara keseluruhan mencakup: (1) kerangka dasar dan struktur kurikulum yang

merupakan pedoman dalam penyusunan kurikulum pada tingkat satuan pendidikan, (2) beban

Page 17: Panduan pelaksanaan sbi

Belajar Untuk Masa Depanku

QEC24711 - Panduan Pelaksanaan SBI 11

belajar bagi peserta didik pada satuan pendidikan dasar dan menengah, (3) kurikulum tingkat satuan pendidikan yang akan dikembangkan oleh satuan pendidikan berdasarkan panduan

penyusunan kurikulum sebagai bagian tidak terpisahkan dari standar isi, yang dalam hal ini

disusun dalam Buku-1 KTSP termasuk di dalamnya adalahstruktur kurikulum dan pemetaan standar kompetensi dan kompetensi dasar, dan (4) kalender pendidikan untuk penyelenggaraan

pendidikan pada satuan pendidikan jenjang pendidikan dasar dan menengah.

2. Pemenuhan Standar Proses

Pembelajaran adalah proses interaksi antara peserta didik dan pendidik dan sumber belajar

pada suatu lingkungan belajar, dimana proses pembelajaran ditinjau dari sisi manajemen

adalah suatu perencanaan, pelaksanaan, penilaian, dan pengawasan, sehingga terjadi proses

pembelajaran yang efektif dan efisien. Karakteristik proses pembelajaran tersebut haruslah interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang, dan memberikan motivasi kepada peserta

didik agar mampu membangkitkan semangat belajar, kreatif, dinamis, dan mandiri sesuai

dengan bakat dan minatnya. Kondisi seperti inilah yang diharapkan dapat terjadi dalam proses pembelajaran.

Seperti diamanatkan dalam PP Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan bahwa setiap sekolah harus memenuhi standar proses, sebagaimana tertuang dalam

Permendiknas Nomor 41 Tahun 2007. Standar proses adalah kriteria minimal SNP yang

meliputi perencanaan proses pembelajaran, pelaksanaan proses pembelajaran, penilaian hasil

pembelajaran, dan pengawasan proses pembelajaran untuk mencapai standar kompetensi

lulusan.

Standar perencanaan proses pembelajaran meliputi silabus dan rencana pelaksanaan

pembelajaran (RPP) untuk semua mata pelajaran pada semua jenjang kelas, yang sekurang-

kurangnya memuat standar kompetensi (SK), kompetensi dasar (KD), materi pembelajaran, kegiatan pembelajaran, indikator pencapaian kompetensi, penilaian hasil belajar, dan sumber

belajar.

Pelaksanaan proses pembelajaran meliputi: (a) persyaratan yang harus dipenuhi yaitu: jumlah

peserta didik tiap rombongan belajar, beban tugas minimal pendidik, sumber belajar, rasio

maksimal peserta didik dan guru, dan pengelolaan kelas; (b) pelaksanaan pembelajaran yang

meliputi: kegiatan pendahuluan, kegiatan inti, dan kegiatan penutup pembelajaran.

Sedangkan untuk penilaian hasil belajar harus mengacu kepada standar penilaian yang

menekankan pada proses dan hasil pendidikan. Pelaksanaan penilaian harus dilakukan secara konsisten, sistematik, dan terprogram, yang selanjutnya akan dijelaskan dalam bab tersendiri.

Standar pengawasan proses pembelajaran dilakukan yang dibedakan dalam pengawasan yang

bersifat pemantauan, supervisi, dan evaluasi pelaksanaan pembelajaran. Pelaporan-pelaporan pemantauan, supervisi, dan evaluasi pelaksanaan pembelajaran harus dibuat dan dipergunakan

untuk masukan, perbaikan, dan tindak lanjut terhadap substnasi, pendukung, dan pelaksana

pembelajaran itu sendiri sehingga dapat lebih ditingkatkan proses pelaksanaan pembelajaran

dari perencanaan, pelaksanaan, penilaian sampai dengan pengawasan berikutnya.

3. Pemenuhan Standar Kompetensi Lulusan (SKL)

Sebagai sekolah yang bertaraf internasional, maka dalam penyelenggaraan pendidikan SBI harus memenuhi (dalam pengertian menghasilkan lulusan) sebagaimana yang telah

ditetapkan dalam Permendiknas Nomor 23 Tahun 2006 tentang Standar Kompetensi Lulusan

Page 18: Panduan pelaksanaan sbi

Belajar Untuk Masa Depanku

Direktorat Pembinaan SMP - QEC24711 12

SMP, Standar Kompetensi Kelompok Mata Pelajaran, dan Standar Kompetensi Lulusan per Mata Pelajaran, yaitu:

a. Standar Kompetensi Lulusan SMP:

1) Mengamalkan ajaran agama yang dianut sesuai dengan tahap perkembangan remaja

2) Memahami kekurangan dan kelebihan diri sendiri

3) Menunjukkan sikap percaya diri

4) Mematuhi aturan-aturan sosial yang berlaku dalam lingkungan yang lebih luas

5) Menghargai keberagaman agama, budaya, suku, ras, dan golongan sosial ekonomi dalam

lingkup nasional

6) Mencari dan menerapkan informasi dari lingkungan sekitar dan sumber-sumber lain secara

logis, kritis, dan kreatif

7) Menunjukkan kemampuan berpikir logis, kritis, kreatif, dan inovatif

8) Menunjukkan kemampuan belajar secara mandiri sesuai dengan potensi yang dimilikinya

9) Menunjukkan kemampuan menganalisis dan memecahkan masalah dalam kehidupan sehari-

hari

10) Mendeskripsi gejala alam dan sosial

11) Memanfaatkan lingkungan secara bertanggung jawab

12) Menerapkan nilai-nilai kebersamaan dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan

bernegara demi terwujudnya persatuan dalam Negara Kesatuan Republik Indonesia

13) Menghargai karya seni dan budaya nasional

14) Menghargai tugas pekerjaan dan memiliki kemampuan untuk berkarya

15) Menerapkan hidup bersih, sehat, bugar, aman, dan memanfaatkan waktu luang

16) Berkomunikasi dan berinteraksi secara efektif dan santun

17) Memahami hak dan kewajiban diri dan orang lain dalam pergaulan di masyarakat

18) Menghargai adanya perbedaan pendapat

19) Menunjukkan kegemaran membaca dan menulis naskah pendek sederhana

20) Menunjukkan keterampilan menyimak, berbicara, membaca, dan menulis dalam bahasa

Indonesia dan bahasa Inggris sederhana

21) Menguasai pengetahuan yang diperlukan untuk mengikuti pendidikan menengah

22) Memahami dan menghayati jiwa kewirausahaan.

b. Standar Kompetensi Kelompok Mata Pelajaran:

Standar Kompetensi Kelompok Mata Pelajaran (SK-KMP) terdiri atas kelompok-kelompok

mata pelajaran, yaitu: (1) Agama dan Akhlak Mulia;(2) Kewarganegaraan dan

Kepribadian;(3) Ilmu Pengetahuan dan Teknologi; (4) Estetika;dan (5) Jasmani, Olah Raga,

dan Kesehatan. Adapun Standar Kompetensi Kelompok Mata Pelajaran (SK-KMP) untuk masing-masing satuan pendidikan selengkapnya adalah sebagai berikut:

1) Agama dan Akhlak Mulia

a) Mengamalkan ajaran agama yang dianut sesuai dengan tahap perkembangan remaja

b) Menerapkan nilai-nilai kejujuran dan keadilan

c) Memahami keberagaman agama, budaya, suku, ras, dan golongan sosial ekonomi

d) Berkomunikasi dan berinteraksi secara efektif dan santun yang mencerminkan harkat dan

martabatnya sebagai makhluk Tuhan

e) Menerapkan hidup bersih, sehat, bugar, aman, dan memanfaatkan waktu luang sesuai

dengan tuntunan agamanya

f) Memanfaatkan lingkungan sebagai makhluk ciptaan Tuhan secara bertanggung jawab

g) Menghargai perbedaan pendapat dalam menjalankan ajaran agama

2) Kewarganegaraan dan Kepribadian

a) Menerapkan kebersamaan dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara demi

terwujudnya persatuan dalam Negara Kesatuan Republik Indonesia

b) Mematuhi aturan-aturan sosial, hukum dan perundangan

Page 19: Panduan pelaksanaan sbi

Belajar Untuk Masa Depanku

QEC24711 - Panduan Pelaksanaan SBI 13

c) Menghargai keberagaman agama, budaya, suku, ras, dan golongan sosial ekonomi dalam

lingkup nasional

d) Memanfaatkan lingkungan secara bertanggung jawab

e) Memahami kekurangan dan kelebihan diri sendiri

f) Berkomunikasi dan berinteraksi secara efektif dan santun

g) Menunjukkan sikap percaya diri

h) Menunjukkan kegemaran membaca dan menulis

i) Menunjukkan kemampuan belajar secara mandiri sesuai dengan potensi yang dimilikinya

j) Menghargai tugas pekerjaan dan memiliki kemampuan untuk berkarya

k) Menunjukkan kebiasaan hidup bersih, sehat, bugar, dan aman dalam kehidupan sehari-hari

l) Memahami hak dan kewajiban diri dan orang lain dalam pergaulan di masyarakat

m) Menghargai adanya perbedaan pendapat

n) Menghargai karya seni dan budaya nasional Indonesia

3) Ilmu Pengetahuan dan Teknologi

a) Mencari dan menerapkan informasi secara logis, kritis, dan kreatif

b) Menunjukkan kemampuan berpikir logis, kritis, dan kreatif

c) Menunjukkan kemampuan belajar secara mandiri sesuai dengan potensi yang dimilikinya

d) Menunjukkan kemampuan menganalisis dan memecahkan masalah dalam kehidupan sehari-

hari

e) Mendeskripsi gejala alam dan sosial

f) Memanfaatkan lingkungan secara bertanggung jawab

g) Menghargai tugas pekerjaan dan memiliki kemampuan untuk berkarya

h) Menerapkan hidup bersih, sehat bugar, aman, dan memanfaatkan waktu luang

i) Memiliki keterampilan menyimak, berbicara, membaca, dan menulis dalam bahasa Indonesia

dan Inggris sederhana

k) Menguasai pengetahuan yang diperlukan untuk mengikuti pendidikan menengah

4) Estetika a) Memanfaatkan lingkungan untuk kegiatan apresiasi seni

b) Menghargai karya seni, budaya, dan keterampilan sesuai dengan kekhasan lokal

c) Menunjukkan kegemaran membaca dan menulis karya seni

5) Jasmani, Olahraga, dan Kesehatan

a) Menunjukkan kebiasaan hidup bersih, sehat, bugar, aman dan memanfaatkan waktu luang

dengan memanfaatkan lingkungan secara bertanggung jawab

b) Mencari dan menerapkan berbagai informasi tentang potensi sumber daya lokal untuk

menunjang hidup bersih, sehat, bugar, aman dan memanfaatkan waktu luang

c. Standar Kompetensi Lulusan Tiap Mata Pelajaran SMP:

1) Pendidikan Agama Islam SMP

a) Menerapkan tata cara membaca Al-qur’an menurut tajwid, mulai dari cara membaca “Al”-

Syamsiyah dan “Al”- Qomariyah sampai kepada menerapkan hukum bacaan mad dan waqaf

b) Meningkatkan pengenalan dan keyakinan terhadap aspek-aspek rukun iman mulai dari iman

kepada Allah sampai kepada iman pada Qadha dan Qadar serta Asmaul Husna

c) Menjelaskan dan membiasakan perilaku terpuji seperti qanaah dan tasawuh dan menjauhkan

diri dari perilaku tercela seperti ananiah, hasad, ghadab dan namimah

d) Menjelaskan tata cara mandi wajib dan shalat-shalat munfarid dan jamaah baik shalat wajib

maupun shalat sunat

e) Memahami dan meneladani sejarah Nabi Muhammad dan para shahabat serta menceritakan

sejarah masuk dan berkembangnya Islam di nusantara

2) Pendidikan Agama Kristen SMP a) Menjelaskan karya Allah dan penyelamatan bagi manusia dan seluruh ciptaan

b) Menginternalisasi nilai-nilai kristiani dengan menanggapinya secara nyata

c) Bertanggung jawab terhadap diri dan sesamanya, masyarakat dan gereja sebagai orang yang

sudah diselamatkan

Page 20: Panduan pelaksanaan sbi

Belajar Untuk Masa Depanku

Direktorat Pembinaan SMP - QEC24711 14

3) Pendidikan Agama Katolik SMP

a) Peserta didik dapat menguraikan pemahaman tentang pribadinya sebagai pria dan wanita

yang memiliki rupa-rupa kemampuan dan keterbatasan untuk berelasi dengan sesama dan

lingkungannya.

b) Peserta didik dapat menguraikan pemahamannya tentang Yesus Kristus dan bagaimana

meneladani Yesus yang mewartakan Bapa dan Kerajaan Allah

c) Peserta didik dapat menguraikan makna Gereja sebagai sakramen keselamatan dan

bagaimana mewujudkannya dalam hidup nyata.

d) Peserta didik dapat menguraikan pamahaman tentang hidup bermasyarakat dan bagaimana

melaksanakan kehidupan bermasyarakat sesuai ajaran Firman Allah dan pengajaran Yesus

Kristus.

4) Pendidikan Agama Hindu SMP

a) Meyakini kemahakuasaan Sang Hyang Widhi (Tuhan) sebagai Asta Aiswarya, Awatara,

Dewa dan Bhatara

b) Memahami ajaran Sad Ripu, Sad Atatayi, Sapta Timira sebagai aspek diri yang harus

dihindari

c) Memahami latar belakang timbulnya Yadnya dan hakikatnya

d) Memahami Weda sebagai kitab suci dan para Rsi penerima wahyu

e) Memahami keberadaan orang suci agama Hindu

f) Memahami hari-hari suci keagamaan dan hakikatnya

g) Memahami ajaran kepemimpinan Hindu

h) Memahami hubungan Bhuana Agung dan Bhuana Alit

i) Memahami Dharma Gita, sejarah masuknya agama Hindu ke Indonesia, dan keberadaan

kerajaan-kerajaan Hindu di Indonesia

5) Pendidikan Agama Buddha SMP

a) Beriman kepada Tuhan Yang Maha Esa dan Tri Ratna dengan mengetahui fungsi serta

terefleksi dalam moralitas (sila), meditasi (samadhi), dan kebijaksanaan (panna)

b) Membaca Paritta dan Dhammapada serta mengerti artinya

c) Beribadah (kebaktian) dengan baik dan benar sesuai dengan tuntunan masing-masing aliran

d) Meneladani sifat, sikap dan kepribadian Buddha, Bodhisattva, dan para peserta didik utama

Buddha

e) Memiliki kemampuan dasar berpikir logis, kritis, dan kreatif untuk memecahkan masalah

f) Memahami sejarah kehidupan Buddha Gotama

g) Mengungkapkan sejarah perkembangan agama Buddha

h) Memiliki bekal pengetahuan dan kemampuan untuk melanjutkan pendidikan di SMA

6) Pendidikan Kewarganegaraan SMP

a) Memahami dan menunjukkan sikap positif terhadap norma-norma kebiasaan, adat istiadat,

dan peraturan, dalam kehidupan berbangsa dan bernegara

b) Menjelaskan makna proklamasi kemerdekaan Republik Indonesia sesuai dengan suasana

kebatinan konstitusi pertama

c) Menghargai perbedaan dan kemerdekaan dalam mengemukakan pendapat dengan

bertanggung jawab

d) Menampilkan perilaku yang baik sesuai dengan nilai-nilai Pancasila dan Undang-Undang

Dasar 1945

e) Menunjukkan sikap positif terhadap pelaksanaan kehidupan demokrasi dan kedaulatan

rakyat

f) Menjelaskan makna otonomi daerah, dan hubungan antara pemerintahan pusat dan daerah

g) Menunjukkan sikap kritis dan apresiatif terhadap dampak globalisasi

h) Memahami prestasi diri untuk berprestasi sesuai dengan keindividuannya

Page 21: Panduan pelaksanaan sbi

Belajar Untuk Masa Depanku

QEC24711 - Panduan Pelaksanaan SBI 15

7) Bahasa Indonesia SMP

a) Mendengarkan

Memahami wacana lisan dalam kegiatan wawancara, pelaporan, penyampaian berita

radio/TV, dialog interaktif, pidato, khotbah/ceramah, dan pembacaan berbagai karya sastra

berbentuk dongeng, puisi, drama, novel remaja, syair, kutipan, dan sinopsis novel

b) Berbicara

Menggunakan wacana lisan untuk mengungkapkan pikiran, perasaan, informasi, pengalaman,

pendapat, dan komentar dalam kegiatan wawancara, presentasi laporan, diskusi, protokoler,

dan pidato, serta dalam berbagai karya sastra berbentuk cerita pendek, novel remaja, puisi,

dan drama

c) Membaca

Menggunakan berbagai jenis membaca untuk memahami berbagai bentuk wacana tulis, dan

berbagai karya sastra berbentuk puisi, cerita pendek, drama, novel remaja, antologi puisi,

novel dari berbagai angkatan

d) Menulis

Melakukan berbagai kegiatan menulis untuk mengungkapkan pikiran, perasaan, dan informasi

dalam bentuk buku harian, surat pribadi, pesan singkat, laporan, surat dinas, petunjuk,

rangkuman, teks berita, slogan, poster, iklan baris, resensi, karangan, karya ilmiah sederhana,

pidato, surat pembaca, dan berbagai karya sastra berbentuk pantun, dongeng, puisi, drama,

puisi, dan cerpen

8) Bahasa Inggris SMP

a) Mendengarkan

Memahami makna dalam wacana lisan interpersonal dan transaksional sederhana, secara

formal maupun informal, dalam bentuk recount, narrative, procedure, descriptive, dan report,

dalam konteks kehidupan sehari-hari

b) Berbicara

Mengungkapkan makna secara lisan dalam wacana interpersonal dan transaksional

sederhana, secara formal maupun informal, dalam bentuk recount, narrative, procedure,

descriptive, dan report, dalam konteks kehidupan sehari-hari

c) Membaca

Memahami makna dalam wacana tertulis interpersonal dan transaksional sederhana, secara

formal maupun informal, dalam bentuk recount, narrative, procedure, descriptive, dan report,

dalam konteks kehidupan sehari-hari

d) Menulis

Mengungkapkan makna secara tertulis dalam wacana interpersonal dan transaksional

sederhana, secara formal maupun informal, dalam bentuk recount, narrative, procedure,

descriptive, dan report, dalam konteks kehidupan sehari-hari

9) Matematika SMP

a) Memahami konsep bilangan real, operasi hitung dan sifat-sifatnya (komutatif, asosiatif,

distributif), barisan bilangan sederhana (barisan aritmetika dan sifat-sifatnya), serta

penggunaannya dalam pemecahan masalah

b) Memahami konsep aljabar meliputi: bentuk aljabar dan unsur-unsurnya, persamaan dan

pertidaksamaan linear serta penyelesaiannya, himpunan dan operasinya, relasi, fungsi dan

grafiknya, sistem persamaan linear dan penyelesaiannya, serta menggunakannya dalam

pemecahan masalah

c) Memahami bangun-bangun geometri, unsur-unsur dan sifat-sifatnya, ukuran dan

pengukurannya, meliputi: hubungan antar garis, sudut (melukis sudut dan membagi sudut),

segitiga (termasuk melukis segitiga) dan segi empat, teorema Pythagoras, lingkaran (garis

singgung sekutu, lingkaran luar dan lingkaran dalam segitiga dan melukisnya), kubus, balok,

prisma, limas dan jaring-jaringnya, kesebangunan dan kongruensi, tabung, kerucut, bola,

serta menggunakannya dalam pemecahan masalah

d) Memahami konsep data, pengumpulan dan penyajian data (dengan tabel, gambar, diagram,

grafik), rentangan data, rerata hitung, modus dan median, serta menerapkannya dalam

pemecahan masalah

e) Memahami konsep ruang sampel dan peluang kejadian, serta memanfaatkan dalam

pemecahan masalah

Page 22: Panduan pelaksanaan sbi

Belajar Untuk Masa Depanku

Direktorat Pembinaan SMP - QEC24711 16

f) Memiliki sikap menghargai matematika dan kegunaannya dalam kehidupan

g) Memiliki kemampuan berpikir logis, analitis, sistematis, kritis, dan kreatif, serta mempunyai

kemampuan bekerja sama

10) Ilmu Pengetahuan Alam SMP

a) Melakukan pengamatan dengan peralatan yang sesuai, melaksanakan percobaan sesuai

prosedur, mencatat hasil pengamatan dan pengukuran dalam tabel dan grafik yang sesuai,

membuat kesimpulan dan mengkomunikasikannya secara lisan dan tertulis sesuai dengan

bukti yang diperoleh

b) Memahami keanekaragaman hayati, klasifikasi keragamannya berdasarkan ciri, cara-cara

pelestariannya, serta saling ketergantungan antar makhluk hidup di dalam ekosistem

c) Memahami sistem organ pada manusia dan kelangsungan makhluk hidup

d) Memahami konsep partikel materi, berbagai bentuk, sifat dan wujud zat, perubahan, dan

kegunaannya

e) Memahami konsep gaya, usaha, energi, getaran, gelombang, optik, listrik, magnet dan

penerapannya dalam kehidupan sehari-hari

f) Memahami sistem tata surya dan proses yang terjadi di dalamnya

11) Ilmu Pengetahuan Sosial SMP

a) Mendeskripsikan keanekaragaman bentuk muka bumi, proses pembentukan, dan dampaknya

terhadap kehidupan

b) Memahami proses interaksi dan sosialisasi dalam pembentukan kepribadian manusia

c) Membuat sketsa dan peta wilayah serta menggunakan peta, atlas, dan globe untuk

mendapatkan informasi keruangan

d) Mendeskripsikan gejala-gejala yang terjadi di geosfer dan dampaknya terhadap kehidupan

e) Mendeskripsikan perkembangan masyarakat, kebudayaan, dan pemerintahan sejak Pra-Aksara,

Hindu Budha, sampai masa Kolonial Eropa

f) Mengidentifikasikan upaya penanggulangan permasalahan kependudukan dan lingkungan

hidup dalam pembangunan berkelanjutan

g) Memahami proses kebangkitan nasional, usaha persiapan kemerdekaan, mempertahankan

kemerdekaan, dan mempertahankan Negara Kesatuan Republik Indonesia

h) Mendeskripsikan perubahan sosial-budaya dan tipe-tipe perilaku masyarakat dalam menyikapi

perubahan, serta mengidentifikasi berbagai penyakit sosial sebagai akibat penyimpangan sosial

dalam masyarakat, dan upaya pencegahannya

i) Mengidentifikasi region-region di permukaan bumi berkenaan dengan pembagian permukaan

bumi atas benua dan samudera, keterkaitan unsur-unsur geografi dan penduduk, serta ciri-ciri

negara maju dan berkembang

j) Mendeskripsikan perkembangan lembaga internasional, kerja sama internasional dan peran

Indonesia dalam kerja sama dan perdagangan internasional, serta dampaknya terhadap

perekonomian Indonesia

k) Mendeskripsikan manusia sebagai makhluk sosial dan ekonomi serta mengidentifikasi tindakan

ekonomi berdasarkan motif dan prinsip ekonomi dalam memenuhi kebutuhannya

l) Mengungkapkan gagasan kreatif dalam tindakan ekonomi berupa kegiatan konsumsi, produksi,

dan distribusi barang/jasa untuk mencapai kemandirian dan kesejahteraan

12) Seni Budaya SMP

a) Seni Rupa

• Mengapresiasi dan mengekspresikan karya seni rupa terapan melalui gambar bentuk obyek

tiga dimensi yang ada di daerah setempat

• Mengapresiasi dan mengekspresikan karya seni rupa terapan melalui gambar/ lukis, karya

seni grafis dan kriya tekstil batik daerah Nusantara

• Mengapresiasi dan mengekspresikan karya seni rupa murni yang dikembangkan dari

beragam unsur seni rupa Nusantara dan mancanegara.

b) Seni Musik

• Mengapresiasi dan mengekspresikan karya seni musik lagu daerah setempat secara

perseorangan dan berkelompok.

• Mengapresiasi dan mengekspresikan karya seni musik lagu tradisional nusantara secara

perseorangan dan kelompok

Page 23: Panduan pelaksanaan sbi

Belajar Untuk Masa Depanku

QEC24711 - Panduan Pelaksanaan SBI 17

• Mengapresiasi dan mengekspresikan karya seni musik lagu mancanegara secara

perseorangan dan kelompok

c) Seni Tari

• Mengapresiasi dan mengekspresikan karya seni tari tunggal dan berpasangan/kelompok

terhadap keunikan seni tari daerah setempat

• Mengapresiasi dan mengekspresikan karya seni tari tunggal dan berpasangan/kelompok

terhadap keunikan seni tari Nusantara

• Mengapresiasi dan mengekspresikan karya seni tari tunggal dan berpasangan/kelompok

terhadap keunikan seni tari mancanegara

d) Seni Teater

• Mengapresiasi dan bereksplorasi teknik olah tubuh, pikiran dan suara

• Mengapresiasi dan mengekspresikan karya seni teater terhadap keunikan dan pesan moral

seni teater daerah setempat

• Mengapresiasi dan mengekspresikan karya seni teater terhadap keunikan dan pesan moral

seni teater Nusantara

• Mengapresiasi dan mengekspresikan karya seni teater tradisional, modern dan kreatif

terhadap keunikan dan pesan moral seni teater daerah setempat, Nusantara dan

mancanegara

13) Pendidikan Jasmani, Olahraga dan Kesehatan SMP

a) Mempraktekkan variasi dan kombinasi teknik dasar permainan, olahraga serta atletik dan

nilai-nilai yang terkandung di dalamnya

b) Mempraktekkan senam lantai dan irama dengan alat dan tanpa alat

c) Mempraktekkan teknik renang dengan gaya dada, gaya bebas, dan gaya punggung

d) Mempraktekkan teknik kebugaran dengan jenis latihan beban menggunakan alat sederhana

e) Mempraktekkan kegiatan-kegiatan di luar kelas seperti melakukan perkemahan, penjelajahan

alam sekitar dan piknik

f) Memahami budaya hidup sehat dalam kehidupan sehari-hari seperti perawatan tubuh serta

lingkungan, mengenal berbagai penyakit dan cara pencegahannya serta menjauhi narkoba

14) Keterampilan SMP

a) Kerajinan

• Mengapresiasi dan membuat benda kerajinan untuk fungsi pakai/hias berbahan lunak

alami maupun buatan dengan teknik lipat, potong dan rekat serta teknik butsir dan cetak

dengan ragam hias tradisional, mancanegara maupun modifikasinya

• Mengapresiasi dan membuat benda kerajinan jahit dan sulam dengan ragam hias

tradisional, mancanegara maupun modifikasinya

• Mengapresiasi dan membuat benda kerajinan anyaman dan makrame

• Mengapresiasi dan membuat benda kerajinan dengan teknik potong sambung dan teknik

potong konstruksi dengan ragam hias tradisional, mancanegara maupun modifikasinya

• Mengapresiasi dan membuat benda kerajinan dengan teknik sayat dan ukir dengan ragam

hias tradisional, mancanegara maupun modifikasinya

b) Teknologi Rekayasa

• Mengapresiasi dan menciptakan karya teknologi rekayasa alat penerangan dan alat yang

menimbulkan suara dengan listrik arus lemah (baterai)

• Mengapresiasi dan menerapkan karya teknologi rekayasa penjernihan air dengan

teknologi mekanis dan teknologi kimia

• Mengapresiasi dan membuat benda teknologi rekayasa alat yang berputar secara mekanis

dan digerakkan dengan listrik

c) Teknologi Budidaya

• Mengapresiasi dan menerapkan teknologi budidaya pemeliharaan dan perawatan hewan

unggas petelor dan bibit hewan unggas

• Mengapresiasi dan menerapkan teknologi budidaya tanaman obat dan tanaman hias yang

menggunakan media tanah

• Mengapresiasi dan menerapan teknologi budidaya ikan air tawar dan ikan hias air tawar

di dalam kolam

Page 24: Panduan pelaksanaan sbi

Belajar Untuk Masa Depanku

Direktorat Pembinaan SMP - QEC24711 18

d) Teknologi Pengolahan

• Mengapresiasi dan menerapkan teknologi pengolahan manisan basah dan kering bentuk

padat dari bahan nabati

• Mengapresiasi dan menerapkan teknologi pengolahan produk pengawetan bahan mentah

nabati dan hewani dengan cara diasinkan

• Mengapresiasi dan menerapkan teknologi pengolahan produk pengawetan bahan nabati

dan hewani dengan cara dikeringkan

15) Teknologi Informasi dan Komunikasi SMP

a) Memahami penggunaan teknologi informasi dan komunikasi, dan prospeknya di masa datang

b) Menguasai dasar-dasar ketrampilan komputer

c) Menggunakan perangkat pengolah kata dan pengolah angka untuk menghasilkan dokumen

sederhana

d) Memahami prinsip dasar internet/intranet dan menggunakannya untuk memperoleh informasi

4. Pemenuhan Standar Pendidik dan Tenaga Kependidikan

Seperti telah ditetapkan dalam Permendiknas Nomor 16 Tahun 2007 tentang Standar Kualifikasi Akademik dan Kompetensi Guru bahwa ”Setiap guru wajib memenuhi standar

kualifikasi akademik dan kompetensi guru yang berlaku secara nasional”. Kualifikasi

akademik ditempuh melalui pendidikan formal atau melalui uji kelayakan dan kesetaraan.

Kualifikasi akademik yang ditempuh melalui pendidikan formal adalah minimal diploma

empat (D-IV) atau sarjana (S1) program studi yang sesuai dengan mata pelajaran yang

diajarkan/diampu, dan diperoleh dari program studi yang terakreditasi.

Sedangkan kualifikasi akademik guru yang ditempuh melalui uji kelayakan dan kesetaraan

adalah bagi seseorang yang memiliki keahlian tanpa ijasah dan pelaksanaannya dilakukan oleh perguruan tinggi yang diberi kewenangan untuk menguji untuk diangkat menjadi guru.

Kualifikasi akademik yang melalui uji ini sebagai syarat untuk dapat diangkat menjadi guru

dalam bidang-bidang yang sangat diperlukan tetapi belum dikembangkan di perguruan tinggi. Sedangkan standar kompetensi guru yang juga harus dipenuhi adalah terdiri dari: kompetensi

pedagogik, kompetensi kepribadian, kompetensi sosial, dan kompetensi profesional. Sebagai

bukti bahwa guru telah memenuhi persyaratan sebagai pendidik yang memenuhi standar kualifikasi akademik dan standar kompetensi, maka diwajibkan juga memiliki sertifikat dalam

jabatannya sebagai guru yang dapat diperoleh melalui sertifikasi yang dilaksanakan oleh

pemerintah. Hal ini telah ditetapkan melalui Permendiknas Nomor 18 Tahun 2007 tentang

”Sertifikasi Bagi Guru Dalam Jabatan”.

Selain guru atau tenaga pendidik harus memenuhi kualifikasi akademik dan kompetensi, maka

tenaga kependidikan lain juga harus memenuhi persyaratan, khususnya tentang kepala sekolah. Hal ini telah ditetapkan dalam Permendiknas Nomor 13 Tahun 2007 tentang ”Standar

Kepala Sekolah/Madrasah”. Dijelaskan bahwa untuk diangkat sebagai kepala

sekolah/madrasah, seseorang wajib memenuhi standar kepala sekolah/madrasah yang berlaku secara nasional. Standar kepala sekolah pada jenjang SMP harus memenuhi

kualifikasi dan kompetensi. Kualifikasi kepala sekolah terdiri atas kualifikasi umum dan

kualifikasi khusus. Kualifikasi umum meliputi: (a) memiliki kualifikasi akademik S1 arai D-

IV kependidikan atau non kependidikan pada perguruan tinggi yang terakreditasi, (b) pada

waktu diangkat sebagai kepala sekolah berusia setinggi-tingginya 56 tahun, (c) memiliki

pengalaman mengajar sekurang-kurangnya lima tahun, dan (d) memiliki pangkat serendah-rendahnya IIIC bagi PNS dan non PNS disetarakan dengan kepangkatan yang dikeluarkan

oleh yayasan atau lembaga yang berwenang.

Page 25: Panduan pelaksanaan sbi

Belajar Untuk Masa Depanku

QEC24711 - Panduan Pelaksanaan SBI 19

Kualifikasi khusus adalah: berstatus sebagai guru SMP, memiliki sertifikat pendidik sebagai guru SMP, dan memilki sertifikat kepala sekolah SMP yang diterbitkan oleh lembaga yang

ditetapkan pemerintah. Disamping kepala sekolah memenuhi persyaratan kualifikasinya, maka

juga dituntut memenuhi kompetensinya, yaitu: kompetensi kepribadian, kompetensi manajerial, kompetensi kewirausahaan, kompetensi supervisi, dan kompetensi sosial.

Selanjutnya dalam hal pemenuhan tenaga kepandidikan lainnya, seperti laboran, tenaga tata

usaha/karyawan, dan sebagainya dapat mengacu kepada peraturan lain yang maih relevan.

5. Pemenuhan Standar Sarana dan Prasarana

Standar sarana dan prasarana merupakan kebutuhan utama sekolah juga yang harus terpenuhi

sesuai dengan amanat UUSPN No 20 Th 200, PP No 19 Th 2005, dan Permendiknas No 24

Th 2007. Selain itu, juga harus memenuhi dari ketentuan pembakuan sarana dan prasarana

pendidikan yang telah dijabarkan dalam: (1) Keputusan Mendiknas Nomor 129a/U/2004 tentang Standar Pelayanan Minimal Bidang Pendidikan; (2) Pembakuan Bangunan dan

Perabot Sekolah Menengah Pertama Tahun 2004 dari Direktorat Pembinaan SMP; dan (3)

Panduan Pelaksanaan dan Panduan Teknis Program Subsidi Imbal Swadaya: Pembangunan Ruang Laboratorium Sekolah Tahun 2007 dari Direktorat Pembinaan SMP. Standar sarana

dan prasarana pendidikan yang dimaksudkan di sini baik mengenai jumlah, jenis, volume,

luasan, dan lain-lain sesuai dengan kategori atau tipe sekolahnya masing-masing.

6. Pemenuhan Standar Pengelolaan

Sebagaimana juga telah ditetapkan dalam UUSPN Nomor 20 Tahun 2003 dan PP Nomor 19

Tahun 2005, dan lebih dijabarkan dalam Permendiknas Nomor 19 Tahun 2007 bahwa ”setiap

satuan pendidikan wajib memenuhi standar pengelolaan pendidikan yang berlaku secara nasional”. Beberapa aspek standar pengelolaan sekolah yang harus dipenuhi adalah meliputi:

(1) perencanaan program, (2) pelaksanaan rencana kerja, (3) pengawasan dan evaluasi, (4)

kepemimpinan sekolah/madrasah, dan (5) sistem informasi manajemen.

Standar perencanaan program sekolah meliputi: rumusan visi sekolah, misi sekolah, tujuan

sekolah, rencana kerja sekolah. Standar pelaksanaan rencana kerja sekolah, maka harus terpenuhi dan terealisasi beberapa aspek dalam penyelenggaraan pendidikan yaitui:

kepemilikan pedoman-pedoman sekolah yang mengatur berbagai aspek pengelolaan secara

tertulis, struktur organisaisi sekolah, pelaksanaan kegiatan, bidang kesisweaan, bidang

kurikulum dan kegiatan pembelajaran, bidang pendidik dan tenaga kependidikan, bidang

sarana dan prasarana, bidang keuangan dan pembiayaan, budaya dan lingkungan sekolah, dan

peran serta masyarakat dan kemitraan.

Pengawasan dan evaluasi yang harus juga dipenuhi dan dilaksanakan sekolah adalah: aspek-

aspek program pengawasan, evaluasi diri, evaluasi dan pengembangan, evaluasi

pendayagunaan pendidik dan tenaga kependidikan, dan akreditasi sekolah. Kepemimpinan sekolah yang diharapkan dapat dipenuhi oleh sekolah antara lain: adanya kepala sekolah yang

memenuhi persyaratan, minimal satu wakil kepala sekolah yang dipilih secara demokratis,

kepala sekolah memiliki kemampuan memimpin (pengetahuan, keterampilan, dan perilaku)

sekolah, dan terdapat pendelegasian sebagian tugas dan kewenangan kepada wakilnya.

Sedangkan sistem informasi manajemen (SIM) merupakan suatu sistem yang mengaplikasikan

berbagai bidang pendidikan berbasiskan komputer/internet. Hal ini diharapkan dapat dipenuhi oleh sekolah untuk mengelola dan mendukung berbagai administrasi sekolah, memberikan

fasilitas yang efisien, dan sebagai bentuk layanan informasi dan komunikasi kepada para

pemangku kepentingan.

Salah satu komponen SNP atau IKKM yang harus dipenuhi juga adalah komponen akreditasi

sekolah. Akreditasi sekolah adalah proses penilaian secara komprehensif terhadap kelayakan

Page 26: Panduan pelaksanaan sbi

Belajar Untuk Masa Depanku

Direktorat Pembinaan SMP - QEC24711 20

dan kinerja satuan dan/atau program pendidikan, yang dilakukan sebagai bentuk akuntabilitas publik. Akreditasi merupakan alat regulasi (self-regulation) agar sekolah mengenal kekuatan

dan kelemahan serta melakukan upaya yang terus-menerus untuk meningkatkan kekuatan dan

memperbaiki kelemahannya. Dalam hal ini akreditasi memiliki makna proses pendidikan. Di samping itu, akreditasi juga merupakan penilaian hasil dalam bentuk sertifikasi formal

terhadap kondisi suatu sekolah yang telah memenuhi standar layanan tertentu yang telah

ditetapkan oleh pemerintah.

Di dalam proses akreditasi, sebuah sekolah dievaluasi dalam kaitannya dengan arah dan

tujuannya, serta didasarkan kepada keseluruhan kondisi sekolah sebagai sebuah institusi

belajar berdasarkan pada standar mutu tertentu. Standar diharapkan dapat mendorong dan

menciptakan suasana kondusif bagi pertumbuhan pendidikan dan memberikan arahan untuk

evaluasi diri yang berkelanjutan, serta menyediakan perangsang untuk terus berusaha mencapai mutu yang diharapkan, yaitu standar mutu nasional maupun internasional.

Proses akreditasi sekolah berfungsi untuk: (a) pengetahuan, yakni sebagai informasi bagi semua pihak tentang kelayakan dan kinerja sekolah dilihat dari berbagai unsur yang terkait,

mengacu pada standar yang ditetapkan beserta indikator-indikatornya; (b) akuntabilitas, yakni

sebagai bentuk pertanggungjawaban sekolah kepada publik, apakah layanan yang dilaksanakan dan diberikan oleh sekolah telah memenuhi harapan atau keinginan masyarakat;

(c) pembinaan dan pengembangan, yakni sebagai dasar bagi sekolah, pemerintah, dan

masyarakat dalam upaya peningkatan atau pengembangan mutu sekolah.

Hasil akreditasi memiliki makna yang penting, karena ia dapat digunakan sebagai: acuan

dalam upaya peningkatan mutu sekolah dan rencana pengembangan sekolah; umpan balik untuk usaha pemberdayaan dan pengembangan kinerja warga sekolah dalam rangka

menerapkan visi, misi, tujuan, sasaran, strategi dan program sekolah; pendorong motivasi

untuk sekolah agar terus meningkatkan mutu sekolahnya secara bertahap, terencana, dan kompetitif di tingkat kabupaten/kota, propinsi, nasional bahkan regional dan internasional.

Beberapa langkah yang perlu dilakukan sekolah dalam persiapan akreditasi adalah sebagai berikut: (a) pemantapan rencana pengembangan sekolah dan komponen akreditasi, (b)

pembentukan/pemantapan tim penjamin mutu sekolah, (c) pemantapan sistem informasi

manajemen, (d) pra-evaluasi diri untuk mengetahui kesiapan sekolah, (e) pengembangan dan

pemantapan komponen sekolah, (f) evaluasi diri dan penyiapan aplikasi akreditasi. Strategi

sekolah dalam pelaksanaan akreditasi antara lain dapat ditempuh dengan: (a) penyiapan warga

seklah, (b) penyiapan dokumen dan komponen akreditasi, (c) pendampingan dan penjelasan

selama visitasi, dan (d) klarifikasi temuan. Hasil akreditasi sekolah dinyatakan dalam peringkat akreditasi sekolah. Peringkat tersebut terdiri atas tiga klasifikasi berdasarkan skor

keseluruhan komponen yang diperoleh, yaitu: A (Amat Baik); B (Baik); C (Cukup). Bagi

sekolah yang hasil akreditasinya kurang dari C (Cukup), dinyatakan tidak terakreditasi.

Setelah menerima hasil akreditasi dan saran-sarannya, sekolah perlu mencermati,

menindaklanjuti, dan melakukan refleksi terhadap hasil akreditasi dan saran-sarannya. Apabila

memperoleh akreditasi A (Amat Baik) atau B (Baik), sekolah tetap mencermati hasil penilaian

dan saran pada setiap komponen. Pada komponen-komponen yang masih belum optimal

hasilnya, sekolah perlu mengkaji apa penyebabnya dan bagaimana strategi untuk mengoptimalkan. Hasil C (Cukup) pada dasarnya belum menunjukkan kinerja sekolah yang

memuaskan. Apalagi kalau hasilnya tidak terakreditasi. Beberapa atau bahkan pada setiap

komponen masih terdapat indikator-indikator yang kondisi/mutunya kurang baik.

Sekolah, termasuk tim penjamin mutu perlu melakukan pengkajian secara sistematis.

Komponen apa saja yang kurang baik dan apa penyebabnya serta upaya apa yang perlu

Page 27: Panduan pelaksanaan sbi

Belajar Untuk Masa Depanku

QEC24711 - Panduan Pelaksanaan SBI 21

dilakukan untuk memperbaikinya. Sekolah diberi kesempatan dua tahun untuk meningkatkan kinerjanya, kemudian bisa mengajukan akreditasi lagi. Dengan demikian sebagai SBI, maka

sekolah harus terus menerus melakukan upaya untuk mempertahankan mutu pendidikan

dengan nilai akreditasi sekolah (IKKM) yang maksimal yaitu A sebagai sekolah bertaraf internasional.

7. Pemenuhan Standar Pembiayaan

Dalam UUSPN Nomor 20 Tahun 2003 dan PP Nomor 19 Tahun 2005 telah ditetapkan bahwa

setiap sekolah harus memenuhi standar pembiayaan yang memadai yang didasarkan atas

kebutuhan pencapain ketuntasan kompetensi, sebagaimana yang ada dalam kurikulum

sekolah. Diasumsikan bahwa, makin tinggi standar prestasi atau hasil-hasil pendidikan yang

dituntut atau ditetapkan, maka akan memerlukan pembiayaan yang makin tinggi pula. Rendahnya prestasi atau hasil-hasil pendidikan antara lain disebabkan oleh karena rendahnya

standar pembiayaan pendidikan.

Pendidikan merupakan tanggungjawab bersama, baik pemerintah, pemerintah daerah provinsi,

dan pemerintah daerah kabupaten/kota serta masyarakat maupun orang tua peserta didik sesuai

dengan kemampuan dan kewajiban masing-masing sebagaimana tercantum dalam PP Nomor 48 Tahun 2008 Tentang Pendanaan Pendidikan. Pembiayaan meliputi biaya satuan

pendidikan, biaya penyelenggaraan pendidikan, dan biaya pribadi. Sekolah diharapkan mampu

menggali potensi daerah, masyarakat, dan lingkungan untuk pemenuhan standar

penyelenggaraan atau bakan biaya satuan pendidikan tersebut. Namun demikian, penetapan

standar pembiayaan pendidikan ini tetap harus memperhatikan aspek: gender, latar belakang

ekonomi peserta didik/orang tua, geografi, dan sebagainya.

Pemerintah melalui dana BOS diharapkan dapat memberikan stimulan kepada stakeholder lain

dalam kerangka memenuhi standar pendidikan pada setiap sekolah/daerah. Pemerintah daerah provinsi dan kabupaten/kota sangat diharapkan untuk menetapkan standar biaya pendidikan,

sehingga dapat diketahui sejauhmana kekurangan yang diperlukan dari BOS pusat yang ada

untuk dipenuhi oleh pemerintah daerah dalam upaya memenuhi tuntutan mutu pendidikan yang ditetapkan. Apabila ternyata dari pemerintah dan pemerintah daerah belum cukup, maka

masyarakat dapat memberikan bantuan kepada skolah, melalui pungutan sekolah dan atau

sumbangan menurut kemampuan masyarakat.

8. Pemenuhan Standar Penilaian

Standar penialaian pendidikan adalah SNP yang berkaitan dengan prosedur, mekanisme, dan instrumen penilaian hasil belajar peserta didik. Hal ini sesui dengan PP No 19 Th 2005 dan

Permendiknas No 20 Tahun 2007. Penilaian merupakan rangkaian kegiatan untuk

memperoleh, menganalisis, dan menafsirkan data tentang proses dan hasil belajar peserta didik yang dilakukan secara berkesinambungan untuk pengambilan keputusan.

Beberapa hal yang harus diperhatikan dalam pelaksanaan penilaian adalah: bertujuan

mengukur pencapaian kompetensi, menggunakan acuan kriteria yaitu membandingkan antara

hasil yang dicapai dengan standar yang telah ditentukan/ditetapkan, dilakukan secara

keseluruhan dan berkelanjutan, hasil penilaian dipergunakan sebagai tindak lanjut berupa perbaikan (remidial), pengayaan, dan percepatan pencapaian kompetensi peserta didik, serta

penilaian disesuaikan dengan pengalaman belajar yang ditempuh dalam pembelajaran.

Penilaian juga dapat dipergunakan untuk perbaikan dan peningkatan program

penyelenggaraan pendidikan di sekolah. Oleh karena itu dalam pelaksanaan penilaian harus

dilakukan mulai dari perencanaan, pelaksanaan, penyajian hasil, sampai dengan pemanfaatan

Page 28: Panduan pelaksanaan sbi

Belajar Untuk Masa Depanku

Direktorat Pembinaan SMP - QEC24711 22

atau tindak lanjut penilaian. Pelaksanaan penilaian atau asesmen pada dasarnya adalah prosedur atau langkah-langkah untuk mendapatkan informasi tentang prestasi atau kinerja

peserta didik, yang dapat dilakukan melalui pengukuran dengan hasil bersifat

numerik/kuantitaif, dan/atau non pengukuran dengan hasil bersifat deskriptif atau kualitatif. Evaluasi merupakan kegiatan untuk menentukan mutu atau nilai suatu program dan berfokus

kepada keberhasilan program tersebut atau kelompok peserta didik apakah berhasil atau gagal.

Dalam lingkup mikro, maka evaluasi merupakan penilaian sistemik terhadap keberhasilan

suatu program untuk mengetahui kemampuan, kreativitas, sikap, minat, bakat, dan sebagainya.

Dalam pelaksanaan penilaian harus memenuhi beberapa prinsip penilaian, yaitu: valid,

reliabel, jujur, mendidik, berorientasi pada kompetensi, adil, terbuka, menyeluruh, terpadu,

berkesinambungan, mengakui kompetensi yang telah dimiliki, dan menggunakan acuan

kriteria. Berdasarkan perencanaan dan penafsiran hasil penilaian, maka acuan penilaian yang dipergunakan dapat menggunakan dua macam yaitu acuan norma dan atau acuan kriteria. Tes

acuan norma berasumsi bahwa kemampuan orang berbeda dan digambarkan menurut

distribusi normal. Hasil tes seseorang dibandingkan dengan hasil tes keseluruhan dalam kelompoknya, sehingga diketahui posisi seseorang tersebut.

Sedangkan tes acuan kriteria berasumsi bahwa semua orang mampu relajar apa saja, kapan, dan dimana saja. Dalam acuan kriteria, penafsiran hasil tes selalu dibandingkan dengan

kriteria yang telah ditetapkan. Kriteria ketuntasan minimal yang harus dicapai peserta didik

harus ditetapkan terlebih dahulu. Hasil-hasil pencapaian ketuntasan oleh peserta didik

berdasarkan hasil tes dengan acuan kriteria ini dapat dipergunakan untuk perbaikan/remidi,

pengayaan, atau percepatan, dan juga dapat dipergunakan sebagai salah satu persyaratan untuk

kenaikan kelas peserta didik.

Untuk mewujudkan sistem penilaian yang memenuhi kriteria di atas, maka dalam

pelaksanaannya harus memperhatikan atau memenuhi kualitas penilaian itu sendiri, baik kualitas alat atau instrumen penilaian yang dipergunakan maupun kualitas dalam pelaksanaan

penilaian itu sendiri. Kualitas instrumen ditentukan oleh kesahihan, kehandalan, dan efisiensi;

sedangkan pelaksanaannya berkaitan dengan keadaan penilai, yang dinilai, cara menilai, dan kondisi penilaian. Kesahihan atau validitas berkaitan dengan ketepatan pengukuran,

kehandalan atau reliabilitas berkaitan dengan keajegan hasil-hasil penilaian, dan efisiensi

berkaitan dengan kemudahan dan murahnya penggunaan instrumen penilaian.

Pemerintah memiliki tanggungjawab untuk melaksanakan ujian nacional sebagaimana amanat

UUSPN No 20 Tahun 2003, sehingga setiap sekolah yang ditetapkan sebagai SBI tetap wajib

mengikutinya. Demikian juga halnya sekolah, juga wajib mengadakan ujian sekolah sebagai tolok ukur untuk penentuan kelulusan peserta didik. Antara hasil ujian sekolah dan ujian

nacional adalah sama-sama kedudukkannya, yaitu untuk menentukan kelulusan peserta didik.

Ujian nacional bukan satu-satunya penentu kelulusan, demikian halnya ujian sekolah juga bukan satu-satunya untuk menentukan kelulusan peserta didik.

C. Pemenuhan IKKT bertaraf internasional (pengayaan, perluasan, dan pendalaman SNP)

dalam Penyelenggaraan SBI

Sebagaimana telah dijelaskan sebelumnya bahwa sekolah yang termasuk sebagai sekolah bertaraf

internasional harus memenuhi Indikator Kinerja Kunci Tambahan (IKKT), yaitu sebagai ciri-ciri

keinternasionalan sekolah. Dimana IKKT ini merupakan syarat mutlak bagi SBI yang harus dipenuhi. Pemenuhan IKKT oleh sekolah dapat dilakukan secara bertahap dan dengan skala

prioritas, khususnya bagi SBI, IKKT secara langsung dan dengan sendirinya telah terpenuhi di

sekolah tersebut.

Page 29: Panduan pelaksanaan sbi

Belajar Untuk Masa Depanku

QEC24711 - Panduan Pelaksanaan SBI 23

Sebagai tambahan dari komponen-komponen dalam IKKM, maka IKKT adalah merupakan pengayaan dari tiap standar, komponen, aspek, dan indikator dalam IKKM tersebut. Makin

banyak komponen IKKM yang dapat ditambahkan (yang berarti makin banyak pengayaan,

perluasan, dan pendalaman), maka akan makin kuat eksistensi sebagai SBI. Adapun komponen-komponen IKKM yang dapat dikembangkan atau ditambahkan untuk memenuhi jaminan mutu

pendidikan yang bertaraf internasional antara lain sebagai berikut:

1. Pengayaan, perluasan, dan pendalaman (IKKT) Standar Isi dalam penyelenggaraan

SBI

Dalam pengayaan atau pengembangan standar isi SNP menjadi bertaraf internasional

sebagai indikator kinerja kunci tambahan (IKKT), dapat dilakukan dengan adopsi atau

adaptasi. Penambahan atau pengembangan Standar Kompetensi (SK) dan atau beberapa Kompetensi Dasar (KD) serta indikator-indikator kompetensi dari masing-masing SKL

SMP, SK-KMP, dan SKL tiap mata pelajaran. Cakupan, luasan, dan kedalaman masing-

masing (SK,KD, dan indikator kompetensi) disesuaikan dengan kondisi sekolah masing-masing. Diharapkan sekolah mampu mengembangkan (dalam pengertian lebih

tinggi/banyak) SK, KD, dan indikator kompetensi tersebut sesuai dengan standar yang ada

dan berlaku di sekolah bertaraf internasional baik yang ada di dalam negeri maupun di luar negeri, dari salah satu negara anggota OECD dan/atau negara maju lainnya yang

mempunyai keunggulan tertentu dalam bidang pendidikan.

Standar isi yang telah diperkaya atau dikembangkan SK, KD atau IK-nya, maka selanjutnya

dikembangkan menjadi suatu silabus dan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) yang

berlaku untuk selama tiga tahun pembelajaran. Semua itu kemudian disebut sebagai Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) yang berlaku di sekolah yang bersangkutan

sebagai SBI. Sistematika dan format pembuatan KTSP ini dapat mengacu dari ketentuan

yang telah ada selama ini. Dengan demikian, ditinjau dari kurikulum yang dilaksanakan, SBI dengan kurikulum yang benar-benar telah menjamin mutu pendidikannya bertaraf

internasional.

Direktorat Pembinaan SMP telah memberikan beberapa contoh pengayaan atau

pengembangan standar isi SNP untuk menjadi bertaraf internasional, khususnya untuk Mata

Pelajaran Matematika, IPA, Bahasa Inggris, dan TIK/PTD, yaitu:

a. Sebagai contoh pengayaan atau pengembangan Standar Isi untuk Mata pelajaran

Matematika adalah tentang: Tesselasi, Estimasi dan Aproksimasi, Strategi Pemecahan

Masalah, dan ICT matematika.

b. Sebagai contoh pengayaan atau pengembangan Standar Isi untuk Mata pelajaran IPA adalah tentang: Makhluk Hidup dan Proses Kehidupan, Materi dan Sifatnya, Energi dan

Perubahannya, Bumi dan Alam Semesta c. Sebagai contoh pengayaan atau pengembangan Standar Isi untuk Mata pelajaran

Bahasa Inggris seperti terlihat di bawah ini yang digaris bawah dan cetak tebal:

1) Mendengarkan: Memahami makna dalam wacana lisan interpersonal dan

transaksional sederhana, bersifat interaktif dan noninteraktif, dalam situasi

formal dan informal, dalam bentuk recount, narrative, procedure, descriptive, report,

exposition, explanation, news items, poems, songs, dan specific functional texts (advertisements, notices, announcements, etc.) dalam konteks kehidupan sehari-hari

dan yang terkait dengan matematika, sains, dan teknologi.

2) Berbicara: Mengungkapkan makna dalam wacana lisan interpersonal dan

transaksional sederhana, bersifat interaktif dan noninteraktif, dalam situasi

formal dan informal, dalam bentuk recount, narrative, procedure, descriptive, report,

Page 30: Panduan pelaksanaan sbi

Belajar Untuk Masa Depanku

Direktorat Pembinaan SMP - QEC24711 24

exposition, explanation, news items, poems, songs, dan specific functional texts (advertisements, notices, announcements, etc.) dalam konteks kehidupan sehari-hari

dan yang terkait dengan matematika, sains, dan teknologi.

3) Membaca: Memahami makna dalam wacana tertulis interpersonal dan transaksional sederhana, bersifat interaktif dan noninteraktif, dalam situasi formal dan

informal, dalam bentuk recount, narrative, procedure, descriptive, report,

exposition, explanation, news items, poems, songs, dan specific functional texts

(advertisements, notices, announcements, etc.) dalam konteks kehidupan sehari-hari

dan yang terkait dengan matematika, sains, dan teknologi. 4) Menulis: Mengungkapkan makna dalam wacana tertulis interpersonal dan

transaksional sederhana, bersifat interaktif dan noninteraktif, dalam situasi

formal dan informal, dalam bentuk recount, narrative, procedure, descriptive, report,

exposition, explanation, news items, poems, songs, dan specific functional texts (advertisements, notices, announcements, etc.) dalam konteks kehidupan sehari-hari

dan yang terkait dengan matematika, sains, dan teknologi.

d. Sebagai contoh pengayaan atau pengembangan Standar Isi untuk Mata pelajaran TIK/PTD terdapat penambahan SK/KD dalam SKL ”Menggunakan perangkat pengolah

kata, pengolah angka, pengolah basis data, pengolah grafis dan pengolah animasi

untuk menghasilkan karya informasi” (lihat garis bawah). Di samping itu juga terdapat penambahan muatan Standar Isi dalam Mata Pelajaran PTD, yaitu: sistem teknik,

teknologi pengendali, teknologi konstruksi, dan yang pilihan antara lain meliputi

teknologi produksi, teknologi transportasi, dan teknologi penjernihan air.

Selanjutnya sekolah dapat mengembangkan sendiri bersama stakeholder lain tentang Standar

Isi ini untuk mata pelajaran lainnya, seperti IPS; Olah raga, kesehatan, dan jasmani; Pendidikan Berbasis Keunggulan Lokal, Pendidikan Berbasis Keunggulan Global, Seni Budaya, dan

sebagainya sesuai dengan kemampuan dan kondisi sekolah atau daerah.

Page 31: Panduan pelaksanaan sbi

Belajar Untuk Masa Depanku

QEC24711 - Panduan Pelaksanaan SBI 25

Penerapan Satuan Kredit Semester (SKS) dalam Manajemen Kurikulum SBI

Sebagaimana diketahui bahwa dalam manajemen kurikulum sekolah dapat diterapkan

dengan dua pola, yaitu kurikulum dengan sistem paket dan kurikulum dengan sistem SKS. Sistem paket adalah ”penyajian” kurikulum yang dalam hal ini bisa berupa

Struktur Kurikulum, Mata Pelajaran, SKL, dan atau SK disajikan atau diberikan dan

diselenggarakan dalam pembelajaran dengan seutuhnya dalam setiap semester selama

tiga tahun pelajaran. Maksudnya adalah bahwa peserta didik tidak diberi kebebasan

untuk memilih mata pelajaran tertentu atau SKL tertentu atau SK tertentu dalam setiap

semesternya yang akan ditempuh.

Sedangkan sistem SKS adalah bahwa penyelenggara/sekolah memberikan tawaran,

pilihan, dan lainnya sebagai bentuk ”menu” yang akan dipilih atau diambil oleh peserta didik dalam setiap semesternya untuk jangka waktu selama pendidikan (tiga

tahun). Beberapa ketentuan yang dapat diikuti dalam penyelenggaraan sistem SKS ini

antara lain: a. Terdapat sistem akademik yang memadai

b. Terdapat sistem administrasi yang memadai

c. Terdapat tenaga pendidik dan kependidikan yang memadai d. Terdapat sarpras yang memadai

e. Terdapat sistem penilaian dan evaluasi yang memadai

f. Terdapat peraturan akademik, khususnya tentang kriteria dan persyaratan

pengambilan SKS oleh peserta didik

g. SIM sekolah berbasis TIK telah memadai

h. Terdapat sistem pembelajaran yang sesuai dengan prinsip-prinsip pembelajaran tuntas

i. Terdapat kesiapan sekolah/penyelenggara dalam pelaksanaan evaluasi akhir tiap

semester j. Terdapat sistem pendidikan yang mendukung pada tingkatan atau jenjang di

atasnya.

k. Terdapat kesiapan peserta didik secara psikologis

Untuk jenjang pendidikan di SMP, maka terdapat beberapa alternatip mengenai ”apa”

yang ditawarkan/dipilih oleh peserta didik dalam setiap semesternya mengingat bahwa

selama tiga tahun jumlah dan nama mata pelajaran tetap sama, diantaranya yaitu:

ditawarkan SKL tiap mata pelajaran atau Standar Kompetensi setiap SKL dari tiap

mata pelajaran. Untuk ini diperlukan manajemen kurikulum dengan cermat, teliti,

sistematis, dan mempertimbangkan prinsiop-prinsip mudah-sulit, sederhana-kompleks, prasyarat-yang memerlukan syarat, dan sebagainya. Juga perlu dibuat

peraturan tentang syarat-syarat untuk setiap mengambil SKL atau SK.

Sehingga dengan sistem SKS ini sangat dimungkinkan peserta didik lulus sebelum

tiga tahun dan atau bahkan tidak menutup kemungkinan lebih dari tiga tahun baru

lulus semua. Untuk ini harus dipersiapkan semua komponen dan sistem yang

mendukung atau sebagai syarat penerapan sistem SKS ini. Untuk itu, bagi

sekolah/penyelenggara SBI diharapkan dalam waktu tertentu telah mampu untuk

menerapkan sistem SKS ini, dengan harapan selama menjadi RSBI telah ada persiapan-persiapan yang memadai.

Page 32: Panduan pelaksanaan sbi

Belajar Untuk Masa Depanku

Direktorat Pembinaan SMP - QEC24711 26

2. Pengayaan, perluasan, dan pendalaman (IKKT) Standar Proses dalam penyelenggaraan

SBI

Mengajar atau “teaching” adalah membantu peserta didik memperoleh informasi, ide, keterampilan, nilai, cara berfikir, sarana untuk mengekpresikan dirinya, dan cara-cara belajar

bagaimana belajar. Pembelajaran adalah upaya untuk membelajarkan peserta didik. Secara

implisit dalam pengertian ini terdapat kegiatan memilih, menetapkan, mengembangkan metode

untuk mencapai hasil pembelajaran yang diinginkan. Pemilihan, penetapan, dan pengembangan

metode ini didasarkan pada kondisi pembelajaran yang ada. Kegiatan-kegiatan ini pada dasarnya

merupakan inti dari perencanaan pembelajaran. Dalam hal ini istilah pembelajaran memiliki

hakekat perencanaan atau perancangan (disain) sebagai upaya untuk membelajarkan peserta

didik. Itulah sebabnya dalam belajar, peserta didik tidak berinteraksi dengan guru sebagai salah

satu sumber belajar, tetapi berinteraksi dengan keseluruhan sumber belajar yang mungkin dipakai untuk mencapai tujuan pembelajaran. Oleh karena itu pembelajaran menaruh perhatian pada

“bagaimana membelajarkan peserta didik”, dan bukan pada “apa yang dipelajari peserta didik”.

Dengan demikian perlu diperhatikan adalah bagaimana cara mengorganisasi pembelajaran, bagiaman cara menyampaikan isi pembelajaran, dan bagaimana menata interaksi antara sumber-

sumber belajar yang ada agar dapat berfungsi secara optimal. Pembelajaran perlu direncanakan

dan dirancang secara optimal agar dapat memenuhi harapan dan tujuan.

Rancangan Pembelajaran hendaknya memperhatikan hal-hal sebagai berikut : (a) Pembelajaran

diselenggarakan dengan pengalaman nyata dan lingkungan otentik, karena hal ini diperlukan

untuk memungkinkan seseorang berproses dalam belajar (belajar untuk memahami, belajar untuk

berkarya, dan melakukan kegiatan nyata) secara maksimal; (b) Isi pembelajaran harus didesain

agar relevan dengan karakteristik peserta didik karena pembelajaran difungsikan sebagai mekanisme adaptif dalam proses konstruksi, dekonstruksi dan rekonstruksi pengetahuan, sikap,

dan kemampuan, (c) Menyediakan media dan sumber belajar yang dibutuhkan. Ketersediaan

media dan sumber belajar yang memungkinkan peserta didik memperoleh pengalaman belajar secara konkrit, luas, dan mendalam, adalah hal yang perlu diupayakan oleh guru yang profesional

dan peduli terhadap keberhasilan belajar peserta didiknya.

Penilaian hasil belajar terhadap peserta didik dilakukan secara formatif sebagai diagnosis untuk

menyediakan pengalaman belajar secara berkesinambungan dan dalam bingkai belajar sepanjang

hayat (life long contiuning education). Prinsip pembelajaran yang dikembangkan untuk

mencapai kefektifan dan efisiensi pengelolaan pembelajaran, antara lain: (a) Pembelajaran

berfokus pada peserta didik (student cenrtered), artinya orientasi pembelajaran terfokus kepada

peserta didik. Peserta didik menjadi subyek pembelajaran dan kecepatan belajar peserta didik

yang tidak sama perlu diperhatikan, (b) Pembelajaran terpadu (integrated learning), maksudnya pengelolaan pembelajaran/KBM dilakukan secara integratif. Semua tujuan pembelajaran yang

berupa kemampuan dasar yang ingin dicapai bermuara pada satu tujuan akhir, yaitu mencapai

kemampuan dasar lulusan, (c) Pembelajaran individu (individual learning), artinya peserta didik memiliki peluang untuk melakukan pembelajaran secara individual, (d) Belajar tuntas (mastery

learning), maksudnya pembelajaran mengacu pada ketuntasan belajar kemampuan dasar melalui

pemecahan masalah. Setiap individu dan kelompok harus menuntaskan pembelajaran satu

kemampuan dasar baru belajar ke kemampuan dasar berikutnya, (e) Pemecahan masalah

(problem solving), artinya proses dan hasil pembelajaran mengacu pada aktifitas pemecahan

masalah yang ada di masyarakat, yaitu dengan menggunakan pendekatan belajar kontekstual, (f) Experience-based learning, yakni pembelajaran dilaksanakan melalui pengalaman-pengalaman

belajar tertentu dalam mencapai kemampuan belajar tertentu.Selain pemanfaatan prinsi-prinsip

tersebut, guru dimungkinkan menerapkan prinsip-prinsip pembelajaran lain yang sesuai dengan tuntutan perkembangan.

Page 33: Panduan pelaksanaan sbi

Belajar Untuk Masa Depanku

QEC24711 - Panduan Pelaksanaan SBI 27

a. Pengayaan pembelajaran dengan memperbanyak variasi dan metode pembelajaran.

Pada dasarnya penggunaan metode dan banyaknya jenis pembelajaran yang dipergunakan

pendidik pada dasarnya sangat tergantung daripada tuntutan kompetensi dalam kurikulum (standar isi dan SKL). Baik bagi SBI ata sekalipun SSN pada dasarnya semua metode dan

jenis pembelajaran secara prinsip sama. Pembedanya adalah disebabkan karena kurikulum

atau kompetensi-kompetensi yang berbeda dari setiap kategori sekolah tersebut. Beberapa

alsannya adalah: (a) Makin banyak kompetensi dalam kurikulum, maka makin banyak metode

dan jenis pembelajaran yang harus dipergunakan, (b) makin sulit atau kompleks kompetensi,

maka menuntut makin banyak metode dan variasi pembelajaran, (c) makin luas, dalam, dan

makin banyak cakupan kurikulum (isi), maka makin menuntut metode dan jenis pembelajaran

yang relevan.

Dengan asumsi bahwa sekolah yang menyelenggarakan SBI adalah akan makin tinggi tuntutan

penggunaan metode dan jenis pembelajaran, mengingat isi kurikulum (SKL, SK, KD, dan IK)

akan semakin banyak, luas, dalam, dan tingkat kesulitan/kekomplekan makin tinggi. Sedangkan pada sekolah yang masih dalam kelompok SSN isi kurikulum relative lebih

rendah, lebih sedikit, dan lebih sederhana dibandingkan dengan isi kurikulum SBI. Dengan

demikian dapat diasumsikan kelompok sekolah ini lebih sedikit metode dan variasi pembelajarannya.

Berdasarkan uraian di atas, maka penting dipahami bahwa metode dan variasi pembelajaran

pada SBI menuntut lebih kompleks dan lebih banyak daripada SSN, sehingga standar proses

pembelajaran ini harus diperkaya dengan model-model proses pembelajaran lain sesuai

dengan tuntutan isi kurikulum SBI. Dalam hal ini juga dituntut bahwa proses pembelajaran tersebut harus menerapkan pendekatan pembelajaran berbasis teknologi informasi dan

komunikasi, aktif, kreatif, efektif, menyenangkan, dan kontekstual.

Beberapa contoh model-model pembelajaran yang dapat dipergunakan untuk memenuhi

tuntutan isi kurikulum SBI adalah sebagai berikut:

1) Model Pembelajaran Kontekstual (Contextual Teaching and Learning)

Pembelajaran dengan pendekatan kontekstual merupakan konsep belajar yang membantu guru

mengaitkan antara materi yang diajarkannya dengan situasi dunia nyata peserta didik dan mendorong

peserta didik membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapannya dalam

kehidupan mereka sebagai anggota keluarga dan masyarakat. Dengan konsep itu, hasil pembelajaran

diharapkan lebih bermakna bagi peserta didik. Proses pembelajaran berlangsung alamiah dalam

bentuk kegiatan peserta didik bekerja dan mengalami, bukan transfer pengetahuan dari guru ke peserta

didik. Strategi pembelajaran lebih dipentingkan daripada hasil. Landasan filosofi pembelajaran

dengan pendekatan kontekstual adalah konstruktivisme, yaitu filosofi belajar yang menekankan bahwa

belajar tidak hanya sekedar menghapal. Peserta didik harus mengkonstruksikan pengetahuan di benak

peserta didik sendiri. Pengetahuan tidak dapat dipisah-pisahkan menjadi fakta-fakta atau proporsi

yang terpisah, tetapi mencerminkan keterampilan yang dapat diterapkan.

Dalam konteks itu, peserta didik perlu mengerti apa makna belajar, apa manfaatnya, dalam status apa

mereka, dan bagaimana mencapainya. Peserta didik perlu menyadari bahwa yang mereka pelajari

berguna bagi hidupnya nanti. Dengan demikian peserta didik memposisikan sebagai diri sendiri yang

memerlukan suatu bekal untuk hidupnya nanti. Mereka mempelajari apa yang bermanfaat bagi dirinya

dan berupaya menggapainya. Dalam upaya ini, peserta didik memerlukan guru sebagai pengarah dan

pembimbing.Dalam pembelajaran kontekstual, tugas guru adalah membantu peserta didik mencapai

tujuan belajar. Oleh karena itu guru lebih banyak berurusan dengan strategi daripada memberi

informasi. Tugas guru mengelola kelas sebagai sebuah tim yang bekerja bersama untuk menemukan

sesuatu yang baru bagi anggota kelas (peserta didik). Sesuatu yang baru (pengetahuan, keterampilan)

datang dari menemukan sendiri, bukan dari apa kata guru.

Page 34: Panduan pelaksanaan sbi

Belajar Untuk Masa Depanku

Direktorat Pembinaan SMP - QEC24711 28

Pembelajaran kontektual merupakan salah satu dari sekian banyak model pembelajaran,

pembelajaran kontekstual dikembangkan dengan tujuan membekali peserta didik dengan pengetahuan

yang secara fleksibel dapat diterapkan dari satu permasalahan ke permasalahan lain dan dari satu

konteks ke konteks lainnya. Pendekatan kontekstual memiliki tujuh komponen utama, yaitu

konstruktivisme (contructivism), menemukan (inquiry), bertanya (questioning), masyarakat belajar

(learning community), pemodelan (modeling), refleksi (reflection), dan penilaian yang sebenarnya

(authentic assessment). Sebuah kelas dikatakan menggunakan pendekatan kontekstual jika menerapkan

ketujuh komponen tersebut dalam pembelajarannya. Model pembelajaran kontektual dapat diterapkan

dalam kurikulum apa saja, bidang studi apa saja, dan kelas yang bagaimanapun keadaannya.

Penerapan model pembelajaran kontekstual dalam kelas secara garis besar mengikuti langkah-langkah

sebagai berikut : (a) Kembangkan pemikiran bahwa anak akan belajar lebih bermakna dengan cara

bekerja sendiri, menemukan sendiri, dan mengkonstruksi sendiri pengetahuan dan keterampilan

barunya, (b) Laksanakan sejauh mungkin kegiatan inkuiri untuk semua topic, (c) Kembangkan sifat

ingin tahu peserta didik dengan bertanya, (d) Ciptakan masyarakat belajar (belajar dalam kelompok-

kelompok), (e) Hadirkan model sebagai contoh pembelajaran, (f) Lakukan refleksi di akhir pertemuan,

(g) Lakukan penilaian yang sebenarnya dengan berbagai cara.

2) Model Pembelajaran Examples non examples, dengan langkah-langkah : (a) Guru mempersiapkan

gambar-gambar sesuai dengan tujuan pembelajaran, (b) Guru menempelkan gambar di papan atau

ditayangkan melalui OHP, (c) Guru memberi petunjuk dan memberi kesempatan pada peserta didik

untuk memperhatikan/menganalisa gambar , (d) Melalui diskusi kelompok 2-3 orang peserta didik,

hasil diskusi dari analisa gambar tersebut dicatat pada kertas, (e) Tiap kelompok diberi kesempatan

membacakan hasil diskusinya, (f) Mulai dari komentar/hasil diskusi peserta didik, guru mulai

menjelaskan materi sesuai tujuan yang ingin dicapai, dan (g) Kesimpulan.

3) Model Pembelajaran Picture and picture, dengan langkah-langkah : (a) Guru menyampaikan

kompetensi yang ingin dicapai, (b) Menyajikan materi sebagai pengantar, (c) Guru

menunjukkan/memperlihatkan gambar-gambar kegiatan berkaitan dengan materi, (d) Guru

menunjuk/memanggil peserta didik secara bergantian memasang/mengurutkan gambar-gambar

menjadi urutan yang logis, (e) Guru menanyakan alasan/dasar pemikiran urutan gambar tersebut, (f)

Dari alasan/urutan gambar tersebut guru memulai menamkan konsep/materi sesuai dengan kompetensi

yang ingin dicapai, dan (g) kesimpulan/rangkuman

4) Model Pembelajaran Numbered heads together, dengan langkah-langkah : (a) Peserta didik dibagi

dalam kelompok, setiap peserta didik dalam setiap kelompok mendapat nomor, (b) Guru memberikan

tugas dan masing-masing kelompok mengerjakannya, (c) Kelompok mendiskusikan jawaban yang

benar dan memastikan tiap anggota kelompok dapat mengerjakannya/mengetahui jawabannya, (d)

Guru memanggil salah satu nomor peserta didik dengan nomor yang dipanggil melaporkan hasil

kerjasama mereka, (e) Tanggapan dari teman yang lain, kemudian guru menunjuk nomor yang lain dan

(f) Kesimpulan.

5) Model Pembelajaran Cooperative script (Skrip kooperatif) : metode belajar dimana peserta didik

bekerja berpasangan dan bergantian secara lisan mengikhtisarkan, bagian-bagian dari materi yang

dipelajari), dengan langkah-langkah : (a) Guru membagi peserta didik untuk berpasangan, (b) Guru

membagikan wacana/materi tiap peserta didik untuk dibaca dan membuat ringkasan, (c) Guru dan

peserta didik menetapkan siapa yang pertama berperan sebagai pembicara dan siapa yang berperan

sebagai pendengar, (d) Pembicara membacakan ringkasannya selengkap mungkin, dengan

memasukkan ide-ide pokok dalam ringkasannya, (e) Sementara pendengar

(Menyimak/mengoreksi/menunjukkan ide-ide pokok yang kurang lengkap dan Membantu

mengingat/menghafal ide-ide pokok dengan menghubungkan materi sebelumnya atau dengan materi

lainnya), (f) Bertukar peran, semula sebagai pembicara ditukar menjadi pendengar dan sebaliknya.

Serta lakukan seperti diatas, (g) Kesimpulan Peserta didik bersama-sama dengan Guru, dan (h)

Penutup.

6) Model Pembelajaran Kepala bernomor struktur, dengan langkah-langkah : (a) Peserta didik dibagi

dalam kelompok, setiap peserta didik dalam setiap kelompok mendapat nomor, (b) Penugasan

Page 35: Panduan pelaksanaan sbi

Belajar Untuk Masa Depanku

QEC24711 - Panduan Pelaksanaan SBI 29

diberikan kepada setiap peserta didik berdasarkan nomorkan terhadap tugas yang berangkai, (c)

Misalnya : peserta didik nomor satu bertugas mencatat soal. Peserta didik nomor dua mengerjakan

soal dan peserta didik nomor tiga melaporkan hasil pekerjaan dan seterusnya, (d) Jika perlu, guru bisa

menyuruh kerja sama antar kelompok. Peserta didik disuruh keluar dari kelompoknya dan bergabung

bersama beberapa peserta didik bernomor sama dari kelompok lain. Dalam kesempatan ini peserta

didik dengan tugas yang sama bisa saling membantu atau mencocokkan hasil kerja sama mereka, (e)

Laporkan hasil dan tanggapan dari kelompok yang lain, dan (f) Kesimpulan.

7) Model Pembelajaran Tim peserta didik kelompok prestasi, dengan langkah-langkah : (a) Membentuk

kelompok yang anggotanya = 4 orang secara heterogen (campuran menurut prestasi, jenis kelamin,

suku, dll), (b) Guru menyajikan pelajaran, (c) Guru memberi tugas kepada kelompok untuk dikerjakan

oleh anggota-anggota kelompok. Anggotanya tahu menjelaskan pada anggota lainnya sampai semua

anggota dalam kelompok itu mengerti, (d) Guru memberi kuis/pertanyaan kepada seluruh peserta

didik. Pada saat menjawab kuis tidak boleh saling membantu, (e) Memberi evaluasi, dan (f)

Kesimpulan.

8) Model Pembelajaran tim ahli, dengan langkah-langkah : (a) Peserta didik dikelompokkan ke dalam =

4 anggota tim, (b) Tiap orang dalam tim diberi bagian materi yang berbeda, (c) Tiap orang dalam tim

diberi bagian materi yang ditugaskan, (d) Anggota dari tim yang berbeda yang telah mempelajari

bagian/sub bab yang sama bertemu dalam kelompok baru (kelompok ahli) untuk mendiskusikan sub

bab mereka, (e) Setelah selesai diskusi sebagai tim ahli tiap anggota kembali ke kelompok asal dan

bergantian mengajar teman satu tim mereka tentang sub bab yang mereka kuasai dan tiap anggota

lainnya mendengarkan dengan sungguh-sungguh, (f) Tiap tim ahli mempresentasikan hasil diskusi, (g)

Guru memberi evaluasi, (h) Penutup

9) Model Pembelajaran Berdasarkan masalah, dengan langkah-langkah : (a) Guru menjelaskan tujuan

pembelajaran. Menjelaskan logistik yang dibutuhkan. Memotivasi peserta didik terlibat dalam aktivitas

pemecahan masalah yang dipilih, (b) Guru membantu peserta didik mendefinisikan dan

mengorganisasikan tugas belajar yang berhubungan dengan masalah tersebut (menetapkan topik,

tugas, jadwal, dll, (c) Guru mendorong peserta didik untuk mengumpulkan informasi yang sesuai,

eksperimen untuk mendapatkan penjelasan dan pemecahan masalah, pengumpulan data, hipotesis,

pemecahan masalah, (d) Guru membantu peserta didik dalam merencanakan menyiapkan karya yang

sesuai seperti laporan dan membantu mereka berbagi tugas dengan temannya, (e) Guru membantu

peserta didik untuk melakukan refleksi atau evaluasi terhadap penyelidikan mereka dan proses-proses

yang mereka gunakan.

10) Model Pembelajaran Artikulasi, dengan langkah-langkah : (a) Menyampaikan tujuan pembelajaran

yang ingin dicapai, (b) Guru menyajikan materi sebagaimana biasa, (c) Untuk mengetahui daya serap

peserta didik, bentuklah kelompok berpasangan dua orang, (d) Suruhlan seorang dari pasangan itu

menceritakan materi yang baru diterima dari guru dan pasangannya mendengar sambil membuat

catatan-catatan kecil, kemudian berganti peran. Begitu juga kelompok lainnya, (e) Suruh peserta didik

secara bergiliran/diacak menyampaikan hasil wawancaranya dengan teman pasangannya. Sampai

sebagian peserta didik sudah menyampaikan hasil wawancaranya, (f) Guru mengulangi/menjelaskan

kembali materi yang sekiranya belum dipahami peserta didik, (g) Kesimpulan/penutup

11) Model Pembelajaran Main mapping, dengan langkah-langkah : (a) Guru menyampaikan kompetensi

yang ingin dicapai, (b) Guru mengemukakan konsep/permasalahan yang akan ditanggapi oleh peserta

didik/sebaiknya permasalahan yang mempunyai alternatif jawaban, (c) Membentuk kelompok yang

anggotanya 2-3 orang, (d) Tiap kelompok menginventarisasi/mencatat alternatif jawaban hasil diskusi,

(e) Tiap kelompok (atau diacak kelompok tertentu) membaca hasil diskusinya dan guru mencatat di

papan dan mengelompokkan sesuai kebutuhan guru, (f) Dari data-data di papan peserta didik diminta

membuat kesimpulan atau guru memberi bandingan sesuai konsep yang disediakan guru

12) Model Pembelajaran Mencari pasangan (make-a match), dengan langkah-langkah : Guru menyiapkan

beberapa kartu yang berisi beberapa konsep atau topik yang cocok untuk sesi review, sebaliknya satu

bagian kartu soal dan bagian lainnya kartu jawaban; Setiap peserta didik mendapat satu buah

kartu;Tiap peserta didik memikirkan jawaban/soal dari kartu yang dipegang; Setiap peserta didik

mencari pasangan yang mempunyai kartu yang cocok dengan kartunya (soal jawaban); Setiap peserta

Page 36: Panduan pelaksanaan sbi

Belajar Untuk Masa Depanku

Direktorat Pembinaan SMP - QEC24711 30

didik yang dapat mencocokkan kartunya sebelum batas waktu diberi poin ; Setelah satu babak kartu

dikocok lagi agar tiap peserta didik mendapat kartu yang berbeda dari sebelumnya; Demikian

seterusnya; Kesimpulan/penutup

13) Model Pembelajaran Think pair and share, dengan langkah-langkah : Guru menyampaikan inti

materi dan kompetensi yang ingin dicapai; Peserta didik diminta untuk berfikir tentang

materi/permasalahan yang disampaikan guru; Peserta didik diminta berpasangan dengan teman

sebelahnya (kelompok 2 orang) dan mengutarakan hasil pemikiran masing-masing; Guru memimpin

pleno kecil diskusi, tiap kelompok mengemukakan hasil diskusinya; Berawal dari kegiatan

tersebutmengarahkan pembicaraan pada pokok permasalahan dan menambah materi yang belum

diuangkapkan para peserta didik; Guru memberi kesimpulan; Penutup

14) Model Pembelajaran Debate, dengan langkah-langkah: Guru membagi 2 kelompok peserta debat yang

satu pro dan yg lainnya kontra; Guru memberikan tugas untuk membaca materiyang akan didebatkan

oleh kedua kelompok diatas; Setelah selesai membaca materi. Guru menunjuk salah satu anggotanya

kelompok pro untuk berbicara saat itu ditanggapi atau dibalas oleh kelompok kontra demikian

seterusnya sampai sebagian besar peserta didik bisa mengemukakan pendapatnya; Sementara peserta

didik menyampaikan gagasannya guru menulis guru menulis inti/ide-ide dari setiap pembicaraan di

papan tulis. Sampai sejumlah ide yang diharapkan guru terpenuhi ; Guru menambahkan konsep/ide

yang belum terungkap; Dari data-data di papan tersebut, guru mengajak peserta didik membuat

kesimpulan/rangkuman yang mengacu pada topik yang ingin dicapai.

15) Model Pembelajaran Role playing, dengan langkah-langkah: Guru menyusun/menyiapkan skenario

yang akan ditampilkan; Menunjuk beberapa peserta didik untuk mempelajari skenario dua hari

sebelum kbm; Guru membentuk kelompok peserta didik yang anggotanya 5 orang ; Memberikan

penjelasan tentang kompetensi yang ingin dicapai; Memanggil para peserta didik yang sudah ditunjuk

untuk melakonkan skenario yang sudah dipersiapkan ; Masing-masing peserta didik duduk di

kelompoknya, masing-masing sambil memperhatikan mengamati skenario yang sedang diperagakan ;

Setelah selesai dipentaskan, masing-masing peserta didik diberikan kertas sebagai lembar kerja untuk

membahas ; Masing-masing kelompok menyampaikan hasil kesimpulannya; Guru memberikan

kesimpulan secara umum; Evaluasi ; Penutup

16) Model Pembelajaran Group investigation, dengan langkah-langkah: Guru membagi kelas dalam

beberapa kelompok heterogen; Guru menjelaskan maksud pembelajaran dan tugas kelompok ; Guru

memanggil ketua-ketua untuk satu ; ateri tugas sehingga satu kelompok mendapat tugas satu

materi/tugas yang berbeda dari kelompok lain; Masing-masing kelompok membahas materi yang sudah

ada secara kooperatif berisi penemuan ; Setelah selesai diskusi, lewat juru bicara, ketua

menyampaikan hasil pembahasan kelompok; Guru memberikan penjelasan singkat sekaligus memberi

kesimpulan; Evaluasi ; Penutup

17) Model Pembelajaran Talking stick, dengan langkah-langkah :Guru menyiapkan sebuah tongkat ;

Guru menyampaikan materi pokok yang akan dipelajari, kemudian memberikan kesempatan kepada

peserta didik untuk untuk membaca dan mempelajari materi pada pegangannya/paketnya ; Setelah

selesai membaca buku dan mempelajarinya mempersilahkan peserta didik untuk menutup bukunya ;

Guru mengambil tongkat dan memberikan kepada peserta didik, setelah itu guru memberikan

pertanyaan dan peserta didik yang memegang tongkat tersebut harus menjawabnya, demikian

seterusnya sampai sebagian besar peserta didik mendapat bagian untuk menjawab setiap pertanyaan

dari guru; Guru memberikan kesimpulan; Evaluasi ; Penutup

18) Model Pembelajaran Bertukar pasangan, dengan langkah-langkah : Setiap peserta didik mendapat

satu pasangan (guru biasa menunjukkan pasangannya atau peserta didik menunjukkan pasangannya;

Guru memberikan tugas dan peserta didik mengerjakan tugas dengan pasangannya ; Setelah selesai

setiap pasangan bergabungdengan satu pasangan yang lain; Kedua pasangan tersebut bertukar

pasangan masing-masing pasangan yang baru ini saling menanyakan dan mengukuhkan jawaban

mereka; Temuan baru yang didapat dari pertukaran pasangan kemudian dibagikan kepada pasangan

semula

Page 37: Panduan pelaksanaan sbi

Belajar Untuk Masa Depanku

QEC24711 - Panduan Pelaksanaan SBI 31

19) Model Pembelajaran Snowball throwing, Langkah-langkah : Guru menyampaikan materi yang akan

disajikan, Guru membentuk kelompok-kelompok dan memanggil masing-masing ketua kelompok untuk

memberikan penjelasan tentang materi; Masing-masing ketua kelompok kembali ke kelompoknya

masing-masing, kemudian menjelaskan materi yang disampaikan oleh guru kepada temannya;

Kemudian masing-masing peserta didik diberikan satu lembar kertas kerja, untuk menuliskan satu

pertanyaan apa saja yang menyangkut materi yang sudah dijelaskan oleh ketua kelompok ; Kemudian

kertas tersebut dibuat seperti bola dan dilempar dari satu peserta didik ke peserta didik yang lain

selama ± 15 menit ; Setelah peserta didik dapat satu bola/satu pertanyaan diberikan kesempatan

kepada peserta didik untuk menjawab pertanyaan yang tertulis dalam kertas berbentuk bola tersebut

secara bergantian ; Evaluasi ; Penutup

20) Model Pembelajaran Student facilitator and explaining, Langkah-langkah : Guru menyampaikan

kompetensi yang ingin dicapai ; Guru mendemonstrasikan/menyajikan materi ; Memberikan

kesempatan peserta didik/peserta untuk menjelaskan kepada peserta untuk menjelaskan kepada peserta

lainnya baik melalui bagan/peta konsep maupun yang lainnya ; Guru menyimpulkan ide/pendapat dari

peserta didik; Guru menerangkan semua materi yang disajikan saat itu; Penutup

21) Model Pembelajaran Course review horay, Langkah-langkah : Guru menyampaikan kompetensi yang

ingin dicapai; Guru mendemonstrasikan/menyajikan materi ; Memberikan kesempatan peserta didik

tanya jawab; Untuk menguji pemahaman, peserta didik disuruh membuat kotak 9/16/25 sesuai dengan

kebutuhan dan tiap kotak diisi angka sesuai dengan seler masing-masing peserta didik ; Guru

membaca soal secara acak dan peserta didik menulis jawaban di dalam kotak yang nomornya

disebutkan guru dan langsung didiskusikan, kalau benar diisi tanda benar (√) dan salan diisi tanda silang (x); Peserta didik yang sudah mendapat tanda √ vertikal atau horisontal, atau diagonal harus berteriak horay … atau yel-yel lainnya ; Nilai peserta didik dihitung dari jawaban benar jumlah horay

yang diperoleh ; Penutup

22) Model Pembelajaran Demonatrtation, Langkah-langkah :Guru menyampaikan TPK; Guru menyajikan

gambaran sekilas materi yang akan dismpaikan ; Siapkan bahan atau alat yang diperlukan ;

Menunjukan salah seorang peserta didik untuk mendemontrasikan sesuai skenario yang telah disiapkan

; Seluruh peserta didik memperhatikan demontrasi dan menganalisa ; Tiap peserta didik atau kelompok

mengemukakan hasil analisanya dan juga pengalaman peserta didik didemontrasikan ; Guru membuat

kesimpulan

23) Model Pembelajaran Pengajaran langsung (explicit instruction), dengan langkah-langkah :

Menyampaikan tujuan dan mempersiapkan peserta didik ; Mendemonstrasikan pengetahuan dan

ketrampilan ; Membimbing pelatihan ; Mengecek pemahaman dan memberikan umpan balik ;

Memberikan kesempatan untuk latihan lanjutan

24) Model Pembelajaran Kooperatif terpadu membaca dan menulis, dengan langkah-langkah

:Membentuk kelompok yang anggotanya 4 orang yang secara heterogen ; Guru memberikan

wacana/kliping sesuai dengan topik pembelajaran ; Peserta didik bekerja sama saling membacakan

dan menemukan ide pokok dan memberi tanggapan terhadap wacana/kliping dan ditulis pada lembar

kertas ; Mempresentasikan/membacakan hasil kelompok ; Guru membuat kesimpulan bersama ;

Penutup

25) Model Pembelajaran Lingkaran kecil-lingkaran besar, dengan langkah-langkah : Separuh kelas

berdiri membentuk lingkaran kecil dan menghadap keluar ; Separuh kelas lainnya membentuk

lingkaran di luar lingkaran pertama, menghadap ke dalam ; Dua peserta didik yang berpasangan dari

lingkaran kecil dan besar berbagi informasi. Pertukaran informasi ini bisa dilakukan oleh semua

pasangan dalam waktu yang bersamaan ; Kemudian peserta didik berada di lingkaran kecil diam di

tempat, sementara peserta didik yang berada di lingkaran besar bergeser satu atau dua langkah searah

jarum jam.; Sekarang giliran peserta didik berada di lingkaran besar yang membagi informasi.

Demikian seterusnya

26) Model Pembelajaran Tebak kata: media yang dipergunakan: Buat kartu ukuran 10X10 cm dan isilah

ciri-ciri atau kata-kata lainnya yang mengarah pada jawaban (istilah) pada kartu yang ingin ditebak.;

Buat kartu ukuran 5X2 cm untuk menulis kata-kata atau istilah yang mau ditebak (kartu ini nanti

Page 38: Panduan pelaksanaan sbi

Belajar Untuk Masa Depanku

Direktorat Pembinaan SMP - QEC24711 32

dilipat dan ditempel pada dahi ataudiselipkan ditelinga, dengan langkah-langkah : Jelaskan TPK atau

materi ± 45 menit ; Suruhlah peserta didik berdiri didepan kelas dan berpasangan ; Seorang peserta

didik diberi kartu yang berukuran 10x10 cm yang nanti dibacakan pada pasangannya. Seorang peserta

didik yang lainnya diberi kartu yang berukuran 5x2 cm yang isinya tidak boleh dibaca (dilipat)

kemudian ditempelkan di dahi atau diselipkan ditelinga.; Sementara peserta didik membawa kartu

10x10 cm membacakan kata-kata yang tertulis didalamnya sementara pasangannya menebak apa yang

dimaksud dalam kartu 10x10 cm. jawaban tepat bila sesuai dengan isi kartu yang ditempelkan di dahi

atau telinga.; Apabila jawabannya tepat (sesuai yang tertulis di kartu) maka pasangan itu boleh duduk.

Bila belum tepat pada waktu yang telah ditetapkan boleh mengarahkan dengan kata-kata lain asal

jangan langsung memberi jawabannya.; Dan seterusnya

27) Model Pembelajaran Concept sentence, dengan langkah-langkah : Guru menyampaikan kompentensi

yang ingin dicapai ; Guru menyajikan materi secukupnya ; Guru membentuk kelompok yang

anggotanya ± 4 orang secara heterogen ; Menyajikan beberapa kata kunci sesuai materi yang

disajikan ; Tiap kelompok disuruh membuat beberapa kalimat dengan menggunakan minimal 4 kata

kunci setiap kalimat ; Hasil diskusi kelompok. Didiskusikan lagi secara pleno yang dipandu Guru;

Kesimpulan

28) Model Pembelajaran Complete sentence : Media : Siapkan blangko isian berupa paragraf yang

kalimatnya belum lengkap, dengan langkah-langkah : Guru menyampaikan yang ingin dicapai ;

Menyampaikan materi secukupnya atau peserta disuruh membacakan buku atau model dengan waktu

secukupnya ; Bentuk kelompok 2 atau 3 orang secara heterogen ; Bagikan lembar kerja berupa

paragraf yang kalimatnya belum lengkap (lihat contoh); Peserta diharap berdiskusi untuk melengkapi

kalimat dengan kunci jawaban yang tersedia ; Bicarakan bersama-sama anggota kelompok ; Setelah

jawaban benar yang salah diperbaiki. Tiap peserta disuruh membaca berulang-ulang sampai mengerti

atau hapal; Kesimpulan

29) Model Pembelajaran Time token (Struktur yang dapat digunakan untuk mengajarkan keterampilan

sosial, untuk menghindari peserta didik mendominasi pembicaraan atau peserta didik diam sama

sekali), dengan langkah-langkah : Kondisikan kelas untuk melaksanakan diskusi (cooperative learning

/ CL) ; Tiap peserta didik diberi kupon berbicara dengan waktu ± 30 detik. Tiap peserta didik diberi

sejumlah nilai sesuai waktu keadaan ; Bila telah selesai bicara kopon yang dipegang peserta didik

diserahkan. Setiap bebicara satu kupon ; Peserta didik yang telah habis kuponnya tak boleh bicara

lagi. Yang masih pegang kupon harus bicara sampai kuponnya habis ; Dan seterusnya

30) Model Pembelajaran Keliling kelompok (Maksudnya agar masing-masing anggota kelompok

mendapat kesempatan untuk memberikan kontribusi mereka dan mendengarkan pandangan dan

pemikiran anggota lainnya ), Caranya: Salah satu peserta didik dalam masing-masing kelompok

menilai dengan memberikan pandangan dan pemikirannya mengenai tugas yang sedang mereka

kerjakan ; Peserta didik berikutnya juga ikut memberikan kontribusinya ; Demikian seterusnya giliran

bicara bisa dilaksanakan arah perputaran jarum jam atau dari kiri ke kanan

31) Model Pembelajaran Dua tinggal dua tamu, Caranya : Peserta didik bekerja sama dalam kelompok

berempat seperti biasa; Setelah selesai, dua orang dari masing-masing bertamu kedua kelompok yang

lain; Dua orang yang tinggal dalam kelompok bertugas membagikan hasil kerja dan informasi mereka

ke tamu mereka ; Tamu mohon diri dan kembali ke kelompok mereka sendiri dan melaporkan temuan

mereka dari kelompok lain; Kelompok mencocokkan dan membahas hasil kerja mereka

32) Model-model pembelajaran lainnya seperti PAKEM/PAIKEM, CBSA, dan sebagainya sesuai dengan

tuntutan isi kurikulum SBI

Khusus untuk pembelajaran Matematika perlu memperhatikan hal-hal sebagai berikut:

1) Membiasakan peserta didik untuk menggali informasi dari website, library, atau dari resources yang

lain dan diminta untuk menyajikannya kepada stakeholders (teman-temannya, guru, atau orangtua, dll)

dalam berbagai bentuk: paper, alat peraga, dll

2) Membiasakan peserta didik untuk menulis jurnal refleksi belajarnya

Page 39: Panduan pelaksanaan sbi

Belajar Untuk Masa Depanku

QEC24711 - Panduan Pelaksanaan SBI 33

3) Membiasakan penggunaan software dan hardware matematika dalam kegiatan belajar peserta didik

4) Membekali guru dalam pelatihan tentang strategi pemecahan masalah

5) Menyisipkan soal-soal non rutin yang menantang (kategori problem solving) secara sistematis dalam

pembelajaran atau dalam buku teks

6) Sebelum mengenalkan materi baru, guru perlu melakukan asesmen (terutama asesmen informal)

terhadap bekal pengetahuan, pengalaman, keterampilan, bahkan harapan yang dibawa peserta didik

ke dalam kelas. Bentuk asesmennya bisa dengan cara membuat peta konsep, atau sekedar tanya jawab.

7) Bekal yang dimiliki peserta didik hendaknya diperhatikan dan dijadikan pertimbangan dalam

mengembangkan kegiatan belajar peserta didik. Pembelajaran harus berangkat dari apa yang dikenal

peserta didik.

8) Alat peraga manipulatif perlu disediakan sebanyak mungkin dalam pembelajaran konsep matematika.

Kalau alat peraganya hanya satu, alat peraga tersebut tidak lagi berstatus kongkrit, tetapi sudah semi

abstrak, dan tidak mudah untuk diotak-atik (dimanipulasi) dengan tangan peserta didik secara efisien.

9) Pembelajaran matematika hendaknya mendorong terciptanya pembelajaran kooperatif. Guru dapat

mengembangkan atau memodifikasi nama dan langkah-langkah pembelajaran yang disesuaikan

dengan situasi dan kondisi setempat. Namun demikian, pembelajaran kooperatif ini hendaknya jangan

menjadi obsesi. Tidak setiap informasi cocok disajikan dengan kooperatif. Ada informasi yang

menuntut pembelajaran klasikal, dan ada pula yang secara individual.

10) Tugas yang diberikan hendaknya bersifat menantang dan bermakna. Suatu tugas akan menantang

peserta didik belajar jika tugas tersebut tidak terlalu mudah tetapi juga tidak terlalu sulit. Suatu tugas

dipandang bermakna bagi peserta didik kalau tugas tersebut membantu peserta didik menghubungkan

materi yang satu dengan yang lain, dan mampu meningkatkan bekal yang memadai untuk mempelajari

materi berikutnya.

11) Perlu dikembangkan dalam pembelajaran matematika, yaitu: penguasaan konsep

matematika,kemampuan memecahkan masalah,kemampuan bernalar dan berkomunikasi,kemampuan

berpikir kreatif dan inovatif, serta mengatasi masalah sehari-hari.

Khusus untuk pembelajaran IPA perlu juga memperhatikan hal-hal sebagai berikut:

1) Memfasilitasi dan memotivasi peserta didik berpikir, bersikap, dan bekerja secara ilmiah.

2) Memfasilitasi dan memotivasi peserta didik untuk belajar secara aktif.

3) Membantu peserta didik mengembangkan kerangka kerja konseptual, mengambil keputusan, dan

keterampilan pemecahan masalah.

4) Mendorong peserta didik berdiskusi dan beraktivitas kelompok.

5) Membantu peserta didik mengalami (kognitif, afektif, dan psikomotorik) IPA melalui cara-cara yang

bervariasi, menarik, dan menyenangkan.

6) Menilai pemahaman peserta didik sesering mungkin melalui proses pembelajaran.

7) Melatih peserta didik agar dapat mengorganisasi, memproses, menyimpan, dan mengkomunikasikan

data.

8) Menumbuhkan kreativitas dan inovasi peserta didik dalam mengembangkan teknologi sederhana.

9) Melatih peserta didik berkompetisi dan menghargai hasil karya orang lain.

Khusus untuk pembelajaran TIK/PTD perlu memperhatikan hal-hal :

1) Kegiatan pembelajaran disusun berdasarkan atas satu tuntutan kompetensi dasar secara utuh.

2) Pembelajaran berpusat pada peserta didik (student centered). Guru harus selalu berpikir kegiatan apa

yang bisa dilakukan agar peserta didik memiliki kompetensi yang telah ditetapkan.

3) Pembelajaran disesuaikan dengan kemampuan peserta didik, sumber belajar dan sarana yang tersedia

4) Pembelajaran bersifat spiral (terjadi pengulangan-pengulangan pembelajaran materi tertentu).

5) Pembelajaran memperhatikan pelayanan terhadap perbedaan individual peserta didik seperti: bakat,

minat, kemampuan, latar belakang keluarga, sosial-ekomomi, dan budaya, serta masalah khusus yang

dihadapi peserta didik yang bersangkutan.

6) Sifat kegiatan pembelajaran yang dilaksanakan dalam program TIK adalah : Teori dan Praktek yang

mencerminkan ciri khas dalam pegembangan kemapuan mata pelajaran TIK

7) Pembelajaran didasarkan pada teori konstruktivisme. Dalam pelaksanaannya sebaiknya menggunakan

pendekatan pemecahan masalah dan/atau analisis sistem yang dicapai melalui aktivitas belajar sambil

melakukan (Learning by Doing). Pemberian peluang bagi peserta didik untuk mencari, mengolah, dan

Page 40: Panduan pelaksanaan sbi

Belajar Untuk Masa Depanku

Direktorat Pembinaan SMP - QEC24711 34

menemukan sendiri pengetahuan, di bawah bimbingan guru; Metoda pembelajaran: demonstrasi,

diskusi, studi kasus, percobaan, dan pembuatan karya bidang TIK.

8) Pendekatan sistem adalah suatu pendekatan pembelajaran pada program TIK untuk memperoleh

pandangan yang lebih baik dan komprehensif mengenai produk produk teknologi yang ditemui dalam

kehidupan sehari-hari. Dengan pemahaman yang utuh dan benar terhadap suatu produk teknologi

diharapkan peserta didik dapat menggunakan produk-produk tersebut lebih optimal, aman dan

bertanggung jawab. Untuk jangka panjang, pendekatan ini berfungsi untuk melakukan inovasi

(pengembangan) suatu produk.

9) Pendekatan pemecahan masalah (problem solving) adalah pembelajaran yang mengarahkan peserta

didik untuk dapat memecahkan masalah melalui proses berpikir yang sistematis.

b. Pengayaan pembelajaran dengan menggunakan fasilitas (berbasis) TIK.

Sebagaimana dijelaskan dalam pembelajaran yang memenuhi SNP di atas, yaitu bahwa dalam standar proses pembelajaran harus memenuhi tiga komponen, yaitu persiapan pembelajaran,

pelaksanaan pembelajaran, dan evaluasi hasil belajar. Pada dasarnya SBI dituntut untuk

memperkaya model-model pembelajaran sebagaimana juga telah dijelaskan sebelumnya. Semua

model pembelajaran tersebut akan dapat berlangsung lebih efektif dan efisien adalah dengan

memanfaatkan perkembangan fasilitas TIK melalui pembelajaran dengan elektronik atau disebut

dengan e-learning. E-learning juga akan memberikan peluang bagi pengajar dan peserta didik

untuk secara mandiri baik dalam mengajar maupun belajar. Sangat diharapkan bahwa bagi

sekolah yang telah sebagai SBI dapat mengimplementasikan proses pembelajaran ini dengan

berbasis TIK tersebut.

Teknologi Informasi dan Komunikasi atau Information and Communication Technology (ICT)

adalah: (a) mentransfer area teknologi dari sistem informasi, (b) cara untuk mendeskripsikan sejumlah sistem informasi, pengguna, dan manajemen untuk kepentingan organisasi, disamping

termasuk perangkat keras juga mencakup teknologi komunikasi untuk mengirimkan informasi,

(c) teknologi yang menggabungkan komputasi (komputer) dengan jalan komunikasi kecepatan

tinggi yang membawa data, suara, dan video, penggunaan teknologi dalam pengendalian dan

memproses informasi, keterpaduan antara hardware (komputer, LCD proyektor, printer,

camera, scanner, dll), shoftware (sistem aplikasi, program aplikasi, dan jaringan seperti internet,

LAN, program multi media, homepage), dan brainware (SDM yang mengoperasikan hardware

dan shoftware).

Internet (kependekan dari interconnected-networking) merupakan jaringan global yang

menghubungkan jutaan komputer melalui suatu jaringan. Terdapat lima aplikasi standar dalam

internet yang dapat dipergunakan dalam dunia pendidikan, yaitu E-mail, Mailing list (milis), Newsgroup, Files Transfer Protocol (FTP), dan World Wide Web (www). Internet juga

merupakan fondasi transformasi aplikasi Web yang biasa disebut Website, yaitu kumpulan dari

halaman-halaman situs yang terangkum dalam sebuah domain atau subdomain, yang tempatnya

di dalam World Wide Web (www) di internet. Sebuah Website dapat berupa sebuah hasil kerja

dari perorangan, organisasi, perusahaan dengan menunjukkan beberapa topik khusus atau

kepentingan tertentu seperti penanyangan Sekolah, Dinas Pendidikan Kab/Kota, dll. Website ini

memiliki peranan penting yaitu sebagai media informasi, komunikasi, dan transaksi.

Untuk proses pembuatan bahan ajar atau pembelajaran dimulain dari penulisan uraian teori,

gambar, tabel, penugasan, pembuatan soal, dll dapat dilakukan dalam suatu sistem yang menjamin kompatibilitas dan keutuhan yaitu dengan sistem manajemen materi pembelajaran

(Learning Content Management System). Dan untuk keperluan penayangan, pengaturan akses,

penjadwalan penayangan, pencatatan nilai ujian/tugas, dll memerlukan suatu media yang disebut dengan Sistem Manajemen Pembelajaran (learning management system).

Page 41: Panduan pelaksanaan sbi

Belajar Untuk Masa Depanku

QEC24711 - Panduan Pelaksanaan SBI 35

Dengan demikian pembelajaran berbasis TIK (e-learning) adalah pembelajaran yang dibantu dengan sebuah media berupa aplikasi berbasis Web yang dalam beberapa bagian proses

pembelajarannya dapat dilakukan dengan berinteraksi dalam sebuah website, seperti:

penayangan materi on-line, penugasan on-line, tatap muka virtual (video conference), dan tes, ulangan, ujian on-line, dan dilengkapi dengan materi yang ”off-line”. Pengembangan program

pembelajaran berbasis TIK adalah kegiatan pengembangan pembelajaran yang memanfaatkan

TIK dari berbagai sumber belajar. Infrastruktur yang diperlukan untuk terjadinya pembelajaran

berbasis TIK antara lain: ruang server dan sistem operasi, laboratorium komputer, perangkat

keras, perangkat lunak (data base dan aplikasi e-learning), SDM, koneksi internet.

c. Model pembelajaran dalam Bahasa Inggris

Implementasi pembelajaran dalam bahasa Inggris harus menghindari dihasilkannya lulusan

dengan bahasa Inggris kelas 2 karena jeleknya tatabahasa dan ucapan. Perlu diperhatikan beberapa hal agar program pembelajaran dalam bahasa Inggris dapat diimplementasikan dengan

tingkat pencapaian yang tinggi dalam kompetensi bidang studi maupun kompetensi dalam

bahasa Inggris. Tingkat pencapaian kompetensi yang tinggi dalam bahasa Inggris ditandai dengan keterampilan berbahasa Inggris yang lancar dan akurat, baik dari segi tatabahasa

maupun ucapan.

Program semacam ini disebut program imersi (immersion program). Di beberapa negara yang telah mengimplementasikan program semacam ini (misalnya Canada, Australia, Hongaria,

Finlandia, dan Hongkong) dengan guru yang kompetensi dalam bahasa target (inggris) sangat

tinggi (bahkan dengan penutur asli) dan sarana pendukung yang memadai pada umumnya

melaporkan hasil bahwa: (a) Capaian kompetensi dalam bidang studi di kelas tersebut sebanding

dengan kelas reguler; (b) Penguasaan yang tinggi dan seimbang dalam bahasa target (bahasa

yang hendak dikuasai bahasa inggris) dan bidang studi biasanya sulit dicapai secara bersamaan. Artinya, pencapaian yang tinggi dalam satu aspek cenderung dibarengi oleh pencapaian yang

agak rendah dalam aspek lainnya. Apabila pencapaian kompetensi dalam bahasa target tinggi,

pencapaian kompetensi dalam bidang studi tidak setinggi pencapaiannya dalam bahasa target atau sebaliknya.; (c) Penguasaan bahasa lulusan/peserta didik dalam bahasa target jauh lebih

tinggi dibandingkan dengan lulusan/peserta didik yang mengikuti kelas reguler, tetapi tidak

sepadan dengan kemampuan penutur asli karena diwarnai oleh sejumlah kesalahan tatabahasa dan ucapan.

Agar pencapaian kompetensi dalam bidang studi dan bahasa Inggris tinggi dan seimbang, perlu

upaya pengembangan program-program pendukung antara lain: (a) Penciptaan suasana

akademik dan sosial yang mendukung; (b) Penyelenggaraan Bridging Course bahasa Inggris; (c)

Penyediaan Self-Access Learning Centre; (d) Pelaksanaan kegiatan-kegiatan yang mendorong

atau memfasilitasi penggunaan bahasa Inggris di sekolah secara efektif. Selain itu perlu

dikembangkan model pembelajaran dalam bahasa Inggris yang sesuai dengan ciri dan karakter sekolah. Berikut ini diuraikan beberapa contoh model pembelajaran mata pelajaran Matematika

dan IPA (MIPA).

Model pembelajaran Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam yang baik adalah model yang memfasilitasi pencapaian kompetensi yang tinggi dalam bidang studi dan dalam bahasa Inggris

(subject matter and language) dan keduanya diberi perhatian secara proporsional. Focus on

language sangat penting untuk menghindarkan peserta didik dari fosilisasi, yaitu pemerolehan

bahasa yang tidak sesuai dengan kaidah bahasa Inggris sebagaimana digunakan oleh penutur asli

bahasa Inggris. Berikut adalah contoh model penyelenggaraan pembelajaran.

Terpisah (parallel): perkembangan bahasa peserta didik difasilitasi melalui kegiatan penunjang di luar pembelajaran Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam dalam Bahasa Inggris yang

diikuti peserta didik di sekolah, yaitu: (a) Peserta didik menerima pelajaran tambahan berupa

English for Mathematics and Science yang dilakukan oleh guru bahasa Inggris dan/atau guru

Page 42: Panduan pelaksanaan sbi

Belajar Untuk Masa Depanku

Direktorat Pembinaan SMP - QEC24711 36

MIPA. Materi pelajaran tambahan ini didasarkan pada kebutuhan dan urutan penyajian tema-tema pelajaran yang ada pada pembelajaran MIPA dalam bahasa Inggris. Idealnya sebelum

peserta didik mempelajari pokok bahasan tertentu, peserta didik sudah diperkenalkan dengan

bahasa (kosa kata, tata bahasa, ekspresi, dsb.) yang akan dipergunakan dalam mempelajari pokok bahasan tersebut.; (b) Model ini cocok bagi sekolah yang guru MIPA-nya memiliki

pengetahuan kebahasaan yang terbatas dan team-teaching antara guru bahasa Inggris dan guru

MIPA tidak dapat berjalan dengan baik.; (c) Dalam model ini pembelajaran MIPA dalam bahasa

Inggris berlangsung dengan tahapan-tahapan pembelajaran seperti pada pembelajaran MIPA

pada umumnya.; (d) Model ini agak mahal dan memerlukan waktu cukup banyak tetapi efektif

dalam pencapaian tujuan (peningkatan kemahiran berbahasa Inggris).

Terpadu (integrated): perkembangan bahasa peserta didik difasilitasi secara terpadu dalam

pembelajaran Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam dalam bahasa Inggris. Artinya, peserta

didik menerima materi English for Mathematics and Science bersamaan ketika mereka menerima pelajaran Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam dalam bahasa Inggris. Model ini

cocok/sesuai untuk guru MIPA dengan pengetahuan kebahasaan tinggi. Secara umum,

pembelajaran terbagi menjadi tiga tahap utama, yaitu tahap persiapan (preparation), tahap pembelajaran (the lesson), dan tahap penguatan/pengayaan (reinforcement/ enrichment).

Catatan:

Pembelajaran yang tidak boleh menggunakan bahasa Inggris adalah pada Mata Pelajaran: Pendidikan

Agama, PKn, Sejarah, Bahasa Indonesia, dan Muatan Lokal.

3. Pengayaan, perluasan, dan pendalaman (IKKT) Standar Kompetensi Lulusan (SKL) dalam

penyelenggaraan SBI

Telah dijelaskan sebelumnya bahwa SNP untuk SKL SMP secara kuantitatif terdapat sejumlah 22

buah SKL (dalam Permendiknas No 23 Tahun 2006), dan standar kompetensi (SK) untuk tiap

kelompok mata pelajaran (SK-KMP) terdiri dari: kelompok mata pelajaran : (1) Agama dan Akhlak

Mulia sebanyak tujuh (7) buah;(2) Kewarganegaraan dan Kepribadian sebanyak 14 buah;(3) Ilmu

Pengetahuan dan Teknologi sebanyak 10 buah; (4) Estetika sebanyak tiga (3) buah;dan (5) Jasmani,

Olah Raga, dan Kesehatan sebanyak dua (2) buah.

Sedangkan untuk SKL tiap mata pelajaran adalah: SKL Pendidikan Agama Islam sebanyak lima

(5) buah, SKL Pendidikan Agama Kristen sebanyak ltiga (3) buah, SKL Pendidikan Agama Katholik sebanyak empat (4) buah, SKL Pendidikan Agama Hindu sebanyak sembilan (9) buah,

SKL Pendidikan Agama Budha sebanyak delapan (8) buah, SKL Pendidikan Kewarganegaraan

(PKn) sebanyak delapan (8) buah, SKL Bahasa Indonesia sebanyak empat (4) buah, SKL Bahasa Inggris sebanyak empat (4) buah, SKL Matematika sebanyak tujuh (7) buah, SKL IPA sebanyak

enam (6) buah, SKL IPS sebanyak 12 buah, SKL Seni Rupa sebanyak tiga (3) buah, SKL Seni

Musik sebanyak tiga (3( buah, SKL Seni Tari sebanyak tiga (3) buah, SKL Seni Teater sebanyak

empat (4) buah, SKL Pendidikan Jasmani, Olah raga dan Kesehatan sebanyak enam (6) buah, SKL

Keterampilan Kerajinan sebanyak lima (5) buah, SKL Keterampilan Teknologi Rekayasa sebanyak

tiga (3) buah, SKL Keterampilan Teknologi Budidaya sebanyak tiga (3) buah, SKL Keterampilan

Teknologi Pengolahan sebanyak tiga (3) buah, dan SKL TIK sebanyak empat (4) buah.

Sebagai SBI, maka diharapkan dapat memperkaya atau menambah jumlah SKL SMP, SKL atau SK-KMP, dan SKL per mata pelajaran atau menerapkan standar kelulusan sekolah yang lebih

tinggi dari yang ditetapkan secara nasional.Berikut ini dijelaskan tentang beberapa contoh mata

pelajaran yang ditambahkan IKKT.

Page 43: Panduan pelaksanaan sbi

Belajar Untuk Masa Depanku

QEC24711 - Panduan Pelaksanaan SBI 37

a. Sebagai contoh penambahan SKL SMP SNP dikembangkan dari 22 SKL SMP SNP menjadi 24 SKL SMP SBI, dengan demikian terdapat penambahan dua (2) SKL, yaitu: (1) memiliki

pengetahuan dan keterampilan tentang TIK dan mampu memilih serta memanfaatkannya

dalam kehidupan sehari-hari secara bijaksana (menguasai teknologi informasi dan komunikasi); (2) memiliki ketangguhan, kedisiplinan, dan kecermatan dalam bekerja.

b. Contoh penambahan SKL mata pelajaran Matematika dari 7 SKL SNP menjadi 11 SKL SMP

SBI, dengan demikian terdapat 4 SKL adalah: (1) Memiliki kemampuan menggali dan

mengkomunikasikan ide-ide matematis secara tertulis maupun lisan; (2) Memiliki kemampuan

refleksi terhadap kemampuan atau pemikiran matematikanya sendiri; (3) Memiliki

kemampuan matematika dengan keterampilan ICT tertentu; (4) Memiliki berbagai macam

strategi pemecahan masalah matematika.

c. SKL SNP mata pelajaran IPA sebanyak 6 buah dan SKL SBI tetap 6 buah (tidak ada

penambahan, karena setelah dikaji telah memenuhi atau setara dengan negara-negara lain) atau dengan kata lain jumlah SKL SNP sama dengan SKL SBI mapel IPA. Namun terdapat

penambahan SK, KD, dan IK (Indikator Kompetensi) dari SKL SNP tersebut.

d. Untuk SKL SNP Mata pelajaran Bahasa Inggris, untuk menjadi SKL SBI tidak ada

penambahan SKL, atau dengan kata lain jumlah SKL SNP sama dengan SKL SBI pada mata

pelajaran Bahasa Inggris. Namun terdapat penambahan SK, KD, dan IK (Indikator

Kompetensi).

e. Mata pelajaran TIK dikembangkan menjadi Mata Pelajaran TIK/PTD (Pendidikan Teknologi

Dasar), sehingga terdapat satu (1) penambahan SKL mata pelajaran TIK/PTD ini, dari jumlah

SKL SNP empat (4) buah menjadi lima (5) buah untuk SKL SBI. Contoh penambahan satu buah SKL tersebut yaitu memahami prinsip-prinsip teknologi dasar, yang terdiri dari

hubungan teknologi dan masyarakat, penanganan produk teknologi serta perancangan dan

pembuatan produk teknologi.

f. Sementara itu, Direktorat Pembinaan SMP belum membuatkan contoh penambahan SKL

untuk mata pelajaran lainnya, seperti mata pelajaran IPS (tidak termasuk sejarah), mata

pelajaran Pendidikan Jasmani, Olahraga-kesehatan dan jasmani, dan Mata Pelajaran Seni

Budaya (tidak termasuk muatan lokal). Sangat diharapkan penyelenggara SBI dapat

menambahkan sesuai dengan kondisi dan kemampuan sekolah/daerah serta tuntuan global.

4. Pengayaan, perluasan, dan pendalaman (IKKT) Standar Pendidik dan Tenaga

Kependidikan dalam penyelenggaraan SBI

Pendidik (guru) memiliki tugas dan tanggung jawab yang amat strategis dalam peran dan

fungsinya sebagai pendidik SBI, yaitu harus memenuhi IKKM pendidik (SNP pendidik). Tugas, peran, dan fungsi pendidik harus mampu ditunjukkan dalam kompetensi dan profesinya, baik

kompetensi kepribadian, sosial, pedagogik, dan profesional untuk merencanakan dan

melaksanakan proses pembelajaran, menilai hasil pembelajaran, serta melakukan pembimbingan

dan pelatihan, sebagaimana telah dijelaskan dalam Permendiknas Nomor 16 Tahun 2006.

Pemenuhan standar kompetensi guru tersebut harus ditunjukkan dengan pemenuhan sertifikasi

kompetensi sebagaimana telah ditetapkan dalam Permendiknas Nomor 18 Tahun 2007.

Terpenuhinya standar pendidik (IKKM) ini berarti telah mampu menunjukkan sebagai tenaga profesional yang akan membawa kepada pencapaian standar mutu pendidikan sebagaimana telah

ditetapkan dalam Permendiknas Nomor 23 Tahun 2006.

Namun demikian, sebagai tenaga pendidik yang telah memenuhi standar nasional atau IKKM,

apabila daalam menjalankan tugas dan fungsinya pada sekolah yang bertaraf internasional

dituntut juga harus memenuhi IKKT dalam upaya memenuhi tuntutan pencapaian mutu

Page 44: Panduan pelaksanaan sbi

Belajar Untuk Masa Depanku

Direktorat Pembinaan SMP - QEC24711 38

pendidikan yang bertaraf internasional pula. Indikator Kinerja Kunci Tambahan (IKKT) sebagai guru SBI antara lain adalah: (1) semua guru mampu memfasilitasi pembelajaran berbasis TIK; (2)

guru mata pelajaran kelompok sains, matematika, dan inti kejuruan mampu mengampu

pembelajaran berbahasa Inggris; dan (3) minimal 20% guru berpendidikan S2/S3 dari perguruan tinggi yang program studinya berakreditasi A untuk SMP. Pendidik yang menjalankan profesinya

pada SBI, maka dalam melaksanakan proses pembelajaran sepanjang diperlukan dan sesuai

dengan kebutuhannya, selain menggunakan bahasa Indonesia dan Inggris juga bisa menggunakan

bahasa lainnya yang sering digunakan dalam forum internasional, seperti bahasa Perancis,

Jerman, Spanyol, Jepang, Arab, dan China. Sangat dimungkinkan bagi guru SBI untuk mampu

memenuhi juga tuntutan kompetensi profesional yang ditunjukkan dengan pemenuhan sertifikasi

profesi yang bertaraf internasional sesuai dengan bidang keahlian dan profesi yang dimiliki.

Dalam hal sekolah kekurangan pendidik, maka dapat mempekerjakan pendidik warga negara asing apabila tidak ada pendidik warga negara Indonesia yang mempunyai kualifikasi dan

kompetensi yang diperlukan untuk mengampu mata pelajaran/bidang studi tertentu paling banyak

30% dari keseluruhan pendidik dan harus mampu berbahasa Indonesia dengan baik.

Sedangkan untuk tenaga kependidikan seperti telah ditetapkannya standar kepala sekolah sebagai

tenaga kependidikan dalam Permendiknas Nomor 12 Tahun 2007 adalah untuk memberikan jaminan terhadap proses perencanaan, penyelenggaraan, pelayanan, pengontrolan, dan evaluasi

pendidikan dapat mencapai standar mutu yang diinginkan. Dengan kata lain, seorang kepala

sekolah harus mampu menjalankan tugas, fungsi, dan peran profesionalitas dan kompetensinya

secara penuh. Kepala sekolah harus memenuhi kewajibannya sebagai seorang manajer atau

pemimpin institusi pendidikan baik yang bersifat edukatif maupun administratif.

Oleh karena itu seorang kepala sekolah harus memenuhi kompetensinya yaitu kompetensi

kepribadian, supervise manajerial, supervise akademik, evaluasi pendidikan, penelitian

pengembangan, dan kompetensi sosial. Pemenuhan akan kompetensi dan tugas tanggungjawab sebagai kepala sekolah tersebut, berarti telah mampu menunjukkan jaminan kepada pemangku

kepentingan terhadap institusi atau sekolah yang dipimpinnya memenuhi standar nasional, dan

khusus kepala sekolahnya telah memenuhi standar kependidikan (kepala sekolah). Pemenuhan kompetensi dan pemenuhan keberhasilan yang dijalankan akan tugas tanggungjawabnya tersebut,

berarti kepala sekolah dapat memenuhi standar minimal sebagai kepala sekolah (mencapai IKKM

sebagai tenaga kependidikan).

Namun demikian, sebagai tenaga kependidikan pada SBI kepala sekolah juga masih dituntut

untuk memenuhi syarat untuk pemenuhan IKKT (indikator kinerja kunci tambahan), yaitu: (a)

berkewarganegaraan Indonesia; (b) berpendidikan minimal S2 dari perguruan tinggi yang program studinya terakreditasi atau dari perguruan tinggi negara lain yang diakui setara S2 di

Indonesia; (c) telah menempuh pelatihan kepala sekolah dari lembaga pelatihan kepala sekolah

yang diakui oleh Pemerintah; (d) mampu berbahasa Inggris, dan/atau bahasa asing lainnya secara aktif; (e) memiliki skor TOEFL ≥ 7,5 atau bahasa asing lainnya secara aktif; (f) memiliki jiwa

kewirausahaan; (g) kemampuan di bidang manajemen, organisasi, dan kepemimpinan pendidikan

serta kewirausahaan; (h) mampu membangun jejaring internasional; (i) kemampuan

mengoperasikan komputer/teknologi informasi dan komunikasi untuk mendukung pelaksanaan

tugas pokok dan fungsinya; dan (j) kemampuan mengembangkan rencana pengembangan sekolah

(RPS)/rencana kerja sekolah (RKS) dan Rencana Kegiatan dan Anggaran Sekolah (RKAS).

Di samping itu, sebagai SBI maka sekolah dapat memiliki sekurang-kurangnya adalah kepala sekolah, tenaga perpustakaan, tenaga laboratorium, teknisi sumber belajar, tenaga administrasi, tenaga kebersihan, dan tenaga keamanan dari Standar Nasional Pendidikan tentang Tenaga

Kependidikan. Demikian juga halnya dengan keberadaan wakil kepala sekolah dan urusan

sekolah, maka dapat dikembangkan jumlahnya sesuai dengan kondisi dan kebutuhan tiap sekolah.

Page 45: Panduan pelaksanaan sbi

Belajar Untuk Masa Depanku

QEC24711 - Panduan Pelaksanaan SBI 39

Hal ini penting mengingat untuk menjalankan tugas dan fungsinya sebagai kepala sekolah

bertaraf internasional akan banyak berhubungan dengan lingkungan dan pergaulan internasional.

Dalam mengemban tugas profesionalitasnya pada SBI, maka diperlukan jiwa kepemimpinan kepala sekolah yang kreatif, inovatif, dinamis, berani mengambil resiko, berani menghadapi

tantangan, demokratis, dan tidak melupakan sifat kepemimpinan yang mampu menjadi tauladan

sekaligus mampu memberikan motivasi kepada bawahannya (”ing ngarso sung tulodho-ing

madyo mangun karso-tut wuri handayani”).

5. Pengayaan, perluasan, dan pendalaman (IKKT) Standar sarana dan prasarana dalam

penyelenggaraan SBI

Selain dijamin bahwa SBI harus memenuhi standar sumber daya manusianya (pendidik dan

tenaga kependidikan), maka juga dituntut memenuhi standar sarana dan prasarana. Sebagai

IKKM (indikator kinerja kunci minimal) yang harus dipenuhi, maka sarana dan prasarana dijamin akan mutunya. Pemenuhan baik secara kuantitas maupun kualitas sarana dan prasarana tersebut,

sekolah yang bertaraf internasional harus memenuhi spesifikasinya untuk memberikan jaminan

bahwa secara teknis IKKM sarana prasarana memenuhi persyaratan internasional.

Standar sarana dan prasarana pokok sesuai dengan kurikulum yang dipergunakan SBI seperti: (a)

laboratorium Bahasa Inggris, (b) laboratorium IPA ( laboratorium Biologi, Laboratorium Fisika-

Kimia), (c) laboratorium komputer, (d) jaringan internet yang terpasang lengkap ke sistem (lab.

Komputer, ruang kelas, perpustakaan, ruang guru, ruang kepala sekolah, TU, ruang multi media,

dan sebagainya), (e) pusat multi media, (f) peralatan media pembelajaran di kelas (TV, VCD, Tape, OHP, LCD, laptop, dll), (g) laboratorium IPS, (h) laboratorium Matematika, (i)

Laboratorium PTD.

Di samping itu, sebagai sekolah yang bertaraf internasional wajib memberikan jaminan atau

mampu memenuhi sarana dan prasarana tambahan yang sesuai tuntutan kurikulum bertaraf

internasional. Dengan kata lain, sekolah bertaraf internasional mampu menunjukkan pencapaian indikator kinerja kunci tambahan (IKKT) tentang sarana prasarana tersebut, yaitu: (1) setiap

ruang kelas dilengkapi dengan sarana pembelajaran berbasis TIK; (2) perpustakaan dilengkapi

dengan sarana digital yang memberikan akses ke sumber pembelajaran berbasis TIK di seluruh

dunia (e-library); (3) dilengkapi dengan ruang multi media, ruang unjuk seni budaya, fasilitas

olah raga, klinik, dan lain sebagainya; dan (4) laboratorium tambahan seperti pengembangan

laboratorium alam, green hause, dan sebagainya, (5) ruang data dab informasi, (6) ruang riset dan

pengembangan bagi pendidik dan lainnya, (7) ruang para wakil kepala sekolah, (8) ruang seminar, diskusi, workshop, dll, (8) ruang atau sarpras lainnya seperti luas tanah sesuai tuntutan

kurikulum SBI.

6. Pengayaan, perluasan, dan pendalaman (IKKT) Standar pengelolaan dalam

penyelenggaraan SBI

Sekolah bertaraf internasional dalam pengelolaan sekolah dituntut berhasil mengimplementasikan

prinsip-prinsip pokok manajemen berbasis sekolah, yaitu kemandirian atau otonomi,

keterbukaan, akuntabilitas, partisipatif, fleksibilitas, dan sustainibilitas. Dalam tataran implementasinya, SBI harus mampu menjamin pengelolaan sekolah memenuhi fungsi-fungsi

manajemen secara profesional sebagaimana telah ditetapkan dalam Permendiknas Nomor 19

Tahun 2007 tentang Standar Pengelolaan, yaitu: (a) perencanaan terdiri: kepemilikan rumusan visi dan misi sekolah, tujuan sekolah, rencana kerja sekolah, (b) pelaksanaan rencana kerja terdiri

pedoman sekolah, ruktur organisasi sekolah, pelaksanaan kegiatan sekolah, bidang kepeserta

didikan, bidang kurikulum dan kegiatan pembelajaran, bidang pendidik dan tenaga kependidikan,

Page 46: Panduan pelaksanaan sbi

Belajar Untuk Masa Depanku

Direktorat Pembinaan SMP - QEC24711 40

bidang sarana dan prasarana, bidang keuangan dan pembiayaan, budaya dan lingkungan sekolah, dan peranserta masyarakat dan kemitraan sekolah; (c) pegawasan dan evaluasi terdiri program

pengawasan, evaluasi diri, evaluasi dan pengembangan KTSP, evaluasi pendayagunaan pendidik

dan tenaga kependidikan, dan akreditasi sekolah; (d) kemepimpinan; dan (e) SIM sekolah.

Selanjutnya, sebagai SBI maka sekolah harus memenuhi IKKT pengelolaan pendidikan,

diantaranya adalah sebagai berikut: (1) Meraih sertifikat ISO 9001 versi 2000 atau sesudahnya

ISO 14000; (2) Merupakan sekolah multi-kultural; (3) Menjalin hubungan atau mitra dengan

sekolah bertaraf internasional di dalam dan atau luar negeri; (4) Bebas narkoba dan rokok; (5)

Bebas kekerasan (bullying); (6) Menerapkan prinsip kesetaraan gender dalam segala aspek

pengelolaan sekolah; (7) mempersiapkan peserta didik yang diharapkan mampu meraih medali

tingkat internasional pada berbagai kompetisi ilmu pengetahuan, matematika, teknologi, seni, dan

olah raga, (8) menerapkan sistem administrasi sekolah berbasis teknologi informasi dan komunikasi pada delapan standar nasional pendidikan.

Pemenuhan sertifikasi ISO 9001 pada dasarnya adalah sekolah dituntut untuk mampu memberikan jaminan bahwa sistem manajemen mutu yang diterapkan telah memenuhi standar

manajemen internasional. Oleh karena itu persyaratan-persyaratan yang harus dipenuhi oleh

sekolah untuk mengembangkan sistem manajemen mutu pengelolaan pendidikan harus dipenuhi. Khususnya dalam pengelolaan dan pengembangan dokumentasi manajemen mutu harus

memperhatikan kebutuhan sekolah sebagai SBI dan persyaratan ISO 9001. Penerapan sistem

manajemen mutu yang berstandar ISO 9001 pada dasarnya dalam kerangka pemenuhan akan

kebutuhan pelanggan, yaitu peserta didik, orang tua, masyarakat, lulusan, dan pemangku

kepentingan lainnya. Dengan menerapkan standar sistem manajemen mutu ISO 9001 ini akan

menghasilkan tata kelola sekolah yang bermutu dengan ditandai oleh pencapaian standar kompetensi lulusan tinggi dan proses layanan pendidikan memadai. Untuk itu diperlukan adanya

dokumen kebijakan dan sasaran dengan standar mutu tinggi, serta pedoman dan prosedur layanan

yang standar juga. Tanggungjawab manajemen sekolah harus mampu ditunjukkan dengan komitmennya untuk mengembangkan, menerapkan sistem manajemen mutu, dan secara terus

menerus meningkatkan efektivitasnya.

Dalam hal menjalin hubungan kerjasama kemitraan adalah kerjasama dalam bidang akademik

dan non-akademik dengan satuan pendidikan setara yang diselenggarakan oleh lembaga

pendidikan asing yang terakreditasi atau yang diakui di negaranya. Tujuan kerja sama ini antara

lain untuk meningkatkan mutu penyelenggaraan pendidikan dasar atau pendidikan menengah

dan memperluas jaringan kemitraan untuk kepentingan satuan pendidikan. Kerja sama akademik

dan non-akademik tersebut dapat berbentuk: (a) penyelenggaraan program sekolah kembaran

(sister school); (b) penyelengggaraan program kegiatan perolehan kredit; (c) penyelenggaraan program transfer kredit; (d) pertukaran peserta didik; (e) pertukaran pendidik dan/atau tenaga

kependidikan; (f) pemanfaatan bersama berbagai sumberdaya; (g) penyelenggaraan kegiatan

ekstrakurikuler; (h) pemagangan khusus pendidikan menengah kejuruan; (i) penyelenggaraan pertemuan ilmiah; (j) penyelenggaraan program penelitian; dan/atau (k) penyelenggaraan seminar

bersama. Kerja sama pengelolaan dan penyelenggaraan pendidikan dapat dibatalkan, apabila

setelah dilakukan pemeriksaan oleh Tim Pengendali pusat terbukti melanggar ketentuan

peraturan perundang-undangan. Secara substansi, kerja sama ini penting untuk : (a)

pengembangan kurikulum SBI, (b) legitimasi kurikulum SBI, (c) pembelajaran, (d) evaluasi

(penilaian hasil belajar, akreditasi), (e) ujian dan sertifikasi internasional, (f) dan lainnya. Sebagai wujud nyata kerja sama ini antara lain dibutktikan dengan adanya perjanjian

kesepahaman atau MoU (Memorandum of Understanding) atau Perjanjian Kerjasama atau bentuk

lainnya.

Pencapaian IKKT pengelolaan sekolah dapat dijamin apabila sistem yang diterapkan dilakukan

yang secara teknis dengan berbasis TIK, seperti manajemen dalam aspek: kepeserta didikan,

Page 47: Panduan pelaksanaan sbi

Belajar Untuk Masa Depanku

QEC24711 - Panduan Pelaksanaan SBI 41

akademik atau pembelajaran, fasilitas, perpustakaan, penilaian, tenaga, penerapan website, dan sebagainya. Untuk dapat memenuhi IKKT pengelolaan yang memenuhi indikator kinerja

tambahan ini secara memadai, maka diperlukan adanya pola kepemimpinan sekolah yang

dinamis, kreatif, dan memiliki jiwa entrepreneurship. Bagi kepala sekolah dan jajarannya diharapkan mampu berupaya secara terus menerus untuk mencari terobosan dalam berbagai

bidang dan kepada semua lapisan masyarakat/lembaga demi terpenuhinya standar SBI secara

cepat dan memadai.

Pengelolaan SBI dapat diselenggarakan secara satu sistem-satu atap, satu sistem tidak- satu atap,

atau beda sistem tidak-satu atap. Model terpadu-satu sistem-satu atap dilaksanakan dalam satu

lokasi dengan menggunakan sistem pengelolaan pendidikan yang sama. Model terpisah-satu

sistem-tidak satu atap dilaksanakan dalam lokasi yang berbeda atau terpisah dengan

menggunakan sistem pengelolaan pendidikan yang sama. Dan model terpisah-beda sistem-tidak satu atap dilaksanakan di lokasi yang berbeda (terpisah) dengan sistem pengelolaan pendidikan

yang berbeda.

Disamping telah terakreditasi secara nasional oleh Badan Akreditasi Sekolah-Nasional dengan

kualifikasi sangat baik (A), maka SBI juga harus memenuhi jaminan mutu berstandar

internasional. Salah satu upaya yang harus dipenuhi adalah bersertifikasi atau terakreditasi secara internasional. Hal ini dipergunakan sebagai indikator kinerja kunci tambahan yang sangat penting

untuk menunjukkan kepada dunia internasional bahwa sekolah tersebut telah terjamin mutunya

setara internasional pula.

(Catatan: Hal ini berlaku khusus bagi sekolah yang bermitra dengan sekolah lain dan menuntut adanya persyaratan akreditasi internasional dari sekolah mitra).

Hasil akreditasi yang dilakukan oleh badan akreditasi sekolah pada salah satu negara anggota

Organization for Economic Co-operation and Development (OECD) dan/atau negara maju

lainnya yang mempunyai keunggulan tertentu dalam bidang pendidikan. Beberapa negara anggota OECD tersebut adalah: Australia, Austria, Belgium, Canada, Czech Republic, Denmark,

Finland, France, Germany, Greece, Hungary, Iceland, Ireland, Italy, Japan, Korea,

Luxembourg, Mexico, Netherlands, New Zealand, Norway, Poland, Portugal, Slovak Republic,

Spain, Sweden, Switzerland, Turkey, United Kingdom, United States dan negara maju lainnya

seperti Chile, Estonia, Israel, Russia, Slovenia, Singapore dan Hongkong yang mutunya telah

diakui secara internasional. Di samping itu, sekolah juga dapat diakreditasi oleh pusat-pusat

pelatihan, industri, lembaga-lembaga tes/sertifikasi internasional seperti misalnya Cambridge, IB, TOEFL/TOEIC, ISO, pusat-pusat studi dan organisasi-organisasi multilateral seperti UNESCO,

UNICEF, SEAMEO, dan sebagainya.

Proses yang ditempuh oleh sekolah apabila akan memperoleh akreditasi internasional diantaranya

melalui pentahapan: (a) pemenuhan persyaratan minimal yang ditetapkan, misalnya telah

memenuhi SNP atau IKKM, (b) melakkan evaluasi diri (internal sekolah), (c) mengajukan ke

lembaga/badan akreditasi internasional dari salah satu negara anggota OECD tersebut atau dari

negara maju lainnya, (d) dilakukan verifikasi eksternal, (e) penetapan sebagai sekolah yang

terakreditasi internasional untuk jangka waktu tertentu, (f) dilakukan penilaian pertengahan masa atau tahun tertentu, (g) penetapan kembali apabila memenuhi persyaratan, dan seterusnya. Pada

dasarnya sertifikasi akreditasi adalah bukan harga mutlak, akan tetapi setiap periode waktu

tertentu akan gugur apabila berdasarkan penilaian tidak lagi memenuhi persyaratan sebagai skeolah yang bertaraf internasional.

Page 48: Panduan pelaksanaan sbi

Belajar Untuk Masa Depanku

Direktorat Pembinaan SMP - QEC24711 42

7. Pengayaan, perluasan, dan pendalaman (IKKT) Standar pembiayaan dalam

penyelenggaraan SBI

Unsur pembiayaan pendidikan merupakan salah satu indikator pokok maupun tambahan yang sangat penting untuk dapat dipenuhi oleh setiap penyelenggara pendidikan bertaraf internasional.

Jenis-jenis pembiayaan pendidikan yang harus dipenuhi meliputi pembiayaan investasi,

pembiayaan operasional, dan pembiayaan personal. Apabila suatu sekolah bertaraf internasional

telah mampu menjamin terpenuhinya pembiayaan investasi, operasional, dan personal

pendidikan, maka berarti sekolah tersebut telah memenui standar pembiayaan (IKKM

pembiayaan).

Sebagai sekolah bertaraf internasional juga dituntut mampu memenuhi IKKT pembiayaan, yaitu

menerapkan model pembiayaan yang efisien untuk mencapai berbagai target Indikator Kinerja Kunci Tambahan tersebut. Pendidikan yang efisien dapat dipastikan efektif, akan tetapi

pendidikan yang efektif belum tentu efisien.

Efisiensi pendidikan dapat diukur melalui dua indikator pokok efisiensi, yaitu efisiensi internal

dan efisiensi eksternal. Efisiensi internal pendidikan adalah rasio antara keluaran pendidikan

(hasil pendidikan) dengan input pendidikan. Pendidikan dikatakan efisien secara internal apabila dengan biaya yang relatif tetap atau biaya makin rendah menghasilkan keluaran yang makin

tinggi, begitu juga sebaliknya. Hasil atau keluaran diukur dari prestasi akademik, jumlah

kelulusan, pencapaian kompetensi, atau kenaikan kelas. Dari sisi produk, dikatakan efisien

pendidikan tersebut apabila makin sedikit anak yang mengulang kelas, remidi, dan atau drop

out/putus sekolah.

Sedangkan efisiensi eksternal lebih menunjukkan kepada rasio antara out comes atau dampak

pendidikan terhadap input pendidikan. Out comes diukur dari indikator lulusan yang mampu

melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi (pendidikan), memperoleh pekerjaan dan atau penghasilan (ekonomi), kedudukan (sosial), kematangan kepribadian, dan sebagainya.

Pendidikan dikatakan efisien secara eksternal apabila dengan biaya yang relatif tetap atau makin

kecil menghasilkan dampak pendidikan yang makin tinggi. Analisis cost effectiveness dapat dipergunakan untuk mengetahui sejauhmana tingkat efisiensi pendidikan secara eksternal

tersebut.

Beberapa hal yang berkaitan dengan pembiayaan pendidikan untuk SBI jenjang pendidikan SMP

ini adalah:

a. Biaya penyelenggaraan SBI memenuhi standar pembiayaan pendidikan dan menerapkan tata kelola keuangan yang transparan dan akuntabel;

b. Pemerintah, pemerintah provinsi, pemerintah kabupaten/kota, dan masyarakat sesuai dengan

kewenangannya berkewajiban membiayai penyelenggaraan SBI; c. SBI dapat memungut biaya pendidikan untuk menutupi kekurangan biaya diatas standar

pembiayaan yang didasarkan pada RPS/RKS dan RKAS;

d. Pemerintah dapat menyediakan bantuan dana, sarana dan prasarana, pendidik, dan tenaga

kependidikan serta bantuan lainnya untuk keperluan penyelenggaraan SBI yang

diselenggarakan oleh pemerintah daerah atau masyarakat;

e. Pemerintah provinsi dapat menyediakan bantuan dana, sarana dan prasarana, pendidik, dan tenaga kependidikan serta bantuan lainnya untuk keperluan penyelenggaraan SBI yang

diselenggrakan oleh pemerintah, pemerintah kabupaten/kota, atau masyarakat;

f. Pemerintah kabupaten/ kota dapat menyediakan bantuan dana, sarana dan prasarana, pendidik, dan tenaga kependidikan serta bantuan lainnya untuk keperluan penyelenggaraan

SBI yang diselenggrakan oleh pemerintah, pemerintah provinsi, atau masyarakat;

Page 49: Panduan pelaksanaan sbi

Belajar Untuk Masa Depanku

QEC24711 - Panduan Pelaksanaan SBI 43

g. Masyarakat dapat memberi bantuan dana, sarana dan prasarana, pendidik, dan tenaga kependidikan serta bantuan lainnya untuk keperluan penyelenggaraan SBI yang

diselenggrakan oleh pemerintah, pemerintah daerah, atau masyarakat;

h. Bantuan pada SBI dituangkan dalam dan digunakan sesuai dengan rencana pengembangan sekolah/rencana kerja sekolah, rencana kegiatan, dan anggaran sekolah;

i. Bantuan pada SBI dapat dihentikan apabila sekolah yang bersangkutan tidak menunjukkan

kinerja yang sesuai dengan tujuan penyelenggaraan SBI;

j. Tata cara pengelolaan dan pertanggungjawaban keuangan penyelenggaraan SBI berpedoman

pada prinsip efisiensi, efektivitas, keterbukaan dan akuntabilitas sesuai dengan peraturan

perundang-undangan; dan

k. Pengelolaan dan pertanggungjawaban keuangan dalam pembiayaan penyelenggaraan SBI

dilakukan sesuai dengan Standar Akuntansi Indonesia.

Di samping itu, sekolah wajib mengalokasikan beapeserta didik atau bantuan biaya

pendidikan bagi peserta didik warga negara Indonesia yang memiliki potensi akademik

tinggi tetapi kurang mampu secara ekonomi paling sedikit 20% dari jumlah seluruh

peserta didik. Bagi sekolah rintisan SBI diharapkan mampu memberikan atau memenuhi jaminan akan

efsisiensi pendidikan sebagai salah satu IKKT, sehingga publik akan memiliki tingkat

kepercayaan tinggi, dan citra yang terbangun di publik meningkat, dan selanjutnya akan

menumbuhkan rasa tanggungjawab bersama di masyarakat terhadap pentingnya pendidikan yang

bertaraf internasional. Pendidikan yang bertaraf internasional secara otomatis memerlukan biaya

yang besar, karena target pencapaian kompetensi lulusan juga tinggi, yaitu bertaraf internasional.

Dengan demikian pendidikan dengan biaya tinggi akan tetapi juga menghasilkan lulusan yang

bertaraf internasional bukanlah disebut pendidikan mahal. Kesan pendidikan yang mahal pada

dasarnya adalah tidak ada, yang sebenarnya terjadi adalah pendidikan apakah efisien atau tidak efisien.

Oleh karena itu sangat diperlukan adanya sinergi antara berbagai pihak antara sekolah, komite

sekolah, Bappeda (Provinsi dan Kabupaten/Kota), DPRD Tk I dan II, Dinas Pendidikan

Kabupaten/Kota, Dinas Pendidikan Propinsi, Direktorat Pembinaan SMP serta pihak lain para

pemangku kepentingan. Secara bertahap sekolah bersama komite sekolah yang didukung oleh

daerahnya masing-masing mampu secara mandiri menyelenggarakan pendidikan bertaraf

internasional secara efektif dan efisien. Sebab sesuai dengan kewenangannya, maka pemerintah

pusat akan memberikan dana bantuan dalam waktu dan jumlah yang terbatas. Setelah ditetapkan

bukan sebagai rintisan lagi, maka sekolah bersama-sama komite sekolah, pemerintah kabupaten/kota, dan provinsi harus melanjutkan dan berupaya secara mandiri mampu

menyelenggarakan SBI.

8. Pengayaan, perluasan, dan pendalaman (IKKT) Standar penilaian dalam penyelenggaraan

SBI

Pada dasarnya sistem penilaian yang dilakukan oleh sekolah yang ditetapkan sebagai SBI adalah

tetap mengacu pada rambu-rambu yang dikeluarkan oleh BSNP atau Pusat Penilaian Pendidikan

Departemen Pendidikan Nasional, yaitu memenuhi standar penilaian sebagai wujud dari

pemenuhan IKKM penilaian atau telah mampu memenuhi standar penilaian.

a. Penilaian hasil belajar didasarkan pada prinsip-prinsip berikut ini:

• Sahih, berarti penilaian didasarkan pada data yang mencerminkan kemampuan yang

diukur.

Page 50: Panduan pelaksanaan sbi

Belajar Untuk Masa Depanku

Direktorat Pembinaan SMP - QEC24711 44

• Objektif, berarti penilaian didasarkan pada prosedur dan kriteria yang jelas, tidak dipengaruhi subjektivitas penilai.

• Adil, berarti penilaian tidak menguntungkan atau merugikan peserta didik karena

berkebutuhan khusus serta perbedaan latar belakang agama, suku, budaya, adat istiadat,

status sosial ekonomi, dan gender.

• Terpadu, berarti penilaian oleh pendidik merupakan salah satu komponen yang tak

terpisahkan dari kegiatan pembelajaran.

• Terbuka, berarti prosedur penilaian, kriteria penilaian, dan dasar pengambilan keputusan

dapat diketahui oleh pihak yang berkepentingan.

• Menyeluruh dan berkesinambungan, berarti penilaian oleh pendidik mencakup semua

aspek kompetensi dengan menggunakan berbagai teknik penilaian yang sesuai, untuk

memantau perkembangan kemampuan peserta didik.

• Sistematis, berarti penilaian dilakukan secara berencana dan bertahap dengan mengikuti

langkah-langkah baku.

• Beracuan kriteria, berarti penilaian didasarkan pada ukuran pencapaian kompetensi yang

ditetapkan.

• Akuntabel, berarti penilaian dapat dipertanggungjawabkan, baik dari segi teknik, prosedur, maupun hasilnya.

b. Teknik dan Instrumen Penilaian

• Penilaian hasil belajar oleh pendidik menggunakan berbagai teknik penilaian berupa tes,

observasi, penugasan perseorangan atau kelompok, dan bentuk lain yang sesuai dengan

karakteristik kompetensi dan tingkat perkembangan peserta didik.

• Teknik tes berupa tes tertulis, tes lisan, dan tes praktik atau tes kinerja.

• Teknik observasi atau pengamatan dilakukan selama pembelajaran berlangsung dan/atau

di luar kegiatan pembelajaran.

• Teknik penugasan baik perseorangan maupun kelompok dapat berbentuk tugas rumah

dan/atau proyek.

• Instrumen penilaian hasil belajar yang digunakan pendidik memenuhi persyaratan (a)

substansi, adalah merepresentasikan kompetensi yang dinilai, (b) konstruksi, adalah memenuhi persyaratan teknis sesuai dengan bentuk instrumen yang digunakan, dan (c)

bahasa, adalah menggunakan bahasa yang baik dan benar serta komunikatif sesuai

dengan taraf perkembangan peserta didik.

c. Mekanisme Penilaian oleh Pendidik

Penilaian hasil belajar oleh pendidik dilakukan secara berkesinambungan, bertujuan untuk

memantau proses dan kemajuan belajar peserta didik serta untuk meningkatkan efektivitas

kegiatan pembelajaran. Penilaian tersebut meliputi kegiatan sebagai berikut.

• Menginformasikan silabus mata pelajaran yang di dalamnya memuat rancangan dan

kriteria penilaian pada awal semester.

• Mengembangkan indikator pencapaian kompetensi dasar (KD) dan memilih teknik

penilaian yang sesuai pada saat menyusun silabus mata pelajaran.

• Mengembangkan instrumen dan pedoman penilaian sesuai dengan bentuk dan teknik

penilaian yang dipilih.

• Melaksanakan tes, pengamatan, penugasan, dan/atau bentuk lain yang diperlukan.

• Mengolah hasil penilaian untuk mengetahui kemajuan hasil belajar dan kesulitan belajar

peserta didik.

Page 51: Panduan pelaksanaan sbi

Belajar Untuk Masa Depanku

QEC24711 - Panduan Pelaksanaan SBI 45

• Mengembalikan hasil pemeriksaan pekerjaan peserta didik disertai balikan/komentar

yang mendidik.

• Memanfaatkan hasil penilaian untuk perbaikan pembelajaran.

• Melaporkan hasil penilaian mata pelajaran pada setiap akhir semester kepada pimpinan

satuan pendidikan dalam bentuk SATU NILAI PRESTASI BELAJAR peserta didik

disertai deskripsi singkat sebagai cerminan kompetensi utuh.

Namun demikian, sebagai SBI sekolah harus melakukan pengembangan sistem penilaian yang

bersifat memperkaya, memperluas, dan bervariatif untuk mencapai standar IKKT penilaian, yaitu yang berlaku di dunia pendidikan bertaraf intenasional. Ada tiga hal pokok yang harus

diperhatikan dalam sistem penilaian yang merupakan IKKT penilaian bagi SBI, yaitu: Pertama,

input penilaian seperti instrumen penilaian, acuan atau kriteria penilaian, standar pencapaian ketuntasan kompetensi, bahan atau materi yang dinilai (cakupan atau kedalaman), dan fasilitas

sumber daya penilaian. Khusus dalam hal kriteria atau standar penilaian seperti penentuan KKM,

target ketuntasan kompetensi, target nilai ujian akhir semester, ujian akhir tahun, ujian sekolah,

ujian nasional lebih besar darpada bukan SBI.

Kedua, adalah proses penilaian yang berstandar internasional, dalam hal ini sekolah dengan

menggunakan berbagai input penilaian tersebut dapat melaksanakan penilaian kepada peserta

didik menggunakan berbagai pendekatan atau model penilaian dari salah satu anggota negara

anggota OECD dan/atau negara maju lainnya yang mempunyai keunggulan tertentu dalam bidang

pendidikan, yaitu untuk menilai kinerja, pengetahuan, sikap, keterampilan, dan lainnya yang mencerminkan bentuk penilaian sesungguhnya (authentic assesment). Dan, ketiga adalah kriteria

hasil pendidikan, yang pada prinsipnya adalah minimal sama atau setara dengan standar dari

sekolah-sekolah yang telah bertaraf internasional atau bahkan lebih tinggi acuan atau standarnya,

baik menggunakan acuan norma maupun acuan kriteria.

SBI menerapkan dan mengembangkan model penilaian berbasis teknologi informasi dan

komunikasi. Sebagaimana telah diuraikan dalam pembelajaran berbasis TIK, maka sistem

penialaian merupakan bagian tidak terpisahkan dari pembelajaran. Oleh karena itu, dalam

pelaksanaannya juga harus berbasis TIK. Jenis-jenis penilaian dan evaluasi yang berbasis TIK antara lain: ulangan harian on-line, ulangan tengah semester on-line, ulangan akhir semester on-

line, ulangan akhir tahun on-line, ujian sekolah on-line dan ujian nasional serta internasional on

line. Penayangan penilaian tersebut terutama adalah hasil-hasilnya, dan beberapa pelaksanaan ujian atau ulangan juga dapat dilakukan. Penayangan soal-soal ulangan dan ujian merupakan

bagian dari penilaian berbasis TIK. Dengan sistem ini, maka semua pihak dapat mengetahui

sistem penilaian oleh sekolah secara cepat dan akurat serta bersifat transparan.

Pelaksanaan penilaian dilakukan secara terpadu dengan pembelajaran di kelas/laboratorium

(berbasis kelas) melalui test tertulis, pengumpulan kerja peserta didik (potofolio), hasil karya

(produk), penugasan (proyek) dan kinerja (performance). Prosedur pelaksanaan penilaian

disesuaikan dengan tujuan dan kegiatan pembelajaran. Melalui keterpaduan antara penilaian dan

pembelajaran, pelaksanaan penilaian dilakukan pada sebelum pembelajaran, selama pembelajaran dan setelah pembelajaran.

Teknik penilaian menggunakan on going assessment dengan multi metode meliputi penilaian

proses dan produk, antara lain: paper and pencil test, performance test, portfolio, individual oral presentations, yang dilakukan baik secara formal maupun informal. Bentuk instrumen yang

dipilih harus sesuai dengan teknik penilaiannya. Instrument dikembangkan secara sistimatis

sesuai dengan prosedur pengembangan instrumen. Instrumen harus valid, reliablel, fokus pada kompetensi yang diharapkan, komprehensif, obyektif, berkesinambungan, dan mendidik. Oleh

karena itu, bentuk instrumen yang dikembangkan dapat berupa bentuk instrumen yang tergolong

teknik:

Page 52: Panduan pelaksanaan sbi

Belajar Untuk Masa Depanku

Direktorat Pembinaan SMP - QEC24711 46

a. Tes tulis, dapat berupa tes esai/uraian, pilihan ganda, isian, menjodohkan dan sebagainya. b. Tes lisan: pada test lisan, soal-soal dan jawabannya disampaikan secara lisan. Test yang

dilakukan dengan cara demikian akan memungkinkan peserta didik dapat belajar kembali, hal

ini disebabkan adanya dialog antara peserta didik dengan penguji. Intrumen yang digunakan dapat berupa daftar pertanyaan.

c. Tes unjuk kerja, dapat berupa tes identifikasi, tes simulasi, dan uji petik kerja produk, uji petik

kerja prosedur, atau uji petik kerja prosedur dan produk. Pada test unjuk kerja ini guru

mengevaluasi peserta didik mengenai aspek-aspek keterampilan, kemampaun dan sikap

melakukan sesuatu dalam bidang teknologi, baik di dalam workshop, di lingkungan sekolah,

maupun di lapangan dalam kehidupan sehari-hari. Pada test semacam ini, soal-soal test

biasanya disampaikan dalam bentuk tugas-tugas. Penilaiannya dilakukan baik terhadap

proses pelaksanaan tugas-tugas tersebut maupun terhadap hasil yang dicapai.

d. Penugasan, seperti tugas proyek atau tugas rumah. e. Observasi yaitu dengan menggunakan lembar observasi.

f. Wawancara yaitu dengan menggunakan pedoman wawancara

g. Portofolio: Portofolio merupakan kumpulan hasil kerja dan tugas-tugas peserta didik yang diberi komentar oleh guru tentang kemajuan peserta didik dalam mengerjakan tugas-tugas

tersebut. Penilaian portofolio ini bermanfaat untuk pelayanan peserta didik secara individual.

Skor nilai dalam portofolio menggunakan cacatan perkembangan peserta didik yang dilakukan oleh guru. Untuk membuat penilaian yang adil, obyektif, dan akurat, guru harus

bersikap optimal, yaitu: (a) Memanfaatkan bukti-bukti hasil kerja peserta didik dari sejumlah

penilaian yang dilakukan dengan berbagai cara, (b) membuat keputusan yang adil terhadap

penguasaan kemampuan peserta didik dengan mempertimbangkan hasil kerja yang

dikumpulkan seperti dokumen pekerjaan, karya, dan atau prestasi dalam bidang karya

peserta didik. h. Penilaian diri dengan menggunakan lembar penilaian diri

i. Penilaian Antarteman: penilaian antarteman merupakan teknik penilaian dengan cara

meminta peserta didik untuk mengemukakan kelebihan dan kekurangan temannya dalam berbagai hal.

Beberapa hal khusus sebagai SBI yang harus diperhatikan terkait dengan system penilaian ini

adalah:

a. Peserta didik wajib mengikuti ujian nasional dan sangat diharapkan bahwa hasil-hasil atau

prestasi ujian nasional lebih baik daripada sekolah yang bukan SBI. Hasil ujian nasional

dipergunakan sebagai salah satu syarat kelulusan peserta didik, di samping nilai ujian

sekolahnya. b. sekolah melaksanakan ujian sekolah yang mengacu pada kurikulum satuan pendidikan

yang bersangkutan sebagai SBI. Ujian sekolah ini juga dipergunakan sebagai persyaratan

atau penentu kelulusan peserta didik, di samping nilai lain yang diuji secara nasional. c. sekolah dapat melaksanakan ujian sekolah dalam bahasa Inggris atau bahasa asing

lainnya. Hal ini didasari bahwa pada setiap proses pembelajaran telah terbiasa dan

menggunakan pendekatan bahasa pengantar dengan bahasa ingris, bahan ajar berbahasa

inggris, dan penugasan-penugasan berbahasa inggris.

d. sekolah dapat memfasilitasi peserta didiknya untuk mengakses sertifikasi yang diakui

secara internasional dan/atau mengikuti ujian akhir sekolah yang sederajat dari negara

anggota OECD atau negara maju lainnya. Peserta didik yang telah menyelesaikan

program pendidikan dan lulus ujian nasional serta ujian sekolah yang

diselenggarakan oleh SBI memperoleh ijazah. Peserta didik yang mengikuti dan

lulus sertifikasi dari lembaga yang diakui secara internasional berhak memperoleh

sertifikat yang diakui secara inernasional.Ujian ini dilaksanakan bersama dan atau oleh

Page 53: Panduan pelaksanaan sbi

Belajar Untuk Masa Depanku

QEC24711 - Panduan Pelaksanaan SBI 47

mitranya sebagaimana dalam pembelajaran. Persyaratan dan criteria bagi peserta didik untuk dapat mengikuti ujian ini ditentukan oleh sekolah dan atau bersama mitranya.

Khusus bagi peserta didik yang memenuhi syarat ikut ujian, akan tetapi kurang mampu

dalam pembiayaan, maka menjadi tanggungjawab penyelenggara SBI atau stakeholder lainnya.

e. Sekolah dapat membuat raport sesuai dengan kurikulum yang dilaksanakan dan dapat

berbentuk bahasa inggris dan bahasa Indonesia, di samping juga memperhatikan

ketentuan-ketentuan sebagaimana yang telah ditetapkan selama ini oleh pemerintah.

Catatan:

Selama masa rintisan, sistem dan standar penilaian menggunakan atau menerapkan dari apa yang telah

ditetapkan oleh Direktorat Pembinaan SMP dan untuk ujian pengayaan sebagai RSBI secara nasional

tetap dilaksanakan oleh pemerintah (Direktorat Pembinaan SMP). Ujian ini dapat dilakukan dengan

bahasa pengantar bahasa inggris dan atau bahasa indonesia. Demikian juga dalam hal sertifikasi akan

diberikan oleh Direktorat Pembinaan SMP.

Page 54: Panduan pelaksanaan sbi
Page 55: Panduan pelaksanaan sbi

Belajar Untuk Masa Depanku

QEC24711 - Panduan Pelaksanaan SBI 49

BAB V

PENGELOLAAN PESERTA DIDIK SEKOLAH BERTARAF

INTERNASIONAL

Pengelolaan peserta didik yang dimaksudkan di sini adalah bahwa sekolah yang telah ditetapkan

sebagai SBI dapat melaksanakan berbagai program dan kegiatan untuk pemenuhan perencanaan,

pembinaan, dan pemberian layanan selama peserta didik mengikuti pendidikan. Tujuan yang

diharapkan dapat tercapai dalam pengelolaan peserta didik ini antara lain adalah: a) Untuk

memperoleh peserta didik yang memenuhi persyaratan atau kriteria sebagai peserta didik SBI, (b)

Dapat melaksanakan berbagai jenis program dan kegiatan sekolah yang dapat meningkatkan prestasi

secara nacional dan internasional, baik dalam bidang akademik maupun non akademik, dan (c) Dapat

memberikan layanan kepada peserta didik sesuai dengan bakat dan minat. Beberapa aspek yang harus

diperhatikan dalam pengelolaan peserta didik SBI ini antara lain adalah: (a) penerimaan peserta didik baru, (b) pelaksanaan bridging course, (c) pembinaan peserta didik, dan (d) mutasi peserta didik dari

sekolah/daerah lain.

A. Penerimaan peserta didik baru (PPDB)

Pada dasarnya SBI adalah menuntut adanya kondisi peserta didik yang memiliki keunggulan-

keunggulan tertentu, baik sebelum, selama maupun setelah mengikuti pendidikan SBI. Oleh

karena itu dalam pengelolaannyapun menuntut adanya persyaratan-persyaratan yang harus

dipenuhi oleh peserta didik, baik sebagai calon maupun selama menjadi peserta didik SBI. Di

samping itu, juga memerlukan adanya suatu pengelolaan yang khusus untuk menghasilkan peserta

didik yang layak menjadi peserta didik SBI. Pengelolaan tersebut antara lain dalam kerangka

penerimaan peserta didik baru (PPDB). Dalam PPDB ini dapat dilaksanakan sebelum penerimaan peserta didik reguler bagi sekolah non SBI, yaitu kurang lebih tiga sampai empat bulan sebelum

proses pembelajaran yang secara resmi dimulai sesuai tahun ajaran berjalan. Tujuannya adalah

untuk memperoleh peserta didik yang benar-benar memenuhi persyaratan dan sekaligus dapat

dilakukan kegiatan lain untuk memperkuat kapasitas anak sebelum mengikuti program

pembelajaran SBI, misalnya dengan kegiatan matrikulasi (bridging course), MOS, dan

sebagainya.

Adapun sebagai persyaratan calon peserta didik baru SBI adalah:

1. Nilai rata-rata rapor SD Kelas IV sampai Kelas VI minimal 7,5; 2. Nilai rata-rata Ijazah SD minimal 7,5;

3. Tes kecerdasan diatas rata-rata tes intelegensi kolektif Indonesia (TIKI) dan/atau tes potensi

akademik; 4. Tes minat dan bakat;

5. Surat keterangan sehat dari dokter; dan

6. Kesediaan membayar pungutan untuk menutupi kekurangan biaya diatas standar pembiayaan pendidikan kecuali bagi peserta didik dari orang tua yang tidak mampu secara ekonomi.

Untuk menjaring kemampuan anak tersebut perlu dilakukan seleksi secara ketat melalui tes dan

non tes yang digabung menjadi satu secara proporsional dengan cara anak dijaring sejak duduk di

Sekolah Dasar atau menggunakan dokumen portofolio prestasi anak ketika di SD. Kemudian

diseleksi melalui tes yang terdiri dari tes kemampuan akademik atau Test Potensi Akademik, tes

kemampuan komputer/TIK, dan tes psikologi. Sekolah dapat menambahkan bentuk seleksi lainnya

seperti melalui wawancara atau dengan kuesioner untuk mengungkap beberapa hal yang

mendukung penilaian guna menentukan kelulusan calon peserta didik. Tidak kalah pentingnya adalah mengungkap tentang latar belakang anak, keluarga, dan aspek lainnya. Namun demikian

bagi sekolah harus tetap memperhatikan betul terhadap anak-anak yang potensial akan tetapi latar

Page 56: Panduan pelaksanaan sbi

Belajar Untuk Masa Depanku

Direktorat Pembinaan SMP - QEC24711 50

belakang ekonominya kurang mampu harus tetap memiliki hak yang sama menjadi peserta didik internasional.

Pelaksanaan seleksi dapat dilakukan melalui kerjasama dengan pihak lain yang relevan. Sistem yang dipergunakan dapat terintegrasi dengan seleksi calon peserta didik lain dari sekolah lain

apabila secara on line dilakukan oleh pemerintah daerah setempat. Kemudian sekolah melakukan

seleksi secara khusus sesuai dengan kepentingannya. Tidak menutup kemungkinan pemerintah

daerah membuat kebijakan khusus bagi rintisan SBI untuk melakukan seleksi secara tersendiri

tanpa terikat oleh peraturan yang diberlakukan kepada sekolah bukan SBI.

Melalui sistem seleksi seperti ini diharapkan sekolah benar-benar memperoleh calon-calon peserta

didik yang dapat berprestasi dan mampu bersaing dengan peserta didik-peserta didik lain yang

sederajad, baik di dalam maupun di luar negeri. Dan selanjutnya dapat dilakukan matrikulasi (bridging course) sebelum melaksanakan pembelajaran yang berjalan sesuai tahun ajaran yang

berlaku.

B. Penyelenggaraan Matrikulasi (Bridging Course/BC) bagi Peserta Didik Baru

Matrikulasi (Bridging Course) adalah suatu bentuk kegiatan pembelajaran awal yang memberikan penguatan kompetensi kepada peserta didik (calon) sebelum mengikuti program pembelajaran

yang sesungguhnya pada jenjang pendidikan yang akan diikuti selanjutnya. Hal ini didasari oleh

asumsi bahwa terdapat variasi kompetensi atau lulusan dari SD, terdapat tingkat pencapaian

kurikulum di SD yang bervariasi, perlunya kesinambungan kompetensi dan kurikulum dari SD ke

SMP, dan dapat memberikan pengauatan kompetensi lain sesuai tujuan pendidikan pada jenjang

yang akan dimasuki oleh peserta didik.

Tujuan utama dilaksanakannya program BC adalah menyiapkan peserta didik baru, sehingga siap

mengikuti pelajaran. Tujuan ini dapat dirinci sebagai berikut: (1) Meningkatkan bekal awal

peserta didik baru SMP dengan cara membahas ulang materi-materi esensial (misalnya materi di SD) yang sangat penting untuk persiapan mengikuti pelajaran di SMP, atau dengan memberikan

materi esensi awal masuk SMP; (2) Menyamakan bekal awal peserta didik baru SMP, agar antara

satu peserta didik dengan peserta didik lainnya tidak jauh berbeda, sehingga guru lebih mudah dalam memulai pelajaran selanjutnya. Materi BC disusun dngan cara menggabungkan antara

materi esensial di SD dengan materi awal SMP atau juga dapat didasarkan atas bakat dan minat

peserta didik.

Dalam kepentingan SBI, maka materi juga dapat disusun dengan menambahkan materi penunjang

pembelajaran di SMP, seperti materi Bahasa Inggris dan TIK. Selanjutnya dibuat semacam

struktur program BC beserta dengan kelengkapan lain untuk pelaksanannya dengan durasi waktu

sesuai tuntutan program tersebut (secara rasional antara dua sampai tiga bulan efektif). Sebagai catatan, materi utama yang harus diberikan adalah yang terkait dengan Mata Pelajaran IPA,

Matematika, Bahasa, dan lainnya. Penentuan materi ini sangat penting mengingat perlu disadari

bahwa pola penyampaian materi dalam program BC ini berbeda dengan pola penyampaian materi pada pembelajaran yang biasa dilakukan. Oleh karena itu penentuan dan pengembangan materi

harus dilakukan secara berhati-hati dengan mempertimbangkan tujuan program BC

dilakukan.Sebagai tolok ukur keberhasilan BC ini, maka perlu disusun instrumen soal untuk

kepentingan pre test dan post test.

Cara melaksanakan pembelajaran dalam program bridging course terkait erat dengan upaya agar

peserta didik belajar dengan mudah, penuh keyakinan akan mampu menguasai apa yang dipelajari dan sungguh-sungguh dalam belajar. Prinsip pembelajaran yang dapat memunculkan tiga hal di

atas, antara lain: (1) pembelajaran kontekstual, (2) pembelajaran yang menyenangkan (joyful

learning), dan (3) pembelajaran berdasarkan masalah. Tentu masih banyak pola pembelajaran lain yang dapat digunakan sesuai dengan karakteristik anak didik dan kondisi sekolah serta

Page 57: Panduan pelaksanaan sbi

Belajar Untuk Masa Depanku

QEC24711 - Panduan Pelaksanaan SBI 51

lingkungannya. Pelaksanaan kegiatan bridging course sebagaimana telah dirancang oleh sekolah atas persetujuan dan koordinasi oleh Dinas Pendidikan Kabupaten/Kota. Dalam tahap ini

berlangsung beberapa kegiatan berikut: (a) konsolidasi program sekolah, (b) sosialisasi bagi warga

sekolah, (c) proses pelaksanaan bridging course, serta (d) kegiatan-kegiatan lain yang mendukung kelancaran kegiatan bridging course.

C. Pembinaan peserta didik

Program Pembinaan Kepeserta didikan pada dasarnya untuk peserta didik SBI adalah telah

dijelaskan dalam Permendiknas No 39 Tahun 2008. Namun demikian, khususn untuk peserta didik

SBI diharapkan sekolah memiliki program-program atau kegiatan yang dapat menghantarkan

peserta didik memiliki kompetensi dan mampu bersaing atau berprestasi dalam tingkat nasional

dan internasional, baik dalam bidang akademik maupun non akademik. Program dan kegiatan juga

diharapkan dapat mengembangkan karakter, kepribadian, kedisiplinan, sportivitas, bakat, minat,

kompetensi, dan lain-lain.

Tujuan pembinaan kepeserta didikan : (1) Mengembangkan potensi peserta didik secara optimal

dan terpadu yang meliputi bakat, minat, dan kreativitas; (2) Memantapkan kepribadian peserta

didik untuk mewujudkan ketahanan sekolah sebagai lingkungan pendidikan sehingga terhindar dari usaha dan pengaruh negatif dan bertentangan dengan tujuan pendidikan; (3)

Mengaktualisasikan potensi peserta didik dalam pencapaian prestasi unggulan sesuai bakat dan

minat; (4) Menyiapkan peserta didik agar menjadi warga masyarakat yang berakhlak mulia,

demokratis, menghormati hak-hak asasi manusia dalam rangka mewujudkan masyarakat madani

(civil society).

Secara umum program dan kegiatan pembinaan kepeserta didikan yang dapat

dilakukan melalui ekstrakurikuler dan kokurikuler atau bentuk lainnya melalui

wadah Organisasi peserta didik intra sekolah (OSIS) antara lain dalam bidang-bidang: (a) Peningkatan keimanan dan ketaqwaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa; (b) penanaman budi

pekerti luhur atau akhlak mulia; (c) pembentukan kepribadian unggul, wawasan kebangsaan, dan

bela negara; (d) prestasi akademik, seni, dan/atau olahraga sesuai bakat dan minat; (e) demokrasi,

hak asasi manusia, pendidikan politik, lingkungan hidup, kepekaan dan toleransi sosial dalam

konteks masyarakat plural; (f) kreativitas, keterampilan, dan kewirausahaan; (h) kualitas jasmani,

kesehatan, dan gizi berbasis sumber gizi yang terdiversifikasi ; (i) Sastra dan budaya; (j) teknologi

informasi dan komunikasi; (k) komunikasi dalam bahasa Inggris; (l) dll. Dari berbagai substansi

pembinaan tersebut, juga dapat dilakukan melalui kegiatan tatap muka, penugasan terstruktur

dan tidak terstruktur, dan pengembangan diri.

Secara lebih rinci beberapa program atau kegiatan dalam pembinaan peserta didik adalah sebagai

berikut:

Tabel 1. Jenis-jenis kegiatan pembinaan peserta didik

NO. JENIS KEGIATAN PEMBINAAN PESERTA DIDIK

1. Pembinaan keimanan dan ketakwaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa, antara lain :

a. Melaksanakan peribadatan sesuai dengan ketentuan agama masing-masing;

b. Memperingati hari-hari besar keagamaan;

c. Melaksanakan perbuatan amaliah sesuai dengan norma agama;

d. Membina toleransi kehidupan antar umat beragama;

e. Mengadakan kegiatan lomba yang bernuansa keagamaan;

f. Mengembangkan dan memberdayakan kegiatan keagamaan di sekolah.

Page 58: Panduan pelaksanaan sbi

Belajar Untuk Masa Depanku

Direktorat Pembinaan SMP - QEC24711 52

2. Pembinaan budi pekerti luhur atau akhlak mulia, antara lain :

a. Melaksanakan tata tertib dan kultur sekolah;

b. Melaksanakan gotong royong dan kerja bakti (bakti sosial);

c. Melaksanakan norma-norma yang berlaku dan tatakrama pergaulan;

d. Menumbuhkembangkan kesadaran untuk rela berkorban terhadap sesama;

e. Menumbuhkembangkan sikap hormat dan menghargai warga sekolah;

f. Melaksanakan kegiatan 7K (Keamanan, kebersihan, ketertiban, keindahan, kekeluargaan,

kedamaian dan kerindangan).

3. Pembinaan kepribadian unggul, wawasan kebangsaan, dan bela negara, antara lain :

a. Melaksanakan upacara bendera pada hari senin dan /atau

b. hari sabtu, serta hari-hari besar nasional;

c. Menyanyikan lagu-lagu nasional (Mars dan Hymne);

d. Melaksanakan kegiatan kepramukaan;

e. Mengunjungi dan mempelajari tempat-tempat bernilai sejarah;

f. Mempelajari dan meneruskan nilai-nilai luhur, kepeloporan, dan semangat perjuangan para

pahlawan;

g. Melaksanakan kegiatan bela negara;

h. Menjaga dan menghormati simbol-simbol dan lambang-lambang negara;

i. Melakukan pertukaran peserta didik antar daerah dan antar negara.

4. Pembinaan prestasi akademik, seni, dan/atau olahraga sesuai bakat dan minat, antar lain :

a. Mengadakan lomba mata pelajaran/program keahlian;

b. Menyelenggarakan kegiatan ilmiah;

c. Mengikuti kegiatan workshop, seminar, diskusi panel yang bernuansa ilmu pengetahuan dan

teknologi (iptek);

d. Mengadakan studi banding dan kunjungan (studi wisata) ke tempat-tempat sumber belajar;

e. Mendesain dan memproduksi media pembelajaran;

f. Mengadakan pameran karya inovatif dan hasil penelitian;

g. Mengoptimalkan pemanfaatan perpustakaan sekolah;

h. Membentuk klub sains, seni dan olahraga;

i. Menyelenggarakan festival dan lomba seni;

j. Menyelenggarakan lomba dan pertandingan olahraga.

5. Pembinaan demokrasi, hak asasi manusia, pendidikan politik, lingkungan hidup, kepekaan dan

toleransi sosial dalam konteks masyarakat plural, antara lain :

a. Memantapkan dan mengembangkan peran peserta didik di dalam OSIS sesuai dengan

tugasnya masing-masing;

b. Melaksanakan latihan kepemimpinan peserta didik;

c. Melaksanakan kegiatan dengan prinsip kejujuran, transparan, dan profesional;

d. Melaksanakan kewajiban dan hak diri dan orang lain dalam pergau lan masyarakat;

e. Melaksanakan kegiatan kelompok belajar, diskusi, debat dan pidato;

f. Melaksanakan kegiatan orientasi peserta didik baru yang bersifat akademik dan pengenalan

lingkungan tanpa kekerasan;

g. Melaksanakan penghijauan dan perindangan lingkungan sekolah.

6. Pembinaan kreativitas, keterampilan dan kewirausahaan, antara lain :

a. Meningkatkan kreativitas dan keterampilan dalam menciptakan suatu barang menjadi lebih

berguna;

b. Meningkatkan kreativitas dan keterampilan di bidang barang dan jasa;

c. Meningkatkan usaha koperasi peserta didik dan unit produksi;

d. Melaksanakan praktek kerja nyata (PKN)/pengalaman kerja lapangan (PKL)/praktek kerja

industri (Prakerim);

e. Meningkatkan kemampuan keterampilan peserta didik melalui sertifikasi kompetensi peserta

didik berkebutuhan khusus;

7. Pembinaan kualitas jas mani, kesehatan dan gizi berbasis sumber gizi yang terdiversifikasi ialah:

a. Melaksanakan perilaku hidup bersih dan sehat;

b. Melaksanakan usaha kesehatan sekolah (UKS);

c. Melaksanakan pencegahan penyalahgunaan narkotika, psikotropika, dan zat adiktif

(narkoba), minuman keras,merokok, dan HIV AIDS;

d. Meningkatkan kesehatan reproduksi remaja;

Page 59: Panduan pelaksanaan sbi

Belajar Untuk Masa Depanku

QEC24711 - Panduan Pelaksanaan SBI 53

e. Melaksanakan hidup aktif;

f. Melakukan diversifikasi pangan;

g. Melaksanakan pengamanan jajan anak sekolah.

8. Pembinaan sastra dan budaya, antara lain :

a. Mengembangkan wawasan dan keterampilan peserta didik di bidang sastra;

b. Menyelenggarakan festival/lomba, sastra dan budaya;

c. Meningkatkan daya cipta sastra;

d. Meningkatkan apresiasi budaya.

9. Pembinaan teknologi informasi dan komunikasi (TIK), antara lain :

a. Memanfaatkan TIK untuk memfasilitasi kegiatan pembelajaran;

b. Menjadikan TIK sebagai wahana kreativitas dan inovasi;

c. Memanfaatkan TIK untuk meningkatkan integritas kebangsaan.

10. Pembinaan komunikasi dalam bahasa Inggris, antara lain :

a. Melaksanakan lomba debat dan pidato;

b. Melaksanakan lomba menulis dan korespodensi;

c. Melaksanakan kegiatan English Day;

d. Melaksanakan kegiatan bercerita dalam bahasa Inggris (Story Telling);

e. Melaksanakan lomba puzzies words/scrabble.

Dalam kerangka perolehan mutu pendidikan, mutu peserta didik, berdaya saing

nasional/internasional, maka hasil-hasil pembinaan kepeserta didikan dapat dipresentasikan dan

berpartisipasi dalam setiap perlombaan, baik pada tingkat nasional maupun internasional.

Beberapa jenis lomba antara lain: (1) Kelompok Lomba, Sayembara dan Festival yang terdiri dari:

Olimpiade Sains Nasional (OSN),Olimpiade Olahraga Peserta didik Nasional (O2SN), Festival &

Lomba Seni Peserta didik Nasional (FLS2N), Lomba Cipta Puisi/Lukis & Lagu, Lomba Penelitian

Ilmiah Remaja (LPIR), Indonesian Science Project Olympiad (ISPO), International Junior

Science Olympiad (IJSO), dan Student Camp; (2) Pengembangan kelembagaan yang bentuk

kegiataannya adalah: Lomba Sekolah Sehat, Jambore Peserta didik Nasional, Latihan

Kepemimpinan, Pembinaan Budi Pekerti, dan Asistensi Pendidikan Pencegahan dan

Penyalahgunaan Narkoba.

Di samping pembinaan kepeserta didikan yang bersifat akademik dan non akademik, maka

sekolah juga wajib melakukan pembinaan dalam proses pembelajaran, khususnya bagi peserta

didik yang mengalami kesulitan belajar pada suatu permasalahan atau berbagai permasalahan yang timbul. Hal ini didasarkan asumsi bahwa peserta didik SBI akan menghadapi berbagai pola

pembelajaran dan sekaligus permasalahan-permasalahan belajar karena tingkat kesulitan materi

pembelajaran yang lebih tinggi daripada bukan SBI.

Untuk itu, perlu dilakukan program tes diagnostik secara khusus dan periodik. Tes diagnostik

adalah tes yang digunakan untuk mengetahui kelemahan-kelemahan peserta didik sehingga hasil

tersebut dapat digunakan sebagai dasar untuk memberikan tindak lanjut berupa perlakuan yang

tepat sesuai dengan kelemahan yang dimiliki oleh peserta didik. Fungsi utama tes diagnostik, yaitu

mengidentifikasi masalah atau kesulitan yang dialami peserta didik dan merencanakan tindak lanjut berupa upaya-upaya pemecahan sesuai masalah atau kesulitan yang telah teridentifikasi.

Hasil-hasil tes ini selanjutnya dapat dipergunakan untuk melakukan pembinaan melalui kegiatan

remidi atau sejenisnya, sehingga peserta didik mampu mencapai tingkat ketuntasan kompetensi yang telah ditetapkan.

Page 60: Panduan pelaksanaan sbi

Belajar Untuk Masa Depanku

Direktorat Pembinaan SMP - QEC24711 54

D. Mutasi (perpindahan) peserta didik SBI

Sebagai SBI, maka sangat dimungkinkan terjadinya perpindahan peserta didik, baik dari dalam

maupun dari luar negeri dari sesama sekolah yang setingkat atau selevel. Oleh karena itu, bagi sekolah perlu memperhatikan hal-hal sebagai berikut yang sekaligus sebagai persyaratan sebelum

atau ketika menerima peserta didik pindahan dari sekolah lain, yaitu:

1. kapasitas atau daya tampung sekolah,

2. sekolah asal juga sebagai SBI, 3. dalam jenjang/tingkatan yang sama,

4. terdapat alasan dari orang tua/wali peserta didik yang dapat diterima,

5. menyerahkan identitas diri asal sekolah/pribadi dan keluarga,

6. menyerahkan raport asal sekolah, 7. berkelakukan baik ditandai dengan menyerahkan surat berkelakuan baik dari daerah/sekolah

asal,

8. sehat jasmani dan rohani dengan dibuktikan surat keterangan dokter, 9. persyaratan lain yang ditentukan oleh sekolah yang akan menerima dan disetujui oleh Dinas

Pendidikan Kabupaten/Kota dan atau Pemerintah Daerah Provinsi.

Selanjutnya sekolah melaksanakan tes kepada peserta didik yang akan mutasi dilanjutkan dengan

wawancara dengan orang tua/walinya, khususnya tentang hal-hal yang berkaitan dengan peraturan

sekolah, komitmen, dan lain-lainnya yang ditentukan oleh sekolah. Khusus untuk tes kepada calon

peserta didik pindahan, sekolah dapat menentukan tentang: (1) kriteria minimal kemampuan yang

harus dimiliki, (2) jenis-jenis tes, (3) materi tes, (4) pelaksanaan tes, dan lainnya yang semua itu

juga disetujui oleh Dinas Pendidikan Provinsi dan Kabupaten/Kota. Dari berbagai jenis dan materi tes tersebut, minimal adalah untuk mengetahui kemampuan peserta didik yang akan mutasi dari

aspek ilmu pengetahuan dan teknologi seperti matematika, IPA, Bahasa Inggris, TIK, dan lain-

lain. Wawancara dengan peserta didik tersebut juga dapat dilakukan dalam rangka mengetahui kepribadian, bakat, minat, dan lain-lain untuk menambah informasi yang dapat dipergunakan

untuk menentukan diterima atau tidaknya.

Page 61: Panduan pelaksanaan sbi

Belajar Untuk Masa Depanku

QEC24711 - Panduan Pelaksanaan SBI 55

BAB VI

PENGEMBANGAN KULTUR SEKOLAH PADA SEKOLAH BERTARAF

INTERNASIONAL

Pengertian kultur menurut Pusat Bahasa Depdiknas adalah “pembudidayaan, pengembangbiakan,

kebudayaan, peradaban, tamadun; adat, etik, gaya hidup, pandangan hidup, kebiasaan, nilai, norma,

tata cara, tata susila, dan tradisi. Sedangkan pengertian kultur secara umum yaitu suatu nilai dan

keyakinan dalam suatu masyarakat, baik yang berdaya preservatif maupun progresif, yang digunakan

sebagai sumber penggalangan konformisme perilaku bagi masyarakat pendukungnya. Nilai dan

keyakinan memberi tahu mana yang benar dan yang salah. Nilai-nilai yang merupakan kolektifitas saripati kualitas kejiwaan manusia diwujudkan dalam bentuk nilai religi, ekonomi, teori, solidaritas,

seni, dan politik.

Misalnya budaya mutu, maka dimaksudkan di sini adalah nilai dan keyakinan mutu dalam suatu

masyarakat yang digunakan sebagai sumber penggalangan konformisme perilaku yang bermutu tinggi

bagi masyarakat pendukungnya. Budaya belajar di sekolah, merupakan nilai dan keyakinan belajar yang ada di sekolah dapat dipergunakan sebagai suatu perilaku belajar menjadi suatu kebiasaan,

tuntutan, dan jaminan yang akan mengantarkan kesuksesan dan keberhasilan pelajar dalam wujud

social, ekonomi, politik, keagamaan, dan sebagainya. Masyarakat belajar pada dasarnya tercipta dari

lingkungan belajar dengan etos dan semangat tinggi yang sudah menjadi darah daging dalam

kehidupan pembelajar. Budaya lingkungan kondusif, baik lingkungan mental maupun fisik, adalah

suatu keyakinan dan nilai bahwa dengan lingkungan yang kondusif misalnya di sekolah, akan

mendukung terhadap suatu kehendak, cita-cita, tujuan pendidikan yang akan merubah kehidupan

seseorang/masyarakat menjadi lebih baik. Dalam hal ini, SBI diharapkan dapat mengkondisikan

keadaan, fisik, kehidupan, organisasi, pembelajaran, dan sebagainya menjadi suatu perilaku yang mematri dalam kehidupan kampus sekolah untuk mencapai tujuan pendidikan itu sendiri.

Untuk menumbuhkembangkan budaya (dalam pengertian apa saja atau umum tentang nilai dan keyakinan) mejnadi suatu perilaku nyata, maka dapat dilakukan langkah-langkah pendukung sebagai

suatu pengkondisian kebiasaan atau rutinitas yang sekaligus sebagai prasyarat secara terukur antara

lain sebagai berikut: (1) memberdayakan sumberdaya manusianya seoptimal mungkin, (2)

memfasilitasi warganya untuk belajar terus, belajar kembali, dan belajar melupakan, (3) mendorong

kemandirian (otonomi) setiap warga sekolahnya, (4) memberikan tanggungjawab kepada warganya,

(5) mendorong warganya untuk mempertanggung-jawabkan hasil kerjanya, (6) mendorong adanya

teamwork yang kompak, cerdas, dinamis, dan saling berbagi pengetahuan dan pengalaman, (7)

menanggapi dengan cepat terhadap pasar atau pelanggan (peserta didik utamanya), (8) mengajak

warganya menjadikan sekolahnya berfokus pada pelanggan (peserta didik utamanya), (9) mengajak warganya untuk siap/nikmat dalam menghadapi perubahan, (10) mengajak warganya berpikir sistem,

baik dalam cara berpikir, cara mengelola, maupun cara menganalisis sekolahnya, (11) mengajak

warganya untuk komitmen terhadap keunggulan, (12) mengajak warganya untuk melakukan perbaikan

secara terus menerus, dan (13) melibatkan warganya secara total dalam penyelenggaraan sekolah.

Dengan berbagai langkah tersebut, maka SBI dapat menciptakan atau mewujudkan kultur atau budaya

menjadi nilai-nilai yang nyata untuk terciptanya suatu kondisi sekolah yang berperilaku warganya dan

lingkungan secara terukur, menyatu dalam kehidupan pribadi/kelompok, dan menimbulkan kehidupan

sekolah sebagai wahana pembelajaran yang kondusif pula. Penciptaan keyakinan dan nilai yang dapat

diterapkan dalam kehidupan sekolah sehingga mendukung sekolah sebagai SBI antara lain melalui pembudayaan atau pembiasaan untuk menjalankan tata kehidupan dalam bidang-bidang lingkungan,

pembelajaran, kompetitif, kolaboratif, dan kewirausahaan, keunggulan global, dan sebagainya secara

bersusila, bertatakrama, bernorma, bernilai, dan akhirnya mampu menjadi adat istiadat yang beradab.

Page 62: Panduan pelaksanaan sbi

Belajar Untuk Masa Depanku

Direktorat Pembinaan SMP - QEC24711 56

A. Kultur lingkungan kondusif

Pemahaman tentang lingkungan dapat dimaknakan sebagai suatu keadaan yang melingkupi,

mengitari, dan mempengaruhi terhadap kehidupan yang ada di dalamnya. Pada umumnya, lingkungan di sekolah dapat dikelompokkan menjadi dua, yaitu lingkungan fisik dan lingkungan

mental (non fisik). SBI diharapkan mampu mengembangkan lingkungan sekolah baik lingkungan

fisik maupun lingkungan mental tersebut, seperti lingkungan yang bersih, tertib, indah, rindang,

aman, sehat, bebas asap rokok dan narkoba, dan bebas budaya kekerasan. Pengembangan yang

dimaksudkan di sini adalah menciptakan suatu kondisi fisik sekolah yang mampu mendukung

kehidupan sekolah yang nyaman, dan lingkungan mental para pelaku pendidikan untuk

berperilaku dengan nilai-nilai dan keyakinan yang secara bersama-sama dan ”sekeyakinan”

sehingga tercipta atmosfer mental akademik tinggi untuk mencapai tujuan pendidikan.

Beberapa program dan kegiatan sekolah yang dapat dikembangkan untuk menciptakan kultur

lingkungan kondusif secara fisik antara lain: (a) penyediaan dan penampungan air bersih; (b)

pengadaan dan pemeliharaan tempat pembuangan sampah; (c) pengadaan dan pemeliharaan air limbah; (d) pemeliharaan WC; (e) pemeliharaan kebersihan dan kerapian ruangan ; (f)

pemeliharaan kebersihan dan keindahan halaman dan kebun sekolah; (g) pengadaan dan

pemeliharaan kantin; (h) pendidikan kesehatan, (i) tamanisasi, (j) sanitasi, (k) pengadaan dan pemeliharaan pagar sekolah, (l) penataan fisik kelas (suhu, kebersihan, sirkulasi udara, interior,

dsb.), (m) pengaturan ruangan, (n) pengelolaan dan pemanfaatan sumber belajar, (o) dan

sebagainya. Dengan menciptakan lingkungan fisik sekolah yang kondusif untuk kehidupan

pendidikan tersebut, maka diharapkan akan mampu memberikan kenyaman, ketentraman,

ketenangan, semangat, dan daya tahan tinggi bagi pendidik untuk mendidik anak, bagi peserta

didik untuk mengoptimalkan belajar, bagi pengelola untuk melayani pendidik dan peserta didik. Dengan kondisi seperti ini, maka kehidupan sekolah yang akan timbul adalah kekeluargaan,

keprofesionalitasan, dan kemasyarakatan yang tinggi dalam upaya mencapai tujuan pendidikan

secara optimal.

Sedangkan untuk mengembangkan dan menciptakan kultur lingkungan kondusif dalam aspek

mental (non fisik) khususnya bagi peserta didik diantaranya melalui beberapa program dan kegiatan seperti: konseling kesehatan; bakti sosial; perkemahan; teater, musik, olahraga;

kepramukaan; dokter kecil, PMR; karnaval, bazaar; lomba; latihan kepemimpinan; penanaman

kreativitas-keterampilan-kewirausahaan, penanaman budi pekerti- tata krama-sopan santun;

pembinaan sosial-keagamaan; ESQ, dan sebaginya. Penguatan kondisi mental peserta didik seperti

ini pada dasarnya akan menghasilkan suatu kepribadian peserta didik yang dapat berperilaku

(bermakna berbudaya: berkeyakinan dan bernilai) untuk menjadi orang yang berguna, mau

berjuang, berkomitmen, dan memiliki daya tahan mental tinggi menghadapi tugas dan beban belajar. Ketaatan agama, kepatuhan sosial, taat azas-norma-nilai, loyalitas-nasionalisme-

kekeluargaan, dan peningkatan wawasan ke depan (global) akan terbentuk dengan sendirinya

melalui berbagai kegiatan ini, sehingga aspek-aspek kekerasan, asusila, amoral,dan lain-lain dapat dihilangkan atau terkurangi secara proporsional.

Gabungan antara pengkondisian lingkungan fisik dan non fisik (mental) tersebut secara optimal,

maka akan menghasilkan suatu kehidupan sekolah yang berbudaya, yaitu kehidupan dengan nilai-

nilai dan keyakinan yang dapat dimanifestasikan dalam belajar (bagi peserta didik), mengajar

(bagi pendidik), pelayan (bagi pengelola pendidikan), dan lainnya untuk secara ikhlas dan bertanggungjawab terhadap kesuksesan pendidikan.

B. Kultur belajar

Sebagaimana dijelaskan di atas bahwa kultur atau budaya belajar di sekolah, merupakan nilai dan

keyakinan belajar yang ada di sekolah untuk dipergunakan sebagai suatu perilaku belajar menjadi

Page 63: Panduan pelaksanaan sbi

Belajar Untuk Masa Depanku

QEC24711 - Panduan Pelaksanaan SBI 57

suatu kebiasaan, tuntutan, dan nilai jaminan yang akan mengantarkan kesuksesan dan keberhasilan yang belajar dalam kehidupan sosial, ekonomi, politik, keagamaan, dan sebagainya. Di sini

diperlukan adanya suatu prasyarat yang mendukung untuk terciptanya kehidupan atmosfer

akademik di sekolah. Beberapa hal yang harus diperhatikan terlebih dahulu sebelum mengkondisikan suatu keadaan menjadi atmosfer akademik adalah: (a) kebiasaan ketika belajar di

sekolah dasar, di rumah, keluarga, kondisi masyarakat asal, keyakinan/agama, strata sosial, faktor

ekonomi, kondisi fisik, dan lainnya; (b) kondisi fisik lingkungan sekolah; (c) sumber daya

sekolah; (d) karakteristik layanan sekolah; (e) kepemimpinan dan manajemen sekolah; (f)

dukungan pihak terkait; (g) peluang masa depan lulusan; (h) dan sebagainya yang secara faktual

berpengaruh langsung terhadap kehidupan akademik sekolah sekarang ini. Selanjutnya sekolah

melakukan suatu kajian terhadap semua itu yang secara metodologis dapat dibenarkan untuk

menghasilkan suatu simpulan-simpulan penting sebelum membuat program dan kegiatan yang

mendukung terciptanya kultur belajar dan mengajar yang baik dan menjadi perilaku kebiasaan.

Penciptaan masyarakat sekolah sebagai masyarakat belajar bukanlah suatu hal yang dengan cepat

dalam waktu singkat dapat mudah direalisasi. Hasil ini memerlukan suatu proses panjang dan memerlukan komitmen dan konsistensi kebijakan atau kebersamaan. Masyarakat atau warga

belajar adalah suatu kelompok warga/masyarakat yang selalu berprinsip ”tiada hari tanpa belajar”,

”waktu adalah ilmu”, dan sebagainya. Untuk memberikan kesempatan dan mengkondisikan semua itu, maka sekolah harus melakukan upaya-upaya pengkondisian warga sekolah itu sendiri agar

mau belajar tanpa ada batas karena waktu, mau belajar tanpa batas karena sarana prasarana, belajar

tanpa tergantung pihak lain, yaitu mau belajar karena keyakinan bahwa sebagai suatu keharusan

dan kebutuhan dirinya masing-masing atas dasar kesadaran yang tinggi.

Beberapa program dan kegiatan yang dapat mendukung terciptanya kultur belajar (sekaligus mengajar) di sekolah antara lain melalui: (a) pendampingan atau asistensi, (b) bimbingan

terprogram, (c) regulasi layanan prima dan optimal, (d) penugasan terprogram ataupun tidak

terprogram (mandiri/tidak terstruktur), (e) unjuk prestasi, (f) lomba akademik, (g) pemberdayaan pemangku kepentingan yang bersifat akademik, (h) dan program lain sesuai kondisi sekolah.

Semuanya itu sangat memerlukan adanya dukungan semua sumber daya sekolah secara penuh

bahwa kehidupan belajar di sekolah adalah ua puluh empat jam.

Keberhasilan pengkondisian kultur belajar tersebut pad akhirnya peserta didik akan menjadi pusat

segalanya oleh sekolah untuk diberdayakan sesuai dengan bakat, minat, kemampuan dengan

standar tertentu oleh sekolah. Segala metode dan strategi pembelajaran yang diterapkan oleh

guru/sekolah dapat dioptimalkan dengan kondisi ini. Sikap dan perilaku profesionalisme semua

warga sekolah dapat diwujudkan. Sehingga peseta didik selalu memiliki optimism tinggi terhadap

keberhasilannya, dan juga berdampak kepada wujud kehidupan antar pribadi yang saling menghargai, peka terhadap kejadian, dan respek terhadap fenomena social yang disemangati oleh

jiwa kekeluargaan dan saling membutuhkan.

C. Kultur kompetitif, kolaboratif, dan kewirausahaan

Sebagai sekolah yang bertaraf internasional, dituntut mampu untuk menghasilkan lulusan yang

memiliki kompetensi unggul, baik dalam bidang akademik maupun non akademik. Oleh karena itu

penting untuk diciptakan suatu kondisi yang tidak hanya sebagai suatu symbol, akan tetapi benar-

benar menjadi suatu perilaku warga sekolah yang merupakan suatu nilai atau keyakinan bahwa keunggulan kompetitif tersebut hanya bias diperoleh apabila terdapat jiwa kompetitif, kolaboratif,

dan entrepreneurship (kewirausahaan).

Kompetitif merupakan jiwa dan semangat untuk menang, unggul, lebih dari yang lain, dan tidak

mau dikalahkan. Kolaboratif pada dasarnya merupakan sarana untuk berkembang yang pada aspek

tertentu tidak bias hanya berjuang sendiri dalam upaya memperoleh keunggulan, kelebihan, dan

Page 64: Panduan pelaksanaan sbi

Belajar Untuk Masa Depanku

Direktorat Pembinaan SMP - QEC24711 58

keberhasilan. Kewirausahaan merupakan jiwa mandiri tanpa tergantung orang lain, kemampuan manajerial usaha, dan kemampuan tentang “core” atau bidang usaha itu sendiri. Orang yang

memiliki kompetensi kewirausahaan adalah secara oromatis memiliki jiwa kompetisi tinggi dan

mampu memanfaatkan orang lain untuk kepentingan dirinya yang lebih unggul.

1. Kultur kompetitif

Salah satu karakteristik peserta didik SBI adalah memiliki keunggulan kecerdasan, baik

kecerdasan spiritual, akademik, social, dan kecerdasan lainnya. Penggarapan anak yang cerdas

ini memerlukan suatu kondisi yang tepat dan memadai. Pembelajaran bagi anak cerdas juga

menuntut layanan yang prima, cepat, tepat, dan terdapat “kebebasan” yang diberikan dalam

kerangka mengembangkan potensinya.

Oleh karena itu penting bagi sekolah untuk menciptakan suatu kondisi belajar yang mampu

menumbuhkan jiwa dan semangat kompetitif bagi peserta didik. Beberapa program dan

kegiatan yang dapat dilakukan antara lain: (a) lomba karya tulis ilmiah, (b) lomba karya tulis non ilmiah, (c) lomba karya kreatif peserta didik, (c) lomba penelitian sederhana, (d) lomba

keagamaan, (e) lomba bidang social kerakyatan, (f) lomba-lomba lainnya, (g) debat akademik,

(h) debat keagamaan, kesosialan, ekonomi, dll, (i) pengembangan bakat minat, (j) penghargaan prestasi, (k) penanganan anak khusus, (l) presentasi ajang kreasi, (m) dan

sebagainya.

Penanganan dan penciptaan kondisi yang kompetitif bagi anak untuk berprestasi harus

didukung oleh regulasi, sumber daya sekolah, dan suasana lingkungan yang menantang bagi

anak untuk harus berbuat dan melakukan.

2. Kultur kolaboratif

Keberhasilan seseorang tidak akan lepas dari orang lain. Dalam kehidupan dimanapun

(termasuk di sekolah) akan terdapat saling ketergantungan. Sifat individualis lebih banyak

kejelekkannya daripada kebersamaan. Beberapa prinsip kehidupan tersebut harus ditanamkan kepada peserta didik dan warga sekolah lainnya agar dalam upaya mencapai tujuan pendidikan

dapat diraih dengan maksimal.Dan sekolah, sebagai suatu kelompok social pendidikan

diharapkan mampu untuk menciptakan suatu kondisi belajar peserta didik untuk memiliki

keyakinan tentang pentingnya saling menghargai, saling membutuhkan, memberi dan

menerima, bersama lebih kuat daripada sendiri, dan sebagainya.

Pengkondisian sekolah yang bernuansa kolaboratif tetap bertujuan untuk menghasilkan prestasi bagi peserta didik baik akademik maupun non akademik. Sebagai SBI diuntut mampu

untuk menghasilkan prestasi peserta didik yang berdaya saing tinggi dan berkompetisi tingkat

nasional maupun internasional. Sehingga program-program yang dapat dilakukan oleh sekolah dalam kerangka menumbuhkan perilaku kolaboratif antara lain: (a) pembentukan organisasi-

organisasi intra sekolah, (b) pembentukan kelompok belajar, (c) penyelenggaraan tutor sebaya,

(d) pembentukan jaringan kerjasama antar kelompok, (d) pembentukan jalinan kerjasama

dengan pihak lain di luar sekolah, (e) out bond, (f) pelibatan antar warga sekolah dalam

kegiatan-kegiatan, (g) program penanaman kegotongroyongan, (h) dan sebagainya.

3. Kultur kewirausahaan

Penting untuk diketahui bahwa secara psikologis dan social anak tingkatan SMP masih dalam taraf belajar, bahkan masih terdapat sekelompok anak SMP yang cenderung masih berkarakter

bermain. Wawasan untuk bekerja dan bertanggungjawab belum terbentuk secara penuh

mengingat usia dan keremajaannya. Anak usia ini masih sangat tinggi potensi untuk kreatifitas

Page 65: Panduan pelaksanaan sbi

Belajar Untuk Masa Depanku

QEC24711 - Panduan Pelaksanaan SBI 59

dan inovasinya. Sehingga potensi untuk dikembangkan dan diberikan muatan jiwa entrepreneurhip-nya, dalam artian bukan untuk tujuan langsung bekerja/keterampilan

motoriknya. Dalam konteks ini, penting diciptakan suatu kondisi bagi peserta didik untuk

memiliki wawasan, jiwa, dan pandangan akan pentingnya berwirausaha.

Secara akademik, sekolah memiliki potensi untuk itu semua, sebab dalam implementasi

kurikululmnya antara lain terdapat materi-materi pendukung yang cukup, seperti: mata

pelajaran TIK, PTD, PKH, muatan local, Pendidikan Berbasis Keunggulan Lokal,

keterampilan, dan materi lain yang juga mendukung dalam bidang sains dan teknologi lainnya.

Dari sisi SDM, terdapat berbagai keahlian pendidik dan tenaga kependidikan yang apabila

dioptimalkan mampu sebagai advisor atau tenaga ahli dalam bidangnya masing-masing untuk

kepentingan penanaman jiwa wirausaha ini. Sumber daya fasilitas juga memadai. Jalinan

kerjasama dengan para pemangku kepentingan juga ada. Sehingga, dapat diciptakan suatu kondisi sekolah yang bernuansa kewirausahaan.

Keyakinan dan nilai-nilai kewirausahaan dapat merupakan suatu perilaku di sekolah yang dikondisikan dengan mendasarkan pada aspek-aspek kreativitas, inovasi, dan system yang ada.

Beberapa program dan kegiatan yang dapat dilakukan dalam upaya menumbuhkembangkan

kultur kewirausahaan antara lain: (a) workshop/temu usaha oleh wirausahawan tulen, (b) program pembelajaran kewirausahaan, (c) magang kewirausahaan, (d) program karya

alternative peserta didik, (e) program konsultasi usaha, (f) pendirian unit-unit usaha sekolah,

(g) bermitra usaha, (h) dan sebagainya. Semua program ini dipergunakan sebagai “wadah”

atau tempat bagi warga sekolah untuk menyalurkan, membentuk, mengakomodasi,

memberikan peluang, dll dalam melakukan kegiatan-kegiatan usaha di sekolah yang dapat

menghasilkan keuntungan ekonomi maupun non ekonomi.

Khusus untuk sasarannya adalah peserta didik, maka pihak sekolah dapat melakukan upaya-

upaya lain dalam kerangka menciptakan kondisi yang berperilaku wirausaha, seperti: (a) pelatihan kewirausahaan, (b) pengembangan hasil-hasil pembelajaran PTD, TIK,

Keterampilan, Muatan Lokal, Pendidikan Berbasis Keunggulan Lokal (PBKL), dan

sebagainya, (c) lomba presentasi proposal bisnis sederhana, (d) pengembangan kantin kejujuran, (e) pendirian usaha sekolah oleh peserta didik sebagai pengelola, (f) pemanfaatan

dan tindak lanjut karya kreatif dan karya ilmiah peserta didik melalui unit-unit usaha peserta

didik, (g) pembentukan unit Pengembangan Ekonomi Kreatif, (h) dan sebagainya.

Di samping pengkondisian kultur kewirausahaan yang secara praktis dapat dilakukan tersebut

di atas, maka tidak kalah pentingnya adalah sekolah melakukan upaya-upaya lain sebagai

pelengkap dan pendukung seperti penanaman dan pemahaman tentang etika bisnis atau etika usaha. Kompetensi ini penting diberikan peserta didik atau pelaku usaha di sekolah untuk

memberikan pemahaman dan penanam moral akan pentingnya suatu budaya baik tertulis atau

tidak tertulis dalam kerangka mendukung kesuksesan berwirausaha.

Catatan: Sekolah dapat menyelenggarakan Pendidikan Berbasis Keunggulan Lokal (PBKL) atas dasar PP Nomor 19/2005 dan PP No 38/2007. Juga dapat mengembangkan kegiatan-kegiatan yang

bersifat ekonomi-kreatif berdasarkan Inpres No 6 Tahun 2009. Terdapat 14 bidang yang dapat

dikembangkan menjadi ekonomi kreatif.

4. Pendidikan Berbasis Keunggulan Lokal (PBKL)

Dalam pembukaan Undang-Undang Dasar (UUD) Negara Republik Indonesia Tahun 1945

dinyatakan bahwa salah satu tujuan Negara Republik Indonesia adalah mencerdaskan

kehidupan bangsa dan untuk itu setiap warga negara Indonesia berhak memperoleh pendidikan yang bermutu sesuai dengan minat dan bakat yang dimilikinya tanpa memandang status

Page 66: Panduan pelaksanaan sbi

Belajar Untuk Masa Depanku

Direktorat Pembinaan SMP - QEC24711 60

sosial, ras, etnis, agama, dan gender. Pemerataan dan mutu pendidikan akan membuat warga negara Indonesia memiliki keterampilan hidup (life skills) sehingga memiliki kemampuan

untuk mengenal dan mengatasi masalah diri dan lingkungannya, mendorong tegaknya

masyarakat madani dan modern yang dijiwai nilai-nilai Pancasila.

Sejalan dengan perubahan tatanan dunia dan tuntutan zaman, dituntut adanya peningkatan

mutu pendidikan sehingga diharapkan juga terjadi penuntasan wajar yang bermutu dan

bermoral. Dengan kata lain, penuntasan wajar yang bermutu dan bermoral adalah merupakan

bagian dari sistem pendidikan yang dapat menciptakan atau mewujudkan insan Indonesia yang

cerdas secara komprehensif dan insan Indonesia yang kompetitif. Oleh karena itu Pendidikan

Berbasis Keunggulan Lokal (PBKL) dapat dijadikan sebagai salah satu solusi penyempurna

(penambah/pelengkap) pendidikan, untuk mewujudkan insan Indonesia yang cerdas secara

komprehensif dan insan Indonesia yang kompetitif tersebut, baik melalui penyelenggaraan

Sekolah Potensial/SPM, Sekolah Standar Nasional maupun Sekolah Bertaraf Internasional.

Hal ini sesuai dengan amanat UUSPN Nomor 20 Tahun 2003, yaitu pasal 50 (5) :

“Pemerintah kabupaten/kota mengelola pendidikan dasar dan pendidikan menengah, serta satuan pendidikan yang berbasis keunggulan lokal”. Selanjutnya lebih ditegaskan lagi dalam

Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 pasal 14: (1) “Kurikulum untuk

SMP/MTs/SMPLB atau bentuk lain yang sederajat dan kurikulum untuk SMA/MA/SMALB atau bentuk lain yang sederajat dapat memasukkan pendidikan berbasis keunggulan lokal. (2)

Pendidikan berbasis keunggulan lokal sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat merupakan

bagian dari pendidikan kelompok mata pelajaran agama dan akhlak mulia, pendidikan

kelompok mata pelajaran kewarganegaraan dan kepribadian, pendidikan kelompok mata

pelajaran ilmu pengetahuan dan teknologi, pendidikan kelompok mata pelajaran estetika, atau

kelompok mata pelajaran pendidikan jasmani, olah raga, dan kesehatan”. Dengan demikian adalah penting adanya panduan yang memberikan arahan tentang implementasi pendidikan

berbasis keunggulan lokal di sekolah.

a. Tujuan PBKL

Adapun tujuan PBKL antara lain adalah: 1) Meningkatkan kompetensi peserta didik melalui pendidikan yang berbasis keunggulan

lokal dalam bidang keagamaan

2) Meningkatkan kompetensi peserta didik melalui pendidikan yang berbasis keunggulan

lokal dalam bidang akhlak mulai (budi pekerti)

3) Meningkatkan kompetensi peserta didik melalui pendidikan yang berbasis keunggulan

lokal dalam bidang kewarganegaraan

4) Meningkatkan kompetensi peserta didik melalui pendidikan yang berbasis keunggulan lokal dalam bidang kepribadian

5) Meningkatkan kompetensi peserta didik melalui pendidikan yang berbasis keunggulan

lokal dalam bidang ilmu pengetahuan dan sains 6) Meningkatkan kompetensi peserta didik melalui pendidikan yang berbasis keunggulan

lokal dalam bidang teknologi

7) Meningkatkan kompetensi peserta didik melalui pendidikan yang berbasis keunggulan

lokal dalam bidang estetika

8) Meningkatkan kompetensi peserta didik melalui pendidikan yang berbasis keunggulan

lokal dalam bidang jasmani dan olah raga 9) Meningkatkan kompetensi peserta didik melalui pendidikan yang berbasis keunggulan

lokal dalam bidang kesehatan

10) Meningkatkan kompetensi peserta didik melalui pendidikan yang berbasis keunggulan lokal dalam bidang lainnya.

Page 67: Panduan pelaksanaan sbi

Belajar Untuk Masa Depanku

QEC24711 - Panduan Pelaksanaan SBI 61

b. Pengertian dan Pengembangan Program PBKL

Sebagaimana kita pahami bahwa wilayah kesatuan Repubilk Indonesia kaya dan terdiri dari

beraneka ragam budaya, suku, agama, adat istiadat, bahasa daerah, dan secara geografis

terdiri dari berbagai pulau serta berbagai kondisi kehidupan masyarakat seperti daerah

terpencar, terpencil, terisolir, pinggiran, perkotaan, dan sebgainya. Kondisi yang beraneka

ragam yang dibungkus dalam bhineka tunggal ika, melahirkan kondisi kehidupan yang

beraneka ragam juga.

1) Keragaman potensi

Dengan demikian, terdapat beraneka ragam potensi dan kemampuan daerah/masyarakat yang sangat mungkin berbeda antara satu daerah dengan daerah

lain. Di samping dipengaruhi oleh kondisi yang secara alami ada tersebut,

keanekaragaman potensi juga dipengaruhi oleh sumber daya manusia yang ada.

Karena manusia memiliki sifat pembaharu, berubah, dinamis, dan memiliki tujuan

hidup yang lebih baik. Perkembangan dan kemajuan global juga sangat potensi

mempengaruhi terhadap kondisi yang alami ada, karena pada dasarnya suatu daerah/masyarakat tidak bisa menutup diri terhadap era globalisasi tersebut. Untuk

kondisi yang terakhir ini, akan mempengaruhi lahirnya potensi-potensi yang

baru/berkembang daripada sebelumnya yang tidak ada/belum berkembang, baik dalam lingkungan keluarga, masyarakat maupun sekolah. Dengan kata lain, suatu kondisi

(potensi) secara garis besar dibagi menjadi dua, yaitu potensi karena telah ada dan

secara alami ada, dan potensi yang “diadakan” atau dikembangkan karena tuntutan atau pengaruh eksternal.

Berdasarkan pengertian di atas, maka secara umum dapat dirinci beberapa kondisi

(potensi) pada suatu daerah atau masyarakat, diantaranya dapat dikelompokkan dalam:

• Potensi keagamaan dan akhlak mulia

• Potensi kewarganegaraan dan kepribadian

• Potensi ilmu pengetahuan dan teknologi

• Potensi estetika dan seni budaya

• Potensi jasmani, olah raga dan kesehatan

• Potensi lingkungan

• Potensi lainnya.

2) Potensi lokal

Di atas telah dijelaskan tentang pengertian potensi, keanekaragaman potensi, dan ciri-

ciri umum potensi yang unggul. Untuk pengertian “lokal”, dalam pembahasan ini dimaksudkan adalah suatu kondisi lingkungan tertentu atau wilayah dengan batas-

batas tertentu atau suatu daerah tertentu. Pengertian lokal ditinjau dari sudut pandang

lingkungan tertentu, maka dapat termasuk lingkungan keluarga, sekolah, masyarakat, dan lainnya yang secara kelembagaan memiliki sistem organisasi dan jaringan yang

terstruktur atau tersistem yang secara yuridis diakui keberadaannya. Sedangkan

pengertian lokal ditinjau dari sudut pandang geografis atau peta wilayah, maka dapat

dimaknai lokal adalah suatu wilayah kecamatan, kabupaten/kota, dan provinsi yang

semuanya itu merupakan bagian dari keseluruhan wilayah nasional suatu bangsa.

Dengan demikian, suatu potensi lokal yang ada dalam ranah “lingkungan” dapat

sekaligus juga bisa merupakan potensi dalam ranah kewilayahan. Sebagai contoh,

potensi lokal yang ada dalam lingkungan sekolah, dimana sekolah tersebut berada

dalam suatu wilayah tertentu, maka potensi tersebut dapat juga disebut sebagai potensi

Page 68: Panduan pelaksanaan sbi

Belajar Untuk Masa Depanku

Direktorat Pembinaan SMP - QEC24711 62

lokal pada suatu sekolah di wilayah yang bersangkutan. Dan untuk kepentingan disini, maka yang dimaksud dengan “potensi lokal” adalah potensi yang ada di suatu sekolah

dan sekaligus juga berada dalam suatu wilayah tertentu (misalnya potensi lokal di

sekolah “x” dalam kabupaten/kota “y”).

3) Karakteristik umum keunggulan

Secara alami, potensi-potensi suatu daerah atau masyarakat ada yang bersifat kurang/tidak potensial, potensial (biasa saja), dan sangat potensial. Berdasarkan

kriteria tertentu, dikatakan kurang/tidak potensial apabila suatu kondisi yang

susah/tidak memungkinkan untuk bisa dikembangkan; dikatakan potensial apabila suatu kondisi yang bisa atau memiliki banyak kemungkinan dapat dikembangkan;

sedangkan suatu kondisi disebut sangat potensial apabila kondisi tersebut mudah

dikembangkan, banyak dukungan, prospeknya sangat bagus/banyak keuntungan, dan memiliki keunggulan tertentu yang jarang atau tidak dimiliki oleh daerah lain.

Secara umum, suatu kondisi (potensi) dikatakan unggul apabila memiliki ciri-ciri

antara lain:

• memiliki nilai lebih;

• memiliki daya tarik banyak orang;

• bermanfaat lebih untuk kehidupan;

• dengan kelebihan tertentu, tidak setiap daerah/masyarakat memiliki;

• mudah dikembangkan menjadi nilai lebih;

• minimal dampak negatifnya apabila dikembangkan;

• hasilnya dapat dicapai dengan prestasi maksimal;

• mampu memberikan manfaat dalam berbagai bidang (pendidikan, ekonomi,

sosial, pribadi, budi pekerti/akhlak mulia, IPTEK, keagamaan, dan sebagainya);

• diakui oleh masyarakat lain (lokal, nasional, atau internasional).

4) Potensi keunggulan lokal

Dalam kerangka tanggung jawab secara moral dan material, maka berbagai potensi

(terlebih yang unggul) wajib dikembangkan, dilestarikan, dan bahkan mungkin

mampu berprestasi baik tingkat lokal, nasional ataupun mungkin internasional melalui

berbagai cara, strategi atau lainnya dan salah satunya adalah melalui pendidikan.

Karena pada dasarnya Tuhan telah membentuk umatnya dengan berbeda-beda kondisi

agar manusia saling menghargai, damai, gotong royong, rukun, dan mau untuk merubah kodrat melalui upaya-upaya sesuai kehendak-Nya. Anugerah tersebut

memiliki berbagai potensi yang dapat memberikan kebahagiaan hidup di dunia dan di

akherat nantinya. Dengan kata lain, potensi yang diterima umat manusia harus disyukuri dan dioptimalkan untuk kesejahteraan manusia itu sendiri yaitu melalui

pendidikan.

Seperti dijelaskan di atas bahwa keanekaragaman potensi daerah bisa secara alami

atau memang mengembangkan sesuatu sehingga menjadi potensi. Variasi potensi

daerah sangat dipengaruhi oleh berbagai hal, yaitu faktor geografi, demografi, agama,

budaya, sosial, lingkungan, perkembangan IPTEK, dan sebagainya. Dengan demikian

lebih lanjut akan sangat memungkinkan terjadi variasi potensi yang tinggi pula.

Maksudnya, makin banyak atau makin aneka ragam yang mempengaruhi atau

menentukan potensi daerah, maka akan makin banyak jenis potensi pada suatu daerah.

Page 69: Panduan pelaksanaan sbi

Belajar Untuk Masa Depanku

QEC24711 - Panduan Pelaksanaan SBI 63

Meskipun demikian, suatu potensi lokal belum tentu semuanya memiliki karakteristik sebagai sesuatu potensi yang unggul sebagaimana telah dijelaskan sebelumnya.

Penentuan potensi keunggulan lokal atau disebut potensi lokal yang unggul harus

memenuhi berbagai kriteria tersebut, baik secara kuantitatif maupun kualitatif. Berikut ini dijelaskan tentang potensi keunggulan lokal atau potensi lokal yang unggul

ditinjau dari berbagai kelompok potensi.

a) Potensi keunggulan lokal atau potensi lokal yang unggul di sekolah pada suatu wilayah tertentu ditinjau dari bidang keagamaan dan akhlak mulia. Misalnya:

pendalaman, pengkajian, dan pengamalan keagamaan serta pembinaan,

pengembangan, dan pembentukan manusia yang akhlaqul karimah.

b) Potensi keunggulan lokal atau potensi lokal yang unggul di sekolah pada suatu wilayah tertentu ditinjau dari bidang kewarganegaraan dan kepribadian. Misalnya: pembinaan, pendalaman, pengkajian, dan pengamalan Pancasila (dalam

implementasinya dapat merujuk kepada pengamalan eka prasetya panca karsa dan

atau butir-butir Pancasila). c) Potensi keunggulan lokal atau potensi lokal yang unggul di sekolah pada suatu

wilayah tertentu ditinjau dari bidang estetika, seni dan budaya. Misalnya:

pembinaan, pendalaman, pengkajian, apresiasi, diversifikasi, kreasi, dan pelestarian berbagai seni dan budaya daerah.

d) Potensi keunggulan lokal atau potensi lokal yang unggul di sekolah pada suatu wilayah tertentu ditinjau dari bidang ilmu pengetahuan, sains dan teknologi.

Misalnya: pembinaan, pendalaman, pengkajian, penelitian, diversifikasi, refleksi,

dan penerapan dalam kehidupan ataupun untuk pengembangan ilmu pengetahuan,

sains, dan teknologi itu sendiri. Potensi keunggulan lokal yang termasuk dalam bidang ini adalah sangat luas, yaitu dapat dijelaskan dari aspek geografis, sosial,

ekonomi, dan lain-lain.

e) Potensi keunggulan lokal atau potensi lokal yang unggul di sekolah pada suatu wilayah tertentu yang secara geografis berbeda (misalnya wilayah pernanian atau

perkebunan, peternakan, perikanan, pertambangan, industri, kelautan, pegunungan,

perkotaan, dan sebagainya), maka akan melahirkan suatu potensi keunggulan lokal yang berbeda pula.

Misalnya:

• potensi keunggulan lokal daerah pertanian atau perkebunan dapat melahirkan

suatu potensi atau dapat dikembangkan suatu potensi tentang: agropolitan pertanian, budi daya pertanian/tanaman hias, penelitian dan pengembangan

benih dan varitas pertanian, dan sebagainya.

• Suatu potensi keunggulan lokal daerah peternakan dapat melahirkan suatu

potensi atau dapat dikembangkan suatu potensi tentang: budi daya berbagai

ternak (burung walet, sapi, kambing, dan sebagainya), pengembangan fasilitas

budi daya ternak, penelitian, dan sebagainya.

• Suatu potensi keunggulan lokal daerah perikanan dapat melahirkan suatu

potensi atau dapat dikembangkan suatu potensi tentang: budi daya perikanan

dari berbagai jenis ikan, penelitian dan pengembangan bibit ikan,

pengembangan fasilitas budi daya, pengembangan pakan, pengembangan atau pemanfaatan hasil, dan sebagainya.

• Suatu potensi keunggulan lokal daerah pertambangan (tambang emas, batu

bara, timah, mangan, dan lain-lain) dapat melahirkan suatu potensi atau dapat

dikembangkan suatu potensi tentang: teknik atau cara penambangan, fasilitas

penambangan, penelitian jenis tambang, pelestarian lingkungan pertambangan,

dan sebagainya.

Page 70: Panduan pelaksanaan sbi

Belajar Untuk Masa Depanku

Direktorat Pembinaan SMP - QEC24711 64

• Suatu potensi keunggulan lokal daerah kelautan (nelayan) dapat melahirkan

suatu potensi atau dapat dikembangkan suatu potensi tentang: teknik atau cara menangkap ikan, pengembangan fasilitas nelayan, budi daya ikan tambak,

penelitian, pelestarian lingkungan pantai, dan sebagainya.

• Potensi keunggulan lokal atau potensi lokal yang unggul di sekolah pada suatu

wilayah tertentu ditinjau dari bidang jasmani, olah raga dan kesehatan.

Misalnya: pembinaan, pendalaman, apresiasi, kreasi, dan pengamalan untuk

berprestasi maupun untuk diterapkan dalam kehidupan.

5) Pendidikan Berbasis Keunggulan Lokal (PBKL)

Sebagaimana dijelaskan dalam UUSPN Nomor 20 Tahun 2003 bahwa pendidikan

adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses

pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk

memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan,

akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan

negara. Pendidikan nasional adalah pendidikan yang berdasarkan Pancasila dan

Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 yang berakar pada

nilai-nilai agama, kebudayaan nasional Indonesia dan tanggap terhadap tuntutan

perubahan zaman. Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan

membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta

didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha

Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab.

Dalam penjelasan sebelumnya disebutkan bahwa keunggulan lokal adalah suatu

potensi lingkungan sekolah dalam suatu wilayah tertentu (daerah kabupaten, kota atau provinsi) yang memenuhi karakteristik tertentu pula. Karakteristik tersebut baik

ditinjau secara umum maupun atas dasar pengelompokannya. Sedangkan pengertian

“berbasis” lebih kepada makna “yang didasarkan atas” atau “bertumpu kepada” sesuatu.

Dengan demikian, makna dari “Pendidikan Berbasis Keunggulan Lokal” adalah usaha

sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan

spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta

keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan Negara yang

didasarkan atas suatu potensi dari lingkungan sekolah dalam suatu wilayah tertentu

(daerah kabupaten, kota atau provinsi) yang memenuhi karakteristik tertentu pula

sebagai sesuatu yang unggul.

Pendidikan Berbasis Keunggulan Lokal (PBKL) ini diselenggarakan secara formal

pada jenjang pendidikan SMP untuk melengkapi dan atau menambahkan dari jenis

pendidikan lainnya yaitu non formal maupun informal. Sebab, tidak menutup

kemungkinan bagi suatu sekolah atau wilayah tertentu juga telah mengembangkan

kedua jenis pendidikan tersebut yang juga berbasis pada keunggulan lokal. Dalam

PBKL juga diharapkan juga mampu berfungsi mengembangkan potensi peserta didik

dengan penekanan pada penguasaan pengetahuan dan keterampilan fungsional serta

pengembangan sikap dan kepribadian profesional melalui potensi lokal yang unggul.

Page 71: Panduan pelaksanaan sbi

Belajar Untuk Masa Depanku

QEC24711 - Panduan Pelaksanaan SBI 65

Walaupun jenis pendidikan ini adalah suatu pendidikan yang berbasis keunggulan lokal, namun secara substansi (yang selanjutnya dikembangkan dalam kurikulum,

program, dan atau kegiatan) PBKL tetap harus memperhatikan tentang: peningkatan

iman dan takwa; peningkatan akhlak mulia; peningkatan potensi, kecerdasan, dan minat peserta didik; keragaman potensi daerah dan lingkungan; tuntutan pembangunan

daerah dan nasional; tuntutan dunia kerja; perkembangan ilmu pengetahuan,

teknologi, dan seni; agama; dinamika perkembangan global; dan persatuan nasional

dan nilai-nilai kebangsaan.

Pendidikan berbasis keunggulan lokal adalah suatu bentuk pendidikan yang dapat

diselenggarakan oleh jenis dan jenjang sekolah apapun, baik pada sekolah potensial/standar pelayanan minimal, sekolah standar nasional, rintisan sekolah

bertaraf internasional maupun sekolah bertaraf internasional. Pendidikan berbasis

keunggulan lokal bagi SMP atau yang sederajad dapat diselenggarakan baik secara

terpisah maupun terintegrasi dalam mata pelajaran-mata pelajaran dalam kelompok

mata pelajaran agama dan akhlak mulia, pendidikan kelompok mata pelajaran

kewarganegaraan dan kepribadian, pendidikan kelompok mata pelajaran ilmu pengetahuan dan teknologi, pendidikan kelompok mata pelajaran estetika, atau

kelompok mata pelajaran pendidikan jasmani, olah raga, dan kesehatan.

Catatan: Sekolah dapat menyelenggarakan Pendidikan Berbasis Keunggulan Lokal (PBKL) atas dasar PP

Nomor 19/2005 dan PP No 38/2007. Penyelenggaraan PBKL dapat mengacu kepada Buku Panduan

Penyelenggaraan PBKL yang disusun tersendiri.

5. Pengembangan Ekonomi Kreatif di Sekolah

Pembangunan pendidikan nasional ke depan didasarkan pada paradigma membangun

manusia Indonesia seutuhnya, yang berfungsi sebagai subyek yang memiliki kapasitas untuk

mengaktualisasikan potensi dan dimensi kemanusiaan secara optimal. Dimensi kemanusiaan

itu mencakup tiga hal paling mendasar, yaitu (1) afektif yang tercermin pada kualitas

keimanan, ketakwaan, akhlak mulia termasuk budi pekerti luhur serta kepribadian unggul, dan kompetensi estetis; (2) kognitif yang tercermin pada kapasitas pikir dan daya

intelektualitas untuk menggali dan mengembangkan serta menguasai ilmu pengetahuan dan

teknologi; dan (3) psikomotorik yang tercermin pada kemampuan mengembangkan keterampilan teknis, kecakapan praktis, dan kompetensi kinestetis.

a. Tujuan

Secara umum tujuan diadakannya Pengembangan Ekonomi Kreatif adalah untuk

melaksanakan dan mengembangkan kegiatan ekonomi berdasarkan pada kreativitas,

keterimpilan, dan bakat individu untuk menciptakan daya kreasi dan daya cipta individu

yang bernilai ekonomis dan berpengaruh pada kesejahteraan masyarakat Indonesia.

Adapun secara khusus tujuan dilaksanakannya pendidikan dan pelatihan yang

berorientasi kepada Pengembangan Ekonomi Kreatif antara lain adalah:

1) Meningkatkan dan mengembangkan kompetensi peserta didik melalui pendidikan dan

pelatihan yang berorientasi kepada Pengembangan Ekonomi Kreatif untuk

Page 72: Panduan pelaksanaan sbi

Belajar Untuk Masa Depanku

Direktorat Pembinaan SMP - QEC24711 66

membentuk jiwa dan pribadi yang kreatif, inovatif, wirausaha, dan mandiri sesuai dengan jenjang pendidikan dasar (SMP)

2) Mengembangkan kelembagaan sekolah yang berorientasi kepada Pengembangan

Ekonomi Kreatif pada jenjang pendidikan dasar (SMP) 3) Meningkatkan dan mengembangkan potensi sekolah yang berorientasi kepada

Pengembangan Ekonomi Kreatif pada jenjang pendidikan dasar (SMP)

4) Meningkatkan dan mengembangkan potensi SDM sekolah yang berorientasi kepada

Pengembangan Ekonomi Kreatif pada jenjang pendidikan dasar (SMP)

5) Meningkatkan dan mengembangkan jalinan kerjasama atau kemitraan yang

berorientasi kepada Pengembangan Ekonomi Kreatif pada jenjang pendidikan dasar

(SMP)

6) Meningkatkan dan mengembangkan potensi (sumber daya) lingkungan sekolah

(internal dan eksternal) yang berorientasi kepada Pengembangan Ekonomi Kreatif pada jenjang pendidikan dasar (SMP)

7) Mengembangkan kurikulum SMP dalam bidang: keimanan, ketaqwaan, kepribadian,

budi pekerti, ilmu pengetahuan dan teknologi, estetika, dan olahraga, yang mendukung kepada pemenuhan penyelenggaraan pendidikan dan pelatihan yang

berorientasi pada Pengembangan Ekonomi Kreatif

8) Mengembangkan pendidikan berbasis keunggulan lokal dalam bentuk pendidikan dan pelatihan yang berorientasi pada Pengembangan Ekonomi Kreatif, baik secara

terintegrasi maupun terpisah dalam penyelenggaraannya

9) Meningkatkan pembelajaran yang berkualitas dalam pendidikan dan pelatihan yang

berorientasi pada Pengembangan Ekonomi Kreatif

10) Menciptakan wadah kreativitas dan kewirausahaan bagi warga sekolah dan

stakeholder dalam kerangka pendidikan dan pelatihan yang berorientasi pada Pengembangan Ekonomi Kreatif

b. Pengertian ekonomi kreatif dalam system pendidikan

Sebagaimana telah dipahami bahwa prinsip ekonomi adalah suatu usaha dengan

pengorbanan yang sekecil-kecilnya untuk mendapatkan keuntungan yang sebesar-

besarnya (profit ekonomi). Dengan demikian ekonomi kreatif adalah suatu bentuk pengembangan, penciptaan, penemuan, pendalaman, modifikasi, adaptasi, adopsi, dan

lainnya oleh individu atau kelompok terhadap sesuatu aspek-aspek pendidikan (input)

yang akan bernilai atau memberi keuntungan uang, kesejahteraan, kebutuhan primer

manusia, dan sejenisnya. Sikap dan perbuatan untuk mencapai keuntungan ekonomi

tersebut dapat dilakukan oleh SDM yang memiliki jiwa entrepreneur, yaitu SDM yang

kreatif, inovatif, berani mengambil resiko, memiliki daya cipta, karsa serta karakteristik

lainnya seperti dijelaskan sebelumnya.

Implikasinya dalam dunia pendidikan antara lain bahwa dalam penyelenggaraan

pendidikan dan pelatihan dapat berorientasi pada hasil dan keuntungan ekonomi, baik

dalam jangka pendek, menengah maupun jangka panjang (rate of return), dengan melalui

berbagai kreativitas dalam fungsi, manajemen, dan tata kelola pendidikan.

c. Pengertian dan Program Pengembangan Ekonomi Kreatif (PEK)

Berdasarkan pada uraian di atas dapat diberikan pemahaman bahwa Pengembangan

Ekonomi Kreatif (PEK) adalah suatu upaya-upaya yang dilakukan oleh satuan

pendidikan atau penyelenggara pendidikan, dengan berbagai pendekatan kreatif dan

inovatif yang dijiwai semangat entrepreneurship untuk menciptakan sesuatu atau mengembangkan sesuatu, sehingga pada gilirannya dapat dihasilkan suatu keuntungan

Page 73: Panduan pelaksanaan sbi

Belajar Untuk Masa Depanku

QEC24711 - Panduan Pelaksanaan SBI 67

ekonomi. Dengan kata lain bahwa Pengembangan Ekonomi Kreatif adalah pengembangan kegiatan ekonomi berdasarkan pada kreativitas, keterimpilan, dan bakat

individu untuk menciptakan daya kreasi dan daya cipta individu yang bernilai ekonomis

dan berpengaruh pada kesejahteraan masyarakat Indonesia (Inpres No 6 Tahun 2009).

Dalam PEK di suatu sekolah, maka bidang-bidang yang dikembangkan diletakkan pada

suatu asumsi system pendidikan yang menuju pada system “perusahaan”, yang

mencerminkan indicator-indikator untuk menghasilkan dan mencapai tujuan pendidikan

yang bercirikan keuntungan ekonomi. Sistem yang dimaksudkan di sini adalah terdiri dari

komponen input-proses dan output.

Masing-masing komponen tersebut selanjutnya dikembangkan, dimana untuk tiap aspek

dari komponen input dikembangkan menjadi proses kreatif yang akan dipergunakan

untuk mengolah input, untuk menghasilkan sesuatu yang bercirikan keuntungan (output)

ekonomi. Maksudnya bahwa dalam PEK ini suatu system pendidikan atau persekolahan dikreate sedemikian rupa dari tiap aspek input pendidikan untuk menghasilkan

ketuntungan-keuntungan (output/outcome/dampak/impact) yang diproses secara kreatif.

Dalam pengembangan ekonomi kreatif ini akan memiliki perbedaan yang mendasar antara lembaga pendidikan tingkat dasar dengan tingkat menengah dan bahkan perguruan

tinggi. Pada pendidikan dasar lebih mengutamakan PEK yang membekali peserta didik

kepada muatan/penguatan kompetensi dasar untuk menumbuhkembangkan bakat dan minat anak sesuai tingkat perkembangan remaja. Dalam hal ini bisnis oriented belum

menjadi tujuan utama. Labih meletakkan fondasi kreativitas, kemandirian, wawasan,

gagasan, ide, dan sebagainya dalam bentuk pengamatan, replica, model, apresiasi, dan

sejenisnya yang mengarah kepada keuntungan ekonomi jangka panjang (rate of return

bidang ekonomi). Pada pendidikan menengah sudah meningkat kepada pembentukan

pribadi yang entrepreneur (penanaman jiwa wirausaha, manajemen dasar usaha, dan inti bisnis atau usaha), untuk diwujudkan dalam praktik usaha sederhana dengan keuntungan

ekonomi. Sedangkan PEK pada perguruan tinggi sudah membentuk calon-calon

wirausaha handal/tulen melalui pengembangan pendidikan dan pelatihan yang professional. Kemudian secara substansi aspek-aspek pokok yang dapat dilakukan dalam

PEK ditinjau dari sekolah sebagai system antara lain adalah:

1) Bidang SKL dan kurikulum, aspek-aspek yang dapat dikembangkan dalam PEK antara lain memuat: kompetensi aspek kepribadian, pengetahuan, biologi, fisika,

kimia, perkebunan/tanaman, kerajinan, kesenian, estetika, olah raga/kesehatan, dll

yang bersifat ekonomi/bisnis.

2) Bidang kelembagaan: struktur organisasi, bentuk badan hukum, perijinan, kerjasama,

dll yang mewadahi dan mendukung kegiatan diklat atau upaya yang bersifat

bisnis/ekonomi.

3) Bidang sarpras: memberdayakan yang ada, menciptakan berbagai peralatan/teknologi,

modifikasi sarpras yang ada, menyewakan, dll baik untuk sarana diklat, produksi,

konsumsi, rumah tangga, pertanian, transportasi, lingkungan, dll yang dapat menghasilkan keuntungan ekonomi.

4) Bidang manajemen: system POAC (Planing-Organizing-Actuating-Controlling), PDCA (Plan-Do-Check-Action), Just in Time, organisasi, administrasi, perencanaan

usaha, melaksanakan usaha, patok duga, studi kelayakan, analisis SWOT, pemasaran,

pengembangan/RD, analisis usaha, BEP, pelaporan/pembukuan, SIM, dll yang dapat

dipergunakan untuk mengelola usaha professional.

5) Bidang SDM: kuantitas, kualitas/kompetensi, kualifikasi, pengalaman, bidang

kemampuan/keahlian, pembinaan, rekruitmen, penghargaan, hukuman, dll yang

mendukung penanganan usaha atau mewirausahakan birokrasi.

Page 74: Panduan pelaksanaan sbi

Belajar Untuk Masa Depanku

Direktorat Pembinaan SMP - QEC24711 68

6) Bidang pendanaan: model swadaya, model kredit usaha, model saham, analisa biaya,

efisiensi biaya, dll yang dipergunakan untuk kecukupan usaha.

7) Bidang jaringan usaha: komunikasi bisnis, pengembangan relasi, pembentukan jaringan, pembentukan kerjasama, pertukaran informasi, pengembangan substansi, dll

untuk mendukung usaha.

8) Bidang diklat: penerapan link and match, penerapan pola magang, penerapan buka-tutup, penerapan penelitian/observasi/eksperimen/unjuk kerja/refleksi/model proyek,

dll untuk menghasilkan produk/keluaran yang bersifat ekonomik, pedagodik,

akademik, dan sebagainya.

Berdasarkan uraian di atas dapat diberikan pemahaman bahwa PEK adalah suatu system

yang dilaksanakan atas dasar system yang telah ada dan dikembangkan menjadi system

yang berosientasi pada pencapaian keuntungan ekonomi (“perusahaan”), melalui

pengembangan fungsi-fungsi sekolah dan manajemen usaha yang dilakukan secara kreatif

dan bertanggungjawab untuk menuju kemandirian sekolah, masyarakat, dan bangsa atas

keberhasilan menciptakan SDM yang berwirausaha

Catatan:

Sekolah dapat mengembangkan kegiatan-kegiatan yang bersifat ekonomi-kreatif berdasarkan Inpres

No 6 Tahun 2009. Terdapat 14 bidang yang dapat dikembangkan menjadi ekonomi kreatif.

Pengembangan Ekonomi Kreatif oleh sekolah dapat mengacu kepada Buku Panduan Pengembangan

Ekonomi Kreatif yang disusun tersendiri.

D. Kultur keunggulan global dan atau Pendidikan Berbasis Keunggulan Global (PBKG)

Bagi sekolah yang dikembangkan untuk menjadi SBI atau yang telah menjadi SBI terdapat media

khusus untuk mengembangkan kultur keunggulan global ini, yaitu Pendidikan Berbasis Keunggulan Global (PBKG) dan sebagai pendukungnya antara lain Pendidikan Berbasis

Keunggulan Lokal (PP No 19/2005 dan PP No 38/2007). Pendidikan Berbasis Keunggulan Global

(PBKG) di sini dimaksudkan adalah suatu bentuk pendidikan dan pembelajaran untuk menghasilkan lulusan yang memiliki kompetensi wawasan global, pengetahuan dan sikap yang

mencerminkan kehidupan dan pergaulan antar bangsa, dalam menghargai (toleransi) agama, suku,

ras, bahasa, perbedaan warna kulit, budaya, nilai, norma, dan lainnya dari bangsa-bangsa lain di

dunia ini. Melalui pendidikan ini diharapkan dalam lingkungan sekolah dapat menjadikan suatu

perilaku warga sekolah yang membudaya (menjadi kebiasaan) untuk mampu bersikap atau berbuat

yang mencerminkan kehidupan mendunia.

Pendidikan Berbasis Keunggulan Global (PBKG) adalah suatu bentuk pendidikan yang memenuhi

unsur-unsur “pendidikan” dengan muatan-muatan yang didasarkan atas keunggulan-keunggulan tertentu dan bersifat internasional (global). Suatu muatan atau potensi disebut memiliki

keunggulan global antara lain bercirikan: (a) berguna untuk kehidupan di tingkat internasional, (b)

semua negara memiliki potensi tersebut, (c) dapat dikompetisikan tingkat internasional, (d)

berlaku universal, (e) dan sebagainya.

1. Tujuan

Tujuan diselenggarakannya program-program atau kegiatan yang berbasis pada keunggulan

global ini antara lain:

Page 75: Panduan pelaksanaan sbi

Belajar Untuk Masa Depanku

QEC24711 - Panduan Pelaksanaan SBI 69

a. Menghasilkan peserta didik yang bermartabat dan memiliki kompetensi untuk menghargai perbedaan dari orang lain/masyarakat/bangsa lain terhadap agama, suku,

ras, bahasa, perbedaan warna kulit, budaya, nilai, norma, dan lainnya dalam kerangka

membangun kerukunan hidup di dunia. b. Menciptakan kehidupan kampus sekolah yang bercirikan “budaya” nasional dan

internasional, baik dalam berkomunikasi dan beraktivitas sehari-hari bagi warga

sekolah.

2. Program/kegiatan

Berdasarkan pemahaman di atas, maka bagi sekolah adalah menjadi sangat penting untuk

menciptakan atau mengkondisikan suatu keadaan sekolah yang mampu menjadikan peserta

didik dan pendidik atau warga sekolah lain untuk “berkehidupan” atau pembelajaran yang ada di sekolah bercirikan keunggulan global, diantaranya melalui program atau kegiatan:

a. kajian/pembelajaran tentang: suku, ras, bahasa, perbedaan warna kulit, budaya, nilai, norma, dan lainnya dari negara lain

b. student camp dengan sekolah dalam dan atau luar negeri

c. english day bagi warga sekolah d. debat bahasa inggris antar sekolah dalam dan atau luar negeri

e. LKIR/S berbahasa inggris tingkat nasional/regional

f. magang guru ke sekolah internasional (dalam atau luar negeri)

g. pertukaran pelajar dengan sekolah internasional (dalam atau luar negeri)

h. teleconference dengan sekolah internasional (dalam atau luar negeri)

i. interaksi dengan jasa internet dalam bermitra dengan sekolah internasional (dalam atau luar negeri)

j. unjuk kreasi budaya nasional ke ajang internasional

k. upacara berbaha inggris l. kegiatan sekolah berbahasa inggris

m. dan sebagainya.

Dengan melalui berbagai aktivitas ini diharapkan sekolah benar-benar mampu mencerminkan

sebagai sekolah yang (bertaraf) internasional.

Page 76: Panduan pelaksanaan sbi
Page 77: Panduan pelaksanaan sbi

Belajar Untuk Masa Depanku

QEC24711 - Panduan Pelaksanaan SBI 71

BAB VII

PENANAMAN KARAKTER DALAM MANAJEMEN SEKOLAH BERTARAF

INTERNASIONAL

Pengertian karakter menurut Pusat Bahasa Depdiknas adalah “bawaan, hati, jiwa, kepribadian, budi

pekerti, perilaku, personalitas, sifat, tabiat, temperamen, watak”; sedangkan berkarakter adalah

berkepribadian, berperilaku, bersifat, bertabiat, dan berwatak”. Karakter merupakan nilai-nilai

perilaku manusia yang berhubungan dengan Tuhan Yang Mahaesa, diri sendiri, sesama manusia, dan

lingkungan yang terwujud dalam pikiran, sikap, perasaan, dan perbuatan berdasarkan norma-norma

agama, hukum, tatakrama, budaya, dan adat istiadat.

Penanaman karakter dimaknakan sebagai upaya sekolah untuk mendidik, menumbuhkembangkan,

menciptakan, dan mengimplementasikan dalam kehidupan sehari-hari nilai-nilai perilaku warga

sekolah baik di sekolah maupun di luar sekolah terhadap yang berhubungan dengan Tuhan Yang

Mahaesa, diri sendiri, sesama manusia, dan lingkungan yang terwujud dalam pikiran, sikap, perasaan,

dan perbuatan berdasarkan norma-norma agama, hukum, tatakrama, budaya, dan adat istiadat yang

ada.

Hal ini sejalan dengan amanat pasal 31 ayat (3) UUD 1945 Amandemen, menugaskan kepada

pemerintah untuk mengusahakan dan menyelenggarakan satu sistem pendidikan nasional yang

meningkatkan keimanan dan ketakwaan serta akhlak mulia dalam rangka mencerdaskan kehidupan

bangsa, yang diatur dengan undang-undang. Salah satu jabaran dari amanat tersebut tertuang dalam

Ketetapan MPR No. VI/MPR/2001 tentang Etika Kehidupan Berbangsa, yang menyatakan “Mengarahkan orientasi pendidikan yang mengutamakan aspek pengenalan menjadi pendidikan yang

bersifat terpadu dengan menekankan ajaran etika yang bersumber dari ajaran agama dan budaya luhur

bangsa serta pendidikan watak dan budi pekerti yang menekankan keseimbangan antara kecerdasan intelektual, kematangan emosional dan spiritual, serta amal kebajikan”. Makna substansi semua itu

pada dasarnya adalah tentang pentingnya penanaman karakter dalam penyelenggaraan pendidikan bagi

warga sekolah, baik terhadap peserta didik, pendidik, tenaga kependidikan, dan lingkungan sekitarnya.

Dalam undang-undang nomor 20 Tahun 2003, tentang Sistem Pendidikan Nasional, pasal 3 ditegaskan

bahwa: “Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta

peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk

berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan

Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara

yang demokratis serta bertanggung jawab”. Pembangunan pendidikan nasional ke depan didasarkan

pada paradigma membangun manusia Indonesia seutuhnya, yang berfungsi sebagai subyek yang

memiliki kapasitas untuk mengaktualisasikan potensi dan dimensi kemanusiaan secara optimal.

Dimensi kemanusiaan itu mencakup tiga hal paling mendasar, yaitu: (i) afektif yang tercermin pada

kualitas keimanan, ketakwaan, akhlak mulia termasuk budi pekerti luhur serta kepribadian unggul dan kompetensi estetis; (ii) kognitif yang tercermin pada kapasitas pikir dan daya intelektualitas untuk

menggali dan mengembangkan serta menguasai ilmu pengetahuan dan teknologi, dan (iii)

psikomotorik yang tercermin pada kemampuan mengembangkan keterampilan teknis, kecakapan praktis dan kompetensi kinestetis.

Sesuai dengan tujuan pendidikan dan amanat peraturan perundangan yang berlaku, maka semua

pemangku kepentingan sekolah dan khususnya penyelenggara pendidikan mampu menciptakan pribadi-pribadi yang berkarakter yang antara lain adalah berakhlak mulia dan berbudi pekerti luhur

bagi warga sekolah terutama peserta didik, yang tercermin dalam kinerja semua komponen

pendidikan. Komponen-komponen tersebut meliputi komponen: pengembangan standar kompetensi

lulusan, pengembangan standar isi atau kurikulum, proses pembelajaran dan penilaian, pembinaan

Page 78: Panduan pelaksanaan sbi

Belajar Untuk Masa Depanku

Direktorat Pembinaan SMP - QEC24711 72

kesiswaan, pengelolaan dan pemberdayaan sarana prasarana, pemanfaatan dan pemberdayaan pendidik dan tenaga kependidikan, pengelolaan sekolah, dan penciptaan suasana sekolah yang kondusif.

A. Nilai-nilai dan aspek-aspek karakter dalam komponen Standar Kompetensi Lulusan

Sebagaimana diketahui dalam Permendiknas Nomor 23 Tahun 2006 tentang Standar Kompetensi

Lulusan (SKL) pada jenjang pendidikan SMP adalah mengandung 22 rumusan karakter lulusan,

dimana tiap rumusan karakter tersebut mengandung nilai-nilai kepribadian/budi pekerti/perilaku yang berhubungan dengan Tuhan, sesama manusia, diri sendiri, dan lingkungan, sebagaimana

terlihat dalam Tabel 2 di bawah ini.

Tabel 2. Rumusan, nilai-nilai, dan keterkaitan karakter pada kompetensi lulusan SMP

No. Rusumusan Karakter pada Komponen SKL

Nilai-nilai

karakter dalam

perilaku

Kaitan Karakter

dan tujuan

1. Mengamalkan ajaran agama yang dianut sesuai

dengan tahap perkembangan remaja

Bertakwa Tuhan

2. Memahami kekurangan dan kelebihan diri sendiri Reflektif Diri sendiri

3. Menunjukkan sikap percaya diri Percaya diri Diri sendiri

4. Mematuhi aturan-aturan sosial yang berlaku dalam

lingkungan yang lebih luas

Taat Sesama manusia

5. Menghargai keberagaman agama, budaya, suku,

ras, dan golongan sosial ekonomi dalam lingkup

nasional

Toleran Sesama manusia

6. Mencari dan menerapkan informasi dari lingkungan

sekitar dan sumbersumber lain secara logis, kritis,

dan kreatif

Logis, kritis,

analitis Diri sendiri

7. Menunjukkan kemampuan berpikir logis, kritis,

kreatif, dan inovatif

Kreatif dan Inovatif Diri sendiri

8. Menunjukkan kemampuan belajar secara mandiri

sesuai dengan potensi yang dimilikinya

Mandiri Diri sendiri

9. Menunjukkan kemampuan menganalisis dan

memecahkan masalah dalam kehidupan sehari-hari

Analitis Diri sendiri

10. Mendeskripsi gejala alam dan sosial Peka (sensitif) Lingkungan

11. Memanfaatkan lingkungan secara bertanggung

jawab

Bertanggung jawab Lingkungan

12. Menerapkan nilai-nilai kebersamaan dalam

kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan

bernegara demi terwujudnya persatuan dalam

Negara Kesatuan Republik Indonesia

Kebersamaan

(kooperatif) dan

demokratis

Sesama manusia

13. Menghargai karya seni dan budaya nasional Apresiatif Sesama manusia

14. Menghargai tugas pekerjaan dan memiliki

kemampuan untuk berkarya

Apresiatif Sesama manusia

15. Menerapkan hidup bersih, sehat, bugar, aman, dan

memanfaatkan waktu luang

Hidup sehat Diri sendiri

16. Berkomunikasi dan berinteraksi secara efektif dan

santun

Santun Sesama manusia

17. Memahami hak dan kewajiban diri dan orang lain

dalam pergaulan di masyarakat

Bertanggung jawab Diri sendiri dan

Sesama manusia

18. Menghargai adanya perbedaan pendapat Toleran Sesama manusia

19. Menunjukkan kegemaran membaca dan menulis

naskah pendek sederhana

Ingin tahu Diri sendiri

Page 79: Panduan pelaksanaan sbi

Belajar Untuk Masa Depanku

QEC24711 - Panduan Pelaksanaan SBI 73

20. Menunjukkan keterampilan menyimak, berbicara,

membaca, dan menulis dalam bahasa Indonesia dan

bahasa Inggris sederhana

Kompeten Diri sendiri

21. Menguasai pengetahuan yang diperlukan untuk

mengikuti pendidikan menengah

Kompeten Diri sendiri

22. Memiliki jiwa kewirausahaan Kompeten Diri sendiri

Berdasarkan uraian di atas nampak jelas bahwa lulusan SMP secara ideal akan memiliki

kompetensi karakter yang lengkap yaitu nilai-nilai perilaku yang secara ideal dapat

dikelompokkan dalam empat (4) hal sesuai dengan tujuan atau sasarannya yaitu terhadap Tuhan, diri sendiri, sesama manusia dan terhadap lingkungan sekitarnya, yaitu:

a. Nilai-nilai perilaku manusia terhadap Tuhan, meliputi: taat kepada Tuhan YME, syukur

(berterima kasih), ikhlas, sabar (kepada Tuhan), dan tawakkal (berserah diri kepada Tuhan).

b. Nilai-nilai perilaku manusia terhadap diri sendiri, meliputi: Reflektif, Percaya diri, Rasional,

Logis, kritis, analitis, Kreatif dan Inovatif, Mandiri, Hidup sehat, Bertanggung jawab, Cinta ilmu, Sabar, Berhati-hati, Rela Berkorban, Pemberani, Dapat dipercaya, Jujur, Menepati Janji,

Adil, Rendah hati, Malu berbuat salah, Pemaaf, Berhati Lembut, Setia, Bekerja Keras, Tekun,

Ulet/gigih, Teliti, Berinisiatif, Berpikir Positif , Disiplin, Antisipatif, Inisiatif, Visioner, Bersahaja, Bersemangat, Dinamis, Hemat/efisien, Menghargai waktu, Pengabdian/dedikatif,

Pengendalian diri, Produktif, Ramah, Cinta keindahan (estetis), Sportif, Tabah, Terbuka, dan

Tertib. c. Nilai-nilai perilaku manusia terhadap masyarakat/sesama manusia, meliputi: Taat peraturan,

Toleran, Peduli, Kebersamaan (kooperatif), Demokratis, Apresiatif, Santun, Bertanggung

jawab, Menghormati Orang Lain, Menyayangi Orang Lain, Pemurah dan Dermawan,

Mengajak berbuat baik, Berbaik sangka, Empati, Konstruktif, dan Berwawasan kebangsaan.

d. Nilai-nilai perilaku manusia terhadap lingkungan, meliputi: peduli dan bertanggung jawab

terhadap pelestarian, pemeliharaan, dan pemanfaatan tumbuhan, binatang, dan lingkungan

alam sekitar

B. Strategi penanaman karakter melalui manajemen sekolah

Dalam upaya untuk menanamkan (dalam artian pendidikan) karakter kepada warga sekolah (khususnya peserta didik), maka memerlukan suatu strategi, metode, dan cara-cara yang jitu.

Dengan kata lain, pendidikan atau penanaman karakter dapat diselenggarakan sebagai suatu

sistem yang jelas dan dapat terimplementasikan di sekolah. Beberapa contoh antara lain melalui

manajemen sekolah, proses pembelajaran, pembinaan kesiswaan, maupun komponen pendidikan

lainnya sebagaimana dijelaskan sebelumnya.

Peristilahan atau bahasa lain secara sederhana tentang manajemen yang telah banyak dipahami

oleh kebanyakan orang adalah pengelolaan, dengan demikian pengertian “memanage” adalah

mengelola. Apabila pengertian tersebut diterapkan dalam suatu departemen, lembaga, perusahaan,

organisasi, dan sebagainya, maka pengertiannya menjadi mengelola departemen, lembaga,

perusahaan, organisasi, dan sebagainya. Berdasarkan keilmuannya, maka menurut para ahli

definisi manajemen antara lain sebagai berikut: (a) H. Koontz & O’Donnel dikutip dari Aldag

(1987) menyatakan bahwa “manajemen berhubungan dengan pencapaian suatu tujuan yang

dilakukan melalui dan dengan orang lain”; (b) George Terry dikutip dari A. B. Siregar (1987)

berpendapat bahwa “manajemen adalah proses yang membeda-bedakan atas: perencanaan,

pengorganisasian, penggerakan pelaksanaan dan pengendalian, dengan memanfaatkan ilmu dan

seni, agar tujuan yang telah ditetapkan dapat tercapai”; dan (c) menurut Matthias Aroef dikutip

Page 80: Panduan pelaksanaan sbi

Belajar Untuk Masa Depanku

Direktorat Pembinaan SMP - QEC24711 74

dari A.B. Siregar (1987) mengemukakan bahwa manajemen adalah “sekumpulan orang yang

memiliki tujuan bersama dan bekerja sama untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan”; dan

masih banyak lagi definisi atau pengertian tentang manajemen tersebut.

Dalam manajemen terkandung pengertian pemanfaatan sumberdaya untuk tercapainya tujuan itu

sendiri. Dapat dikatakan juga bahwa sumberdaya tersebut adalah unsur-unsur dalam manajemen,

yaitu: manusia (man), bahan (materials), mesin/peralatan (machines), metode/cara kerja

(methods), modal uang (money), informasi (information). Sumberdaya tadi bersifat terbatas, maka

tugas manajer adalah mengelola keterbatasan sumber daya secara efisien dan efektif agar tujuan

tercapai. Manajemen adalah cara pencapaian tujuan dengan pengerahan dan pemanfaatan

sumberdaya (manusia, modal, mesin produksi). Proses manajemen adalah proses yang

berlangsung terus menerus, dimulai dari: membuat perencanaan dan pembuatan keputusan

(planning); mengorganisasikan sumberdaya yang dimiliki (organizing); menerapkan

kepemimpinan untuk menggerakkan sumberdaya (actuating); melaksanakan pengendalian

(controlling). Proses di atas sering disebut dengan pendekatan Barat dengan konsep POAC

(Planning-Organizing-Actuating-Controlling), berbeda dengan pendekatan Jepang yang dikenal

dengan pendekatan PDCA (Plan-Do-Check-Action).

Dari berbagai definisi di atas dapat disimpulkan bahwa manajemen adalah berkaitan dengan

usaha memelihara kerja sama sekelompok orang, dengan memanfaatkan sumberdaya untuk mencapai tujuan yang ditetapkan. Dengan demikian, implementasinya dalam dunia pendidikan

yang dimaksudkan dengan manajemen pendidikan adalah suatu proses perencanaan, pelaksanaan,

dan evaluasi pendidikan dalam upaya untuk menghasilkan lulusan yang sesuai dengan visi, misi, dan tujuan pendidikan itu sendiri. Karena pada dasarnya pendidikan adalah suatu usaha sadar dan

terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara

aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan,

pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan

dirinya, masyarakat, bangsa dan negara yang berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar

Negara Republik Indonesia Tahun 1945 yang berakar pada nilai-nilai agama, kebudayaan

nasional Indonesia dan tanggap terhadap tuntutan perubahan zaman.

Mengacu pada pengertian-pengertian manajemen tersebut, maka dalam kerangka penanaman

karakter pada dasarnya adalah bagaimana melakukan pengelolaan sekolah yang “berkarakter”.

Pengertian atau makna berkarakter di sini adalah bahwa pada saat pemanfaatan dan

pemberdayan seluruh sumber daya yang dimiliki sekolah, melalui proses dan pendekatan dalam

rangka mencapai tujuan secara efektif dan efisien, berdasarkan dan mencerminkan karakter yang luhur, sesuai dengan pandangan hidup bangsa. Beberapa nilai-nilai karakter yang harus dipenuhi

dalam pengelolaan sekolah antara lain meliputi: taat peraturan, toleran, peduli, kebersamaan

(kooperatif), demokratis, apresiatif, santun, bertanggung jawab, menghormati orang lain,

menyayangi orang lain, pemurah dan dermawan, mengajak berbuat baik, merbaik sangka, empati,

konstruktif, dan berwawasan kebangsaan yang kesemuanya itu adalah nilai-nilai perilaku

pengelola terhadap sesama pengelola maupun yang dikelola. Di samping itu, juga dalam

pengelolaan sekolah yang berkarakter adalah memenuhi nilai-nilai perilaku pengelola dan yang

dikelola terhadap lingkungan, seperti peduli dan bertanggung jawab terhadap pelestarian,

pemeliharaan, dan pemanfaatan tumbuhan, binatang, dan lingkungan alam sekitar.

Untuk mencapai model manajemen yang berkarakter sebagaimana dijelaskan di atas, maka

diperlukan pola kepemimpinan yang memenuhi karakter khusus seperti: taat kepada Tuhan YME,

syukur (berterima kasih), ikhlas, sabar (kepada Tuhan), dan tawakkal (berserah diri kepada Tuhan), reflektif, percaya diri, rasional, logis, kritis, analitis, kreatif dan inovatif, mandiri, hidup

sehat, bertanggung jawab, cinta ilmu, sabar, berhati-hati, rela berkorban, pemberani, dapat

dipercaya, jujur, menepati janji, adil, rendah hati, malu berbuat salah, pemaaf, berhati lembut,

Page 81: Panduan pelaksanaan sbi

Belajar Untuk Masa Depanku

QEC24711 - Panduan Pelaksanaan SBI 75

setia, bekerja keras, tekun, ulet/gigih, teliti, berinisiatif, berpikir positif , disiplin, antisipatif, inisiatif, visioner, bersahaja, bersemangat, dinamis, hemat/efisien, menghargai waktu,

pengabdian/dedikatif, pengendalian diri, produktif, ramah, cinta keindahan (estetis), sportif,

tabah, terbuka, dan tertib.

Page 82: Panduan pelaksanaan sbi
Page 83: Panduan pelaksanaan sbi

Belajar Untuk Masa Depanku

QEC24711 - Panduan Pelaksanaan SBI 77

BAB VIII

KEWENANGAN PENYELENGGARAAN SEKOLAH BERTARAF

INTERNASIONAL

Sebagaimana telah diketahui bahwa dalam UUSPN Nomor 20 Tahun 2003 telah diamanatkan tentang

keharusan untuk menyelenggarakan, mengelola, dan melakukan pembinaan terhadap sekolah yang

telah memenuhi kriteria SBI pada setiap kabupaten/kota. Terkait dengan ini, maka kewenangan dalam

penyelenggaraan, pengelolaan, dan pembinaan SBI SMP telah juga diatur dalam PP Nomor 38 Tahun

2007 antara pemerintah (pusat), pemerintah daerah provinsi, dan pemerintah daerah kabupaten/kota.

Dalam kenyataannya, Direktorat Pembinaan SMP sejak tahun 2007 telah menetapkan beberapa SMP yang disiapkan untuk dikembangkan menjadi SBI yaitu sebanyak 299 sekolah. Untuk sementara ini

sesuai dengan kewenangannya, pemerintah telah melakukan pembinaan sebagaimana mestinya beserta

pemerintah daerah. Dalam kerangka implementasi dari PP No 38 Tahun 2007, maka penting untuk segera dilaksanakan serah terima status penyelenggaraan, pengelolaan, dan pembinaan sekolah-

sekolah tersebut dari pemerintah daerah kabupaten/kota kepada pemerintah daerah provinsi. Hal ini

juga telah ditegaskan dalam Permendiknas No 78 Tahun 2009 bahwa pemerintah daerah provinsi menerima penyerahan penyelenggaraan, pengelolaan, dan pembinaan RSBI/SBI SMP dari pemerintah

daerah kabupaten/kota.

A. Pembagian Urusan Pemerintahan antara Pemerintah, Pemerintah Daerah Provinsi, dan

Pemerintah Daerah Kabupaten/ Kota Bidang Pendidikan

Dijelaskan dalam Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2007 tentang Pembagian Urusan

Pemerintahan antara Pemerintah, Pemerintah Daerah Provinsi, dan Pemerintah Daerah

Kabupaten/ Kota, khususnya Pembagian Urusan Pemerintahan Bidang Pendidikan, bahwa pengertian tentang urusan pemerintahan adalah fungsi-fungsi pemerintahan yang menjadi hak dan

kewajiban setiap tingkatan dan/atau susunan pemerintahan untuk mengatur dan mengurus fungsi-

fungsi tersebut yang menjadi kewenangannya dalam rangka melindungi, melayani,

memberdayakan, dan menyejahterakan masyarakat. Urusan pemerintahan yang dibagi bersama

antar tingkatan dan/atau susunan pemerintahan adalah semua urusan pemerintahan (kecuali

urusan politik luar negeri, pertahanan, keamanan, yustisi, moneter dan fiskal nasional, serta

agama), yaitu terdiri atas 31 (tiga puluh satu) bidang urusan pemerintahan, dan salah satunya

adalah bidang urusan pendidikan. Setiap bidang urusan pemerintahan terdiri dari sub bidang,

dan setiap sub bidang terdiri dari sub sub bidang, yang selengkapnya ada dalam lampiran,

termasuk bidang urusan pendidikan. Pembagian urusan pemerintahan berdasarkan kriteria eksternalitas, akuntabilitas, dan efisiensi dengan memperhatikan keserasian hubungan antar

tingkatan dan/atau susunan pemerintahan.

Pemerintahan daerah provinsi dan pemerintahan daerah kabupaten/kota mengatur dan mengurus urusan pemerintahan yang berdasarkan kriteria pembagian urusan pemerintahan yang menjadi

kewenangannya dan urusan pemerintahan tersebut terdiri atas urusan wajib dan urusan pilihan.

Urusan wajib adalah urusan pemerintahan yang wajib diselenggarakan oleh pemerintahan daerah

provinsi dan pemerintahan daerah kabupaten/kota, berkaitan dengan pelayanan dasar, dimana

salah satunya adalah: bidang urusan pendidikan dari jumlah seluruhnya 26 urusan.

Penyelenggaraan urusan wajib berpedoman pada standar pelayanan minimal yang ditetapkan

Pemerintah dan dilaksanakan secara bertahap. Pemerintahan daerah yang melalaikan

penyelenggaraan urusan pemerintahan yang bersifat wajib, penyelenggaraannya dilaksanakan oleh Pemerintah dengan pembiayaan bersumber dari anggaran pendapatan dan belanja daerah yang

bersangkutan. Sebelum penyelenggaraan urusan pemerintahan ditangani pemerintah, maka

Page 84: Panduan pelaksanaan sbi

Belajar Untuk Masa Depanku

Direktorat Pembinaan SMP - QEC24711 78

pemerintah melakukan langkah-langkah pembinaan terlebih dahulu berupa teguran, instruksi, pemeriksaan, sampai dengan penugasan pejabat Pemerintah ke daerah yang bersangkutan untuk

memimpin penyelenggaraan urusan pemerintahan yang bersifat wajib tersebut.

Pemerintah menetapkan norma, standar, prosedur, dan kriteria untuk pelaksanaan urusan wajib

dan urusan pilihan, dengan memperhatikan keserasian hubungan Pemerintah dengan pemerintahan

daerah dan antar pemerintahan daerah sebagai satu kesatuan sistem dalam kerangka Negara

Kesatuan Republik Indonesia melibatkan pemangku kepentingan terkait. Pemerintahan daerah

provinsi dan pemerintahan daerah kabupaten/kota dalam melaksanakan urusan pemerintahan

wajib dan pilihan berpedoman kepada norma, standar, prosedur, dan kriteria tersebut. Urusan

pemerintahan wajib dan pilihan yang menjadi kewenangan pemerintahan daerah ditetapkan dalam

peraturan daerah untuk menjadi dasar penyusunan susunan organisasi dan tata kerja perangkat

daerah. Pelaksanaan urusan pemerintahan yang mengakibatkan dampak lintas daerah dikelola bersama oleh daerah terkait , maka tata cara pengelolaan bersama urusan pemerintahan

berpedoman pada peraturan perundang-undangan.

Pemerintah berkewajiban melakukan pembinaan kepada pemerintahan daerah untuk mendukung

kemampuan pemerintahan daerah dalam menyelenggarakan urusan pemerintahan yang menjadi

kewenangannya. Apabila pemerintahan daerah ternyata belum juga mampu menyelenggarakan urusan pemerintahan setelah dilakukan pembinaan, maka untuk sementara penyelenggaraannya

dilaksanakan oleh Pemerintah. Pemerintah menyerahkan kembali penyelenggaraan urusan

pemerintahan apabila pemerintahan daerah telah mampu menyelenggarakan urusan pemerintahan.

Khusus untuk Pemerintahan Daerah Provinsi DKI Jakarta rincian urusan pemerintahan yang

menjadi kewenangan kabupaten/kota sebagaimana tertuang dalam lampiran Peraturan Pemerintah

ini secara otomatis menjadi kewenangan provinsi dan urusan pemerintahan di Provinsi Papua dan Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam berpedoman pada peraturan perundang-undangan yang

mengatur otonomi khusus daerah yang bersangkutan.

B. Pembagian Urusan Pemerintahan antara Pemerintah, Pemerintah Daerah Provinsi, dan

Pemerintah Daerah Kabupaten/ Kota Bidang Penyelenggaraan SBI

Dijelaskan dalam Permendiknas Nomor 78 Tahun 2009 Tentang Penyelenggaraan SBI pada

Jenjang Pendidikan Dasar dan Menengah bahwa terdapat pembagian kewenangan atau urusan

pemerintahan antara Pemerintah, Pemerintah Daerah Provinsi, dan Pemerintah Daerah

Kabupaten/Kota dalam penyelenggaraan SBI.

1. Penyelenggaraan SBI secara bersama antara Pemerintah, Pemerintah Daerah Provinsi dan

Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota

Pada dasarnya antara pemerintah, pemerintah provinsi, dan/atau pemerintah kabupaten/kota menyelenggarakan sekurang-kurangnya satu (1) SBI jenjang SMP. Namun apabila pemerintah

kabupaten/kota tidak mampu menyelenggarakan, maka pemerintah kabupaten/kota bekerja

sama dengan pemerintah provinsi untuk secara bersama-sama menyelenggarakan SBI

tersebut. Dan apabila ternyata pemerintah kabupaten/kota dan pemerintah provinsi tidak

mampu menyelenggarakan, maka pemerintah provinsi dan kabupaten/kota dapat bekerja sama

dengan Pemerintah. Sedangkan bagi masyarakat (swasta) dapat menyelenggarakan SBI sesuai

dengan kondisi dan kemampuan masyarakat dan memenuhi kriteria yang telah ditetapkan

pemerintah. Penyelenggaraan SBI dilakukan oleh penyelenggara setelah memperoleh izin dari

Menteri Pendidikan Nasional.

Page 85: Panduan pelaksanaan sbi

Belajar Untuk Masa Depanku

QEC24711 - Panduan Pelaksanaan SBI 79

Catatan: Pemerintah Kabupaten/Kota menyelenggarakan SBI bersifat membantu pemerintah provinsi

dan atau pemerintah pusat.

2. Pendirian SBI oleh pemerintah

Pemerintah dapat mendirikan sekolah bertaraf internasional atau SBI dan pada suatu saat

selanjutnya akan diserahkan kepada pemerintah daerah yang bersangkutan sesuai dengan

kewenangannya. Sepenuhnya yang berwenang menyelenggarakan SBI adalah pemerintah

provinsi. Pemerintah dapat merencanakan kebutuhan, mengangkat, menempatkan,

memutasikan, memberikan kesejahteraan, memberikan penghargaan, memberikan

perlindungan, melakukan pembinaan dan pengembangan, dan memberhentikan pendidik dan

tenaga kependidikan Pegawai Negeri Sipil pada satuan pendidikan bertaraf internasional yang

diselenggarakan oleh Pemerintah.

3. Penyelenggaraan SBI oleh pemerintah provinsi

Pemerintah provinsi menyelenggarakan paling sedikit 1 (satu) SMP bertaraf internasional

dan/atau memfasilitasi penyelenggaraan paling sedikit 1 (satu) SMP bertaraf internasional

yang diselenggarakan masyarakat (swasta) di setiap kabupaten/kota di wilayahnya dengan

persetujuan pemerintah pusat.

Pemerintah provinsi merencanakan kebutuhan, mengangkat, menempatkan, memutasikan,

memberikan kesejahteraan, memberikan penghargaan, memberikan perlindungan, melakukan

pembinaan dan pengembangan, dan memberhentikan pendidik dan tenaga kependidikan Pegawai Negeri Sipil pada SMP bertaraf internasional atau SBI yang diselenggarakan oleh

pemerintah provinsi. Pemerintah, pemerintah provinsi, dan pemerintah kabupaten/kota dapat

menugaskan pendidik Pegawai Negeri Sipil pada SBI yang diselenggarakan masyarakat. Mutasi kepala sekolah pegawai negeri sipil pada SBI harus mendapat izin dari Menteri.

4. Peran atau kewenangan pemerintah kabupaten/kota dalam penyelenggaraan SBI

Pemerintah kabupaten/kota dapat membantu penyelenggaraan SMP bertaraf internasional

(SBI), baik yang diselenggarakan oleh provinsi maupun pemerintah. Pemerintah

kabupaten/kota juga dapat merintis SBI bekerjasama dengan provinsi atas dasar persetujuan

pemerintah, untuk selanjutnya diserahkan penyelenggaraannya kepada pemerintah provinsi.

C. Penyerahan kewenangan penyelenggaraan RSBI/SBI

Pemerintah kabupaten/kota menyerahkan SMP yang bertaraf internasional (SBI) dan yang disiapkan untuk dikembangkan menjadi SBI (RSBI) kepada pemerintah provinsi. Pemerintah

provinsi menerima satuan pendidikan (RSBI dan atau SBI) yang diserahkan oleh pemerintah

kabupaten/kota atau provinsi mendirikan satuan pendidikan dasar dan satuan pendidikan

menengah untuk dikembangkan menjadi SBI (RSBI). Dasar penyerahan kewenangan

penyelenggaraan RSBI/SBI ini di samping Permendiknas Nomor 78 Tahun 2009 juga

berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2007, Peraturan Pemerintah Nomor 48

Tahun 2008 Tentang Pendanaan Pendidikan, dan Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005

Tentang Standar Nasional Pendidikan.

Sesuai dengan Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2007 sebagaimana disebutkan di atas,

bahwa kewenangan penyelenggaraan RSBI/SBI adalah pemerintah, pemerintah provinsi, dan

pemerintah kabupaten/kota (khusus untuk Sekolah Dasar). Berdasarkan peraturan pemerintah

Page 86: Panduan pelaksanaan sbi

Belajar Untuk Masa Depanku

Direktorat Pembinaan SMP - QEC24711 80

tersebut terdapat enam (6) aspek yang menjadi kewenangan baik oleh pemerintah, pemerintah provinsi, dan pemerintah kabupaten/kota, yaitu aspek: kebijakan, pembiayaan, kurikulum,

sarana dan prasarana, pendidik dan tenaga kependidikan, dan pengendalian mutu dalam

penyelenggaraan RSBI / SBI. Secara substansi, apa-apa yang diserahkan dari pemerintah kabupaten/kota kepada pemerintah daerah provinsi pada dasarnya adalah isi dari setiap aspek

dari enam aspek tersebut. Sebelum pelaksanaan serah terima kewenangan, maka diharapkan

terlebih dahulu terselenggara koordinasi dan musyawarah antara pemerintah daerah provinsi

dan pemerintah daerah kabupaten/kota. Koordinasi ini penting dilakukan untuk saling

memahami, saling menyepakati, dan saling mendukung terhadap isi-isi dan mekanisme yang

akan dilakukan dalam diserahterimakan.

Untuk memberikan gambaran dan pemahaman tentang isi tiap aspek dalam penyerahan

kewenangan ini, maka di bawah ini dijelaskan tentang kewenangan pemerintah daerah provinsi dan pemerintah kabupaten/kota secara lebih rinci untuk tiap aspek tersebut beserta

contoh berita acaranya.

I. IMPLEMENTASI URUSAN PEMERINTAHAN BIDANG PENDIDIKAN SUB

BIDANG KEBIJAKAN SUB-SUB BIDANG KEBIJAKAN PENDIDIKAN DAN

STANDAR DALAM PENYELENGGARAAN RSBI/SBI SMP OLEH PEMERINTAH

DAERAH TERKAIT DENGAN SERAH TERIMA DARI PEMERINTAH DAERAH

KABUPATEN/KOTA KEPADA PEMERINTAH DAERAH PROVINSI

A. KEWENANGAN PEMERINTAH DAERAH PROVINSI:

1. Melakukan kajian dan pemahaman bersama-sama dengan unsur legislatif daerah tentang regulasi

dan kebijakan pemerintah yang berkaitan dengan penyelenggaraan RSBI/SBI SMP sebagaimana

tercantum dalam Bab Dasar Hukum di atas, khususnya tentang: UUSPN No 20/2003, Peraturan

Pemerintah Nomor 19/2005, Peraturan Pemerintah Nomor 38/2007, Peraturan Pemerintah

Nomor 48/2008, dan Permendiknas yang mengatur SNP.

2. Menetapkan kebijakan umum penyelenggaraan pendidikan tingkat provinsi

3. Menetapkan kebijakan tentang koordinasi dan sinkronisasi dengan pemerintah daerah

kabupaten/kota dalam hal kebijakan operasional dan program pendidikan antar kabupaten/kota

terhadap penyelenggaraan RSBI/SBI SMP

4. Menetapkan kebijakan operasional pendidikan tingkat provinsi sesuai dengan kewenangan

tentang penyelenggaraan RSBI/SBI SMP

5. Menetapkan kebijakan operasional penyelenggaraan RSBI, baik yang dirintis oleh pemerintah

pusat) maupun oleh pemerintah daerah kabupaten/kota,

6. Menetapkan kebijakan operasional tentang serah terima penyelenggaraan RSBI/SBI SMP dari

kabupeten/kota kepada pemerintah daerah provinsi

7. Membuat dan menetapkan perencanaan strategis penyelenggaraan pendidikan dasar, khususnya

penyelenggaraan RSBI/SBI SMP pada tingkat provinsi dan mengupayakan tiap kab/kota

terselenggara satu buah SMP RSBI atau SBI oleh provinsi sesuai dengan perencanaan strategis

pendidikan nasional

8. Membuat dan menetapkan perencanaan penjaminan mutu pendidikan dasar khususnya RSBI/SBI

SMP untuk memenuhi standar nasional, dalam aspek-aspek SNP (8 aspek) sesuai dengan

kemampuan daerah dan dituangkan dalam perencanaan pendidikan daerah provinsi sesuai

dengan perencanaan strategis pendidikan nasional

9. Menetapkan semua kebijakan penyelenggaraan pendidikan di atas (point 2 sampai dengan 8)

dalam bentuk Peraturan Daerah Bidang Pendidikan Pemerintah daerah provinsi

10. Melaksanakan koordinasi dan sinkronisasi dengan pemerintah daerah kabupaten/kota dalam hal

pelaksanaan kebijakan operasional dan program pendidikan antar kabupaten/kota tentang

penyelenggaraan RSBI/SBI SMP

Page 87: Panduan pelaksanaan sbi

Belajar Untuk Masa Depanku

QEC24711 - Panduan Pelaksanaan SBI 81

11. Melaksanakan koordinasi dengan pemerintah daerah kabupaten/kota dalam penyerahan

urusan/kewenangan pengelolaan dan penyelenggaraan RSBI SMP, baik mengenai substansi

maupun tanggungjawab/kewenangan masing-masing

12. Melaksanakan serah terima penyelenggaraan, pengelolaan, dan pembinaan RSBI/SBI SMP

dari pemerintah daerah kabupaten/kota kepada pemerintah daerah provinsi (format Berita

Acara lihat contoh)

13. Melaksanakan sosialisasi pemenuhan minimal 8 aspek SNP (Indikator Kinerja Kunci

Minimal/IKKM) dan pemenuhan dimensi-dimensi keinternasionalan (Indikator Kinerja Kunci

Tambahan (IKKT) pada RSBI/SBI SMP

14. Melaksanakan pemenuhan minimal 8 aspek SNP (Indikator Kinerja Kunci Minimal atau IKKM)

pada RSBI/SBI SMP

15. Melaksanakan koordinasi atas pengelolaan dan penyelenggaraan pendidikan, pengembangan

tenaga kependidikan dan penyediaan fasilitas penyelenggaraan pendidikan lintas kabupaten/kota,

untuk RSBI/SBI SMP sesuai pedoman yang ditetapkan pemerintah

16. Melaksanakan koordinasi dengan kabupaten/kota dalam pengelolaan dan penyelenggaraan

penyiapan sekolah yang dikembangkan menjadi SBI atau disebut RSBI

17. Menyelenggarakan dan/atau mengelola RSBI dan SBI SMP tiap kabupaten/kota

18. Melaksanakan pemantauan dan evaluasi RSBI/SBI SMP sesuai kewenangannya, dengan

mengacu pada kebijakan, konsep, kriteria, dan standar evaluasi yang disusun pusat serta

berpedoman kepada perangkat instrumen yang disusun pusat

19. Membantu melaksanakan pemantauan dan evaluasi RSBI/SBI SMP yang dilaksanakan oleh

pusat

20. Melaksanakan supervise RSBI/SBI SMP yang menjadi kewenangannya dan membantu pusat

dalam melaksanakan hal yang sama

21. Membuat pelaporan hasil monitoring dan evaluasi RSBI/SBI SMP kepada pemerintah pusat

22. Mengembangkan sistem informasi manajemen pendidikan tingkat provinsi, termasuk RSBI/SBI

SMP

23. Melaksanakan peremajaan data RSBI/SBI SMP dalam sistem infomasi manajemen pendidikan

untuk tingkat provinsi

B. KEWENANGAN PEMERINTAH DAERAH KABUPATEN/KOTA:

1. Melakukan kajian dan pemahaman bersama-sama dengan unsur legislatif daerah tentang regulasi

dan kebijakan pemerintah yang berkaitan dengan penyelenggaraan RSBI/SBI SMP sebagaimana

tercantum dalam Bab Dasar Hukum di atas, khususnya tentang: UUSPN No 20/2003, Peraturan

Pemerintah Nomor 19/2005, Peraturan Pemerintah Nomor 38/2007, Peraturan Pemerintah

Nomor 48/2008, dan Permendiknas yang mengatur SNP.

2. Menetapkan kebijakan umum penyelenggaraan pendidikan tingkat kabupaten/kota

3. Menetapkan kebijakan tentang koordinasi dan sinkronisasi dengan pemerintah daerah provinsi

dalam hal kebijakan operasional dan program pendidikan terhadap penyelenggaraan RSBI/SBI

SMP

4. Menetapkan kebijakan operasional pendidikan tingkat kab/kota sesuai dengan kewenangan

tentang penyelenggaraan pendidikan RSBI/SBI SMP

5. Menetapkan kebijakan operasional penyelenggaraan RSBI, yang dirintis oleh pemerintah daerah

kabupaten/kota

6. Menetapkan kebijakan operasional tentang serah terima penyelenggaraan RSBI/SBI SMP dari

kabupeten/kota kepada pemerintah daerah provinsi

7. Membuat dan menetapkan perencanaan strategis pendidikan dasar dan menyiapkan sekolah

menjadi RSBI minimal satu SMP sebelum diserahkan kepada pemerintah daerah provinsi, sesuai

dengan kebijakan pendidikan provinsi dan pusat

8. Membuat dan menetapkan perencanaan penjaminan mutu pendidikan dasar khususnya RSBI/SBI

SMP untuk memenuhi standar nasional, dalam aspek-aspek SNP (8 aspek) sesuai dengan

kemampuan daerah dan dituangkan dalam perencanaan pendidikan daerah sesuai dengan

perencanaan strategis pendidikan provinsi dan nasional

9. Menetapkan semua kebijakan penyelenggaraan pendidikan di atas (point 2 sampai dengan 8)

dalam bentuk Peraturan Daerah Bidang Pendidikan Pemerintah daerah kabupaten/kota

Page 88: Panduan pelaksanaan sbi

Belajar Untuk Masa Depanku

Direktorat Pembinaan SMP - QEC24711 82

10. Melaksanakan koordinasi dan sinkronisasi dengan pemerintah daerah provinsi dalam hal

pelaksanaan kebijakan operasional dan program pendidikan tentang penyelenggaraan RSBI/SBI

SMP

11. Melaksanakan koordinasi dengan pemerintah daerah provinsi dalam penyerahan

urusan/kewenangan pengelolaan dan penyelenggaraan RSBI SMP, baik mengenai substansi

maupun tanggungjawab/kewenangan masing-masing

12. Melaksanakan serah terima penyelenggaraan RSBI/SBI SMP dari pemerintah daerah

kabupaten/kota kepada pemerintah daerah provinsi (lihat contoh Berita Acara) 13. Membantu pemerintah daerah provinsi dalam melaksanakan sosialisasi pemenuhan minimal 8

aspek SNP (Indikator Kinerja Kunci Minimal/IKKM) dan pemenuhan dimensi-dimensi

keinternasionalan (Indikator Kinerja Kunci Tambahan (IKKT) pada RSBI/SBI SMP

14. Membantu pemerintah daerah provinsi dalam melaksanakan pemenuhan minimal 8 aspek SNP

(Indikator Kinerja Kunci Minimal atau IKKM) pada RSBI/SBI SMP

15. Melaksanakan koordinasi dengan provinsi dalam membantu pengelolaan dan penyelenggaraan

pendidikan RSBI/SBI SMP, pengembangan tenaga kependidikan dan penyediaan fasilitas

penyelenggaraan pendidikan RSBI/SBI SMP sesuai kewenangan dan kemampuan daerah

kab/kota sesuai pedoman pngelolaan dan penyelenggaraan dari provinsi dan pusat

16. Melaksanakan koordinasi dengan provinsi dalam pengelolaan dan penyelenggaraan penyiapan

sekolah yang dikembangkan menjadi SBI atau disebut RSBI

17. Menyelenggarakan dan atau mengelola RSBI dan SBI Sekolah Dasar dan membantu

penyelenggaraan dan atau pengelolaan RSBI dan SBI SMP sesuai kemampuan daerah

18. Melaksanakan pemantauan dan evaluasi RSBI/SBI SMP sekolah dasar

19. Membantu menyiapkan RSBI/SBI SMP yang akan dilakukan pemantauan dan evaluasi oleh

provinsi dan/atau pusat

20. Membantu pemerintah daerah provinsi/pusat dalam pelaksanaan supervise RSBI/SBI SMP

21. Membuat pelaporan hasil monitoring dan evaluasi RSBI/SBI SMP kepada pemerintah pusat

sesuai kewenangannya

22. Mengembangkan sistem informasi manajemen pendidikan tingkat kabupaten/kota, termasuk

RSBI dan SBI

23. Melaksanakan peremajaan data RSBI/SBI SMP dalam sistem infomasi manajemen pendidikan

untuk tingkat kabupaten/kota

II. IMPLEMENTASI URUSAN PEMERINTAHAN BIDANG PENDIDIKAN SUB

BIDANG PEMBIAYAAN DALAM PENYELENGGARAAN RSBI/SBI SMP OLEH

PEMERINTAH DAERAH TERKAIT DENGAN SERAH TERIMA DARI

PEMERINTAH DAERAH KABUPATEN/KOTA KEPADA PEMERINTAH DAERAH

PROVINSI

A. KEWENANGAN PEMERINTAH DAERAH PROVINSI:

1. Menyediakan bantuan biaya penyelenggaraan pendidikan bertaraf internasional sesuai

kewenangannya, termasuk RSBI dan SBI SMP yang dituangkan dalam RAPBD provinsi

2. Memberikan biaya investasi baik lahan maupun selain lahan, yang menghasilkan aset fisik dibiayai

melalui belanja modal dan/atau belanja barang sesuai peraturan perundang-undangan sampai

terpenuhi SNP dan IKKT (Indikator Kinerja Kunci Tambahan) , khususnya bagi RSBI/SBI SMP

3. Memberikan biaya investasi untuk meningkatkan kapasitas dan/atau kompetensi sumberdaya

manusia dan investasi lain yang tidak menghasilkan aset fisik dibiayai melalui belanja pegawai

dan/atau belanja barang sesuai peraturan perundang-undangan, khususnya bagi RSBI/SBI SMP

4. Memberikan biaya pengeluaran operasi personalia dibiayai melalui belanja pegawai atau bantuan

sosial sesuai peraturan perundang-undangan, khususnya bagi RSBI/SBI SMP.

5. Memberikan biaya pengeluaran operasi nonpersonalia dibiayai melalui belanja barang atau bantuan

sosial sesuai peraturan perundang-undangan, khususnya bagi RSBI/SBI SMP

6. Memberikan biaya investasi dan/atau biaya operasi satuan pendidikan dalam bentuk hibah atau

bantuan sosial sesuai peraturan perundang-undangan, khususnya bagi RSBI/SBI SMP

7. Mengalokasikan biaya pendidikan dalam anggaran Pemerintah daerah yang sesuai dengan sistem

Page 89: Panduan pelaksanaan sbi

Belajar Untuk Masa Depanku

QEC24711 - Panduan Pelaksanaan SBI 83

penganggaran dalam peraturan perundang-undangan, khususnya bagi RSBI/SBI SMP yang

diselenggarakan pemerintah/pemerintah daerah

8. Memberikan tambahan di atas biaya investasi lahan yang diperlukan untuk pemenuhan rencana

pengembangan satuan pendidikan RSBI dan SBI yang diselenggarakan pemerintah

9. Memberikan tambahan di atas biaya investasi lahan yang diperlukan untuk pemenuhan rencana

pengembangan program atau satuan pendidikan RSBI dan SBI yang diselenggarakan pemerintah

provinsi

10. Memberikan biaya investasi di atas biaya investasi selain lahan RSBI/SBI SMP yang

diselenggarakan oleh pemerintah daerah provinsi

11. Memberikan tambahan di atas biaya investasi selain lahan yang diperlukan untuk pemenuhan

rencana pengembangan satuan pendidikan RSBI dan SBI yang diselenggarakan Pemerintah

12. Memberikan biaya investasi lahan untuk kantor penyelenggaraan dan/atau pengelolaan pendidikan

dialokasikan dalam anggaran Pemerintah daerah provinsi, khususnya RSBI/SBI SMP

13. Memberikan biaya investasi selain lahan untuk kantor penyelenggaraan dan/atau pengelolaan

pendidikan, khususnya bagi RSBI/SBI SMP

14. Memberikan biaya personalia PNS, khususnya bagi RSBI/SBI SMP yang dialokasikan dalam

RAPBD

15. Memberikan biaya personalia penyelenggaraan dan pengelolaan, khususnya bagi RSBI/SBI SMP

yang dialokasikan dalam RAPBD

16. Membantu memberikan pendanaan tentang biaya personalia bukan PNS, khususnya bagi

RSBI/SBI SMP yang dialokasikan dalam RAPBD

17. Membantu memberikan pendanaan tambahan di atas biaya personalia yang diperlukan untuk

pemenuhan rencana pengembangan satuan atau program pendidikan RSBI dan SBI yang

diselenggarakan Pemerintah

18. Memberikan pendanaan biaya nonpersonalia satuan pendidikan yang diselenggarakan pemerintah

daerah.

19. Memberikan pendanaan tambahan di atas biaya nonpersonalia yang diperlukan untuk pemenuhan

rencana pengembangan satuan atau program pendidikan RSBI/SBI SMP yang diselenggarakan

pemerintah dan pemda provinsi sendiri serta dimasukkan dalam RAPBD

20. Memberikan biaya penyelenggaraan dan/atau pengelolaan pendidikan yang merupakan biaya

penyelenggaran dan/atau pengelolaan pendidikan baik biaya investasi (lahan dan selain lahan

pendidikan) maupun biaya operasi yang terdiri atas biaya personalia dan biaya nonpersonalia pada

RSBI dan SBI

21. Memberikan biaya personalia kantor penyelenggaraan dan/atau pengelolaan pendidikan dan

dialokasikan dalam RAPBD provinsi

22. Memberikan biaya nonpersonalia kantor penyelenggaraan dan/atau pengelolaan pendidikan dan

dialokasikan dalam RAPBD provinsi

23. Memberikan bantuan biaya pendidikan (biaya pendidikan mencakup sebagian atau seluruh biaya

pendidikan yang harus ditanggung peserta didik, termasuk biaya pribadi peserta didik) atau

beapeserta didik (mencakup sebagian atau seluruh biaya pendidikan yang harus ditanggung peserta

didik, termasuk biaya pribadi peserta didik) kepada peserta didik yang orang tua atau walinya

tidak mampu membiayai pendidikannya dan dialokasikan dalam RAPBD provinsi

24. Memberikan pendanaan tambahan di atas biaya investasi lahan satuan pendidikan yang diperlukan

untuk mengembangkan satuan pendidikan RSBI dan SBI yang diselenggarakan masyarakat dan

dialokasikan dalam RAPBD provinsi

25. Memberikan pendanaan tambahan di atas biaya investasi selain lahan yang diperlukan untuk

pengembangan satuan atau program pendidikan RSBI dan SBI yang diselenggarakan masyarakat

dan dialokasikan dalam RAPBD provinsi

26. Memberikan pendanaan tambahan di atas biaya personalia yang diperlukan untuk mengembangkan

satuan atau program pendidikan RSBI dan SBI yang diselenggarakan masyarakat dan dialokasikan

dalam RAPBD provinsi

27. Memberikan bantuan biaya nonpersonalia satuan pendidikan yang diselenggarakan penyelenggara

atau satuan pendidikan RSBI dan SBI yang diselenggarakan masyarakat dan dialokasikan dalam

RAPBD provinsi

28. Memberikan pendanaan tambahan di atas biaya nonpersonalia yang diperlukan untuk

pengembangan satuan pendidikan RSBI dan SBI yang diselenggarakan masyarakat dan

dialokasikan dalam RAPBD provinsi

29. Membuat perencanaan anggaran pendidikan yang sejalan dengan: rencana pembangunan jangka

Page 90: Panduan pelaksanaan sbi

Belajar Untuk Masa Depanku

Direktorat Pembinaan SMP - QEC24711 84

panjang; rencana pembangunan jangka menengah; rencana kerja Pemerintah; dan rencana strategis

pendidikan nasional dan provinsi

30. Membuat rencana tahunan penerimaan dan pengeluaran dana pendidikan yang dituangkan dalam

RAPBD provinsi sesuai peraturan perundang-undangan.

31. Menjalankan penggunaan dana pendidikan dilaksanakan melalui sistem anggaran Pemerintah

sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan

32. Melaksanakan pembukuan realisasi penerimaan dan pengeluaran dana pendidikan dan dilaporkan

sesuai standar akuntansi yang berlaku

33. Melaksanakan pengawasan penerimaan dan penggunaan dana pendidikan sesuai dengan ketentuan

peraturan perundang-undangan.

34. Melaksanakan pemeriksaan penerimaan dan penggunaan dana pendidikan dalam rangka

pengawasan dilaksanakan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan

35. Mempertanggungjawabkan penggunaan dana pendidikan sesuai dengan ketentuan peraturan

perundang-undangan.

36. Mewujudkan anggaran belanja untuk melaksanakan fungsi pendidikan pada sektor pendidikan

dalam anggaran pendapatan dan belanja negara setiap tahun anggaran sekurang-kurangnya

dialokasikan 20% (dua puluh perseratus) dari belanja daerah provinsi.

37. Memberikan dana pendidikan diberikan kepada RSBI dan SBI dalam bentuk hibah sesuai dengan

ketentuan peraturan perundang-undangan

38. Menyediakan bantuan biaya PHB, evaluasi, akreditasi, dan pengendalian mutu RSBI/SBI SMP

sesuai kewenangan pemerintah daerah provinsi

39. Mengijinkan RSBI/SBI SMP untuk memungut biaya pendidikan dari peserta didik, ortu/wali

berdasarkan Rencana Kerja dan Anggaran Sekolah dan Rencana Kegiatan dan Anggaran Sekolah,

secara transparan, dalam rekening sekolah, bukan dari orang tidak mampu, menerapkan subsidi

silang, tidak dikaitkan dengan syarat akademik, untuk peningkatan mutu pendidikan minimal 20%,

tidak untuk komite sekolah, melibatkan akuntan publik.

B. KEWENANGAN PEMERINTAH DAERAH KABUPATEN/KOTA:

1. Membantu penyediaan biaya penyelenggaraan dan pengelolaan RSBI/SBI SMP sesuai

kemampuan daerah yang dituangkan dalam RAPBD kab/kota

2. Membantu biaya Investasi baik lahan maupun selain lahan, yang menghasilkan aset fisik dibiayai

melalui belanja modal dan/atau belanja barang sesuai peraturan perundang-undangan, khususnya

bagi RSBI/SBI SMP sesuai kemampuan daerah yang dituangkan dalam RAPBD kab/kota

3. Membantu biaya Investasi untuk meningkatkan kapasitas dan/atau kompetensi sumberdaya

manusia dan investasi lain yang tidak menghasilkan aset fisik dibiayai melalui belanja pegawai

dan/atau belanja barang sesuai peraturan perundang-undangan, khususnya bagi RSBI/SBI SMP

sesuai kemampuan daerah yang dituangkan dalam RAPBD kab/kota

4. Membantu biaya pengeluaran operasi personalia dibiayai melalui belanja pegawai atau bantuan

sosial sesuai peraturan perundang-undangan, khususnya bagi RSBI/SBI SMP sesuai kemampuan

daerah yang dituangkan dalam RAPBD kab/kota

5. Membantu biaya pengeluaran operasi nonpersonalia dibiayai melalui belanja barang atau

bantuan sosial sesuai peraturan perundang-undangan, khususnya bagi RSBI/SBI SMP sesuai

kemampuan daerah yang dituangkan dalam RAPBD kab/kota

6. Membantu biaya investasi dan/atau biaya operasi satuan pendidikan dalam bentuk hibah atau

bantuan sosial sesuai peraturan perundang-undangan, khususnya bagi RSBI/SBI SMP sesuai

kemampuan daerah yang dituangkan dalam RAPBD kab/kota

7. Mengalokasikan biaya pendidikan dalam anggaran sesuai dengan sistem penganggaran dalam

peraturan perundang-undangan, khususnya bagi RSBI/SBI SMP sesuai kemampuan daerah yang

dituangkan dalam RAPBD kab/kota

8. Membantu Investasi di atas biaya investasi lahan bagi RSBI/SBI SMP yang diselenggarakan

oleh pemerintah daerah provinsi dan pusat SMP sesuai kemampuan daerah yang dituangkan

dalam RAPBD kab/kota

9. Membantu memberikan tambahan di atas biaya investasi lahan yang diperlukan untuk

pemenuhan rencana pengembangan program atau satuan pendidikan RSBI dan SBI yang

diselenggarakan pemerintah dan pemerintah daerah provinsi SMP sesuai kemampuan daerah

yang dituangkan dalam RAPBD kab/kota

10. Memberikan biaya Investasi di atas biaya investasi selain lahan RSBI/SBI SMP yang

Page 91: Panduan pelaksanaan sbi

Belajar Untuk Masa Depanku

QEC24711 - Panduan Pelaksanaan SBI 85

diselenggarakan oleh pemerintah daerah provinsi sesuai kemampuan daerah yang dituangkan

dalam RAPBD kab/kota

11. Membantu memberikan pendanaan tambahan di atas biaya investasi selain lahan yang diperlukan

untuk pemenuhan rencana pengembangan satuan pendidikan RSBI dan SBI yang

diselenggarakan Pemerintah sesuai kemampuan daerah yang dituangkan dalam RAPBD kab/kota

12. Membantu memberikan biaya investasi lahan untuk kantor penyelenggaraan dan/atau

pengelolaan pendidikan dialokasikan dalam anggaran Pemerintah daerah kab/kota, khususnya

bagi RSBI/SBI SMP sesuai kemampuan daerah dituangkan dalam RAPBD kab/kota

13. Membantu memberikan biaya investasi selain lahan untuk kantor penyelenggaraan dan/atau

pengelolaan pendidikan, khususnya bagi RSBI/SBI SMP sesuai kemampuan daerah dituangkan

dalam RAPBD kab/kota

14. Memberikan biaya personalia PNS yang dialokasikan dalam RAPBD, khususnya bagi

RSBI/SBI SMP yang tidak diserahkan ke pemerintah provinsi

15. Memberikan biaya personalia penyelenggaraan dan pengelolaan yang dialokasikan dalam

RAPBD, khususnya bagi RSBI/SBI SMP yang tidak diserahkan ke pemerintah provinsi

16. Memberikan biaya personalia bukan PNS yang dialokasikan dalam RAPBD, khususnya bagi

RSBI/SBI SMP sesuai kemampuan daerah yang tidak diserahkan ke pemerintah provinsi

17. Membantu memberikan pendanaan tambahan di atas biaya personalia yang diperlukan untuk

pemenuhan rencana pengembangan satuan atau program pendidikan RSBI dan SBI yang

diselenggarakan Pemerintah dan provinsi sesuai kemampuan daerah dituangkan dalam RAPBD

kab/kota

18. Membantu memberikan biaya nonpersonalia satuan pendidikan yang diselenggarakan

pemerintah daerah provinsi sesuai kemampuan daerah dituangkan dalam RAPBD kab/kota

19. Membantu pendanaan tambahan di atas biaya nonpersonalia yang diperlukan untuk pemenuhan

rencana pengembangan satuan atau program pendidikan RSBI/SBI SMP yang diselenggarakan

pemerintah dan pemda provinsi serta dimasukkan dalam RAPBD sesuai kemampuan daerah

20. Membantu memberikan biaya penyelenggaraan dan/atau pengelolaan pendidikan yang

merupakan biaya penyelenggaran dan/atau pengelolaan pendidikan baik biaya investasi (lahan

dan selain lahan pendidikan) maupun biaya operasi yang terdiri atas biaya personalia dan biaya

nonpersonalia pada RSBI dan SBI sesuai kemampuan daerah dituangkan dalam RAPBD

kab/kota

21. Membantu memberikan biaya personalia kantor penyelenggaraan dan/atau pengelolaan

pendidikan dan dialokasikan dalam RAPBD sesuai kemampuan daerah

22. Memberikan biaya nonpersonalia kantor penyelenggaraan dan/atau pengelolaan pendidikan dan

dialokasikan dalam RAPBD RAPBD sesuai kemampuan daerah

23. Membantu memberikan bantuan biaya pendidikan (biaya pendidikan mencakup sebagian atau

seluruh biaya pendidikan yang harus ditanggung peserta didik, termasuk biaya pribadi peserta

didik) atau beapeserta didik (mencakup sebagian atau seluruh biaya pendidikan yang harus

ditanggung peserta didik, termasuk biaya pribadi peserta didik) kepada peserta didik yang orang

tua atau walinya tidak mampu membiayai pendidikannya dan dialokasikan dalam RAPBD sesuai

kemampuan daerah

24. Memberikan pendanaan tambahan di atas biaya investasi lahan satuan pendidikan yang

diperlukan untuk mengembangkan satuan pendidikan RSBI dan SBI yang diselenggarakan

masyarakat dan dialokasikan dalam RAPBD sesuai kemampuan daerah

25. Membantu memberikan pendanaan tambahan di atas biaya investasi selain lahan yang diperlukan

untuk pengembangan satuan atau program pendidikan RSBI dan SBI yang diselenggarakan

masyarakat dan dialokasikan dalam RAPBD sesuai kemampuan daerah

26. Membantu memberikan pendanaan tambahan di atas biaya personalia yang diperlukan untuk

mengembangkan satuan atau program pendidikan RSBI dan SBI yang diselenggarakan

masyarakat dan dialokasikan dalam RAPBD sesuai kemampuan daerah

27. Memberikan bantuan biaya nonpersonalia satuan pendidikan yang diselenggarakan

penyelenggara atau satuan pendidikan RSBI dan SBI yang diselenggarakan masyarakat dan

dialokasikan dalam RAPBD sesuai kemampuan daerah

28. Membantu memberikan pendanaan tambahan di atas biaya nonpersonalia yang diperlukan untuk

pengembangan satuan pendidikan RSBI dan SBI yang diselenggarakan masyarakat dan

dialokasikan dalam RAPBD sesuai kemampuan daerah

29. Membuat perencanaan anggaran pendidikan yang sejalan dengan: rencana pembangunan jangka

panjang; rencana pembangunan jangka menengah; rencana kerja Pemerintah dan provinsi; dan

Page 92: Panduan pelaksanaan sbi

Belajar Untuk Masa Depanku

Direktorat Pembinaan SMP - QEC24711 86

rencana strategis pendidikan nasional dan dan dialokasikan dalam RAPBD sesuai kemampuan

daerah

30. Membuat rencana tahunan penerimaan dan pengeluaran dana pendidikan yang dituangkan

dalam RAPBD sesuai sesuai kemampuan daerah

31. Menjalankan penggunaan dana pendidikan dilaksanakan melalui sistem anggaran Pemerintah

sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan

32. Melaksanakan pembukuan realisasi penerimaan dan pengeluaran dana pendidikan dan

dilaporkan sesuai standar akuntansi yang berlaku

33. Membantu melaksanakan pengawasan penerimaan dan penggunaan dana pendidikan sesuai

dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

34. Membantu melaksanakan pemeriksaan penerimaan dan penggunaan dana pendidikan dalam

rangka pengawasan dilaksanakan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan

35. Mempertanggungjawabkan penggunaan dana pendidikan sesuai dengan ketentuan peraturan

perundang-undangan.

36. Mewujudkan anggaran belanja untuk melaksanakan fungsi pendidikan pada sektor pendidikan

dalam anggaran pendapatan dan belanja negara setiap tahun anggaran sekurang-kurangnya

dialokasikan 20% (dua puluh perseratus) dari belanja daerah kab/kota

37. Membantu memberikan dana pendidikan diberikan kepada RSBI dan SBI dalam bentuk hibah

sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan dan dialokasikan dalam RAPBD sesuai

kemampuan daerah

38. Membantu menyediakan bantuan biaya PHB, evaluasi, akreditasi, dan pengendalian mutu

RSBI/SBI SMP sesuai kewenangan pemerintah daerah dan dialokasikan dalam RAPBD sesuai

kemampuan daerah

39. Mengijinkan RSBI/SBI SMP untuk memungut biaya pendidikan dari peserta didik, ortu/wali

berdasarkan Rencana Kerja dan Anggaran Sekolah dan Rencana Kegiatan dan Anggaran

Sekolah, secara transparan, dalam rekening sekolah, bukan dari orang tidak mampu, menerapkan

subsidi silang, tidak dikaitkan dengan syarat akademik, untuk peningkatan mutu pendidikan

minimal 20%, tidak untuk komite sekolah, melibatkan akuntan publik.

III. IMPLEMENTASI URUSAN PEMERINTAHAN BIDANG PENDIDIKAN SUB

BIDANG KURIKULUM DALAM PENYELENGGARAAN RSBI/SBI SMP OLEH

PEMERINTAH DAERAH TERKAIT DENGAN SERAH TERIMA DARI

PEMERINTAH DAERAH KABUPATEN/KOTA KEPADA PEMERINTAH DAERAH

PROVINSI

A. KEWENANGAN PEMERINTAH DAERAH PROVINSI:

1. Melaksanakan koordinasi dan supervisi KTSP RSBI dan SBI

2. Melaksanakan sosialisasi kerangka dasar dan struktur kurikulum RSBI dan SBI

3. Melaksanakan sosialisasi dan implementasi standar isi dan standar kompetensi lulusan

RSBI/SBI SMP

4. Membantu mengembangkan model kurikulum RSBI dan SBI

5. Membantu sosialisasi dan fasilitasi implementasi kurikulum RSBI dan SBI

6. Melaksanakan pengawasan terhadap pelaksanaan kurikulum RSBI dan SBI

B. KEWENANGAN PEMERINTAH DAERAH KABUPATEN/KOTA:

1. Membantu provinsi/pemerintah pusat melaksanakan supervisi KTSP RSBI dan SBI

2. Membantu provinsi/ pemerintah pusat melaksanakan sosialisasi kerangka dasar dan struktur

kurikulum RSBI dan SBI

3. Membantu provinsi/ pemerintah pusat melaksanakan sosialisasi dan implementasi standar isi

dan standar kompetensi lulusan RSBI/SBI SMP

4. Membantu provinsi/ pemerintah pusat mengembangkan model kurikulum RSBI dan SBI

Page 93: Panduan pelaksanaan sbi

Belajar Untuk Masa Depanku

QEC24711 - Panduan Pelaksanaan SBI 87

5. Membantu provinsi/ pemerintah pusat sosialisasi dan fasilitasi implementasi kurikulum RSBI

dan SBI

6. Membantu provinsi/ pemerintah pusat dalam pengawasan pelaksanaan kurikulum RSBI dan

SBI

IV. IMPLEMENTASI URUSAN PEMERINTAHAN BIDANG PENDIDIKAN SUB

BIDANG SARANA DAN PRASARANA DALAM PENYELENGGARAAN RSBI/SBI

SMP OLEH PEMERINTAH DAERAH TERKAIT DENGAN SERAH TERIMA DARI

PEMERINTAH DAERAH KABUPATEN/KOTA KEPADA PEMERINTAH DAERAH

PROVINSI

A. KEWENANGAN PEMERINTAH DAERAH PROVINSI:

1. Melakukan pengawasan terhadap pemenuhan standar nasional sarana dan prasarana baik

untuk SNP maupun IKKT pada RSBI dan SBI

2. Melakukan pengawasan terhadap pendayagunaan bantuan sarana dan prasarana pendidikan

baik untuk SNP maupun IKKT pada RSBI dan SBI

3. Melaksanakan pengawasan penggunaan buku pelajaran RSBI dan SBI

B. KEWENANGAN PEMERINTAH DAERAH KABUPATEN/KOTA:

1. Membantu provinsi/ pemerintah pusat dalam melakukan pengawasan terhadap pemenuhan

standar nasional sarana dan prasarana baik untuk SNP maupun IKKT pada RSBI dan SBI

2. Membantu provinsi/ pemerintah pusat dalam melakukan pengawasan terhadap

pendayagunaan bantuan sarana dan prasarana pendidikan baik untuk SNP maupun IKKT

pada RSBI dan SBI

3. Membantu provinsi/ pemerintah pusat dalam melaksanakan pengawasan penggunaan buku

pelajaran RSBI dan SBI

V. IMPLEMENTASI URUSAN PEMERINTAHAN BIDANG PENDIDIKAN SUB BIDANG

PENDIDIK DAN TENAGA KEPENDIDIKAN DALAM PENYELENGGARAAN

RSBI/SBI SMP OLEH PEMERINTAH DAERAH TERKAIT DENGAN SERAH

TERIMA DARI PEMERINTAH DAERAH KABUPATEN/KOTA KEPADA

PEMERINTAH DAERAH PROVINSI

A. KEWENANGAN PEMERINTAH DAERAH PROVINSI:

1. Merencanakan sesuai kebutuhan dan pengadaan pendidik dan tenaga kependidikan

RSBI/SBI SMP dan mengangkat dan menempatkan pendidik dan tenaga kependidikan

PNS untuk RSBI/SBI SMP

2. Melaksanakan pengangkatan dan penempatan pendidik dan tenaga kependidikan PNS

untuk RSBI/SBI SMP

3. Melaksanakan pemindahan pendidik dan tenaga kependidikan PNS antar kabupaten/kota

dan untuk RSBI/SBI SMP

4. Melaksanakan peningkatan kesejahteraan, penghargaan, dan perlindungan pendidik dan

tenaga kependidikan RSBI/SBI SMP

5. Melaksanakan pembinaan dan pengembangan SDM RSBI/SBI SMP dan membantu yang

dilakukan oleh pemerintah pusat

6. Menghentikan pendidik dan tenaga kependidikan bagi RSBI/SBI SMP dengan seijin

pemerintah pusat

7. Membantu dalam penyiapan sertifikasi pendidik

8. Melaksanakan pemetaan dan pengalokasian tenaga potensial pendidik dan tenaga

kependidikan di daerah pada tingkat provinsi

Page 94: Panduan pelaksanaan sbi

Belajar Untuk Masa Depanku

Direktorat Pembinaan SMP - QEC24711 88

B. KEWENANGAN PEMERINTAH DAERAH KABUPATEN/KOTA:

1. Membantu menyiapkan kebutuhan dan pengadaan pendidik dan tenaga kependidikan

RSBI/SBI SMP

2. Koordinasi dengan provinsi dalam pengangkatan dan penempatan pendidik dan tenaga

kependidikan PNS untuk RSBI/SBI SMP

3. Membantu pemindahan pendidik dan tenaga kependidikan PNS antar sekolah/kab/kota

yang dilakukan provinsi untuk RSBI/SBI SMP atas seijin pemerintah pusat

4. Membantu peningkatan kesejahteraan, penghargaan, dan perlindungan pendidik dan tenaga

kependidikan RSBI/SBI SMP oleh provinsi

5. Membantu pelaksanaan pembinaan dan pengembangan SDM RSBI/SBI SMP oleh provinsi

dan pemerintah pusat

6. Koordinasi dengan provinsi dalam menghentikan pendidik dan tenaga kependidikan bagi

pendidik dan tenaga kependidikan RSBI/SBI SMP atas ijin pemerintah pusat

7. Membantu dalam penyiapan sertifikasi pendidik

8. Membantu provinsi dalam melaksanakan pemetaan dan pengalokasian tenaga potensial

pendidik dan tenaga kependidikan di kab/kota

VI. IMPLEMENTASI URUSAN PEMERINTAHAN BIDANG PENDIDIKAN SUB

BIDANG PENGENDALIAN MUTU DALAM PENYELENGGARAAN RSBI/SBI SMP

OLEH PEMERINTAH DAERAH TERKAIT DENGAN SERAH TERIMA DARI

PEMERINTAH DAERAH KABUPATEN/KOTA KEPADA PEMERINTAH DAERAH

PROVINSI

A. KEWENANGAN PEMERINTAH DAERAH PROVINSI:

1. Penilaian Hasil Belajar

a. Membantu pelaksanaan UN dan ujian akhir bertaraf internasional SMP

b. Melaksanakan koordinasi, fasilitasi, monitoring, dan evaluasi pelaksanaan ujian

sekolah skala provinsi

c. Menyediakan biaya penyelenggaraan ujian sekolah skala provinsi

2. Evaluasi

a. Melaksanakan evaluasi terhadap pengelola dan penyelenggaraan RSBI/SBI SMP

(kinerja sekolah) pada skala provinsi

b. Membantu pemerintah pusat melaksanakan evaluasi nasional RSBI dan SBI pada skala

provinsi khususnya pencapaian IKKM dan IKKT SMP

c. Melaksanakan evaluasi pencapaian pemenuhan SNP (IKKM) RSBI/SBI SMP serta

IKKT-nya sekaligus pada skala provinsi

3. Akreditasi

a. Membantu pencapaian akreditasi nasional dan internasional

b. Membantu penyiapan RSBI dan SBI untuk akreditasi nasional/internasional

4. Penjaminan Mutu

a. Menjabarkan dan mengoperasionalkan penjaminan mutu RSBI dan SBI di provinsi

b. Melaksanakan supervisi dan fasilitasi RSBI/SBI SMP dalam penjaminan mutu untuk

memenuhi standar internasional

c. Membantu pemerintah pusat dalam melaksanakan supervisi dan fasilitasi RSBI/SBI

SMP dalam penjaminan mutu untuk memenuhi standar internasional

d. Melaksanakan evaluasi pelaksanaan dan dampak penjaminan mutu satuan pendidikan

skala provinsi, khususnya dari RSBI/SBI SMP

Page 95: Panduan pelaksanaan sbi

Belajar Untuk Masa Depanku

QEC24711 - Panduan Pelaksanaan SBI 89

B. KEWENANGAN PEMERINTAH DAERAH KABUPATEN/KOTA:

1. Penilaian Hasil Belajar a. Membantu pelaksanaan UAN dan ujian akhir bertaraf internasional SMP

b. Melaksanakan koordinasi, fasilitasi, monitoring, dan evaluasi dengan provinsi dalam

pelaksanaan ujian sekolah RSBI/SBI dalam skala kab/kota

c. Menganggarkan biaya US skala kab/kota untuk membantu RSBI/SBI SMP

2. Evaluasi a. Membantu provinsi dalam melaksanakan evaluasi terhadap pengelola dan

penyelenggaraan RSBI/SBI SMP (kinerja sekolah)

b. Membantu pemerintah daerah provinsi dalam melaksanakan evaluasi nasional RSBI

dan SBI yang dilaksanakan oleh provinsi/ pemerintah pusat dalam pencapaian IKKM

dan IKKT SMP

3. Akreditasi a. Membantu pencapaian akreditasi nasional dan internasional

b. Membantu penyiapan RSBI dan SBI untuk akreditasi nasional/internasional

4. Penjaminan Mutu a. Membantu supervisi dan fasilitasi pemenuhan SNP (IKKM) RSBI/SBI SMP yang

dilaksanakan pemerintah pusat dan provinsi

b. Membantu melaksanakan supervisi dan fasilitasi pemenuhan IKKT RSBI/SBI SMP

yang dilakukan oleh pemerintah pusat dan provinsi

c. Membantu melaksanakan supervisi dan fasilitasi RSBI dan SBI dalam penjaminan

mutu untuk memenuhi standar internasional di kab/kota yang dilakukan provinsi dan

pemerintah pusat

d. Melaksanakan supervisi dan fasilitasi penyelenggaraan pendidikan berbasis

keunggulan lokal dalam penjaminan mutu yang diselenggarakan oleh RSBI/SBI SMP

e. Membantu melakukan evaluasi dalam pelaksanaan dan dampak penjaminan mutu

RSBI/SBI SMP di kabupaten/kota

Untuk selanjutnya dilakukan serah terima tersebut, dengan Berita Acara Serah Terima

Penyelenggaraan RSBI/SBI dari Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota kepada Pemerintah Daerah

Provinsi. Adapun contoh format, sistematika, dan isi Berita Acara tersebut dapat dilihat

dalam lampiran-1.

Langkah-langkah serah terima RSBI/SBI adalah sebagai berikut:

a. Pihak pertama dan pihak kedua secara bersama-sama memahami tentang kewenangan

masing-masing berdasarkan peraturan perundangan yang berlaku; b. Pihak pertama melakukan kajian lapangan dan perencanaan ke depan tentang kondisi

sekolah menyangkut ketenagaan, sumber daya sarana dan prasarana, pendanaan

pendidikan, dan lainnya serta pemetaan sekolah di daerahnya;

c. Pihak pertama melakukan koordinasi internal untuk membahas dan menentukan sikap

tentang apa saja yang diserahkan oleh pihak pertama kepada pihak kedua dengan

segala konsekuensi yang ada; d. Pihak kedua melakukan konsolidasi internal untuk menerima peserahan dari pihak

pertama;

e. Pihak pertama dan kedua melakukan koordinasi dan musyawarah bersama tentang apa saja yang akan diserahkan pihak pertama kepada pihak kedua (isinya), dan sekaligus

tentang format dan mekanisme serah terima yang akan dilakukan untuk disepakati;

f. Pihak kedua melakukan peninjauan lapangan (pembuktian) terhadap apa saja yang akan diserahkan oleh pihak pertama;

g. Pihak kedua melakukan persiapan-persiapan yang melibatkan berbagai pihak untuk

menerima penyerahan dari pihak pertama;

h. Pihak pertama dan kedua melakukan serah terima.

Page 96: Panduan pelaksanaan sbi

Belajar Untuk Masa Depanku

Direktorat Pembinaan SMP - QEC24711 90

Catatan:

Idealnya serah terima dilaksanakan sekali atau tidak bertahap, kecuali terdapat

hal-hal khusus yang menurut pihak pertama dan kedua perlu untuk dilakukan

serah terima secara bertahap dalam jangka waktu tertentu.

Page 97: Panduan pelaksanaan sbi

Belajar Untuk Masa Depanku

QEC24711 - Panduan Pelaksanaan SBI 91

BAB IX

PERIZINAN PENYELENGGARAAN SEKOLAH BERTARAF INTERNASIONAL

A. Persyaratan perizinan penyelenggaraan Sekolah Bertaraf Internasional (SBI)

Penyelenggaraan Sekolah Bertaraf Internasional (SBI) yang dilaksanakan oleh pemerintah daerah

provinsi bersama pemerintah daerah kabupaten/kota, atau oleh pemerintah daerah provinsi, dan

atau oleh masyarakat secara legalitas harus memperoleh izin dari Menteri Pendidikan Nasional

sebagaimana telah ditentukan dalam Permendiknas Nomor 78 Tahun 2009.

Adapun persyaratan untuk memperoleh izin penyelenggaraan Sekolah Bertaraf Internasional (SBI

) adalah sebagai berikut: (1) mempunyai hasil studi kelayakan untuk menjadi SBI, yaitu berupa

pelaporan studi kelayakan; (2) memperoleh nilai akreditasi A dari BAN-S, yang dibuktikan

dengan sertifikat; (3) berbadan hukum pendidikan, yang dibuktikan dengan SK atau peraturan

daerah atau lainnya; (4) memenuhi standar nasional pendidikan yang diperkaya dengan standar pendidikan salah satu sekolah di negara anggota OECD atau negara maju lainnya, seperti yang

telah dijelaskan di atas dari delapan SNP yang telah diperkaya, dengan beberapa bukti yang dapat

ditunjukkan. Untuk sekolah negeri telah ditetapkan sebelumnya sebagai SSN; (5) telah

bekerjasama dengan salah satu satuan pendidikan atau lembaga pendidikan internasional, baik dari

dalam atau dari luar negeri, dengan menunjukkan bukti MoU atau sejenisnya; (6) memiliki

rencana pengembangan SBI yang dibuktikan memiliki RKS dan RKAS; (7) memperoleh

rekomendasi dari pemerintah daerah, yang ditunjukkan dengan surat rekomendasi dari

pemerintah daerah provinsi; (8) memiliki sumber pendanaan dari pemerintah atau pemerintah

daerah untuk sekolah yang diselenggarakan oleh pemerintah atau pemerintah daerah dan penyelenggara sekolah untuk sekolah yang diselenggarakan oleh masyarakat, yang dapat

ditunjukkan dengan surat pernyataan dan dilampiri berbagai arsip atau dokumen yang relevan; dan

(9) penyelenggara SBI menjamin kecukupan pendanaan selama 6 (enam) tahun kedepan, dengan dibuktikan melalui suatu surat pernyataan dan lampiran pendukung yang relevan.

Catatan: Sekolah yang diajukan adalah SMP yang telah sebelumnya dirintis menjadi RSBI oleh pemerintah atau

pemerintah daerah.

1. Studi Kelayakan Sekolah

Pengertian tentang studi kelayakan adalah suatu analisis, pendalaman, penelitian, pengkajian,

penyelidikan, riset atau telaah kelaikan, kepantasan, atau kepatutan terhadap suatu kegiatan

atau program. Dengan kata lain, upaya-upaya untuk menilai suatu kegiatan atau program apakah ada manfaatnya atau tidak, benar atau salah, memenuhi persyaratan atau tidak dan

sebagainya disebut dengan studi kelayakan. Dalam konteks penyelenggaraan SBI, maka

Pemerintah Daerah Provinsi melakukan studi kelayakan sekolah yang akan diusulkan menjadi

SBI untuk menilai, menganalisis, mendalami, meneliti, mengkaji, menyelidiki dan atau

menelaah apakah sekolah memenuhi kelaikan atau kepatutan untuk ditetapkan sebagai SBI.

Dengan demikian studi kelayakan merupakan bahan pertimbangan dalam mengambil suatu keputusan apakah menerima atau menolak dari suatu “proyek” yang direncanakan, yang dalam

hal ini adalah penyelenggaraan sekolah bertaraf internasional.

Page 98: Panduan pelaksanaan sbi

Belajar Untuk Masa Depanku

Direktorat Pembinaan SMP - QEC24711 92

Melalui studi kelayakan ini akan dapat diketahui hal-hal umum, yaitu:

a. Gambaran yang akan dilakukan dalam bentuk perencanaan yang rinci dan dapat

dipertanggungjawabkan, baik dari segi teknis maupun operasional b. Kemampuan pemenuhan kewajiban-kewajiban

c. Jaminan akan keterlaksanaan terhadap perencanaan

d. Keuntungan-keuntungan yang akan diperoleh, seperti keuntungan pendidikan, moral,

sikap/perilaku, keterampilan, sosial, ekonomi/finansial, dan sebagainya

Sedangkan secara khusus melalui studi kelayakan penyelenggaraan SBI ini akan dapat

diketahui tentang:

e. Gambaran umum atau profil suatu sekolah yang akan menyelenggarakan SBI f. Kondisi tiap standar atau indikator pendidikan sebagai calon SBI, yaitu SKL, isi

kurikulum, proses pembelajaran, ketenagaan, sarana dan prasarana, pengelolaan,

pembiayaan, penilaian, kultur sekolah, lingkungan sekolah, dukungan masyarakat/komite sekolah, peran pemerintah daerah, pemasaran, dan lain-lain yang relevan.

g. Perencanaan yang dilakukan sekolah sebagai SBI yang dapat dipertanggungjawabkan, baik dari segi teknis maupun operasional

h. Kemampuan pemenuhan kewajiban-kewajiban oleh sekolah sesuai dengan tuntutan,

kriteria, dan persyaratan sebagai SBI

i. Jaminan akan keterlaksanaan terhadap perencanaan sebagai SBI oleh penyelenggara

j. Keuntungan-keuntungan dari hasil pendidikan sebagai SBI yang akan diperoleh, seperti kemampuan lulusan bertaraf internasional, lulusan yang akan melanjutkan, moral, sosial,

intelektual, keterampilan, sikap, perilaku, dan sebagainya

Langkah-langkah melakukan studi kelayakan (feasibility study) antara lain adalah:

a. Menjelaskan, mengungkap dan menilai identitas dan site plan sekolah

b. Menjelaskan, mengungkap dan menilai tentang visi, misi, dan tujuan sekolah untuk

menjadi SBI c. Mengidentifikasi komponen, aspek, dan indikator pendidikan antara lain mengungkap dan

menilai meliputi: segmen pasar, kurikulum, proses pembelajaran, SKL dan prestasi

sekolah, sarpras, pendidik dan tenaga kependidikan, pengelolaan, pembiayaan, penilaian,

kultur sekolah, pembinaan kesiswaan, lingkungan sekolah, dan sebagainya.

d. Melaksanakan analisis atau penilaian kelayakan tiap komponen, aspek atau indikator

pendidikan, yaitu:

1) Segmen pasar/konsumen (input peserta didik), yaitu mengungkap atau menilai

terhadap daya dukung jumlah Sekolah Dasar sekitarnya dan sekaligus kondisi

(kualitatif dan kuantitatif peserta didik SD sekitar). 2) Kurikulum (Isi atau muatan), yaitu terdiri dari hal-hal pokok: jumlah dan jenis mata

pelajaran dan program atau muatan Muatan Lokal, PTD, PBKL, PBKG,

Pengembangan Ekonomi Kreatif, standar kompetensi dan kompetensi dasar tiap mata

pelajaran, pemetaan SK dan KD, alokasi waktu, kalender akademik, muatan

pembinaan peserta didik, dan bahan ajar tiap mata pelajaran. Analisis dilakukan

terhadap pemenuhan SNP dan pengayaannya yang bertaraf internasional (IKKM dan IKKT komponen kurikulum).

3) Proses pembelajaran, yaitu mengungkap atau menilai tentang kesiapan silabus,

rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP), fasilitasi TIK/e-learning, bahasa pengantar (bahasa inggris atau bahasa asing yang lain seperti bahasa jepang, arab, dll). Di

samping itu kesiapan implementasi pembelajaran tuntas, moving class, strategi dan

Page 99: Panduan pelaksanaan sbi

Belajar Untuk Masa Depanku

QEC24711 - Panduan Pelaksanaan SBI 93

metode pembelajaran. Analisis dilakukan terhadap pemenuhan SNP (IKKM) dan pengayaannya yang bertaraf internasional (IKKT) bidang proses pembelajaran.

4) Standar kompetensi lulusan dan prestasi-prestasi sekolah, yaitu mengungkap tentang

SKL SMP SBI, SK-kelompok mata pelajaran SBI, SKL per mata pelajaran SBI. Analisis dilakukan terhadap pemenuhan SNP (IKKM) dan pengayaannya yang

bertaraf internasional (IKKT) bidang SKL SMP SBI. Di samping itu juga menilai

tentang keberhasilan sekolah dalam berbagai bidang (akademik dan non akademik),

baik berupa prestasi, kejuaraan, dan keberhasilan lainnya dalam tingkat

nasional/internasional.

5) Sarana dan prasarana sekolah, yaitu mengungkap tentang sumber daya sarpras yang

dipergunakan untuk penyelenggaraan SBI, diantaranya adalah: luas lahan, ruang-

ruang atau gedung perkantoran dan pimpinan (kepala sekolah, wakil-wakil kepala

sekolah, tata usaha, keuangan, administrasi akademik dan penilaian, pemasaran, dll), ruang guru, ruang laboratorium (Biologi, Fisika dan Kimia, Matematika,

Komputer/TIK, Bahasa, IPS, PTD, dll), laboratorium alam/green hause, ruang media,

ruang perpustakaan (ruang buku, ruang baca, ruang komputer/internet, ruang diskusi, e-library), ruang apresiasi (karya siswa, seni, pertunjukan, dll), aula, tempat ibadah,

ruang riset dan pengembangan, ruang data dan informasi, ruang OSIS, ruang UKS,

kamar mandi dan jamban, kantin sekolah, ruang pamer, ruang/gedung pengembangan ekonomi kreatif, tempat parkir, fasilitas olah raga (lapangan, peralatan, ruang khusus,

dll), jaringan internet, daya listrik, bentuk dan fisik bangunan/ruang/laboratorium, dan

sarpras yang lain. Analisis dilakukan terhadap pemenuhan SNP (IKKM) dan

pengayaannya yang bertaraf internasional (IKKT) bidang sarana dan prasarana.

6) Pendidik dan tenaga kependidikan, yaitu mengungkap tentang jumlah keseluruhan,

jumlah per bidang studi, kualifikasi, kompetensi (bidang studi atau profesional, dikdaktik, kepribadian, sosial, bahasa inggris/asing lainnya, penguasaan TIK,

pengalaman, pelatihan, sertifikasi, usia, dll), beban mengajar dan tugas lainnya.

Analisis dilakukan terhadap pemenuhan SNP (IKKM) dan pengayaannya yang bertaraf internasional (IKKT) bidang pendidik dan tenaga kependidikan.

7) Pengelolaan, yaitu mengungkap tentang kondisi RKS dan RKAS, panduan-panduan

pelaksanaan program, kegiatan supervisi, monitoring dan evaluasi, implementasi PAS, SIM, e-management atau manajemen berbasis TIK, kinerja sekolah, nilai akreditasi

sekolah, ISO, kemitraan di dalam dan di luar negeri, implementasi MBS,

kepemimpinan, keorganisasian, administrasi sekolah, pendelegasian, tupoksi

pengelola, dan sebagainya. Analisis dilakukan terhadap pemenuhan SNP (IKKM) dan

pengayaannya yang bertaraf internasional (IKKT) bidang pengelolaan.

8) Pembiayaan, yaitu mengungkap tentang: jenis-jenis pembiayaan (biaya investasi,

biaya operasi, bantuan biaya pendidikan dan beasiswa, dan biaya pribadi peserta didik), sumber-sumber biaya, jumlah anggaran biaya tiap tahun, peran pemerintah

daerah, peran masyarakat, peran orang tua peserta didik/komite sekolah, implementasi

keterbukaan dan pertanggungjawaban keuangan, satuan biaya per peserta didik per tahun, efektivitas dan efesiensi pembiayaan pendidikan, administrasi keuangan,

perpajakan, dan lainnya. Analisis dilakukan dilakukan terhadap pemenuhan SNP

(IKKM) dan pengayaannya yang bertaraf internasional (IKKT) bidang pembiayaan.

9) Penilaian, yaitu mengungkap tentang prinsip-prinsip penilaian yang dilakukan,

strategi/metode penilaian yang dikembangkan, parangkat penilaian, pelaksanaan

ulangan harian, penugasan, mid semester, ujian sekolah, ujian nasional, fasilitasi TIK untuk penilaian, pertanggungjawaban penilaian, penggunaan bahasa inggris dalam

penilaian, admnistrasi penilaian (dokumen) bentuk lain seperti perangkat lunak TIK,

sertifikasi, dan lainnya. Analisis dilakukan dilakukan terhadap pemenuhan SNP (IKKM) dan pengayaannya yang bertaraf internasional (IKKT) bidang penilaian.

10) Kultur sekolah, yaitu mengungkap tentang kultur lingkungan kondusif, kultur belajar

dan mengajar, kultur kompetitif, kolaboratif, dan kewirausahaan, kultur keunggulan

Page 100: Panduan pelaksanaan sbi

Belajar Untuk Masa Depanku

Direktorat Pembinaan SMP - QEC24711 94

global (PBKG), dll. Analisis dilakukan terhadap pemenuhan pengembangan dan penerapan kultur sekolah.

11) Pembinaan kesiswaan (kepesertadidikan), yaitu mengungkap tentang: (a)

Peningkatan keimanan dan ketaqwaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa; (b) penanaman budi pekerti luhur atau akhlak mulia; (c) pembentukan kepribadian

unggul, wawasan kebangsaan, dan bela negara; (d) prestasi akademik, seni, dan/atau

olahraga sesuai bakat dan minat; (e) demokrasi, hak asasi manusia, pendidikan politik,

lingkungan hidup, kepekaan dan toleransi sosial dalam konteks masyarakat plural; (f)

kreativitas, keterampilan, dan kewirausahaan; (h) kualitas jasmani, kesehatan, dan gizi

berbasis sumber gizi yang terdiversifikasi ; (i) Sastra dan budaya; (j) teknologi

informasi dan komunikasi; (k) komunikasi dalam bahasa Inggris; (l) dll. Analisis

dilakukan terhadap semua jenis pembinaan kesiswaan yang dilakukan sekolah.

12) Lingkungan sekolah, yaitu mengungkap tentang: lingkungan internal sekolah seperti kegiatan 7K (keamanan, kebersihan, ketertiban, keindahan, kekeluargaan, kedamaian

dan kerindangan), lingkungan sosial, lingkungan geografis, dan lain-lain. Analisis

dilakukan untuk menilai terhadap aspek-aspek lingkungan baik internal maupun eksternal sekolah.

13) Dan lainnya yang relevan 14) Analisis dengan menentukan terlebih dahulu skore tiap indikator/aspek pendidikan

dan bobot tiap indikator/aspek sampai dengan komponen pendidikan.

e. Menjelaskan rencana program-program yang akan dijalankan untuk menjadi SBI, yaitu

mengungkap dan menilai tentang jenis dan jumlah program atau kegiatan sekolah dalam

pemenuhan SNP (IKKM) maupun dalam pemenuhan keinternasionalan (IKKT). Beberapa

program atau kegiatan tersebut yang akan dinilai adalah dalam bidang: pengembangan kurikulum, pengembangan proses pembelajaran, peningkatan SKL dan prestasi akademik

dan non akademik, pengembangan sarpras, pengembangan pendidik dan tenaga

kependidikan, pengembangan pengelolaan,pemenuhan pembiayaan, pengembangan penilaian, implementasi kultur sekolah, pembinaan kesiswaan, pengembangan lingkungan

sekolah, dan sebagainya.

f. Menjelaskan rencana anggaran sekolah untuk menjadi SBI, yaitu mengungkap dan menilai tentang RAPBS dan APBS yang berjalan.

g. Menjelaskan rencana supervisi, monitoring, dan evaluasi, yaitu mengungkap dan menilai

tentang perangkat yang dipergunakan, pelaksanaan, pelaporan, dan tindak lanjutnya oleh

sekolah atau pihak lain yang terkait.

h. Menjelaskan rencana pemasaran atau sosialisasi, yaitu mengungkap dan menilai tentang

pemasaran program oleh sekolah dan sosialisasi kepada semua pihak sebagai sekolah yang

bermutu. i. Menjelaskan peran pemerintah daerah, masyarakat, dan orang tua peserta didik, yaitu

mengungkap dan menilai terhadap peransertanya dalam aspek supporting, link,

controlling, dan advising kepada sekolah. j. Menentukan kelayakan tiap komponen dan keseluruhan komponen pendidikan untuk

diterima atau ditolak atau untuk dikatakan layak atau tidak layak menjadi SBI.

k. Membuat laporan hasil studi kelayakan yang berisi hal-hal dari hasil analisis dan penilaian

sebagaimana dijelaskan di atas pada sub a sampai dengan j. Laporan ini selanjutnya akan

dipergunakan sebagai salah satu lampiran dalam pengajuan memperoleh izin

menyelenggarakan SBI, disertai dengan profil sekolah.

2. Nilai Akreditasi Sekolah

Nilai akreditasi sekolah adalah menunjukkan kinerja sekolah yang dilaksanakan oleh BAN-SMP dan memenuhi persyaratan apabila hasilnya adalah A, dan harus disertakan dalam

Page 101: Panduan pelaksanaan sbi

Belajar Untuk Masa Depanku

QEC24711 - Panduan Pelaksanaan SBI 95

pengajuan penyelenggaraan SBI ini. Sebagai bukti lampiran adalah dokumen sertifikasi akreditasi.

3. Berbadan Hukum Pendidikan

Disebutkan dalam UUSPN No 20 Tahun 2003 bahwa “Penyelenggara dan/atau satuan

pendidikan formal yang didirikan oleh Pemerintah atau masyarakat berbentuk badan hukum

pendidikan. Badan hukum pendidikan berfungsi memberikan pelayanan pendidikan kepada

peserta didik. Badan hukum pendidikan berprinsip nirlaba dan dapat mengelola dana secara

mandiri untuk memajukan satuan pendidikan”. Badan hukum pendidikan adalah badan hukum

yang menyelenggarakan pendidikan formal. Badan Hukum Pendidikan Pemerintah yang

selanjutnya disebut BHPP adalah badan hukum pendidikan yang didirikan oleh Pemerintah.

Badan Hukum Pendidikan Pemerintah Daerah yang selanjutnya disebut BHPPD adalah badan

hukum pendidikan yang didirikan oleh pemerintah daerah. Badan Hukum Pendidikan Masyarakat yang selanjutnya disebut BHPM adalah badan hukum pendidikan yang didirikan

oleh masyarakat. Badan hukum pendidikan penyelenggara, yang selanjutnya disebut BHP

Penyelenggara adalah yayasan, perkumpulan, atau badan hukum lain sejenis yang telah menyelenggarakan pendidikan formal dan diakui sebagai badan hukum pendidikan. Pendiri

adalah Pemerintah, pemerintah daerah, atau masyarakat yang mendirikan badan hukum

pendidikan.

Badan hukum pendidikan bertujuan memajukan pendidikan nasional dengan menerapkan

manajemen berbasis sekolah/madrasah pada jenjang pendidikan dasar dan menengah.

Pengelolaan dana secara mandiri oleh badan hukum pendidikan didasarkan pada prinsip

nirlaba, yaitu prinsip kegiatan yang tujuan utamanya tidak mencari laba. Pengelolaan

pendidikan formal secara keseluruhan oleh badan hukum pendidikan didasarkan pada prinsip:

otonomi, akuntabilitas, transparansi, penjaminan mutu, pelayanan prima, akses yang berkeadilan, keberagaman, keberlanjutan, partisipasi. Jenis badan hukum pendidikan terdiri

atas BHP Penyelenggara dan badan hukum pendidikan satuan pendidikan. BHP

Penyelenggara merupakan jenis badan hukum pendidikan pada penyelenggara, yang menyelenggarakan 1 (satu) atau lebih satuan pendidikan formal. Badan hukum pendidikan

satuan pendidikan merupakan jenis badan hukum pendidikan pada satuan pendidikan formal

Bentuk badan hukum pendidikan satuan pendidikan terdiri atas BHPP, BHPPD, dan BHPM.

BHPP, BHPPD, dan BHPM hanya mengelola 1 (satu) satuan pendidikan formal. BHPP

didirikan oleh Pemerintah dengan peraturan pemerintah atas usul Menteri. BHPPD didirikan

oleh pemerintah daerah dengan peraturan gubernur atau peraturan bupati/walikota. BHPM

didirikan oleh masyarakat dengan akta notaris yang disahkan oleh Menteri. Satuan pendidikan

dasar dan menengah yang telah didirikan oleh Pemerintah atau pemerintah daerah (sekolah

negeri) dan telah memenuhi Standar Nasional Pendidikan (terutama kurikulumnya), dan berakreditasi A maka otomatis berbentuk badan hukum pendidikan. Yayasan, perkumpulan,

atau badan hukum lain sejenis yang telah menyelenggarakan satuan pendidikan dasar,

pendidikan menengah, dan/atau pendidikan tinggi, diakui sebagai BHP Penyelenggara. Satuan pendidikan yang didirikan setelah Undang-Undang ini berlaku, wajib berbentuk badan hukum

pendidikan. Untuk ini diberlakukan Permendiknas No. 32/2009 tentang Mekanisme Pendirian

Badan Hukum Pendidikan, Perubahan Badan Hukum Milik Negara atau Perguruan Tinggi

dan Pengakuan Penyelenggara Pendidikan Tinggi Sebagai Badan hukum Pendidikan. BHP

Penyelenggara adalah BHP yang asalnya dari Yayasan atau badan hukum lainnya yang telah

lama ada/eksis di masyarakat dalam menyelenggarakan pendidikan sebelum undang-undang ini ada. Yayasan/badan hukum lain tersebut secara otomatis di akui sebagai BHP

Penyelenggara. Sedangkan BHP Masyarakat, adalah BHP yang didirikan setelah adanya UU

BHP, dan diselenggarakan oleh masyarakat. BHP Penyelenggara tidak perlu merubah bentuk

Page 102: Panduan pelaksanaan sbi

Belajar Untuk Masa Depanku

Direktorat Pembinaan SMP - QEC24711 96

badan usahanya, hanya cukup menyesuaikan tatakelolanya saja. Sedangkan BHP Masyarakat, bentuknya langsung berupa BHP.

Oleh karena itu, bagi sekolah yang akan diusulkan untuk menjadi SBI secara otomatis

sebelumnya adalah sebagai RSBI (yang seharusnya telah memenuhi SNP), dan syarat untuk menjadi RSBI adalah harus SSN atau SKM, yaitu sekolah yang telah memenuhi SNP. Untuk

itu, dalam pengusulan sebagai SBI ini dilampirkan Surat Keputusan dari pemerintah sebagai

RSBI dan bukti Berita Acara telah terjadi serahterima antara Pemerintah Daerah

Kabupaten/Kota dengan Pemerintah Daerah Provinsi.

4. Pemenuhan SNP (IKKM) dan IKKT

Pengertian sekolah yang telah memenuhi SNP (IKKM) adalah sekolah yang telah

mengimplementasikan dan memenuhi SNP minimal sebagaimana ditunjukkan dalam beberapa Permendiknas tentang SNP. Karena RSBI sebagai syarat yang dapat diajukan sebagai SBI,

maka secara otomatis diharapkan telah memenuhi SNP tersebut, karena sebelumnya juga

sebagai SSN atau SKM. Sedangkan pemenuhan IKKT minimal telah ditetapkan sebagai RSBI, dimana sekolah tersebut telah melakukan upaya-upaya untuk memperluas, memperdalam, dan

memperkaya berbagai indikator pendidikan yang tertaraf internasional dalam setiap SNP

tersebut. Oleh karena itu untuk kepentingan pengusulan sebagai SBI ini dengan cara melampirkan Surat Keputusan dari pemerintah sebagai RSBI.

Beberapa Permendiknas yang dipakai sebagai acuan untuk pemenuhan SNP antara lain adalah:

(a) Pemenuhan SKL mengacu kepada Permendiknas No 23 Tahun 2006; (b) Pemenuhan

standar isi mengacu kepada Permendiknas No 22 Tahun 2006 dan Permendiknas Nomor 24

Tahun 2006 dan No 6 Tahun 2007 tentang Implementasi Permendiknas Nomor 22 dan 23 Tahun 2006; (c) Pemenuhan standar proses mengacu kepada Permendiknas No 41 Tahun

2007; (d) Pemenuhan standar pendidik dan tenaga kependidikan mengacu kepada

Permendiknas Nomor 13 Tahun 2007 tentang Standar Kepala Sekolah, Permendiknas Nomor 16 Tahun 2007 tentang Standar Kualifikasi dan Kompetensi Guru, Permendiknas Nomor 18

Tahun 2007 tentang Sertifikasi Guru Dalam Jabatan, Permendiknas Nomor 39 Tahun 2009

tentang Pengaturan Beban Kerja Guru dan Pengawas Satuan Pendidikan; (e) Pemenuhan standar Sarana dan Prasarana Pendidikan mengacu kepada Keputusan Mendiknas Nomor

129a/U/2004 tentang Standar Pelayanan Minimal Bidang Pendidikan, Pembakuan Bangunan

dan Perabot Sekolah Menengah Pertama Tahun 2004 dari Direktorat Pembinaan SMP,

Panduan Pelaksanaan dan Panduan Teknis Program Subsidi Imbal Swadaya: Pembangunan

Ruang Laboratorium Sekolah Tahun 2007 dari Direktorat Pembinaan SMP, dan Permendiknas

No 24 Th 2007 Tentang Standar Sarana dan Prasarana; (f) Pemenuhan standar pengelolaan

mengacu kepada Permendiknas Nomor 19 Tahun 2007 dan termasuk pemenuhan akreditasi sekolah mengacu kepada Permendiknas Nomor 12 Tahun 2009; (g) Khusus untuk pemenuhan

standar pembiayaan mengacu kepada Peraturan Pemerintah Nomor 48 Tahun 2008 tentang

Pendanaan Pendidikan dan Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2007 Tentang Pembangian kewenangan/urusan pemerintahan bidang pendidikan; dan (h) Pemenuhan standar penilaian

mengacu kepada Permendiknas Nomor 20 Tahun 2007.

5. Kerjasama/kemitraan

Jalinan kerjasama/kemitraan antara sekolah dengan sekolah lain yang telah berstandar internasional, baik dari dalam negeri dan atau dari luar negeri bertujuan antara lain untuk

menghasilkan berbagai hal sebagaimana telah dijelaskan dalam pembahasan pengelolaan SBI

di atas. Terutama adalah untuk mencapai pemenuhan IKKT berbagai komponen pendidikan dari sekolah yang bersangkutan. Diharapkan selama menjadi RSBI, maka sekolah tersebut

Page 103: Panduan pelaksanaan sbi

Belajar Untuk Masa Depanku

QEC24711 - Panduan Pelaksanaan SBI 97

telah memiliki jalinan kerjasama/kemitraan tersebut, oleh karena itu dalam pengusulan sebagai SBI ini perlu dibuktikan dengan melampirkan dokumen perjanjian kerjasama.

6. RKS dan RKAS

Sekolah bersama stakeholdernya menyusun RKS untuk jangka menengah empat tahunan dan

RKAS untuk jangka pendek satu tahunan yang akan dipergunakan sebagai dasar akan

menyelenggarakan SBI. Ketentuan-ketentuan dan format RKS dan RKAS sama dengan RKS

dan RKAS ketika menjadi RSBI. Perbedaannya adalah pada isi atau substansinya, yaitu

dititikberatkan pada perencanaan pemenuhan IKKT dan implementasi sebagai SBI nantinya.

Adapun format dan sistematikan RKS dan RKAS SBI adalah sebagai berikut:

a. Format dan sistematika RKS

I. Analisis lingkungan strategis

II. Analisis pendidikan masa datang III. Analisis pendidikan masa sekarang

IV. Visi sekolah dan indikator-indikator visi V. Misi Sekolah VI. Tujuan VII. Program strategis

VIII. Strategi pencapaian

IX. Milestone (indikator keberhasilan)

X. Supervisi, monitoring dan evaluasi

XI. Rencana Anggaran dan Belanja Sekolah XII. Pengesahan (oleh sekolah, Dinas Pendidikan Provinsi dan Komite Sekolah)

b. Format dan sistematika RKAS

I. Analisis lingkungan operasional sekolah

II. Analisis sekolah masa datang III. Analisis sekolah masa sekarang

IV. Identifikasi tantangan nyata V. Tujuan sekolah satu tahun VI. Identifikasi fungsi/unsur sekolah VII. Analisis SWOT

VIII. Alternatif langkah-langkah pemecahan persoalan

IX. Rencana kegiatan X. Supervisi, monitoring dan evaluasi

XI. Rencana Anggaran dan Belanja Sekolah XII. Pengesahan (oleh sekolah, Dinas Pendidikan Provinsi dan Komite Sekolah) XIII. Jadwal kegiatan

XIV. Lampiran

Bagi sekolah yang diusulkan untuk menjadi SBI ini, maka harus dibuktikan dengan

melampirkan RKS dan RKAS tersebut.

7. Rekomendasi dari pemerintah daerah (provinsi) Sebagaimana dijelaskan sebelumnya dalam Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2007 dan

Permendiknas Nomor 78 Tahun 2009 bahwa kewenangan penyelenggaraan SBI jenjang SMP

adalah Pemerintah Daerah Provinsi, dibantu pemerintah pusat dan pemerintah kabupaten/kota.

Page 104: Panduan pelaksanaan sbi

Belajar Untuk Masa Depanku

Direktorat Pembinaan SMP - QEC24711 98

Berdasarkan kewenangan ini, maka Pemerintah Daerah Provinsi yang mengusulkan untuk menjadi SBI ini harus melampirkan bukti Surat Rekomendasi untuk sekolah yang diusulkan

adalah disetujui dan akan diselenggarakan dengan penuh tanggungjawab sebagaimana

tertuang dalam Berita Acara Serahterima dari Pemerintah Daerah Kab/Kota ke Pemerintah Daerah Provinsi, serta sebagaimana telah diatur dalam Peraturan Pemerintah tersebut.

8. Sumber pendanaan

Penyelenggaraan SBI oleh Pemerintah Daerah Provinsi memiliki tanggungjawab dalam

pendanaan pendidikan berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2007, Peraturan

Pemerintah Nomor 48 Tahun 2008 Tentang Pendanaan Pendidikan, dan Permendiknas Nomor

78 Tahun 2009 atau juga berdasarkan Berita Acara Serahterima RSBI dari Pemerintah Daerah Kab/Kota ke Pemerintah Daerah Provinsi. Maka dari itu sumber-sumber pendanaan dari

berbagai pemangku kepentingan penting untuk disampaikan dan dalam pengusulan sekolah

untuk menjadi SBI ini harus dilampirkan tentang bukti-bukti telah dianggarkan melalui APBD Pemerintah Daerah Provinsi yang bersangkutan dan disertai lampiran bukti lain bahwa sumber

pendanaan juga berasal dari Komite Sekolah/orang tua peserta didik, dunia usaha/industri,

yayasan, Pemerintah Daerah Kab/Kota (apabila akan memberikan bantuan), dan pemangku kepentingan lainnya.

9. Jaminan kecukupan pendanaan

Sekolah bertaraf internasional adalah sekolah bermutu internasional yang memerlukan banyak sumber pendanaan dan sekaligus dananya. Salah satu prinsip dalam penyelenggaraan SBI

adalah tentang prinsip keberlanjutan. Salah satu penentu aspek keberlanjutan tersebut adalah

adanya kecukupan pendanaan. Oleh karena itu dalam pengusulan sekolah untuk menjadi SBI ini, pihak pengusul harus memberikan kepastian dan jaminan bahwa minimal untuk jangka

waktu enam (6) tahun akan mampu menyediakan dana untuk penyelenggaraan SBI tersebut.

Oleh karena itu pengusul harus melampirkan bukti jaminan kecukupan pendanaan minimal untuk jangka waktu enam tahun yaitu berupa surat pernyataan.

B. Prosedur dan penetapan/pemberian izin penyelenggaraan Sekolah Bertaraf Internasional

(SBI)

Pada dasarnya pemerintah memberikan kesempatan kepada semua daerah (dalam hal ini pemerintah provinsi/kabupaten/kota dan badan hukum penyelenggara) untuk mengajukan usulan

perlunya diselenggarakan SBI. Namun demikian, demi efisiensi dan efektivitas serta terpenuhinya

mutu pendidikan, maka pemerintah tetap memberikan kriteria dan skala prioritas tertentu yaitu mengutamakan di daerah yang belum terselenggara SBI dengan tetap mengacu kepada

persyaratan dan kriteria yang ada. Khusus untuk badan hukum sekolah swasta atau masyarakat,

maka pemerintah tetap memberikan kesempatan luas asalkan memenuhi persyaratan yang

ditentukan.

Adapun prosedur yang harus ditempuh untuk memperoleh izin penyelenggaraan SBI adalah sebagai berikut:

1. Badan hukum pendidikan satuan pendidikan atau badan hukum pendidikan penyelenggara (misalnya sekolah mengajukan ke Dinas Pendidikan Provinsi untuk dilanjutkan ke pemerintah

bagi sekolah negeri dan yayasan untuk sekolah swasta) mengajukan usulan kepada Menteri

melalui Direktur Jenderal Manajemen Pendidikan Dasar dan Menengah.

Page 105: Panduan pelaksanaan sbi

Belajar Untuk Masa Depanku

QEC24711 - Panduan Pelaksanaan SBI 99

2. Usulan dilengkapi bukti persyaratan secara lengkap sebagaimana disebutkan di atas (nomor 1-9)

3. Usulan dilakukan oleh Pemerintah Daerah Provinsi atas kesepakatan dengan Pemerintah

Daerah Kabupaten/Kota, kepada pemerintah (Departemen Pendidikan Nasional) untuk sekolah negeri. Untuk sekolah swasta atas dasar usulan Penyelenggara (misalnya Yayasan) kepada

Pemerintah Daerah Provinsi untuk diusulkan kepada pemerintah (Departemen Pendidikan

Nasional).

4. Paling lambat dalam jangka waktu 6 (enam) bulan setelah menerima usul rencana

penyelenggaraan SBI, Departemen melakukan verifikasi kelayakan penyelenggaraan SBI.

5. Paling lambat dalam waktu 30 (tiga puluh) hari kerja setelah dilakukan verifikasi yang

dilakukan oleh Tim Pengendali yang ditetapkan oleh Menteri

6. Menteri atau pejabat yang ditunjuk oleh Menteri memberikan izin atau menolak memberikan

izin penyelenggaraan SBI atas dasar hasil verifikasi. 7. Izin penyelenggaraan SBI diberikan hanya untuk satu sekolah.

C. Pencabutan izin penyelenggaraan Sekolah Bertaraf Internasional (SBI)

Penyelenggaraan SBI telah didasarkan pada suatu peraturan perundangan yang berlaku, dan bagi penyelenggaranya harus memenuhi segala ketentuan perundangan tersebut. Pelanggaran terhadap

semua peraturan perundangan ini dapat dikenai sanksi berupa: (a) teguran tertulis; dan/atau (b)

pelarangan menerima peserta didik baru, dan atau (c) pencabutan izin penyelenggaraan SBI.

Sedangkan untuk pencabutan izin penyelenggaraan SBI dilakukan apabila:

1. SBI sudah tidak lagi memenuhi persyaratan penyelenggaraan satuan pendidikan bertaraf

internasional;

2. SBI sudah tidak lagi menyelenggarakan kegiatan pembelajaran atau manajemen satuan pendidikan bertaraf internasional; dan

3. SBI mempekerjakan pendidik dan/atau tenaga kependidikan asing yang tidak sesuai dengan

persyaratan dan prosedur.

SBI yang izin penyelenggaraannya dicabut menjadi satuan pendidikan yang berada di bawah

pembinaan pemerintah kabupaten/kota atau pemerintah sesuai kewenangannya. Di sisi lain, SMP

yang menyatakan sebagai SBI wajib menyesuaikan dengan ketentuan-ketentuan peraturan

perundangan yang ada dan paling lama 3 (tiga) tahun sejak Peraturan Menteri Pendidikan

Nasional Nomor 78 Tahun 2009 ini diterbitkan. SMP yang tidak dapat memenuhi ketentuan

tersebut tidak boleh menggunakan nomenklatur SBI.

Page 106: Panduan pelaksanaan sbi

Belajar Untuk Masa Depanku

Direktorat Pembinaan SMP - QEC24711 100

Page 107: Panduan pelaksanaan sbi

Belajar Untuk Masa Depanku

QEC24711 - Panduan Pelaksanaan SBI 101

BAB X

PENGENDALIAN DAN PENGAWASAN PENYELENGGARAAN

SEKOLAH BERTARAF INTERNASIONAL

A. Pengendalian penyelenggaraan SBI

Pengendalian penyelenggaraan SBI dimaksudkan untuk ketercapaian tujuan penyelenggaraan

sekolah bertaraf internasional, yaitu untuk menghasilkan:

a. kompetensi sesuai standar kompetensi lulusan dan diperkaya dengan standar kompetensi pada salah satu sekolah terakreditasi di negara anggota OECD atau negara maju lainnya;

b. daya saing komparatif tinggi yang dibuktikan dengan kemampuan menampilkan keunggulan

lokal ditingkat internasional; c. kemampuan bersaing dalam berbagai lomba internasional yang dibuktikan dengan perolehan

medali emas, perak, perunggu dan bentuk penghargaan internasional lainnya;

d. kemampuan bersaing kerja di luar negeri terutama bagi lulusan sekolah menengah kejuruan; e. kemampuan berkomunikasi dalam bahasa Inggris (skor TOEFL Test > 7,5 dalam skala

internet based test bagi SMA, skor TOEIC 450 bagi SMK), dan/atau bahasa asing lainnya;

f. kemampuan berperan aktif secara internasional dalam menjaga kelangsungan hidup dan

perkembangan dunia dari perspektif ekonomi, sosio-kultural, dan lingkungan hidup;

g. kemampuan menggunakan dan mengembangkan teknologi komunikasi dan informasi secara

professional.

1. Cakupan Pengendalian

Pengertian pengendalian di sini pada dasarnya adalah pengontrolan terhadap penyelenggaraan

dan mutu pendidikan, khususnya dalam penyelenggaraan sekolah bertaraf internasional.

Secara metodologis pengendalian dapat dilakukan sebelum, selama, dan setelah dilaksanakan suatu proses penyelenggaraan sekolah bertaraf internasional. Hal-hal yang dikendalikan

utamanya adalah terhadap seberapa jauh pemenuhan SNP dan pengayaan SNP tersebut

sehingga dapat dikatakan layak menyelenggarakan atau telah mencapai suatu kriteria sebagai

SBI.

Adapun cakupan dalam rangka pengendalian penyelenggaraan sekolah bertaraf internasional

terdiri dari: (1) verifikasi dalam rangka perizinan, (2) supervisi proses penyelenggaraan, dan

(3) monitoring dan evaluasi pelaksanaan dan hasil-hasil penyelenggaraan. Masing-masing

kegiatan atau program pengendalian tersebut dapat diuraikan di bawah ini.

a. Verifikasi

Verifikasi adalah suatu proses kegiatan yang mencocokkan antara informasi dengan

faktualnya terhadap semua persyaratan yang telah ditetapkan. Tujuan verifikasi di sini

adalah untuk mencocokkan antara semua dokumen persyaratan yang telah diserahkan

kepada pemerintah pusat oleh badan hukum penyelenggara terhadap kondisi lapangan

(fakta) yang ada. Dalam kegiatan verivikasi ini sekaligus untuk melihat secara langsung

tentang kondisi dan kemampuan sekolah ditinjau dari sisi lain yang tidak termasuk dalam

persyaratan. Manfaatnya antara lain untuk memberikan nilai tambah ataupun tambahan informasi dari dokumen yang diserahkan dalam kerangka pengambilan keputusan layak

tidaknya diberikan izin penyelenggaraan SBI. Makin mendekati kenyataan, maka dapat

diasumsikan bahwa sekolah tersebut makin layak untuk ditetapkan dapat memperoleh izin penyelenggaraan SBI.

Page 108: Panduan pelaksanaan sbi

Belajar Untuk Masa Depanku

Direktorat Pembinaan SMP - QEC24711 102

b. Supervisi

Tujuan dilaksanakannya supervisi adalah untuk memberikan masukan, jalan keluar, dan mengatasi segala problem dan hambatan yang terjadi di sekolah dalam penyelenggaraan

SBI, khususnya ditinjau dari jenis-jenis SNP, yaitu standar isi, standar proses, standar

kompetensi lulusan, standar pendidik dan tenaga kependidikan, standar sarana dan prasarana, standar pengelolaan, standar pembiayaan, dan standar penilaian. Penekanan

pendalaman dan analisis dalam supervisi ini berkaitan erat dengan bidang-bidang

manajemen pendidikan, yaitu perencanaan, pelaksanaan, pengawasan, dan tindak lanjut.

Dengan demikian, pihak sekolah dan pihak lain yang terkait dapat melakukan perbaikan

atau penyempurnaan penyelenggaraan pendidikan.

Pelaksanaan supervisi yang dilakukan bersamaan dengan ME, maka pelaksanaan

supervise dapat dilakukan sebelum atau setelah petugas melakukan ME. Masing-masing

memiliki kelemahan dan kelebihan untuk menggali suatu informasi/data. Tidak menutup

kemungkinan petugas melaksanakan supervisi sekaligus melakukan ME, yaitu melakukan pembinaan kepada sekolah yang sekaligus melakukan penggalian data untuk kepentingan

ME. Instrumen supervisi dapat dipergunakan sebagai acuan dalam melakukan pembinaan,

dan sekaligus untuk mengetahui sejauhmana tingkat keterlaksanaan suatu program,

hambatan yang ada, serta kemungkinan hasil-hasil yang telah dipenuhi/tercapai. Petugas

dapat melakukan pembinaan pada tiap program/kegiatan untuk pemenuhan SNP atau

keinternasionalan, dengan mengacu kepada setiap jenis standar (SNP), komponen, aspek,

dan indikator-indikator SNP dan keinternasionalan.

c. Monitoring dan Evaluasi

Sedangkan tujuan umum dari ME SBI adalah untuk menegtahui sejauhmana kinerja

sekolah baik dalam kerangka pemenuhan standar nasional pendidikan (SNP) maupun pemenuhan dimensi keinternasionalan. Secara rinci (khusus) tujuan ME SBI adalah untuk:

1) mengetahui kinerja sekolah ditinjau dari pemenuhan Standar Nasional Pendidikan

(SNP);

2) mengetahui kinerja sekolah ditinjau dari pemenuhan dimensi-dimensi

keinternasionalan;

3) mengetahui kinerja masing-masing standar, komponen, aspek, dan indikator

pendidikan sebagai SBI

4) mengetahui perkembangan profil SBI; 5) mengetahui peranserta masyarakat/komite sekolah atau stakeholders, khususnya

pemerintah daerah provinsi dan kabupaten/kota dalam hal pendanaan SBI;

6) mengetahui berbagai kendala dalam penyelenggaraan SBI. 7) melakukan pembinaan kepada sekolah SBI.

d. Perangkat Instrumen

Dalam kerangka pengembangan instrumen, untuk membangun konstruk variabel yang

akan diukur pada umumnya dijabarkan dalam komponen, aspek, dan indikator, demikian

juga untuk pengembangan instrumen kinerja sekolah. Dalam konteks kinerja sekolah yang

tolok ukur pencapaiannya adalah standar nasional pendidikan (SNP) dan pengayaan,

pendalaman, perluasan dari SNP sesuai dengan standar internasional.

Penilaian kinerja keseluruhan merupakan jumlah setiap indikator ataupun aspek atau

komponen, dan untuk lebih mudah penghitungannya menggunakan skor komulatif

indikator. Indikator-indikator penilaian kinerja sekolah SBI merupakan acuan untuk

Page 109: Panduan pelaksanaan sbi

Belajar Untuk Masa Depanku

QEC24711 - Panduan Pelaksanaan SBI 103

mengembangkan butir-butir penilaian kinerja sekolah. Indikator ini dijabarkan dari aspek-aspek penilaian dan aspek-aspek penilaian dijabarkan dari komponen serta komponen-

komponen dijabarkan dari SNP merupakan fokus penilaian, sebagai suatu ukuran kinerja

sekolah.

Instrumen monitoring dan evaluasi ini disusun berdasarkan delapan komponen yang

mengacu pada Standar Nasional Pendidikan, baik yang tertuang dalam UUSPN No

20/2003, PP No 19/2005 maupun semua Permendiknas yang mengatur tentang delapan

(8) SNP yaitu untuk mengukur ketercapaian pemenuhan indikator-indikator SNP. Delapan

SNP tersebut adalah standar isi, standar proses, standar kompetensi lulusan, standar

pendidik dan tenaga kependidikan, standar sarana dan prasarana, standar pengelolaan,

standar pembiayaan, dan standar penilaian.

Sedangkan untuk mengukur ketercapaian pemenuhan indikator-indikator standar keinternasionalan sekolah, maka dalam penyusunan instrumen ini di samping didasarkan

semua regulasi di atas, juga didasarkan atas PP No 38/2007, PP No 48/2008,

Permendiknas No 78/2009 Tentang Penyelenggaraan SBI, Kebijakan Mandikdasmen tentang Penjaminan Mutu Penyelenggaraan SBI, kebijakan-kebijakan lain yang relevan

dari Departemen Pendidikan Nasional.

Di samping itu, juga dikembangkan atas dasar pemahaman konsep manajemen pendidikan

dan mempertimbangkan kondisi lapangan dalam praktik persekolahan. Instrumen SNP

memuat beberapa aspek, dan setiap aspek memuat indikator-indikator standar nasional

pendidikan, yang selanjutnya dikembangkan menjadi butir-butir pernyataan/pernyataan.

Sedangkan instrument dimensi keinternasionalan juga memuat indikator-indikator

keinternasionalan.yang dikembangkan dari setiap aspek standar nasional pendidikan, yang selanjutnya juga dikembangkan menjadi butir-butir pernyataan/pernyataan.

Dalam upaya menggali data dan informasi yang komprehensif dalam kerangka pengambilan kebijakan pemerintah untuk melakukan pembinaan sekolah secara tepat, ,

maka dalam kegiatan ME ini dipergunakan beberapa instrument untuk sasaran/responden

yang berbeda-beda. Beberapa instrument ME tersebut adalah sebagai berikut:

1) Instrumen yang sifatnya terbuka (dengan butir-butir pertanyaan yang tidak disediakan jawaban, dipergunakan dengan responden Dinas Pendidikan Provinsi dan Dinas

Pendidikan Kabupaten/kota, untuk mengetahui tentang sejauhmana perannya dalam

penyelenggaraan sekolah yang dikembangkan menjadi SBI atau disebut Rintisan SBI.

Khususnya terkait dengan kewenangan pemerintah daerah sebagaimana diamanatkan

dalam PP No 38 Tahun 2007. 2) Instrumen yang sifatnya tertutup (dengan butir-butir pertanyaan/pernyataan yang

diberikan alternatip jawaban), yaitu untuk mengetahui kinerja sekolah, baik kinerja

pemenuhan SNP maupun pemenuhan dimensi keinternasionalan (Indikator Kinerja Kunci Tambahan/IKKT). Isi instrument atau butir-butir yang dikembangkan

berdasarkan delapan (8) SNP.

3) Instrumen lain untuk menilai kondisi, keberadaan, dan kelengkapan dokumen

portofolio, baik dokumen dalam kerangka pemenuhan SNP maupun IKKT.

4) Instrumen yang bersifat terbuka dan dipergunakan untuk mengungkap fakta dari SNP

secara kualitatif, di samping itu juga untuk melengkapi instrument kinerja sekolah. 5) Profil sekolah, untuk mengetahui potret sekolah (dilihat secara kuantitatif) sebagai

data pendukung penilaian kinerja sekolah.

Page 110: Panduan pelaksanaan sbi

Belajar Untuk Masa Depanku

Direktorat Pembinaan SMP - QEC24711 104

e. Kisi-kisi instrument Supervisi dan ME:

Adapun kisi-kisi yang dipergunakan sebagai dasar untuk pengembangan instrument supervisi

dan ME ini dapat dilihat dalam lampiran-2 panduan ini.

B. Pengawasan penyelenggaraan SBI

Sebagaimana dijelaskan sebelumnya bahwa dalam kerangka pengendalian penyelenggaraan SBI

diperlukan adanya suatu kegiatan-kegiatan verifikasi, supervisi, monitoring dan evaluasi.

Perangkat yang dipergunakan untuk melakukan kegiatan supervise dan ME tersebut menggunakan

instrument yang dapat mengukur tingkat kesiapan, keterlaksanaan dan keberhasilan suatu program

penyelenggaraan SBI. Perangkat instrument yang dipergunakan tersebut dikembangkan dari kisi-

kisi yang disarikan dari delapan SNP dan berikut pengayaannya sebagai SBI. Dengan semua kegiatan ini pada akhirnya tau SBI dapat dikendalikan atau dikontrol terhadap pencapaian

pemenuhan SNP dan pengayaannya (IKKM dan IKKT) serta sekaligus dapat diketahui kinerja

suatu SBI.

Sedangkan pengawasan di sini lebih ditikberatkan pada siapa yang berwenang untuk melakukan

pengendalian tersebut. Sesuai dengan peraturan perundangan yang berlaku, maka pengawasan dapat dibagi kewenangannya antara lain: (a) Pemerintah melakukan pengawasan secara nasional

terhadap pengelolaan dan penyelenggaraan pendidikan pada SBI; (b) Pemerintah provinsi

melakukan pengawasan terhadap pengelolaan dan penyelenggaraan pendidikan pada SBI yang

menjadi kewenangannya; dan (c) Pemerintah kabupaten/kota melakukan pengawasan terhadap

pengelolaan dan penyelenggaraan pendidikan pada SBI yang menjadi kewenangannya.

C. Pelaporan penyelenggaraan SBI Di samping dilaksanakan pengendalian dan pengawasan penyelenggaraan SBI oleh pihak

eksternal sekolah, maka SBI wajib melaksanakan evaluasi diri dengan menggunakan perangkat

instrument yang sama. Tujuannya antara lain adalah untuk mengukur dan mengetahui (sebagai patok duga) sejauhmana sekolahnya telah mencapai pemenuhan suatu kriteria sebagai SBI. Dalam

hal yang sama SBI mempertanggungjawabkan terhadap semua yang telah dilaksanakan di sekolah.

Juga, sekaligus untuk dipergunakan dalam kerangka pelaksanaan akreditasi maupun ME yang

dilakukan oleh pihak eksternal, khususnya dalam hal saling mengontrol kinerja sekolah. Dengan

demikian SBI pada setiap periode waktu tertentu (misalnya setengah tahunan, satu tahunan, tiga

tahunan, dst) dapat mengetahui tentang kinerja dan profil sekolahnya.

Berdasarkan peraturan perundangan yang ada, maka SBI wajib menyampaikan laporan tertulis

tentang penyelenggaraan pendidikan yang bersangkutan setiap 1 (satu) tahun kepada Menteri

melalui Direktur Jenderal Manajemen Pendidikan Dasar dan Menengah, dengan tembusan disampaikan kepada Kepala Dinas Pendidikan Provinsi dan Kepala Dinas Pendidikan

Kabupaten/Kota. Dan pada saat tertentu, pemerintah dapat meminta laporan SBI sesuai dengan

kebutuhan.

Page 111: Panduan pelaksanaan sbi

Belajar Untuk Masa Depanku

QEC24711 - Panduan Pelaksanaan SBI 105

LAMPIRAN-LAMPIRAN

Page 112: Panduan pelaksanaan sbi

Belajar Untuk Masa Depanku

Direktorat Pembinaan SMP - QEC24711 106

LAMPIRAN – 1: CONTOH BERITA ACARA

SERAH TERIMA PENYELENGGARAAN RSBI/SBI DARI PEMERINTAH DAERAH

KABUPATEN/KOTA

KEPADA PEMERINTAH DAERAH PROVINSI

BERITA ACARA

……………………………

NOMOR: ---------------------------------

……………………………

TENTANG

SERAH TERIMA STATUS PENYELENGGARAAN

RINTISAN SEKOLAH BERTARAF INTERNASIONAL (RSBI)

DAN / ATAU

SEKOLAH BERTARAF INTERNASIONAL (SBI)

DARI

PEMERINTAH DAERAH KABUPATEN/KOTA ……….. ……..

KEPADA

PEMERINTAH DAERAH PROVINSI ……………………………..

Dalam rangka pelaksanaan: (1) Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2007 Tentang Pembagian Urusan

Pemerintahan antara Pemerintah, Pemerintah Daerah Provinsi, dan Pemerintah Daerah Kabupaten/ Kota,

khususnya Pembagian Urusan Pemerintahan Bidang Pendidikan Sekolah Bertaraf Internasional (SBI); (2)

Peraturan Pemerintah Nomor 48Tahun 2008 Tentang Pendanaan Pendidikan; (3) Peraturan Pemerintah

Nomor 19 Tahun 2005 Tentang Standar Nasional Pendidikan; dan (2) Peraturan Menteri Pendidikan

Nasional Nomor 78 Tahun 2009 Tentang Penyelenggaraan Sekolah Bertaraf Internasional (SBI) pada

Jenjang Pendidikan Dasar dan Menengah, maka perlu dilaksanakan pengalihan/serah terima status

penyelenggaraan Rintisan Sekolah Bertaraf Internasional (RSBI) atau yang dipersiapkan untuk

dikembangkan menjadi SBI dan/atau Sekolah Bertaraf Internasional (SBI) dari Pemerintah Daerah

Kabupaten/Kota ….. ………………… kepada Pemerintah Daerah Provinsi ……………………………

Pada hari ini …… tanggal ….bulan ….tahun ….bertempat di ….., kami yang bertanda tangan di bawah

ini:

1. Nama : ………………………………….

Jabatan : Bupati/Wali Kota ……..

Bertindak untuk dan atas nama Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota ….. yang

selanjutnya disebut PIHAK PERTAMA

2. Nama : ……………………………………

Jabatan : Gubernur …………………..

Bertindak untuk dan atas nama Pemerintah Daerah Provinsi ….. yang selanjutnya

disebut PIHAK KEDUA

Dengan ini kedua belah pihak telah sepakat untuk melaksanakan serahterima status penyelenggaraan

Rintisan Sekolah Bertaraf Internasional (RSBI) dan/atau Sekolah Bertaraf Internasional (SBI), yaitu SMP

……………………… yang berkedudukan di ………………. , dengan ketentuan sebagaimana tersebut di

bawah ini.

Page 113: Panduan pelaksanaan sbi

Belajar Untuk Masa Depanku

QEC24711 - Panduan Pelaksanaan SBI 107

Pasal 1

(1) PIHAK PERTAMA menyerahkan status penyelenggaraan Rintisan Sekolah Bertaraf Internasional

(RSBI) atau sekolah yang disiapkan untuk dikembangkan menjadi SBI dan/atau Sekolah Bertaraf

Internasional (SBI) tersebut beserta: (1) Pendidik dan Tenaga Kependidikan (PNS dan Non PNS)

RSBI/SBI, (2) Sarana dan Prasarana RSBI/SBI dan aset-aset lainnya sebagaimana tercantum dalam

Lampiran I, II, III, …., (3) sosialisasi kurikulum RSBI/SBI, (4) pendanaan pendidikan RSBI/SBI, dan

(5) pengendalian mutu pendidikan RSBI/SBI dalam Berita Acara ini, kepada PIHAK KEDUA untuk

diterima menjadi asset, diselenggarakan, dikelola, dan dibina sesuai kewenangannya berdasarkan

peraturan perundangan yang berlaku.

(2) PIHAK PERTAMA membantu PIHAK KEDUA dalam penyelenggaraan, pengelolaan, dan

pembinaan Rintisan Sekolah Bertaraf Internasional (RSBI) atau sekolah yang disiapkan untuk

dikembangkan menjadi SBI dan/atau Sekolah Bertaraf Internasional (SBI) tersebut PASAL 1 (1)

sesuai dengan kewenangan, kemampuan, dan kondisi PIHAK PERTAMA.

(3) Pendidik dan Tenaga Kependidikan (PNS dan Non PNS) RSBI/SBI, (2) Sarana dan Prasarana

RSBI/SBI dan aset-aset lainnya sebagaimana tercantum dalam Lampiran I, II, III, …….., merupakan

bagian yang tidak terpisahkan dari Berita Acara ini.

Pasal 2

Penyerahan penyelenggaraan Rintisan Sekolah Bertaraf Internasional (RSBI) atau sekolah yang disiapkan

untuk dikembangkan menjadi SBI dan/atau Sekolah Bertaraf Internasional (SBI) tersebut sebagaimana

dimaksud pada Pasal 1, PIHAK KEDUA menerima penyerahan tersebut dan mendayagunakan seoptimal

mungkin bagi kepentingan pelaksanaan tugas-tugas pemerintahan dan pembangunan serta pelayanan

kepada masyarakat sesuai kewenangan masing-masing berdasarkan peraturan perundangan yang berlaku.

Pasal 3

Berita Acara Serah Terima ini dibuat untuk disampaikan kepada PIHAK PERTAMA (bermeterai),

PIHAK KEDUA (bermeterai), Menteri Dalam Negeri, Menteri Pendidikan Nasional, Ketua DPRD

Provinsi …., Ketua DPRD Kabupaten/Kota …., Kepala Bappeda Provinsi …., Kepala Badan

Kepegawaian Daerah Provinsi …., Kepala Biro Pengelolaan Aset Setda Provinsi …., Kepala Biro

Organisasi Setda Provinsi …., Kepala Biro Keuangan Setda Provinsi …., Kepala Biro Pemerintahan Setda

Provinsi …., Kepala Biro Hukum dan HAM Setda Provinsi …., Kepala Dinas Pendidikan Provinsi ….,

Kepala Kantor Arsip Daerah Provinsi ….., Kepala Dinas Pendidikan Kabupaten/Kota …., Bagian Umum,

Perlengkapan dan Aset Setda Kabupaten/Kota …., Kepala Kantor Perpustakaan, Arsip, dan Dokumentasi

Kabupaten/Kota …., …. Dan lain-lain sesuai kondisi dan kebutuhan daerah provinsi dan kabupaten/kota

yang terkait.

PIHAK KEDUA PIHAK PERTAMA

……………………..

………………………….

DILAKUKAN DIHADAPAN

KETUA DPRD KABUPATEN/KOTA ………………….

……………………………………………………………………….

KETUA DPRD PROVINSI ……………………………….

………………..……………………………………………………

Page 114: Panduan pelaksanaan sbi

Belajar Untuk Masa Depanku

Direktorat Pembinaan SMP - QEC24711 108

LAMPIRAN I

BERITA ACARA SERAH TERIMA STATUS PENYELENGGARAAN RSBI DAN/ATAU SEKOLAH

BERTARAF INTERNASIONAL (SBI) DARI PEMERINTAH DAERAH KABUPATEN/KOTA ………..

KEPADA PEMERINTAH DAERAH PROVINSI …………………………………….

……………………………

NOMOR: ---------------------------------

……………………………

NAMA-NAMA PENDIDIK DAN TENAGA KEPENDIDIKAN KABUPATEN/KOTA ……..:………..

NO. NAMA NIP

TEMPAT

/TGL

LAHIR

PENDIDIKAN

(KUALIFIKASI DAN

BIDANG STUDI)

JABATA

N

STATUS

KEPEGAWAIA

N

PANGKAT/

GOLONGA

N

TEMPA

T

PNS SMP

…..

PIHAK KEDUA PIHAK PERTAMA

……………………..

………………………….

DILAKUKAN DIHADAPAN KETUA DPRD KABUPATEN/KOTA ………………….

……………………………………………………………………….

KETUA DPRD PROVINSI ……………………………….

………………..……………………………………………………

Page 115: Panduan pelaksanaan sbi

Belajar Untuk Masa Depanku

QEC24711 - Panduan Pelaksanaan SBI 109

LAMPIRAN II

BERITA ACARA SERAH TERIMA STATUS PENYELENGGARAAN RSBI DAN/ATAU SEKOLAH

BERTARAF INTERNASIONAL (SBI) DARI PEMERINTAH DAERAH KABUPATEN/KOTA ………..

KEPADA PEMERINTAH DAERAH PROVINSI …………………………………….

……………………………

NOMOR: ---------------------------------

……………………………

SARANA DAN PRASARANA KABUPATEN/KOTA ……..:………..

A. BARANG TIDAK BERGERAK/TANAH/BANGUNAN

NO. NAMA

BARANG

KONDI

SI

LUA

S LOKASI STATUS ASAL USUL HARGA

KETERANG

AN

B. BARANG BERGERAK/INVENTARISASI LAINNYA

NO. NAMA

BARANG

KONDI

SI

LUA

S LOKASI STATUS ASAL USUL HARGA

KETERANG

AN

PIHAK KEDUA PIHAK PERTAMA

……………………..

………………………….

DILAKUKAN DIHADAPAN

KETUA DPRD KABUPATEN/KOTA ………………….

……………………………………………………………………….

KETUA DPRD PROVINSI ……………………………….

………………..……………………………………………………

Page 116: Panduan pelaksanaan sbi

Belajar Untuk Masa Depanku

Direktorat Pembinaan SMP - QEC24711 110

LAMPIRAN ........................

BERITA ACARA SERAH TERIMA STATUS PENYELENGGARAAN RSBI DAN/ATAU SEKOLAH

BERTARAF INTERNASIONAL (SBI) DARI PEMERINTAH DAERAH KABUPATEN/KOTA ………..

KEPADA PEMERINTAH DAERAH PROVINSI …………………………………….

……………………………

NOMOR: ---------------------------------

……………………………

…………………………………………………

PIHAK KEDUA PIHAK PERTAMA

……………………..

………………………….

DILAKUKAN DIHADAPAN KETUA DPRD KABUPATEN/KOTA ………………….

……………………………………………………………………….

KETUA DPRD PROVINSI ……………………………….

………………..……………………………………………………

Page 117: Panduan pelaksanaan sbi

Belajar Untuk Masa Depanku

QEC24711 - Panduan Pelaksanaan SBI 111

LAMPIRAN-2: Kisi-kisi instrument Supervisi dan ME:

1) Kisi-kisi dari STANDAR ISI

NO KOMPO-NEN ASPEK INDIKATOR

SNP

INDIKATOR

BERTARAF INTERNASIONAL

Isi (muatan) kurikulum SNP Pengembangan isi muatan kurikulum bertaraf internasional Muatan Kurikulum

Jumlah atau jenis panduan pelaksanaan muatan

kurikulum SNP

Jumlah atau jenis panduan pelaksanaan muatan kurikulum

bertaraf internasional

Prinsip keterlibatan pihak-pihak terkait

pengembangan muatan kurikulum SNP

Prinsip/keharusan keterlibatan pihak-pihak terkait

pengembangan muatan kurikulum bertaraf internasional

Prinsip mengacu regulasi SNP Prinsip/keharusan mengacu regulasi pengembangan

kurikulum bertaraf internasional

Prinsip umum pengembangan kurikulum SNP Prinsip khusus pengembangan kurikulum bertaraf

internasional

Prinsip ketersediaan referensi

Prinsip Pengem-

angan Kuriku-lum

Prinsip multi strategi pengembangan kurikulum

SNP

Prinsip multi strategi pengembangan kurikulum bertaraf

internasional

Prinsip-prinsip umum dalam pelaksanaan

kurikulum SNP dalam pengajaran

Prinsip-prinsip khusus dalam pelaksanaan kurikulum

bertaraf internasional dalam pengajaran

1. Kerangka Dasar

Kurikulum

Prinsip Pelaksanaan

kurikulum

Ketersediaan referensi/pedoman/acuan/sumber

daya umum

Ketersediaan referensi/pedoman/acuan/sumber daya

khusus

Isi/muatan struktur kurikulum SNP dan

penyusunannya

Isi pengayaan muatan struktur kurikulum bertaraf

internasional dan penyusunannya

Ketersediaan referensi umum Ketersediaan referensi khusus

Keterlaksanaan program muatan lokal Keberadaan Mapel PTD

Keberadaan program pengembangan diri Ketersediaan referensi /manual/modul PTD

Keterlaksanaan mapel PTD

Keterlaksanaan program pengembangan diri Bentuk bilingual

Keberadaan program tambahan PBKG

Keberadaan program PBKL Ketersediaan referensi program tambahan PBKG

Keterlaksanaan program tambahan PBKG

Keterlaksanaan program PBKL Keberadaan program Pengembangan Ekonomi Kreatif

Ketersediaan referensi program Pengembangan Ekonomi

Kreatif

Ketersediaan sumber daya program Pengembangan

Ekonomi Kreatif

Struktur kurikulum

Keterlaksanaan program Pengembangan Ekonomi Kreatif

Penjabaran SK dan KD mata pelajaran SNP Penjabaran pengayaan SK dan KD mapel bertaraf

internasional

Kualitas/kuantitas/variasi standar kompetensi (SK)

dan kompetensi dasar (KD) untuk mata

pelajaran/program pendidikan Muatan Lokal

Berbentuk bilingual

Kualitas/kuantitas/variasi standar kompetensi (SK)

dan kompetensi dasar (KD) untuk mata

pelajaran/program pendidikan PBKL

Kualitas/kuantitas/variasi standar kompetensi (SK) dan

kompetensi dasar (KD) untuk mata pelajaran/program

pendidikan PBKG

Kualitas/kuantitas/variasi standar kompetensi (SK) dan

kompetensi dasar (KD) untuk mata pelajaran/program

pendidikan PBKG dalam bentuk bilingual

Kualitas/kuantitas/variasi standar kompetensi (SK) dan

kompetensi dasar (KD) untuk mata pelajaran/program

pendidikan pengembangan ekonomi kreatif (PEK)

2. Struktur

Kurikulum

Pendidikan Umum

Standar dan kompe-

tensi dasar

Kualitas/kuantitas/variasi standar kompetensi (SK) dan

kompetensi dasar (KD) untuk mata pelajaran/program

pendidikan pengembangan ekonomi kreatif (PEK) dalam

bentuk bilingual

Penambahan jam pembelajaran sesuai kebutuhan

kurikulum pelajaran bertaraf internasional per minggunya

Jumlah jam pembelajaran per minggu > 32 jam

Tatap muka Penerapan kegiatan pembelajaran sesuai dengan

ketentuan beban belajar

Jumlah Minggu efektif per tahun bisa > 34 minggu

Program pemberian penugasan terstruktur Penugasan

terstruktur

Pemberian tugas-tugas terstruktur

Keberadaan tujuan penugasan terstruktur mapel bertaraf

internasional

Program kegiatan mandiri/tidak terstruktur untuk

mapel SNP

Program kegiatan mandiri / tidak terstruktur mapel bertaraf

internasional

Keberadaan program tidak terstruktur mapel SNP Program pemberian penugasan tidak terstruktur/mandiri

3. Beban belajar

Kegiatan mandiri

tidak terstruktur

Keberadaan tujuan program tidak terstruktur mapel

SNP

Keberadaan tujuan penugasan tidak terstruktur/mandiri

mapel bertaraf internasional

Pemenuhan ketentuan dalam pengembangan KTSP

bertaraf internasional

4. Kurikulum

Tingkat Satuan

Pendidikan

(KTSP)

Pengembangan

KTSP

Pemenuhan ketentuan dalam pengembangan

KTSP SNP

Bentuk/jenis KTSP untuk acuan pembeljaran bertaraf

internasional

Page 118: Panduan pelaksanaan sbi

Belajar Untuk Masa Depanku

Direktorat Pembinaan SMP - QEC24711 112

Ketentuan penyusunan silabus mapel SNP

Ketentuan penyusunan silabus mapel SNP adalah silabus

mapel bertaraf internasional Matematika, IPA, Bhs Inggris,

TIK, dan PTD

Penggandaan dan kepemilikian silabus mapel SNP

didistribusikan

Penggandaan dan kepemilikian silabus mapel bertaraf

internasional Matematika, IPA, Bhs Inggris, TIK, dan PTD

didistribusikan

Pengembangan

Silabus

Pendokumentasian silabus mapel SNP oleh sekolah Pendokumentasian silabus mapel bertaraf internasional

Matematika, IPA, Bhs Inggris, TIK, dan PTD oleh sekolah

Ketentuan penyusunan RPP mapel SNP Ketentuan penyusunan RPP mapel bertaraf internasional

Penggandaan dan kepemilikian RPP mapel SNP

didistribusikan

Penggandaan dan kepemilikian Oleh semua pihak terkait

mapel bertaraf internasional Matematika, IPA, Bhs Inggris,

TIK, dan PTD didistribusikan

Pengembangan RPP

Pendokumentasian RPP mapel SNP oleh sekolah Pendokumentasian Oleh semua pihak terkait mapel

bertaraf internasional Matematika, IPA, Bhs Inggris, TIK,

dan PTD oleh sekolah

KKM =75 untuk setiap mata pelajaran SNP KKM = 80 untuk mata pelajaran Matematika, IPA, Bahasa

Inggris, TIK, dan PTD.

Kriteria Ketun-tasan

Minimal (KKM)

Faktor-faktor sebagai dasar menetapkan KKM

untuk setiap mata pelajaran SNP

Faktor-faktor sebagai dasar menetapkan KKM untuk setiap

mata pelajaran bertaraf internasional

5. Kalender

Pendidikan

Alokasi waktu dan

penetapan kalender

pendidikan

Ketentuan/aspek-aspek dalam menyusun kalender

pendidikan Sekolah SNP

Ketentuan/aspek-aspek dalam menyusun kalender

pendidikan SBI

2) Kisi-kisi dari STANDAR PROSES

NO KOMPO-NEN ASPEK INDIKATOR

SNP

INDIKATOR

BERTARAF INTERNASIONAL

Dasar-dasar perencanaan pengembangan atau

penyusunan silabus mapel SNP

Dasar-dasar perencanaan pengembangan atau penyusunan

silabus mapel bertaraf internasional

Perencana pengembangan atau penyusunan

silabus mapel SNP oleh guru sendiri

Perencana pengembangan atau penyusunan silabus mapel

bertaraf internasional oleh guru sendiri

Perencana pengembangan atau penyusunan

silabus mapel SNP MGMP sekolah

Perencana pengembangan atau penyusunan silabus mapel

bertaraf internasional oleh MGMP sekolah bersama

sekolah/lembaga pasangan atau mitra

Perencana pengembangan atau penyusunan

silabus mapel SNP MGMP sekolah

Perencana pengembangan atau penyusunan silabus mapel

bertaraf internasional oleh MGMP Kab/Kota/Provinsi

(dalam cluster)

Merencanakan/mengmengembangkan silabus

mapel SNP sama dengan silabus yang telah

disusun oleh pusat

Merencanakan/mengmengembangkan silabus mapel

bertaraf internasional sama dengan silabus yang telah

disusun oleh pusat

Silabus SNP disusun dibawah supervisi Dinas

Pendidikan Kabupaten/Kota

Disusun dibawah supervisi Dinas Pendidikan

Kabupaten/Kota dan Provinsi

Disahkan oleh Kepala Dinas Kab/Kota, Provinsi, dan

sekolah/lembaga sister school yang menyusun

(adaptasi/adopsi sebagian yang relevan) bersama

Perencanaan

pengembangan atau

penyusunan silabus

Disahkan oleh Kepala Dinas Kab/Kota

Direncanakan/dikembangkan dengan bentuk Bilingual

Ketentuan perencanaan penyusunan atau

pengembangan RPP mapel SNP

Ketentuan perencanaan penyusunan atau pengembangan

RPP maple bertaraf internasional

Perencana pengembangan atau penyusunan RPP

mapel SNP oleh guru sendiri

Perencana pengembangan atau penyusunan RPP mapel

bertaraf internasional oleh guru sendiri

Perencana pengembangan atau penyusunan RPP

mapel SNP MGMP sekolah

Perencana pengembangan atau penyusunan RPP mapel

bertaraf internasional oleh MGMP sekolah bersama

sekolah/lembaga pasangan atau mitra

Perencana pengembangan atau penyusunan RPP

mapel SNP MGMP sekolah

Perencana pengembangan atau penyusunan RPP mapel

bertaraf internasional oleh MGMP Kab/Kota/Provinsi

(dalam cluster)

Merencanakan/mengmengembangkan RPP mapel

SNP sama dengan silabus yang telah disusun oleh

pusat

Merencanakan/mengmengembangkan RPP mapel bertaraf

internasional sama dengan silabus yang telah disusun oleh

pusat

RPP SNP disusun dibawah supervisi Dinas

Pendidikan Kabupaten/Kota

RPP disusun dibawah supervisi Dinas Pendidikan

Kabupaten/Kota dan Provinsi

RPP disahkan oleh Kepala Dinas Kab/Kota, Provinsi, dan

sekolah/lembaga sister school yang menyusun

(adaptasi/adopsi sebagian yang relevan) bersama

Perencanaan

pengembangan atau

penyusunan Rencana

Pelaksanaan

Pembelajaran (RPP)

RPP disahkan oleh Kepala Dinas Kab/Kota

RPP berbentuk bilingual

Prinsip perbedaan individu peserta didik Prinsip budaya kerjasama

Prinsip partisipasi aktif peserta didik Prinsip relevansi isinya

Prinsip budaya membaca dan menulis Prinsip sesuai perkembangan IPTEK

Prinsip umpan balik dan tindak lanjut

1 Perencanaan

Proses

Pembelajaran

Prinsip-prinsip

penyusunan RPP

Prinsip keterkaitan dan keterpaduan antara SK,

KD, materi, kegiatan pembelajaran, indikator

Prinsip e-manajement dalam penerapan RPP

Page 119: Panduan pelaksanaan sbi

Belajar Untuk Masa Depanku

QEC24711 - Panduan Pelaksanaan SBI 113

pencapaian kompetensi, penilaian, dan sumber

bahan

Prinsip penerapan teknologi informasi dan

komunikasi

Kesesuaian/relevansi Bilingual

Kuantitas terpenuhi Produk luar negeri

Kedalaman materi Produk lembaga pendidikan/sekolah bertaraf internasional

Variasi/jenis

Bahan Ajar

Keterjangkauan

Modern/up to date

Rombongan belajar: 32 peserta didik Jumlah peserta didik per rombongan belajar: 24-30 anak

Beban kerja minimal guru: 24 jam/minggu Menggunakan buku teks/referensi berbahasa asing

(Inggris)

Buku teks pelajaran: (a) ditetapkan bersama dan

sesuai Permendiknas; (b) ratio 1:1 (per mapel per

peserta didik); (c) buku panduan guru, referensi,

pengayaan, dll

Di luar kelas/sekolah

Pengelolaan kelas tepat / sesuai tuntutan

kompetensi, dalam hal: pengaturan duduk peserta

didik, intonasi/volume suara guru, tutur kata,

ketertiban PBM, penguatan, umpan balik,

penghargaan, sanksi, penggunaan waktu,dll

Jumlah rombongan belajar yang ditetapkan sebagai SBI

Jumlah rombongan belajar Metode CTL, PAKEM, CBSA, dll

Sarana TIK

Persyaratan

pelaksanaan proses

pembelajaran

Bilingual

Kegiatan pendahuluan Penerapan pembelajaran tuntas/terdapat kegiatan tindak

lanjut (pembelajaran remedial, pengayaan, percepatan)

Kegiatan inti Penerapan prinsip-prinsip pembelajaran yaitu: aktif,

kreatif, efektif dan menyenangkan; kontekstual (CTL); dan

model pembelajaran yang pro-perubahan

Kegiatan penutup (merangkum, penilaian, umpan

balik, tindak lanjut, rencana berikutnya)

Gabungan teori dan praktik

Menggunakan bilingual/menggunakan bahasa inggris atau

lainnya

Menggunakan TIK/e-learning

2 Pelaksanaan

Proses

Pembelajaran

Pelaksanaan

Pembelajaran

Pelaksanaan pembelajaran lainnya

Keterlaksanaan penilaian hasil belajar Mengacu SKL

Pemenuhan ketentuan pelakdsanaan penilaian

hasil belajar

Mengacu silabus dan rencana pembelajaran (SK dan KD)

yang telah direncanakan

Berbasis TIK

3 Penilaian Hasil

Belajar

Pelaksanaan

Penilaian Hasil

Belajar

Penggunaan/implementasi Standar Penilaian

Pendidikan dan Panduan Penilaian Kelompok

Mata Pelajaran Fasilitasi peserta didik

Tahapan pemantauan Tahapan tindak lanjut hasil penilaian pembelajaran

Strategi pemantauan

Pemantauan

Pelaksana pemantauan

Bersama sekolah dengan sekolah pasangan dan pihak lain

yang terkait

Pentahapan supervisi Tindak lanjut supervisi

Strategi supervise Mendasarkan pada prinsip : Plan-Do-Check-Action

(PDCA)

Supervisi

Pelaksana supervisi Bersama sekolah dengan sekolah pasangan danserta pihak

lain yang terkait

Tujuan evaluasi Bersama sekolah dengan sekolah pasangan dan pihak lain

yang terkait

Strategi/cara Diselenggarakan melalui /cara membandingkan proses

evaluasi pembelajaran yang dilaksanakan guru dan standar

proses internasional

Evaluasi

Orientasi evaluasi

Pelaporan pembelajaran dan hasil penilaian

pembelajaran

Laporan hasil pemantauan, supervisi, dan evaluasi proses

pembelajaran khususnya mata pelajaran RSBI/SBI

(Matematika, IPA, Bhs Inggris, TIK, dan PTD),kepada

pemangku kepentingan :

Pelaporan

Tindak lanjut pelaporan

Penguatan dan penghargaan diberikan kepada

guru yang telah memenuhi standar

Pendampingan dan in hause training (IHT) bagi guru

4 Pengawasan

Proses

Pembelajaran

Tindak lanjut

Teguran yang bersifat mendidik terhadap guru

yang belum memenuhi standar

Perbaikan sistem atau kinerja sekolah

3) Kisi-kisi dari STANDAR KOMPETENSI LULUSAN

NO KOMPO-NEN ASPEK INDIKATOR

SNP

INDIKATOR

BERTARAF INTERNASIONAL

1 Kompetensi

Lulus-an

Kecerdasan Kemampuan berpikir logis, kritis, kreatif, dan

inovatif dalam pengambilan keputusan.

Kemampuan berpikir logis, kritis, kreatif, dan inovatif

serta entrepreneurship dalam bidang: Matematika, IPA,

Bahasa Inggris, TIK, PTD, dan lainnya

Page 120: Panduan pelaksanaan sbi

Belajar Untuk Masa Depanku

Direktorat Pembinaan SMP - QEC24711 114

Kemampuan menganalisis gejala alam dan social,

yaitu: gempa bumi, banjir, tanah lonsor,

kemiskinan, pengangguran, kriminalitas, kenakalan

remaja, dll

Kemampuan memperdalam, memperkaya, dan

memperluas pengetahuan dan pemahaman tentang

berbagai gejala alam dan sosial

Pengalaman belajar melalui program pembiasaan

untuk mencari informasi/pengetahuan lebih lanjut

dari berbagai sumber belajar

Pengalaman belajar melalui program pengembangan diri

tentang pendalaman IPTEK

Pengalaman belajar yang mampu memanfaatkan

lingkungan secara produktif dan bertanggung jawab

Pengalaman belajar yang mampu mensinergikan dan

mengembangkan pemanfaatan lingkungan secara

produktif, baik ditinjau dari sisi ilmiah maupun ekonomi.

Pengetahuan

Pengalaman mengekspresikan diri melalui kegiatan

seni budaya

Pengalaman belajar yang mampu mengekspresikan,

merefleksikan, dan menunjukkan hasil karya dalam bidang

seni dan budaya

Pengalaman belajar melalui kelompok mata

pelajaran kewarganegaraan dan kepribadian

Pengalaman belajar untuk menumbuhkan dan

mengembangkan sikap percaya diri dan

bertanggung jawab

Pengalaman belajar untuk menumbuhkan dan

mengembangkan sikap percaya diri dan bertanggung

jawab, seperti: berkomunikasi dengan bahasa asing, debat,

kunjungan ke luar negeri, pertukaran pelajar antar bangsa,

dll

Pengalaman belajar untuk berpartisipasi dalam

penegakan aturan-aturan sosial

Pengalaman belajar untuk berpartisipasi dalam penegakan

aturan-aturan sosial serta berpartisipasi dalam kancah

kehidupan internasional

Pengalaman belajar yang mampu menumbuhkan

sikap kompetitif dan sportif untuk mendapatkan

hasil yang terbaik

Pengalaman belajar yang mampu menumbuhkan sikap

kompetitif dan sportif untuk mendapatkan hasil yang

bertaraf internasional

Pengalaman belajar yang dapat melibatkan

partisipasi peserta didik dalam kehidupan

bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara secara

demokratis dalam wadah NKRI

Pengalaman belajar yang dapat melibatkan partisipasi

peserta didik dalam kehidupan antar bangsa di dunia dalam

rangka pergaulan dunia

Kepribadian

Pengalaman belajar untuk membentuk karakter

peserta didik, menumbuhkan rasa sportifitas dan

kebersihan lingkungan

Pengalaman belajar untuk membentuk karakter peserta

didik, menumbuhkan rasa kompetitif atau daya saing

tinggi dalam bidang kebersihan lingkungan dalam lingkup

internasional

Pengalaman belajar melalui kelompok mata

pelajaran agama dan akhlak mulia

Pengalaman belajar melalui kelompok mata pelajaran

agama dan akhlak mulia dalam forum internasional

Pengalaman belajar untuk menghargai

keberagaman agama, bangsa, suku, ras, dan

golongan sosial ekonomi dalam lingkup nasional

Pengalaman belajar untuk menghargai keberagaman

agama, bangsa, suku, ras, dan golongan sosial ekonomi

dalam lingkup globa/internasional

Pengalaman belajar dalam pembentukan akhlak

mulia

Akhlak Mulia

Pengalaman belajar berupa kegiatan pembiasaan

untuk menghargai perbedaan pendapat dan

berempati terhadap orang lain

Kegiatan pembiasaan untuk menghargai perbedaan

pendapat dan berempati terhadap orang lain

Pengalaman dalam menghasilkan karya kreatif baik

individual maupun kelompok

Pengalaman dalam menghasilkan karya kreatif dan inovatif

untuk menuju entrepreneur dan bersifat ekonomik

(implementasi pengembangan ekonomi kreatif), seperti 14

bidang

Ketrampilan membaca dan menulis naskah secara

sistematis dan estetis

Ketrampilan dan pengetahuan melalui ketrampilan

membaca dan menulis

Ketrampilan Untuk

Hidup

Pengalaman ketrampilan menyimak, membaca,

menulis, dan berbicara baik dalam Bahasa

Indonesia maupun Bahasa Inggris

Pengalaman belajar bidang ketrampilan membuat karya

tulis ilmiah, karya ilmiah remaja, penelitian, dan

sejenisnya dalam berbagai bidang pengetahuan/sains,

teknologi, dan sebagainya pada tingkat internasional

Pengalaman belajar dalam mengembangkan IPTEK

seiring dengan perkembangannya

Pengalaman belajar dalam mengembangkan IPTEK seiring

dengan perkembangannya dan mampu berkompetisi secara

internasional

Pendidikan lanjut

Pengalaman belajar mampu menguasai

pengetahuan untuk melanjutkan ke jenjang

pendidikan lanjutan

Pengalaman belajar mampu menguasai pengetahuan untuk

melanjutkan ke jenjang pendidikan lanjutan bertaraf

internasional

4) Kisi-kisi dari STANDAR PENDIDIK DAN TENAGA KEPENDIDIKAN

NO KOMPO-NEN ASPEK INDIKATOR

SNP

INDIKATOR

BERTARAF INTERNASIONAL

Kualifikasi akademik Kualifikasi akademik minimum Kualifikasi pendidikan S2/S3

Kesesuaian latar

belakang pendidikan

Latar belakang pendidikan tinggi

Kesehatan

jasmani dan rohani

Kesehatan jasmani dan rohani Kesehatan rohani untuk menjalankan tugas mengajar

Kemampuan merencanakan pembelajaran Kemampuan merencanakan pembelajaran SBI

1 Guru

Kompetensi

pedagogik sebagai

agen Pelaksanaan pembelajaran Kemampuan melaksanakan pembelajaran dengan berbasis

TIK

Page 121: Panduan pelaksanaan sbi

Belajar Untuk Masa Depanku

QEC24711 - Panduan Pelaksanaan SBI 115

Kemampuan guru melaksanakan pembelajaran dengan

bahasa inggris/asing lainnya

Kemampuan guru melaksanakan pengelolaan

pembelajaran dengan berbagai pola pendekatan

pembelajaran.

Kompetensi mengevaluasi pembelajaran Kemampuan guru melaksanakan evaluasi pembelajaran

dengan berbasis TIK

Kompetensi

kepribadian sebagai

agen

pembelajaran

Integritas kepribadian dan tindakan Integritas kepribadian pendidik dan bertindak sesuai

dengan norma agama, hukum, sosial, serta peraturan dan

ketentuan yang berlaku lainnya

Kemampuan berkomunikasi secara efektif dan santun

dengan.menggunakan bahasa inggris atau bahasa asing

lainnya

Kemampuan berkomunikasi secara efektif dan santun

dengan.menggunakan sarana TIK

Kompetensi sosial

sebagai agen

pembelajaran

Komuniukasi secara efektif dan santun

Kepedulian social

Penguasaan materi pelajaran yang merupakan

pengembangan dari SK dan KD dari Standar isi

Kompetensi berbahasa inggris

Penguasaan materi pelajaran SNP

Kemampuan TIK

Kompetensi penelitian Kompetensi penelitian yang lebih luas

Kompetensi

profesional sebagai

agen

pembelajaran.

Kompetensi penulisan karya ilmiah Kompetensi penulisan karya ilmiah lebih luas

Kualifikasi pendidikan Kualifikasi akademik pendidikan minimum Sarjana S2

dari PT terakreditasi

Akredirasi PT asal

Kesesuaian

Kualifikasi

akademik minimum

Sertifikat

Keberadaan SK sebagai guru Kompetensi berbahasa inggris

Sertifikat pendidik Sertifikat kursus/pelatihan TIK

Kualifikasi khusus

minimum.

. Surat Keputusan (SK) sebagai kepala sekolah

Pengalaman

mengajar sebagai

guru SMP dan

kesehatan

Pengalaman mengajar Pengalaman tambahan menjadi kepala sekolah SSN

Kemampuan manajerial yang ditunjukkan dengan

keberhasilan mengelola sekolah bertaraf internasional

Wawasan internasional dan mampu membangun jejaring

internasional;

Kemampuan

kepemimpinan

Kemampuan manajerial

Prestasi kompetensi kepemimpinan

Keampuan kewirausahaan dalam mengelola kegiatan

produksi/ jasa sebagai sumber pendanaan pendidikan

Kemampuan

kewirausahaan

Keampuan kewirausahaan dalam mengelola

kegiatan produksi/ jasa

Kemampuan kewirausahaan dalam mengelola kegiatan

produksi/ jasa sebagai sarana dan media pengembangan

kreativitas, inovasi peserta didik, dan entrepreneurship

warga sekolah

Kemampuan untuk melakukan kegiatan evaluasi diri

2 Kepala Sekolah

Kemampuan

supervisi dan

montoring.

Kemampuan untuk melakukan supervisi

dan monitoring. Keberhasilan kepala sekolah dalam kegiatan supervisi,

monitoring, dan evaluasi diri

Kompetensi berbahasa inggris Kualifikasi akademik

minimum Kepala

Administrasi.

Kualifikasi akademik minimun

Kompetensi TIK

Masa kerja waktu

diangkat menjadi

kepala administrasi

Masa kerja

Kompetensi berbahasa inggris Kualifikasi akademik

Minimum Tenaga

Administrasi.

Kualifikasi akademik minimum

Kompetensi TIK

3 Tenaga

Admi-nistrasi

Kepemilikan

kesesuaian latar

belakang pendidikan

dengan tugasnya

sebagai tenaga

administrasi.

Latar belakang pendidikan

Kommpetensi berbahasa inggris Kualifikasi akademik

Minimum Kepala

Perpustakaan.

Memiliki kualifikasi akademik minimun

Kompetensi TIK

Masa kerja waktu

diangkat menjadi

kepala perpustakaan

Masa kerja

Memiliki Kompetensi berbahasa inggris

4 Tenaga

Perpustakaan

Kepemilikan

kesesuaian latar

belakang pendidikan

dengan tugasnya

sebagai tenaga

perpustakaan.

Latar belakang pendidikan

Kompetensi TIK

Kompetensi berbahasa inggris Kepemilikan

kualifikasi

akademik minimum

kepala laboratorium.

Memiliki kualifikasi akademik minimum

Kompetensi TIK

5 Tenaga Labo-

ratorium

Masa kerja waktu Masa kerja

Page 122: Panduan pelaksanaan sbi

Belajar Untuk Masa Depanku

Direktorat Pembinaan SMP - QEC24711 116

diangkat menjadi

kepala laboratorium.

Kesesuaian latar

belakang pendidikan

dengan tugas

sebagai kepala

laboratorium

Latar belakang pendidikan

Kompetensi berbahasa inggris Kualifikasi akademik

Minimum Teknisi

Laboratorium.

Memiliki kualifikasi akademik minimum

Kompetensi TIK

Berbahasa inggris Kualifikasi akademik

minimum

laboran

Pendidikan minimal (D-I)

Kompetensi TIK

6 Tenaga Layanan

Khusus

Pemenuhan jumlah

tenaga layanan

khusus.

Jenis dan jumlah tenaga layanan khusus

5) Kisi-kisi dari STANDAR SARANA DAN PRASARANA

NO KOMPO-NEN ASPEK INDIKATOR

SNP

INDIKATOR

BERTARAF INTERNASIONAL

Memenuhi kebutuhan

pembangunan/penyediaan/pengembangan ruang, lab,

tempat olah raga, tempat pembelajaran di luar kelas,

tempat apresiasi, dan lain-lain yang bertaraf internasional

Luas lahan Memenuhi ketentuan rasio minimum luas lahan

terhadap peserta didik, sebagaimana tercantum

pada Tabel 1 dari Standar Sarana dan Prasarana.

Kerjasama antara Pemerintah Provinsi dan

Kabupaten/Kota, serta masyarakat secara bersama

bertanggungjawab dalam hal investasi lahan

Kea-manan Terhindar dari potensi bahaya yang mengancam

kesehatan dan keselamatan jiwa.

Kenya-manan Terhindar dari gangguan pencemaran

1 Lahan

Ijin pemanfaatan

lahan

Keperuntukan, ijin

Luas lantai Memenuhi ketentuan rasio minimum luas lantai

terhadap peserta didik, sebagaimana tercantum

pada tabel 2 dari Standar Sarana dan Prasarana.

Kese-lamatan Kekuatan, fasilitas, anti bahaya

Kese-hatan Sanitasi, pengelolaan pencemaran Memiliki kemampuan pengelolaan pencemaran lingkungan

Kenyamanan Ventilasi dan pencahayaan. Memanfaatkan fasilitas teknologi sesuai spesifikasi,

kualitas dan jumlahnya

Daya listrik Daya listrik Bangunan gedung dilengkapi instalasi listrik dengan daya

sesuai kebutuhan

Ijin bangunan Izin bangunan dan penggunaan

Peme-liharaan Jenis dan waktu pemeliharaan

2 Bangu-nan

Kecu-kupan secara

kuanti-tas

Pengembangan kebutuhan bangunan, inventarisasi

bangunan

Jumlah dan jenis pengembangan bangunan

Terdiri dari minimal 14 ruang/kelengkapan sarpras

Terdapat penambahan, perluasan, dan pengayaan

kelengkapan sarpras

Terdapat laboratorium komputer Terdapat tambahan jumlah dan jenis ruang

Terdapat laboratorium bahasa Laboratorium matematika

Laboratorium Fisika

Laboratorium Kimia

Laboratorium Biologi

Laboratorium Pendidikan Teknologi Dasar (PTD)

Laboratorium IPS

Ruang penelitian dan pengembangan (R & D)

Ruang media pembelajaran

Ruang apresiasi, pertunjukan, pameran, presentasi, dll

Ruang serbaguna/aula

Green hause/sejenisnya

Keleng-kapan

prasarana

Sarana dan prasarana pengembangan ekonomi kreatif

Jumlah, kapasitas, rasio luasan/peserta didik ruang

kelas

Berbasis TIK

Ruang kelas

Standar sebagaimana tercantum pada Tabel 4 dari

Standar Sarana dan Prasarana.

Pemenuhan tambahan sarpras

Tempat baca, luasan, lebar, dan pencahayaan ruang

perpustakaan

Berbasis TIK (e-library) dan kecukupan ruang serta

sumber belajar

Ruang perpus-takaan

Dilengkapi sarana sebagaimana tercantum pada

Tabel 5 dari Standar Sarana dan Prasarana.

3 Kelengkapan

Prasarana dan

Sarana

Ruang laboratorium

IPA

Tempat praktik, daya tampung, rasio luasan/peserta

didik, luasan, pencahayaan, air bersih.

Page 123: Panduan pelaksanaan sbi

Belajar Untuk Masa Depanku

QEC24711 - Panduan Pelaksanaan SBI 117

Dilengkapi sarana sebagaimana tercantum pada

Tabel 6 dari Standar Sarana dan Prasarana.

Fungsional, jenis ruang, jumlah ruang, luasan Terdapat tambahan sarpras ruang pimpinan Ruang pim-pinan

Dilengkapi sarana sebagaimana tercantum pasa

Tabel 7 dari Standar Sarana dan Prasarana.

Fungsional, luasan, pencahayaan, jenis, jumlah Terdapat tambahan sarpras/fasilitas untuk pengembangan

profesionalisme guru

Ruang guru

Dilengkapi sarana sebagaimana tercantum pasa

Tabel 8 dari Standar Sarana dan Prasarana.

Rasio, jumlah, janis Terdapat tambahan sarpras/fasilitas untuk TU Ruang tata usaha

Dilengkapi sarana sebagaimana tercantum pasa

Tabel 9 dari Standar Sarana dan Prasarana.

Jenis, jumlah, luasan, kenyamanan Tempat ibadah

Dilengkapi sarana sebagaimana tercantum pada

Standar Sarana dan Prasarana.

Luasan, kenyamanan, jenis/jumlah Terdapat tambahan sarpras/fasilitas untuk ruang konseling Ruang konse-ling

Dilengkapi sarana sebagaimana tercantum pada

Tabel 10 dari Standar Sarana dan Prasarana.

Luasan, jenis, jumlah, kenyamanan Ruang UKS

Dilengkapi sarana sebagaimana tercantum pasa

Tabel 11 dari Standar Sarana dan Prasarana.

Luas dan jumlah/jenis

Terdapat tambahan sarpras/fasilitas untuk ruang organisasi

kepeserta didikan

Ruang organi-sasi

kepeserta didikan

Dilengkapi sarana sebagaimana tercantum pasa

Tabel 12 dari Standar Sarana dan Prasarana.

Jumlah, jenis, luasan, keamanan

Jamban

Dilengkapi sarana sebagaimana tercantum pasa

Tabel 13 dari Standar Sarana dan Prasarana.

Luasan, jumlah, jenis Gudang

Dilengkapi sarana sebagaimana tercantum pasa

Tabel 14 dari Standar Sarana dan Prasarana.

Ruang sirkulasi Luasan, keamanan, kenyamanan

Tempat bermain/

berolahraga

Rasio, jenis, jumlah, kondisi Sarpras olah raga di dalam ruang/gedung

Dilengkapi sarana sebagaimana tercantum pasa

Tabel 15 dari Standar Sarana dan Prasarana.

6) Kisi-kisi dari STANDAR PENGELOLAAN

NO KOMPO-NEN ASPEK INDIKATOR

SNP

INDIKATOR

BERTARAF INTERNASIONAL

Muatan aspek-aspek keinternasionalan Perumusan dan penetapan visi sekolah

Pelaksanaan sosialisasi aspek-aspek visi keinternasionalan

dan lebih luas

Visi sekolah

Sosialisasi

Misi sekolah Perumusan dan penetapan misi sekolah Pelaksanaan sosialisasi aspek-aspek misi sekolah yang

lebih luas

Perumusan dan penetapan tujuan sekolah Tujuan 4 (empat) tahunan dan 1 (satu) tahunan Tujuan sekolah

Kesesuaian dengan aspek-aspek SNP.

Rencana kerja jangka empat tahun atau RKS Indikator-indikator kinerja kunci tambahan (IKKT) yang

bertaraf internasional.

Rencana kerja satu tahun atau RKAS RKS dan RKAS yang memuat indikator-indikator kinerja

kunci tambahan (IKKT) yang bertaraf internasional telah

disosialisasikan oleh pemimpin sekolah.

Sosialisasi

Isi RKAS

Persyaratan dan prosedur penerimaan peserta didik

Matrikulasi (bridge course)

Bentuk pembinaan kepeserta didikan

Pembinaan kepeserta didikan bidang Pendidikan Berbasis

Keunggulan Lokal (PBKL)

Perencanaan kegiatan bidang kepeserta didikan.

Pembinaan kepeserta didikan dalam pengembangan

ekonomi kreatif

Strategi pengembangan

Langkah pengembangan

Perencanaan pengembangan kurikulum dan program

pembelajaran berbasis TIK

Pelibatan sekolah/lembaga pendidikan internasional

Perencanaan kurikulum dalamkegiatan PBKL

1 Rencana Kerja

Seko-lah

Rencana kerja

sekolah

Perencanaan kegiatan bidang pengembangan

kurikulum dan pembelajaran.

Perencanaan kurikulum dalamkegiatan pengembangan

ekonomi kreatif

Page 124: Panduan pelaksanaan sbi

Belajar Untuk Masa Depanku

Direktorat Pembinaan SMP - QEC24711 118

Perencanaan kurikulum dalamkegiatan life skill

Perencanaan kegiatan bidang PENGEMBANGAN

pengelolaan pendayagunaan pendidik

Perencanaan kegiatan bidang pengelolaan

pendayagunaan pendidik dan tenaga kependidikan.

Perencanaan kegiatan bidang PENGEMBANGAN

pengelolaan pendayagunaan tenaga kependidikan

Pengelolaan kegiatan bidang sarana dan prasarana

pembelajaran.

Pengembangan pengelolaan kegiatan bidang sarana dan

prasarana pembelajaran/sekolah.

Perencanaan alokasi anggaran dari pemda provinsi

Perencanaan alokasi anggaran dari pemda kab/kota

Perencanaan alokasi anggaran dari komite sekolah/orang

tua peserta didik

Perencanaan alokasi anggaran dari pusat (Depdiknas)

Perencanaan alokasi anggaran dari stakeholders lain

Perencanaan alokasi anggaran untuk pengembangan

pembinaan kepeserta didikan

Pengelolaan kegiatan bidang keuangan dan

pembiayaan pendidikan.

Perencanaan alokasi anggaran untuk peserta didik tidak

mampu

Perencanaan penciptaan suasana, iklim, dan

lingkungan pembelajaran

Pengembangan penciptaan kultur sekolah: perencanaan,

pelaksanaan, dan pengawasan/evaluasi kegiatan dan hasil-

hasilnya

Rencana Bidang penyelenggaraan kerjasama/kemitraan Keterlibatan masyarakat dalam perencanaan

Rencana Bentuk kerjasama/kemitraan

Perencanaan implementasi sekolah berbasis TIK

Perencanaan Implementasi system manajemen mutu atau

ISO 9001

Perencanaan Implementasi system manajemen mutu atau

ISO 14000

Perencanaan kegiatan PBKL

Perencanaan kegiatan pengembangan ekonomi kreatif

Perencanaan kegiatan life skill

Perencanaan pengembangan sistem manajemen

sekolah

Perencanaan SIM berbasis TIK/cyber school

Perencanaan pengawasan Perencanaan pengawasan IKKT

Perencanaan kegiatan evaluasi diri. Perencanaan evaluasi diri kinerja SSN dan SBI

Perencanaan evaluasi kinerja pendidik dan tenaga

kependidikan.

Perencanaan kegiatan persiapan bahan akreditasi Perencanaan kegiatan persiapan bahan akreditasi

internasional

Pedo-man

pengelolaan sekolah

Pedoman yang mengatur berbagai aspek

pengelolaan

Pedoman pengelolaan program/kegiatan dalam upaya

pencapaian pemenuhan IKKT

Struktur organi-sasi

sekolah

Struktur organisasi dengan uraian tugas Tambahan/pengembangan anggota organisasi dalam

pencapaian pemenuhan IKKT

Pelaksanaan kegiatan

sekolah

Pelaksanaan kegiatan sekolah

Persyaratan dan prosedur penerimaan peserta didik

Matrikulasi (bridge course)

Bentuk pembinaan kepeserta didikan

Pembinaan kepeserta didikan bidang Pendidikan Berbasis

Keunggulan Lokal (PBKL)

Pembinaan kepeserta didikan bidang life skill

Bidang kepeserta

didikan

Pelaksanaan kegiatan bidang kepeserta didikan.

Pembinaan kepeserta didikan dalam pengembangan

ekonomi kreatif

Strategi pelaksanaan pengembangan

Langkah pelaksanaan pengembangan

Pelaksanaan pengembangan kurikulum dan program

pembelajaran berbasis TIK

Pengembangan kurikulum dan program pembelajaran

berbentuk bilingual

Pelibatan sekolah/lembaga pendidikan internasional

Bidang kuriku-lum

dan kegiatan pembe-

lajaran

Pelaksanaan bidang pengembangan kurikulum dan

pembelajaran.

Legitimasi dari sekolah/lembaga pendidikan internasional

Pelaksanaan kegiatan bidang PENGEMBANGAN

pengelolaan pendayagunaan pendidik

Bidang pendidik dan

tenaga kepen-didikan

Pelaksanaan kegiatan bidang pengelolaan

pendayagunaan pendidik dan tenaga kependidikan.

Pelaksanaan kegiatan bidang PENGEMBANGAN

pengelolaan pendayagunaan tenaga kependidikan

Bidang sarana dan

prasa-rana

Pengelolaan kegiatan bidang sarana dan prasarana

pembelajaran.

Pengembangan pengelolaan kegiatan bidang sarana dan

prasarana pembelajaran/sekolah.

Pengelolaan penggunaan dana bantuan: pemerintah pusat,

provinsi, kab/kota, komite sekolah, dan sumber dana lain

Audit penggunaan dana

Pertanggungjawaban /pelaporan pengelolaan dana sekolah

Bidang keuang-an

dan pembi--ayaan

Pengelolaan kegiatan bidang keuangan dan

pembiayaan pendidikan.

Implementasi MBS dalam pengelolaan pembiayaan

pendidikan

Budaya dan

lingkungan sekolah

Penciptaan suasana, iklim, dan lingkungan

pembelajaran yang kondusif.

Pengembangan penciptaan kultur sekolah

Bidang penyelenggaraan kerjasama/kemitraan

Tujuan kerjasama/kemitraan

Bentuk kerjasama/kemitraan

Peran serta

masyarakat dan

kemitraan sekolah

Keterlibatan masyarakat pendukung dan

membangun kemitraan dengan lembaga lain yang

relevan.

Legitimasi kerjasama/kemitraan

Implementasi perencanaan, pelaksanaan, dan

pengawasan/evaluasi sekolah berbasis TIK dan PAS

2 Pelak-sanaan

Renca-na Kerja

Seko-lah

Pengembangan

sistem manajemen

mutu sekolah

Implementasi system manajemen mutu atau ISO 9001

Page 125: Panduan pelaksanaan sbi

Belajar Untuk Masa Depanku

QEC24711 - Panduan Pelaksanaan SBI 119

Implementasi system manajemen mutu atau ISO 14000

Program pengawasan dan sosialisasi Kepemilikan program pengawasan dengan Isi / sasaran

IKKT

Pelaksanaan pengawasan Pelaksanaan pengawasan IKKT

Pro-gram penga-

wasan

Isi / sasaran kepengawasan

Evaluasi diri Pelaksanaan kegiatan evaluasi diri. Pelaksanaan evaluasi diri kinerja SSN dan SBI

Evaluasi

pendayagunaan

pendidik dan tenaga

kepen-didikan

Pelaksanaan evaluasi kinerja pendidik dan tenaga

kependidikan.

Pelaksanaan evaluasi kinerja pendidik dan tenaga

kependidikan lainnya

3 Pengawasan dan

Evalu-asi

Akreditasi sekolah Pelaksanaan persiapan bahan akreditasi Pelaksanaan persiapan bahan yang diperlukan untuk

akreditasi sekolah oleh badan akreditasi internasional

4 Kepemimpin-an

Seko-lah

Kepe-mim-pinan

kepala dan wakil

kepala sekolah

Struktur kepemimpinan Struktur kepemimpinan sekolah yang dikembangkan

sesuai kondisi sekolah

Pelaksanaan /menerapkan SIM berbasis TIK/cyber school 5 Sistem Infor-masi

manajemen seko-

lah

Penge-lolaan info-

rmasi manajemen

sekolah

Sistem informasi manajemen

Sasaran/bidang yang dimasukkan/terprogram dalam SIM

sekolah berbasis TIK

7) Kisi-kisi dari STANDAR PEMBIAYAAN

NO KOMPO-NEN ASPEK INDIKATOR

SNP

INDIKATOR

BERTARAF INTERNASIONAL

Sumber dana dari pemerintah pusat

Sumber dana dari pemda provinsi

Sumber dana dari pemda kab/kota

Sumber dana dari komite sekolah/orang tua peserta didik

Penyusunan RAPBS Keterlibatantakeholders sekolah dalam penyusunan

RKS dan RKAS

Sumber dana dari stakeholders lain

Pencapaian dana bantuan untuk investasi sarana dan

prasarana utama dari pemerintah pusat

Pencapaian dana bantuan untuk investasi sarana dan

prasarana utama dari pemerintah provinsi

Pencapaian dana bantuan untuk investasi sarana dan

prasarana utama dari pemerintah kab/kota

Pencapaian dana bantuan untuk investasi sarana dan

prasarana utama dari masyarakat/komite sekolah/dll

Pencapaian dana bantuan investasi sarana dan prasarana

lain dari pemerintah pusat

Pencapaian dana bantuan investasi sarana dan prasarana

lain dari pemerintah provinsi

Pencapaian dana bantuan investasi sarana dan prasarana

lain dari pemerintah kab/kota

Sarana dan prasarana Catatan tahunan berupa dokumen nilai aset sarana

dan prasarana

Pencapaian dana bantuan investasi sarana dan prasarana

lain dari masyarakat/komite sekolah/dll

Pencapaian perolehan dana bantuan investasi pendidik dan

tenaga kependidikan dari pemerintah pusat

Pencapaian perolehan dana bantuan investasi pendidik dan

tenaga kependidikan dari pemerintah provinsi

Pengembangan

pendidik dan tenaga

kependidikan

Pembelanjaan biaya untuk pengembangan pendidik

dan tenaga kependidikan

Pencapaian perolehan dana bantuan investasi pendidik dan

tenaga kependidikan dari pemerintah kab/kota

1 Biaya Investasi

Modal kerja Modal kerja untuk membiayai seluruh kebutuhan

pendidikan

Gaji pendidik Pembayaran gaji, insentif, transport, dan tunjangan

lain pendidik

Pencapaian pembiayaan di luar gaji bagi pendidik

Gaji tenaga

kependidikan

Pembayaran gaji, insentif, transport, dan tunjangan

lain tenaga kependidikan

Pencapaian pembiayaan di luar gaji bagi tenaga

kependidikan

Pencapaian pembiayaan kegiatan pembelajaran bilingual

Pencapaian pembiayaan kegiatan pembelajaran berbasis

TIK

Pencapaian pembiayaan pengadaan bahan ajar

Kegiatan

pembelajaran

Mengalokasikan biaya untuk menunjang

pelaksanaan kegiatan

Pencapaian pembiayaan kegiatan pembelajaran di luar

sekolah

Pencapaian pembiayaan kegiatan pencapaian prestasi

akademik

Pencapaian pembiayaan kegiatan pencapaian prestasi non

akademik

Pencapaian pembiayaan kegiatan PPDB

Pencapaian pembiayaan kegiatan matrikulasi

Pencapaian pembiayaan kegiatan PBKL

Pencapaian pembiayaan kegiatan pengembangan ekonomi

kreatif

2 Biaya Operasional

Kegiatan kepeserta

didikaan

Alokasi dana untuk kegiatan kepeserta didikan.

Pencapaian pembiayaan kegiatan PTD

Page 126: Panduan pelaksanaan sbi

Belajar Untuk Masa Depanku

Direktorat Pembinaan SMP - QEC24711 120

Pencapaian pembiayaan kegiatan life skill

Alat tulis sekolah Pengeluaran biaya pengadaan alat tulis.

Bahan habis pakai Pengeluaran biaya pengadaan bahan habis pakai

Alat habis pakai Pengeluaran biaya pengadaan alat habis pakai.

Kegiatan rapat Pengeluaran biaya pengadaan kegiatan rapat.

Transport dan

perjalanan dinas

Pengeluaran biaya pengadaan transport dan

perjalanan dinas.

Pencapaian pembiayaan kegiatan perjalanan ke luar negeri

Penggandaan soal-

soal ujian

Pengeluaran biaya penggandaan soal-soal ujian Pencapaian pembiayaan penggandaan soal dan

penyelenggaraan tes, ujian, dan lainnya yang bertaraf

internasional

Daya dan jasa Penyediaan biaya pengadaan daya dan jasa

Kegiatan operasional

pendidikan tidak

langsung

Penyediaan anggaran untuk mendukung kegiatan

operasional tidak langsung

Pencapaian pembiayaan jasa internet

Pencapaian pungutan biaya pendidikan Sumbangan

pendidikan

Penggunaan sumbangan pendidikan atau dana dari

masyarakat Pencapaian dana sumbangan

Uang sekolah Penetapan uang sekolah mempertimbangkan

kemampuan ekonomi orangtua peserta didik.

Pencapaian/realisasi biaya operasional pendidikan per anak

per tahun

Subsidi silang Pelaksanaan subsidi silang

Biaya operasional

lain

Penggalangan biaya operasional lain di samping

iuran komite rutin dan fisik sekolah

Penetapan biaya

operasional

Pengambilan keputusan dalam penetapan dana dari

masyarakat

3 Biaya Personal

Pengelolaan biaya

operasional

Pengelolaan dana dari masyarakat

Pedo-man penge-

lolaan keu-angan

Pedoman pengelolaan keuangan

Pembu-kuan biaya

opersional

Pembukuan biaya opersional

4 Transparansi dan

Akuntabilitas

Laporan

pertanggungjawaban

pengelolaan

keuangan

Pembuatan laporan pertanggungjawaban

pengelolaan keuangan dan menyampaikannya pada

pemerintah atau yayasan.

Laporan pertanggungjawaban pengelolaan keuangan

berbasis TIK/website (online system)

8) Kisi-kisi dari STANDAR PENILAIAN

NO KOMPO-NEN ASPEK INDIKATOR

SNP

INDIKATOR

BERTARAF INTERNASIONAL

Penginformasian rancangan penilaian dalam silabus

berbentuk bilingual mata pelajaran IPA, Matematika,

Bahasa Inggris, dan TIK/PTD

Penginformasian kriteria penilaian dalam silabus

berbentuk bilingual mata pelajaran IPA, Matematika,

Bahasa Inggris, dan TIK/PTD

Penginformasian RPP berbentuk bilingual mata pelajaran

IPA, Matematika, Bahasa Inggris, dan TIK/PTD pada awal

semester.

Informasi silabus

mata pelajaran

Penginformasian silabus mata pelajaran SNP

Penginformasian bahan ajar/buku/referensi berbentuk

bilingual mata pelajaran IPA, Matematika, Bahasa Inggris,

dan TIK/PTD pada awal semester

Pengembangan indikator pencapaian KD terhadap teknik

penilaian yang sesuai pada saat menyusun silabus

pengayaan, pengembangan, perluasan, dan pendalaman

mata pelajaran IPA.

Pengembangan indikator pencapaian KD terhadap teknik

penilaian berbentuk bilingual pada saat menyusun silabus

pengayaan, pengembangan, perluasan, dan pendalaman

mata pelajaran IPA

Pengembangan indikator pencapaian KD terhadap teknik

penilaian yang sesuai pada saat menyusun silabus

pengayaan, pengembangan, perluasan, dan pendalaman

mata pelajaran Matematika.

Pengembangan indikator pencapaian KD terhadap teknik

penilaian berbentuk bilingual pada saat menyusun silabus

pengayaan, pengembangan, perluasan, dan pendalaman

mata pelajaran Matematika.

1 Penilaian oleh

pendidik

Indikator pencapaian

KD dan teknik

penilaian

Pengembangan indikator pencapaian KD dan

teknik penilaian SNP

Pengembangan indikator pencapaian KD terhadap teknik

penilaian yang sesuai pada saat menyusun silabus

pengayaan, pengembangan, perluasan, dan pendalaman

mata pelajaran Bahasa Inggris

Page 127: Panduan pelaksanaan sbi

Belajar Untuk Masa Depanku

QEC24711 - Panduan Pelaksanaan SBI 121

Pengembangan indikator pencapaian KD terhadap teknik

penilaian yang sesuai pada saat menyusun silabus

pengayaan, pengembangan, perluasan, dan pendalaman

mata pelajaran TIK/PTD

Pengembangan indikator pencapaian KD terhadap teknik

penilaian berbentuk bilingual pada saat menyusun silabus

pengayaan, pengembangan, perluasan, dan pendalaman

mata pelajaran TIK/PTD.

Pengembangan instrumen dan pedoman penilaian mata

pelajaran IPA yang telah dikembangkan, diperluas,

dikayakan, dan diperdalam bertaraf internasional.

Pengembangan instrumen dan pedoman penilaian mata

pelajaran IPA yang telah dikembangkan, diperluas,

dikayakan, dan diperdalam bertaraf internasional

berbentuk bilingual.

Pengembangan instrumen dan pedoman penilaian mata

pelajaran Matematika yang telah dikembangkan, diperluas,

dikayakan, dan diperdalam bertaraf internasional.

Pengembangan instrumen dan pedoman penilaian mata

pelajaran Matematika yang telah dikembangkan, diperluas,

dikayakan, dan diperdalam bertaraf internasional

berbentuk bilingual.

Pengembangan instrumen dan pedoman penilaian mata

pelajaran Bahasa Inggris yang telah dikembangkan,

diperluas, dikayakan, dan diperdalam bertaraf

internasional.

Pengembangan instrumen dan pedoman penilaian mata

pelajaran TIK/PTD yang telah dikembangkan, diperluas,

dikayakan, dan diperdalam bertaraf internasional.

Pengem-bangan

instru-men

Pengembangan instrumen dan pedoman penilaian

SNP

Pengembangan instrumen dan pedoman penilaian mata

pelajaran TIK/PTD yang telah dikembangkan, diperluas,

dikayakan, dan diperdalam bertaraf internasional

berbentuk bilingual.

Pelaksanaan

penilaian

Pelaksanaan tes, pengamatan, penugasan, dan/atau

bentuk lain yang diperlukan.

Pelaksanaan tes, pengamatan, penugasan, dan/atau bentuk

lain yang diperlukan mata pelajaran IPA, Matematika,

Bahasa Inggris, dan TIK/PTD dalam bentuk bilingual

Pengolahan hasil

penilaian

Pengolahan hasil penilaian untuk mengetahui

kemajuan hasil belajar dan kesulitan belajar peserta

didik.

Pengolahan hasil penilaian untuk mengetahui kemajuan

hasil belajar dan kesulitan belajar peserta didik berbasis

TIK

Pengem-balian hasil

penilaian

Pengembalian hasil pemeriksaan pekerjaan peserta

didik.

Pengembalian hasil pemeriksaan pekerjaan peserta didik

berbasis TIK dan berbentuk bilingual.

Peman-faatan hasil

penilaian

Pemanfaatan hasil penilaian untuk perbaikan

penilaian dan pembelajaran

Pemanfaatanhasil penilaian untuk perbaikan penilaian dan

pembelajaran berbasis TIK dan bilingual.

Pela-poran hasil

penilaian pada akhir

semes-ter

Pelaporan hasil penilaian mata pelajaran pada

setiap akhir semester kepada kepala sekolah dalam

bentuk laporan prestasi hasil belajar peserta didik.

Pelaporan hasil penilaian mata pelajaran pada setiap akhir

semester kepada kepala sekolah dalam bentuk laporan

prestasi hasil belajar peserta didik berbasis TIK dan

bilingual.

Pela-poran hasil

penilaian akhlak

mulia

Pelaporan hasil penilaian akhlak peserta didik

kepada guru Pendidikan Agama dan hasil penilaian

kepribadian peserta didik kepada guru Pendidikan

Kewarganegaraan

Penen-tuan Kriteria

Ketun-tasan

Minimum (KKM)

Penentuan KKM setiap mata pelajaran dengan

memperhatikan ketentuan

Penentuan KKM pada mata pelajaran bertaraf internasional

seperti: IPA, Matematika, Bahasa Inggris, dan TIK/PTD,

dengan memperhatikan standar nilai internasional (mutu

internasional)

Koordinasi evaluasi awal semester terhadap kompetensi

peserta didik, yaitu: melaksanakan kegiatan presentasi

peserta didik dalam rencana belajar/prestasi yang akan

dicapai dan dilakukan pada awal tahun ajaran;

Koordinasi evaluasi Pengkoordinasian evaluasi tengah semester,

evaluasi akhir semester, dan evaluasi kenaikan

kelas.

Koordinasi evaluasi akhir semester terhadap kompetensi

peserta didik, yaitu: melaksanakan kegiatan presentasi

peserta didik atas hasil-hasil belajar/prestasi yang telah

dicapai dan dilakukan pada akhir tahun ajaran

Kriteria kenaikan

kelas

Penentuan kriteria kenaikan kelas Penerapan sistem SKS

Penen-tuan nilai

akhir kelom-pok

mata pelaja-ran

Penentuan nilai akhir kelompok mata pelajaran

agama dan akhlak mulia, kewarganegaraan dan

kepribadian, iptek, estetika, serta jasmani,

olahraga, dan kesehatan

Penentuan nilai akhir mata pelajaran IPA, Matematika,

Bahasa Inggris, dan TIK/PTD

Penye-lengga-raan

ujian sekolah

Penyelenggaraan ujian sekolah dan menentukan

kelulusan peserta didik dari ujian sekolah

Penyelenggaraan ujian sekolah yang bertaraf internasional

dan menentukan kelulusan peserta didik dari ujian sekolah

sesuai dengan Standar Operasional Prosedur (SOP) ujian

sekolah, khususnya mata pelajaran IPA, Matematika,

Bahasa Inggris, dan TIK/PTD

2 Peni-laian oleh

Satuan Pendi-

dikan

Pela-poran hasil

penilaian mata pela-

jaran

Pelaporan hasil penilaian mata pelajaran untuk

semua kelompok mata pelajaran pada setiap akhir

semester

Pelaporan hasil penilaian mata pelajaran dalam bentuk

bilingual untuk semua kelompok mata pelajaran pada

setiap akhir semester kepada orang tua/wali peserta didik

dalam bentuk buku laporan hasil belajar peserta didik.

Page 128: Panduan pelaksanaan sbi

Belajar Untuk Masa Depanku

Direktorat Pembinaan SMP - QEC24711 122

Pelaporan hasil penilaian mata pelajaran untuk semua

kelompok mata pelajaran pada setiap akhir semester

kepada orang tua/wali peserta didik dalam bentuk buku

laporan hasil belajar peserta didik dengan SIM yang

berbasis TIK

Pela-poran

pencapaian hasil

belajar tingkat satuan

pendi-dikan

Pelaporan pencapaian hasil belajar tingkat satuan

pendidikan kepada Dinas Pendidikan

Kabupaten/Kota.

Pelaporan pencapaian hasil belajar tingkat satuan

pendidikan kepada Dinas Pendidikan Kabupaten/Kota

dalam bentuk bilingual dengan dan TIK (ONLINE system)

Penen-tuan kelu-

lusan

Penentuan kelulusan peserta didik melalui rapat

dewan guru sesuai dengan kriteria kelulusan.

Pelaksanaan ujian sekolah yang mengacu pada Standar

Kompetensi Lulusan Sekolah Bertaraf Internasional dan

Standar Isi yang diperkaya dengan standar dari negara

anggota OECD atau negara maju lainnya.

Pelaksanaan ujian sekolah dalam bahasa Inggris atau

bahasa asing lainnya.

Fasilitasi peserta didiknya untuk mengakses sertifikasi

yang diakui secara internasional dan/atau mengikuti ujian

akhir sekolah yang sederajat dari negara anggota OECD

atau negara maju lainnya.

Pener-bitan SKHUN

Penerbitan dan penyerahan Surat Keterangan Hasil

Ujuan Nasional (SKHUN)

Penerbitan dan penyerahan Surat Keterangan Hasil Ujuan

bertaraf internasional setiap peserta didik yang mengikuti

Ujian bertaraf internasional

Pener-bitan ijazah Penerbitan dan penyerahan ijazah setiap peserta

didik yang telah lulus bagi sekolah penyelenggara

UN.

Penerbitan dan penyerahan serifikat bertaraf internasional

pada setiap peserta didik yang telah lulus bagi sekolah

penyelenggara ujian internasional.

3 Penilaian oleh

peme-rintah

Peman-faatan hasil

UN untuk penen-

tuan kelan-jutan

studi

Hasil UN digunakan sebagai salah satu penentu

penerimaan peserta didik baru

Hasil ujian bertaraf internasional digunakan sebagai salah

satu penentu penerimaan peserta didik baru pada jenjang

pendidikan lanjutan yang bertaraf internasional

sal 25

Pasal 26

Page 129: Panduan pelaksanaan sbi

Belajar Untuk Masa Depanku

QEC24711 - Panduan Pelaksanaan SBI 123