30
1 Peluang dan Tantangan PerkembanganRegulasi Perbankan Syariah di Indonesia Kelompok 2 Program Studi Ekonomi Syariah Universitas Sunan Giri Surabaya Rabu, 06 November 2013 BS di Indon esia Periodisasi UU BS BS di Dun ia Peluang dan Tantan gan Rasionalitas dan Eva luasi

Peluang dan Tantangan Perkembangan Regulasi Perbankan Syariah di Indonesia

Embed Size (px)

DESCRIPTION

This slide will make us to know more about the developing of islamic banking around the world and around Indonesia. Actually about the legal rule. I hope everybody who see and read this slide can add some knowledges (about islamic banking) by reading it..Amiin

Citation preview

Page 1: Peluang dan Tantangan Perkembangan Regulasi Perbankan Syariah di Indonesia

1

Peluang dan TantanganPerkembanganRegulasi

Perbankan Syariah di Indonesia

Kelompok 2

Program Studi Ekonomi SyariahUniversitas Sunan Giri Surabaya

Rabu, 06 November 2013

BS di Indonesia Periodisasi UU BS BS di Dunia

Peluang dan Tantangan Rasionalitas dan Evaluasi

Page 2: Peluang dan Tantangan Perkembangan Regulasi Perbankan Syariah di Indonesia

2

Penyusun

Ni’matur RosyidahYafi Bachtiar

HomaidiAna Masyfu’atul Wardah

M. Hafidzin

BS di Indonesia Periodisasi UU BS BS di Dunia

Peluang dan Tantangan Rasionalitas dan Evaluasi

Page 3: Peluang dan Tantangan Perkembangan Regulasi Perbankan Syariah di Indonesia

3

Perkembangan Perbankan Syariah di Dunia

Bagaimanakah Perkembangan Perbankan

Syariah di Dunia???

Sejak Kapan ya......???

Apa saja negara yang terlibat.....??

BS di Indonesia Periodisasi UU BS BS di Dunia

Peluang dan Tantangan Rasionalitas dan Evaluasi

Page 4: Peluang dan Tantangan Perkembangan Regulasi Perbankan Syariah di Indonesia

4

Tahun Keterangan

1940 Rintisan Bank Syariah di Malaysia dan Pakistan, untuk mengelola dana jamaah haji secara non-

konvensional.

1963 Berdirinya Mit Ghamr Rural Bank (Local Saving Bank) di Mesir oleh Dr. Ahmad el-Najar.

Permodalan dibantu oleh Raja Faisal dari Arab Saudi.

1967 Mit Ghamr ditutup karena alasan politis sehingga diambil alih oleh National Bank of Egypt

(berprinsip bunga).

1969 Muncul gagasan koilektif pembentukan Bank Syariah pada Konferensi Negara-Negara Islam se-

dunia di Malaysia.

1970 Delegasi Mesir mengajukan proposal pendirian Bank Syariah apada sidang Menteri Luar Negeri

Negara-Negara OKI di Karachi.

TABEL

Perkembangan Perbankan Syariah di DuniaBS di Indonesia Periodisasi UU BS BS di Dunia

Peluang dan Tantangan Rasionalitas dan Evaluasi

Page 5: Peluang dan Tantangan Perkembangan Regulasi Perbankan Syariah di Indonesia

5

1972 Berdiri kembali sistem bank tanpa bunga yang bersifat sosial di Mesir, yaitu Nasser Social Bank.

Maret 1972 Usulan melalui proposal dari delegasi Mesir diagendakan kembali dan memutuskan membentuk

komisi khusus menagani masalah ekonomi dan keuangan.

Juli 1973 Para ahli yangmewakili Negara Islam penghasil minyak membicarakn pendirian Bank Syariah dan

terumuskanlah Anggaran Dasar dan Anggran Rumah Tangga.

Mei 1974 Pembahasan AD/ART yang telah dirumuskan.

1974 Berdiri Islamic Development Bank (IDB) dengan modal awal 2 miliar dinar atau sama dengan 2

miliar SDR (Special Drawing Rights) IMF.

Awal 1980-an Bermunculan lembaga keuangan syariah di Mesir, Sudan, negara-negara di wilyah Teluk, Malaysia,

Pakistan, Inggris, Denmark, Bahmas, Swiss, dan Luxemburg.

TABEL

Perkembangan Perbankan Syariah di Dunia

BS di Indonesia Periodisasi UU BS BS di Dunia

Peluang dan Tantangan Rasionalitas dan Evaluasi

Page 6: Peluang dan Tantangan Perkembangan Regulasi Perbankan Syariah di Indonesia

6

Pada tahun 1970-an, tepatnya tahun 1975 pasca didirikannya IDB negara-negara di wilayah Timur Tengah telah mendirikan

sejumlah Bank Islam, antara lain Dubai Islamic Bank dan Faisal Islamic Bank, serta disusul Bahrain Islamic Bank pada tahun 1979. Pada periode 1980-an juga telah berdiri Bank Islam di

kawasan Asia Tenggara. Beberapa diantaranya adalah Bank Islam Malaysia Berhad (1983) dan sejumlah BPR Syariah di Indonesia. Hingga dewasa ini, ada tiga negara yang menerapkan sepenuhnya ekonomi Islam, termasuk dalam perbakan syariah. Ketiga negara tersebut adalah Pakistan (1962), Iran (1982), dan Sudan. Sudan

menerapkan sistem ekonomi Islam dalam seluruh kegiatan perbankan di negaranya pada bulan Juli tahun 1994.

Perkembangan Perbankan Syariah di DuniaBS di Indonesia Periodisasi UU BS BS di Dunia

Peluang dan Tantangan Rasionalitas dan Evaluasi

Page 7: Peluang dan Tantangan Perkembangan Regulasi Perbankan Syariah di Indonesia

7

Then, how is the developing of

islamic banking (iB) in our lovely country,

INDONESIA???Is it good or not, is it fast or slow....??

^_^

Perkembangan Perbankan Syariah di Indonesia

BS di Indonesia Periodisasi UU BS BS di Dunia

Peluang dan Tantangan Rasionalitas dan Evaluasi

Page 8: Peluang dan Tantangan Perkembangan Regulasi Perbankan Syariah di Indonesia

8

Tahun Keterangan

1970-an Muncul gagasan pendirian Bank Syariah.

1988 Muncul lagi gagasan Bank Syariah kerena pemerintah mengeluarkan Paket Kebijakan Oktober (Pakto) yang

berisi liberalisasi industri perbankan. Namun, gagasan itu deadlock, karena tidak ada perangkat hukum yang

dapat menjadi rujukan. Akan tetapi, setelah dikeluarkannya PAKTO 1988, kemudian dimulailah pendirian

Bank-Bank Perkreditan Rakyat Syariah di beberapa daerah di Indonesia. BPRS yang pertama kali memperoleh

izin usaha adalah Bank Perkreditan Rakyat Syariah (BPRS), Berkah Amal Sejahtera, dan BPRS Dana

Mardhatillah pada tanggal 19 Agustus 1991. Kemudian, disusul oleh BPRS Amana Rabaniah pada tanggal 24

Oktober di tahun yang sama. Ketiga BPRS tersebut beroperasi di Bandung, dan kemudian berdiri BPRS

Hereukat pada tanggal 10 Nopember tahun 1991 di Aceh.

19-22 Agustus 1990 Lokakarya Ulama tentang bunga bank dan perbankan di Cisarua Bogor.

22-25 Agustus 1990 Pembahasan hasil lokakarya pada Munas IV MUI di Jakarta dan terbentuklah Kelompok Kerja

Pembentukan Bank Syariah.

01 November 1991 Penandatanganan Akte Pendirian Bank Muamalah Indonesia dan terkumpullah komitmen pembelian

saham sebanyak 84 miliar.

TABEL

Perkembangan Perbankan Syariah di Indonesia

BS di Indonesia Periodisasi UU BS BS di Dunia

Peluang dan Tantangan Rasionalitas dan Evaluasi

Page 9: Peluang dan Tantangan Perkembangan Regulasi Perbankan Syariah di Indonesia

9

03 November 1991 Silaturrahim dengan presiden di Istana Bogor dan terpenuhilah komitmen modal setor awal sebesar Rp 106.126.382.000

01 Mei 1992 Operasional awal Bank Muamalat Indonesia (BMI)

1992 Pengakomodasian perbankan dengan prinsip bagi hasil pada Undang-Undang No.7 Tahun 1992 tentang perbankan.

1992 Pengenalan dual banking system.

30 Oktober 1992 Peraturan Pemerintah (PP) No. 72 Tahun 1992 tentang bank berdasarkan prinsip bagi hasil.

29 Februari 1993 PP tersebut dijabarkan secara terperinci dengan keluarnya Surat Edaran Bank Indonesia No. 25/4/BPPP.

1994 BMI men-sponsori berdirinya Asuransi Syariah, Syarikat Takaful Indonesia dan menjadi salah satu pemegang sahamnya.

1997 BMI men-sponsori lokakarya ulama tentang Reksadana Syariah yang diikuti operasionalnya dengan dikelola oleh PT Danareksa

Investment Management.

1998 Undang-Undang No. 10 Tahun 1998 tentang perbankan, merubah Undang-Undang No. 7 tahun 1992 yang mengakomodasi

perkembangan perbankan secara lebih luas.

1999 Kebijakan moneter berdasarkan prinsip syariah

2000 Keluarnya regulasi operasional dan kelembagaan.

2001 Pendirian Biro Perbankan Syariah Bank Indonesia.

September 2003 Perubahan Biro Perbankan Syariah menjadi Direktorat Perbankan Syariah BI.

TABEL

Perkembangan Perbankan Syariah di Indonesia

BS di Indonesia Periodisasi UU BS BS di Dunia

Peluang dan Tantangan Rasionalitas dan Evaluasi

Page 10: Peluang dan Tantangan Perkembangan Regulasi Perbankan Syariah di Indonesia

10

Perkembangan Perbankan Syariah di Indonesia

Lalu, pada tahun 2008 tersusun sebuah UU resmi tentang perbankan syariah yang lebih sempurna dari UU No. 10 tahun 1998. Hal itu, tentu membawa efek positif terhadap jumlah

perbankan syariah di Indonesia.

Sumber: Bank Indonesia, Data Statistik Perbankan Syariah Agustus 2013

BS di Indonesia Periodisasi UU BS BS di Dunia

Peluang dan Tantangan Rasionalitas dan Evaluasi

Page 11: Peluang dan Tantangan Perkembangan Regulasi Perbankan Syariah di Indonesia

11

Perkembangan Perbankan Syariah di Indonesia

Sumber: Bank Indonesia, Data Statistik Perbankan Syariah Agustus 2013

BS di Indonesia Periodisasi UU BS BS di Dunia

Peluang dan Tantangan Rasionalitas dan Evaluasi

Page 12: Peluang dan Tantangan Perkembangan Regulasi Perbankan Syariah di Indonesia

12

Perkembangan Perbankan Syariah di Indonesia

Sumber: Bank Indonesia, Data Statistik Perbankan Syariah Agustus 2013

BS di Indonesia Periodisasi UU BS BS di Dunia

Peluang dan Tantangan Rasionalitas dan Evaluasi

Page 13: Peluang dan Tantangan Perkembangan Regulasi Perbankan Syariah di Indonesia

13

EVOLUSI PERUNDANG-UNDANGAN PERBANKAN SYARIAH(by Karnaen AP)

Periodisasi Regulasi Perbankan Syariah

* TIDAK MUNGKIN ADA BANK TANPA BUNGA

DEREGULASI 1 JUNI 1983

PAKTO 27 OKTOBER 1988

* SISTEM BAGI HASIL ATAS DASAR KESEPAKATAN MURNI

UNDANG-UNDANG NO. 14/1967

* DIMUNGKINKAN ADANYA BANK TANPA BUNGA TETAPI BELUM DIBUKA IZIN MENDIRIKAN BANK BARU* DIMUNGKINKAN ADANYA BANK

TANPA BUNGA DAN SUDAH DIBUKA IZIN MENDIRIKAN BANK BARU

BS di Indonesia Periodisasi UU BS BS di Dunia

Peluang dan Tantangan Rasionalitas dan Evaluasi

Page 14: Peluang dan Tantangan Perkembangan Regulasi Perbankan Syariah di Indonesia

14

EVOLUSI PERUNDANG-UNDANGAN PERBANKAN SYARIAH(by Karnaen AP)

Periodisasi Regulasi Perbankan Syariah

UNDANG-UNDANG NO. 7/1992

UNDANG-UNDANG NO. 10/1998

UNDANG-UNDANG NO. 21/2008

* SUDAH DIAKOMIDIR ADANYA BANK TANPA BUNGA DENGAN SISTEM BAGI HASIL

* SUDAH DIAKOMIDIR ADANYA BANK SYARIAH

* BANK SYARIAH PUNYA UNDANG-UNDANG SENDIRI

BS di Indonesia Periodisasi UU BS BS di Dunia

Peluang dan Tantangan Rasionalitas dan Evaluasi

Page 15: Peluang dan Tantangan Perkembangan Regulasi Perbankan Syariah di Indonesia

15

Periodisasi Regulasi Perbankan Syariah

Sesudah Indonesia merdeka, regulasi perbankan secara sistematis dimulai pada

tahun 1967 dengan dikeluarkannya Undang-Undang No. 14 Tahun 1967 tentang

Pokok-Pokok Perbankan. Undang-undang ini mengatur secara komprehensif

sistem perbankan yang berlaku pada masa itu. Namun demikian, undang-undang

ini belum mengatur tentang bank syariah.

1. Undang-Undang No. 14 Tahun 1967

BS di Indonesia Periodisasi UU BS BS di Dunia

Peluang dan Tantangan Rasionalitas dan Evaluasi

Page 16: Peluang dan Tantangan Perkembangan Regulasi Perbankan Syariah di Indonesia

16

Periodisasi Regulasi Perbankan Syariah

Deregulasi 1 Juni 1983 memberi kebebasan kepada bank untuk menentukan tingkat suku bunga, bahkan hingga 0%. Kebolehan memberikan suku bunga 0% memungkinkan pelaksanaan perbankan yang sesuai dengan prinsip syariah, namun masih ada kendala yaitu:

a.Pemerintah belum membuka izin pendirian bank barub.Konsep bank syariah dari segi politis juga dianggap berkonotasi

ideologis merupakan bagian atau berkaitan dengan konsep negara Islamc.Masih dipertanyakan, siapa yang bersedia menaruh modal dalam

ventura semacam itu

2. Deregulasi 1 Juni 1983

BS di Indonesia Periodisasi UU BS BS di Dunia

Peluang dan Tantangan Rasionalitas dan Evaluasi

Page 17: Peluang dan Tantangan Perkembangan Regulasi Perbankan Syariah di Indonesia

17

Periodisasi Regulasi Perbankan Syariah

3. PAKTO 1988

Paket Kebijaksanaan Pemerintah Bulan Oktober pada tanggal 27 Oktober 1988 (PAKTO 88) berisi kebijakan liberalisasi perbankan yang membuka peluang untuk

mendirikan bank-bank baru. Terbuka kesempatan untuk mendirikan bank syariah dalam bentuk Bank Perkreditan

Rakyat Syariah (BPRS), yaitu BPR Islam di Lombok, BPRS Berkah Amal Sejahtera, BPRS Dana Mardhatillah,

BPRS Amanah Rabaniah, dan BPRS Hareukat.

BS di Indonesia Periodisasi UU BS BS di Dunia

Peluang dan Tantangan Rasionalitas dan Evaluasi

Page 18: Peluang dan Tantangan Perkembangan Regulasi Perbankan Syariah di Indonesia

18

Periodisasi Regulasi Perbankan Syariah

4. UU NO. 7 TAHUN 1992 Dalam rangka menyempurnakan tata perbankan nasional, dikeluarkan UU No. 7

tahun 1992 sebagai pengganti UU No. 14 Tahun 1967. Selain menyempurnakan Undang-Undang No. 7 Tahun 1992 tentang Perbankan, memperkenalkan sistem Perbankan Bagi Hasil. Ketentuan tersebut terdapat dalam Pasal 1 angka (12), Pasal 6 huruf (m), dan Pasal 13 huruf (c). Dalam Pasal 6 huruf m mengenai usaha yang dilakukan oleh Bank Umum dan Pasal 13 huruf c mengenai usaha yang dilakukan oleh Bank Perkreditan Rakyat, bahwa salah satu usaha yang dapat dilakukan adalah menyediakan pembiayaan bagi nasabah berdasarkan prinsip bagi hasil. Dalam Pasal 2 ayat (1) PP No. 72 Tahun 1992 disebutkan bahwa prinsip bagi hasil adalah prinsip bagi hasil berdasarkan syariat.

BS di Indonesia Periodisasi UU BS BS di Dunia

Peluang dan Tantangan Rasionalitas dan Evaluasi

Page 19: Peluang dan Tantangan Perkembangan Regulasi Perbankan Syariah di Indonesia

19

Periodisasi Regulasi Perbankan Syariah

5. UU NO. 10 TAHUN 1998 Istilah Bank berdasarkan Prinsip Bagi Hasil menjadi Bank berdasarkan Prinsip

Syariah. Definisi Bank pada Pasal I angka 1 Badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan

dan menyalurkannya kepada masyarakat dalam bentuk kredit dan atau bentuk-bentuk lainnya dalam rangka meningkatkan taraf hidup rakyat banyak

Definisi Prinsip Syariah pada Pasal I angka 1 Aturan perjanjian berdasarkan hukum Islam antara bank dan pihak lain untuk

penyimpanan dana dan atau pembiayaan kegiatan usaha, atau kegiatan lainnya yang dinyatakan sesuai dengan syariah, antara lain, pembiayaan berdasarkan prinsip bagi hasil (mudharabah), pembiayaan berdasarkan prinsip penyertaan modal (musharakah), prinsip jual beli barang dengan memperoleh keuntungan (murabahah), atau pembiayaan barang modal berdasarkan prinsip sewa murni tanpa pilihan (ijarah), atau dengan adanya pilihan pemindahan kepemilikan atas barang yang disewa dari pihak bank oleh pihak lain (ijarah wa iqtina).

BS di Indonesia Periodisasi UU BS BS di Dunia

Peluang dan Tantangan Rasionalitas dan Evaluasi

Page 20: Peluang dan Tantangan Perkembangan Regulasi Perbankan Syariah di Indonesia

20

Periodisasi Regulasi Perbankan Syariah

6. UU NO. 21 TAHUN 2008Dalam UU No. 21 tahun 2008 tentang Perbankan Syariah mempunyai pengertian yang berbeda dengan UU perbankan sebelumnya, UU ini terdiri dari XIII Bab, Pasal 70. Istilah Bank Perkreditan Rakyat yang diubah menjadi Bank Pembiayaan Rakyat

Syariah. Definisi Prinsip Syariah, yaitu (1) prinsip syariah adalah prinsip hukum Islam dan (2)

penetapan pihak/lembaga yang berwenang mengeluarkan fatwa yang menjadi dasar prinsip syariah.

Penetapan Dewan Pengawas Syariah sebagai pihak terafiliasi seperti halnya akuntan publik, konsultan dan penilai.

Definisi pembiayaan yang berubah secara signifikan, pembiayaan dapat berupa transaksi bagi hasil, transaksi sewa menyewa, transaksi jual beli, transaksi pinjam meminjam dan transaksi sewa menyewa jasa (multijasa).

Bentuk badan hukum bank syariah adalah PT.

BS di Indonesia Periodisasi UU BS BS di Dunia

Peluang dan Tantangan Rasionalitas dan Evaluasi

Page 21: Peluang dan Tantangan Perkembangan Regulasi Perbankan Syariah di Indonesia

21

Periodisasi Regulasi Perbankan Syariah

UUNo.21TAHU 2N 0 0 8

BS di Indonesia Periodisasi UU BS BS di Dunia

Peluang dan Tantangan Rasionalitas dan Evaluasi

Page 22: Peluang dan Tantangan Perkembangan Regulasi Perbankan Syariah di Indonesia

22

BUS dan BPR tidak dapat dikonversi menjadi Bank Konvensional, sementara Bank Konvensional dapat dikonversi menjadi Bank Syariah (Pasal 5 ayat 7).Penggabungan (merger) atau peleburan (akuisisi) antara Bank Syariah dengan Bank non-Syariah wajib menjadi Bank Syariah (Pasal 17ayat 2). Bank Umum Konvensional yang memiliki Unit Usaha Syariah (UUS) harus spin off) apabila UUS mencapai asset min. 50% dari total nilai asset bank induknya atau 15 tahun sejak berlakunya UU Perbankan Syariah (Pasal 68 ayat 1).

Peluang dan Tantangan

PELUANG

BS di Indonesia Periodisasi UU BS BS di Dunia

Peluang dan Tantangan Rasionalitas dan Evaluasi

Page 23: Peluang dan Tantangan Perkembangan Regulasi Perbankan Syariah di Indonesia

23

Warga negara asing dan/atau badan hukum asing yang bergabung secara kemitraan dalam badan hukum Indonesia untuk mendirikan dan/atau memiliki BUS (Pasal 9 ayat 1 butir b), dapat secara langsung maupun tidak langsung melalui pembelian saham di bursa efek (Pasal 14 ayat 1). Terdapat usaha-usaha yang bisa dilakukan oleh BUS, tapi tidak dapat dilakukan oleh bank konvensional (Pasal 19 s.d 21). Kegiatan usaha BUS lebih luas dari UUS dan bank konvensional. Menjalankan fungsi sosial (Pasal 4 ayat 2) (Pasal 4 ayat 3).

Peluang dan Tantangan

PELUANG

BS di Indonesia Periodisasi UU BS BS di Dunia

Peluang dan Tantangan Rasionalitas dan Evaluasi

Page 24: Peluang dan Tantangan Perkembangan Regulasi Perbankan Syariah di Indonesia

24

Kepemilikan BUS bisa jatuh ke tangan asing (Pasal 9).Pembebasan penggunaan tenaga kerja asing (Pasal 33 ayat 1) dapat menjadi tantangan besar bagi warga Indonesia sebagai pengelola dan atau pekerja di BS.Pembatasan terhadap penciptaan produk/jasa perbankan syariah, sebab produk/jasa perbankan syariah yang dapat dilakukan perbankan syariah di dunia internasional bisa saja tidak dapat dilakukan di Indonesia (Pasal 26).

Peluang dan Tantangan

TANTANGAN

BS di Indonesia Periodisasi UU BS BS di Dunia

Peluang dan Tantangan Rasionalitas dan Evaluasi

Page 25: Peluang dan Tantangan Perkembangan Regulasi Perbankan Syariah di Indonesia

25

Pembatasan terhadap para pemodal untuk memiliki bank Syariah melalu pemegang saham pengendali (Pasal 27).Penyelesaian sengketa perbankan syariah dapat dilakukan oleh pengadilan dalam lingkungan Peradilan Agama atau jalur lain sepanjang telah diperjanjiakan dalam akad (pasal 55) merupakan tantangan bagi bank syariah untuk memilih jalur yang tepat dalam setiap akad perjanjian untuk menyelesaikan sengketa di kemudian hari, mana yang bisa diserahkan kepada Peradilan Agama dan manapula yang diserahkan kepada lembaga lain.

Peluang dan Tantangan

TANTANGAN

BS di Indonesia Periodisasi UU BS BS di Dunia

Peluang dan Tantangan Rasionalitas dan Evaluasi

Page 26: Peluang dan Tantangan Perkembangan Regulasi Perbankan Syariah di Indonesia

26

Risiko kebangkrutan perbankan syariah tidak bisa diabaikanRisiko kerugian ekonomi sebagai hasil dari buruknya keputusan investasiBank yang lemah akan menurunkan kinerja makro-ekonomiSistem perbankan yang lemah akan menghalangi perekonomian untuk mendapat manfaat dari globalisasi dan liberalisasi pasar finansial domestik.

Rasionalitas dan Evaluasi UU PS Th. 2008

RASIONALITAS

BS di Indonesia Periodisasi UU BS BS di Dunia

Peluang dan Tantangan Rasionalitas dan Evaluasi

Page 27: Peluang dan Tantangan Perkembangan Regulasi Perbankan Syariah di Indonesia

27

Penyelesaian sengketa perbankan syariah (Bab IX UU PS) jelas bertabrakan dengan ketentuan yang telah ada di UU Nomor 3 Tahun 2006 tentang Peradilan Agama dimana peradilan agama berwenang secara penuh untuk menerima dan menyelesaikan sengketa ekonomi syariah. Ketentuan ini juga konflik dengan UU Nomor 4 Tahun 2004 tentang Kekuasaan Kehakiman yang telah memberi legitimasi kompetensi absolut peradilan agama sebagai peradilan yang berwenang menangani perkara-perkara dalam ranah hukum Islam, termasuk didalamnya ekonomi syariah. Secara metodologis, masuknya aturan penyelesaian sengketa dalam UU PS merupakan hal tidak lazim dan berpotensi menyalahi UU Nomor 10 Tahun 2004 tentang Pembentukan Peraturan Perundang-undangan. Penyelesaian sengketa masuk dalam ranah kekuasaan kehakiman, bukan ranah bisnis sehingga seharusnya tidak masuk dalam UU PS ini.

Rasionalitas dan Evaluasi UU PS Th. 2008

EVALUASI

BS di Indonesia Periodisasi UU BS BS di Dunia

Peluang dan Tantangan Rasionalitas dan Evaluasi

Page 28: Peluang dan Tantangan Perkembangan Regulasi Perbankan Syariah di Indonesia

28

Ketentuan kepemilikan asing dalam sektor perbankan syariah. UU PS menetapkan bahwa BUS hanya dapat didirikan dan/atau dimiliki oleh pihak asing secara kemitraan dengan investor domestik. Sedangkan maksimum kepemilikan asing di BUS ditetapkan oleh BI. Ketentuan ini berpotensi konflik dengan UU Nomor 25 Tahun 2007 tentang Penanaman Modal yang menetapkan kebebasan berusaha di semua bidang untuk penanaman modal, baik dalam negeri maupun asing. Perpres Nomor 77 Tahun 2007 sebagai peraturan pelaksana UU Nomor 25 Tahun 2007 yang berlaku selama 3 tahun, telah menetapkan bahwa maksimum kepemilikan asing di sektor perbankan syariah adalah 99%.

Rasionalitas dan Evaluasi UU PS Th. 2008

EVALUASI

BS di Indonesia Periodisasi UU BS BS di Dunia

Peluang dan Tantangan Rasionalitas dan Evaluasi

Page 29: Peluang dan Tantangan Perkembangan Regulasi Perbankan Syariah di Indonesia

29

Tidak terselesaikannya permasalahan hukum lembaga keuangan mikro syariah (LKMS). LKMS direpresentasikan oleh BPRS, koperasi (KSP, USP, KJKS, UJKS) syariah, dan BMT. BPRS diakomodasi dalam UU PS ini dan kini memiliki dasar hukum yang kuat, namun yang lain tidak terakomodasi. Koperasi syariah belum diakomodasi dalam UU Koperasi disamping koperasi itu sendiri bukan merupakan bentuk badan hukum yang ideal untuk LKMS, sedangkan BMT sama sekali tidak memiliki payung hukum (informal). Akibatnya, sebagian besar BMT memilih badan hukum koperasi.

Rasionalitas dan Evaluasi UU PS Th. 2008

EVALUASI

BS di Indonesia Periodisasi UU BS BS di Dunia

Peluang dan Tantangan Rasionalitas dan Evaluasi

Page 30: Peluang dan Tantangan Perkembangan Regulasi Perbankan Syariah di Indonesia

30

SYUKRON KATSIR

ILAL LIQOO’

SEMOGA

BERMANFAA

T