10

Click here to load reader

Pembahasan

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: Pembahasan

PEMBAHASAN

PANDANGAN ISLAM DALAM GLOBALISASI

Dewasa ini peradaban dunia secara keseluruhan berada dalam tatanan global yang

secara mendasar ditopang oleh perkembangan teknologi komunikasi, transportasi, dan

informasi. Semuanya ini membuat sunia semakin global dan sempit karena mudahnya di

jangkau. Di sisi lain abad ini disebut sebagai pasca modern, suatu keadaan yang dapat

dipandang sangat demokratis. Disebut sangat demokratis karena abad ini memberikan

kesempatan terhadap semua untuk “berbicara membangun suatu peradaban semesta”. Inilah

fenomena “globalisasi”, yang secara sederhana dipahami sebagai suatu proses

pengintegrasian budaya, politik, ekonomi dan informasi nasional bangsa – bangsa ke ruang

lingkup dan tatanan baru sistem jaringan dunia (global).

Meskipun tidak selalu disebutkan secara eksplisit, pernyataan bahwa globalisasi

mempunyai implikasi atau bahkan dampak atas berbagai bangsa, tampaknya didasarkan pada

dua asumsi. Pertama, sekurang – kurangnya sampai taraf tertentu, pelaku atau subyek

globalisasi adalah negara – negara industri maju. Dengan kata lain, globalisasi sampai

tertentu merupakan kepanjangan tangan (extension) kepentingan negara industri maju.

Kedua, kekhawatiran, kecemasan atau bahkan ketakutan akan pengaruh atau dampak

terutama yang bersifat negatif dari globalisasi umumnya dirasakan oleh bangsa – bangsa

dalam negara berkembang, yang lebih merupakan obyek daripada subyek globalisasi.

Meskipun demikian, baik karena ketergantungan negara berkembang pada negara – negara

maju dalam berbagai bidang, keuangan, ekonomi dan teknologi atau karena ingin mengejar

kemajuan, sadar atau tidak, suka atau tidak, negara – negara berkembang sebenarnya juga

mendukung proses globalisasi itu. Dalam pengertian ini, negara – negara berkembang juga

merupakan subyek atau pelaku globalisasi, kalaupun lebih pasif sifatnya.

Globalisasi bukan hanya gejala abad ke – 20 atau abad ke – 21. Proses itu sudah mulai

berabad – abad yang lalu ketika manusia berhasil mengelilingi dunia oleh para pionir seperti

Marcopolo dan Colombus. Jadi, globalisasi berawal dari transportasi dan komunikasi. tetapi,

dampaknya segera terasa dalam bidang kehidupan manusia, baik ekonomi, politik,

perdagangan, gaya hidup dan bahkan agama.

1

Page 2: Pembahasan

Apa yang membuat globalisasi suatu kecenderungan yang mencolok sejak menjelang

akhir abad yang lalu, dan yang membedakannya secara tajam dari proses globalisasi dalam

abad – abad yang lalu, adalah faktor kecepatan. Ini disebabkan oleh kemajuan yang pesat

dalam bidang teknologi informasi dan komunikasi, khususnya dalam bentuk computer,

faximile, internet, dan e-mail maupun kemajuan yang pesat dalam bidang transportasi,

khususnya penerbangan antar benua.

A.    Trend Pergaulan Global

Pada tahun 1990, John Naisbit dan Patricia Aburdene, dalam bukunya yang berjudul

“Megatrends 2000”, merumuskan sepuluh kecenderungan peralihan yang secara mendasar

mengubah wajah kehidupan dunia global. Kesepuluh kecenderungan tersebut adalah :

Pertama, ledakanekonomi global dan globalisasi ekonomi

Kedua, kebangkitan kembali seni budaya

Ketiga, munculnya ekonomi pasar bebas sosialis

Keempat, berkembangnya gaya hidup global dan nasionalisme cultural

Kelima, swastanisasi negara – negara sejahtera

Keenam, bangkitnya wilayah pasifik

Ketujuh, bangkitnya kepemimpinan wanita

Kedelapan, kejayaan era biologi

Kesembilan, kebangkitan kembali agama

Kesepuluh, berjayanya individual.

Kemudian tahun 1996, John Naisbitt kembali mengejutkan dengan ramalannya tentang

fenomena yang akan terjadi di kawasan Asia di era global. Dalam buku Megatrends Asia, ia

mengidentifikasi delapan kecenderungan utama yang sedangdan akan berlangsung di Asia

dan berpengaruh besar pada perkembangan dunia kini dan masa depan. Kedelapan

kecenderungan itu adalah : Pertama, peralihan dari negara bangsa (nation-state) menuju

sistem jaringan. Kedua, peralihan dari tradisi – tradisi menuju pilihan – pilihan. Ketiga,

peralihan dari orientasi export menuju orientasi konsumen. Keempat, peralihan dari control

2

Page 3: Pembahasan

pemerintah menuju orientasi pasar. Kelima, peralihan dari pertanian menuju kota super.

Keenam, peralihan dari padat karya menuju teknologi tinggi. Ketujuh, peralihan dari

dominasi laki – laki menuju kebangkitan perempuan. Kedelapan, peralihan dari barat menuju

timur.

Setelah beberapa tahun berlalu dari terbitnya kedua buku Naisbitt, kini kita bisa

menyaksikan bahwa sampai tingkat tertentu, prediksi tersebut telah banyak yang menjadi

kenyataan. Sebagian mungkin belum, tapi indikasi dan kecenderungan ke arah itu sudah

mulai terlihat atau semakin jelas penampakannya.

Dari untaian diatas, maka dapat ditarik suatu hipotesis, bahwa secara umum pergaulan

global yang terjadi saat ini dan yang akan datang dapat dirumuskan ciri – cirinya sebagai

berikut :

1)     Terjadinya pergeseran dari konflik ideologi dan politik kearah persaingan perdagangan,

investasi dan informasi dari keseimbangan kekuatan (balance of power) ke arah

keseimbangan kepentingan (balance of interest).

2)     Hubungan antara negara/bangsa secara struktural berubah dari sifat ketergantungan

(dependency) kearah saling ketergantungan (interdependent), hubungan yang bersifat

primordial berubah menjadi sifat tergantung kepada posisi tawar menawar (bergaining

position).

3)     Batas –batas geografis hampir kehilangan arti operasionalnya. Kekuatan suatu negara

ditentukan oleh kemampuannya memanfaatkan keunggulan komparatif (comparative

advantage) dan keunggulan kompetitif (competitive advantage).

4)     Persaingan antar negara sangat diwarnai oleh perang penguasaan teknologi tinggi. Setiap

negara terpaksa menyediakan dana yang besar bagi penelitian dan pengembangan.

5)     Terciptanya budaya dunia yang cenderung mekanistik, efisien, tidak menghargai nilai dan

norma yang ekonomi dianggap tidak efisien.

3

Page 4: Pembahasan

B.    Dampak Negatif Pergaulan Global

Pergaulan global dengan cirinya seperti diutarakan di muka di samping mendatangkan

sejumlah kemudahan bagi manusia, juga mendatangkan efek – efek negatif tersebut dapat

diuraikan sebagai berikut :

1.     Pemiskinan nilai spiritual. Tindakan sosial yang tidak mempunyai implikasi materi (tidak

produktif) dianggap sebagai tindakan yang tidak rasional.

2.     Kejatuhan manusia dari makhluk spiritual menjadi makhluk material, yang menyebabkan

nafsu hayawaniyyah menjadi pemandu kehidupan manusia.

3.     Peran agama digeser menjadi urusan akhirat sedang urusan dunia menjadi wewenang sain

(sekularistik).

4.     Tuhan hanya hadir dalam pikiran, lisan, dan tulisan tetapi tidak hadir dalam perilaku dan

tindakan.

5.     Gabungan ikatan primordial dengan sistem politik modern melahirkan nepotisme,

birokratisme, dan otoritisme.

6.     Individualistik. Keluarga pada umumnya kehilangan fungsinya sebagai unit terkecil

pengambil keputusan. Seseorang bertanggung jawab kepada dirinya sendiri, tidak lagi

bertanggung jawab kepada keluarga. Ikatan moral pada keluarga semakin lemah, dan

keluarga dianggap sebagai lembaga teramat tradisional.

7.     Terjadinya frustasi eksistensial, dengan ciri – cirinya : Pertama, hasrat yang berlebihan untuk

berkuasa (the will to power), bersenang – senang untuk berkuasa, bersenang – senang

mencari kenikmatan (the will to pleasure), yang biasanya tercermin dalam perilaku yang

berlebihan untuk mengumpulkan uang (the will to money), untuk bekerja (the will to work),

dan kenikmatan seksual (the will to sex). Kedua, kehampaan eksistensial berupa perasaan

serba hampa, hidupnya tidak bermakna, dan lain – lain. Ketiga, neuroses noogenik : perasaan

hidup tanpa arti, apatis, bosan, tak mempunya tujuan, dan sebagainya. Keadaan semacam ini

semakin banyak melanda manusia, hari demi hari.

8.     Terjadinya ketegangan – ketegangan informasi di kota dan di desa, kaya dan miskin,

konsumeris, kekurangan dan sebagainya.

4

Page 5: Pembahasan

C.    Kiprah Islam di Era Globalisasi

Globalisasi adalah hal yang tidak dapat di hindari dan memang tidak perlu untuk di

hindari. Persoalannya adalah bagaimana menampilkan Islam dalam kancah global tersebut.

Agar Islam dapat memberikan konstribusi yang berarti bagi masyarakat global, maka Islam

diharapkan tampil dengan nuansanya sebagai berikut :

Pertama, menampilkan Islam yang lebih ramah dan sejuk, sekaligus menjadi pelipur

lara bagi kegerahan hidup manusia modern. Tawaran ini mengharuskan umat Islam

menghayati nilai – nilai universal yang diajarkan Islam dan teologi inklusif yang diperankan

oleh Nabi Muhammad SAW. Disamping itu, tawaran ini akan menhapus kehampaan spiritual

dan kekosongan sebagai gaya hidup Fir’aun akibat hiruk pikuk kehidupan global yang

hedonistik dan materialistik.

Kedua, Islam yang toleran terhadap manusia secara keseluruhan agama apapun yang

diaturnya. Sebab Islam adalah rahmatan lil-‘alamin, mendatangkan kebaikan dan kedamaian

untuk semua. Dengan sikap ini, Islam mengakui tentang pluralisme, baik keberagaman

pendapat, pemahaman, etnis dan agama.

Ketiga, menampilkan visi Islam yang dinamis, kreatif, dan inovatif sehingga bisa

membebaskan umat Islam dari belenggu – belenggu dan penjara taqlid, status quo, menyukai

kemapanan, dan alergi terhadap pembaharuan, harus ditinggalkan. Karena sikap – sikap

tersebut menyebabkan kreatifitasnya sebagai manusia menjadi hilang.

Keempat, menampilkan Islam yang mampu mengembangkan etos kerja, etos politik,

etos ekonomi, etos ilmu pengetahuan, dan etos ilmu pengetahuan, dan etos pembangunan

karena sepanjang sejarah kelima etos itulah yang dapat mendatangkan kejayaan umat Islam.

Kelima, menampilkan revivalitas Islam, dalam bentuk intensifikasi keislaman lebih

berorientasi “kedalam” (inward oriented) yakni membangun kesalehan intristik dan esoteris,

daripada intensifikasi diarahkan “keluar” (outward oriented), yang lebih bersifat ekstrinsik

dan eksoteris, yakni sekedar kesalehan formalitas.

Dari analisis di atas, dapat di tarik pemahaman bahwa peran Islam di era globalisasi

perlu diarahkan pada peningkatan daya jawabnya terhadap problema kehidupan kontemporer,

dan tetap berpegang teguh pada nilai – nilai ajaran al-Qur’an dan al-Sunnah. Salah satu upaya

ke arah itu adalah umat Islam harus mampu mengambil nilai positif dari kemodernan dan

tetap memberi apresiasi yang wajar terhadap khazanah intelektual Islam klasik sesuai dengan

kebutuhan. Sehingga jargon “al-islam sholihun li kulli zaman wa makan” dapat di

5

Page 6: Pembahasan

transformasikan sesuai dengan kenyataan empirik yang dihadapi oleh umat Islam, kini dan

yang akan datang.

6

Page 7: Pembahasan

PENUTUP

KESIMPULAN

Globalisasi bukan hanya gejala abad ke – 20 atau abad ke – 21. Proses itu sudah mulai

berabad – abad yang lalu ketika manusia berhasil mengelilingi dunia oleh para pionir seperti

Marcopolo dan Colombus. Jadi, globalisasi berawal dari transportasi dan komunikasi. tetapi,

dampaknya segera terasa dalam bidang kehidupan manusia, baik ekonomi, politik,

perdagangan, gaya hidup dan bahkan agama.

Apa yang membuat globalisasi suatu kecenderungan yang mencolok sejak menjelang

akhir abad yang lalu, dan yang membedakannya secara tajam dari proses globalisasi dalam

abad – abad yang lalu, adalah faktor kecepatan. Ini disebabkan oleh kemajuan yang pesat

dalam bidang teknologi informasi dan komunikasi, khususnya dalam bentuk computer,

faximile, internet, dan e-mail maupun kemajuan yang pesat dalam bidang transportasi,

khususnya penerbangan antar benua.

Globalisasi adalah hal yang tidak dapat di hindari dan memang tidak perlu untuk di

hindari. Persoalannya adalah bagaimana menampilkan Islam dalam kancah global tersebut.

7

Page 8: Pembahasan

DAFTAR PUSTAKA

IAIN Sunan Ampel Surabaya, Tim Penyusun. “Pengantar Studi Islam”. 2004. IAIN SUNAN AMPEL

PRESS

www.google.com/Islam dan Globalisasi.html

8