39
PENGGUNAAN MEDIA BANTU PENAMPANG JANGKA SORONG DALAM MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR SISWA KELAS VII A SMP NEGERI 10 PROBOLINGGO Oleh: LILIS INDAYANI, S.Pd NIP. 132145486 PEMERINTAH KOTA PROBOLINGGO DINAS PENDIDIKAN

Pemodelan Jangka Sorong

Embed Size (px)

DESCRIPTION

PENGGUNAAN MEDIA BANTU PENAMPANG JANGKA SORONG DALAM MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR IPA SISWA KELAS VII A SMP NEGERI 10 PROBOLINGGO

Citation preview

Page 1: Pemodelan Jangka Sorong

PENGGUNAAN MEDIA BANTU

PENAMPANG JANGKA SORONG DALAM

MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR SISWA

KELAS VII A SMP NEGERI 10 PROBOLINGGO

Oleh:

LILIS INDAYANI, S.Pd

NIP. 132145486

PEMERINTAH KOTA PROBOLINGGO

DINAS PENDIDIKAN

SMP NEGERI 10 PROBOLINGGO

Tahun 2007

Page 2: Pemodelan Jangka Sorong

PENDAHULUAN

1. Latar Belakang

Dalam Permendiknas nomor 22 th 2006 (Standar Isi) disebutkan

bahwa Standar Kompetensi (SK) dan Kompetensi Dasar (KD) IPA di

SMP/MTs merupakan standar minimum yang secara nasional harus dicapai

oleh peserta didik dan menjadi acuan dalam pengembangan kurikulum di

setiap satuan pendidikan. Pencapaian SK dan KD didasarkan pada

pemberdayaan peserta didik untuk membangun kemampuan, bekerja ilmiah,

dan pengetahuan sendiri yang difasilitasi oleh guru.

SKL IPA SMP/MTs no. 1 “Melakukan pengamatan dengan peralatan

yang sesuai, melaksanakan percobaan sesuai prosedur, mencatat hasil

pengamatan dan pengukuran dalam tabel dan grafik yang sesuai, membuat

kesimpulan dan mengkomunikasikannya secara lisan dan tertulis sesuai

dengan bukti yang diperoleh” (Permendiknas nomor 23 Th 2006 - Standar

Kompetensi Lulusan)

Fisika sebagai bagian dari IPA atau Sains yang pada hakekatnya

merupakan ilmu pengetahuan yang diperoleh berdasarkan fakta, hasil

pemikiran para ahli dan hasil-hasil eksperimen yang dilakukan para ahli.

Perkembangan sains ditunjukkan oleh produk ilmiah berupa fakta, teori,

konsep dan generalisasi. Seiring dengan itu berkembang juga metode ilmiah

dan sikap ilmiah. Metode dan sikap ilmiah tersebut meliputi : (1)

mengembangkan dan menggunakan ketrampilan proses untuk memperoleh

konsep-konsep fisika ; (2) melatih siswa menggunakan metode ilmiah dalam

memecahkan masalah yang dihadapinya ; (3) memupuk daya kreasi dan

kemampuan bernalar ; (4) menunjang mata pelajaran IPA lain (Biologi) dan

mata pelajaran lainnya serta membantu siswa memahami gagasan atau

informasi baru dalam teknologi (Depdikbud, 1993 : 1)

Banyak cara untuk menyampaikan materi pelajaran sains yang telah

dikembangkan oleh pakar perancang pembelajaran. Pengajaran langsung

(direct instruction) merupakan salah satu model pembelajaran yang efektif

Page 3: Pemodelan Jangka Sorong

untuk meningkatkan kualitas pembelajaran fisika khususnya materi pelajaran

yang mempunyai karakteristik pengetahuan prosedural dan pengetahuan

deklaratif. Sehingga dengan model pengajaran langsung diharapkan

pemahaman pengetahuan prosedural dan deklaratif siswa dapat meningkat.

Pengajaran langsung didasarkan pada prinsip-prinsip belajar perilaku

dan teori belajar sosial. Pengajaran langsung dirancang khusus untuk

menunjang proses belajar yang berkaitan dengan pengetahuan deklaratif dan

pengetahuan prosedural yang telah terstruktur dengan baik. Model

pengajaran langsung ini dapat diajarkan dengan pola kegiatan selangkah

demi selangkah (Arends, 1997).

Pada materi IPA kelas VII semester 1 siswa mempelajari materi IPA

dengan Standar Kompetensi 1. Memahami prosedur ilmiah untuk

mempelajari benda-benda alam dengan menggunakan peralatan.

Kompetensi Dasar 1.3 Melakukan pengukuran dasar secara teliti dengan

menggunakan alat ukur yang sesuai dan sering digunakan dalam kehidupan

sehari-hari.

Pada KD 1.3 Melakukan pengukuran dasar secara teliti dengan

menggunakan alat ukur yang sesuai dan sering digunakan dalam kehidupan

sehari-hari siswa mempelajari cara menggunakan dan membaca hasil

pengukuran beberapa jenis alat ukur yang mempunyai karakteristik

pengetahuan prosedural dan pengetahuan deklaratif. Sehingga pembelajaran

pada materi Pengukuran ini cocok menggunakan model pengajaran langsung.

Pada materi Pengukuran siswa diajarkan cara mengukur besaran

Panjang, Massa, dan Waktu. Pada pengukuran besaran panjang, siswa

diajarkan cara menggunakan alat ukur antara lain penggaris, jangka sorong

dan mikrometer. Untuk pengukuran besaran massa siswa diajarkan cara

menggunakan Neraca Ohaus. Sedangkan pengukuran besaran waktu siswa

diajarkan cara menggunakan stop watch.

Banyaknya alat ukur yang digunakan pada kegiatan, dan banyaknya

alat yang belum siswa kenal, menyebabkan dibutuhkannya waktu yang

cukup banyak untuk membahas materi tersebut. Permasalahan yang dihadapi

ternyata tidak hanya itu, karena jumlah alat yang dimiliki sekolah juga

Page 4: Pemodelan Jangka Sorong

mempengaruhi berapa lama waktu yang diperlukan untuk membahas materi

dan kedalaman materi yang dapat/mampu diserap oleh siswa.

Untuk membantu siswa dalam proses transfer pengetahuan yang baru

mereka kenal seperti pengenalan alat ukur, kebutuhan adanya alat ukur yang

digunakan mutlak diperlukan. Namun keterbatasan jumlah alat yang dimiliki

sekolah, seharusnya tidak mempengaruhi semangat guru dalam kegiatan

belajar mengajar.

Dengan keterbatasan kondisi peralatan laboratorium sekolah, guru

dituntut untuk lebih kreatif. Guru harus dapat berinovasi dalam kegiatan

belajar mengajar dengan memanfaatkan dan memaksimalkan potensi yang

dimiliki sekolah.

Berdasarkan uraian di atas, peneliti memilih materi Pengukuran (KD

1.3) khususnya tentang jangka sorong untuk kegiatan penelitian. Pemilihan

ini didasarkan pada banyaknya pengetahuan deklaratif dan pengetahuan

prosedural dalam materi tersebut. Penulis bermaksud mengadakan penelitian

tentang PENGGUNAAN MEDIA BANTU PENAMPANG JANGKA

SORONG DALAM MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR IPA

SISWA KELAS VII A SMP NEGERI 10 PROBOLINGGO

2. Perumusan Masalah

Beberapa masalah yang terdapat di sekolah tempat penelitian

dilaksanakan, yang terindentifikasi adalah :

Pertama, Nilai Ujian Tengah semester yang dicapai siswa khususnya pada

pembacaan alat ukur jangka sorong rendah.

Kedua, Siswa tidak dapat atau tidak terampil menggunakan dan membaca

hasil pengukuran jangka sorong untuk kegiatan pengamatan atau percobaan

dengan baik.

Ketiga, Jumlah alat ukur yang dimiliki laboratorium sekolah terutama jangka

sorong terbatas (ada 2).

Keempat, Waktu yang diperlukan untuk membahas materi Pengukuran

dalam Silabus dan RPP kurang atau tidak sebanding dengan jumlah alat ukur

yang dimiliki sekolah,

Page 5: Pemodelan Jangka Sorong

Dalam penelitian ini peneliti membatasi pada cakupan yang

memungkinkan dilaksanakan. Adapun keterbatasan yang dimaksud adalah :

1) Penelitian dilakukan pada materi Pengukuran dan di khususkan pada

penggunaan dan cara membaca hasil pengukuran Jangka sorong.

2) Sasaran penelitian terbatas pada siswa kelas VII-A di SMP Negeri 10

Probolinggo.

3. Tujuan Penelitian

Berdasarkan masalah yang diidentifikasi di atas, penelitian ini

bertujuan agar :

1) Nilai Ujian siswa khususnya pada pembacaan alat ukur jangka sorong

menjadi lebih baik.

2) Siswa dapat atau terampil menggunakan dan membaca hasil pengukuran

jangka sorong untuk kegiatan pengamatan atau percobaan dengan baik.

3) Jumlah alat ukur yang dimiliki laboratorium sekolah terutama jangka

sorong bias ditambah.

4) Waktu yang diperlukan untuk membahas materi Pengukuran dalam

Silabus dan RPP ditambah.

Page 6: Pemodelan Jangka Sorong

B. PEMBAHASAN

1. Kajian Teori

Fisika adalah bagian dari IPA atau Sains yang pada hakekatnya

merupakan ilmu pengetahuan yang diperoleh berdasarkan fakta, hasil

pemikiran para ahli dan hasil-hasil eksperimen yang dilakukan para ahli.

Perkembangan sains ditunjukkan oleh produk ilmiah berupa fakta, teori,

konsep dan generalisasi.

Fungsi pembelajaran fisika di SMP juga mencakup komponen-

komponen produk ilmiah, metode ilmiah dan sikap ilmiah. Metode dan sikap

ilmiah tersebut meliputi : (1) mengembangkan dan menggunakan

ketrampilan proses untuk memperoleh konsep-konsep fisika ; (2) melatih

siswa menggunakan metode ilmiah dalam memecahkan masalah yang

dihadapinya ; (3) memupuk daya kreasi dan kemampuan bernalar ; (4)

menunjang mata pelajaran IPA lain (Biologi) dan mata pelajaran lainnya

serta membantu siswa memahami gagasan atau informasi baru dalam

teknologi (Depdikbud, 1993 : 1).

Agar tercapai tujuan/fungsi pembelajaran fisika (IPA) sebagaimana

tertuang dalam Peraturan Menteri Pendidikan Nasional No. 22 dan 23

tersebut, banyak cara yang bisa digunakan dalam kegiatan belajar mengajar.

Untuk menyampaikan materi pelajaran telah dikembangkan berbagai model

pembelajaran oleh pakar perancang pembelajaran. Berbagai model

pembelajaran yang telah dikembangkan dan banyak digunakan antara lain :

model pembelajaran kooperative (cooperative learning), model pengajaran

langsung (direct instruction), dan model pengajaran berdasarkan masalah

(problem based instruction).

Pengajaran langsung (direct instruction) merupakan salah satu model

pembelajaran yang efektif untuk meningkatkan kualitas pembelajaran fisika

khususnya materi pelajaran yang mempunyai karakteristik pengetahuan

prosedural dan pengetahuan deklaratif. Dengan model pengajaran langsung

diharapkan pemahaman pengetahuan prosedural dan deklaratif siswa dapat

meningkat. Pengajaran langsung adalah pembelajaran yang dirancang khusus

Page 7: Pemodelan Jangka Sorong

untuk membimbing siswa belajar pengetahuan prosedural dan pengetahuan

deklaratif yang diajarkan langkah demi langkah (Arends, 1997).

Pengajaran langsung didasarkan pada prinsip-prinsip belajar perilaku

dan teori belajar sosial yang dikembangkan oleh Albert Bandura. Menurut

Bandura, ada empat fase belajar dari model, yaitu fase perhatian (attentional

phase), fase retensi (retention phase), fase reproduksi (reproduction phase)

dan fase motivasi (motivasi phase).

Pengajaran langsung dirancang khusus untuk menunjang proses

belajar yang berkaitan dengan pengetahuan deklaratif dan pengetahuan

prosedural yang telah terstruktur dengan baik. Model pengajaran langsung ini

dapat diajarkan dengan pola kegiatan selangkah demi selangkah (Arends,

1997).

Ada lima fase atau langkah penting dalam pengajaran langsung. Lima

fase model pengajaran langsung itu diikhtisarkan sebagaimana tabel berikut :

Tabel Sintaks Model Pengajaran Langsung

Page 8: Pemodelan Jangka Sorong

Fase Perilaku Guru

Fase 1: Menyampaikan tujuan

dan memotifvasi siswa

Fase 2: Mempresentasikan

pengetahuan atau

mendemonstrasikan

ketrampilan.

Fase 3: Memberi latihan

terbimbing

Fase 4: Mengecek pemahaman

dan member umpan

balik.

Fase 5: Memberi latihan

lanjutan dan transfer.

Guru mengkomunikasikan garis besar

tujuan pelajaran tersebut, member

informasi latar belakang, dan

menjelaskan mengapa pelajaran itu

penting. Mempersiapkan siswa untuk

belajar.

Guru mempresentasikan pengetahuan

tersebut dengan benar atau

mendemonstrasikan ketrampilan

langkah demi langkah.

Guru memberi dan membimbing

latihan awal.

Guru mengecek untuk mencari tahu

apakah siswa melakukan tugas dengan

benar dan memberi umpan balik.

Guru mempersiapkan kondisi untuk

latihan lanjutan dengan memusatkan

perhatian pada transfer ketrampilan

tersebut ke situasi-situasi lebih

kompleks.

2. Proses Pembelajaran Inovasi

Pada kegiatan pembelajaran awal (sebelum dilakukan inovasi

pembelajaran) siswa telah mengikuti proses pembelajaran sebagaimana telah

dituliskan dalam RPP. Namun tidak semua kelompok menerima alat secara

Page 9: Pemodelan Jangka Sorong

lengkap, karena keterbatasan peralatan laboratorium yang dimiliki oleh

sekolah.

Ketersedian alat yang dimiliki laboratorium IPA SMP Negeri 10

Probolinggo untuk kegiatan pembelajaran KD 1.3 (materi pengukuran)

terbatas dalam hal jumlah, sebagaimana terlihat dari data pada tabel berikut :

Tabel Ketersediaan alat Laboratorium IPA untuk KD 1.3

No Nama Alat Laboratorium Jumlah Kondisi Alat

1

2

3

4

5

Jangka sorong

Mikrometer skrup

Neraca Ohaus 3 lengan

Neraca Ohaus 4 lengan

Stop watch

2

1

5

5

6

Baik

Rusak

Baik

Baik

baik

Dengan kondisi peralatan yang terbatas maka siswa dibagi dalam

lima kelompok, dimana masing-masing kelompok berjumlah delapan siswa.

Pada pembahasan Neraca Ohauss dan Stop watch tidak terlalu bermasalah

karena jumlah peralatan masih mencukupi untuk setiap kelompok. Namun

pada pembahasan alat ukur panjang yaitu pada materi jangka sorong dan

micrometer skrup tidak dapat dilakukan kegiatan sesuai dengan RPP karena

keterbatasan peralatan yang ada. Pada materi jangka sorong siswa dilatih

secara bergantian dan bergiliran secara berkelompok.

Karena hanya dua jangka sorong yang ada maka pembelajaran untuk

materi jangka sorong kurang maksimal. Hal ini dapat dilihat dari rata-rata

nilai yang diperoleh siswa kelas VII A untuk materi jangka sorong pada

Ulangan Tengah Semester hanya 37,5.

Dengan keterbatasan peralatan itu maka perlu dilakukan inovasi

dalam kegiatan pembelajaran jangka sorong, sehingga semua siswa dapat

melakukan kegiatan secara bersama. Sebagai pengganti jangka sorong yang

digunakan siswa dalam pembelajaran dibuatlah media bantu Penampang

Jangka sorong.

Page 10: Pemodelan Jangka Sorong

Penampang Jangka sorong dapat dibuat menggunakan plastic

transparan untuk presentasi guru di depan kelas. Dan juga dapat dibuat

dengan menggunakan kertas sebagaimana gambar terlampir yang dapat

dipakai siswa untuk belajar membaca hasil pengukuran menggunakan jangka

sorong.

Penampang Jangka Sorong dibuat untuk mempermudah pemahaman

siswa dalam mempelajari cara menggunakan Jangka Sorong terutama cara

membaca hasil pengukuran. Untuk membuat dan menggunakan Penampang

Jangka Sorong diperlukan peralatan sebagai berikut :

1. Plastik Transparan

2. Spidol

3. OHP

Dalam membuat Penampang Jangka Sorong, pada plastik transparan

digambar Penampang Jangka Sorong yang terdiri dari dua macam skala,

yaitu skala utama dan skala nonius yang dibuat pada plastik transparan atau

kertas yang berbeda, agar dapat digerakkan atau dipindahkan sesuai dengan

keinginan kita.

Untuk menggunakan Penampang Jangka Sorong diperlukan OHP dan

Layar, Cara menggunakannya :

Letakkan Skala Utama Penampang Jangka Sorong pada OHP

Letakkan skala Nonius diatas skala utama.

Geser skala nonius sesuai dengan pengukuran yang dilakukan

Hasil pengukuran diperoleh dengan menggabungkan

penunjukkan skala utama dengan skala nonius.

Dengan menggunakan media bantu penampang jangka sorong, akan

mempermudah bagi guru dalam mempresentasikan pada siswa bagaimana

cara pembacaan skala jangka sorong dengan lebih jelas, dan sekaligus untuk

seluruh siswa di kelas. Jika tidak menggunakan media bantu penampang

jangka sorong maka guru akan kesulitan menjelaskan kepada seluruh kelas

secara langsung dan bersama karena alat ukur jangka sorong yang berukuran

kecil.

Page 11: Pemodelan Jangka Sorong

Setelah siswa belajar membaca skala jangka sorong menggunakan

media bantu, siswa secara bergantian dapat menerapkan lansung

menggunakan alat ukur yang sebenarnya

3. Proses Penilaian

Setelah melakukan presentasi cara membaca skala jangka sorong

menggunakan media bantu, dan siswa telah mencoba menerapkan lansung

menggunakan alat ukur yang sebenarnya, untuk melihat hasil yang dicapai

siswa dalam belajar maka siswa mengerjakan soal – soal berikut :

TULISLAH HASIL PENGUKURAN PANJANG MENGGUNAKAN JANGKA SORONG BERDASARKAN GAMBAR BERIKUT !

5 100

43

5 100

10

5 100

21

5 100

76

4 Hasil pembacaan panjang benda yang diukur adalah…….. … cm.

1 Hasil pembacaan panjang benda yang diukur adalah…….. … cm.

2 Hasil pembacaan panjang benda yang diukur adalah…….. … cm.

3 Hasil pembacaan panjang benda yang diukur adalah…….. … cm.

Page 12: Pemodelan Jangka Sorong

4. Laporan Hasil Akhir Pembelajaran

Dengan menggunakan format penilaian diatas maka diperoleh hasil

penilaian sebagaimana data berikut :

Tabel Hasil Penilaian Siswa Kelas VII A

NO NAMANILAI SISWA

SEBELUM SESUDAH

1 ALVIN WAHYU ANGGRIANTO 80 80

2 ANGGUN ALIFIA UMMA 20 100

3 ARI SUBAKTI 80 80

4 BAYU ANDIKA CAHYO 20 80

5 CANDRA BINTARA YUDI 80 80

6 DESI RATNA LISTYA 10 66

7 DIMAS ADRI WICAKSONO 80 72

8 DIMAS ANGGA AFRIANTO 80 80

9 DWI CAHYO NUGROHO 20 96

10 DWI MEGA APRILIA 20 68

11 DWI YULIAN 0 78

12 EGA SUKMA PRATAMA 10 76

13 ERIKA YULIANTI 80 68

14 HENDRIATI PERTIWI 80 66

15 INDRA YULIANTOKO PUTRA 80 80

16 INTAN 80 60

17 IQBAL RAMADHAN 80 76

18 JEFRY ASISTIA 80 72

19 KURNIA ANGGI PRADANAN P 20 80

20 LAKSAMANA CAESAR P 20 80

5 100

32 5 Hasil pembacaan panjang benda yang diukur adalah…….. … cm.

Page 13: Pemodelan Jangka Sorong

21 LINA PURNAMA SARI 20 86

22 LUKMAN RASIDI 10 80

23 MAHAPUTRI ADE PRADANI N 10 80

24 MAYTRIKE RISKY WIDYA A 20 92

25 MEGA FAJARWATI 20 84

26 MUHAMMAD JAELANI 80 80

27 NINE DESSY HOSPITA WATIE 20 76

28 NUGROHO TRI MULYONO 80 80

29 NURAINI HUSNIYAH 20 80

30 NURLAILA 10 96

31 NURUL HUDA 20 96

32 REZITA EFRILLA DEBBI S 10 80

33 RISQI ARIF HADI PUTRA 0 96

34 ROFITA AYU NINGRUM 10 100

35 ROY SETYO NUGROHO 20 96

36 SISKA WULANDARI 80 42

37 SITI FATIMAH 20 80

38 SITI IRA AGUSTININGSIH 10 96

39 TITIS HARUMMANING ATI 0 76

40 YUDHI TRI LAKSONO 20 72

RATA-RATA 37,5 80,15

Page 14: Pemodelan Jangka Sorong

C. PENUTUP

Kesimpulan

Berdarkan Uraian di atas dapat diambil kesimpulan bahwa :

1) Nilai Ujian/test siswa khususnya pada pembacaan alat ukur jangka

sorong dapat meningkat.

2) Siswa dapat atau terampil menggunakan dan membaca hasil pengukuran

jangka sorong untuk kegiatan pengamatan atau percobaan dengan baik.

3) Jumlah alat ukur yang dimiliki laboratorium sekolah terutama jangka

sorong harus ditambah, agar pembelajaran siswa lebih lancer dan

mencapai hasil yang lebih maksimal.

4) Waktu yang diperlukan untuk membahas materi Pengukuran dalam

Silabus dan RPP ditambah, agar penguasaan siswa terhadap masing-

masing alat ukur dapat menjadi lebih baik.

5) Keterbatasan alat yang dimiliki sekolah seharusnya tidak menghalangi

siswa dalam kegiatan belajar, tapi menuntut kreatifitas guru dalam

berinovasi dalam proses pembelajaran.

Page 15: Pemodelan Jangka Sorong

DAFTAR RUJUKAN

Mohammad Nur, Prof. Dr., Guru yang Berhasil dan Model Pengajaran Langsung,

Departemen Pendidikan Nasional, Direktorat Pendidikan Dasar dan Menengah

Lembaga Penjamin Mutu Pendidikan (LPMP) Jawa Timur, 2005

Mohammad Nur, Prof. Dr., Pembelajaran Kooperatif, Departemen Pendidikan

Nasional, Direktorat Pendidikan Dasar dan Menengah Lembaga Penjamin

Mutu Pendidikan (LPMP) Jawa Timur, 2005

Tri Waluyo, M.Pd. Drs., Teori-Teori Belajar, Departemen Pendidikan Nasional,

Direktorat Jendral Peningkatan Mutu Pendidik dan Tenaga Kependidikan

Lembaga Penjamin Mutu Pendidikan (LPMP) Jawa Timur, 2006

Ali Saukah,M.A., Ph.D., Pedoman Penulisan Karya Ilmiah, IKIP Malang, 1993

Wartono, Materi Pelatihan Terintegrasi Mata Pelajaran Sains, Departemen

Pendidikan Nasional, Direktorat Pendidikan Dasar dan Menengah Direktorat

Pendidikan Lanjutan Pertama, 2004

Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 22, Standar Isi, 2006

Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 23, Standar Kompetensi Lulusan,

2006

Page 16: Pemodelan Jangka Sorong

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN

( RPP )

Sekolah : SMP Negeri 10 Probolinggo

Kelas / Semester : VII (tujuh) / Semester 1

Mata Pelajaran : IPA (Ilmu Pengetahuan Alam)

Standar Kompetensi : 1. Memahami prosedur ilmiah untuk mempelajari

benda-benda alam dengan menggunakan peralatan.

Kompetensi Dasar : 1.3 Melakukan pengukuran dasar secara teliti dengan

menggunakan alat ukur yang sesuai dan sering

digunakan dalam kehidupan sehari-hari.

Indikator : 1. Mengukur besaran fisika secara baik dan benar

dengan menggunakan alat ukur

2. Memperhatikan dan menerapkan keselamatan kerja

dalam pengukuran.

Tujuan Pembelajaran: Peserta didik dapat:

1. Mengetahui cara menentukan besaran panjang suatu

benda dengan menggunakan mistar, jangka sorong

dan mikrometer sekrup.

2. Mengetahui cara menentukan besaran massa suatu

benda dengan menggunakan neraca Ohaus dan

neraca elektronik.

3. Mengetahui cara menentukan besaran waktu dengan

menggunakan stopwatch.

4. Mengetahui cara menentukan volume benda padat

yang bentuknya teratur dan tidak teratur.

Materi Pembelajaran : Pengukuran

Metode Pembelajaran : Model:

- Direct Instruction (DI)

- Cooperative Learning

Metode:

- Diskusi kelompok

Page 17: Pemodelan Jangka Sorong

- Eksperimen

Waktu : 4 X 40’

Langkah-langkah Kegiatan

PERTEMUAN PERTAMA

a. Kegiatan Pendahuluan

Motivasi dan apersepsi

- Bagaimana cara mengukur volume sebuah batu atau benda yang bentuknya

tak beraturan?

- Bagaimana mendapatkan hasil pengukuran yang tepat?

Prasyarat pengetahuan

- Apakah Satuan Internasional (SI) dari besaran panjang, massa dan waktu?

- Bagaimana mengkonversi satuan dari hasil pengukuran ke dalam Satuan

Internasional (SI) ?

Pra eksperimen

- Berhati-hatilah menggunakan peralatan yang digunakan dalam pengukuran.

b. Kegiatan Inti

. Guru membimbing peserta didik dalam pembentukan kelompok.

. Perwakilan dari tiap kelompok diminta untuk mengambil mistar, jangka

sorong dan mikro-meter sekrup.

. Guru mempresentasikan bagian-bagian mistar, jangka sorong dan

mikrometer sekrup dan menunjukkannya kepada peserta didik.

. Guru meminta salah satu peserta didik untuk melakukan hal yang sama

seperti yang ditunjukkan oleh guru, jika ada kesalahan langsung diberi

umpan balik.

. Guru mendemonstrasikan langkah-langkah penggunaan alat ukur,

pengukuran suatu objek, cara membaca skala, menentukan nilai dan

membandingkan tingkat ketelitian dari hasil pengukuran dengan

menggunakan mistar, jangka sorong dan mikrometer sekrup.

Page 18: Pemodelan Jangka Sorong

. Guru juga melakukan hal yang sama terhadap alat ukur neraca Ohaus,

neraca elektronik dan stopwatch.

. Peserta didik mengerjakan lembar kerja yang sudah disiapkan oleh guru.

. Guru memeriksa kegiatan pengukuran yang dilakukan peserta didik apakah

sudah dilakukan dengan benar atau belum. Jika masih ada peserta didik atau

kelompok yang belum dapat melakukannya dengan benar, guru dapat

langsung memberikan bimbingan.

c. Kegiatan Penutup

. Guru memberikan penghargaan pada kelompok dengan kinerja baik.

. Peserta didik (dibimbing oleh guru) merangkum kegiatan yang telah

dilaksanakan.

. Uji kompetensi lisan:

- Sebutkan bagian-bagian dari jangka sorong, mikrometer sekrup dan

neraca Ohaus.

- Sebutkan tingkat ketelitian dari hasil pengukuran dengan menggunakan

mistar, jangka sorong dan mikrometer sekrup.

PERTEMUAN KEDUA

a. Kegiatan Pendahuluan

. Motivasi dan apersepsi

- Bagaimana mengukur volume dari benda berbentuk teratur dan benda

tidak teratur?

- Bagaimana cara menggunakan alat-alat di laboratorium dengan aman?

. Prasyarat pengetahuan

- Bagaimana rumus untuk menghitung volume bangun ruang?

- Bagaimana cara mengetahui volume benda yang berbentuk tidak

teratur?

- Alat-alat apa sajakah yang ada di laboratorium?

. Pra eksperimen

Page 19: Pemodelan Jangka Sorong

- Berhati-hatilah menggunakan peralatan yang di gunakan dalam

pengukuran!

b. Kegiatan Inti

. Guru membimbing peserta didik dalam pembentukan kelompok.

. Perwakilan dari tiap kelompok diminta untuk mengambil jangka sorong,

gelas ukur, tiga buah benda yang bentuknya tidak teratur dan beberapa balok

yang terbuat dari kayu, aluminium dan besi.

. Peserta didik dalam setiap kelompok mengukur panjang (p), lebar (l) dan

tinggi (t) dari bebe-rapa balok dengan menggunakan jangka sorong.

. Peserta didik dalam kelompok menghitung volume balok yang telah diukur

dengan menggunakan rumus V = p l t .

. Guru mendemonstrasikan langkah-langkah untuk menghitung volume zat

cair dengan menggunakan gelas ukur.

. Guru mendemonstrasikan langkah-langkah untuk menghitung volume balok

secara langsung dan beberapa benda tidak teratur berdasarkan selisih

volume cair pada gelas ukur.

. Guru meminta seorang peserta didik untuk melakukan hal yang sama seperti

telah ditun-jukkan oleh guru; jika ada kesalahan langsung diberi umpan

balik.

. Peserta didik mengerjakan lembar kerja yang sudah disiapkan oleh guru.

. Guru memeriksa kegiatan pengukuran yang dilakukan oleh peserta didik

apakah sudah dilakukan dengan benar atau belum. Jika masih ada peserta

didik atau kelompok yang belum dapat melakukannya dengan benar, guru

dapat langsung memberikan bimbingan.

. Guru mempresentasikan alat-alat laboratorium yang lain beserta fungsinya

dan menunjuk-kannya kepada peserta didik.

c. Kegiatan Penutup

. Guru memberi penghargaan pada kelompok dengan kinerja baik.

. Peserta didik (dibimbing oleh guru) berdiskusi untuk membuat rangkuman.

. Guru memberikan tugas rumah berupa latihan soal.

Page 20: Pemodelan Jangka Sorong

Sumber Belajar

a. Buku IPA Terpadu Jl.1A (Esis) halaman 43-66

b. Buku kerja

c. Alat-alat ukur

Penilaian Hasil Belajar

a. Teknik Penilaian:

- Tes unjuk kerja

- Tes tertulis

b. Bentuk Instrumen:

- Uji petik kerja produk

- Uraian

c. Contoh Instrumen:

- Instrumen eksperimen

Menentukan volume benda padat yang bentuknya tidak teratur dengan

menggunakan gelas ukur.

Benda Volume air Volume benda +

air

Volume benda

Benda 1

Benda 2

Benda 3

- Contoh tes uraian

1. Panjang sebuah benda diukur dengan menggunakan jangka sorong seperti pada gambar di bawah ini.

5 100

43 Hasil pembacaan panjang benda yang diukur adalah…….. … cm.

Page 21: Pemodelan Jangka Sorong

2. Perhatikan gambar berikut ini!

Massa gelas ukur kosong (gb. 1) adalah 40 gram, massa zat cair dan gelas ukur (gb. 2) adalah 176 gram. Berdasarkan data pada gambar di atas hitunglah : (tulis lengkap dengan caranya)

a. Massa zat cair = …………………………..gram

b. Volume zat cair = ……………………………cm3

mLmL

Gb.2Gb.1

40

30

20

10

50

40

30

20

10

50

Page 22: Pemodelan Jangka Sorong

PENAMPANG JANGKA SORONG

Page 23: Pemodelan Jangka Sorong

KATA PENGANTAR

Puji Syukur kepada Allah Yang Maha Kuasa atas rahmad dan hidayahnya

karena penyusunan makalah yang berjudul “PENGGUNAAN MEDIA BANTU

PENAMPANG JANGKA SORONG DALAM MENINGKATKAN PRESTASI

BELAJAR IPA SISWA KELAS VII A SMP NEGERI 10 PROBOLINGGO “ dapat

selasi tepat waktu.

Penyusunan makalah ini merupakan persyaratan untuk mengikuti Lomba

Inovasi Pembelajaran Bagi Guru SMP Bidang studi Matematika, IPA dan Bahasa

Inggris yang diselenggararakan oleh Departemen Pendidikan Nasional melalui

Lembaga Pemnjaminan Mutu Pendidikan (LPMP) Jawa Timur.

Semoga dengan disusunnya makalah ini Tujuan Departemen Pendidikan

Nasional untuk meningkatkan mutu pendidikan di Indonesia khususnya di Jawa

Timur dapat tercapai.

Penyusunan makalah ini dapat selasi tepat waktu berkat dorongan dan

bantuan dari berbagai pihak, terutama dalam hal ini disampaiakan terima kasih

kepada yang terhormat:

1. Kepala SMP Negeri 10 Probolinggo

2. Rekan-rekan Guru di SMP Negeri 10 Probolinggo

Permohonan maaf kami sampaikan apabila aspek isi dan bahasa yang

digunakan dalam dalam makalah ini masih terdapat kekurangan maupun kesalahan,

oleh sebab itu semua saran dan kritik yang bersifat membangun sangat diharapkan.

Probolinggo, 10 Nopember 2008

Penulis,

Lilis Indayani, S.Pd NIP. 132145486

Page 24: Pemodelan Jangka Sorong

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL …………………………………………………………… i

SURAT PERNYATAAN INTEGRITAS AKADEMIS ……………………….. ii

HALAMAN PENGESAHAN …………………………………………... iii

KATA PENGANTAR …………………………………………………… iv

DAFTAR ISI …………………………………………………………………… v

DAFTAR TABEL ……………………………………………………………… vi

DAFTARLAMPIRAN………………………………………………………… vii

A. Pendahuluan …………………………………………………………… 1

1. Latar Belakang ………………………………………………………….. 1

2. Permasalahan …………………………………………………………… 1

3. Perumusan Masalah ……………………………………………………... 3

4. Tujuan Penelitian ………………………………………………………... 4

B. Pembahasan …………………………….…………………………………… 5

1. Kajian Teori ………...…………………………………………………… 5

2. Proses Pembelajaran Inovasi ……………………………………………. 7

3. Proses Penilaian ……………………………………………..………….. 10

4. Laporan Hasil Skhir Pembelajaran …..……………..………………….... 10

C. Penutup … …………….…………………………………..………………… 13

1. Kesimpulan ……………………………………………………………… 13

DAFTAR RUJUKAN ………………………………………………………….. 14

Page 25: Pemodelan Jangka Sorong

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel Sintaks Model Pengajaran Langsung …………………………………….. 6

Tabel Ketersediaan alat Laboratorium IPA untuk KD 1.3 ……………………… 8

Tabel Hasil Penilaian Siswa Kelas VII A ……………………………………….. 11

Page 26: Pemodelan Jangka Sorong

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran

SILABUS Standar Kompetensi 1 Kompetensi Dasar 1.3 ………………………... 1

Rencana Pelaksanaan Pembelajaran ………………………………………………. 2

Foto Pelaksanaan Pembelajaran Inovasi ………………………………………….. 3

Media Bantu Penampang Jangka Sorong …………………………………………. 4

Page 27: Pemodelan Jangka Sorong

Lampiran 4

Page 28: Pemodelan Jangka Sorong

SILABUS

Sekolah : SMP Negeri 10 Probolinggo

Kelas : VII (Tujuh)

Semester : 1 (Satu)

Mata Pelajaran : Ilmu Pengetahuan Alam

Standar Kompetensi : 1. Memahami prosedur ilmiah untuk mempelajari benda-benda alam dengan menggunakan peralatan

Kompetensi

Dasar

Materi

Pokok

Kegiatan

pembelajaranIndikator Penilaian Alokasi

Waktu

Sumber

BelajarTeknik Bentuk Contoh Instrumen

1.3

Melakukan

pengukuran

dasar secara

teliti dengan

mengguna-

kan alat ukur

yang sesuai

dan sering

digunakan

dalam

Pengu

kuran

- Melakukan

pengukuran

besaran-besaran

fisika

- Mengaplikasikan

- Mengukur

besaran fisika

secara baik dan

benar dengan

menggunakan

alat ukur

- Memperhatikan

Tes

unjuk

kerja

Tes

unjuk

kerja

Uji petik

kerja

prosedur

Uji petik

kerja

produk

Jelaskan cara

mengukur luas

permukaan

telapak kakimu.

Membuat model

jam matahari

4 × 40’ Buku IPA

Terpadu

Jl.1A

(Esis)

halaman

43-66

Lampiran 1

Page 29: Pemodelan Jangka Sorong

Kompetensi

Dasar

Materi

Pokok

Kegiatan

pembelajaranIndikator Penilaian Alokasi

Waktu

Sumber

BelajarTeknik Bentuk Contoh Instrumen

kehidupan

sehari-hari

keselamatan kerja

dalam

pengukuran

dan menerapkan

keselamatan

kerja dalam

pengukuran

Tes

tertulis

Uraian Dalam mengukur

volume sebuah

batu , Tino

memerlukan alat

ukur dan bahan

apa? Jelaskan

langkah-

langkahnya agar

kegiatan yang

dilakukan baik

dan aman!

Probolinggo, 10 Juli 2008