77
MODEL PENDIDIKAN MONTESSORI Aninditya H. Andaninggar Arafani Saezarina Soe’oed Dien Nurdini Nurdin Dian Pratiwi Saraswati Fitri Arlinkasari Ratih Rizki Retinofa

Pendidikan Montessori

Embed Size (px)

DESCRIPTION

Pendidikan Montessori, khususnya di Indonesia. Slide ini berisi presentasi yang dibuat oleh teman-teman semasa kuliah, untuk mata kuliah Pendidikan Alternatif. Semoga bermanfat

Citation preview

Page 1: Pendidikan Montessori

MODEL PENDIDIKAN MONTESSORI

Aninditya H. Andaninggar

Arafani Saezarina Soe’oed

Dien Nurdini Nurdin

Dian Pratiwi Saraswati

Fitri Arlinkasari

Ratih Rizki Retinofa

Page 2: Pendidikan Montessori

SEJARAH MODEL PENDIDIKAN MONTESSORI

Page 3: Pendidikan Montessori

SEJARAH MONTESSORI (1)

Nama “Montessori” diambil dari nama pendirinya: Maria

Montessori

Lahir di Chiaravalle, Italia, 1970. Kuliah Kedokteran bidang

spesialisasi Pediatric

Pernah bekerja di rumah sakit jiwa• Mulai tertarik

dengan anak-anak berkebutuhan khusus

• Melakukan observasi untuk memahami kebutuhan anak & mengembangkan metode belajar yang sesuai

• Ternyata anak “untouchable” merespon metode belajar tsb. masalah bukan terletak di anak, tetapi dari lingkungan dan pendekatan orang dewasa

• Mulai dipanggil sebagai “Guru”

Page 4: Pendidikan Montessori

SEJARAH MONTESSORI (2)

Mendirikan sekolah Casa dei Bambini

(Children’s House) di

Roma, tahun 1907

Ditujukan untuk anak-

anak marginal bawah sebagai tempat

penitipan selama

orang tua mereka bekerja

Menciptakan lingkungan sekolah yang baik dan nyaman:• Metode

belajar dikembangkan sesuai ciri perkembangan anak

• Penyesuaian ukuran alat-alat sekolah dengan tangan anak-anak

Sekolah yang

dikembang-kan berhasil membentu

k anak menjadi

pembelajar yang rajin

Hasil observasi di

sekolah dirangkum

dalam tulisan &

teori-teori yg

kemudian berkembang menjadi

dasar program

pendidikan untuk anak-

anak

Page 5: Pendidikan Montessori

Dasar Pemikiran Montessori

Page 6: Pendidikan Montessori

Montessori memandang anak apa adanya

Menciptakan lingkungan yang memberikan penyaluran potensial tertinggi anak (fisik, spiritual, emosional, dan intelektual)

Page 7: Pendidikan Montessori

Dasar pemikiran dari 3 tokoh yaitu :

• J.J. Rousseau kunci keberhasilan dengan melihat keunikan masing2 anak dan mengajarkan hal yang konkrit

• Johann Pestalozzi sensitivitas anak harus dilatih secara terus menerus dan bertahap (sederhana menuju kompleks)

• Froebel menciptakan pendidikan formal untuk anak di bawah 6 tahun. Menggunakan permainan

Page 8: Pendidikan Montessori

Ketiga tokoh menekankan : potensi bawaan dan kemampuan anak akan berkembang sesuai dengan kondisinya, peran lingkungan hanya memberikan arahan dan bimbingan yang tepat

Page 9: Pendidikan Montessori

Montessori percaya bahwa ada hubungan kerja sama dan saling mengisi antara anak-anak dengan orang dewasa

Anak dapat memberikan contoh perilaku kepada orang dewasa yang patut ditiru

• Konsentrasi dan gigih mengerjakan pekerjaan yang menjadi pilihan

• Dapat berespon pada realitas (tanpa harus berpura-pura)

Page 10: Pendidikan Montessori

•Observasi•Kebebasan anak•Persiapan anak menghadapi lingkungan

3 prinsip penting dalam

menciptakan sistem

pendidikan :

Page 11: Pendidikan Montessori

TUJUAN MODEL PENDIDIKAN MONTESSORI

Page 12: Pendidikan Montessori

TUJUAN MODEL PENDIDIKAN MONTESSORI

Tujuan ada di dalam diri anak

Rancang bangun individu setiap manusia harus dibiarkan berkembang

• dapat memenuhi kebutuhan hidupnya • dapat menjalankan tugas kemasyarakatannya

Page 13: Pendidikan Montessori

Metode Montessori bertujuan sebagai pengantar prinsip, agar anak-anak mereka dapat memasuki kesenjangan pendidikan yang lebih tinggi dengan persiapan yang matang

• dimulai pada usia prasekolah

Membantu para orang tua dalammenerapkan pola pengajaran yang efektif bagi anak mereka

Page 14: Pendidikan Montessori

Pendekatan Montessori terhadapPerkembangan Anak

Page 15: Pendidikan Montessori

•Sensitive Periods•Absorbent Mind

2 macam alat bantu internal

dalam perkembangan

anak untuk memahami lingkungan :

(Lillard, 1972 dalam Syarif, 2001)

Page 16: Pendidikan Montessori

Sensitive Periods

Kumpulan-kumpulan waktu dalam kehidupan anak di mana ia terpikat dengan satu karakteristik dari lingkungannya dan menghilangkan yang lain-lainnya (Lillard, 1972 dalam Syarif, 2001)

Paling banyak terjadi pada usia kanak-kanak awal (Hainstock, 1997)

Perlu dikenali oleh orang dewasa untuk memfasilitasi anak dalam memahami dan menguasai lingkungannya pada puncak periode sensitif tertentu (Hainstock, 1997)

Page 17: Pendidikan Montessori

Sensitive Periods

Usia Periode Sensitif

Lahir – 3 tahunPikiran dapat menyerapPengalaman-pengalaman sensoris

1,5 – 3 tahun Perkembangan bahasa

1,5 – 4 tahunKoordinasi dan perkembangan ototMinat pada benda-benda kecil

2-4 tahunPeneguhan gerakanMinat pada kebenaran dan realitasMenyadari urutan dalam waktu dan ruang

2,5 – 6 tahun Peneguhan sensoris3 – 6 tahun Rawan pengaruh orang dewasa

3,5 – 4,5 tahun Menulis4 – 4,5 tahun Kepekaan indra

4,5 – 5,5 tahun Membaca

Page 18: Pendidikan Montessori

Absorbent Mind

Secara tidak sadar mengumpulkan informasi dari lingkungan dan mempelajarinya dengan kecepatan yang tinggi (Britton, 1992 dalam Syarif, 2001)

Orang dewasa sebaiknya mengarahkan anak dalam memperoleh informasi tanpa menghilangkan kelulasaan anak untuk mengeksplorasi lingkungannya

Merupakan proses pembentukan akal anak sampai sedikit demi sedikit ia telah membentuk ingatan (memory), kekuatan untuk memahami (understand), serta kemampuan untuk menalar (reasoning) (Lillard, 192 dalam Syarif, 2001)

Page 19: Pendidikan Montessori

Pengajar dalam Pendekatan Montessori

Pengajar dalam pendekatan Montessori directress/guide

Pendekatan yang digunakan guru Montessori tidak langsung untuk membebaskan potensi individu demi pembentukan perkembangan diri (Lillard, 1972 dalam Syarif, 2001)

Page 20: Pendidikan Montessori

Peran Guru Montessori (1)(Anna Burke Neubert, 1973)

Penyambung dinamis antara anak dengan lingkungan yang siap (prepared environment)

Pengamat sistematis terhadap anak dan seorang yang menjelaskan (interpreter) kebutuhan-kebutuhan anak

Eksperimenter, menyesuaikan dengan lingkungan untuk memenuhi persepsinya terhadap kebutuhan dan minat anak, dan secara obyektif mencatat hasilnya

Programmer, mempersiapkan lingkungan dan mempertahankannya dalam kondisi yang sempurna, menambahkan dan menghilangkan materi yang dibutuhkan

Penilai (evaluator), menentukan efektivitas pekerjaannya sendiri dan lingkungannya, menilai kemajuan tiap-tiap anak

Menghargai anak dan berperan sebagai pelindungnya

Page 21: Pendidikan Montessori

Peran Guru Montessori (2)(Anna Burke Neubert, 1973)

Penyokong (supporter), memberikan kehangatan, keamanan, stabilitas, dan penerimaan tanpa menilai kepada tiap-tiap anak

Fasilitator dalam komunikasi di antara anak-anak dan dalam usaha anak untuk berkomunikasi dengannya serta harus menjelaskan kemajuan anak dan pekerjaannya kepada orang tua, karyawan sekolah, dan kepada masyarakat

Demonstran (demonstrator), membawakan pelajaran-pelajaran secara jelas, menarik, dan relevan kepada anak

Seorang contoh konsisten yang baik dari tingkah laku yang diinginkan bagi anak, mengikuti aturan-aturan dasar kelas, menampilkan ketenangan, konsistensi, keanggunan dan sopan-santun, memberi contoh dan menghargai setiap anak

Peacemaker, secara konsisten mengajar tingkah laku sopan dan pemecahan masalah

Diagnotician, mampu menjelaskan pola penyimpangan, dan tanpa menilai menerima setiap anak

Page 22: Pendidikan Montessori

Metode PengajaranPendekatan Montessori

Page 23: Pendidikan Montessori

Metode Pengajaran

• Pendekatan Montessori memberikan kesempatan kepada anak untuk “menemukan” (discover) lingkungannya melalui permainan, percobaan

• Langkah-langkah dilakukan secara bertahap dan meningkat sedikit demi sediaakit dari yang amat sederhana sampai yang terlihat kompleks

• Pelatihan awal dalam pendekatan Motessori dilakukan melalui latihan sensoris yang mencakup latihan panca indra, terutama indra peraba

Page 24: Pendidikan Montessori

• Montessori mendidik dengan cara mengajari, bukan mengoreksi (teach by teaching, not by correcting)

• Usaha dan pekerjaan anak dihargai sebagaimana adanya

• Rapor tidak menggunakan sistem ranking, seperti angka atau nilai A, B, dan C anak-anak tidak dipicu kompetisinya

• Tidak mengenal sistem hukuman dan imbalan (reward and punishment)

Evaluasi Hasil Belajar

Page 25: Pendidikan Montessori

5 Area yang Menjadi Pusat Latihan

Kehidupan praktis

(practical life)

Penginderaan (the sensorial

area)

Kemampuan matematika

(mathematics)

Kemampuan bahasa

(language art)

Kebudayaan (cultural activies)

Page 26: Pendidikan Montessori

Kehidupan Praktis (Practical Life)

• Anak diberi kesempatan untuk meniru apa yang dilakukan oleh orang dewasa di sekitar mereka misal: menyapu, mencuci piring, membersihkan kaca, membuka dan menutup kancing atau resleting, memakai sepatu

• Anak belajar membantu diri mereka sendiri (self help) dan mengembangkan kebiasaan bekerja dengan baik

• Anak belajar bahwa semua itu dilakukankarena tanggung jawab, bukan karenamengharapkan hadiah.

Page 27: Pendidikan Montessori

Penginderaan (The Sensorial Area)

• Pengembangan panca indera dalam rangka mempersiapkan anak untuk bicara, membaca, menulis, dan aritmatika

• Anak belajar: menilai, memisahkan & membedakan dimensi, tinggi, berat, warna, suara, bau

• Anak mengembangkan bahasa dan kosa kata, kontrol otot,serta koordinasikan mata-tangan

Page 28: Pendidikan Montessori

Kemampuan Matematika (Mathematics)

• Yang dipelajari: konsep dasar kuantitas/jumlah, angka-angka yang lebih besar, operasi matematika (penjumlahan, pengurangan, perkalian, pembagian), pengukuran (seperti mengukur jarak, liter, besar kecil, dan lain-lain)

• Pengajaran: menggunakan sesuatu yang ada dalam lingkungan anak atau hal yang disenangi anak

• Angka dipelajari sebagai bagian rutinitas sehari-hari anak terbiasa menggunakan angka-angkadalam kegiatan yang dilakukannya

Page 29: Pendidikan Montessori

Kemampuan Bahasa (Language Art)

• Mencakup: pengembangan bahasalisan, tulisan, membaca, tata bahasa,dramatisasi, dan kesusesteraan anak-anak

• Bahan untuk bahasa tulisan diperkenalkan pertama kali kepada anak melalui huruf-huruf yang dapat dipindahkan lalu anak mulai diperkenalkan tentang komposisi/susunan kata, kalimat dan seluruh cerita

Page 30: Pendidikan Montessori

Kebudayaan (Cultural Activies)

• Anak-anak diperkenalkan mempelajari geografi, sejarah, IPA (tentang tumbuhan, binatang, fisika sederhana), musik, seni, tata boga (masakan khas daerah)

• Anak belajar melalui latihan individual, kelompok, dan aktivitas latihan lain (seperti diskusi) mengenai dunia sekitar mereka, pada saat ini dan masa lalu

Page 31: Pendidikan Montessori

Metode Pengajaran Montessori Anak Usia Prasekolah

Hainstock (2002) metode pengajaran untuk anak usia prasekolah menitik beratkan pada 4 area:

situasi praktis

sensoris awal

membaca dan

menulisaritmatika

Page 32: Pendidikan Montessori

Situasi Praktis

• Latihan dirancang untuk mengajari anakpada pekerjaan dalam lingkungan

• Latihan hidup praktis ini, biarkan anak:- mengamati pekerjaan yang melibatkan perawatan rumah- membantu menyelesaikan pekerjaan yang mereka inginkan- mengetahui bahwa segalanya harus dilakukan secara teratur dan bersih

• Ajari anak untuk bertanggung jawab terhadap ruangan dan barang milikinya berikanlah tugas-tugas sedaerhana yang harus dia kerjakan

• Latihan tidak hanya berkenaan dengan pekerjaan rumah, tapi juga berkenaan dengan keterampilan mengurus diri sendiri

Page 33: Pendidikan Montessori

Contoh Latihan Situasi Praktis –Mengikat Tali Sepatu

Usia 3 ½ - 5 tahunPeralatan : sepatu kulit bertali atau papan kerjaPeragaan :1) Tempatkan sepatu di atas meja di depan anak2) Lepaskan tali sepatu secara perlahan3) Talikan sepatu, dengan gerakan yang diperlambat

sehingga anak dapat melihat bagaimana arah tali sepatu berlawanan dengan yang lain melalui lubang yang berurutan

4) Sederhanakan penalian sepatu

Page 34: Pendidikan Montessori

Tujuan kegiatan :1) Melatih kemandirian anak mengenakan sepatunya

sendiri2) Mengembangkan kerja sama antara tangan-mata dan

pengendalian otot-ototKontrol kesalahan :

Jika menalikannya tidak tepat, sepatu akan tampak kacau

Page 35: Pendidikan Montessori

Sensori Awal

• Latihan sensoris (sensorial exercises) untuk mengembangkan panca indera dan mempersiapkan suatu dasar untuk bicara, menulis, dan aritmatika dengan menggunakan materi-materi sensoris

• Hal yang perlu diperhatikan :- mencermati kesesuaian usia anak dengan usia yang dituju pada setiap latihan- setiap tahap mengarah ke tahap berikutnya latihan dalam pola teratur dan progresif

Page 36: Pendidikan Montessori

PEMBELAJARAN TIGA-TAHAP

• Tujuan: membantu anak memahami materi-materi pelajaran secara lebih baik dan memungkinkan pengajar untuk melihat seberapa jauh anak menangkap dan menyerap apa yang telah pengajar tunjukkan kepadanya

• Sangat membantu anak meningkatkan perbendaharaan kata-katanya• Ketika bekerja dengan materi, tunjukkan perbedaan masing-masing benda

kepadanya dan lakukan perbandingan, misal: besar – kecil, kasar – halus, ringan – berat, banyak – sedikit, besar – lebih besar – paling besar, kecil – lebih kecil – paling kecil

Page 37: Pendidikan Montessori

Tahapan dalam PEMBELAJARAN TIGA-TAHAP:

• Tahap pertama: pengenalan identitas (recognition of identity) membuat hubungan antara benda yang sedang ditunjukkan dan namanya. “Ini adalah ____.”

• Tahap kedua: pengenalan sesuatu yang berbeda-beda (recognition of contrasts) menyakinkan bahwa anak memahami, misalnya dengan mengatakan, “Berikan saya ____.”

• Tahap ketiga: membedakan antara benda-benda yang serupa (discrimination between similar objects) tunjukkan bermacam-macam benda, kemudian katakan, “Benda apa ini?”

Page 38: Pendidikan Montessori

Membaca dan Menulis

• Persiapan menulis secara tidak langsung diperoleh dengan pengembangan dan pemantapan indera sentuhan, penglihatan, dan suara

Misal: penyempurnaan gerakan tangan dan jari-jari

(mempersiapkan anak latihan memegang pensil) kegiatan materi silinder , bangun geometri

pengembangan sensitivitas sentuhan kegiatan papan kasar dan halus, keranjang tenun, dan lain sebagainya

Page 39: Pendidikan Montessori

KegiatanSilinder dan Kotak Penyimpanan

• Usia 2 ½ - 5 tahun• Peralatan yang dibutuhkan:

Empat kotak masing-masing terdiri dari 10 silinder yang ada di dalam 10 lubang

Kotak A: tinggi sama, diameter mengecil secara gradasif

Kotak B: diameter sama, panjang menurun secara gradasif

Kotak C: diameter & tinggi menurun secara gradasif

Kotak D: diameter meningkat, panjang menurun secara gradatif

Page 40: Pendidikan Montessori

Peragaan:1) Letakkan kotak A di atas meja 2) Keluarkan silinder yang ada di dalam kotak dengan hati-hati3) Kembalikan lagi silinder-silinder secara berurut, kemudian

secara acak4) Ulangi lagi prosedur di atas untuk kotak B, C, dan D5) Buatlah posisi kotak seperti gambar di bawah

6) Selanjutnya lakukan latihan ini dengan cara menutup mata

Page 41: Pendidikan Montessori

Tujuan Kegiatan :1) Pendidikan visual dan sentuhan mengena

dimensi-dimensi yang berbeda2) Persiapan untuk memegang pensil (grip)3) Kerja sama otot-otot tangan dan bahu

Page 42: Pendidikan Montessori

KegiatanPapan Kasar dan Halus

Usia 2 ½ - 4 tahunPeralatan : 3 papan kayu persegi panjangPeragaan :1) Tunjukkan kepada anak bagaimana rasa permukaan papan,

dengan perlahan-lahan dari atas sampai bawah – dengan meraba sampai 1 ½ permukaan, kemudian pada permukaan yang lain

2) Jelaskan kepada anak: “Papan ini halus” , “Papan ini kasar”3) Tambahkan papan kedua dan ketiga secara perlahan bila anak

nampak sudah menguasai, dengan menggunakan petunjuk yang sama

4) Bila anak telah mengerti latihan ini, doronglah anak untuk melakukannya dengan mata terpejam/tertutup

Page 43: Pendidikan Montessori

Tujuan Kegiatan : Mempertajam indera perabaMengembangkan kesadaran akan strukturMengembangkan sentuhan ringan atau halus yang

diperlukan untuk menulis

Kontrol kesalahan :Ketidakmampuan membedakan tekstur-tekstur yang berbeda

Page 44: Pendidikan Montessori

Membaca

• Bunyi huruf-huruf dipelajari secara individual• Bunyi digabungkan untuk membentuk kata-kata pendek

Page 45: Pendidikan Montessori

Langkah dasar pengembangan kosakata:• Berbicaralah dengan jelas kepada anak-anak – hindari berbicara

seperti anak kecil• Ajarkan nama-nama orang dan benda dengan benar• Bacakan sesuatu kepada anak• Berikan buku-buku yang baik untuk dilihat – ingatlah bahwa

gambar-gambar merangsang imajinasi dan membawanya pada pembicaraan

• Bicaralah kepadanya• Dengarkan anak ketika dia berbicara• Biarkan mereka mendengarkan rekaman-rekaman• Doronglah anak untuk berbicara dengan anak lain dan orang

dewasa• Ketika belajar berbagai macam materi, bandingkan dan bedakan

(besar-kecil, besar-lebih besar-paling besar, dan sebagainya)• Manfaatkan pembelajaran tiga-tahap

Page 46: Pendidikan Montessori

Contoh Latihan Membaca –Abjad yang Dapat Dipindah

Usia 4 – 5 tahunPeralatan : abjad yang dapat dipindahPeragaan :1) Berilah kotak huruf kepada anak dan

bermacam-macam gambar yang disertai nama benda

2) Mintalah anak mengeja huruf satu per satu dalam kata tersebut

3) Berikan daftar kata-kata yang sudah dikenal (mis: ibu, ayah, apel, dll) dan biarkan mereka meneruskan langkah yang sama

Page 47: Pendidikan Montessori

4) Tunjukkan kotak huruf pada anak dan mintalah mereka memilih berbagai huruf. Bila mereka bisa melakukannya dengan mudah, pilihlah kata tiga huruf dan tanyakan, “Huruf apa yang kita dengan jika saya mengucapkan kata ‘ibu’?” bersamaan dengan mengatakan masing-masing huruf, minta anak untuk memilih huruf dari kotak huruf dan letakkan di depannya. Lanjutkan sampai anak dapat melakukannya sendiri

5) Begitu anak sudah menguasai lebih jauh, berikan kotak kecil berisi potongan gambar benda yang memiliki nama 3 huruf. Minta mereka meletakkan gambar benda tersebut di atas meja dan dengan huruf-huruf yang disusun di sampingnya

Page 48: Pendidikan Montessori

Tujuan Kegiatan :Belajar menganalisis huruf dalam membentuk kata-kata sebagai persiapan untuk membaca, menulis, dan mengeja

Page 49: Pendidikan Montessori

Aritmatika

• Proses belajar awal aritmatika dan angka-angka hendaknya dibangun saat anak berusia 3 tahun

• Untuk anak usia di bawah 5 tahun pemainan sederhana seperti menghitung jari kaki maupun jari tangan dapat dilakukan sebagai suatu awal pembelajaran

• Belajar aritmatika untuk anakprasekolah dibatasi dari 0 sampai 10

Page 50: Pendidikan Montessori

Langkah dalam belajar dasar aritmatika:

• Balok angka pengenalan pertama terhadap kuantitas, mengajarkan urutan angka-angka kepada anak yang sebenarnya

• Angka sandpaper belajar nama angka dan bagaimana angka tersebut ditulis

• Spindle box pertama kali berkenalan dengan angka 0 yang berarti tidak ada

Page 51: Pendidikan Montessori

Kegiatan Balok-Balok Angka

Usia 3 – 5 tahunPeralatan : Balok-balok angka Kartu-kartu kecil dengan angka 1 sampai 10 yang

dituliskan di dalamnyaPeragaan :1) Letakkan balok no. 1 pada meja dan katakan “satu”2) Letakkan lagi balok no.2 secara paralel di atas balok

no.1 dan katakan “dua”; kemudian tunjuk masing-masing angka, dan katakan “satu, dua”

Page 52: Pendidikan Montessori

3) Lakukan hal yang sama sampai balok no.10 dan jelaskan pada masing-masing bagian bahwa “dua adalah lebih besar daripada satu” dan lain sebagainya

Tujuan Kegiatan :Memperkenalkan lebih lanjut angka-angka kepada anak dan hubungan nama dengan kuantitasnya

Page 53: Pendidikan Montessori

Kegiatan Angka Sandpaper (Ampelas)

Usia 3 -5 tahunPeralatan : Angka-angka sandpaper Alat hitung (kepingan, kancing, batu, dll) sebanyak 45 buahPeragaan :1) Tunjukkan kepada anak 2 sendi pertama pada jari telunjuk

dan jari tengah. Lenturkan jari tersebut dan tunjukkan bagaimana cara kerjanya, jelaskan bahwa dua jari tersebut akan melakukan pekerjaan dalam kegiatan ini

2) Mulailah dengan angka nol, jelaskan bahwa angka ini tidak berarti apa-apa, dan telusuri angka nol dengan kedua jari

Page 54: Pendidikan Montessori

3) Katakan angka “satu”, sambil Anda meletakkan angka tersebut di lantai di sebelah angka nol. Telusuri angka satu ini dan letakkan satu alat hitung di bawahnya untuk menunjukkan bahwa angka satu lebih besar daripada nol

4) Setiap angka baru diperkenalkan, ulangi dan hitunglah: 0, 1, 2, 3, 4

5) Berikan nilai pada lambang-lambang dengan menempatkan alat hitung yang sesuai dengan angka yang dimaksud. Tunjukkan bahwa dua lebih besar dibanding satu, dan seterusnya

6) Pastikan anak mengetahui dan memahami arti angka nol sampai empat; kemudian lanjutkan dengan cara yang sama sampai angka sembilan

Page 55: Pendidikan Montessori

Tujuan Kegiatan :• Memperkenalkan angka-angka kepada anak dan

mengajari mereka hubungan antar nama angka dan kuantitas yang dimaksud

• Memperkenalkan bentuk angka dan mengajarkan bagaimana suatu angka dibentuk (menelusuri angka dengan jari)

Page 56: Pendidikan Montessori

Kegiatan Spindle Box

Usia 3 – 5 tahunPeralatan : spindle boxPeragaan :1) Keluarkan spindle (gelondong) dari semua kompartemennya2) Mulailah dengan kompartemen yang pertama, katakan dengan keras

angka yang tertulis pada kompartemen itu, kemudian letakkan kembali spindle tersebut sambil mengeluarkan angka yang dimaksud

3) Lanjutkan dengan cara yang sama untuk masing-masing kompartemen sampai semua spindle diletakkan kembali di dalam kotak

Tujuan : Mengajarkan hubungan antara angka-angka dengan kuantitas Mengenalkan angka nol

Page 57: Pendidikan Montessori

Metode Pengajaran Montessori Anak Usia Sekolah Dasar

Mencakup dua area:1) kemampuan matematika2) kemampuan bahasakedua bidang ini merupakan bidang-bidang yang

menjadi landasan dan diperlukan untuk memahami pelajaran yang diberikan di sekolah

Penguasaan anak pada dua bidang ini menunjang keberhasilan belajar di masa yang akan datang

Page 58: Pendidikan Montessori

Kemampuan Matematika

• Urutan dalam mengajarkan keterampilan matematika :1) mengajarkan nama kuantitas (misal: 1, 2, 3,….)2) mengajarkan simbol kuantitas (misal: +, −, x, ÷)3) memadukan kedua hal tersebut

• Penggunaan materi manipulatif dalam mempelajari konsep-konsep matematika dasar pada usia dini membantu anak memahami fakta dan menguasai keterampilan dasar operasi matematika

Page 59: Pendidikan Montessori

Contoh Latihan Kemampuan Matematika Papan Bilah Pengurangan

Usia 6 – 9 tahunPeralatan : Bahan-bahan papan bilah pengurangan Rangkuman tabel pengurangan Tabel pengurangan kosong untuk diisi anakPeragaan :1) Anak mengambil satu tabel pengurangan,

misalnya tabel pengurangan bilangan 52) Untuk soal 5-3, letakkan mistar putih pada papan

bilah menutupi seluruh angka di sebelah kanan bilangan 5

Page 60: Pendidikan Montessori

3) Letakkan mistar 3 biru di sebelah kiri mistar putih menyatu dengannya; jawaban yang ditunjukkan adalah 2

4) Anak mencatat hasil jawaban dan bisa mencocokkan jawabannya dengan rangkuman tabel keseluruhan

5) Lanjutkan dengan cara yang sama sampai tabel-tabel terisi seluruhnya

Tujuan : Untuk memperkenalkan anak dengan suatu kerja sistematis tabel pengurangan

Page 61: Pendidikan Montessori

Kemampuan Bahasa

• Usia ideal belajar membaca: 4 ½ - 6 tahun • Salah satu kunci penting: jangan tergesa-gesa

mengajarkan anak membaca, tunggulah sampai anak siap untuk mulai belajar membaca

• Berbagai pengalaman berbahasa yang berbeda diperlukan untuk membangun dan memperkaya dasar anak untuk belajar membaca dan menulis

• Salah satu metode membaca yang sering digunakan adalah metode fonetik

Page 62: Pendidikan Montessori

Cara praktis u/mengembangkan kemampuan bahasa anak :• Doronglah rasa ingin tahu anak sejak usia prasekolah dengan cara

menjawab pertanyaan-pertanyaan anak yang seperti tidak ada • Berikan anak kesempatan mengembangkan serta memperkuat kecakapan

bahasanya melalui pembicaraan dengan orang dewasa• Biasakan berbicara dengan tepat serta gunakan pengucapan yang akurat

dan jelas (hindari percakapan dengan menggunakan gaya bicara bayi)• Jangan takut memperkenalkan kata-kata yang tidak umum digunakan

dalam keseharian• Doronglah anak untuk berbicara dengan anak lain dan orang dewasa• Mintalah anak untuk menceritakan pengalamannya dan sekaligus

menuliskannya, kemudian bacakan kembali pengalamannya sehingga anak mulai mengembangkan konsep kata tertulis

• Luangkan waktu untuk membaca apa saja kepada anak• Kenalkan anak pada perpustakaan dan bantulah dia

menumbuhkan minatnya untuk meminjam buku

Page 63: Pendidikan Montessori

Contoh Latihan Kemampuan BahasaFonetik dan Membaca

Usia 4 ½ – 5 ½ tahunPeralatan : Kotak-kotak benda dengan kartu nama Kartu-kartu gambar Kartu-kartu kalimat Buku-buku gambar

Page 64: Pendidikan Montessori

Peragaan :Langkah 11) Letakkan sebuah kotak yang terdiri dari 6 objek

dengan kartu nama yang dapat dicocokkan, yang terdiri dari 3 atau 4 huruf

2) Letakkan objek-objek itu di atas meja3) Berilah anak sebuah kartu nama dan mintalah dia

untuk membaca dengan suara yang keras4) Mintalah anak meletakkan kartu di bawah benda

yang sesuai dengan kartu5) Teruskan cara ini hingga anak mengerti dan mampu

melatih diri

Page 65: Pendidikan Montessori

Langkah 21) Gunakan prosedur yang sama dengan kartu-kartu gambar dan

cocokan dengan kartu-kartu kata2) Kenalkan kartu-kartu gambar; mintalah anak mencocokkan kartu-

kartu kata dengan gambar; kemudian mengucapkan kata tersebut

Langkah 3Tunjukkan kartu-kartu kalimat, dan biarkan anak melihat gambar-

gambar dan membaca kalimat tersebut

Langkah 4Anak membaca kalimat-kalimat yang ada dalam buku gambar.

Tujuan : pengenalan anak akan membaca

Page 66: Pendidikan Montessori

IMPLEMENTASI PENDIDIKAN MONTESSORI DI INDONESIA

Page 67: Pendidikan Montessori

From Frobel to Montessori (1)

1840: Frobel (WN Jerman) membangun Kindergarten

Visi Frobel: anak-anak sedekat mungkin dengan alam

Kindergarten berisi kegiatan penuh mainan & nyanyian penuh kesenangan

Akhir abad 19, muncul ide dari Montessori “kemerdekaan dalam usaha pendidikan sudah terbuka”

Page 68: Pendidikan Montessori

From Frobel to Montessori (2)

Maria Montessori dikenal dg “Montessori-scholen”-nya yang kini terdapat di seluruh dunia.

Montessori mendukung Fröbel: masa anak-anak akan mempengaruhi masa dewasa yang akan datang (perkembangan anak mempengaruhi perkembangan dewasa).

1907: Montessori mendirikan “Casa dei bambini” (“rumah untuk merawat anak-anak”).

Visi Casa deibambini :agar anak-anak berada di dalam rumah perawatan selama orang tuanya bekerja di pabrik, dan pada waktu petang diambil kembali oleh orang tuanya masing-masing.

Page 69: Pendidikan Montessori

From Frobel to Montessori (3)

Sekolah Montessori berbeda dengan sekolah Taman Anak Fröbel

Taman Anak masih terbatas untuk kaum atasan dan dalam beberapa hal dianggap kurang sesuai dengan jaman pada saat Montessori.

Montessori mendapatkan penghargaan luar biasa karena hasratnya untuk memperbaiki dan menyempurnakan cara pendidikan bagi anak-anak umumnya, khususnya bagi anak-anak yang terhambat dalam perkembangan mental

Montessori memegang teguh dasar dan azas ilmu pengetahuan dalam segala penyelidikan. Berbagai percobaan telah dilakukan, sehingga pengetahuan pendidikan, teori-teori pendidikannya didasarkan bukti-bukti yang konkrit.

Page 70: Pendidikan Montessori

From Montessori to Ki Hajar Dewantara (1)

1941, Indonesia, Taman Siswa mendapat kehormatan berupa tinjauan langsung oleh ahli pendidik Montessori, namun dibatalkan karena saat itu Indonesia sedang perang melawan Belanda.

Pada tanggal 3 Juli 1922, perguruan nasional Taman Siswa, yang didirikan oleh Ki Hajar Dewantara membuka sekolah anak-anak kecil di bawah umur 7 tahun, yang dinamakan Taman Lare atau Taman Anak.

Selanjutnya “Taman Anak” “Taman Indria”: anak-anak di <7 tahun masih berada dalam periode perkembangan panca-inderanya.

Dasar tsb yang dipakai Fröbel untuk memberi bentuk, isi dan metodenya pada Kindergarten. Dasar itulah pula yang oleh Montessori digunakan untuk mewujudkan cita-cita pendidikannya bagi anak-anak.

Page 71: Pendidikan Montessori

Dasar-dasar sistem pendidikan Taman Siswa bagi anak-anak di bawah umur 7 tahun ini memodifikasi metode Fröbel dan metode Montessori, dan menyesuaikannya dengan adat Timur.

Taman Indria: awal mula terbentuknya sekolah Taman Kanak-kanak di Indonesia.

From Montessori to Ki Hajar Dewantara (2)

Page 72: Pendidikan Montessori

Montessori Kini (1)(case study: Jakarta Montessori School)

Dalam ranah pendidikan formal, model Montessori pertama kali digunakan di sekolah di Jakarta pada tahun 1981 sebagai pendidikan taman kanak-kanak dengan nama Sekolah Srikandi Montessori di bawah pimpinan Gloria Kalff

Untuk memenuhi tingginya pemintaan masyarakat atas model pendidikan Montessori, sekolah Srikandi Montessori mengembangkan sekolahnya menjadi sekolah bagi anak berusia 2-11 tahun (2 tahun hingga 6 SD)

Page 73: Pendidikan Montessori

Montessori Kini (2)

Pada tahun 1995, sekolah Srikandi Montessori berubah nama menjadi Jakarta Montessori School dengan tetap mengusung filosofi pendidikan Montessori beserta fasilitas, modul dan peralatan sekolah yang secara ekslusif diimpor langsung dari Neinhuis Montessori, Holland.

Page 74: Pendidikan Montessori

Montessori Kini (3)

Pada setiap kelas terdapat satu guru yang telah menguasai pendidikan Montessori dan seorang asisten guru

Guru harus terlebih dahulu menerima training resmi dari Montessori training center

Asisten guru harus memahami prinsip-prinsip perkembangan anak serta memiliki kemampuan mereka mengobservasi anak

Page 75: Pendidikan Montessori

Montessori Kini (4)

Saat ini, Jakarta Montessori School merupakan salah satu anggota the American Montessori Society, NYC, New York

• kemampuan bertransisi yang sangat baik • memiliki keingintahuan yang tinggi, • Sikap disiplin, inisiatif, pantang menyerah, dan sikap positif terhadap sekolah.

Berdasarkan hasil penelitian yang dikeluarkan oleh Jakarta Montessori School (JMS), siswa yang telah lulus dari JMS memiliki :

Page 76: Pendidikan Montessori

Montessori Kini (5)

Pemelajar pendidikan Montessori adalah pemelajar yang mampu beradaptasi.

Para pemelajar didorong untuk membuat keputusan bagi diri mereka sendiri sejak usia dini.

Pemelajar akan tumbuh sebagai good problem solver, decision maker & time manager

Para pemelajar Montessori di JMS juga didorong untuk saling bertukar gagasan dan mendiskusikan hasil pekerjaan mereka keterampilan berkomunikasi PENTING

Page 77: Pendidikan Montessori

Montessori Kini (6)

Pendidikan Montessori yang digunakan JMS berangkat dari prinsip :

• self-directed, • non-competitive activities, • menolong anak mengembangkan gambaran diri yang

positif (good self-images) • percaya diri dalam menghadapi tantangan serta

perubahan.