16
0 PENDIDIKAN MULTIKULTURALISME Makalah Di susun untuk memenuhi tugas Mata kuliah : Ilmu Pendidikan Dosen pengampu : Abdul Khobir, M.Ag. Disusun Oleh: Kelompok 12 ( Pinus ) 1. Eka Fatma Novianti (2021114022) 2. Nilty Shofiyya (2021114060) 3. M. Wahyu Setiawan (2021114197) 4. Amirul Mu’minin (2021114220) Kelas: B PRODI PAI JURUSAN TARBIYAH SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI (STAIN) PEKALONGAN 2016

Pendidikan Multikulturalisme

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: Pendidikan Multikulturalisme

0

PENDIDIKAN MULTIKULTURALISME

Makalah

Di susun untuk memenuhi tugas

Mata kuliah : Ilmu Pendidikan

Dosen pengampu : Abdul Khobir, M.Ag.

Disusun Oleh:

Kelompok 12 ( Pinus )

1. Eka Fatma Novianti (2021114022)

2. Nilty Shofiyya (2021114060)

3. M. Wahyu Setiawan (2021114197)

4. Amirul Mu’minin (2021114220)

Kelas: B

PRODI PAIJURUSAN TARBIYAH

SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI(STAIN) PEKALONGAN

2016

Page 2: Pendidikan Multikulturalisme

i

KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah Swt., yang telah melimpahkan

taufiq, hidayah dan inayah-Nya, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah

yang berjudul “Pendidikan Multikultural”. Salawat dan salam senantiasa

tercurah kepada Nabi Muhammad Saw., sahabatnya, keluarganya, serta segala

umatnya hingga yaumil akhir.

Makalah ini disusun guna menambah wawasan pengetahuan terkait

sejarah, pengertian, esensi-esensi, dan nilai-nilai yang terdapat dalam pendidikan

Multikultural. Makalah ini disajikan sebagai bahan materi dalam diskusi mata

kuliah Ilmu Pendidikan STAIN Pekalongan.

Penulis menyadari bahwa kemampuan dalam penulisan makalah ini jauh

dari kata sempurna. Penulis sudah berusaha dan mencoba mengembangkan dari

beberapa referensi mengenai sumber materi yang saling berkaitan. Apabila

dalam penulisan makalah ini ada kekurangan dan kesalahan baik dalam

penulisan dan pembahasannya maka penulis dengan senang hati menerima

kritik dan saran dari pembaca.

Akhir kata, semoga makalah yang sederhana ini dapat bermanfaat bagi

penulis dan pembaca yang budiman. Amin yaa robbal ‘alamin.

Pekalongan, Maret 2016

Penulis

Page 3: Pendidikan Multikulturalisme

ii

FILOSOFI POHON PINUS

Batang kayu yang berdiri tegak lurus menjulang tinggi dengan sangat jarang

kita temukan yang bengkok dan bercabang. Layaknya seseorang yang memiliki

pendirian yang kuat, tujuan dan pandangan hidup yang lurus, tidak mudah berpuas

diri akan apa yang telah ia capai. Namun ia tetap terus menggapai cita-cita

setinggi-tingginya dan dia tetap kokoh pada pendiriannya, tanpa terhambat lika-

liku dan tanpa terhiraukan dengan banyaknya tawaran hidup.

Hidup yang ia jalani tak berbeda, tetap semangat disepanjang usianya.

Selama masih dalam keadaan hidup, tidak mengenal musim dan tanpa terikat

waktu (umur) muda ataupun tua daun pinus tetaplah hijau (ever green).

Pohon pinus juga dijadikan lambang kekuatan cinta di Korea. mereka

mengartikan bahwa itu adalah simbol cinta yang lurus dan tidak bercabang-cabang

dan daun pohon pinus itu diibaratkan cinta yang tidak pernah berakhir.1

1 Moh Khoirunnasihin , Filosofi Pohon Pinus, http://abiyunashihin.blogspot.co.id/2015/06/filosofi-pohon-pinus.html, diakses pada 24 Maret 2016 pukul 21.28 Wib.

Page 4: Pendidikan Multikulturalisme

iii

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR...................................................................................................i

FILOSOFI POHON PINUS ........................................................................................ii

DAFTAR ISI ...............................................................................................................iii

BAB I PENDAHULUAN ............................................................................................1

A. Latar Belakang Masalah...................................................................................1

B. Rumusan Masalah ............................................................................................1

C. Metode Pemecahan Masalah ............................................................................2

D. Sistematika Penulisan Makalah ........................................................................2

BAB II PEMBAHASAN..............................................................................................3

A. Sejarah Multikulturalisme ................................................................................3

B. Pengertian Pendidikan Multikultural................................................................4

C. Prinsip –prinsip Pendidikan Multikultural.......................................................5

D. Esensi Pendidikan Multikultural dalam Ajaran Islam ......................................6

E. Pendidikan Multikultural dalam Masyarakat Plural .........................................7

F. Nilai-nilai Utama, Penerapan dan Tujuan Pendidikan Islam multikultural di Indonesia ..........................................................................................................8

BAB III PENUTUP...................................................................................................11

DAFTAR PUSTAKA.................................................................................................12

Page 5: Pendidikan Multikulturalisme

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang MasalahIndonesia merupakan negara kepulauan terbesar di dunia yang di dalamnya

terdapat banyak kultur budaya. Banyaknya kultur kebudayaan ini menjadi

kebanggaan tersendiri bagi negara Indonesia dan menjadi identitas bangsa

Indonesia.

Dalam pandangan pendidikan multikultural, setiap individu memiliki hak

yang sama dalam menjalankan kehidupan tanpa terkecuali. Dengan demikian

setiap individu diharapkan untuk bisa menghargai orang lain, apapun perbedaan

yang ada di antara mereka. Keberagaman kultur diharapkan bukan menjadi

masalah tetapi justru sebagai perantara dalam menjalin hubungan antar etnis, suku,

dan umat beragama dalam menggapai kesejahteraan bersama tanpa mengganggu

satu sama lain dan demi terwujudnya keadilan sosial yang berpegang teguh pada

sikap saling toleransi.

B. Rumusan MasalahBerdasarkan latar belakang masalah di atas, maka rumusan masalah dalam

makalah ini adalah :

1. Bagaimana Sejarah Multikulturalisme ?

2. Apa Pengertian Pendidikan Multikulturalisme ?

3. Apa saja Prinsip –prinsip Pendidikan Multikultural ?

4. Apa saja Esensi Pendidikan Multikultural dalam Ajaran Islam ?

5. Bagaimana Pendidikan Multikultural dalam Masyarakat Plural ?

6. Apa saja Nilai-nilai utama, Penerapan dan Tujuan Pendidikan Islam

multikultural di Indonesia ?

Page 6: Pendidikan Multikulturalisme

2

C. Metode Pemecahan MasalahMetode pemecahan masalah yang dilakukan melalui studi literatur/metode

kajian pustaka, yang dengan menggunakan beberapa referensi buku atau dari

referensi lainnya yang merujuk pada permasalahan yang dibahas. Langkah-

langkah pemecahan masalahnya dimulai dengan menentukan masalah yang akan

dibahas dengan melakukan perumusan masalah, melakukan langkah-langkah

pengkajian masalah, penentuan tujuan dan sasaran, perumusan jawaban

permasalahan dari berbagai sumber, dan penyintesisan serta pengorganisasian

jawaban permasalahan.

D. Sistematika Penulisan MakalahMakalah ini ditulis tiga bagian, meliputi: Bab I, bagian pendahuluan yang

terdiri dari: latar belakang masalah, perumusan masalah, metode pemecahan

masalah, dan sistematika penulisan makalah; Bab II, adalah pembahasan; Bab III,

bagian penutup yang terdiri dari simpulan dan saran-saran.

Page 7: Pendidikan Multikulturalisme

3

BAB II

PEMBAHASAN

A. Sejarah Multikulturalisme

Secara historis, sejak jatuhnya Presiden Suharto dari kekuasaan yang

kemudian diikuti dengan masa yang disebut sebagai “era reformasi”, kebudayaan

Indonesia cenderung mengalami disentegrasi. Dalam pandangan Azrumarda Azra,

bahwa krisis moneter, ekonomi dan politik yang bermula sejak akhir 1997, dan

pada waktu itu juga terjadi krisis sosio- kultural di dalam kehidupan bangsa dan

Negara.

Krisis sosial budaya yang meluas ini dapat disaksikan dikalangan

masyarakat kita, misalnya : disintegrasi sosial-politik yang bersumber dari euforia

kebebasan yang nyaris kebablasan; lenyapnya kesabaran sosial (social temper)

dalam menghadapi realitas kehidupan yang semakin sulit sehingga mudah

mengamuk dan melakukan berbagai tindakan kekerasan dan anarki ; merosotnya

penghargaan dan kepatuhan terhadap hukum, etika, moral, dan kesantunan sosial ;

semakin meluasnya penyebaran narkotika dan penyakit-penyakit sosial lainnya ;

berlanjutnya konflik dan dan kekerasan yang bersumber atau sedikitnya bernuansa

politis, etnis dan agama seperti terjadi di Aceh, Kalimantan Barat dan Tengah,

Maluku Sulawesi Tengah, dan lain-lain.

Krisis sosial-budaya kita semakin merabak seiring dengan meningkatnya

ekspansi khususnya Amerika sebagai akibat globalisasi yang terus tidak

terbendun. Berbagai ekspresi sosial budaya yang sebenarnya “ alien” (asing), yang

tidak memiliki basis dan presiden kulturalnya dalam masyarakat kita, semakin

menyebar dalam masyarakat kita sehingga memunculkan kecenderungan-

Page 8: Pendidikan Multikulturalisme

4

kecenderungan “ gaya hidup” baru yang tidak selalu sesuai dengan kondisi bagi

kehidupan sosial budaya masyarakat dan budaya.2

B. Pengertian Pendidikan Multikultural

Multikultural berasal dari dua kata yaitu Multi dan Kultur, multi berarti

banyak sedangkan kultur berarti budaya.

Menurut pendapat Andersen dan Chuser (1994:230), bahwa pendidikan

multikultural dapat diartikan sebagai pendidikan mengenai keragaman

kebudayaan.

Kemudian James Banks (1993:3) mendefinisikan pendidikan multikultural

sebagai pendidikan untuk people of color. Artinya, pendidikan multikultural ingin

mengeksplorasi perbedaan sebagai keniscayaan (anugrah tuhan/sunnatullah).

Menurutnya, bahwa pendidikan multikultural memiliki beberapa dimensi yang

saling berkaitan satu sama lain : pertama, content integration yaitu

mengintegrasikan berbagai budaya dan kelompok untuk mengilutrasikan konsep

dasar generalisasi dan teori dalam mata pelajaran/disiplin ilmu. Kedua, the

knowledge construction process, yaitu membawa siswa untuk memahami

implikasi budaya dalam sebuah mata pelajaran (disiplin). Ketiga, an equity

paedagogy yaitu menyesuaikan metode pengajaran dalam cara belajar siswa yang

beragam baik dari segi ras, budaya (culture) ataupun sosial (social). Keempat,

prejudice reduction, yaitu mengidentifikasi karakteristik ras siswa dan

menentukan metode pengajaran mereka.3

Sejalan dengan pemikiran di atas, Muhaemin el-Ma’hady berpendapat,

bahwa secara sederhana pendidikan multikultural dapat didefinisikan sebagai

pendidikan tentang keragaman kebudayaan dalam meresponi perubahan

demografis dan kultural lingkungan masyarakat tertentu atau bahkan dunia secara

keseluruhan (global).

2 Choirul Mahfud, Pendidikan Multikultural (Yogyakarta : Pustaka Pelajar, 2006), hlm. 81-823 Ibid., hlm. 175-175

Page 9: Pendidikan Multikulturalisme

5

Jadi, dapat dipahami bahwa pendidikan multikultural menghendaki adanya

pengakuan terhadap keragaman dan perbedaan secara kultur sehingga dalam

interaksi sesama manusia dapat terjalin secara harmonis, dan untuk membentuk

masyarak multikultural Indonesia yang sehat tidak bisa secara taken for granted

atau trial and error. Sebaliknya harus diupayakan secara sistematis, progmatis,

integrated dan berkesinambungan. Salah satu langkah yang paling strategis dalam

hal ini adalah melalui pendidikan multikultural yang diselenggarakan seluruh

lembaga pendidikan, baik formal ataupun non formal, dan bahkan informal dalam

masyarakat luas.4

C. Prinsip –prinsip Pendidikan Multikultural

Terdapat tiga prinsip pendidikan multikultural yang dikemukakan oleh

Tilaar (2004) : pertama, pendidikan multikultural didasarkan pada pedagogik

kesetaraan manusia (equity pedagogy). Kedua, pendidikan multikultural ditujukan

kepada terwujudnya manusia Indonesia yang cerdas dan mengembangkan pribadi-

pribadi Indonesia yang menguasai ilmu pengetahuan dengan sebaik-baiknya.

Ketiga, prinsip globalisasi tidak perlu ditakuti apabila bangsa ini megetahui arah

serta nilai-nilai baik dan buruk yang dibawanya.

Ketiga prinsip pendidikan multikultural yang dikemukakan Tilaar di atas

sudah dapat menggambarkan bahwa arah dari wawasan multikulturalisme adalah

untuk menciptakan manusia yang terbuka terhadap segala macam perkembangan

zaman dan keragaman berbagai aspek dalam kehidupan modern.5

4 Zakiyuddin Baidhawy, Pendidikan Agama Berwawasan Multikultural ( Jakarta : Erlangga, 2005)

5 Abd Aziz Albone, Pendidikan Islam dalam Perspektif Multikulturalisme ( Jakarta : PT Saadah Cipta Mandiri, 2006), hlm. 142.

Page 10: Pendidikan Multikulturalisme

6

D. Esensi Pendidikan Multikultural dalam Ajaran Islam

Esensi multikultural menghendaki pengakuan dan penghormatan terhadap

orang lain yang berbeda ras, suku, bahasa, adat istiadat, bahkan agama sekalipun.

Secara dogmatis, esensi multikultural dapat dilihat dari berbagai hal, antara lain :

1. Manusia memiliki kedudukan yang sama di sisi Allah, yang membedakan

adalah kualitas ketakwaannnya ( Qs. Al-Hujarat/49 ayat 13).

Sementara kualitas ketakwaan seseorang itu bersifat abstrak dan hanya

diketahui Allah secara pasti. Jika demikian halnya, tidak ada hak bagi seseorang

untuk memvonis sesamanya sebagai orang yang tidak bertakwa kepada Allah.

Tidak pula hak seseorang untuk menentukan bahwa dirinya lebih baik dari

orang lain. Adanya paradigma semacam ini akan berimplikasi kepada sikap

menghormati dan menolong sesama manusia. Maka perbedaan yang disebabkan

oleh suku, bahasa , adat istiadat, dan status sosial tidak menjadikan kedudukan

seseorang lebih tinggi dari yang lainnya.

2. Umat Islam diperintahkan untuk senantiasa berbuat baik dan menegakkan

keadilan meskipun kepada non muslim ( Qs. Al- Mumtahanah/60: 8)

Tidak ada alasan bagi umat Islam untuk berlaku zhalim, subjektif, atau

bersikap sewenang-wenang terhadap non muslim, meskipun secara akidah

jelas-jrlas berbeda. Bahkan secara radikal Ali bin Abu Thalib pernah

mengataka,” Tuhan akan menegakkan negara yang adilmeskipun kafir, dan

akan menghancurkan negara yang zhalim meskipun Islam”.

3. Islam mengajarkan bahwa orang yang berhubungan baik secara vertikal (habl

min Allah) dan berhubungan baik secara horizontal (habl min al-nas) akan

terhindar dari kehinaan. (Qs. Ali-Imron/3: 112).6

Al-Maraghi menegaskan bahwa hubungan ini menuntut kebersamaan dalam

kehidupan. Mereka membutuhkan kita dan kita membutuhkan mereka dalam

6 Ibid., hlm 223-224.

Page 11: Pendidikan Multikulturalisme

7

beberapa hal. Dan memang Nabi Muhammad Saw sendiri memperlakukan

mereka dengan baik dalam muamalah.

E. Pendidikan Multikultural dalam Masyarakat Plural

Indonesia termasuk salah satu Negara multikultural terbesar di dunia. Saat

ini jumlah yang ada di wilayah Indonesia mencapai 13.000 pulau besar maupun

kecil dengan populasi penduduk lebih dari 200 jiwa yang terdiri dari sekitar 300

suku dan 200 bahasa yang berbeda. Selain itu, Indonesia juga merupakan negara

multirelegius, karena penduduknya menganut beragam agama, yakni Islam,

Katolik, Kristen Protestan, Hindu, Budha, Konghuchu, serta berbagai macam

aliran kepercayaan.

Kemajemukan bangsa Indonesia tersebut selain merupakan Khazanah

kekayaan budaya nasional dan kekuatan bangsa, bisa juga menimbulkan berbagai

problematika atau persoalan. Korupsi, kolusi, nepotisme, konflik politik,

saparatisme, kerusuhan antaretnis dan agama, dan lainnya, merupakan bentuk

nyata dari fenomena multikulturalisme tersebut.

Pendidikan merupakan sarana yang efektif dalam menanamkan semangat

multikulturalisme positif melalui model pendidikan multikultural. Sebab,

pendidikan multikultural diyakini mampu memberi alternatif strategi pendidikan

yang berbasis pada pemantapan keragaman dan kemajemukan masyarakat,

khususnya pada diri siswa, seperti timbulnya rasa dan sikap saling menghargai dan

menghormati keragaman etnis, budaya, bahasa, agama, status sosial, jender,

umum, kemampuan, dan ras, sedemikian rupa sehingga dalam diri siswa dapat

tumbuh sikap saling menghargai perbedaan (agree in disagreement), dan dapat

hidup saling berdampingan satu dengan yang lain (to live together). Dengan

demikian, model pendidikan multikultural ini menjadi penting diterapkan dalam

praktek pendidikan di berbagai jalur, jenis, dan jenjang pendidikan, agar dapat

Page 12: Pendidikan Multikulturalisme

8

meningkatkan kesadaran para siswa untuk selalu berprilaku humanis, demokratis,

dan multikulturalis.7

F. Nilai-nilai Utama, Penerapan dan Tujuan Pendidikan Islam multikultural di

Indonesia

Kategori Nilai Multikultural dalam Islam

1. Tauhid: mengesakan tuhan. Pandangan hidup manusia

bertujuan untuk merealisasi konsep keesaan tuhan dalam

hubungan antar sesama manusia. Tuhan merupakan sumber

utama bagi umat manusia, karenanya sesama manusia adalah

bersaudara (ukhuwah basyariyah).

2. Ummah: Hidup bersama. Semua orang memiliki akses yang

sama untuk tinggal di jagad raya ini, saling berdampingan,

dan mengikat hubungan sosial dalam sebuah kelompok,

komunitas, masyarakat, atau bangsa.

3. Rahmah: Kasih sayang, yakni perwujudan sifat-sifat tuhan

yang maha pengasih lagi maha penyayang kepada manusia

yang di ciptakan oleh tuhan untuk berinteraksi dan

berkomunikasi satu sama lain atas dasar semangat saling

mengasihi dan peduli.

Nilai-nilai

Utama

4. Al- Musawah, taqwa (egalitarianism): bahwa semua manusia

adalah bersaudara dan mendapat perlakuan yang sama

dihadapan Allah SWT. Meskipun berbeda jenis kelamin,

gender, ras, warna kulit dan agama.

Penerapan1. Ta’aruf, ihsan yaitu (saling mengenal dan berbuat baik) yaitu

kesadaran dan keinginan untuk tinggal bersama,

7 Rachman Assegaf, Filsafat Pendidikan Islam (Jakarta : PT Raja Grafindo Persada, 2011), hlm. 309-310.

Page 13: Pendidikan Multikulturalisme

9

berdampingan dengan yang lain yang berbeda budaya, etnis

dan agama, agar dicapai wawasan etnis yang luas, saling

bekerja sama, saling memberi dan menerima, serta siap

berkurban

2. Tafahum (saling memahami) yaitu kesadaran bahwa nilai-

nilai mereka adalah berbeda.bahwa kita saling melengkapi

satu sama lain dan memberi kontribusi dan hubungan yang

dinamis terhadap pihak lain.

3. Fastabiqul khairot (berlomba-lomba dalam kebaikan) yaitu

persamaan dan perbedaan dapat mendukung terjalinnya

komunikasi dan kompetisi antar individu dan kelompok untuk

memperoleh harga diri dan mutu pada semua aspek kehidupan

sosial.

4. saling mempercayai yaitu untuk menjaga sikap mempercayai

dalam hubungan antarsesama manusia.

5. Husnuzhan yaitu Agar memiliki pikiran positif berarti

haruslah awas dalam menghakimi seseorang dalam suatu

permasaalahan.

6. Tasamuh, toleransi Artinya menerima kebebasan beragam dan

berekspresi serta menghormati keragaman dalam agama,

budaya, dan etnis.

7. ‘afw, maghfiroh yaitu memberikan maaf yang berarti

melupakan semua bentuk penyiksaan, kejahatan, dan

perbuatan salah. Pemberi ampunan berarti dua hal, yakni

memaafkan pada saat kita punya kekuatan untuk membalas

dendam, dan meminta maaf disaat kita tak punya untuk

membalas.

8. Takrim, saling menghormati artinya saling menghormati

Page 14: Pendidikan Multikulturalisme

10

merupakan nilai-nilai universal yang ada di dalam semua

agama dan budaya dimana kita dapat mempersiapkan diri kita

untuk mendengarkan pendapat dan perspektif yang berbeda,

juga untuk menghormati nama baik (kemuliaan) dari berbagai

individu maupun kelompok.

9. Sulh, perdamaian atau rekonsiliasi yakni jalan yang terpilih

untuk mengumpulkan konsep kebenaran, ampunan dan

keadilan setelah kekerasan terjadi.

10. Islah atau resolusi konflik yaitu penekanan pada kekuatan

hubungan antara dimensi psikologis dan kehidupan politik

masyarakat melalui kesaksian bahwa penderitaan individu

atau kelompok tentulah akan tumbuh dengan cepat bilamana

kita tidak memahami, mengampuni, dan menyelesaikan

konflik.

1. Silah, yakni membangun perdamaian, menjaga perdamaian

dan membuat perdamaian.

2. Layyin, yakni lemah lembut atau budaya anti kekerasan.

Yakni perilaku , perkataan, sikap, serta berbagai struktur dan

sistemyang memelihar dan menjag fisik, mental sosial, dan

menjadi aman dan damai.Tujuan

3. ‘adl atau keadilan, yaitu membuat keseimbangan yang

membuat ras peduli, saling berbagi, serta sikap moderat

dalam merespon perbedaan, jujur dan terbuka dalam segala

sudut pandang atau perbuatan.8

8 Ibid., hlm. 310-314.

Page 15: Pendidikan Multikulturalisme

11

BAB III

PENUTUP

Dari paparan di atas, keberagaman budaya adalah sebuah keniscayaan dalam

hidup. Kehidupan yang tenang dan damai di antara bermacam perbedaan dalam

bermasyarakat perlu disosialisasikan agar benar-benar terwujud, salah satunya

melalui pendidikan multikultural. Pendidikan multikultural pada dasarnya tidak

bertentangan dengan ajaran Islam, khususnya al-Qur’an yang menjadi pedoman

bagi umat Islam. Keanekaragaman yang ada justru menjadi kekayaan intelaktual

untuk dikaji, sebagaimana beberapa ayat al-Qur’an yang menjelaskan hal tersebut.

Dengan pendidikan multikultural diharapkan setiap individu atau kelompok bisa

menerima dan menghargai setiap perbedaan, hidup berdampingan dengan damai

dan tenang walaupun berbeda-beda. Sehingga terbentuk sebuah negara dan bangsa

yang harmonis, damai, dan sejahtera untuk memperkokoh identitas nasional.

Page 16: Pendidikan Multikulturalisme

12

DAFTAR PUSTAKA

Assegaf , Abd Rachman. 2011. Filsafat Pendidikan Islam . Jakarta : PT

RajaGrafindo Persada.

Albone, Abd Aziz . 2006. Pendidikan Islam dalam Perspektif Multikulturalisme .

Jakarta : PT Saadah Cipta Mandiri.

Baidhawy, Zakiyuddin. 2005. Pendidikan Agama Berwawasan Multikultural. Jakarta:

Erlangga.

Mahfud, Choirul. 2006 Pendidikan Multikultural. Yogyakarta : Pustaka Pelajar.

Khoirunnasihin, Moh. Filosofi Pohon Pinus.

http://abiyunashihin.blogspot.co.id/2015/06/filosofi-pohon-pinus.html. Diakses

pada 24 Maret 2016 pukul 21.28 Wib.