10
BAB II PEMBAHASAN 2.1 PENGERTIAN DAN IMPLEMENTASI SERTIFIKASI Sertifikasi adalah proses pemberian sertifikat pendidik kepada guru. Sertifikat pendidik ini diberikan kepada guru yang memenuhi standar profesional guru. Standar profesioanal guru tercermin dari uji kompetensi. Uji kompetensi dilaksanakan dalam bentuk penilaian portofolio. Penilaian portofolio merupakan pengakuan atas pengalaman profesional guru dalam bentuk penilaian terhadap kumpulan dokumen yang mendeskripsikan kualifikasi akademik, pendidikan dan pelatihan, pengalaman mengajar, perencanaan dan pelaksanaan pembelajaran, penilaian dari atasan dan pengawas, prestasi akademik, karya pengembangan profesi, keikutsertaan dalam forum ilmiah, pengalaman organisasi di bidang kependidikan dan sosial, dan penghargaan yang relevan. Ternyata implementasi sertifikasi guru dalam bentuk penilaian portofolio ini kemudian menimbulkan 4

Pengaruh sertifikasi Terhadap mutu pendidikan bab II by HELDY ERISTON

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: Pengaruh sertifikasi Terhadap mutu pendidikan bab II by HELDY ERISTON

BAB II

PEMBAHASAN

2.1 PENGERTIAN DAN IMPLEMENTASI SERTIFIKASI

Sertifikasi adalah proses pemberian sertifikat pendidik kepada guru.

Sertifikat pendidik ini diberikan kepada guru yang memenuhi standar profesional

guru. Standar profesioanal guru tercermin dari uji kompetensi. Uji kompetensi

dilaksanakan dalam bentuk penilaian portofolio. Penilaian portofolio merupakan

pengakuan atas pengalaman profesional guru dalam bentuk penilaian terhadap

kumpulan dokumen yang mendeskripsikan kualifikasi akademik, pendidikan dan

pelatihan, pengalaman mengajar, perencanaan dan pelaksanaan pembelajaran,

penilaian dari atasan dan pengawas, prestasi akademik, karya pengembangan

profesi, keikutsertaan dalam forum ilmiah, pengalaman organisasi di bidang

kependidikan dan sosial, dan penghargaan yang relevan.

Ternyata implementasi sertifikasi guru dalam bentuk penilaian portofolio

ini kemudian menimbulkan polemik baru. Banyak para pengamat pendidikan

yang menyangsikan keefektifan pelaksanaan sertifikasi dalam rangka

meningkatkan kinerja guru. Bahkan ada yang berhipotesis bahwa sertifikasi dalam

bentuk penilaian portofolio tak akan berdampak sama sekali terhadap peningkatan

kinerja guru, apalagi dikaitkan dengan peningkatan mutu pendidikan nasional.

Apa yang menjadi keprihatinan banyak pihak ini dapat dimaklumi. Hal ini

dikarenakan pelaksanaan sertifikasi dalam bentuk penilaian portofolio tidak lebih

dari penilaian terhadap tumpukan kertas. Kelayakan profesi guru dinilai

berdasarkan tumpukan kertas yang mampu dikumpulkan. Padahal untuk membuat

tumpukan kertas itu pada zaman sekarang amatlah mudah. Tidak mengherankan

4

Page 2: Pengaruh sertifikasi Terhadap mutu pendidikan bab II by HELDY ERISTON

5

jika kemudian ada beberapa kepala sekolah yang menyetting berkas portofolio

guru di sekolahnya tidak mencapai batas angka kelulusan. Mereka berharap guru-

guru tersebut dapat mengikuti diklat sertifikasi. Dengan mengikuti diklat

sertifikasi, maka akan banyak ilmu baru yang akan didapatkan secara cuma-cuma.

Dan pada gilirannya, ilmu yang mereka dapatkan di diklat sertifikasi akan

diterapkan di sekolah atau di kelas.

Hipotesis bahwa pelaksanaan sertifikasi dalam bentuk penilaian portofolio

tidak akan berdampak sama sekali terhadap peningkatan mutu pendidikan

nasional terasa akan menjadi kenyataan bila dibandingkan dengan pelaksanaan

sertifikasi di beberapa negara maju, khususnya dalam bidang pendidikan. Hasil

studi Educational Testing Srvice (ETS) yang dilakukan di delapan negara

menunjukkan bahwa pola-pola pembinaan profsesionalisme guru di negara-negara

tersebut dilakukan dengan sangat ketat. Sebagai contoh, Amerika Serikat dan

Inggris yang menerapkan sertifikasi secara ketat bagi calon guru yang baru lulus

dari perguruan tinggi. Di kedua negara tersebut, setiap orang yang ingin menjadi

guru harus mengikuti ujian untuk memperoleh lisensi mengajar. Ujian untuk

memperoleh lisensi tersebut terdiri dari tiga praksis, yaitu tes keterampilan

akademik yang dikenakan pada saat seseorang masuk program penyiapan guru,

penilaian terhadap penguasaan materi ajar yang diterapkan pada saat yang

bersangkutan mengikuti ujian lisensi, dan penilaian performa di kelas yang

diterapkan pada tahun pertama mengajar.

2.2 UNDANG-UNDANG GURU DAN DOSEN

Indonesia pada tahun 2005 telah memiliki Undang-Undang Guru dan

Dosen, yang merupakan kebijakan untuk intervensi langsung meningkatkan

kualitas kompetensi guru lewat kebijakan keharusan guru memiliki kualifikasi

Strata 1 atau D4, dan memiliki sertifikat profesi. Dengan sertifikat profesi ini pula

guru berhak mendapatkan tunjangan profesi sebesar 1 bulan gaji pokok guru. Di

samping UUGD juga menetapkan berbagai tunjangan yang berhak diterima guru

Page 3: Pengaruh sertifikasi Terhadap mutu pendidikan bab II by HELDY ERISTON

6

sebagai upaya peningkatan kesejahteraan finansial guru. Kebijakan dalam UUGD

ini pada intinya adalah meningkatkan kualitas kompetensi guru seiring dengan

peningkatkan kesejahteraan mereka.

2.3 KOMPETENSI GURU

Kompetensi profesi pendidik meliputi kompetensi pedagogik, kompetensi

kepribadian, kompetensi profesional, dan kompetensi sosial. Kompetensi guru

merupakan perpaduan antara kemampuan personal, keilmuan, teknologi, sosial,

dan spiritual yang secara kaffah membentuk kompetensi standar profesi guru,

yang mencakup:

1. Penguasaan materi, yang meliputi pemahaman karakteristik dan substansi

ilmu sumber bahan pembelajaran, pemahaman disiplin ilmu yang

bersangkutan dalam konteks yang lebih luas, penggunaan metodelogi ilmu

yang bersangkutan untuk mempverivikasi dan memantpkan pemahaman

konsep yang dipelajari, serta pemahaman manajemen pembelajaran.

2. Pemahaman terhadap peserta didik meliputi berbagai karakteristik, tahap-

tahap perkembangan dalam berbagai aspek dan penerapanya (kognitif,

afektif, dan psikomotor) dalam mengoptimalkan perkembangann dan

pembelajaran.

3. Pembelajaran yang mendidik, yang terdiri atas pemahaman konsep dasar

proses pendidikan dan pembelajaran bidang studi yang bersangkutan, serta

penerpanya dalam pelaksanaan dan pengembangan pembelajaran.

4. Pengembangan kepribadian profesionalisme, yang mencakup pengem-

bangan intuisikeagamaan yang berkepribadian, sikap dan kemampuan

mengaktualisasikan diri, serta sikap dan kemampuan mengembangkan

profesionalisme kependidikan. Selain standar kompetensi profesi di atas,

guru juga perlu memiliki standar mental, moral, sosial, spiritual,

intelektual, fisik, dan psikis.Hal ini dipandang perlu karena dalam

Page 4: Pengaruh sertifikasi Terhadap mutu pendidikan bab II by HELDY ERISTON

7

melaksanakan tugasnya guru diibaratkan sebagai pembimbing perjalanan

(guide of journey) yang bertanggung jawab atas kelancaran perjalanan

berdasarkan pengetahuan dan pengalamannya.

2.4 SERTIFIKASI PROFESI GURU

Undang-Undang Guru dan Dosen merupakan suatu ketetapan politik

bahwa pendidik adalah pekerja profesional, yang berhak mendapatkan hak-hak

sekaligus kewajiban profesional. Dengan itu diharapkan, pendidik dapat

mengabdikan secara total pada profesinya dan dapat hidup layak dari profesi

tersebut.

Dalam UUGD ditentukan bahwa seorang pendidik wajib memiliki:

1. Kualifikasi akademik dan kompetensi pendidik sebagai agen pembelajaran.

2. Kualifikasi akademik diperoleh melalui pendidikan tinggi program sarjana (S1)

atau program diploma empat (D-IV) yang sesuai dengan tugasnya sebagai guru

untuk guru dan S-2 untuk dosen.

3. Kompetensi profesi pendidik meliputi kompetensi pedagogik, kompetensi

kepribadian, kompetensi profesional, dan kompetensi sosial.

Pengertian profesi pendidik tersebut dapat digambarkan sebagai berikut:

a. Kompetensi Pedagogik

Kompetensi pedagogik adalah kemampuan mengelola pembelajaran

peserta didik yang meliputi pemahaman terhadap peserta didik,

perancangan dan pelaksanaan pembelajaran, evaluasi hasil belajar, dan

pengembangan peserta didik untuk mengaktualisasikan berbagai potensi

yang dimilikinya.

Page 5: Pengaruh sertifikasi Terhadap mutu pendidikan bab II by HELDY ERISTON

8

b. Kompetensi Kepribadian

Kompetensi kepribadian adalah kompetensi yang harus dimiliki oleh

setiap pendidik yaitu kepribadian yang mantap, stabil, dewasa, arif, dan

berwibawa, menjadi teladan bagi peserta didik, dan berakhlak mulia.

c. Kompetensi Sosial

Kompetensi sosial adalah kemampuan pendidik berkomunikasi dan

berinteraksi secara efektif dengan peserta didik, sesama pendidik, tenaga

kependidikan, orangtua/wali peserta didik, dan masyarakat.

d. Kompetensi Profesianal

Kompetensi professional adalah kemampuan pendidik dalam penguasaan

materi pembelajaran secara luas dan mendalam yang memungkinkannya

membimbing peserta didik memperoleh kompetensi yang ditetapkan.

Untuk dapat menetapkan bahwa seorang pendidik sudah memenuhi

standard profesional maka pendidik yang bersangkutan harus mengikuti uji

sertifikasi guru untuk pendidikan dasar dan menengah, serta uji sertifikasi dosen

untuk pendidikan tinggi.

Sertifikasi pendidik atau guru dalam jabatan dilaksanakan dalam bentuk

penilaian portofolio. Penilaian portofolio merupakan pengakuan atas pengalaman

profesional guru dalam bentuk kumpulan dokumen yang mendeskripsikan:

a. Kualifikasi akademik

b. Pendidikan dan pelatihan

c. Pengalaman mengajar

d. Perencanaan dan pelaksanaan pembelajaran

e. Penilaian dari atasan dan pengawas

f. Prestasi akademik

Page 6: Pengaruh sertifikasi Terhadap mutu pendidikan bab II by HELDY ERISTON

9

g. Karya pengembangan profesi

h. Keikutsertaan dalam forum ilmiah

i. Pengalaman organisasi di bidang kependidikan dan social

j. Penghargaan yang relevan dengan bidang pendidikan.

Guru yang memenuhi penilaian portofolio dinyatakan lulus dan mendapat

sertifikat pendidik. Sedangkan guru yang tidak lulus penilaian portofolio dapat :

- Melakukan kegiatan-kegiatan untuk melengkapi portofolio agar mencapai nilai

lulus, atau

- Mengikuti pendidikan dan pelatihan profesi guru yang diakhiri dengan

evaluasi/penilaian sesuai persyaratan yang ditentukan oleh perguruan tinggi

penyelenggara sertifikasi.

Guru yang lulus pendidikan dan pelatihan profesi guru mendapat sertifikat

pendidik. Apa yang harus dilakukan? Menyimak dari pengalaman pelaksanaan

sertifikasi di berbagai negara, maka akan muncul pertanyaan. "Bagaimana agar

sertifikasi bisa meningkatkan kualitas kompetensi guru?" Dan apabila gagal,

"Mengapa sertifikasi gagal meningkatkan kualitas guru?"

Sertifikasi merupakan sarana atau instrumen untuk meningkatkan kualitas

kompetensi guru. Sertifikasi bukan tujuan, melainkan sarana untuk mencapai

suatu tujuan, yakni keberadaan guru yang berkualitas. Kegagalan dalam mencapai

tujuan ini, terutama dikarenakan menjadikan sertifikasi sebagai tujuan itu sendiri.

Bagi bangsa dan pemerintah Indonesia harus senantiasa mewaspadai

kecenderungan ini, bahwa jangan sampai sertifikasi menjadi tujuan. Oleh

karenanya, semenjak awal harus ditekankan khususnya di kalangan pendidik,

guru, dan dosen, bahwa tujuan utama adalah kualitas, sedangkan kualifikasi dan

sertifikasi merupakan sarana untuk mencapai kualitas tersebut.