5
QUIZ - PENGAUDITAN LANJUTAN DOSEN : DR. YUDHI HERLIANSYAH, AK,M.SI,CA,CSRA,CPAI TENTANG MATERIALITAS DAN RESIKO OLEH : SANDY SETIAWAN 55516120017 MAGISTER AKUNTANSI PROGRAM PASCASARJANA (S2) UNIVERSITAS MERCUBUANA TAHUN 2017

Pengauditan Lanjutan, Sandy Setiawan, Materialitas dan Risiko, Universitas Mercu Buana, 2017

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: Pengauditan Lanjutan, Sandy Setiawan, Materialitas dan Risiko, Universitas Mercu Buana, 2017

QUIZ - PENGAUDITAN LANJUTAN

DOSEN : DR. YUDHI HERLIANSYAH, AK,M.SI,CA,CSRA,CPAI

TENTANG

MATERIALITAS DAN RESIKO

OLEH :

SANDY SETIAWAN

55516120017

MAGISTER AKUNTANSI

PROGRAM PASCASARJANA (S2)

UNIVERSITAS MERCUBUANA

TAHUN 2017

Page 2: Pengauditan Lanjutan, Sandy Setiawan, Materialitas dan Risiko, Universitas Mercu Buana, 2017

Pertanyaan :

Sebutkan, Jelaskan, dan Simpulkan Materialitas menurut Standar Audit (2015) serta

lakukan analisis beberapa celah yang mungkin dapat mengurangi kualitas audit

akuntan publik.

Jawab :

Materialitas adalah pertimbangan utama dalam menentukan ketepatan laporan audit

yang harus dikeluarkan. FASB 2 mendefinisikan materialitas sebagai besarnya penghapusan

atau salah saji informasi keuangan yang, demgan memperhitungkan situasinya, menyebabkan

pertimbangan seseorang yang bijaksana yang mengandalakan informasi tersebut mungkin

akan berubah atau terpengaruh oleh penghapusan atau salah saji tersebut.

Sementara itu, berdasarkan Standar Audit 450 IAPI, materialitas didefinisikan sebagai

kesalahan penyajian, termasuk penghilangan, dianggap material bila kesalahan penyajian

tersebut, secara individual atau agregat, diperkirakan dapat mempengaruhi keputusan

ekonomi yang diambil berdasarkan laporan keuangan oleh pengguna laporan keuangan

tersebut.

Karena auditor bertanggung jawab apakah laporan keuangan terdapat salah saji secara

material, maka auditor harus berdasarkan temuan salah saji yang material dan jika ada salah

saji material maka menyampaikannya kepada klien sehingga bisa dilakukan tindakan koreksi.

Jika definisi materialitas tersebut dibaca dengan cermat, akan terungkap kesulitan yang

dihadapi auditor dalam menerapkan konsep materialitas dalam praktik. Meskipun definisi

tersebut menekankan pada pemakai yang bijaksana yang mengandalkan laporan keuangan

untuk membuat keputusan, auditor harus memiliki pengetahuan mengenai siapa saja pemakai

laporan keuangan klien serta keputusan apa yang akan dibuat.

Menentukan Materialitas Kinerja

Materialitas Kinerja didefinisikan sebagai jumlah yang ditetapkan oleh auditor pada

angka yang lebih kecil dari materialitas untuk laporan keuangan secara keseluruhan demi

menguranginya ke tingkat probabilitas yang rendah dan tepat bahwa jumlah agrerat dari

salah saji yang belum dikoreksi atau tidak terdeteksi melebihi materialitas untuk laporan

keuangan secara keseluruhan.

Penentuan materialitas kinerja perlu dilakukan oleh auditor karena auditor

mengumpulkan bukti persegmen dan bukan untuk laporan keuangan secara keseluruhan,

Page 3: Pengauditan Lanjutan, Sandy Setiawan, Materialitas dan Risiko, Universitas Mercu Buana, 2017

serta tingkat materialitas kinerja akan membantu auditor dalam memutuskan bukti audit

yang tepat yang harus dikumpulkan.

Auditor menghadapi tiga kesulitan utama dalam mengalokasikan materialitas pada

akun-akun neraca :

1. Auditor memperkirakan akun-akun tertentu mengandung lebih banyak salah saji

dibandingkan akun-akun lainnya.

2. Baik lebih saji maupun kurang saji harus dipertimbangkan.

3. Biaya audit relatif mempengaruhi pengalokasian ini.

Dengan adanya Tingkat Materialitas Kinerja yang disajikan persegmen akun dapat mencegah

auditor untuk mengalokasikan semua total materialitas ke satu akun saja. Boleh saja

penjumlahan materialitas kinerja melebihi materialitas secara keseluruhan dikarenakan :

1. Tidak mungkin bahwa semua akun akan mengandung salah saji sebesar jumlah

materialitas kinerja.

2. Beberapa akun mungkin saja dilebih sajikan, sementara akun – akun lainnya mungkin

kurang saji

Singkatnya, tujuan mengalokasikan pertimbangan pendahuluan tentang materialitas ke akun-

akun neraca adalah membantu auditor memutuskan bukti yang tepat yang harus dikumpulkan

bagi setiap akun dalam neraca maupun laporan laba rugi.

Mengestimasi Salah Saji dan Membandingkan dengan Pertimbangan Pendahuluan

Ketika melaksanakan prosedur audit untuk setiap segmen audit, auditor membuat kertas

kerja untuk mencatat semua salah saji yang ditemukan. Salah saji yang ditemukan dalam

suatu akun dapat dibedakan menjadi 2 jenis :

1. Salah saji yang diketahui ( known misstatement ) adalah salah saji dalam akun yang

jumlahnya dapat ditentukan oleh auditor. Sebagai contoh , ketika mangaudit property ,

pabrik , dan peralatan, auditor mungkin mengidentifikasikan lease peralatan yang

dikapitalisasi, padahal seharusnya dibebankan karena merupakan lease operasi.

2. Salah saji yang mungkin terjadi ( likely misstatement ) terbagi menjadi dua jenis :

a. Salah saji yang berasal dari perbedaan antara pertimbangan manajemen dan

auditor tentang estimasi saldo akun. Contohnya adalah estimasi penyisihan untuk

piutang tak tertagih atau kewajiban garansi.

b. Proyeksi salah saji berdasarkan pengujian auditor atas sampel dari suatu populasi,

dengan menggunakan sampel dapat diketahui total kemungkinan salah saji yang

Page 4: Pengauditan Lanjutan, Sandy Setiawan, Materialitas dan Risiko, Universitas Mercu Buana, 2017

terjadi terhadap akun tersebut, total kemungkinan salah saji ini disebut Estimasi

atau “ proyeksi “ atau “ ekstrapolasi “ Estimasi salah saji ini disyaratkan oleh SAS

111 (AU).

Contoh:

Salah saji dalam sampel persediaan $ 5.000

Total Sampel persediaan $ 100.000

Total nilai persediaan yang tercatat $ 1.000.000

Berapa estimasi kemungkinan salah saji persediaan?

Auditor dapat menghitung estimasi dengan cara :

Salah saji x Total nilai populasi = Estimasi salah saji

Total Sampel

$ 5.000 x $ 1.000.000 = $. 50.000,-

$ 100.000

Tabel 1.1

Ilustrasi Perbandingan Estimasi Salah Saji Total dengan Perbandingan

Pendahuluan tentang Materialitas

Materialitas

Kinerja

Salah Saji

Diketahui &

Proyeksi

Langsung

Kesalahan

Sampling

Total

Kas $ 15,000 $ 3.000 - $ 18.000

Piutang Dagang $ 30.000 $ 15.000 $ 7.000 $ 22.000

Persediaan $ 45.000 $ 35.000 $ 20.000 $ 55.000

Total Jumlah estimasi

salah saji Pertimbangan

Pendahuluan tentang

Materialitas Rp.65.000,-

$ 53.000 $ 27.000 $ 95.000

Tabel diatas menunjukan bahwa total estimasi salah saji yang mungkin sebesar $ 95.000

melebihi pertimbangan pendahuluan tentang materialitas sebesar $65.000. Bidang utama

yang sulit adalah persediaan, dimana estimasi salah saji sebesar $ 55.000 jauh lebih besar dari

materialitas kinerja sebesar $ 45.000. Karena estimasi salah saji gabungan melebihi

Page 5: Pengauditan Lanjutan, Sandy Setiawan, Materialitas dan Risiko, Universitas Mercu Buana, 2017

pertimbangan pendahuluan, laporan keuangan tidak dapat diterima, Dengan itu Auditor dapat

menentukan apakah estimasi salah saji yang mungkin benar-benar melebihi $ 65.000 dengan

melaksanakan prosedur audit tambahan, atau mewajibkan klien untuk menyesuaikan estimasi

salah saji tersebut, jika iya auditor akan berkonsentrasi pada bidang akun persediaan.

Analisis beberapa celah yang mungkin dapat mengurangi kualitas audit akuntan publik

1. Auditor kurang memahami bisnis dan industri klien

Auditor dituntut untuk memahami ruang lingkup bisnis klien pada saat ingin

melaksanakan suatu audit, karena dengan memahami bisnis dan industry klien,

auditor memiliki pengetahuan tentang industry dan lingkungan eksternal klien,

operasi dan proses bisnis klien, manajemen dan tata kelola klien, tujuan dan strategi

bisnis klien, serta pengukuran dan kinerja klien. Hal ini guna menilai suatu risiko

bisnis klien sebelum melaksanakan suatu audit. Jika auditor kurang memahami ruang

lingkup bisnis dan industri klien, maka terdapat keraguan dalam penilaian resiko

bisnis yang dilakukan oleh auditor, karena kurangnya pemahaman auditor terhadap

bisnis kliennya.

2. Auditor kurang memahami internal control klien

Auditor harus memahami system pengendalian internal klienya, guna menetapkan

resiko-resiko audit yang akan muncul. Karena jika system pengendalian internal klien

dirasa buruk, maka hal ini tentu sangat berpengaruh dalam menetapkan tingkat

materialitas salah saji pada laporan keuangan. Jika auditor kurang memahami Internal

Control kliennya, tingkat materialitas yang ditetapkan oleh auditor menjadi kurang

tepat. Hal ini berdampak pada menurunnya kualitas audit dari seorang akuntan publik.