Upload
mayawi-karim
View
1.345
Download
2
Embed Size (px)
Citation preview
Pengertian, Peran dan Fungsi Kurikulum | Pengembangan Kurikulum 1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Dewasa ini, pentingnya peran dan fungsi kurikulum memang sudah sangat
disadari dalam sistem pendidikan nasional. Ini dikarenakan kurikulum merupakan alat
yang krusial dalam merealisasikan program pendidikan, baik formal maupun non
formal , sehingga gambaran sistem pendidikan dapat terlihat jelas dalam kurikulum
tersebut. Dengan kata lain, sistem kurikulum pada hakikatnya adalah sistem
pendidikan itu sendiri.
Kurikulum sebagai rancangan pendidikan mempunyai kedudukan yang sangat
strategis dalam seluruh aspek kegiatan pendidikan. Mengingat pentingnya peranan
kurikulum di dalam pendidikan dan dalam perkembangan kehidupan manusia, maka
dalam penyusunan kurikulum tidak bisa dilakukan tanpa memahami konsep dasar dari
kurikulum.
Dengan diterapkannya kebijakan pemerintah (Depdiknas) yaitu
pengembangan kurikulum operasional dilakukan oleh setiap satuan pendidikan
dengan program Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP), maka seluruh jajaran
di setiap satuan pendidikan harus memiliki pemahaman yang luas dan mendalam
tentang konsep dasar kurikulum, dan secara operasional harus dijadikan rujukan
dalam mengimplementasikan kurikulum di setiap satuan pendidikan yang
dikelolanya.
Kurikulum berfungsi sebagai pedoman dalam pelaksanaan kegiatan
pendidikan di sekolah bagi pihak-pihak yang terkait, baik secara langsung maupun
tidak langsung, seperti pihak guru, kepala sekolah, pengawas, orang tua, masyarakat
dan pihak siswa itu sendiri. Selain sebagai pedoman, bagi siswa kurikulum memiliki
enam fungsi, yaitu: fungsi penyesuaian, fungsi pengintegrasian, fungsi diferensiasi,
fungsi persiapan, fungsi pemilihan, dan fungsi diagnostik.
Dalam hal ini, kelompok kami mendapatkan tugas untuk menjelaskan
mengenai konsep dasar kurikulum yang memuat pengertian, fungsi serta peranan
kurikulum dimana ketiga hal tersebut merupakan konsep dasar yang penting untuk
diketahui. Untuk itu kelompok kami akan menyusunnya menjadi sebuah makalah
Pengertian, Peran dan Fungsi Kurikulum | Pengembangan Kurikulum 2
yang khusus mengungkap mengenai hal tersebut. Kiranya kehadiran makalah ini
dapat sedikit membuka wawasan para pembaca semua.
B. Rumusan Masalah
Adapun yang menjadi pokok permasalahan dalam penulisan makalah ini adalah
sebagai berikut :
1. Apa yang dimaksud dengan kurikulum?
2. Bagaimana peranan kurikulum dalam kegiatan belajar mengajar?
3. Apa saja fungsi kurikulum?
C. Tujuan
Mengacu pada rumusan masalah tersebut, maka yang menjadi tujuan penulisan
makalah ini adalah sebagai berikut :
1. Untuk mengetahui pengertian kurikulum.
2. Untuk mnegetahui bagaimana peranan kurikulum dalam kegiatan belajar
mengajar?
3. Untuk mengetahui fungsi dari kurikulum.
D. Manfaat
Manfaat dari penulisan makalah ini adalah agar mahasiswa serta pembaca dapat:
4. Mengetahui mengenai pengertian kurikulum.
5. Mengetahui bagaimana peranan kurikulum dalam kegiatan belajar mengajar?
6. Mengetahui fungsi dari kurikulum.
Pengertian, Peran dan Fungsi Kurikulum | Pengembangan Kurikulum 3
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Kurikulum
Sebelum membicarakan kurikulum, terlebih dahulu kita perlu memahami apa
yang dimaksud dengan kurikulum. Apabila diajukan pertanyaan: apakah kurikulum
itu? Setiap orang, kelompok masyarakat, atau bahkan ahli pendidikan akan
memberikan jawaban dengan penafsiran yang berbeda antara satu dengan lainnya
tentang pengertian kurikulum. Berdasarkan studi yang telah dilakukan oleh banyak
ahli, dapat disimpulkan bahwa pengertian kurikulum dapat ditinjau dari dua sisi yang
berbeda, yakni menurut pandangan lama dan pandangan baru. (Oemar Hamalik,
2007)
A.1 Pengertian Kurikulum Secara Etimologis
Webster’s Third New International Distionery menyebutkan kurikulum
berasal dari kata curere dalam bahasa latin Currerre yang berarti :
1. Berlari cepat
2. Tergesa-gesa
3. Menjalani
Currerre dikatabendakan menjadi Curriculum yang berarti :
1. Lari cepat, pacuan, balapan berkereta, berkuda, berkaki
2. Perjalanan, suatu pengalaman tanda berhenti
3. Lapangan perlombaan, gelanggang, jalan
Berawal dari makna “curere” kurikulum berdasarkan istilah diartikan sebagai
“Jarak yang harus ditempuh oleh seorang pelari mulai dari start sampai finish untuk
memeroleh medali atau penghargaan”. Pengertian tersebut kemudian diadaptasikan
ke dalam dunia pendididikan dan diartikan sebagai “Sejumlah mata pelajaran yang
harus ditempuh oleh seorang siswa dari awal hingga akhir program demi memeroleh
ijazah”
Di Indonesia istilah “kurikulum” boleh dikatakan baru menjadi populer sejak
tahun lima puluhan, yang dipopulerkan oleh mereka yang memperoleh pendidikan di
Amerika Serikat. Kini istilah itu telah dikenal orang di luar pendidikan. Sebelumnya
Pengertian, Peran dan Fungsi Kurikulum | Pengembangan Kurikulum 4
yang lazim digunakan adalah “rencana pelajaran”. Pada hakikatnya kurikulum sama
artinya dengan rencana pelajaran. Hilda Taba dalam bukunya Curriculum
Development, Theory and Practise mengartikan sebagai “a plan for learning”, yakni
sesuatu yang direncanakan untuk pelajaran anak.
A.2 Pengertian Kurikulum Secara Tradisional
Pandangan lama, atau sering juga disebut pandangan tradisional, merumuskan
bahwa kurikulum adalah sejumlah mata pelajaran yang harus ditempuh murid untuk
memeroleh ijazah.
Pengertian tadi mempunyai implikasi sebagai berikut:
1. Kurikulum terdiri atas sejumlah mata pelajaran. Mata pelajaran sendiri pada
hakekatnya adalah pengalaman nenek moyang di masa lampau. Berbagai
pengalaman tersebut dipilih, dianalisis, serta disusun secara sistematis dan logis,
sehingga muncul mata pelajaran seperti sejarah, ilmu bumi, ilmu hayat, dan
sebagainya.
2. Mata pelajaran adalah sejumlah informasi atau pengetahuan, sehingga
penyampaian mata pelajaran pada siswa akan membentuk mereka menjadi
manusia yang mempunyai kecerdasan berpikir.
3. Mata pelajaran menggambarkan kebudayaan masa lampau. Adapun pengajaran
berarti penyampaian kebudayaan kepada generasi muda.
4. Tujuan mempelajari mata pelajaran adalah untuk memperoleh ijazah. Ijazah
diposisikan sebagai tujuan, sehingga menguasai mata pelajaran berarti telah
mencapai tujuan belajar.
5. Adanya aspek keharusan bagi setiap siswa untuk mempelajari mata pelajaran yang
sama. Akibatanya faktor minat dan kebutuhan siswa tidak dipertimbangkan dalam
penyusunan kurikulum.
6. Sistem penyampaian yang digunakan oleh guru adalah sistem penuangan
(imposisi). Akibatnya, dalam kegiatan belajar gurulah yang lebih banyak bersikap
aktif, sedangkan siswa hanya bersifat pasif belaka.
Pengertian, Peran dan Fungsi Kurikulum | Pengembangan Kurikulum 5
A.3 Pengertian Kurikulum Secara Modern
Kurikulum adalah seperangkat mata pelajaran dan program pendidikan yang
diberikan oleh suatu lembaga penyelenggara pendidikan yang berisis rancangan
pelajaran yang akan diberikan kepada peserta pelajaran dalam satu periode jenjang
pendidikan.
Dalam pandangan modern, pengertian kurikulum lebih dianggap sebagai suatu
pengalaman atau sesuatu yang nyata terjadi dalam proses pendidikan, seperti
dikemukakan oleh Caswel dan Campbell (1935) yang mengatakan bahwa kurikulum
… “to be composed of all the experiences children have under the guidance of
teachers”. Dipertegas lagi oleh pemikiran Ro nald C. Doll (1974) yang mengatakan
bahwa : “ …the curriculum has changed from content of courses study and list of
subject and courses to all experiences which are offered to learners under the
auspices or direction of school.
Sedangkan Hilda Taba (1962) mengemukakan bahwa: “A curriculum usually
contains a statement of aims and of specific objectives; it indicates some selection and
organization of content; it either implies or manifests certain patterns of learning and
teaching, whether because the objectives demand them or because the content
organization requires them. Finally, it includes a program of evaluation of the
outcomes”. Pengertian kurikulum menurut Hilda Taba menekankan pada tujuan suatu
statemen, tujuan-tujuan khusus, memilih dan mengorganisir suatu isi, implikasi dalam
pola pembelajaran dan adanya evaluasi.
Sementara Unruh dan Unruh (1984) mengemukakan bahwa “curriculum is
defined as a plan for achieving intended learning outcomes: a plan concerned with
purposes, with what is to be learned, and with the result of instruction”. Ini berarti
bahwa kurikulum merupakan suatu rencana untuk keberhasilan pembelajaran yang di
dalamnya mencakup rencana yang berhubungan dengan tujuan, dengan apa yang
harus dipelajari, dan dengan hasil dari pembelajaran.
Olivia (1997) mengatakan bahwa “we may think of the curriculum as a
program, a plan, content, and learning experiences, whereas we may characterize
instruction as methods, the teaching act, implementation, and presentation”. Olivia
termasuk orang yang setuju dengan pemisahan antara kurikulum dengan pengajaran
dan merumuskan kurikulum sebagai a plan or program for all the experiences that the
learner encounters under the direction of the school.
Pengertian, Peran dan Fungsi Kurikulum | Pengembangan Kurikulum 6
Selanjutnya Dool (1993) memperkuat pendapatnya tentang kurikulum yang
ada sekarang dengan mengatakan: ”Education and curriculum have borrowed some
concepts from the stable, nonechange concept - for example, children following the
pattern of their parents, IQ as discovering and quantifying an innate potentiality.
However, for the most part modernist curriculum thought have adopted the closed
version, one where - trough focusing - knowledge is transmitted, transferred. This is, I
believe, what our best contemporary schooling is all about. Transmission frames our
teaching-learning process”.
Selanjutnya pendapat dikemukakan oleh Romine (1954) mengenai kurikulum
yang dapat digolongkan sebagai pendapat yang baru (moderen), yang dirumuskan
sebagai berikut:
“Curriculum is interpreted to mean all of the organized courses, activities, and
experiences wich pupils have under direction of the school, whether in the classroom
or not.”
Implikasi perumusan diatas adalah sebagai berikut:
1. Tafsiran tentang kurikulum bersifat luas, karena kurikulum bukan hanya terdiri
atas mata pelajaran (courses), tetapi meliputi semua kegiatan dan pengalaman
yang menjadi tanggung jawab sekolah.
2. Sesuai dengan pandangan ini, berbagai kegiatan di luar kelas (yang dikenal
dengan ekstrakurikulum) sudah tercakup dalam pengertian kurikulum. Oleh
karena itu, tidak ada pemisahan antara intra dan ekstrakurikulum. Begitu pula
halnya dengan college preparatory curriculum, vocational curriculum, dan geral
curriculum, semuanya sudah tercakup dalam pengertian kurikulum seperti yang
dikemukakan tadi.
3. Pelaksanaan kurikulum tidak hanya dibatasi pada keempat dinding kelas saja,
melainkan dilaksanakan baik di dalam kelas maupun di luar kelas, sesuai dengan
tujuan yang hendak dicapai.
4. Sistem penyampaian yang digunakan oleh guru disesuaikan dengan kegiatan atau
pengalaman yang akan disampaikan. Oleh karena itu, guru hanya mengadakan
berbagai kegiatan belajar mengajar yang bervariasi, sesuai dengan kondisi siswa.
5. Tujuan pendidikan bukanlah untuk menyapaikan mata pelajaran (courses) atau
bidang pengetahuan yang tersusun (subjetc), melainkan pembentukan pribadi anak
atau belajar cara hidup di dalam masyarakat.
Pengertian, Peran dan Fungsi Kurikulum | Pengembangan Kurikulum 7
Sehubungan dengan banyaknya definisi tentang kurikulum, dalam
implementasi kurikulum kiranya perlu melihat definisi kurikulum yang tercantum
dalam Undang-undang No. 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional pasal 1
ayat (19) yang berbunyi: Kurikulum adalah seperangkat rencana dan pengaturan
mengenai tujuan, isi dan bahan pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman
penyelenggaraan kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu.
Lebih lanjut pada pasal 36 ayat (3) disebutkan bahwa kurikulum disusun sesuai
dengan jenjang dan jenis pendidikan dalam kerangka Negara Kesatuan Republik
Indonesia dengan memperhatikan:
1. Peningkatan iman dan takwa;
2. Peningkatan akhlak mulia;
3. Peningkatan potensi, kecerdasan, dan minat peserta didik;
4. Keragaman potensi daerah dan lingkungan;
5. Tuntutan pembangunan daerah dan nasional;
6. Tuntutan dunia kerja;
7. Perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni;
8. Agama;
9. Dinamika perkembangan global;
10. Persatuan nasional dan nilai-nilai kebangsaan.
Pasal ini jelas menunjukkan berbagai aspek pengembangan kepribadian
peserta didik yang menyeluruh dan pengembangan pembangunan masyarakat dan
bangsa, ilmu, kehidupan agama, ekonomi, budaya, seni, teknologi dan tantangan
kehidupan global. Artinya, kurikulum haruslah memperhatikan permasalahan ini
dengan serius dan menjawab permasalahan ini dengan menyesuaikan diri pada
kualitas manusia yang diharapkan dihasilkan pada setiap jenjang pendidikan.
Beberapa pandangan mengenai kurikulum adalah sebagai berikut:
1. Kurikulum Sebagai Suatu Program Kegiatan Yang Terencana
Berdasarkan pandangan komprehensif terhadap setiap kegiatan yang
direncanakan untuk dialami seluruh siswa, kurikulum berupaya menggabungkan
ruang lingkup, rangkaian, interpretasi, keseimbangan subjetc metter, tekhnik
mengajar, dan hal yang dapat direncanakan sebelumnya (Saylor, Alexander, dan
Lewis, 1986). Pada hakikatnya, kurikulum sebagai suatu program kegiatan terencana
(program of planned activities) memiliki rentang yang cukup luas, hingga membentuk
Pengertian, Peran dan Fungsi Kurikulum | Pengembangan Kurikulum 8
suatu pandangan yang menyeluruh. Disuatu pihak, kurikulum dipandang sebagai
suatu dokumen tertulis (Beauchamp, 1981) dan dilain pihak, kurikulum dipandang
sebagai rencana tidak tertulis yang terdapat dalam pihak para pendidik (Taylor, 1970).
2. Kurikulum Sebagai Hasil Belajar Yang Diharapkan
Beberapa penulis kurikulum (Jhonson, 1977 dan Posner, 1982) menyatakan
bahwa kurikulum seharusnya tidak dipandang sebagai aktivitas, tetapi difokuskan
lngsung kepada berbagai hasil belajar yang diharapkan (intended learning outcomes).
Kajian ini menekankan perubahan secara pandang kurikulum, dari kurikulum sebagai
alat (means) menjadi kurikulum sebagai tujuan atau akhir yang akan dicapai (ends).
Sala satu alasan utama adalah karena hasil belajar yang diharapkan merupakan dasar
bagi perencanaan dan perumusan berbagai tujuan kegiatan pembelajaran.
Dalam konteks ini, tujuan pembelajaran tidak lagi dirumuskan dalam retorika
global seperti “siswa memiliki apresiasi dalam warisan budaya”, tetapi dirumuskan
dalam serangkaian hasil belajar yang terstruktur. Artinya, setiap kegiatan, pengajaran,
desain lingkungan, dan sebagainya, difungsikan sedimikian rupa sehingga menjadi
saling mendukung untuk mencapai tujuan akhir (ends) yamg telah ditetapkan
sebelumnya. Dalam pandangan ini, hasil belajar yang diharapkan tersebut tidak dapat
disamakan dengan kurikulum itu sendiri, tetapi lebih merupakan dunia (realms)
kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan (hasil belajar) yang diharapkan.
3. Kurikulum Sebagai Reproduksi Kurtural (cultural reproduction)
Sebagian ahli pendidikan berpandangan bahwa kurikulum dalam setiap
masyarakat atau budaya seharusnya menjadi refleksi dari budaya masyarakat itu
sendiri. Sekolah bertugas memproduksi pengetahuan dan nilai-nilai yang penting bagi
generasi penerus. Masyarakat, negara atau bangsa bertanggung jawab
mengidentifikasi keterampilan (skill), pengetahuan (knowledge), dan berbagai
apresiasi yang diajarkan. Sementara itu, pihak pendidik profesional bertanggung
jawab untuk melihat apakah skill, knowledge, dan apresiasi tersebut sudah
ditransformasikan kedalam kurikulum yang dapat disampaikan kepada anak-anak dan
generasi muda.
Beberapa contoh dari pandangan kurikulum sebagai reproduksi kultural ini
adalah berbagai peristiwa patriotik dalam sejarah nasional, sistem ekonomi yang
dominan (komonistik atau kapitalistik), berbagai konvensi kebudayaan, kebiasaan,
Pengertian, Peran dan Fungsi Kurikulum | Pengembangan Kurikulum 9
dan aturan adat istiadat (lores dan folkways), serta nilai-nilai agama yang ada
diberbagai sekolah yang bernaung dibarbagai lembaga keagamaan seperti parochial
school dan sekolah-ekoah umum. Pengembangan kurikulum semacam ini
dimaksudkan untuk meneruskan nilai-nilai kultual kepada generasi penerus, melalui
lembaga penerus.
Pada mulanya, model kurikulum ini dikembangkan dalam masyarakat industri,
ketika para orang tua tidak sempat lagi memberikan pelatihan pada anak-anak mereka,
sehingga pelatihan tersebut dipercayakan kepada lembaga-lembaga pendidikan, baik
yang dikelolah lembaga agama tertentu seperti parochial school, maupun yang
dikelolah oleh pemerintah dalam bentuk sekolah umum. Model pengembangan
kurikulum semacam ini lebih dikenal sebagai model kurikulum yang berbasis
masyarakat atau curriculum-based community (CBC).
4. Kurikulum Sebagai Kumpulan Tugas Dan Konsep Diskrit
Pandangan ini berpendapat bahwa kurikulum merupakan satu kumpulan tugas
dan konsep (discrete tasks and concept) yang harus dikuasai siswa. Dalam hal ini,
diasumsikan bahwa penguasaan tugas-tugas yang saling bersifat diskrit (berdiri
sendiri). Tersebut adalah untuk mencapai tujuan-tujuan yang telah ditetapkan
sebelumnya. Biasanya, tujuan yang dimaksud mempunyai interpretasi behavioral
yang spesifik, misalnya mepelajari suatu tugas baru atau dapat melakukan sesuatu
yang lebih baik. Pendekatan ini berkembang dari program-program training daam
bisnis, industri, dan kemiliteran.
5. Kurikulum Sebagai Agen Rekonstruksi Sosial
Sejauh mana keberanian sekolah membangun suatu tatanan sosial yang baru
(dare the school build a new social order)? Pertanyaan ini merupakan judul karya
George S. Counts (1932) yang dipandang sebagai salah seorang perintis
rekonstruksionisme sosial dalam pendidikan. Ide Counts tersebut banyak
diperjuangkan oleh Theodore Bramel dalam dekade 1940-an dan 1950-an, yang
banyak terinspirasi pemikiran Dewey. Pandangan ini berpendapat bahwa sekolah
harus mempersiapkan suatu agenda pengetahuan dan nilai-nilai yang diyakini dapat
menuntun siswa memperbaiki masyarakat dan intuisi kebudayaan, serta berbagai
keyakinan dan kegiatan praktik yang mendukungnya.
6. Kurikulum Sebagai Currere
Salah pandangan mutakhir terhadap dimensi kurikulum adalah yang
pandangan yang menekankan pada bentuk kata kerja kurikulum itu sendiri, yaitu
Pengertian, Peran dan Fungsi Kurikulum | Pengembangan Kurikulum 10
currere, sebagai pengganti dari interpretasi dari etimologi arena pacu atau lomba
(race course) kurikulum, currere merujuk pada jalannya lomba dan menekankan
pada masing-masing kapasitas individu untuk merekonseptualisasi otobiografinya
sendiri. Hal ini ditegaskan oleh Schubert (1986) sebagaimana dalam kutipan berikut:
“instead of taking to the interpretation from the race course etymology of curriculum,
currere refers to the running of the race and emphasize the individual’s own capacity
to reconceptualize his or her outobiography”.
Pemikiran Schubert tersebut didukung oleh pemikiran Pinar dan Grument
(1976) yang mengilustrasikan bahwa masing-masing individu berusaha menemukan
pengertian (meaning) ditengah-tengah berbagai peristiwa terakhir yang dialaminya,
kemudian bergerak secara historis kedalam pengalamannya sendiri dimasa lampau
untuk memulihkan dan membentuk kembali pengalaman semula (to recover and
reconstitute the orgins), serta membayangkan dan menciptakan berbagai arah yang
saling bergantung dengan subdivisi-subdivisi pendidikan lainnya.
Dalam konteks ini, perlu dipertimbangkan perspektif ekologis, yaitu makna
dari segala sesuatu harus dipandang secara kontinu berikut onterpendensinya dengan
kekuatan-kekuatan yang memengaruhunya. Dengan demikian, karakter kurikulum
membentuk dan dibentuk oleh berbagai hubungan eksternal dengan pengetahuan,
perspektif, dan praktik-praktik dalam domain pendidikan lainnya seperti administrasi,
supervisi, dasar-dasar pendidikan (sejarah dan filsafat pendidikan, termasuk
sosiologe, politik, ekonomi, antopologi, bahkan perspektif sastra), studi kebijakan,
evaluasi, metodelogi penelitian, subjetc areas, jenjang dan tingkatan pendidikan,
pengajaran, pendidikan khusus, psikologi pendidikan, dan sebagainya. Oleh kerena
beberapa diantara bidang diatas memiliki relevansi langsung dengan kurikulum jika
dibandingkan dengan bidang lainnya, maka bidang-bidang yang lebih relevan tersebut
perlu dianalisis secara lebih luas dan mndalam.
A.4 Perbedaan antara kurikulum lama dan kurikulum baru
Diantara kedua pola kurikulum baru dan kurikulum lama terdapat pebedaan
yang cukup fundamental, antara lain sebagai berikut:
1. Kurikulum berorientasi pada masa lampau, karena berisikan pengalaman-
pengalaman masa lampau. Guru mengajarkan berbagai hal yang telah dalami
sebelumnya. Di lain pihak, kurikulum baru berorientasi pada masa sekarang.
Pengertian, Peran dan Fungsi Kurikulum | Pengembangan Kurikulum 11
Pengajaran berdasarkan unit atau topik dari kehidupan masyarakat serta sesuai
dengan minat dan kebutuhan para siswa.
2. Kurikulum lama tidak berdasarkan filsafat pendidikan yang jelas, sulit dipahami,
dan tidak ada kesatuan pendapat diantara kalangan guru tentang filsafat
pendidikan yang dianut tersebut. Akibatnya, setiap guru memiliki tafsiran sendiri
tentang berbagai hal yang akan diajarkan kepada sisewa, sehingga pengajaran
tidak konsisten dengan pngalaman yang diperlukan siswa. Di lain pihak,
kurikulum baru berdasarkan pada filsafat pendidikan yan jelas, yang dpat
diajarkan ke dalam serangkaian tindakan yang nyata dalam kehidupan sehari-hari.
3. Kurikulum lama berdasarkan pada tujuan pendidikan yang mengutamakan
perkembangan segi pengetahuan akademik dan keterampilan, dengan
mengabaikan perkembangan sikap, cita-cita, kebiasaan, dan sebaganya. “Belajar”
lebih ditekankan pada unsur mengingat dan latihan-latihan belaka. Adapaun
penguasaan pengetahuan dan keterampilan tersebut dimaksudkan untuk
memperoleh ijazah atau kenaikan kelas. Sebaliknya, kurikulum baru bertujun
untuk mengemangkan keseluruhan pribadi siswa. “Belajar” bukan untuk
memperoleh ijazah, melainkan agar mampu hidup didalam masyarakat.
4. Kurikulum lama berpusat pada mata pelajaran, yang iajarkan secara terpisah.
Terkadang memang diadakan semacam korelasi, tetapi korelasi tersebut hanya
dilakukan diantara unsur-unsur tertentu saja dalam beberapa mata pelajaran.
Gagasan untuk memadukan beberapa mata pelajaran telah ada, namun masih
merupakan suat broad-field (bidang study) yang sempit. Dalam kurikulum lama,
mata pelajaran hanya berfngi sebagai alat. Sebaliknya, kurikulum baru disususn
berdasarkan masalaha atau topik tertentu. Iswabelajar dengan mengalami sendiri,
shigga tejadi prose modifikasi dan penguatan tingkah laku melalui pengalaman
denan menggunakan mata pelajaran. Oeh karena itu, kurikulum disusun dalam
bentuk bidang study yang luas atau dalam bentuk integrasi dari semua mata
pelajaran.
5. Kurikulum lama hanya didasarkan pada buku pelajaran (textbook) sebagai sumber
bahan dalam mengajarkan mata pelajaran. Meskipun buku-buku sumber tersebut
sering diperbaiki, namun sering kali bahan yang terkandung di dalamnya sudah
tidak up to date lagi, bahkan sering kali pemilihan bahan tidak selaras dengan
filsafat an tujuan pendidikan yang hendak dicapai. Berbgai permasalahan dlam
masyarakat yang sesuai dengan minat dan kebutuhan siswa pun tidak pernah
Pengertian, Peran dan Fungsi Kurikulum | Pengembangan Kurikulum 12
disinggung. Sebaliknya, kurikulum baru bertitik tolak dari masyarakat dalam
kehidupan keseharian, yang disesuaikan dengan tingkat perkembangan, minat, dan
krbutuhan individu. Bahkan, sumber yang paing luas adalah masyarakat itu
sendiri, seangkan buku hanya menjasi sumber pelengkap.
6. Kurikulum lama dkembangkan oleh masing-masing guru secara perorangan.
Guruah yang menentukan mata pelajaran alam kurikulum, mereka yang
mnentukan bahan dan pengalaman yang aan diajarkan, dan mereka pula yang
menentukan sumber bahan. Pendek kata, berhasil atau tidaknya kurikulum
tergantung pada gurur secara perorangan, atau dengan kata lain guru merupakan
suatu “cardinal factor” dalam keberhasilan kurikulum sekolah. Di lain pihak,
kurikulum baru dikembangkan oleh sekelompok guru secara bersama-sama atau
oleh departemen tertentu. Setiap gru terikat pada konsep yang telah disusun oleh
sekelompok atau departemen tersebut, dengan tidak mengurangi kebebasan guru
untuk mengadakan beberapa penyesuaian dalam batas-batas tertentu.
B. Peranan Kurikulum
Sebagai program pendidikan yang telah direncanakan secara sistematis,
kurikulum mengemban peranan yang sangat penting bagi pendidikan siswa. Apabila
dianalisis sifat dari masyarakat dan kebudayaan, dengan sekolah sebagai institusi
sosial dalam melaksanakan operasinya, maka dapat ditentukan paling tidak tiga
peranan kurikulum yang sangat penting, yakni peranan konservatif, peranan kritis atau
evaluatif dan peranan kreatif. Ketiga peranan inni sangat penting dan perlu
dilaksanakan secara seimbang.
1. Peranan konservatif
Salah satu tanggung jawab kurikulum adalah mentransmisikan dan
menafsirkan warisan sosial pada generasi muda. Dengan demikian, seolah sebagai
suatu lembaga sosial dapat memengaruhi dan membina tingkah lakusiswa sesuai
dengan berbagai nilai sosial yang ada dalam masyarakat, sejalan dengan peranan
pendidikan sebagai suatu proses sosial. Ini seirinr dengan hakikat pendidikan itu
sendiri, yang berfungsi sebagai jembatan antara para siswa selaku anak didik
dengan orang dewasa, dalam suatu proses pembudayaan yang semakin
berkembang menjadi lebih kompleks. Oleh karenanya, dalam kerangka ini fungsi
kurikulum menjadi teramat penting karena ikut membantu proses tersebut.
Romine mengatakan bahwa:
Pengertian, Peran dan Fungsi Kurikulum | Pengembangan Kurikulum 13
“In sense the conservative role provides what may be called ‘social coment’.
It contributes to like-mindness and provides for behavior which is consistent with
values already accepted. It deals with what is someties known as the core of
“relative universals”.
Dengan adanya peranan konservatif ini, maka sesungguhnya kurikulum itu
berorientasi pada masa lampau. Meskipun demikian, peranan ini sangat mendasar
sifatnya.
2. Peranan Kritis atau Evaluatif
Kebudayaan senantiasa berubah dan bertambah. Sekolah tidak hanya
mewariskan kebudayaan yang ada, melaikan juga mnilai dan memilih berbagai
unsur kebudayaan yang akan diwariskan. Dalam hal ini, kurikulum turut aktif
berpartisipasi dalam kontrol sosial dan membri penekanan pada unsur berpikir
kritis. Niai-nilai sosial yang tidak sesuai lagi dengan keadaan dimasa mendatang
dihilangkan, serta diadaka modifikasi atau perbaikan. Dengan deikian, kurikulum
harus merupakan pilihan yang tepat atas dasar kriteria tertentu.
3. Peranan Kreatif
Kurikulum berperan dalam melakukan berbagai kegiatan kreatif dan
konstruktif, dalam artian menciptakan dan menyusun suatu hal yang baru sesuai
dengan kebutuhan masyarakat di masa sekarang dan masa mndatang. Untuk
membantu setiap individu dalam mengembangkan semua poteni yang ada
padanya, maka kurikulum menciptakan pelajaran, pengalaman, cara berpikir,
kemampuan, dan keterampilan yang baru, yang memberikan manfaat bagi
mayarakat.
Ketiga peran kurikulum tersebut harus berjalan secara seimbang, atau
dengan kata lain terdapat keharmonisan iantara ketinganya. Dengan demikian,
kurikulum dapat memenuhi tuntutan waktu dan keadaan dalam mebawa siswa
menuju kebudayaan masa depan.
C. Fungsi Kurikulum
Disamping memiliki peranan, kurikuum juga mengemban sebagai fungsi
tertentu. Alesander Inglis, dalam bukunya Principle of Secondary Education (1918),
mengatakan bahwa kurikulum berfungs sebagai fungsi penesuaian, fungsi
pengintegrasian, fungsi doferensiasi, fungsi persiapan, fungsi pemilihan, dan fungsi
diagnostik.
Pengertian, Peran dan Fungsi Kurikulum | Pengembangan Kurikulum 14
1. Fungsi Penyesuaian (The Adjstive of Adaptive Function)
Individu hidup dalam lingkungan. Setiap individu harus mampu menyesuaikan
diri terhadap lingkungannya secara menyeluruh. Karena lingkungan sendiri
senantiasa berubah dan bersifat dinamis, maka masing-masing individu dinamis
pula. Di balik itu, lingkungan pun harus disesuaikan dengan kondisi perorangan.
Disinilah letak kurikulum sebagai alat pendidikan, seingga individu bersifat well-
adjusted.
2. Fungsi Integrasi (The Integrating Function)
Kurikulum berfungsi mendidik pribadi-pribadi yang terintegrasi. Oleh karena
individu sendiri merupakan bagian dari masyarakat, maka pribadi yang
terintegrasi itu akan memberikan sumbangan dalam pembentukan atau
pengintegrasian masyarakat.
3. Fungsi Diferensiasi (The Differentiating Function)
Kurikulum perlu memberikan pelayanan tehadap perbedaan diantara setiap orang
dalam masyarakat. Pada dasarnya, diferensiasi akan mendorong orag berikir kritis
dan kreatif, sehingga akan mendorong kemajuan sosial dalam masyarakat. Akan
tetapi, adnya diferensiasi tidak berarti mengabaikan solidarita sosial dan integrai,
karena diferensiasi juga dapat menghindarkan terjadinya stagnasi sosial.
4. Fungsi Persiapan (The Propadeutic Function)
Kurikulum berfungsi mempersiapkan siswa agar mampu melanjutkan studi ebih
lanjut untuk suatu jangkauan yang lebih jauh, misal melanjutkan stud ke sekoah
yang lebih tinggi atau persiapan beajar di dalam masyarakat. Persiapan kemamuan
belajar lebih lanjut ini sangat diperlukan, mengingat sekolah tidak mungkin
memberikan semua yang diperlukan siswa atau apapun yang menarik perhatian
mereka.
5. Fungsi Pemilihan (The Selective Function)
Perbedaan (diferensiasi) dan pemilihan (seleksi) adalah dua hal yang saling
berkaita. Pengakuan atas perbedaan berarti memberikan kesempatan bagi
seseorang untuk memilih apa yang diinginkan dan menarik minatnya. Kedua hal
tersebut merupakan kebutuhan kebutuhan bagi masyarakat yang menganut sistem
demokratis, untuk mengembangkan berbagai kemampuan ersebut, maka
kurikulum perlu disusun secara luas dan bersifat fleksibel.
6. Fungsi Dagnostik (The Diagnistic Function)
Pengertian, Peran dan Fungsi Kurikulum | Pengembangan Kurikulum 15
Salah satu sgi pelayanan pedidikan adalah membantu dan mengarahkan siswa
untuk mampu memahami dan menerima dirinya, sehingga dapat mengembangkan
seluruh potensi yang dimilikinya. Hal ini dapat dilakukan jika siswa menyadari
semua kelemahan dan kekuatan yang dimilikinya mealui proes eksplorasi.
Selanjutnya, siswa sendiri yang memperbaiki kelemahan tersebut dan
mengembangkan sendiri kekuatan yang ada. Fungsi ini merupakan fungs
diagnostik kurikulum dan akan membimbing siswa untuk dapat berkembang
secara optimal.
Berbagai fungsi kurikulum tadi dilksanakan oleh kurikulum secara
keseluruhan. Fungsi-fungsi tersebut memberikan pengaruh terhadap pertumbuhan dan
perkembangan siswa, sejalan dengan arah filsafat pendidikan dan tujuan pendidikan
yang diharapkan oleh institui pendidikan yang bersangkutan.
D. Kurikulum Matematika
Arti dari kurikulum matermatika menurut pandangan lama sejka zaman
Yunani Kuno, kurikulum merupakan kumpulan mata pelajaran-mata pelajaran yang
harus disampaikan guru atau dipelajari siswa. Lebih khusus kurikulum sering
diartikan sebagai isi pelajaran. Ada juga yang mengartikan kurikulum matematika
sebagai seperangkat rencana dan pengaturan mengenai isi bahan pelajaran serta cara
yang digunakan sebagai pedoman untuk menggunakan aktivitas belajar mengajar.
Dengan demikian suatu kurikulum matematika adalah suatu kurikulum yang
berhubungan dengan matematika dan cara mengorganisasikan materi matematika
menggunakan jawab pertanyaan: mengapa, apa, bagaimana, dan kepada siapa
matematika diajarkan disekolah ( Isman N. Muhammad, 2014: 301)
Agar kurikulum dapat dilaksanakan disekolah, factor-faktor berikut ini perlu
diperhatikan (Hudojo, 2005).
1. Kesatuan yang utuh. Kurikulum matematika harus disusun menurut kesatuan yang
utuh; komponen-komponen yang terdapat di dalam kurikulum harus berkaitan.
2. Perumusan tujuan. Suatu program perlu ada tujuan, ujuan itu harus dirumuskan
dengan jelas hingga tidak terjadi salah menafsirkan bagi pelaksanaan program
pembelajaran.
3. Pemilihan dan pengorganisasian bahan-bahan. Pemilihan dan pengorganisasian
bahan-bahan yang relevan bertujuan agar sesuai dengan tingkat kemampuan
siswa. Di dalam pemilihan bahan-bahan perlu diperhatikan pula arah
Pengertian, Peran dan Fungsi Kurikulum | Pengembangan Kurikulum 16
perkembangan matematika, karena itu dalam pengorganisasian bahan-bahan harus
diperhatikan:
a. Perkembangan intelektual siswa
b. Pengalaman belajar siswa yang lampau
c. Hakikat matematika
4. Strategi penyampaian. Bahan pelajaran yang terorganisisr itu perlu disampaikan
kepada siswa. Karena itu, para siswa telah sepakat bahwa siswa harus dibekali
kemampuan dan keterampilan sedemikian hingga siswa mampu menyelesaikan
masalah-masalah dihadapi kelak nanti.
5. Keberhasilan. Dengan mengetahui berhasil atau tidaknya suatu program,
informasi iu dapat dipergunakan untuk umpan balik. Kelemahan-kelemahan ini
segera dapat diketahui agar bisa teratasi. Dalam hal ini, penilaian dan program
berjalan beriringan dengan proses pengembanga kurikulum berjalan terus secara
kontinu.
Dunia pendidikan di Indonesia sudah berkali-kali melakukan perubahan
kurikulum khsusunya pada kurikulum matematika, hal ini dilakukan dalam rangka
menyempurnakan sistem pendidikan di Indonesia. Perjalanan kurikulum pendidikan
di Indonesia meliputi:
1. Kurikulum 1975
Munculnya kurikulum 1975 karena berbagai kelemahan seolah nampak jelas,
pembelajaran kurang menekankan pada pengertian, kurang adanya kontinuitas,
kurang merangsang anak untuk ingin tahu, dan lain sebagainya. Ditambah lagi
masyarakat dihadapkan pada kemajuan teknologi. Akhirnya pemerintah
merancang program pembelajaran yang dapat menutuli kelemahan-kelemahan
tersebut. Karakteristik matematika pada saat tahun 1975 adalah:
1. Memuat topik-topik dan pendekatan baru. Topic-topik baru yang muncul
adalah himpunan, statistic dan probabilitas, relasi, sistem numerasi kuno,
penulisan lambang bilangan non-desimal.
2. Pembelajaran lebih menekankan pembelajaran bermakna dan berpengertian
daripada hafalan dan keterampilan berhitung.
3. Program matemtika sekolah dasar dan sekolah menengah lebih kontinu.
4. Pengenalan penekanan pada struktur.
Pengertian, Peran dan Fungsi Kurikulum | Pengembangan Kurikulum 17
5. Programnya dapat melayani kelompok anak-anak yang kemampuannya
heterogen.
6. Menggunakan bahasa yang lebih tepat.
7. Pusat pengajaran pada murid tidak pada guru.
8. Metode pembelajaran menggunakan metode menemukan, memecahkan
masalah dan teknik diskusi.
9. Pengajaran matematika lebih hidup dan menarik.
2. Kurikulum 1984
Tahun 1984 pemerintah melaunching kurikulum baru, yaitu kurikulum tahun
1984. Alasan dalam menerapkan kurikulum baru tersebut antara lain, adanya sarat
materi, perbedaan kemajuan pendidikan antar daerah dari segi teknologi, adanya
perbedaan kesenjangan antara program kurikulum disatu pihak dan pelaksanaan
sekolah serta kebutuhan lapangan dipihak lain, belum sesuainya materi kurikulum
dengan taraf kemampuan anak didik. Dan , CBSA menjadi karakter yang begitu
melekat erat dalam kurikulum tersebut. Yang menjadi perhatian dalam kurikulum
ini, pada siswa SD sudah diberi materi aritmatika social. Pada siswa SMA diberi
materi baru yaitu computer dan hal lainnya yaitu bahan baru yang sesuai dengan
tuntutan dilapangan.
3. Kurikulum 1994
Kurikulum tahun 1994, pembelajaran matematika mempunyai karakter yang khas,
intinya pembelajaran matematika saatt itu mengedepankan tekstual materi namun
tidak melupakan hal-hal kontekstual yang berkaitan dengan materi. Soal cerita
menjadi sajian menarik disetiap akhir pokok bahasan, hal ini diberikan dengan
pertimbangan agar siswa mapu meyelesaikan permasalahan kehiduan yang
dihadapi sehari-hari.
4. Kurikulum 2004
Ttahun 2004 pemerintah melaunching kurikulum baru dengan nama kurikulum
berbasi kompetensi. Secara khusus model pembelajaran matematika dalam
kurikulum tersebut mempunyai tujuan antara lain:
1. Melatih cara berfikir dan bernalar dalam menarik kesimpulan.
2. Mengembangkan aktifitas kreatif.
3. Mengembangkan kemampuan memecahkan masalah.
4. Mengembangkan kemampuan menyampaikan informasi atau
mengkomunikasikan gagasan.
Pengertian, Peran dan Fungsi Kurikulum | Pengembangan Kurikulum 18
5. Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan
KTSP adalah kuikulum operasional yang disusun oleh dan dilaksanakan
dimasing-masing satuan pendidikan. KTSP terdiri dari tujuan pendidikan tingkat
satuan pendidikan, struktur dan muatan kurikulum tingkat satuan pendidikan,
kalender pendidikan, dan silabus. Pengembangan KTSP yang beragam mengacu
pada standar nasional pendidikan untuk menjamin pencapaian tujuan pendidikan
nasional.
terkait dengan pengembangan KTSP, terdapat sejumlah prinsip-prinsip yang harus
dipenuhi yaitu:
1. Berpusat pada potensi, perkembangan, kebutuhan, dan kepentingan peserta
didik dan lingkungannya.
2. Beragam dan terpadu,
3. Tanggap terhadap perkembangan ilmu pengetahuan,
4. Relevan dengan kebutuhan kehidupan,
5. Menyeluruh dan berkesinambungan,
6. Belajar sepanjang hayat,
7. Seimbang anara kepentingan nasional dan kepentingan daerah.
6. Kurikulum 2013
Kurikulum 2013 adalah kurikulum yang dirancang baik dalam bentuk
dokumen, proses, maupun penilaian didasarkan pada pencapaian tujuan, konten
dan bahan pelajaran serta penyelenggaraan pembelajaran yang didasarkan pada
Standar Kompetensi Lulusan. Kurikulum 2013 bertujuan untuk mengarahkan
peserta didik menjadi (i) manusia berkualitas yang mampu dan proaktif menjawab
tantangan zaman yang selalu berubah, (ii) Manusia terdidik yang beriman dan
bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap,
kreatif, mandiri, (iii) Warga negara yang demokratis dan bertanggung jawab.
Kurikulum ini menekankan tentang pemahaman tentang apa yang dialami peserta
didik akan menjadi hasil belajar pada dirinya dan menjadi hasil kurikulum. Oleh
karena itu proses pembelajaran harus memberikan kesempatan yang luas kepada
peserta didik untuk mengembangkan potensi dirinya menjadi hasil belajar yang
sama atau lebih tinggi dari yang dinyatakan dalam Standar Kompetensi Lulusan.
Pengertian, Peran dan Fungsi Kurikulum | Pengembangan Kurikulum 19
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dari penjelasan diatas, dapat disimpulkan bahwa:
1. Kurikulum adalah sesuatu yang direncanakan sebagai pegangan guna mencapai
tujuan pendidikan. Apa yang direncanakan biasanya bersifat idea, suatu cita-cita
tentang manusia atau warga negara yang akan dibentuk. Apa yang dpat
diwujudkan dalam kenyataan disebut kurikulum yang real, yang tidak dapat
diwujudkan ternyata tetap menjadi idea.
2. Menurut UU No. 20 tahun 2003, kurikulum adalah “Seperangkat rencana dan
pengaturan mengenai tujuan, isi, dan bahan pelajaran serta cara yang digunakan
sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan
pendidikan tertentu”. (Bab I Pasal 1 ayat 19)
3. Paling tidak tiga peranan kurikulum yang sangat penting yaitu peranan
konservatif, peranan kritis atau evaluatif dan peranan kreatif. Sedangkan fungsi
kurikulum terdiri dari fungsi penyesuaian, fungsi pengintegrasian, fungsi
diferensiasi, fungsi persiapan, fungsi pemilihan, dan fungsi diagnostik.
4. kurikulum matematika adalah suatu kurikulum yang berhubungan dengan
matematika dan cara mengorganisasikan materi matematika menggunakan jawab
pertanyaan: mengapa, apa, bagaimana, dan kepada siapa matematika diajarkan
disekolah.
B. Saran
1. Setiap guru merupakan kunci utama dalam pelaksanaan kurikulum, maka ia harus
pula memahami seluk beluk kurikulum.
2. Pemerintah sebagai pengambil kebijakan dalam memajukan pendidikan di negara
ini, hendaknya tanggap terhadap esensi kurikulum.
Pengertian, Peran dan Fungsi Kurikulum | Pengembangan Kurikulum 20
DAFTAR PUSTAKA
Dimyanti & Mudjiono. 2013. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Rineka Cipta
Fitriya, Hidayatul. (2014). Sejarah Kurikulum Di Indonesia. [Online]. Tersedia:
http://hidayatulfitriya.blogspot.com/2014/02/sejarah-kurikulum-di-indonesia-
1945-2013.html
Hamalik, Oemar. 2011. Dasar-Dasar Pengembangan Kurikulum. Bandung: Remaja
Rosdakarya.
Nur, Isman Muhammad. 2014. Berpikir dan Keterampilan Berpikir Matematis Serta
Penerapan Model Pembelajaran. Ternate:_____
Simanjuntak, Juliper. (2015). Pengertian Peranan dan Fungsi Kurikulum. [Online].
Tersedia: http://lpmp-sumut.or.id/1/wp-content/uploads/2013/04/juliper-
simanjuntak-.KURIKULUM..pdf [25 Februari 2015]
_____. (2015) . Pengertian, Fungsi, dan Peran. [Online]. Tersedia:
http://staff.uny.ac.id/sites/default/files/pendidikan/Dra.%20Sumarsih,%20M.P
d./Materi%20Kakubuteks%20Akuntansi.pdf [25 februari 2015]