Upload
uin-alauddin-makassar
View
2.076
Download
10
Embed Size (px)
Citation preview
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Bayam mempunyai kandungan Fe yang tinggi, yaitu 3.9 mg/100 g. Selain
itu, bayam juga kaya serat, harganya murah, dan siklus pemanenannya sangat
cepat (2 minggu), oleh karena itu produk yang dihasilkan dari penambahan bayam
diharapkan memiliki kadar Fe yang tinggi, baik untuk dikonsumsi wanita
menstruasi, dan dapat dijangkau oleh seluruh lapisan masyarakat. Hal yang tidak
kalah penting adalah kandungan vitamin C bayam yang cukup tinggi, yaitu 80.0
mg/100 g. Vitamin C ini sangat penting untuk membantu reduksi Fe3+ menjadi
Fe2+ sehingga lebih mudah diserap oleh tubuh. Vitamin C ini juga membantu
penyerapan zat besi 3–6 kali.1
Kandungan logam berat dapat ditentukan dengan metode AAS. Metode
AAS (Atomic Absorption Spectrophotometry) merupakan salah satu metode
analisis yang dapat digunakan untuk mengetahui keberadaan dan kadar logam
berat dalam berbagai bahan, namun terlebih dahulu dilakukan tahap pendestruksi
cuplikan. Pada metode destruksi basah dekomposisi sampel dilakukan dengan
cara menambahkan pereaksi asam tertentu ke dalam suatu bahan yang dianalisis.
Asam-asam yang digunakan adalah asam-asam pengoksidasi seperti H2SO4,
1Dian Sukma Kuswardhani, Yaniasih dan Bot Pranadi, “Fortifikasi Fe Organik Dari Bayam (Amaranthus Tricolor L) dalam Pembuatan Cookies Untuk Wanita Menstruasi” Jurusan Teknologi Pangan dan Gizi 1 No. 3 (2002), h. 2.
1
2
HNO3, H2O2, HClO4, atau campurannya. Pemilihan jenis asam untuk
mendestruksi suatu bahan akan mempengaruhi hasil analisis.2
Kandungan matriks atau ion-ion lain dapat mengganggu proses analisis
logam berat dengan spektroskopi serapan atom. Metode perlakukan awal yang
digunakan adalah metode destruksi yaitu dengan memutuskan ikatan unsur logam
dengan komponen lain dalam matriks sehingga unsur tersebut berada dalam
keadaan bebas kemudian dianalisis menggunakan AAS karena pengerjaannya
cepat, sensitif, spesifik untuk unsur yang ditentukan, dan dapat digunakan untuk
penentuan kadar unsur yang konsentrasinya sangat kecil tanpa harus dipisahkan
terlebih dahulu.3
Berdasarkan latar belakang tersebut maka dilakukanlah percobaan
pengujian kadar besi dalam bayam dengan alat spektrofotometer serapan atom.
B. Rumusan Masalah
Rumusan masalah dalam percobaan ini yaitu berapa kandungan kadar besi
dalam bayam dengan alat spektrofotometer serapan atom?
C. Tujuan Percobaan
Tujuan dari percobaan ini yaitu untuk mengetahui kandungan kadar besi
dalam bayam dengan alat spektrofotometer serapan atom.
2Susila Kristianingrum, “Kajian Berbagai Proses Destruksi Sampel dan Efeknya” Jurnal Seminar Nasional Penelitian 1, No. 2 (2 Juni 2012 ), h. 2.
3Susila Kristianingrum, “Kajian Berbagai Proses Destruksi Sampel dan Efeknya” Jurnal Seminar Nasional Penelitian, h. 2-3.
1
3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Bayam
Bayam merupakan tanaman yang memiliki morfologi yang berbeda-beda
antar jenisnya. Bayam merupakan tanaman perdu dan tinggi kurang lebih 1,5
meter. Sistem perakarannya menyebar pada kedalaman antara 20-40 cm dan
berakar tunggang karena termasuk tanaman berbiji keping dua. Batang bayam
mengandung air dan tumbuh tinggi di atas permukaan tanah. Batang Amaranthus
hybridus L. bercabang banyak dan dapat mengeras berkayu. Amaranthus
gangeticus L. memiliki batang berwarna merah, sedangkan Amaranthus blitum L.
dan Amaranthus spinosus L. memiliki batang berwarna kemerahan dan keras.
Batang Amaranthus spinosus L. terdapat duri yang keluar dari buku-bukunya.4
Klasifikasi bayam merah yaitu sebagai berikut:5
Kingdom : Plantae
Divisi : Magnoliophyta
Kelas : Magnoliopsida
Ordo : Caryophyllales
Famili : Amaranthaceae
Genus : Amaranthus
Spesies : Amaranthus gangeticus L.4Siti Fatimah, “Studi Kadar Klorofil Dan Zat Besi (Fe) Pada Beberapa Jenis Bayam
Terhadap Jumlah Eritrosit Tikus Putih (Rattus Norvegicus) Anemia” Skripsi (Malang: Fakultas Sains dan Teknologi UIN Maulana Malik Ibrahim Malang, 2009), h. 21-22.
5Siti Fatimah, “Studi Kadar Klorofil Dan Zat Besi (Fe) Pada Beberapa Jenis Bayam Terhadap Jumlah Eritrosit Tikus Putih (Rattus Norvegicus) Anemia, h. 21-22.
3
4
Klasifikasi bayam hijau yaitu sebagai berikut:6
Kingdom : Plantae
Divis : Magnoliophyta
Kelas : Magnoliopsida
Ordo : Caryophyllales
Famili : Amaranthaceae
Genus : Amaranthus
Spesies : Amaranthus spinosus L.
B. Besi
Fe (zat besi) merupakan mineral penting yang berperan dalam
metabolisme tubuh. Fe berfungsi sebagai pembentuk hemoglobin, vitamin A,
sintesis purin dan kolagen, produksi antibodi, dan detoksifikasi obat-obatan dalam
hati. Fe dalam tubuh secara otomatis diperbaharui oleh makanan. Namun bila
kehilangan Fe tidak segera diganti, lama kelamaan akan terjadi defisiensi Fe yang
mengakibatkan metabolisme tubuh terganggu. Dalam urin, keringat, hasil
pernafasan, dan feses yang diekskresikan manusia setiap hari terkandung sejumlah
Fe. Melalui proses itulah terjadi kehilangan Fe dari tubuh. Total Fe yang hilang
dari tubuh per hari mencapai 0.7–1.0 mg. Angka tersebut merupakan kisaran
jumlah Fe yang hilang secara umum pada orang dewasa pria.7
6Siti Fatimah, “Studi Kadar Klorofil Dan Zat Besi (Fe) Pada Beberapa Jenis Bayam Terhadap Jumlah Eritrosit Tikus Putih (Rattus Norvegicus) Anemia”, h. 21-22.
7Dian Sukma Kuswardhani, Yaniasih dan Bot Pranadi, “Fortifikasi Fe Organik Dari Bayam (Amaranthus Tricolor L) dalam Pembuatan Cookies Untuk Wanita Menstruasi” Jurusan Teknologi Pangan dan Gizi, h. 1.
3
5
Logam berat masih termasuk golongan logam denagn kriteria-kriteria yang
sama denagn logam-logam lain. Perbedaannya terletak dari pengaruh yang
dihasilkan bila logam berat ini berikatan dan masuk kedalam tubuh organisme
hidup. Sebagai contoh, bila unsur logam besi (Fe) masuk ke dalam tubuh, meski
dalam jumlah berlebihan, biasanya tidaklah menimbulkan pengaruh yang buruk
terhadap tubuh, karena unsur besi (Fe) dibutuhkan dalam darah untuk mengikat
oksigen.8
Kebutuhan orang dewasa akan besi diperkirakan antara 12 mg – 30 mg/
hari. Absorpsi (penyerapan) besi, seperti halnya kalsium ditentukan oleh berbagai
faktor, misalnya besi yang terikat denag gugus porfirin, seperti dalam darah
sedikit saja diabsorpsi. Buah-buahan dan sayur-sayuran mempunyai peranyang
lebih besar dalam suplai besi daripada kalsium.9
C. Spektrofotometer Serapan Atom
Spektrofotometri serapan atom adalah suatu metode analisis untuk
menentukan konsentrasi suatu unsur dalam suatu cuplikan yang didasarkan pada
proses penyerapan radiasi sumber oleh atom-atom yang berada pada tingkat
energi dasar (ground state). Proses penyerapan energi terjadi pada panjang
gelombang yang spesifik dan karakteristik untuk tiap unsur. Proses penyerapan
tersebut menyebabkan atom penyerap tereksitasi, dimana elektron dari kulit atom
meloncat ke tingkat energi yang lebih tinggi. Banyaknya intensitas radiasi yang
diserap sebanding dengan jumlah atom yang berada pada tingkat energi dasar
8Haryando palar, Pencemaran dan Toksikologi Logan Berat (Jakarta: Rineka Cipta, 2008), h. 23.
9Muchidin Apandi, Teknologi Buah dan Sayur (Bandung: Alumni, 1984), h. 27.
6
yang menyerap energi radiasi tersebut, dengan mengukur tingkat penyerapan
radiasi (absorbansi) atau mengukur radiasi yang diteruskan (transmitansi), maka
konsentrasi unsur di dalam cuplikan dapat ditentukan.10
Analisis kadar unsur-unsur pengotor yang terkandung dalam larutan
contoh dapat dilakukan dengan metode spektrofotometri serapan atom (SSA),
dilakukan dengan cara mengalirkan larutan contoh ke dalam nyala, selanjutnya di
dalam nyala akan terurai menjadi atom-atom bebas dari unsur yang dianalisis,
dengan adanya sinar dari lampu katoda cekung yang mempunyai panjang
gelombang yang sama dengan unsur yang dianalisis, maka akan terjadi
penyerapan sinar oleh atom-atom unsur tersebut yang mengakibatkan atom-atom
tersebut tereksitasi. Banyaknya sinar yang diserap oleh atom-atom tersebut
berbanding lurus dengan konsentasi unsur dalam larutan cuplikan sehingga kadar
unsur dalam contoh dapat diketahui.11
Metode spektrofotometer serapan atom (AAS) berprinsip pada absorpsi
cahaya oleh arom-atom. Atom-atom menyerap cahaya tersebut pada panjang
gelombang tertentu, tergantung pada sifat unsurnya.12 Bila cahaya monokromatik
maupun campuran jatuh atau masuk pada suatu medium yang homogen, sebagian
10Boybul dan Iis Haryati, “Analisis Unsur Pengotor Fe, Cr, dan Ni Dalam Larutan Uranil Nitrat Menggunakan Spektrofotometer Serapan Atom” Jurnal Seminar Nasional V SDM Teknologi Nuklir ISSN 1978-0176 (5 November 2009), h. 566.
11Boybul dan Iis Haryati, “Analisis Unsur Pengotor Fe, Cr, dan Ni Dalam Larutan Uranil Nitrat Menggunakan Spektrofotometer Serapan Atom” Jurnal Seminar Nasional V SDM Teknologi Nuklir, h. 566.
12S. M. Khopkar, Basic Concepts of analytical Chemistry, terj. A. Saptorahardjo, Konsep Dasar Kimia Analitik (Jakarta: UI-Press, 2008), h. 288.
7
dari sinar masuk akan dipantulkan, sebagian diserap dalam medium itu dan
sisanya akan diteruskan.13
Hukum Lambert-Beer yang menjadi dasar dalam analisis kuantitatif secara
spektrofotometer serapan ato (SSA). Hubungan tersebut dirumuskan dalam
persamaan sebagai berikut:14
I = Io . ea.b.c (1)
atau,
Log I/Io = a.b.c (2)
A = a.b.c
dengan:
A = absorbansi, tanpa dimensi
a = koefisien serapan, L2/M
b = panjang jejak sinar dalam medium berisi atom penyerap, L
c = konsentrasi, M/L3
Io = intensitas sinar mula-mula
I = intensitas sinar yang diteruskan.
13J. Basset dkk, Anorganic Analysis Including Elementary instrumental Analysis, terj. A. Hadyana Pudjaatmaka, Kimia Analisis Kuantitatif anorganik (Jakarta: Erlangga, 2007), h. 812.
14Boybul dan Iis Haryati, “Analisis Unsur Pengotor Fe, Cr, dan Ni Dalam Larutan Uranil Nitrat Menggunakan Spektrofotometer Serapan Atom” Jurnal Seminar Nasional V SDM Teknologi Nuklir, h. 566.
8
D. Destruksi
Destruksi merupakan suatu perlakuan pemecahan senyawa menjadi
unsurnya sehingga dapat dianalisis. Istilah destruksi ini disebut juga perombakan,
yaitu dari bentuk organik logam menjadi bentuk logam-logam anorganik. Pada
dasarnya ada dua jenis destruksi yang dikenal dalam ilmu kimia yaitu destruksi
basah (oksida basah) dan destruksi kering (oksida kering). Kedua destruksi ini
memiliki teknik pengerjaan dan lama pemanasan atau pendestruksian yang
berbeda.15
Destruksi basah adalah perombakan sampel dengan asam-asam kuat baik
tunggal maupun campuran, kemudian dioksidasi dengan menggunakan zat
oksidator. Pelarut-pelarut yang dapat digunakan untuk destruksi basah antara lain
asam nitrat, asam sulfat, asam perklorat, dan asam klorida. Kesemua pelarut
tersebut dapat digunakan baik tunggal maupun campuran. Kesempurnaan
destruksi ditandai dengan diperolehnya larutan jernih pada larutan destruksi, yang
menunjukkan bahwa semua konstituen yang ada telah larut sempurna atau
perombakan senyawa-senyawa organik telah berjalan dengan baik. Senyawa
garam yang terbentuk setelah destruksi merupakan senyawa garam yang stabil dan
disimpan selama beberapa hari, pada umumnya pelaksanaan kerja destruksi basah
dilakukan secara metode Kjeldhal, dalam usaha pengembangan metode telah
dilakukan modifikasi dari peralatan yang digunakan.16
15Susila Kristianingrum, “Kajian Berbagai Proses Destruksi Sampel dan Efeknya” Jurnal Seminar Nasional Penelitian, h. 4.
16Susila Kristianingrum, “Kajian Berbagai Proses Destruksi Sampel dan Efeknya” Jurnal Seminar Nasional Penelitian, h. 4-5.
9
Destruksi kering merupakan perombakan organic logam di dalam sampel
menjadi logam-logam anorganik dengan jalan pengabuan sampel dalam muffle
furnace dan memerlukan suhu pemanasan tertentu. Pada umumnya dalam
destruksi kering ini dibutuhkan suhu pemanasan antara 400-800oC, tetapi suhu ini
sangat tergantung pada jenis sampel yang akan dianalisis.17
17Susila Kristianingrum, “Kajian Berbagai Proses Destruksi Sampel dan Efeknya” Jurnal Seminar Nasional Penelitian, h. 4-5.
10
BAB III
METODE PERCOBAAN
A. WaktudanTempat
Hari / Tanggal : Kamis/ 19 Juni 2014
Pukul : 08.00-12.00 WITA
Tempat : Laboratorium Kimia Anorganik Fakultas Sains dan
Teknologi UIN Alauddin Makassar.
B. AlatdanBahan
1. Alat
Alat yang digunakandalampercobaaniniyaitu seperangkat alat instrumen
spektrofotometer serapan atom (SSA) varian AA240F, neraca analitik, hot plate,
pipet skala 10 mL, labu takar 100 mL, gelas kimia 100 mL, corong, bulp, pipet
tetes 3 mL, botol semprot, spatula dan batang pengaduk.
2. Bahan
Bahan yang digunakan dalam percobaan ini adalah aquades (H2O),
aqubides (H2O), aluminium foil, asam nitrat (HNO3) 65%, asam perklorat (HClO4)
pekat, kertas saring whatman no.42, larutan induk Fe 1000 ppm, sampel sayur
bayam waterone (H2O).
10
11
C. Prosedur kerja
1. Preparasi Sampel Bayam
Menimbang sampel bayam merah sebanyak 5 gram ke dalam gelas
kimia 100 mL. Menimbang sampel bayam hijau sebanyak 5 gram ke dalam
gelas kimia 100 mL. Menambahkan 20 mL aquabides (H2O), selanjutnya
menambahkan 5 mL asam nitrat (HNO3) 65%. Melakukan pemanasan hingga
larutan mendidih dan volumenya berkurang. Mendinginkan larutan dan
menambahkan 1 mL asam perklorat (HClO4) pekat. Melanjutkan pemanasan
kembali. Mendinginkan kembali larutan lalu melakukan penyaringan.
Mengencerkan dengan aquades (H2O) dan menghomogenkannya.
2. Pembuatan larutan baku besi (Fe) 100 ppm
Memipet 10 mL larutan induk besi (Fe) 1000 ppm ke dalam labu takar
100 mL. Mengencerkan dengan aquabides (H2O).
3. Pembuatan larutan standar besi (Fe)
Memipet 1 mL, 2 mL, 3 mL, 4 mL dan 5 mL larutan baku 100 ppm ke
dalam 5 buah labu takar 100 mL. Mengencerkan masing-masing larutan
dengan aquades (H2O) dan menghomogenkannya.
4. Pengujian kadar besi (Fe) dengan AAS
Menyalakan rangkaian sektrofotometer serapan atom. Mengeset
hollow cathode lamp. Memastikan alat sektrofotometer serapan atom telah
tersambung dengan komputer. Menghubungkan alat sektrofotometer serapan
atom dengan larutan standar dan sampel. Melakukan analisis larutan standar
dan sampel. Mencatat nilai absorbansi dari masing-masing larutan. Membuat
kurva absorbansi besi (Fe). Mencatat konsentrasi besi (Fe) dalam sampel
dengan menggunakan ekstraporasi.
12
BAB IV
HASAIL DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Pembahasan
1. Tabel pengamatan
Tabel. IV.1 Larutan standar
No.
Larutan Konsentrasi(x) (ppm)
Absorbansi (y) Panjanggelombang (λ) (nm)
1 Standar 1 0,5 0.0169 248.32 Standar2 1 0.0467 248.33 Standar3 2 0.1011 248.34 Standar4 3 0.1505 248.35 Standar5 4 0.2073 248.3
Tabel VI.2.Absorbansi
No. Konsentrasi (x) (ppm)
Absorbansi(y) x.y x2 y2
1 0.5 0.0169 0.0085 0.25 0.0003
2 1 0.0467 0.0467 1 0.0022
3 2 0.1011 0.2022 4 0.0102
4 3 0.1505 0.4515 9 0.0227
5 4 0.2073 0.8292 16 0.0430
N=5
Σx= 10.5 Σy= 0.5225 Σx.y= 1.5381 Σx2= 30.25 Σ y2= 0.0783
12
13
Tabel VI.3 Pengamatan Sampel
2. Analisis Data
a. Persamaan garis linier
y = a + bx
b = nΣxy−Σx . Σy
n Σ x2−¿¿
= 5 (1.5381 )−10.5(0.5225)
5 (30.25 )−(110.25)
= 7.6905−5.48625151.25−110.25
= 2.20425
41
= 0.054
a = y rata-rata – b (x rata-rata)
= 0.1045 – 0.054(2.1)
= 0.1045 – 0.1134
= -0.009
b. Konsentrasi Besi (Fe) dalam daun bayam merah
y = a + bx
0.2267 = -0.009 + 0.054x
0.2267+0.009 = 0.054x
No. Sampel Absorben
1 Bayam merah 0.2267
2 Bayam hijau 0.1976
14
0.2357 = 0.054x
x = 0.23570.054
x = 4.3648
c. Konsentrasi Besi (Fe) dalam daun bayam hijau
y = a + bx
0.1976 = -0.009 + 0.054x
0.1976+0.009= 0.054x
0.2066=0.054x
x= 0.20660.054
x= 3.8259
d. Nilai regensi (R)
R2= nΣxy−ΣxΣy
√ ¿¿
R2= 5 (1.5381 )−10.5(0.5225)
√ ¿¿
R2= 7.6905−5.48625
√ ¿¿
R2= 2.20425
√ (41)(0.1185)
R2= 2.20425√ 4.8585
R2= 2.204252.20420
R2= 1
15
3. Grafik
Grafik IV. 1 Hubungan Adsorbansi dan konsentrasi
0.0000 1.0000 2.0000 3.0000 4.0000 5.00000.0000
0.0500
0.1000
0.1500
0.2000
0.2500
f(x) = 0.0537560975609756 x − 0.00838780487804879R² = 0.999396364608943
Grafik Larutan Standar
Series2Linear (Series2)
Konsentrasi Larutan Standar (ppm)
Adso
rban
si La
ruta
n st
anda
r
16
B. Pembahasan
Percobaan ini dilakukan untuk menentukan kandungan kadar besi (Fe)
yang terdapat pada bayam merah dan bayam hijau. Bayam merah dan bayam hijau
yang akan diuji didestruksi dengan metode basah. Pengukuran kandungan besi
dilakukan dengan menggunakan Atomic Absorption Spectroscopy (AAS).
Pertama-tama membuat larutan standar dengan memipet larutan induk
besi (Fe) 1000 ppm sebanyak 10 mL dan diencerkan dalam labu takar 100 mL.
Memipet larutan baku besi (Fe) dengan voleme 1 mL, 2 mL, 3 mL, 4 mL dan 5
mL untuk masing-masing 0,5 ppm, 1 ppm, 2 ppm, 3 ppm dan 4 ppm deret standar
yang digunakan berbeda-beda bertujuan untuk membedakan adsorbansi dari
masing-masing deret standar tersebut, kemudian mengimpitkan masing-masing
larutan dengan untuk memperkecil konsetrasi dari larutan.
Pembuatan larutan sampel dilakukan dengan memotong kecil-kecil daun
bayam meraj dan bayam hijau untuk memudahkan proses penghancuran pada saat
didestruksi. Menambahkan waterone (H2O) untuk penetral dari larutan asam yang
akan ditambahkan, ditambahkan asam nitrat (HNO3) berfungsi untuk mencegah
terjadinya endapan karena di dalam air, ion besi dapat mengalami hidrolisis dan
membentuk Fe(OH)3 yang merupakan padatan, juga berfungsi sebagai pelarut
untuk menghilangkan pengotor yang ada dalam sampel dan untuk mengikat dan
mengomplekskan logam. Selanjutnya dipanaskan untuk mempercepat terjadinya
proses destruksi karena pada suhu tinggi destruksi berlangsung cepat, kemudian
17
larutan didinginkan setelah munculnya uap putih yang menandakan perombakan
senyawa organik telah berjalan. Menambahkan dengan asam perklorat (HClO4)
untuk mendestruksi ulang atau melanjutkan perombakan senyawa organik yang
belum terdestruksi oleh asam nitrat (HNO3) dan melanjutkan dengan memanaskan
campuran larutan hingga sampel benar-benar hancur. Setelah didestruksi larutan
yang didapatkan disaring sehingga dihasilkan larutan jernih berwarna kekuningan
dan diperolehnya larutan jernih pada larutan destruksi ini menandakan bahwa
sampel telah terdestruksi secara sempurna. Hal ini menunjukkan bahwa semua
konstituen yang ada telah larut sempurna atau perombakan senyawa-senyawa
organik telah berjalan dengan baik, mendinginkan dan menyaring larutan ke
dalam labu takar dan selanjutnya mengencerkan untuk memperkecil konsentrasi
lautannya.
Larutan yang telah diimpitkan di uji kadar besinya dengan alat
spektrofotometer serapan atom dengan panjang gelombang 248,3 nm, dari kurva
kalibrasi dapat diketahui bahwa, persamaan garis yang menyatakan hubungan
antara konsentrasi dan absorbansi yaitu y = 0,054x + 0,008 dengan R² = 0,999.
Kelayakan suatu kurva kalibrasi diuji dengan uji kelinieran kurva. Uji ini
diperoleh dengan penentuan koefisien korelasi (R) yang merupakan ukuran
kesempurnaan hubungan antara konsentrasi larutan standar dengan absorbansi
larutan. Nilai R menyatakan bahwa terdapat korelasi yang linier antara konsentrasi
dan absorbansi, dan hampir semua titik terletak pada 1garis lurus dengan gradien
yang positif. Nilai R2 yang baik terletak pada kisaran 0,9 ≤ R2≤ 1.
18
Nilai R2 kurva kalibrasi larutan sampel ditambahkan standar pada
penelitian ini adalah 0,999, sehingga berdasarkan nilai korelasi tersebut maka
kurva kalibrasi ini layak digunakan karena berada dalam kisaran 0,9 ≤ R2≤ 1.
Kurva kalibrasi dapat diketahui bahwa, persamaan garis yang menyatakan hubung
anantara konsentrasi dan absorbansi yaitu y = 0,054x + 0,008, dalam hal ini y
adalah absorbansi, x adalah konsentrasi. Nilai 0,054 menyatakan kemiringan
kurva (m), sedangkan nilai 0,008 menunjukkan intersep yaitu titik potong antara
kurva dengan sumbu y, dengan mengetahui persamaan linear kurva kalibrasi dan
adsorbansi sampel didapatkan bayam merah sebesar 4,3468 gr dan bayam hijau
3,8259 gr. Menurut teori kandungan besi (Fe) dalam 100 gr bayam merah
mempunyai kandungan besi (Fe) yang tinggi yaitu 7 gr dan bayam hijau sebesar 3
gr, dimana percobaan yang dilakukan tidak sesuai dengan teori dapat disebabkan
karena faktor lingkungan diantaranya yaitu tempat tumbuhnya bayam dan tempat
pemasaran bayam tersebut yang kurang baik sehingga mengurangi kadar besi (Fe)
yang terkandung didalamnya.
19
20
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Kesimpulan dari percobaan ini adalah kandungan kadar besi (Fe) dalam
sampel bayam dengan menggunakan alat spektrofotometer serapan atom yaitu
sampel bayam merah mengandung kadar besi (Fe) sebesar 4,3468 gr dan sampel
bayam hijau sebesar 3,8259 gr.
B. Saran
Saran yang dapat disampaikan untuk percobaan selajutnya yaitu pada
percobaan berikutnya dilakukan uji kandungan besi pada batang bayam.
19
21
DAFTAR PUSTAKA
Apandi, Muchidin. Teknologi Buah dan Sayur. Bandung: Alumni, 1984.
Basset, J., dkk. Anorganic Analysis Including Elementary instrumental Analysis, terj. A. Hadyana Pudjaatmaka. Kimia Analisis Kuantitatif anorganik . Jakarta: Erlangga,2007.
Boybul dan Iis Haryati, “Analisis Unsur Pengotor Fe, Cr, dan Ni Dalam Larutan Uranil Nitrat Menggunakan Spektrofotometer Serapan Atom” Jurnal Seminar Nasional V SDM Teknologi Nuklir ISSN 1978-0176 (5 November 2009), h. 566-572.
Fatimah, Siti. “Studi Kadar Klorofil Dan Zat Besi (Fe) Pada Beberapa Jenis Bayam Terhadap Jumlah Eritrosit Tikus Putih (Rattus Norvegicus) Anemia” Skripsi (Malang: Fakultas Sains dan Teknologi UIN Maulana Malik Ibrahim Malang, 2009), h. 1-94.
Khopkar, S. M. Basic Concepts of analytical Chemistry, terj. A. Saptorahardjo, Konsep Dasar Kimia Analitik. Jakarta: UI-Press, 2008.
Kristianingrum, Susila. “Kajian Berbagai Proses Destruksi Sampel dan Efeknya” Jurnal Seminar Nasional Penelitian 1, No. 2 (2 Juni 2012 ), h. 1-11
Kuswardhani, Dian Sukma, Yaniasih dan Bot Pranadi. “Fortifikasi Fe Organik Dari Bayam (Amaranthus Tricolor L) dalam Pembuatan Cookies Untuk Wanita Menstruasi” Jurusan Teknologi Pangan dan Gizi 1 No. 3 (2002), h. 1-9.
Palar,Haryando. Pencemaran dan Toksikologi Logan Berat. Jakarta: Rineka Cipta, 2008.
.
19
22
LEMBAR PENGESAHAN
Laporan praktikum Kimia Anorganik dengan judul
“Pengujian Kadar Besi dalam Sayur Bayam dengan Metode AAS”
yang disusun oleh:
Nama : Riskayanti
Nim : 60500112028
Kelompok : IV (Empat)
telah diperiksa secara teliti oleh Asisten atau Koordinator asisten
dan dinyatakan diterima.
Samata, Juni
2014
Koordinator Asisten
Asisten
Nur Amalia P. Siti Hardiyanti R. L NIM: 60500110040
Mengetahui, Dosen Penanggung Jawab
Syamsidar HS, S.T., M.Si
23
NIP: 19760330 200912 2 002