27
Pandangan tentang perencanaan tata ruang kolaboratif di Kabupaten Mamberamo Raya (Papua, Indonesia) Kegiatan di Burmeso, Kwerba, Metaweja, Papasena dan Yoke Kasonaweja, 20-21 Maret 2012 Manuel Boissière, Michael Padmanaba , Ermayanti

Perencanaan tata ruang kolaboratif di Kabupaten Mamberamo Raya (Papua, Indonesia)

Embed Size (px)

DESCRIPTION

Presentasi ini memberikan paparan dan pembelajaran dari hasil penelitian bersama masyarakat lokal di Desa Burmeso, Kwerba, Metaweja, Papasena dan Yoke, Kabupaten Mamberamo Raya, Papua tentang bagaimana melibatkan masyarakat dalam merencanakan tata ruang wilayah yang mendukung prinsip-prinsip kelestarian. Penelitian ini mendorong keterlibatan masyarakat dalam diskusi tentang penggunaan lahan di tingkat desa, apa yang menjadi aspirasi masyarakat, bagaimana mereka mengambil keputusan, serta isu-isu penting yang perlu diperhatikan. Dalam penelitian yang dilakukan oleh CI, CIFOR dan CIRAD dengan dukungan dana dari AFD ini, pemahaman masyarakat mengenai perubahan musim, pandangan dan prioritas masyarakat tentang hutan dan penggunaan lahan, integrasi dengan RTRW, digali melalui serangkaian wawancara dengan tokoh kunci, diskusi kelompok, dan pemetaan partisipatif. Presentasi ini disosialisasikan kepada masyarakat dan stakeholders yang lain dalam lokakarya perencanaan tata ruang kolaboratif di Kasonaweja, Kabupaten Mamberamo Raya tanggal 20–21 Maret 2012. Lokakarya ini, selain membagi hasil penelitian (laporan dan peta), merupakan kesempatan yang baik untuk memulai pembicaraan antara semua pihak yang mempunyai kepentingan untuk penggunaan lahan di Kabupaten Mamberamo Raya. Peran tim peneliti adalah memfasilitasi diskusi antara semua pihak berdasarkan hasil yang diperoleh, termasuk memberikan rekomendasi untuk langkah selanjutnya, misalnya pelatihan lanjutan tentang pemetaan dan pengambilan data di desa-desa lain. Namun demikian, keputusan akhir tetap di tangan Pemda.

Citation preview

Page 1: Perencanaan tata ruang kolaboratif di Kabupaten Mamberamo Raya (Papua, Indonesia)

Pandangan tentang perencanaan tata ruang kolaboratif di Kabupaten Mamberamo Raya (Papua, Indonesia)

Kegiatan di Burmeso, Kwerba, Metaweja, Papasena dan Yoke

Kasonaweja, 20-21 Maret 2012

Manuel Boissière, Michael Padmanaba , Ermayanti

Page 2: Perencanaan tata ruang kolaboratif di Kabupaten Mamberamo Raya (Papua, Indonesia)

Persepsi/pandangan: apa itu dan untuk apa?

Persepsi = sebuah proses saat orang mengatur dan mengartikan kesan-kesan mereka

• Memberikan arti bagi lingkungan mereka: bagaimana lingkungan digunakan, ancaman apa dll

• Ambil keputusan

Perilaku orang (masyarakat, Pemda, anggota LSM, swasta) seringkali didasarkan pada persepsi tentang kenyataan, bukan selalu pada kenyataan itu sendiri

Penelitian ini: tentang pandangan (masyarakat, pemda, swasta, LSM), bukan studi biofisik

Page 3: Perencanaan tata ruang kolaboratif di Kabupaten Mamberamo Raya (Papua, Indonesia)

Kerangka presentasi

1. Latar belakang masalah

2. Lokasi

3. Metode

4. Deskripsi kampung

a. Demografi

b. Musim

c. Pengawasan SDA

d. Peraturan adat

5. Persepsi

a. Perubahan luas hutan, kebun, dan desa

b. Kegiatan manusia yang membahayakan alam

c. Perubahan musim

6. Penggunaan lahan saat ini dan ke depan

Page 4: Perencanaan tata ruang kolaboratif di Kabupaten Mamberamo Raya (Papua, Indonesia)

RTRW dan penggunaan lahan menurut Pemda

Definisi RTRW/RTGL menurut pihak Pemda:

• Mengacu dari RTRW Propinsi dan pusat

• Gambaran umum fisik, penggunaan lahan,

kependudukan, kawasan rawan bencana,

perekonomian, prasarana wilayah

• Menjawab isu-isu strategis terkait

penataan ruang.

• Menyajikan rencana struktur ruang

(sistem perkotaan; sistem transportasi;

prasarana energi, telkom, sumber air,

lingkungan).

• Termasuk rencana pola kawasan (RTGL).

Page 5: Perencanaan tata ruang kolaboratif di Kabupaten Mamberamo Raya (Papua, Indonesia)

Yang masih perlu diperbaiki menurut Pemda

• Revisi RTRW dengan semua Satuan Kerja

Perangkat Dinas (SKPD)

• Penyempurnaan RTGL (berkoordinasi

dengan Dinas Kehutanan)

• Data dari pemetaan batas desa

• Pandangan RTRW/RTGL menurut

masyarakat

• Perlu sosialisasi lebih dalam tentang

RTRW dan mencari peluang integrasi

peraturan adat

• Masyarakat belum terlibat secara penuh

• Sering ada pengambilan hasil alam, di

hutan lindungi

Page 6: Perencanaan tata ruang kolaboratif di Kabupaten Mamberamo Raya (Papua, Indonesia)

Latar belakang kegiatan penelitian

3 lembaga dengan dukungan AFD: CI, CIFOR dan CIRAD. Semua informasi bersumber dari masyarakat setempat dan dari aparat kabupaten dan kecamatan: bukan data resmi dari pemerintah kabupaten. #1 Bagaimana pemahaman masyarakat tentang perubahan musim, dan dampaknya? #2 Bagaimana pandangan dan prioritas masyarakat tentang hutan dan penggunaan lahan? #3 Bagaimana pandangan itu bisa disampaikan, dan diintegrasikan dalam RTRW? #4 Bagaimana masyarakat bisa ikut serta dalam pengambilan keputusan di Kabupaten?

Page 7: Perencanaan tata ruang kolaboratif di Kabupaten Mamberamo Raya (Papua, Indonesia)

Deskripsi lokasi: 5 desa di Kabupaten Mamberamo Raya

YOKE

Page 8: Perencanaan tata ruang kolaboratif di Kabupaten Mamberamo Raya (Papua, Indonesia)

Deskripsi lokasi: 5 desa di Kabupaten Mamberamo Raya

YOKE

Page 9: Perencanaan tata ruang kolaboratif di Kabupaten Mamberamo Raya (Papua, Indonesia)

Deskripsi lokasi: 5 desa di Kabupaten Mamberamo Raya

YOKE

- Kabupaten Mamberamo Raya: 2,9 juta hektar

- 90% hutan rimba (rawa, gunung, bakau, dataran rendah)

- Suaka Marga Satwa Mamberamo-Foja: +- 2 juta hektar

- Jumlah penduduk: +-18,000

- Konservasi vs pembangunan: HPH (>600,000 ha), KK, dan pemekaran

Page 10: Perencanaan tata ruang kolaboratif di Kabupaten Mamberamo Raya (Papua, Indonesia)

Metode (1): kegiatan

• Koleksi data lapangan, wawancara/diskusi dengan staf pemda: 1 bulan per desa

• Input dan analisa data di Bogor/Jakarta

• Laporan, pemetaan: dalam bahasa Indonesia untuk setiap desa dan pemda, peta dapat dibagi jika masyarakat setuju

Tanggal 21 Oktober s/d 20 November 2010

20 April s/d 15 Mei 2011

12 Juli s/d 12 Agustus 2011

19-22 Maret 2012

Desa Kasonaweja, Burmeso

Yoke, Kwerba, Kasonaweja

Metaweja, Papasena, Kasonaweja

Kasonaweja

Kegiatan Pengumpulan data

Pengumpulan data

Pengumpulan data

Lokakarya

Page 11: Perencanaan tata ruang kolaboratif di Kabupaten Mamberamo Raya (Papua, Indonesia)

Metode (2): pendekatan

Page 12: Perencanaan tata ruang kolaboratif di Kabupaten Mamberamo Raya (Papua, Indonesia)

Metode (3): pendekatan

Page 13: Perencanaan tata ruang kolaboratif di Kabupaten Mamberamo Raya (Papua, Indonesia)

Deskripsi kampung (1): tidak semua kampung sama!

• Besar kampung beda

• Semua desa bergantung pada SDA

• Mata pencaharian beda: – Papasena & Yoke: sumber daya

ikan di sungai dan laut

– Burmeso: pertanian, perdagangan, pemerintahan

– Kwerba dan Metaweja: pertanian dan berburu

Page 14: Perencanaan tata ruang kolaboratif di Kabupaten Mamberamo Raya (Papua, Indonesia)

Deskripsi kampung (2): musim dan kegiatan

Musim di semua desa

Kegiatan musiman bermacam2

Kegiatan utama Kemarau Hujan

Persiapan kebun (tebang pohon, bakar lahan)

Semua desa

x

Tanam di kebun * x Semua desa

Berburu Semua desa Semua desa

Memancing Semua desa Semua desa

Mencari buah-buahan Metaweja Metaweja, Papasena, Burmeso

Berburu buaya Papasena, Kwerba x

Musim Kwerba Burmeso Metaweja Papasena Yoke

Kemarau Februari - Juli April – Agustus April - Oktober Juli - November April - September

Hujan Agustus - Januari September – Maret November - Maret Desember - Juni Oktober - Maret

* Tokok sagu bisa kapan saja

+ Banjir besar di Mamberamo setiap 5 tahun

Page 15: Perencanaan tata ruang kolaboratif di Kabupaten Mamberamo Raya (Papua, Indonesia)

Deskripsi kampung (3): cara menjaga wilayah dan SDA • Masyarakat jaga hasil hutan:

– Sambil mencari, berburu, tokok sagu

– Lihat tanda2 babi, kalau ada lintah, kalau ada ampas makanan babi

– Untuk buaya dengan senter (cahaya mata)

– Untuk tumbuhan kalau musim buah-buahan baru dicari

• Masyarakat jaga tempat penting: Gunung Agatis, telaga, atau tempat keramat

• Masyarakat mengawasi wilayah dan batas: patroli, tapi dekat perbatasan biasa ada kelonggaran untuk kampung tetangga dapat mencari di wilayahnya.

Desa Kategori tempat keramat Papasena Kepala air, gunung Kwerba Kepala air, gunung

Burmeso Tempat khusus dengan penghuni (pinggir kali, goa), dan gunung

Metaweja Atas gunung di sekitar kampung

Yoke Sungai tertentu, dan perempatan jalur air di mangrove (bakau)

Page 16: Perencanaan tata ruang kolaboratif di Kabupaten Mamberamo Raya (Papua, Indonesia)

Deskripsi kampung (3): cara menjaga wilayah dan SDA • Masyarakat jaga hasil hutan:

– Sambil mencari, berburu, tokok sagu

– Lihat tanda2 babi, kalau ada lintah, kalau ada ampas makanan babi

– Untuk buaya dengan senter (cahaya mata)

– Untuk tumbuhan kalau musim buah-buahan baru dicari

• Masyarakat jaga tempat penting: Gunung Agatis, telaga, atau tempat keramat

• Masyarakat mengawasi wilayah dan batas: patroli, tapi dekat perbatasan biasa ada kelonggaran untuk kampung tetangga dapat mencari di wilayahnya.

Desa Kategori tempat keramat Papasena Kepala air, gunung Kwerba Kepala air, gunung

Burmeso Tempat khusus dengan penghuni (pinggir kali, goa), dan gunung

Metaweja Atas gunung di sekitar kampung

Yoke Sungai tertentu, dan perempatan jalur air di mangrove (bakau)

Page 17: Perencanaan tata ruang kolaboratif di Kabupaten Mamberamo Raya (Papua, Indonesia)

Deskripsi kampung (4): peraturan adat di setiap desa

Page 18: Perencanaan tata ruang kolaboratif di Kabupaten Mamberamo Raya (Papua, Indonesia)

Persepsi (1): luas hutan berkurang, luas desa dan kebun bertambah

Persepsi perubahan luas hutan 10 tahun ke

depan Total

habis berkurang sama saja

Kwerba 0 29 1 30

Burmeso 1 43 0 44

Metaweja 0 30 0 30

Papasena 0 16 14 30

Yoke 0 26 4 30

Total 1 144 19 164

Persepsi perubahan luas desa 10 tahun ke

depan Total

tidak

tahu berkurang

sama

saja bertambah

Kwerba 4 0 0 26 30

Burmeso 8 1 0 35 44

Metaweja 9 1 0 20 30

Papasena 9 0 6 15 30

Yoke 13 0 5 12 30

Total 43 2 11 108 164

Persepsi perubahan luas kebun 10 tahun ke

depan Total

tidak

tahu berkurang

sama

saja bertambah

Kwerba 8 1 2 19 30

Burmeso 30 4 9 1 44

Metaweja 6 4 3 17 30

Papasena 7 0 5 18 30

Yoke 16 5 1 8 30

Total 67 14 20 63 164

Page 19: Perencanaan tata ruang kolaboratif di Kabupaten Mamberamo Raya (Papua, Indonesia)

Persepsi (2): kegiatan manusia yang membahayakan hutan dan alam

No. Jenis kegiatan Frekuensi %

1 Perusahaan kayu 106 64.63

2 Penebangan pohon berlebihan oleh masyarakat 61 37.20

3 Penggunaan racun ikan 56 34.15

4 Kontraktor membangun prasarana umum (mis. jalan)

51 31.10

5 Konversi lahan 43 26.22

6 Proyek DAM 12 7.32

7 Membuang sampah sembarangan 10 6.10

8 Pemekaran kabupaten 8 4.88

9 Pengusaha buaya 3 1.83

10 Praktek ilmu hitam (koahnoro) 2 1.22

11 Penggalian pasir dan batu 2 1.22

Page 20: Perencanaan tata ruang kolaboratif di Kabupaten Mamberamo Raya (Papua, Indonesia)

Persepsi (3): perubahan musim (banjir, panas, angin ribut)

Nama desa Perubahan yang lebih sering

Perubahan yang dampak lebih buruk

Binatang/tumbuhan yang lebih sensitif

Burmeso Panas Panas, hujan (banjir, penyakit)

Dampak perubahan musim: Panas dan hujan yang panjang: -Tumbuhan jangka waktu panjang -Tumbuhan jangka waktu pendek -Binatang liar

Angin ribut/kencang: - Tumbuhan jangka waktu panjang patah

Kwerba Hujan lebih lama, kemarau panjang

Hujan (banjir), panas

Metaweja Hujan lebih lama, angin kencang, dan musim panas yang panjang

Angin kencang, hujan (penyakit)

Papasena Musim panas yang panjang, angin kencang, musim hujan yang panjang

Banjir, panas

Yoke Musim kemarau yang panjang, angin kencang

Musim panas (panen gagal, sumur kering dan asin), musim hujan yang panjang (penyakit, air naik)

Page 21: Perencanaan tata ruang kolaboratif di Kabupaten Mamberamo Raya (Papua, Indonesia)

Persepsi (3): perubahan musim (banjir, panas, angin ribut)

Nama desa Perubahan yang lebih sering

Perubahan yang dampak lebih buruk

Binatang/tumbuhan yang lebih sensitif

Burmeso Panas Panas, hujan (banjir, penyakit)

Dampak perubahan musim: Panas dan hujan yang panjang: -Tumbuhan jangka waktu panjang -Tumbuhan jangka waktu pendek -Binatang liar

Angin ribut/kencang: - Tumbuhan jangka waktu panjang patah

Kwerba Hujan lebih lama, kemarau panjang

Hujan (banjir), panas

Metaweja Hujan lebih lama, angin kencang, dan musim panas yang panjang

Angin kencang, hujan (penyakit)

Papasena Musim panas yang panjang, angin kencang, musim hujan yang panjang

Banjir, panas

Yoke Musim kemarau yang panjang, angin kencang

Musim panas (panen gagal, sumur kering dan asin), musim hujan yang panjang (penyakit, air naik)

3 perubahan utama yang paling sering terjadi adalah: -Kemarau - Hujan -Angin ribut

Page 22: Perencanaan tata ruang kolaboratif di Kabupaten Mamberamo Raya (Papua, Indonesia)

Persepsi penggunaan lahan saat ini dan ke depan (1)

Peta yang digambar bersama masyarakat berupa 3 macem: •Peta sumber daya alam •Peta penggunaan lahan saat ini •Peta penggunaan lahan masa depan

Masyarakat dari setiap kampung akan presentasi peta mereka masing2

Yoke

Page 23: Perencanaan tata ruang kolaboratif di Kabupaten Mamberamo Raya (Papua, Indonesia)

Persepsi penggunaan lahan saat ini dan ke depan (2)

Burmeso

Page 24: Perencanaan tata ruang kolaboratif di Kabupaten Mamberamo Raya (Papua, Indonesia)

Diskusi (1): Penggunaan lahan antara kabupaten dan desa

• Peta penggunaan lahan: skala sama antara RTRW dan peta partisipatif (1:50 000)

• Langkah pertama untuk mulai diskusi antar semua pihak tentang masa depan Mamberamo

• Perlu di semua desa di Kabupaten Mamberamo Raya (59 desa). Kegiatan kami hanya pilot

• Perlu pertimbangkan penggunaan lahan secara tradisional di dalam diskusi untuk RTRW, untuk negosiasi => dapat dimasukkan di dalam rencana RTRW yang berikut

• Perubahan iklim/musim adalah permasalahan se-Dunia. Mulai terasa di Mamberamo, tapi di tingkat yang serupa dengan perubahan yang lain: ekonomik, politik, lingkungan dll

Page 25: Perencanaan tata ruang kolaboratif di Kabupaten Mamberamo Raya (Papua, Indonesia)

Diskusi (2): Aspirasi masyarakat dan pengambilan keputusan

• Hutan penting untuk kehidupan masyarakat dan sebagai sumber pendapatan

• Setiap desa punya pendapat yang berbeda tentang mengapa hutan penting, SDA yang sering diambil: tergantung pada suku, lokasi, ekosistem dan topografi

• Di samping itu mereka ingin juga pembangunan masuk di desa (sarana dan prasarana)

• Bagaimana jaga keseimbangan antara kedua hal itu?

• Perlu dibahas bersama dan memberi tanggung jawab kepada masyarakat

Page 26: Perencanaan tata ruang kolaboratif di Kabupaten Mamberamo Raya (Papua, Indonesia)

Diskusi (3): Isu isu penting

• Batas wilayah adat di dalam desa

• Pemekaran kecamatan

• Sarana dan prasarana di tingkat desa

• Lokasi ibu kota kabupaten baru

• Perusahaan kayu dan sektor swasta yang lain

Jenis masalah Kwerba Burmeso Metaweja Papasena Yoke

Kompensasi dari perusahaan kurang X

Pelimpahan hak ulayat untuk pembangunan

X

CPNS dari masyarakat asli masih belum banyak

X

Pendistribusian bantuan pemerintah kurang merata

x

Pemekaran desa dan distrik perlu ditindaklanjuti

x x x

Pergantian perangkat desa tidak cukup sering dan teratur

x x

Pengambilan SDA oleh orang luar desa masih sering terjadi

x x

Akses untuk memasarkan hasil alam dan kebun belum lancar

x x

Bangunan masyarakat masih kurang(perumahan, sekolah, Puskesmas)

x x x x

Pembangunan akses (jalan, lapangan terbang) masih kurang

x x x

Pendidikan: pengadaan guru, beasiswa masih kurang

x x x

Tenaga kesehatan belum mencukupi kebutuhan masyarakat

x x

Sarana air bersih belum ada x x

Penerangan desa belum ada x x

Perpindahan masyarakat ke desa lain atau membentuk pemukiman baru

x x

Page 27: Perencanaan tata ruang kolaboratif di Kabupaten Mamberamo Raya (Papua, Indonesia)

Terima kasih

Kata penutup

• Masyarakat akan presentasikan peta mereka masing masing

• Kesempatan untuk masyarakat dan Pemda diskusi tentang RTRW dan pembangunan: diskusi kelompok besok pagi

• Kalau pihak Pemda setuju, tahun ini akan diadakan latihan untuk melanjutkan pemetaan dan pengambilan data di Desa yang lain

• Peta dan laporan akan diserahkan besok ke masyarakat dan Pemda