47
Presentasi Kelompok 7

Platyhelminthes / Cacing Pipih

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: Platyhelminthes / Cacing Pipih

Presentasi Kelompok 7

Page 2: Platyhelminthes / Cacing Pipih
Page 3: Platyhelminthes / Cacing Pipih
Page 4: Platyhelminthes / Cacing Pipih

Struktur Tubuh

Ganglia : Pusat sarafBintik Mata : Berfungsi sebagai mataAurikula : Dalam beberapa spesies, berfungsi sebagai telingaSaraf : sistem penggerak tubuhRongga gastrovaskuler : sebagai saluran pencernaanFaring : Kelanjutan dari sistem pencernaanMulut : Tempat masuk dan keluarnya makanan

Secara umum, platyhelminthes memiliki tubuh memanjangpipih dorsoventral tanpa segmentasi atau ruas ruas. Bagian tubuh dapat dibagi menjadi bagian anterior (bagian kepala), posterior (ekor), dorsal (punggung),ventral (daerah yang berlawanan dengan punggung), danlateral (samping tubuh).

Page 5: Platyhelminthes / Cacing Pipih

Perbedaan antara bersegmen dan tidak bersegmen

• Bersegmen • Tidak Bersegmen

Sedangkan pada cacing pita terlihat bersegmen karena sebenarnya bagian dari Proglotidnya

Page 6: Platyhelminthes / Cacing Pipih

Apa Itu Tripoblastik Aselomata?

Aselomata, yaitu hewan yang belum mempunyai rongga tubuh, artinya tubuhnya padat tanpa rongga antara usus dan tubuh terluar. Pada hewan semacam ini mesoderm membentuk struktur yang kompak sehingga selom (rongga tubuh) tidak terbentuk.

Epidermis = EktodermaLapisan Otot = MesodermaMesenkim = Endoderm

Page 7: Platyhelminthes / Cacing Pipih

Tubuh platyhelminthes bersimetri bilateral dan tersusun atas tiga lapisan, yaitu

• Ektoderma

Dalam perkembangan selanjutnya, ektoderma akan membentuk epidermis dan kutikula. Epidermis lunak dan bersilia serta berfungsi untuk membantu alat bergerak. Seringkali epidermis tertutup kutikula dan sebagian lagi

• Mesoderma

Dalam perkembangan selanjutnya mesoderma akan membentuk alat reproduksi, jaringan otot, dan jaringan ikat.

• Endoderma

Dalam perkembangan selanjutnya, endoderma akan membentuk gastrodermis/gastrovaskuler sebagai saluran pencernaan makanan.

Page 8: Platyhelminthes / Cacing Pipih

Sistem Organ

• Sistem pencernaan pada hewan ini berupa rongga gastrovaskuler yang terletak di tengah tubuh dan berperan sebagai usus. Akan tetapi ada juga anggota Platyhelminthes yang tidak memiliki saluran pencernaan

• Sistem ekskresi Platyhelminthes bersifat sederhana dan tersusun dari sel sel bersilia, yaitu sel api atau sel sel bulu getar (selenosit)

• Sistem saraf terdiri dari dua ganglia otak yang dilengkapi dengan saraf saraf tepi sehingga membentuk sistem saraf tangga tali

• Sistem reproduksi pada umumnya bersifat hermafrodit. Reproduksi terjadi secara generatif dan vegetatif. Reproduksi secara generatif terjadi secara silang dan berlangsung fertilisasi internalReproduksi secara vegetatif dengan cara regenerasi, yaitu individu baru berasal dari bagian tubuh induknya.

Page 9: Platyhelminthes / Cacing Pipih
Page 10: Platyhelminthes / Cacing Pipih

)

Page 11: Platyhelminthes / Cacing Pipih
Page 12: Platyhelminthes / Cacing Pipih

Planaria

Salah satu contoh Tubellaria adalah Planaria sp. Cacing ini bersifat karnivor dan dapat ditemukan di perairan, genangan air, kolam, atau sungai. Biasanya cacing ini menempel dibatuan atau di daun yang tergenang air. Beberapa Turbellaria melakukan gerakan berombak untuk berenang di air. Planaria seperti kebanyakan Turbellaria lainnya, hidup bebas dan bukan parasit

Planaria ukuran tubuhnya kira-kira 0,5 – 1,0 cm , Selain itu contoh kelas Turbellaria lainnya adalah Bipalium yang mempunyai panjang tubuh sampai 60 cm yang hanya keluar di malam hari dan cacing pipih laut.

Page 13: Platyhelminthes / Cacing Pipih

Planaria memakan protista dan hewan-hewan kecil lainnya. Planaria memakan mangsanya menggunakan faring. Faring memecah makanan dan mendorongnya masuk ke lambung.

Page 14: Platyhelminthes / Cacing Pipih

Alat ekskresi berupa sel api

a) Susunan saluran eksresi pada Planaria; b) Sel api

Sistem ekresi pada planaria terdiri atas dua saluran eksresi yang memanjang bermuara ke pori-pori yang letaknya berderet-deret pada bagian dorsal (punggung). Kedua saluran eksresi tersebut bercabang-cabang dan berakhir pada sel-sel api (flame cell). Perhatikan gambar sistem eksresi dan sel api Planaria di bawah ini.

Page 15: Platyhelminthes / Cacing Pipih

Sistem Ekskresi

Hewan ini mengekresikan sisa sisa metabolisme berupa nitrogen melalui permukaan tubuhnya. Sistem osmoregulasi berupa protonefridium yang terdiri dari sel sel api yang tersebar di tepi tubuh.

Paltyhelminthes mempunyai organ nefridium yang disebut sebagai protonefridium. Protonefridium tersusun dari tabung dengan ujung membesar mengandung silia. Di dalam protonefridium terdapat sel api yang dilengkapi dengan silia.

Tiap sel api mempunyai beberapa flagela yang gerakannya seperti gerakan api lilin. Air dan beberapa zat sisa ditarik ke dalam sel api. Gerakan flagela juga berfungsi mengatur arus dan menggerakan air ke sel api pada sepanjang saluran ekskresi. Pada tempat tertentu, saluran bercabang menjadi pembuluh ekskresi yang terbuka sebagai lubang di permukaan tubuh (nefridiofora). Air dikeluarkan lewat lubang nefridiofora ini.

Sebagian besar sisa nitrogen tidak masuk dalam saluran ekskresi. Sisa nitrogen lewat dari sel ke sistem pencernaan dan diekskresikan lewat mulut. Beberapa zat sisa berdifusi secara langsung dari sel ke air.

Page 16: Platyhelminthes / Cacing Pipih

Sistem reproduksi Planaria (seksual)

Planaria bersifat hermaprodit, sehingga tidak

melakukan pembuahan sendiri sehingga tetap

membutuhkan planaria lainnya. Setiap planaria

tersebut memiliki kemampuan untuk

beregenerasi. Adapun reproduksi seksualnya

terjadi fertilisasi secara silang antara planaria

satu dan planaria yang lain.

Page 17: Platyhelminthes / Cacing Pipih

• Pada reproduksi seksual, dua Planaria melekatkan diri pada bagian ventral sehingga lubang kelamin (porus genitalis) berhadapan dan bersinggungan, kemudian terjadilah fertilisasi internal. Hal ini dapat terjadi jika sel kelamin sudah masak. Planaria bersifat hermafrodit. Akan tetapi, sperma tidak dapat membuahi sel telur dari tubuhnya sendiri, karena masa pemasakan sperma dan sel telur berbeda.

Page 18: Platyhelminthes / Cacing Pipih
Page 19: Platyhelminthes / Cacing Pipih

Sistem reproduksi aseksual

• Hewan ini dikenal mempunyai regenerasi yang sangat tinggi, Kemampuan untuk melengkapi bagian tubuh yang hilang atau rusak disebut regenerasi. Reproduksi secara aseksual dengan regenerasi pada gambar A, yaitu diawali dengan badan yang bertambah panjang dan bagian tubuh dekat faring sedikit demi sedikit menyempit dan akhirnya terputus. Bagian yang terputus akan melengkapi diri. Masing-masing akan menjadi tubuh yang baru dan lengkap.

• Pada gambar B, Planaria membelah dirinya menjadi 2 tepat ditengah tubuh sehingga terbelah menjadi 2 bagian sama besar, masing masing bagian akan tumbuh menjadi individu masing masing.

• Pada gambar C, Planaria membelah dirinya menjadi 3, yaitu anterior, posterior, dan bagian tengah tubuh, sama dengan gambar lainnya, bagian yang terputus akan tumbuh melengkapi diri menjadi individu baru.

Page 20: Platyhelminthes / Cacing Pipih
Page 21: Platyhelminthes / Cacing Pipih
Page 22: Platyhelminthes / Cacing Pipih
Page 23: Platyhelminthes / Cacing Pipih

Trematoda (cacing isap)

• Trematoda disebut sebagai cacing isap karena cacing ini memiliki alat pengisap.Alat pengisap terdapat pada mulut di bagian anterior.Alat hisap (Sucker) ini untuk menempel pada tubuh inangnya makanya disebut pula cacing hisap.Pada saat menempel cacing ini mengisap makanan berupa jaringan atau cairan tubuh inangnya.Dengan demikian maka Trematoda merupakan hewan parasit karena merugikan dengan hidup di tubuh organisme hidupdan mendapatkan makanan tersedia di tubuh inangnya.

Page 24: Platyhelminthes / Cacing Pipih

Struktur tubuh

• a) permukaan tubuhnya tidak bersilia, tetapi diliputi kutikula.

• b) cacing ini memiliki alat isap satu atau lebih yang terdapat di sekitar mulut atau di bagian ventral tubuhnya. Alat isap ini dilengkapi dengan gigi kitin.

• c) saluran pencernaanya bercabang dua, sedangkan sistem ekskresi dan sistem sarafnya serupa dengan Turbellaria.

• d) sistem reproduksi ada yang hermafrodit . Umumnya memiliki siklus hidup yang rumit dengan pergantian fase seksual dan aseksual, misalnya pada Schistosomatidae.

Contoh trematoda yang terkenal adalah fasciola hepatica(cacing hati), biasanya terdapat di dalam kantong empedu hatiternak dan menyerap makanan (nutrien) dari inangnya

Page 25: Platyhelminthes / Cacing Pipih

schistosomatidae

Fasciola hepatica

Anatomi Fasciola hepatica

Page 26: Platyhelminthes / Cacing Pipih

Fasciola hepatica

• Cacing hati ini memiliki daur hidup yang kompleks karena melibatkansedikitnya dua jenis inang,yaitu inang utama dan inang sebagai perantara.Inang utama : ternak / manusia /Ikan , Inang sementara : siput air (Lymnea )Daur hidup Cacing hati terdiri dari1. Fase seksual : di inang utama (saat cacing hati dewasa)2. Fase aseksual : di inang perantara ( tubuh siput) dengan membelah diri terjadi saat larva.

Page 27: Platyhelminthes / Cacing Pipih

Fasciola hepatica memiliki ciri-ciri sebagai berikut :

• Panjang tubuhnya antara 2-5 cm dengan lebar sekitar 1 cm. Bentuknya sepert daun.

• Saluran pencernaannya terdiri atas mulut di bagian ujung anterior yang dilengkapi dengan alat isap bergigi kitin untuk melekatkan diri

• Bersifat hermaprodit.

• Sistem reproduksinya ovivar.

• Mempunyai tonjolan konus (cephalis cone) pada bagian anteriornya.

• Memiliki batil isap mulut dan batil isap perut.

• Uterus pendek berkelok-kelok.

• Testis bercabang banyak, letaknya di pertengahan badan berjumlah 2 buah

Page 28: Platyhelminthes / Cacing Pipih
Page 30: Platyhelminthes / Cacing Pipih

•Redia akan menuju jaringan tubuh siput danberkembang menjadi larva berikutnya yangdisebut serkaria yang mempunyai ekor.Dengan ekornya serkaria dapat menembusjaringan tubuh siput dan keluar berenang dalam air.•Di luar tubuh siput, larva dapat menempel padarumput untuk beberapa lama. Serkaria melepaskan ekornya dan menjadi metaserkaria. Metaserkaria membungkus diri berupa kista yang dapat bertahan lama menempel pada rumput atau tumbuhan air sekitarnya. •Apabila rumput tersebut termakan oleh domba, maka kista dapat menembus dinding ususnya, kemudian masuk ke dalam hati, saluran empedu dan dewasa di sana untuk beberapa bulan. Cacing dewasa bertelur kembali dan siklus ini terulang lagi.

Page 31: Platyhelminthes / Cacing Pipih

siklus hidup clonorchis sinensis

Page 32: Platyhelminthes / Cacing Pipih

zygot-larva mirasidium-sporosit-redia-sercaria-metacercaria-cacing dewasa1. Telur dilepaskan bersamaan dengan kotoran dari penderita.2. Telur akan berkembang menjadi larva mirasidium dan masuk ke inang perantara1,biasanya adalah siput.3. Di tubuh siput, larva mirasidium akan bermetamorfosis menjadi sporosit.4. Sporosit ini banyak mengandung kantung embrio, yang akan tumbuh menjadi redia.5. Redia akan tumbuh dan mengandung embrio yang akan berkembang menjadi sercaria.6. Sercaria yang dihasilkan akan berpindah inang ke inang perantara 2, yaitu ikan.7. Pada tubuh ikan, metaserkaria akan membentuk kista.8. Ikan yang terinfeksi di makan oleh manusia, maka kista akan berkembang menjadi cacing hati dewasa.

Page 33: Platyhelminthes / Cacing Pipih
Page 34: Platyhelminthes / Cacing Pipih

• Cacing dewasa hidup dalam usus Vertebrata dan larvanya hidup di jaringan vertebrata dan invetebrata .• Semua anggota Cacing kelompok Cestoda memiliki struktur pipih dan tertutup oleh kutikula ( zat lilin) dan tak bersilia.• Cestoda disebut sebagai Cacing pita karena anggotanya berupa cacing yang bentuknya pipih panjang seperti pita.• Cacing ini biasanya hidup sebagai parasit dalam usus vertebrata dan tanpa alat pencernaan. • Pembentukan segmen (segmentasi) pada cacing pita disebut Strobilasi.• Tubuhnya Cacing pita (Cestoda) memiliki tubuh bentuk pipih, panjang antara 2 - 3m dan terdiri dari bagian kepala (skoleks) dan

tubuh (strobila).

Contoh Cestoda yaitu:a) Taenia saginata (dalam usus manusia)b) Taenia solium (dalam usus manusia)c) Choanotaenia infudibulum (dalam usus ayam)d) Echinococcus granulosus (dalam usus anjing)e) Dipylidium latum (menyerang manusia melalui inang protozoa)

Page 35: Platyhelminthes / Cacing Pipih

Struktur Tubuh

Kepala (skoleks) dilengkapi dengan lebih dari dua alat pengisap. Sedangkan setiap segmen yang menyusun strobila mengandung alat perkembangbiakan. Makin ke posterior segmen makin melebar dan setiap segmen (proglotid) merupakan satu individu dan bersifat hermafrodit.

CESTODA (Cacing Pita) terlihat secara morfologi : Tubuhnya terdiri dari rangkaian segmen-segmen yang masing-masing disebut Proglottid. Kepala disebut Skoleks dan memiliki alat isap (Sucker) yang memiliki kait (Rostelum) terbuat dari kitin.

Rostellum = Hooks =Sucker = Progolotid =

Page 37: Platyhelminthes / Cacing Pipih

Lanjutan...

• Taenia saginata dewasa hidup sebagai parasit dalam usus manusia.

• Cacing ini masuk kedalam tubuh manusia melalui perantara sapi (sebagai hospes intermediet).

• Skoleks taenia saginata terdapatrostrum tetapi tidak mempunyai Rostelum (kait).

• Jenis cacing ini kurang berbahaya bagi manusia dibandingkan taenia solium.

Page 38: Platyhelminthes / Cacing Pipih

• Skoleks pada jenis Cestoda tertentu (Taenia solium ) selain memiliki alat pengisap, juga memiliki kait (rostelum)

• Rostellum berfungsi untuk melekat pada organ tubuh inangnya.• Dibelakang skoleks pada bagian leher terbentuk proglotid.• Setiap proglotid mengandung organ kelamin jantan (testis) dan organ

kelamin betina (ovarium).• Tiap proglotid dapat terjadi fertilisasi sendiri.dan mempunyai rumah

tangga sendiri ( metameri)• Makin ke posterior segmen makin melebar dan setiap segmen (proglotid)

merupakan satu individu dan bersifat hermafrodit.• Proglotid yang dibuahi ( yang matang ) terdapat di bagian posterior /

paling bawah tubuh cacing.• Proglotid dapat melepaskan diri (strobilasi) dan keluar dari tubuh inang

utama bersama dengan tinja.• Cacing ini biasanya hidup sebagai parasit dalam usus vertebrata dan tanpa

alat pencernaan.

Page 39: Platyhelminthes / Cacing Pipih
Page 40: Platyhelminthes / Cacing Pipih

Daur hidup Taenia saginata

Dalam usus manusia terdapat proglotid yang sudah masak yakni yang mengandung sel telur yang telah dibuahi (embrio). Telur yang berisi embrioini keluar bersama feses. Bila telur ini termakan sapi, dan sampai pada ususakan tumbuh dan berkembang menjadi larva onkoster. Larva onkostermenembus usus dan masuk ke dalam pembuluh darah atau pembuluh limpa, kemudian sampai ke otot lurik dan membentuk kista yang disebut Cysticercus bovis (larva cacing). Kista akan membesar dan membentukgelembung yang disebut Cysticercus (sistiserkus). Manusia akan tertularcacing ini apabila memakan daging sapi mentah atau setengah matang.Dinding Cysticercus akan dicerna di lambung sedangkan larva dengan skoleks menempel pada usus manusia. Kemudian larva akan tumbuh membentuk proglotid yang dapat menghasilkan telur. Bila proglotid masakakan keluar bersama feses, kemudian termakan oleh sapi. Selanjutnya teluryang berisi embrio tadi dalam usus sapi akan menetas menjadi larva onkoster. Setelah itu larva akan tumbuh dan berkembang mengikuti siklushidup seperti di atas.

Page 41: Platyhelminthes / Cacing Pipih

b. Taenia solium

• Taenia solium Cacing pita manusia Menyebabkan Taeniasis solium. Pada skoleknya terdapat kait-kait sebagai alat pengisap yang matang menjadi alat reproduksinya. Memiliki hospes perantara Babi.

Page 42: Platyhelminthes / Cacing Pipih

Taenia solium

• Taenia solium dewasa hidup parasit pada saluran pencernaan manusia (usus).

• Inang perantaranya (hospes intermediet) adalah babi. • Tubuhnya berbentuk pipih, ukuran panjang tubuhnya

dapat mencapai 3m. • struktur tubuh cacing ini terdiri atas kepala (skoles) dan

rangkaian segmen yang masing-masing disebut proglotid.

• Pada bagian kepala terdapat 4 alat isap (Rostrum) dan alat kait (Rostellum) yang dapat melukai dinding usus.

• Disebelah belakang skoleks terdapat leher/daerah perpanjangan (strobilus).

Page 43: Platyhelminthes / Cacing Pipih

Lanjutan....

• Skoleks pada Cestoda jenis Taenia solium selain memiliki alat pengisap, juga memiliki kait yang disebut rostelum

• Rostellum berfungsi untuk melekat pada organ tubuh inangnya.• Dibelakang skoleks pada bagian leher terbentuk proglotid.• Setiap proglotid mengandung organ kelamin jantan (testis) dan organ

kelamin betina (ovarium).• Tiap proglotid dapat terjadi fertilisasi sendiri.dan mempunyai rumah

tangga sendiri (metameri)• Makin ke posterior segmen makin melebar dan setiap segmen (proglotid)

merupakan satu individu dan bersifat hermafrodit.• Proglotid yang dibuahi (yang matang) terdapat di bagian posterior / paling

bawah tubuh cacing.• Proglotid dapat melepaskan diri (strobilasi) dan keluar dari tubuh inang

utama bersama dengan tinja.• Cacing ini biasanya hidup sebagai parasit dalam usus vertebrata dan tanpa

alat pencernaan.

Page 45: Platyhelminthes / Cacing Pipih
Page 46: Platyhelminthes / Cacing Pipih

Ciri Ciri Turbellaria Trematoda Cestoda

Contoh Planaria Fasciola hepatica Taenia solium

Habitat LarvaDewasa

Bebas di air tawarBebas di air tawar

Dalam siput genus Lymnea

Kantong empedu biri biri dan manusia

Pada udang dan mamaliaMamalia

Bentuk Tubuh Pipih, pendek Pipih, pendek Pipih, pendek

Simetri tubuh Bilateral Bilateral Bilateral

Permukaan tubuhTertutup epidermis

dan siliaTidak ada epidermis

dan silia

Tertutup kutikula,tidak ada epidermis

dan silia

Alat isap Tidak adaAda dua (di mulut

dan kepala)Ada empat skoleks

Segmentasi Tidak ada Tidak ada Ada*

Page 47: Platyhelminthes / Cacing Pipih

Sistem pencernaanMulut, probosis,

usus bercabang tiga

Mulut, kerongkongan pendek, usus

bercabang dua

Tidak ada

Sistem ekskresi Sel api Sel api Sel api

Respirasi osmosis osmosis osmosis