38
i Proposal Skripsi PEMANFAATAN KACANG BAMBARA (Vigna subterranean Verdcourt L) SEBAGAI PAKAN BUATAN UNTUK MENINGKATKAN PERTUMBUHAN IKAN GURAMI (Osphronemus gouramy) Diusulkan Oleh : BAMBANG SUCITRO NIM 11-122-001 PROGRAM STUDY BUDIDAYA PERIKANAN FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH GRESIK 2015

Proposal Skripsi

Embed Size (px)

Citation preview

i

Proposal Skripsi

PEMANFAATAN KACANG BAMBARA (Vigna subterranean Verdcourt L)

SEBAGAI PAKAN BUATAN UNTUK MENINGKATKAN

PERTUMBUHAN IKAN GURAMI (Osphronemus gouramy)

Diusulkan Oleh :

BAMBANG SUCITRO

NIM 11-122-001

PROGRAM STUDY BUDIDAYA PERIKANAN

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH GRESIK

2015

ii

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN SUMBER INFORMASI

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi yang berjudul :

PEMANFAATAN KACANG BAMBARA (Vigna subterranean Verdcourt L)

SEBAGAI PAKAN BUATAN UNTUK MENINGKATKAN

PERTUMBUHAN IKAN GURAMI (Osphronemus gouramy) adalah benar

merupakan karya sendiri dan belum digunakan dalam bentuk apapun kepada

perguruan tinggi manapun. Semua sumber data dan informasi yang berasal atau

dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain

telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian

akhir skripsi ini.

Gresik, 23 September 2015

BAMBANG SUCITRO

NIM. 111 22 001

iii

RINGKASAN

BAMBANG SUCITRO. 11122001. Program Sarjana Universitas Muhammadiyah Gresik. PEMANFAATAN KACANG BAMBARA (Vigna subterranean Verdcourt L) SEBAGAI PAKAN BUATAN UNTUK MENINGKATKAN PERTUMBUHAN IKAN GURAMI (Osphronemus gouramy). Dosen pembimbing I: Sri Rahmaningsih,S.Pi.,MP. Dosen Pembimbing II:Farikhah,S.Pi.,M.Si.

Berbagai upaya untuk memenuhi kebutuhan masyarakat terhadap ikan (Osphronemus gouramy) maka banyak inovasi yang diciptakan untuk meningkatkan produksi. Salah satu metode yang dapat diterapkan untuk meningkatkan produksi ikan adalah dengan menggunakan pakan pelet dengan campuran kacang Bambara sehingga diupayakan bisa meningkatkan laju pertumbuhan ikan lebih singkat. Pemberian pelet dengan kacang Bambara merupakan inovasi di bidang aquakultur kususnya ikan gurami. Pakan merupakan input produksi budidaya yang sangat menentukan tingkat pertumbuhan ikan, namun sebagian pakan yang diberikan hanya 25% yang dikonversi sebagai hasil produksi dan yang lainya terbuang sebagai limbah. Hal ini sangat mempengaruhi biaya dan waktu yang diperlukan dalam usaha budidaya, maka dari itu pemanfaatan pakan secara maksimal dan penyerapan pakan yang baik sangat dapat mempengaruhi pertumbuhan dan kelangsungan hidup ikan. konversi pakan menjadi tinggi, periode pemeliharaan lebih lama, yang dapat meningkatkan biaya produksi, sehingga dapat menyebabkan menurunnya hasil panen serta kegagalan panen. Penelitian dilaksanakan pada bulan September 2015 di Laboratorium Perikanan Fakultas Pertanian Universitas Muhammadiyah Gresik. Metode penelitian yang digunakan adalah Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan 4 perlakuan dan 3 kali ulangan, antara lain : Perlakuan A : 30% Kacang Bambara, Perlakuan B : 45% Kacang Bambara, Perlakuan C : 60% Kacang Bambara, Perlakuan D : 0% Kacang Bambara, pakan buatan pabrik.

Masing-masing ulangan berisi 6 ekor ikan gurami yang berukuran panjang Sampling rata-rata 11-12cm yang ditempatkan dalam kolam beton berukuran 2x2x2 meter sebanyak 3 kolam yang letaknya berjejer. Kualitas air diukur setiap 7 hari sekali yang meliputi pH, suhu dan oksigen terlarut. Setiap minggu sekali air disipon untuk membuang kotoran di dasar kolam.

iv

PEMANFAATAN KACANG BAMBARA (Vigna subterranean Verdcourt L) SEBAGAI PAKAN BUATAN UNTUK MENINGKATKAN PERTUMBUHAN IKAN GURAMI (Osphronemus gouramy)

SKRIPSI

Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Perikanan

Pada Fakultas Pertanian

Universitas Muhammadiyah Gresik

Diusulkan Oleh :

BAMBANG SUCITRO

111-22-001

PROGRAM STUDI BUDIDAYA PERIKANAN

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH GRESIK

2015

v

Lembar Pengesahan

SKRIPSI

Judul :

Nama :

NIM :

PEMANFAATAN KACANG BAMBARA (Vigna

subterranean Verdcourt L) SEBAGAI PAKAN BUATAN

UNTUK MENINGKATKAN PERTUMBUHAN IKAN

GURAMI (Osphronemus gouramy)

BAMBANG SUCITRO

111-22-001

Diterima dan disahkan

Pada tanggal : 5 Agustus 2015

Ka. Prodi

( Ummul Firmani, S.Pi., M.Si )

NIP. 012 1503 172

Pembimbing 1

( Sri Rahmaningsih, S.Pi., MP. )

NIP. 01 231 203 295

Mengetahui, Dekan Fakultas Pertanian

( Ir.Rahmad Jumadi, M.Kes. )

NIP. 196605291993031001

vi

KATA PENGANTAR

Alhamdulillaahirabbil’aalamin, puji syukur penulis panjatkan kehadirat

Allah Swt karena atas rahmat, hidayah dan karunia-Nya Skripsi yang berjudul

” Pengaruh Pemberian Kacang Bambara (Vigna subterranean Verdcourt L) dalam

Pertumbuhan Ikan (Osphronemus gouramy) melalui Pakan Pelet” ini dapat

diselesaikan. Penulisan Skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk memperoleh

gelar Sarjana pada Program Budidaya Perikanan Fakultas Pertanian Universitas

Muhammadiyah Gresik.

Dalam kesempatan ini Penulis mengucapkan terima kasih yang

setulustulusnya kepada :

1. Sri Rahmaningsih, S.Pi., MP selaku Pembimbing yang telah banyak

memberikan bimbingan dan masukan dalam menyelesaikan proposal

skripsi ini.

2. Ibu Rusiyem, Saudara-saudara yang selalu member motivasi untuk

menyelesaikan proposal skripsi ini.

Akhir kata semoga skripsi ini bermanfaat khususnya bagi Penulis dan juga

bagi semua pihak yang memerlukan informasi yang berhubungan dengan tulisan

ini. Amin.

Gresik, 5 Agustus 2015

(BAMBANG SUCITRO)

vii

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Lamongan, 02 Maret 1988, adalah anak keempat dari

lima bersaudara dari ayah bernama Syamsul Hadi (Alm.) dan ibu Rusiyem.

Penulis menyelesaikan Pendidikan Dasar di SDN I Padengan Ploso pada 2001.

Pada 2004 Penulis berhasil menyelesaikan pendidikan di MTs. Muhammadiyah

30 Padenganploso Setelah menyelesaikan Pendidikan di SMK PGRI Sukodadi

Pada tahun 2007 dan Penulis mendapat kesempatan untuk melanjutkan

pendidikan tinggi di Universitas Muhammadiyah Gresik angkatan 2011 di

Fakultas Pertanian Program Studi Budidaya Perikanan.

Selama kuliah, Penulis pernah aktif dalam organisasi HIMAKUA sebagai

Ketua Badan Usaha Milik Himakua (BUMH) 2012/2013, Penulis aktif di

organisasi Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah 2011/2012. Selain itu Penulis perna

mengelolah usaha mulai dari warung kopi, warnet dan depo isi ulang yang bekerja

sama dengan saudara sekandung, bekerja di sebuah perusahaan kontraktor di PT.

Harapan Jaya, PT. CITRA ADI SARANA dan pekerjaan terakhir di PT. Barata

Indonesia.

Mengembangkan ilmu yang didapat dari perkuliaan di bidang budidaya

perairan, Penulis mengambil judul Tugas akhir di perguruan tinggi (Skripsi) yang

berjudul ”Pengaruh Pemberian Kacang Bambara (Vigna subterranean Verdcourt

L) dalam Pertumbuhan Ikan (Osphronemus gouramy) melalui Pakan Pelet”

Motto Hidup : Jadikanlah Kamu Orang Yang Mampu dan Berilmu

viii

DAFTAR ISI

COVER ................................................................................................... i Pernyataan mengenai skripsi dan sumber informasi ............................ ii Ringkasan ............................................................................................... iii Lembar pengesahan ............................................................................... vi Kata Pengantar ....................................................................................... vii Daftar Riwayat Hidup ............................................................................ viii BAB I PENDAHULUAN ........................................................................ 1

1.1 Latar Belakang ........................................................................ 1 1.2 Perumusan Masalah ................................................................. 2 1.3 Kerangkah Konsep Penelitian .................................................. 3 1.4 Tujuan Penelitian ..................................................................... 4 1.5 Hipotesis.................................................................................. 4

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ............................................................. 5 2.1 Klasifikasi ikan gurami ........................................................... 5 2.2 Morfologi ikan gurami ............................................................ 5 2.3 Jenis–jenis ikan gurami ............................................................ 6 2.4 Kebiasaan makanan ................................................................. 7 2.5 Pertumbuhan ikan gurami ........................................................ 7 2.6 Kacang Bambara ..................................................................... 11 2.7 Kualitas air .............................................................................. 14

2.6.1 Suhu .............................................................................. 14 2.6.2 pH ................................................................................. 15

BAB III METODE PENELITIAN......................................................... 16 3.1 Waktu dan tempat ................................................................... 16 3.2 Rancangan penelitian .............................................................. 16 3.3 Prosedur penelitian .................................................................. 16

3.3.1 Alat dan bahan ............................................................... 16 3.3.2 Persiapan kolam............................................................. 16 3.3.3 Penyusunan jaring.......................................................... 16 3.3.4 Adaptasi benih ............................................................... 16 3.3.5 Penyusunan formulasi pakan dan pembuatan pakan ....... 18

3.3.5.1 Langkah-langkah pembuatan pakan ................... 19 3.3.5.2 Proses pembuatan pakan .................................... 19

3.3.6 Percobaan pakan pada ikan .......................................... 21 3.3.7 Penimbangan dan pengukuran panjang ikan ................. 22 3.4.8.1 Renterensi protein ............................................. 21 3.4.8.2 Perhitungan bobot mutlak ................................. 23 3.4.8.3 Perhitungan panjang mutlak .............................. 23

3.4 Renterensi protein ................................................................... 22 3.5 Efesiensi Pakan ....................................................................... 22 3.6 Pertumbuhan Bobot Mutlak ..................................................... 23 3.7 Analisi Data ............................................................................ 23 3.8 Jadwal Pelaksanaan Penelitian ................................................. 23

DAFTAR PUSTAKA ............................................................................. 24

ix

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. Ikan Gurami ............................................................................ 5 Gambar 2. Kacang bambara ...................................................................... 12 Gambar 3. Lay Out Unit Percobaan ........................................................... 16 Gambar 4. Proses penjemuran ................................................................... 14

x

DAFTAR TABEL Tabel 1. Kebutuhan Nutrisi Ikan Gurami ................................................... 9 Tabel 2. Kandungan gizi kacang bambara ................................................. 12 Tabel 3. Komposisi Pakan Buatan ............................................................. 18 Tabel 3. Jadwal Pelaksanaan Penelitian ..................................................... 23

1

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Ikan gurami (Osphronemus gouramy) merupakan salah satu jenis ikan

yang memiliki pertumbuhan tergolong lambat. Namun ikan ini memiliki

keistimewaan terutama pada tekstur dagingnya sehingga banyak digemari

konsumen. Hal ini karena harga ikan merupakan yang paling tinggi dibandingkan

dengan ikan air tawar lainnya seperti ikan mas, nila dan mujair. Namun, masa

pemeliharaan ikan (Osphronemus gouramy) mulai dari menetas telur hingga

mencapai ukuran konsumsi (500 g/ekor) adalah 1,5 tahun sedangkan

pemeliharaan ikan mas dari menetas telur hingga mencapai ukuran 500 g/ekor

hanya membutuhkan waktu sekitar 6 bulan (Pertamawati, 2006).

Adapun upaya-upaya yang telah dilakukan untuk meningkatkan produksi

tersebut, telah dilakukan oleh (Sarah, 2002) yang meneliti tentang benih ikan

untuk ukuran 0,5 cm hingga ukuran 2 cm. Namun dari informasi yang sudah ada

masih belum sepenuhnya sesuai dengan yang diharapkan oleh para pembudidaya

ikan karena kenyataan di lapangan usaha pendederan benih tersegmentasi

berdasarkan ukuran ikan. Para pembudidaya ikan cenderung memilih untuk

memelihara ikan yang lebih besar karena ikan yang lebih besar lebih mudah

dipelihara.

Pakan merupakan input produksi budidaya yang sangat menentukan

tingkat pertumbuhan ikan, namun sebagian pakan yang diberikan hanya 25% yang

dikonversi sebagai hasil produksi dan yang lainya terbuang sebagai limbah

(Maharani dan Yusrin, 2012). Hal ini sangat mempengaruhi biaya dan waktu yang

diperlukan dalam usaha budidaya, maka dari itu pemanfaatan pakan secara

maksimal dan penyerapan pakan yang baik sangat dapat mempengaruhi

pertumbuhan dan kelangsungan hidup ikan. konversi pakan menjadi tinggi,

periode pemeliharaan lebih lama, yang dapat meningkatkan biaya produksi,

sehingga dapat menyebabkan menurunnya hasil panen serta kegagalan panen

(Kordi dan Ghufran, 2004).

Kebutuhan protein nabati dapat dipenuhi oleh tanaman kacang-kacangan

antara lain kacang Bambara (Vigna subterranean Verdcourt L). Kacang Bambara

2

di daerah asalnya Afrika Barat daya dikenal sebagai bambara groundnut.

Tanaman ini di Gresik, Jawa Timur disebut sebagai kacang kapri dan dikenal

sebagai tanaman yang tumbuh baik di iklim kering, lahan marginal (low input)

dan tahan hama penyakit. Kandungan gizinya cukup tinggi yaitu Protein 20.75%,

Karbohidrat 59.93%, 5.88% Lemak, 10.43% Air, dan 3.03% abu (Hidayah, 2005).

Protein kacang Bambara mengandung lysine tinggi dan akan melengkapi serealia

yang rendah lysine apabila dikonsumsi bersama–sama (Hidayah, 2005).

Meningkatkan kebutuhan masyarakat terhadap ikan gurami

(Osphronemus gouramy) maka banyak inovasi yang diciptakan untuk

meningkatkan produksi. Salah satu metode yang dapat diterapkan untuk

meningkatkan produksi ikan adalah dengan menggunakan pakan pelet dengan

campuran kacang Bambara sehingga diharapkam mampu meningkatkan laju

pertumbuhan ikan lebih singkat. Terhadap Pemberian pelet dengan campuran

kacang Bambara. Hal ini merupakan inovasi di bidang aquakultur kususnya

pertumbuhan ikan gurami.

1.2 Perumusan Masalah

Pakan merupakan input produksi budidaya yang sangat menentukan

tingkat pertumbuhan ikan, namun sebagian pakan yang diberikan hanya 25% yang

dikonversi sebagai hasil produksi dan yang lainya terbuang sebagai limbah. Hal

ini sangat mempengaruhi biaya dan waktu yang diperlukan dalam usaha budidaya,

maka dari itu pemanfaatan pakan secara maksimal dan penyerapan pakan yang

baik sangat dapat mempengaruhi pertumbuhan dan kelangsungan hidup ikan.

konversi pakan menjadi tinggi, periode pemeliharaan lebih lama, yang dapat

meningkatkan biaya produksi, sehingga dapat menyebabkan menurunnya hasil

panen serta kegagalan panen.

Kebutuhan protein nabati dapat dipenuhi oleh tanaman kacang-kacangan

antara lain kacang Bambara (Vigna subterranean Verdcourt L). Kacang Bambara

di daerah asalnya Afrika Barat daya dikenal sebagai bambara groundnut.

Tanaman ini di Gresik, Jawa Timur disebut sebagai kacang kapri dan dikenal

sebagai tanaman yang tumbuh baik di iklim kering, lahan marginal (low input)

dan tahan hama penyakit. Kandungan gizinya cukup tinggi yaitu Protein 20.75%,

3

Karbohidrat 59.93%, 5.88% Lemak, 10.43% Air, dan 3.03% abu. Protein kacang

Bambara mengandung lysine tinggi dan akan melengkapi serealia yang rendah

lysine apabila dikonsumsi bersama–sama.

Rumusan masalah yang dikaji dalam penelitian ini adalah :

1 Bagaimana pengaruh pemberian kacang bambara dapat meningkatkan

pertumbuhan ikan gurami?

2 Bagaimana komposisi pakan yang terbaik untuk meningkatkan pertumbuhan

ikan gurami ?

3 Bagaimana pengaruh pemberiaan kacang bambara sebagai pakan pelet

terhadap efisiensi pakan ikan gurami?

1.3 Kerangkah Konsep Penelitian

Aklimatisasi benih ikan

Pengeringan Kacang Bambara

Pembuatan Tepung Kacang

Penimbangan bobot

awal

Penebaran benih

Pengujian Pakan Ke Ikan Gurami

Pemberian Pakan

Kacang Bambara

(Selama 60 Hari)

Pengukuran suhu dan pH

Sampling 1 Minggu Sekali

Pencatat

Pertumbuhan Setiap

Minggunya

Menganalisis Pengaruh Kacang Bambara Terhadap Pertumbuhan Ikan Gurami.

Efisiensi pakan

Persiapan Wadah

Uji Reterensi Protein

Pembuatan Pakan

Penyusunan Laporan

4

1.4 Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah penggunaan kacang bambara sebagai pakan

buatan dalam meningkatkan pertumbuhan dan efisiensi pakan ikan gurami,

Komposisi pakan terbaik yang dapat meningkatkan pertumbuhan dan efisiensi

pakan ikan gurami.

1.5 Hipotesis

Berdasarkan penjelasan tentang latar belakang dan rumusan di atas, maka

hipotesis penelitian ini adalah sebagai berikut :

H0 : Diduga pemberian pakan pelet dengan kacang Bambara tidak memberikan pengaruh yang nyata terhadap pertumbuhan pada pembesaran ikan gurami

H1 : Diduga pemberian pakan pelet dengan kacang Bambara memberikan pengaruh yang nyata terhadap pertumbuhan pada pembesaran ikan gurami

5

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Klasifikasi Ikan Gurami (Osphronemus gouramy)

Jangkaru (2002) menyatakan klasifikasi ikan secara lengkap adalah sebagai

berikut:

Kingdom : Animalia

Phylum : Chordata

Class : Pisces

Ordo : Labyrinthici

Sub Ordo : Anabantoidae

Family : Osphronemidae

Genus : Osphronemus

Species : Osphronemus gouramy, Lac.

Gambar 1. Ikan gurami (Sumber: Dokumentasi Pribadi tahun 2014)

2.2 Morfologi

Secara taksonomi, ikan termasuk family Osphronemidae. Ikan ini dapat

memijah sepanjang tahun. Ikan memiliki alat pernafasan tambahan berupa labirin

sehingga dapat bertahan hidup pada perairan yang kurang oksigen.

Secara morfologi, ikan memiliki garis lateral tunggal, lengkap dan tidak

terputus, bersisik stenoid serta memiliki gigi pada rahang bawah (Khairuman dan

Amri, 2011) : Sirip punggung (dorsal fin) memiliki 12 buah–13 jari sirip–sirip

sirip keras dan 11buah–13 buah jari–jari sirip lunak, Sirip dada (pectoral fin) yang

memiliki 2 buah jari–jari sirip yang mengeras dan 13 buah–14 buah jari–jari sirip

lunak, Sirip perut (ventral fin) yang memiliki 1 buah jari–jari sirip keras dan 5

6

buah jari–jari sirip lunak, Sirip anal (anal fin) yang memiliki 9 buah–11 buah jari–

jari sirip keras dan 16 buah–22 buah jari–jari sirip lunak, sirip ekor membulat.

Jari–jari lemah pertama sirip perut merupakan benang panjang yang berfungsi

sebagai alat peraba, tinggi badan 2,0–2,1 dari panjang standar, pada daerah

pangkal ekor terdapat titik hitam bulat, pada ikan muda terdapat garis–garis tegak

berwarna hitam berjumlah 8 buah–10 buah, induk jantan ditandai dengan adanya

benjolan di kepala bagian atas, rahang bawah tebal dan tidak adanya bintik hitam

di kelopak sirip dada, induk betina ditandai dengan bentuk kepala bagian atas

datar, rahang bawah tipis dan adanya bintik.

2.3 Jenis–jenis Ikan Gurami

Berdasarkan bentuk tubuhnya, dikenal delapan macam jenis (Khairuman

dan Amri, 2011) sebagai berikut : Angsa (soang) bentuk badan relatif panjang

dengan sisik relatif lebar. Pertumbuhannya bongsor, bisa mencapai 6–12 kg/ekor

dengan bobot rata–rata 8 kg dan panjang tubuh 65 cm. Warna tubuh umumnya

putih abu–abu dan ini dikenal juga dengan sebutan galunggung, Jepang (Jepun)

bentuk badan lebih pendek dan sisik lebih kecil. Bobot sekitar 3,5 kg/ekor dengan

panjang 45 cm. Warna tubuh abu–abu kemerahan (ujung–ujung sirip), Blausafir

cirinya, tubuh berwarna merah muda cerah. Bobot maksimum yang bisa dicapai

hanya sekitar 2 kg. jumlah telur berkisar 5.000–7.000 butir setiap kali pemijahan,

Paris memiliki tubuh berwarna merah muda cerah. Kepalanya berwarna putih

dengan bintik–bintik hitam. Bobot maksimum bisa mencapai 1,5 kg dengan

kemampuan bertelur 5.000–6.000 butir setiap kali memijah, Porselan berwarna

merah muda dengan ukuran kepala relatif kecil. Bobot induk sekitar 1,5–2 kg.

Porselan unggul dalam menghasilkan sekitar 10.000 butir setiap kali memijah.

karena itu, porselan paling banyak dicari oleh pembenih sebagai pilihan.

Bastar memiliki sisik yang besar serta warna agak kehitaman dan kepala

putih polos. Laju pertumbuhannya lebih cepat, tetapi produksi telurnya hanya

2.000–3.000 butir setiap kali pemijahan, kapas berwarna putih keperakan seperti

kapas. Sisiknya kasar berukuran besar. Benihnya cepat berkembang. Bahkan

dalam jangka waktu 13 bulan, bobot seekor kapas bisa mencapai 1 kg terhitung

sejak menetas. Sekali memijah, kapas dapat menghasilkan sekitar 3.000 butir

7

telur, Batu memiliki warna hitam yang merata di seluruh tubuhnya. batu

memiliki sisik yang kasar. Pertumbuhannya juga lambat. Bobot ikan jenis kapas

hanya mampu mencapai 0,5 kg dalam jangka waktu 13 bulan terhitung sejak

menetas.

2.4 Kebiasaan Makan

Merupakan ikan pemakan hewan dan tumbuhan. Sifat tersebut

memungkinkan untuk tumbuh lebih cepat dibandingkan dengan ikan yang hanya

memakan hewan atau tumbuhan saja. Di habitat aslinya ikan gurami, memakan

segala macam hewan dan tumbuhan yang hidup di sekitarnya, mulai dari

fitoplankton sampai serangga dan daun-daunan lunak (Sutanmuda, 1997).

Pakan alami/dedaunan yang diberikan adalah daun sente/talas, ketela

pohon, dan kangkung. Pakan alami diberikan kepada ikan gurami berusia dewasa,

karena sifatnya sudah berubah menjadi herbivora dan sangat tepat bila diberikan

pakan dedaunan. Hal ini sesuai dengan pendapat Mahyuddin (2009), pakan

tumbuhan (hijauan) yang disukai oleh ikan gurami dewasa adalah daun talas,

sente, daun ketela pohon, daun pepaya dan daun kangkung.

Sebagai ikan pemakan tumbuhan, sangat menyukai hijauan berupa daun-

daunan, terutama daun yang masih muda. Daun yang paling disukai adalah talas

(keladi). Kebiasaan menyabik mangsa dan menyobek daun-daunan sebelum

memakannya dapat dilihat dari keberadaan gigi pada bagian rahang (Prihartono,

2007).

Untuk pakan alami adalah daun talas, daun pepaya, daun ubi kayu dan

kangkung. Saat dibudidayakan, ikan dapat dioptimalkan pertumbuhannya dengan

memberinya pellet (Puspowardoyo dan Djariyah, 2002).

2.5 Pertumbuhan Ikan Gurami

Pertumbuhan ikan gurami cenderung lambat, hal ini dikarenakan ikan

gurami mengalami perubahan kebiasaan makan pada tiap fase

perrtumbuhannya yaitu karnivora pada fase satu bulan kehidupannya,

omnivora pada fase remaja dan herbivora pada fase dewasa. Pakan yang baik

8

biasanya pakan dengan kandungan protein yang lebih tinggi dibandingkan

karbohidrat karena protein merupakan sumber energi utama bagi ikan.

Menurut Khairuman dan Amri (2005), kandungan protein pakan yang

memberikan hasil pertambahan berat optimal bagi gurami adalah 32%. Protein

merupakan sumber protein hewani yang berasal dari ikan sehingga dapat mudah

diserap oleh tubuh ikan. Akan tetapi pada ikan herbivora, karbohidrat pada

pakan dapat digunakan dengan lebih efektif sebagai sumber energi dan

kelebihannya disimpan dalam bentuk lemak (Kusumah, 2014). Sehingga ikan

herbivora dapat memanfaatkan karbohidrat untuk pertumbuhan dengan dibantu

oleh enzim pencernaan yang dapat memecah karbohidrat yaitu enzim amilase.

Meningkatan aktivitas enzim amilase yaitu dengan memanfaatkan

bakteri saluran pencernaan ikan gurami karena bakteri yang terdapat pada

saluran pencernaan membantu dalam mencerna pakan. Pakan yang dikonsumsi

akan melalui saluran pencernaan terlebih dahulu, dengan demikian kondisi

saluran pencernaan memegang peranan penting dalam mengubah senyawa

kompleks dari pakan menjadi nutrien sederhana yang kemudian akan

dimanfaatkan ikan sebagai sember energi (Zulfa dkk., 2003).

Bakteri yang digunakan berasal dari saluran pencernaan ikan gurami

(indigeneous) karena memiliki hubungan mutualisme dengan inangnya.

keunggulan bakteri indigeneous yaitu kesesuaian habitat, baik dengan bakteri

patogen maupun dengan ikan di lokasi budidaya tersebut (Verschuere dkk.,

2000). Sehingga perlu dilakukannya kajian isolasi (penapisan) bakteri dari

usus ikan gurami sebagai upaya untuk mendapatkan bakteri indigeneous

berupa kandidat bakteri penghasil enzim amilase yang berpotensi untuk

meningkatkan kinerja saluran pencernaan ikan gurami dalam memecah sumber

karbohidrat pada pakan

Menurut Standar Nasional Indonesia (SNI) Pakan buatan untuk ikan gurami

(Osphronemus goramy, Lac.). Adapun kebutuhan nutrisi pakan yang dibutuhkan

untuk pertumbuhan ikan gurami dapat dilihat pada Tabel 1.

9

Tabel 1. Kebutuhan Nutrisi Ikan Gurami

No. Parameter Satuan

Persyaratan Ukuran

ikan 3cm-5cm

Ukuran ikan

5cm-15cm

Ukuran ikan <15cm

1 Kadar air, maks. % 12 12 12 2 Kadar abu, maks. % 12 12 13 3 Kadar protein, min % 38 32 28 4 Kadar lemak, min. % 7 6 5 5 Kadar serat kasar,

maks. % 5 6 8

6 Nitrogen bebas (NAmoniak), maks.

% 0.20 0.20 0.20

7 Diameter pakan mm 1-2 2-3 3-6 8 Kandungan cemaran

mikroba/toksin Aflatoksin, maks. Kapang, maks. Salmonella

ppb kol/g kol/g

50 50 neg

50 50 neg

50 50 neg

9 Kandungan antibiotik ppb 0 0 0 Sumber : SNI 7473:2009

Pertumbuhan ikan gurami dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain

ukuran ikan, umur ikan, kualitas protein, kandungan energi pakan, suhu air dan

tingkat pemberian pakan (Suhenda dkk, 2003).

Nematipour dkk, (1992) mengemukakan bahwa tingginya energi dalam

pakan menyebabkan terjadinya akumulasi atau deposit lemak yang tinggi pada

tubuh ikan. Disamping kadar protein, faktor lain yang juga perlu diperhatikan

dalam pakan ikan adalah adanya keseimbangan yang tepat antara energi dan

protein pakan. Kebutuhan ikan akan energi diharapkan sebagian besar dipenuhi

oleh nutrien non-protein seperti lemak dan karbohidrat, apabila energi yang

berasal dari sumber nonprotein cukup tersedia maka sebagian besar protein akan

dimanfaatkan untuk tumbuh, namun apabila energi dari nonprotein tidak terpenuhi

maka protein akan digunakan sebagai sumber energi sehingga fungsi protein

sebagai pembangun tubuh akan berkurang (Adelina, 2000).

Kebutuhan pakan berenergi begitu penting dalam menejemen kualitas

pakan. Ikan membutuhkan energi untuk pertumbuhan, aktivitas hidup dan

perkembangbiakan. Ikan menggunakan protein sebagai sumber energi yang

10

utama, sumber energi kedua yang digunakan adalah lemak, sedangkan karbohidrat

menjadi sumber energi yang ketiga (Yuwono, 2003).

Pengembangan budidaya perikanan dapat dilaksanakan jika aspek pakan

untuk jenis ikan tersebut diketahui, sehingga para pelaku usaha perikanan dapat

menentukan formulasi pakan yang tepat dengan berpedoman pada kebutuhan

nutrien dan mutu bahan makanan. Nutrien tersebut digunakan untuk sintesis

(anabolisme) dan sebagai sumber energi (katabolisme) (Yuwono, 2003). Hal ini

berpengaruh terhadap efisiensi pakan. Efisiensi pakan menjadi hal penting karena

menunjang keuntungan para pelaku usaha perikanan. Efisiensi pakan merupakan

penambahan berat basah ikan per unit berat kering pakan. Efisiensi pakan

digunakan untuk mengetahui seberapa besar kenaikan bobot basah tubuh ikan

dengan pakan yang dikonsumsi sebanyak satu gram. Efisiensi pakan dapat

diketahui dengan melihat nilai rasio efisiensi pakan (Purwanto, 2007).

Menurut Haetami dkk, (2008), kebutuhan protein ikan dipengaruhi oleh

tingkat pemberian pakan dan kandungan energinya, sedangkan jumlah pemberian

pakan dipengaruhi oleh kapasitas saluran pencernaan ikan, jika tingkat energi

protein melebihi kebutuhan maka akan menurunkan konsumsi sehingga

pengambilan nutrien lainnya termasuk protein akan menurun. Oleh karena itu

diperlukan keseimbangan yang tepat antara energi dan protein agar dicapai

keefisienan dan keefektifan pemanfaatan pakan.

Protein merupakan zat yang dibutuhkan untuk pemeliharaan tubuh,

pembentukan jaringan, penggantian jaringan-jaringan tubuh yang rusak, serta

penambahan protein tubuh dalam proses pertumbuhan (Suhenda dkk, 2005).

Protein sangat diperlukan oleh tubuh ikan, baik untuk menghasilkan tenaga

maupun untuk pertumbuhan. Bagi ikan, protein merupakan sumber tenaga yang

paling utama, mutu protein dipengaruhi oleh sumber asalnya serta oleh kandungan

asam aminonya (Mudjiman, 2008).

Kandungan asam amino dalam daging ikan sangat bervariasi, tergantung

pada jenis ikan. Pada umumnya, kandungan asam amino dalam daging ikan kaya

lisin, tetapi kurang kandungan triptofan (Junianto, 2003). Hal ini membuktikan

bahwa protein memang komponen pakan yang sangat penting, akan tetapi

kelebihan dalam pakan dapat mengakibatkan gejala kelebihan protein (excessive

11

protein syndrome). Rasio efesiensi protein dapat digunakan untuk menilai

kualiatas protein suatu bahan karena efesiensi protein adalah banyaknya protein

yang dapat diretensi oleh ternak dan digunakan untuk pertumbuhan atau produksi.

2.6 Kacang Bambara (Vigna subterranean Verdcourt L)

Kacang Bambara (Fachruddin, 2000) anggota famili Leguminoceae /

Papilionaceae, subfamili Papilionoidae, genus Vigna dan spesies Vigna

subterranea Verdcourt L, mempunyai jumlah kromosom 2n=2x=22 pasang

kromosom (2n=22). Kacang Bambara termasuk tanaman menyerbuk sendiri.

Bunga hampir sama dengan bunga kacang panjang, baik bentuk, susunan maupun

warnanya. Penyerbukan sendiri pada kacang Bambara sangat didukung oleh

struktur bunganya.

Kacang Bambara cocok tumbuh sampai ketinggian 1.600 meter dari

permukaan laut. Sebagai salah satu jenis kacang tanah, persyaratan hidup kacang

Bambara, mirip tanaman kacang tanah. Suhu rata-rata tahunan yang dibutuhkan

19-270C, dengan penyinaran matahari yang cukup. Curah hujan yang dikehendaki

berkisar antara 500-3.500 mm per tahun (Astawan, 2009). Penanaman di dataran

rendah banyak dilakukan di Indonesia.

Salah satu kelebihan kacang Bambara adalah kemampuannya untuk hidup

di tanah dengan unsur hara yang minim dan kurang air. Kemampuan tersebut

menjadikan tanaman ini mampu tumbuh dan banyak dikembangkan di daerah

kering Afrika tropis (Astawan, 2009). Sebagai tanaman kacang-kacangan,

tanaman kacang Bambara juga dapat mengikat nitrogen melalui simbiosis dengan

bakteri rhizobium seperti halnya sifat tanaman kacang-kacangan lainnya (Ntundu

dkk., 2004).

Kacang bambara (Vigna subterranea) atau kacang bambara,

merupakan salah satu sumber pangan alternatif di Indonesia. Kacang

bambara berasal dari Afrika, kemudian berkembang di kawasan Amerika.

Saat ini, kacang bambara telah menyebar ke Sukabumi, Majalengka,

Tasikmalaya, Bandung, Jawa Tengah, Jawa Timur (Gresik), Lampung, NTB

dan NTT (Rahmat dan Rukmana, 2000). Berbeda dengan tanaman legume pada

12

umumnya, kacang bambara lebih adaptif dan toleran pada daerah yang kurang

subur (Stephens, 2003).

Budidaya kacang bambara banyak ditemukan Jawa Barat, Banten dan

pesisir utara Jawa Timur. Distribusi tanaman yang banyak ditemukan di kota

Bambara dan kota Gresik. Penanaman di sekitar bambara menyebabkan

tanaman ini dinamakan kacang bambara, sedangkan di Gresik biasa disebut

dengan nama kacang kapri. Berbagai publikasi internasional, menyebutkan

kacang bambara dengan nama bambara groundnut (Liu, 2011). Dalam

perkembangan selanjutnya, tanaman kacang bambara tersebar ke Sukabumi

dan Bandung. Sebagian masyarakat menyebut kacang tersebut dengan nama

kacang Bandung (Rahmat dan Rukmana, 2000).

Gambar 2. Kacang bambara (Referensi : kesehatandia.blogspot.com/2014)

Bentuk Polongnya yang berbentuk membulat, berkerut-kerut, dengan

panjang 1 - 1,5cm. satu polong biasanya berisi satu biji, atau dua biji. Bentuk

bijinya membulat, halus, dan keras jika telah masak dan kering. Warna biji krem,

coklat, merah, atau bertutul-tutul. Kandungan protein pada biji kacang bambara

berkisar 14 - 24% dan karbohidrat 60%. Proteinnya kaya asam amino metionin.

Biji kacang bambara hanya mengandung 6-12% minyak, sekitar separuh dari

kandungan minyak kacang tanah. Menurut (Rahmat dan Rukmana, 2000).

Tabel 2. Kandungan Gizi Kacang Bambara Zat gizi per 100 gr Jumlah

Enegi (kkal)

Protein (g)

Lemak (g)

Karbohidrat (g)

Kalsium (mg)

Fosfor (mg)

Besi (mg)

370

16.0

6.0

65.0

85

264

4.2

Sumber: (Direktorat Gizi Depkes RI 2000 : 10)

13

Mencukupi kebutuhan pakan nabati, bisa disediakan berbagai jenis hijauan

seperti daun sente, kangkung, daun ubi kayu, tanaman air atau daun tanaman darat

yang lunak dan masih muda. Pemberian daun sente (Alocasia machoriza), sejenis

talas-talasan menunjukkan pertumbuhan yang paling baik (Agus, 2001).

Kadar protein yang optimal untuk pertumbuhan benih ikan gurami adalah

43,29% untuk ukuran 0,15-0,18 g/ekor. Sedangkan pada ikan gurami

berukuran 27-35 g/ekor dibutuhkan kadar protein 32,14% (Yulfiperius, 2003).

Penggunaan pakan yang sesuai akan mampu meningkatkan produktifitas

dan keuntungan dalam budidaya perikanan serta mengurangi buangan atau pun

dampak yang bisa ditimbulkan bagi lingkungan budidaya (Komang, 2010).

Menurut Jangkaru (2004), Lemak secara normal dicerna cukup baik =

8,5 kcal ME/gram. Ikan membutuhkan lemak sebagai :

a. Sumber energi dan untuk memelihara bentuk dan fungsi

membran/jaringan (phospolipid).

b. Cadangan energi untuk kebutuhan energi jangka panjang selama

periode yang penuh aktifitas atau tanpa makan dan menjaga

keseimbangan dan daya apung ikan di dalam air.

Peranan lemak bagi ikan adalah sebagai sumber energi diurutan

kedua setelah protein. Lemak dalam makanan ikan mempunyai peran yang

penting sebagai sumber energi karena lemak dapat mengahasilkan sumber

energi yang lebih besar (Mudjiman, 2008).

Menurut Reezky (2012), mineral pada ikan diperlukan untuk menjaga

kesehatan tulang, gigi, dan bahkan sisik. Mineral utama yang diperlkukan adalah

kaslium dan fosfor. Selain itu mereka juga memerlukan besi, iodine,

magnesium, natrium, kalium, tembaga dan seng. Kalsium dapat dijumpai

pada air-air berkesadahan tinggi, sedangkan fosfor bisa dijumpai pada

tanaman air.

Aspek fisiologi pencernaan dan pakan merupakan faktor penting untuk

memacu pertumbuhan, karena menurut Wiadnya, dkk (2000), lambatnya

pertumbuhan diduga disebabkan dua faktor utama, yaitu :

14

a. Kondisi internal ikan sehubungan dengan kemampuan ikan dalam

mencerna dan memanfaatkan pakan untuk pertambahan bobot tubuh.

Benih ikan nila gift merupakan ikan yang termasuk hasil perbaikan

genetika dari ikan mujair dan ikan nila, sehingga potensi tumbuhnya

lebih baik.

b. Kondisi eksternal pakan, yang formulasinya belum mengandung

sumber nutrien yang tepat dan lengkap bagi ikan sehingga tidak dapat

memacu pertumbuhan pada tingkat optimal.

2.7 Kualitas Air

Air keruh menyebabkan ikan kekurangan oksigen, nafsu makan berkurang,

batas pandang ikan berkurang serta tertutupnya insang oleh partikel lumpur.

Menurut (Khairuman dan Amri, 2012), paling menyukai perairan yang jernih,

tenang dan tidak banyak mengandung lumpur. Kecerahan air optimum yang dapat

menunjang kehidupan ikan yaitu 40-60 cm (Badan Standardisasi Nasional, 2006).

Lesmana (2001) menyatakan peran air adalah sebagai media, baik

sebagai media internal ataupun eksternal. Sebagai media internal air

berfungsi sebagai bahan baku untuk reaksi di dalam tubuh, pengangkut bahan

makanan ke seluruh tubuh dan pengatur atau penyangga suhu tubuh dan media

eksternal Sebagai media eksternal air berfungsi sebagai habitatnya.

2.7.1 Suhu Air

Kisaran suhu yang optimum bagi kehidupan ikan adalah 25-52 ºC

(Kordi, 2004). Menurut Sitanggang dan Sarwono (2002), suhu air untuk

budidaya adalah 24-28 ºC. Penyebaran suhu dalam perairan dapat terjadi

karena adanya penyerapan angin dan aliran tegak. Faktor-faktor yang

mempengaruhi tinggi rendahnya suhu adalah : letak ketinggian dari permukaan

laut (altitude), musim, cuaca, waktu pengukuran dan kedalaman air.

15

2.7.2 pH (point of Hydrogen)

pH air menunjukkan aktivitas ion hidrogen dalam larutan tersebut dan

menyatakan sebagai konsentrasi ion hidrogen (dalam mol per liter) pada suhu

tertentu (Kordi, 2004). Dengan demikian, nilai pH suatu perairan akan

menunjukkan apakah air bereaksi asam atau basa.

Air merupakan kombinasi dari hidrogen dan oksigen dengan

perbandingan dua atom hydrogen dan satu atom Oksigen. Nilai maksimal untuk

derajat keasaman adalah 14 (Lesmana, 2001). (Zonneveld dkk, 1991) melaporkan

bahwa nilai pH yang baik untuk budidaya ikan pada kolam air tenang adalah

6,7–8,2. Ikan akan tumbuh dengan baik pada kisaran pH antara kisaran optimal

adalah pH 7,5–8,5 (Ghufran dan Tancung, 2007).

.

16

BAB III METODOLOGI

3.1 Waktu dan Tempat

Penelitian dilaksanakan pada bulan September-November 2015 di

Laboratorium Perikanan Fakultas Pertanian Universitas Muhammadiyah Gresik.

3.2 Rancangan Penelitian

Metode penelitian yang digunakan adalah Rancangan Acak Lengkap

(RAL) dengan 4 perlakuan dan 3 kali ulangan, Dosis kacang bambara yang

diberikan pada masing-masing perlakuan antara lain :

Perlakuan A : 30 mg/kg pakan Kacang Bambara

Perlakuan B : 45 mg/kg pakan Kacang Bambara

Perlakuan C : 60 mg/kg pakan Kacang Bambara

Perlakuan D : 0 mg/kg pakan Kacang Bambara, pakan buatan pabrik.

Model percobaan yang digunakan dalam penelitian inimengikuti Steel dan Torrie (1991) yaitu :

Yij = μ+ σi + εij

Keterangan :

Yij = Data hasil pengamatan pada perlakuan ke-i dan ulangan ke-j μ = Nilai tengah dari pengamatan σi = Pengaruh aditif dari perlakuan ke-i εij = Pengaruh galat hasil percobaan pada perlakuan ke-i dan ulangan ke-j

Masing-masing ulangan berisi 6 ekor ikan gurami yang berukuran panjang

rata-rata 17 cm dan berbobot ± 100 g yang ditempatkan dalam kolam beton

berukuran 2x2x2 meter sebanyak 3 kolam yang letaknya berjejer. Kualitas air

diukur setiap 7 hari sekali yang meliputi pH, suhu dan oksigen terlarut. Setiap

minggu sekali air disipon untuk membuang kotoran di dasar kolam. Unit

percobaan ditempatkan secara acak dan layout percobaan pada Gambar 2.

3.1

3.2

3.3 Gambar 3. Layout unit percobaan

C3

B1

D2

B3

A2

D1

C1

A1

B2

D3

C2

A3

17

Rancangan acak Lengakap (RAL) adalah suatu rancangan acak yang

dilakukan dengan mengelompokkan satuan percobaan ke dalam grup-grup yang

homogen yang dinamakan kelompok dan kemudian menentukan perlakuan secara

acak di dalam masing-masing kelompok. Rancangan acak kelompok biasanya

digunakan pada percobaan yang tempat , kondisi lingkungannya, atau keadaanya

berbeda. Tujuan pengelompokan satuan-satuan percobaan adalah untuk membuat

keragaman satuan-satuan percobaan di dalam masing-masing kelompok sekecil

mungkin (Rahmawati, 2008).

3.3 Prosedur Penelitian

3.3.1 Alat dan Bahan

Alat–alat yang digunakan dalam penelitian ini antara lain mesin pencetak

pelet, kolam beton ukuran 2x2x2 meter sebanyak 3 kolam, timbangan digital,

penggaris, nampan, jaring ikan, kayu bambu, toples dan botol sprayer.

Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini antara lain ikan gurami

berbobot ± 100 g sebanyak 60 ekor, kacang bambara, tepung terigu, pakan pabrik,

dan probiotik.

3.3.2 Persiapan Kolam

Kolam yang akan digunakan disterilkan terlebih dahulu menggunakan

kaporit sebanyak 120 ppm. Setelah diberi kaporit, kolam dikeringkan selama ± 24

jam untuk menguapkan bau kaporit dan gas beracun. Selanjutnya, kolam diisi air

tawar yang bersumber dari PDAM setinggi ± 40 cm dan diberi aerasi. Enceng

gondok dan batu-batuan disusun di dalam kolam untuk membuat ikan nyaman.

Setelah 24 jam, ikan bisa dimasukkan ke dalam kolam dengan diadaptasikan

terlebih dahulu. Setiap kolam diisi 6 ekor ikan gurami.

3.3.3 Penyusunan Jaring

Wadah yang digunakan untuk pemeliharaan ikan gurami adalah

kolam beton 2cm x 2 cm x 2cm sebanyak 3 unit dan dipetak-petak masing-

masing kolam menjadi 4 bagian menggunakan jaring sehingga satu petaknya

18

berukuran 1cm x 1cm x 1cm dan diisi air masing-masing (ketinggian 1.5 m),

serta ditempatkan termostat dan aerasi untuk suplai oksigen.

3.3.4 Adaptasi Benih

Dalam penelitian ini digunakan ikan uji berupa benih ikan gurami dengan

ukuran panjang rata-rata 11cm-13cm yang didatangkan dari Desa Surowono,

Kecamatan Pare, Kabupaten Kediri, Jawa Timur. Ikan kemudian ditebar dengan

kepadatan 5 ekor/m pada setiap perlakuan. Selama tiga hari ikan uji tidak diberi

perlakuan terlebih dahulu. Selanjutnya pada hari ke empat dilakukan pengambilan

sampel awal berupa biomassa ikan awal dengan pengambilan sampel 30 % dari

setiap perlakuan. Benih selanjutnya dipelihara selama 60 hari.

3.3.5 Penyusunan Formulasi dan Pembuatan Pakan

Formulasi komposisi pakan dibuat berdasarkan persentase kebutuhan

masing-masing bahan yang diinginkan dan hasilnya dicantumkan dalam Tabel 1.

Tabel 3. Komposisi pakan percobaan

No. Bahan (gr) Ransum (gr)

A B C D 1 Kacang bambara 30 45 60 0 2 Dedak halus 376.92 325.04 273.16 0 3 Tepung terigu 10 10 10 0 4 Jumlah Protein 32% 32% 32% 32%

Proses pembuatan pakan diawali dengan penghalusan bahan, kemudian

pengayakan, pencampuran, pengukusan, pencetakan, pengeringan dan

pengemasan. Penghalusan bahan dilakukan dengan menggunakan mesin

penepung maupun blender. Setelah halus, bahan diayak untuk menyamakan

ukuran partikel. Tujuan dari penepungan dan pengayakan adalah agar pada waktu

dicampur bahan pakan bisa tercampur merata dan menjadi rekat. Setelah

pengayakan, dilakukan pencampuran bahan, dimulai dari bahan yang jumlahnya

sedikit sampai bahan yang jumlahnya banyak dengan menambahkan sedikit air.

Selanjutnya, bahan dikukus dan dicetak menggunakan mesin pencetak pellet.

Kemudian, pakan dijemur dengan menggunakan oven pada suhu 30oC sampai

kadar airnya sekitar 10%. Setelah kering, pakan disimpan dalam wadah plastik

kering dan diletakkan ditempat yang tidak lembab agar tidak jamuran.

19

3.3.5.1 Langkah - langkah Pembuatan Pakan

Proses pembuatan pakan secara berturut-turut adalah sebagai berikut :

a. Penurunan ukuran partikel (penepungan)

b. Pencampuran awal (pre mixing)

c. Pelleting

d. Pengemasan

e. Penyimpanan

3.3.5.2 Proses Pembuatan Pakan

Alat Bahan

a Wadah plastik

b Pemberat

c Pengayak

d Kolam beton

e Timbangan analitik.

a Kacang bambara

b Dedak

c Tepung terigu

d Vitamin

Langkah kerja

a Pengeringan Kacang Bambara

Kacang bambara direbus dengan air + 10 menit, setelah itu ditiriskan agar

air cepat menguap dan dikeringkan sampai benar-benar kering agar saat proses

penghalusan tidak membutuhkan waktu lama.

b Penepungan (Grinding)

Bahan baku yang akan digunakan dihancurkan sehingga menjadi tepung

dengan menggunakan alat berupa penggiling tepung. Alat yang digunakan dapat

berupa penggiling jagung, penggiling kopi, dan alat penggiling daging. Alat

penggiling jagung digunakan untuk menggiling bahan baku yang kasar menjadi

tepung halus (Murtidjo, 2001).

Peralatan yang digunakan pada proses penepungan menggunakan saringan

adalah menggunakan alat penepung disc mill (gambar 5) dan hammer mill

(gambar 6). Disc mill adalah alat penepung yang bekerja dengan cara berputarnya

suatu pasangan piringan logam baja yang satu berputar sedangkan yang lainnya

20

sebagai landasan. Hammer mill adalah alat penepung yang bekerja dengan cara

prinsip palu, yaitu memukul suatu bahan baku yang akan ditepung sampai bahan

hancur menjadi tepung (Irma, 2008).

c Pengayakan

Alat ini berfungsi untuk menyaring bahan yang digiling dari alat disk mill

sehingga ukuran bahan menjadi seragam dan akan memudahkan pengolahan

selanjutnya. Sebaiknya menggunakan ukuran mash yang kecil sehingga bagian

yang masih kasar akan digiling kembali (Gunawan, 2010).

d Penimbangan

Alat penimbang dan penakar penting untuk mengetahui jumlah tiap-tiap

bagian dalam suatu susunan ransum. Bahan dalam jumlah sedikit ditimbang

dengan timbangan emas. Timbangan yang lebih teliti lagi adalah timbangan atau

neraca analitis (Masyamsir, 2001).

Masing-masing bahan yang akan dipakai untuk membuat pakan dan telah

berbentuk tepung kering lalu diambil dan ditimbang satu persatu sesuai dengan

formulasi yang telah ditentukan. Penimbangan dilakukan menggunakan

timbangan analitik dengan sensitifitas sebesar 0,1 gram. Bahan-bahan yang telah

sesuai dengan takaran yang ditentukan lalu ditampung kedalam ember atau plastik

secara terpisah untuk selanjutnya dilakukan pencampuran.

e Pencampuran

Proses pencampuran bahan baku harus dilakukan dengan cara mencampur

bahan baku yang jumlahnya paling sedikit kemudian secara bertahap ditambahkan

jenis bahan baku lainnya yang jumlahnya semakin banyak dengan tujuan agar

semua bahan baku tersebut dapat tercampur secara homogen (Gusrina, 2008).

Pencampuran bahan dengan mengunakan air hangat secukupnya dengan dibantu

alat sendok.

21

f Pencetaan

Alat pencetak adalah alat yang digunakan untuk mencetak pakan buatan.

Alat pencetak (pelleting) mengunakan alat penggiling daging.

g Pengeringan

Alat pengering berfungsi untuk mengeringkan bahan baku dan pakan yang

sudah jadi. Menurut Afrianto dan Liviawaty (2005), proses pengeringan pakan

buatan dengan menggunakan alat pengering khusus lebih menguntungkan sebab

tidak terpengaruh oleh kondisi cuaca, lebih bersih, dan lebih cepat.

h Penyimpanan

Pakan kering dapat disimpan dalam beberapa ukuran, untuk jumlah yang

sedikit dapat menggunakan stoples, sedangkan jika jumlahnya agak banyak

menggunakan drum plastik yang bertutup atau disimpan di dalam karung plastik

(bagor). Pakan kering lebih baik disimpan dalam tempat yang kering dan tidak

lembab (Mudjiman, 2004).

Fasilitas penyimpanan yang tidak memadai akan menyebabkan penurunan

kualitas pakan, dan berakibat pada pertumbuhan ikan yang buruk, kekurangan

nutrisi, masalah kesehatan ikan dan mungkin kematian ikan yang tinggi. Hal-hal

tersebut merugikan usaha budidaya (Sugama dkk, 2001).

3.3.6 Percobaan pakan ke ikan gurami

Pakan perlakuan A, B, C dan D diberikan ke ikan gurami sebanyak 5%

dari bobot ikan keseluruhan dalam satu kolam. Pemberian pakan dilakukan

sebanyak 2 kali sehari pada pagi dan sore hari selama 90 hari. Pakan diberi

campuran probiotik sebanyak 3 ml/kg pakan setiap 5 hari sekali.

3.3.7 Penimbangan dan pengukuran panjang ikan gurami

Kegiatan sampling biomassa untuk mengamati meningkatnya bobot ikan

baik kontrol maupun ikan yang diberi perlakuan dengan Pakan Buatan. Jumlah

sampel ditentukan berdasarkan jumlah individu dalam populasi satu unit kolam,

jika jumlah ikan lebih dari 50 ekor/kolam maka sampling 10% dan apabila

22

jumlah ikan dalam satu kolam kurang dari 50 ekor/kolam maka sampling 30%.

Pada kegiatan ini Sampel ikan ditentukan 30% dari ikan uji yang berjumlah total

60 Ekor.

Penimbangan bobot dan pengukuran panjang ikan dilakukan setiap 1 minggu

pada seluruh ikan. Jumlah pakan yang akan diberikan disesuaikan dengan

pertambahan bobot ikan. Variabel penelitian yang diukur antara lain :

3.4 Renterensi Protein

Efisiensi retensi protein pada ikan dipengaruhi oleh beberapa faktor

endogen dan eksogen (Halver dan Hardy, 2002). Salah satu faktor utama yang

berhubungan dengan efisiensi diet adalah Protein untuk rasio Energi (P / E).

Parameter ini harus diestimasi untuk jenis ikan tertentu dan tahapan. Ketika diet

memiliki kelebihan protein, akan digunakan sebagai sumber energi, bukan

pertumbuhan tubuh. Sebaliknya, diet dengan kelebihan energi dan kekurangan

protein dapat mengurangi konsumsi pakan dan mempengaruhi pertumbuhan

(NRC, 2011).

Perhitungan renterensi protein meliputi sebagai berikut : Ikan sampel awal

tebar, ikan sampel akhir tebar, kadar pakan kacang bambara (30mg/pakan, 45

mg/pakan dan 60mg/pakan).

Rumus Retensi Protein menurut Watanabe et al. (2001) dihitung dengan

rumus sebagai berikut :

Retensi Protein = Pertambahan protein tubuh (g) Protein yang terkonsumsi (g)

3.5 Efisiensi Pakan

Nilai efisiensi pakan dihitung dengan menggunakan persamaan sebagai

berikut (Takeuchi, 1988):

EP = {[(Wt + D) - Wo] / F} x 100%

Keterangan : EP : Efisiensi pakan (%) F : Jumlah pakan yang diberikan selama pemeliharaan (g) Wt : Biomassa akhir pemeliharaan (g) Wo : Biomassa awal pemeliharaan (g) D : Biomassa ikan mati (g)

x 100%

23

3.6 Pertumbuhan Bobot Mutlak

Pertumbuhan bobot mutlak adalah pertambahan berat ikan setiap harinya

selama pemeliharaan. Pertambahan bobot mutlak ditunjukkan dalam satuan

gram/hari. Rumus mencari pertumbuhan bobot mutlak :

GR = (Wt-Wo)/t Keterangan : GR = Pertumbuhan Bobot Mutlak (g/hari) Wt = bobot rata-rata ikan pada waktu ke-t (g) Wo = Bobot rata-rata ikan pada saat awal (g) t = waktu pemeliharaan (hari)

3.7 Analisis Data

Data laju pertumbuhan harian, konversi pakan, pertumbuhan bobot mutlak

dan pertumbuhan panjang mutlak dianalisis menggunakan analisis sidik ragam

atau (One Way ANOVA) untuk mengetahui pengaruh perlakuan. Jika terdapat

perbedaan yang nyata diantara perlakuan maka, dilanjutkan dengan uji Duncan’s

Multiple Range Test (DMRT) 5%. Keeratan hubungan antar variable dianalisis

dengan uji korelasi.

3.8 Jadwal Pelaksanaan Penelitian

Tabel 4. Jadwal Pelaksanaan Penelitian

Tahapan Bulan dalam Tahun 2015

Agustus

September

Oktober

Nofember

Desember

Pembuatan proposal penelitian Persiapan alat dan bahan Adaptasi ikan dan pelaksanaan penelitian

Analisis data dan laporan hasil penelitian

24

DAFTAR PUSTAKA

Ahmad, T. Ratnawati, E. dan R. Yakob. 1998. Budidaya Bandeng Secara Intensif. Penebar Swadaya. Jakarta. 85 hal.

Adelina,. I. Mokoginta., R. Affandi., D. Jusadi. 2000. Pengaruh Kadar Protein dan

Rasio Energi Protein Pakan yang Berbedaterhadap Kinerja Pertumbuhan Benih Ikan Bawal Air Tawar (Colossoma macropomum). Pert. Indo. Vol. 9(2).

Afrianto, E dan E. Liviawati. 2005. Pakan Ikan. Kanisius. Yogyakarta. Hal 37-

141. Astawan, M. 2009. Sehat dengan Hidangan Kacang dan Biji-bijian Penebar

Swadaya : Jakarta. Agus. 2001. Beberapa Metode Pembenihan Ikan Air Tawar. Yogyakarta:

Kanisius. Amri, Khairul dan Khairuman. 2005. Budidaya Ikan Nila secara Intensif (Cetakan

Keempat). PT Agromedia Pustaka. Jakarta Selatan. Borkenau, P. & Ostendorf, F. 1993.NEO-Fünf-Faktoren Inventar (NEO-FFI)

nachCosta und McCrae. Göttingen: Hogrefe. Preis DM 84. Badan Standarisasi Nasional [BSN]. 2000. SNI: 01–6484.4–2000: Produksi benih

ikan lele dumbo (Clarias gariepinus X C fuscus) kelas benih sebar. 6 hal. Bugri. 2006. Pengaruh padat penebaran terhadap kelangsungan hidup dan

pertumbuhan benih ikan (Osphronemus goramy Lac). ukuran 2 cm. Program Studi Teknologi dan Manajemen Akuakultur. Institut Pertanian Bambara. hlm 17.

Darmawangsa, M. G. 2008. Pengaruh Padat penebaran 10, 15, 20 Ekor/Liter

terhadap Kelangsunga Hidup dan Pertumbuhan Benih Ikan (Osphronnemus gouramy lac). Ukuran 2cm. Skripsi. Institut Pertanian Bambara. Bambara.

Fachruddin, L. 2000. Budi Daya Kacang-kacangan. Kanisius : Yogyakarta. Ghufran. M, dan Tancung, A.B. 2007 Oktober 2001. Budidaya ikan . Jogyakarta.

Agromedia Pustaka. Gunawan, D. 2010. Pedoman Pembangunan Pabrik Pakan Skala Kecil Dan Proses

Pengolahan Pakan. Direktorat Jenderal Peternakan. Jakarta. 30 hal.

25

Gusrina. 2008. Budidaya Ikan untuk SMK. Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan, Direktorat Jenderal Manajemen Pendidikan Dasar dan Menengah, Departemen Pendidikan Nasional. Jakarta. 491 hal.

Halver, J.E. 2002. The vitamins. In J.E. Halver & R.W. Hardy, eds. Fish

nutrition, 3rd Edn., pp. 61–141. New York, Academic Press Inc. Haetami RR.2008. Karakteristik surirni hasil pengkomposisian tetelan ikan kakap

merah (Lutjanus sp) dan ikan layang (Decapterus sp) pada penyimpanan beku. [Skripsi]. Bogor: Fakultas Perikanan clan Ilmu kelautan, Institut Pertanian Bogor.

Hidayah, T. 2005. Pengaruh suhu proses ekstrusi dan campuran ubijalar merah

dengan kacang Bambara terhadap beberapa karakteristik fisik ekstrudat. Jurnal Teknologi Pertanian, Fakultas Teknologi Pertanian, Universitas Brawijaya, Malang 6(2):121-130.

Irma, H. 2008. Teknik Pembuatan Pakan Ikan Apung Di CV. Mentari Nusantara

Feedmill. Praktek Kerja Lapang. Tulungagung. Jawa Timur. 67 hal. Jangkaru, Z. 2002. Pembesaran Ikan Air Tawar di Berbagai Lingkungan

Pemeliharaan. Jakarta : Penebar Swadaya. 96 hal. Jangkaru, Z. 2004. Memacu Pertumbuhan Gurami. Penebar Swadaya. Jakarta. Junianto, (2003), Teknik Penanganan Ikan, Penebar Swadaya, Jakarta Yuwono, E., P. Sukardi dan SulistyoI.. 2005. Konsumsi dan Efisiensi Pakan pada

Ikan Kerapu Bebek (Cromileptes altivelis) yang Dipuasakan Secara Periodik. Berkala Penelitian Hayati 19 (2): 129-132.

Khairuman, H. dan Amri K. 2012. Pembesaran Nila di Kolam Air Deras.

AgroMedia Pustaka. Jakarta. Keputusan Menteri Kelautan dan Perikanan No. 45 Tahun 2004 tentang

Pengadaan dan Peredaran Pakan Ikan. Kordi, M. G. H dan A. B. Tancung. 2007. Pengelolaan Kualitas Air. Rineka

Cipta. Jakarta. Kordi, K. M. Ghufran. 2004. Penanggulangan Hama dan Penyakit Ikan. Cetakan

Per ama. Jakarta: PT Rineka Cipta. Komang, S. 2010. Tentang Keuntungan dan Kelemahan Penggunaan Pakan Alami

dan Pakan Buatan Dalam Budidaya Perikanan.

26

Kusuma,Galih Arif, 2014. “Uji Daya Hambat dari Ekstrak Tanaman Pacar Air (Impatiens balsamica L) terhadap Pertumbuhan Bakteri Aeromonas hydrophila”. Jurnal Ilmiah. PS. Agrobisnis Perikanan UNSRAT, Manado. Vol 2,No1(2014).

Lenawan, E. Pengaruh Padat Penebaran 10, 15 dan 20 Ekor/L Terhadap

Kelangsungan Hidup dan Pertumbuhan Benih Ikan (Osphronemus Gouramy Lac.) Ukuran 0,5 Cm. Fakultas Perikanan dan Ilmu Laut Institut Pertanian Bambara. 64 hal.

Lesmana, D. S. 2001. Budi Daya Ikan Hias Air Tawar. Cetakan Pertama. Jakarta:

Penebar Swadaya. Lesmana, D. S. dan I. Darmawan. 2001. Budidaya Ikan Hias Air Tawar Populer.

Penebar Swadaya. Jakarta. Liu, F. 2011 Effect of a short and severe intermittent drought on transpiration,

seed yield, yield components, and harvest index in four landraces of bambara groundnut. International Journal of Plant Production, 5 (1). pp. 25-36.

Masyamsir. 2001. Membuat Pakan Ikan Buatan. Modul Program Keahlian Budidaya Ikan. Depdiknas. Jakarta. 32 hal.

Maharani, E.T. dan Yusrin. 2010. Kadar Protein Curah yang Dijual Petambak

Kota Rembang dengan Variasi Suhu Penyimpanan. Prosiding Seminar Nasional UNIMUS. Semarang. 6 hal.

Mudjiman, A. 2004. Makanan Ikan Edisi Revisi. Penebar Swadaya. Jakarta. Hal

146-148 : 157-165. Murtidjo, B.A. 2001. Pedoman Meramu Pakan Ikan. Kanisius. Yogyakarta. Hal

13 : 56 : 77. Mudjiman, A. 2008. Makanan Ikan. Penerbit Swadaya. Jakarta Ntundu, W.H., I.C Bach, J.L. Christiansen, and S.B. Anderson. 2004. Analysis of

Genetic Deversity In Bambara Groundnut [Vigna Subterranea (L) Verdc] Landraces Using Amplified Fragment Lergth Polymorphism (AFLP) Markers. African Journal of Biotechnology (3):4PP. 220–225.

Nematipour, G.R., M.L. Brown, dan D.M. Gatlin III. 1992. Effects of dietary

energy protein ratio on growth characteristic and body consumption of hybrid striped bass. Aquaculture, 107 :359-368.

Pertamawati, L.H. 2006. Diseconomies Integrasi Vertikal Usaha Budidaya Ikan

Gurami. Institut Pertanian Bambara. Prihartono, E, R. 2007. Permasalahan dan solusinya. Penebar Swadaya. Jakarta.

27

Purseglove, J.W. 1974. Tropical Crops: Dicotyledons. Longman, London, 242–246.

Puspowardoyo, H. Dan A.S. Djariyah. 2002. Pembenihan dan Pembesaran Lele

Dumbo Hemat Air. Yogyakarta: Penerbit Kanisius. Purwanto, J. 2007. Pemeliharaan benih ikan sidat (Anguilla bicolor) dengan

padat penebaran yang berbeda. Jurnal Penelitian Indonesia. 6(2):85-89. Rukmana, H. Rahmat 2000 "Ganyong : budidaya dan pascapanen / H. Rahmat

Rukmana". Sarah S. 2002. Pengaruh padat penebaran terhadap pertumbuhan dan

kelangsungan hidup benih ikan gurami (Osphronemus goramy Lac).Program Studi Teknologi dan Manajemen Akuakultur. Institut Pertanian Bambara. hlm 39.

Sitanggang, M dan B.Sarwono. 2002. Budidaya . Edisi Revisi. Penebar Swadaya.

Jakarta. Sutanmuda. 1997. Kumpulan Gurami Kliping Ikan. Jakarta : trubus. Trijdoko,

DKK//,1993. Pengaruh Pakan Segar Terhadap Perkembangan Gonat Ikan : Jurnal Penelitian Budidaya Perikanan vol 9-No.Gondol.Bali.

Suhenda, N., L. Setijaningsih & Y. Suryani. 2003. Penentuan rasio antara kadar

karbohidrat dan lemak pada pakan benih ikan patin jambal (Pangasius djambal). Jurnal Penelitian Perikanan Indonesia. 9(1):21-30.

Sugama, K., Slamet, B., Ismi, S., Setiadi, E. and Kawahara, S. 2001. Manual for

the seed production for humpback grouper, Cromileptes altivelis. Gondol Research Institute for Mariculture and Japan International Cooperation Agency, Bali, Indonesia. 37 hal.

Stephens, J.M. 2003. Bambara Groundnut Voandzeia subterranea (L.)

Thouars. University of Florida. IFAS Extension. Florida. Reezky . 2012. http://www.zonaikan.com/2012/11/kebutuhan-nutrisi-ikan.html Verschuere L, Dhont J, Sorgeloos P, Verstraete W. Monitoring Biolog patterns

ans r/K-strategists in the intensive culture of Artemia juveniles. J Appl Microbiol. 1997;83:603–612.

Yulfiperius, Mokoginta, Jusadi Dedi.2003. Pengaruh Kadar Vitamin E dalam

Pakan terhadap Kualitas Telur Ikan Patin (Pangasius hypothalmus). IPB: Bogor.

28

Wiadnya, D.G.R, Hartati, Y. Suryanti, Subagyo, dan A.M. Hariati. 2000. Periode Pemberian Pakan yang mengandung Kitin untuk Memacu Pertumbuhan dan Produksi Ikan Gurame (Osphronemus goramy Lac.). Jurnal Peneltian Perikanan Indonesia, 6(2) :62-67.

Zonneveld, N., Huisman, E.A., & Boon, J.H. 1991. Prinsip-prinsip Budidaya

ikan. Penerjemah. Pustaka Utama. Gramedia, Jakarta, 71 hlm. Zulfa Fauzia3, Fadil Othman1,*, Johan Sohaili1, Moh Faiqun Ni’am2,

Environmental Engineering Department., Faculty of Engineering, Universiti Teknologi Malaysia, Johor, Malaysia.