31
Kata Pengantar Puji syukur kami ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena berkat karunianya sehingga kami dapat menyusun makalah ini dengan baik dan tepat waktunya. Dalam makalah ini kami membahas mengenai pro terhadap di sahkannya RUU Keperawatan bagi perawat. Makalah ini kami buat untuk memenuhi tugas kuliah yaitu mata kuliah Legal Ethic In Nursing yang diberikan oleh dosen pengajar kami. Makalah yang kami buat memang masih jauh dari kesempuranaan. Kami menyadari banyak keterbatasan ide dan gagasan, serta sistematika penulisan dalam makalah ini. Dan juga kami menyadari banyak kesalahan-kesalahan dalam penulisan makalah ini. Harapan kami, mudah-mudahan makalah ini dapat memenuhi tugas yang diberikan dan bermanfaat bagi pembaca. Saran dan kritik dari pembaca kami harapkan untuk penyempurnaan makalah selanjutnya. Akhir kata semoga makalah ini dapat memberikan manfaat bagi kita sekalian. Malang, Mei 2014 Penulis

Sahkan RUU Keperawatan

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: Sahkan RUU Keperawatan

Kata Pengantar

Puji syukur kami ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena berkat karunianya sehingga kami dapat menyusun makalah ini dengan baik dan tepat waktunya. Dalam makalah ini kami membahas mengenai pro terhadap di sahkannya RUU Keperawatan bagi perawat.

Makalah ini kami buat untuk memenuhi tugas kuliah yaitu mata kuliah Legal Ethic In Nursing yang diberikan oleh dosen pengajar kami. Makalah yang kami buat memang masih jauh dari kesempuranaan. Kami menyadari banyak keterbatasan ide dan gagasan, serta sistematika penulisan dalam makalah ini. Dan juga kami menyadari banyak kesalahan-kesalahan dalam penulisan makalah ini.

Harapan kami, mudah-mudahan makalah ini dapat memenuhi tugas yang diberikan dan bermanfaat bagi pembaca. Saran dan kritik dari pembaca kami harapkan untuk penyempurnaan makalah selanjutnya.

Akhir kata semoga makalah ini dapat memberikan manfaat bagi kita sekalian.

Malang, Mei 2014

Penulis

ii

Page 2: Sahkan RUU Keperawatan

DAFTAR ISI

Halaman Judul ............................................................................................................................ i

Kata Pengantar ............................................................................................................................ ii

Daftar Isi ...................................................................................................................................... iii

BAB I Pendahuluan

1.1 Latar Belakang ........................................................................................................... 1

1.2 Rumusan Masalah...................................................................................................... 2

1.3 Tujuan ......................................................................................................................... 3

BAB II Tinjauan Pustaka

2.1 Konsep Keperawatan ............................................................................................... 4

2.2 Keperawaatn Profesional .......................................................................................... 5

2.3 Tindakan Keperawatan dalam Praktek Keperawatan .......................................... 6

2.4 Peran Fungsi dan Tanggung Jawab Perawat ........................................................ 7

BAB III Pembahasan

3.1 Masalah-masalah dalam Praktek Keperawatan ................................................... 9

3.2 Pokok-pokok Materi RUU Keperawaatan ........................................................... 10

3.3 Tantangan Pengesahan RUU Keperawatan ......................................................... 11

3.4 Pentingnya RUU Keperawatan ............................................................................. 12

BAB IV Penutup

IV.1 Kesimpulan ............................................................................................................ 15

IV.2 Saran ...................................................................................................................... 15

Daftar Pustaka .......................................................................................................................... 17

Lampiran ................................................................................................................................... 18

iii

Page 3: Sahkan RUU Keperawatan

BAB I

PENDAHULUAN

I.1 Latar Belakang

Jaminan hak asasi manusia di Indonesia semakin kuat pasca amandemen UUD

1945. Khusus dibidang kesehatan, dalam Pasal 28H ayat (1) UUD 1945 ditentukan

bahwa “Setiap orang berhak hidup sejahtera lahir dan batin, bertempat tinggal, dan

mendapat lingkungan hidup yang baik dan sehat serta berhak memperoleh pelayanan

kesehatan”. Sebagai salah satu hak asasi manusia, maka perlu diwujudkan dalam bentuk

pemberian upaya kesehatan kepada seluruh masyarakat melalui penyeleggaraan

pembangunan kesehatan.

Bentu upaya dalam pembangunan kesehatan dimaksud adalah salah satunya

pelayanan kesehatan kepada masyarakat, baik pelayanan tenaga kesehatan maupun

administrasi kesehatan di tempat penyelenggara pelayanan kesehatan tersebut. Seperti

yang diketahui, ada beberapa jenis yang termasuk dalam kategori tenaga kesehatan, yaitu

dokter, dokter gigi, perawat, bidan dan lain-lain.

Tenaga kesehatan tersebut merupakan satu kesatuan yang saling melengkapi

dalam bekerjanya sebuah sistem pelayanan kesehatan. Dengan demikan, tenaga perawat

sebagai salah satu komponen utama pemberi layanan kesehatan kepada masyarakat juga

memiliki peran penting karena terkait langsung dengan mutu pelayanan kesehatan sesuai

dengan kompetensi dan pendidikan yang dimilikinya.

Undang – undang praktik keperawatan sudah lama menjadi bahan diskusi para

perawat. PPNI pada kongres Nasional kedua di Surabaya tahun 1980 mulai

merekomendasikan perlunya bahan-bahan perundang-undangan untuk perlindungan

hukum bagi profesi tenaga keperawatan. Undang – undang keperawatan.

Terbengkalainya pengesahan undang-undang perlindungan bagi perawat

menyebabkan perawat secara penuh belum dapat bertanggung jawab terhadap pelayanan

yang mereka lakukan dan mereka sering dikriminalisasi oleh oknum polisi. Tumpang

tindih antara tugas dokter dan perawat masih sering terjadi dan beberapa perawat lulusan

pendidikan tinggi merasa frustasi karena tidak adanya kejelasan tentang peran, fungsi dan

kewenangannya.

1

Page 4: Sahkan RUU Keperawatan

Hal ini juga menyebabkan semua perawat dianggap sama pengetahuan dan

ketrampilannya, tanpa memperhatikan latar belakang ilmiah yang mereka miliki.

Tanggal 12 Mei 2008 adalah Hari Keperawatan Sedunia. Di Indonesia,

momentum tersebut akan digunakan untuk mendorong berbagai pihak mengesahkan

Rancangan Undang-Undang Praktik keperawatan. PPNI menganggap bahwa keberadaan

Undang-Undang akan memberikan perlindungan hukum bagi masyarakat terhadap

pelayanan keperawatan dan profesi perawat.

Indonesia, Laos, Kamboja dan Vietnam adalah empat Negara Association of

South East Asian Nations (ASEAN) yang belum memiliki Undang-Undang Praktik

Keperawatan. Padahal, Indonesia memproduksi tenaga perawat dalam jumlah besar. Hal

ini mengakibatkan kita tertinggal dari negara-negara Asia, terutama lemahnya regulasi

praktik keperawatan, yang berdampak pada sulitnya menembus globalisasi. Perawat kita

sulit memasuki dan mendapat pengakuan dari negara lain, sementara mereka akan mudah

masuk ke negara kita. Oleh karena itu kami membuat makalah terkait dengan pengesahan

RUU Keperawatan dengan judul “ Pro RUU Keperawaatan, Sah kan RUU Keperawatan”

I.2 Rumusan Masalah

Apakah konsep Keperawatan ?

Apakah yang dimaksud dengan keperawatan profesional ?

Apakah tindakan Keperawatan dalam Praktek Keperawatan ?

Apa peran, fungsi dan tanggung jawab perawat ?

Apa saja masalah-masalah yang terjadi dalam praktek keperawatan ?

Bagaimana pokok-pokok Materi dalam RUU Keperawaatan ?

Apa saja tantangan dalam Pengesahan RUU Keperawatan ?

Bagaimana pentingnya RUU Keperawatan ?

2

Page 5: Sahkan RUU Keperawatan

I.3 Tujuan

Dari rumusan masalah tersebut, tujuan dari makalah ini adalah untuk :

Mengetahui konsep keperawatan

Mengetahui yang dimaksud dengan keperawatan profesional

Mengetahui tindakan Keperawatan dalam Praktek Keperawatan

Mengetahui peran, fungsi dan tanggung jawab perawat

Mengetahui masalah-masalah yang terjadi dalam praktek keperawatan

Mengetahui pokok-pokok Materi dalam RUU Keperawaatan

Mengetahui tantangan dalam Pengesahan RUU Keperawatan

Mengetahui pentingnya RUU Keperawatan

3

Page 6: Sahkan RUU Keperawatan

BAB IITINJAUAN PUSTAKA

2.1 Konsep Keperawatan

Keperawatan merupakan suatu bentuk layanan kesehatan profesional yang

merupakan bagian integral dari layanan kesehatan yang berlandasan ilmu dan kiat

keperawatan berbentuk layanan bio, psiko, sosia dan spiritual yang komprehensif yang

ditujukan bagi individu, keluarga dan masyarakat baik dalam keadaan sehat maupun sakit,

serta mencangkup seluruh proses kehidupan. (Lokakarya Keperawatan Nasional, 1983).

Berdasarkan konsep keperawatan diatas, terdapat beberapa hal yang merupakan hakikat

atau prinsip dari keperawatan antara lain :

Keperawatan merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari profesi kesehatan

lain di dalam memberikan layanan kesehatan kepada klien. Profesi kesehatan

yang terbanyak jumlahnya dan terdepan dalam memberikan layanan kesehatan

adalah perawat. Sebagai bagian integral dari layanan kesehatan kedudukan

perawat dengan profesi kesehatan lainnya adalah sebagai mitra.

Keperawatan mempunyai beberapa tujuan, antara lain memberi bantuan yang

paripurna dan efektif kepada klien serta memenuhi kebutuhan dasar manusia

(KDM) klien.

Fungsi utama perawat adalah membantu klien (dari level individu hingga

masyarakat) baik dalam kondisi sakit maupun sehat, guna mencapai derajat

kesehatan yang optimal melalui pelayann kesehatan. Layanan keperawatan

diberikan karena adanya kelemahan fisik, mental, dan keterbasan pengetahuan

serta kurangmya kemauan untuk dapat melaksanakan kegiatan kehidupan sehari-

hari secara mandiri.

Intervensi keperawatan dilakukan dalam upaya meningkatkan kesehatan,

mencegah penyakit, menyembuhkan, serta memelihara kesehatan melalui upaya

promotif, preventif, kuratif, dan rehabilatif sesuai wewenang, tanggung jawab,

etika profesi keperawatan yang memungkinkan setiap orang mencapai

kemampuan hidup sehat dan produkktif.

Prinsip-prinsip keperawatan tersebut menunjukkan bahwa profesi keperawatan

memegang peranan yang penting dalam sistem kesehatan nasional.

4

Page 7: Sahkan RUU Keperawatan

Lalu siapa saja yang disebut perawat? Masyarakat awam menganggap perawat adalah

orang yang bekerja di rumah sakit dengan mengenakan seragam putih-putih. Ada pula

yang mengatakan bahwa perawat adalah orang yang bekerja sebagai pembantu dokter.

Penilaian tersebut terjadi karena ketidakpahaman mereka tentang hakikat perawat. Tidak

sembarang orang bisa disebut perawat. Berdasarkan Kepuusan Menteri Kesehatan

Republik Indonesia Nomor 647/Menkes/SK/XI/2000 tentang Registrasi dan Praktik

Keperawatan , yang kemudian diperbarui dengan Kepmenkes RI No.

1239/Menkes/SK/XI/2001, dijelaskan bahwa perawat adalah orang yang telah lulus dari

pendidikan perawat, baik dalam maupun luar negeri, sesuai ketentuan peraturan

perundang-undangan yang berlaku. Definisi perawat ini masih belum mempunyai batasan

tegas karena hanya didasarkan pada telah lulusnya seseorang dari pendidikan keperawatan

sesuai peraturan perundang-undangan yang berlaku.

2.2 Keperawaatn Profesional

Pendidikan keperawatan di Indonesia masih bervariasi, mulai dari setingkat

SLTA, DIII, sarjana, bahkan sampai pascasrjana. Beragamnya pendidikan keperawatan

menyebabkan beragam pula sebutan untuk perawat, kemampuan personel perawat, dan

bahkan penilaian terhadap prfesi perawat oleh profesi lain. Karenanya, perlu ada suatu

aturan tentang pengakuan jenjang profesionalisme keperawatan. Saat ini, seseorang

disebut sebagai perawat jika memiliki kualifikasi pendidikan minial DIII Keperawatan

dengan sebutan Ahli Madya Keperawatan.

Keperawatan sebagai profesi mempunyai hak untuk memberikan pelayanan

keperawatan mandiri, baik kelompok maupun perorangan. Tentunya pelaksanaan praktik

keperawatan mandiri tersebut harus ditopang oleh kebijakan pemerintah terkait dengan

perlindungan hukum agar praktik keperawatan mandiri mendapatkan legalitas.

Pemerintah akhirnya membuat dan mengesahkan peraturan yang mengatur registrasi dan

praktik perawat dalam bentuk keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No.

647/Menkes/SK/XI/2000 tentang registrasi dan praktik perawat. Kemudian, dalam

rangka pelaksanaan otonomi daerah, keputusan menteri kesehatan tersebut

disempurnakan dengan keputusan Menetri Kesehatan No. 1239/Menkes/SK/XI/2001

yang mengalihkan kewenangan rekomendasi, perizinan, pembinaan,

5

Page 8: Sahkan RUU Keperawatan

dan pengawasan tenaga keperawatan kepada Dinas Kesehatan Provinsi dan Dinas

Kesehatan Kabupaten/Kota. Dengan adanya legalitas bagi profesi keperawatan dengan

profesi kesehatan lainnya.

Penerapan keperawatan dalam asuhann keperawatan untuk klien merupakan salah

satu wujud tanggung jawab dan tanggung gugat perawat terhadap klien. Pada akhirnya

penerapan proses keperawatan ini akan meningkatkan kualitas layanan keperawatan pada

klien.

Standar peranan profesional menggambarkan tingkat kompeten dari tingkah laku

dalam peran profesional mencangkup aktivitas-aktivitas yang berhubungan dengan

kualitas asuhan, penampilan peranan, pendidikan, kolega etik, kolaborasi, penelitian dan

penggunaan sumber-sumber.

2.3 Tindakan Keperawatan dalam Praktek Keperawatan

Proses keperawatan merupakan suatu metode yang sistematis dan ilmiah yang

digunakan perawat dalam mencapai atau mempertahankan keadaan bio, psiko, sosio, dan

spiritual yang optimal melalui tahap pengkajian, indentifikasi diagnosis keperawatan,

penentuan rencana keperawatan, implementasi, tindakan keperawatan, serta evaluasi.

( Yura dan Weals, 1983). Proses keperawatan adalah suatu metode yang sistematis untuk

mengkaji respon manusia terhadap masa;ah kesehatan dan membuat rencana

keprerawatan yang bertujuan mengatasi maslaah tersebut. (Carol V.A 1991).

Tindakan keperawatan berupa bantuan yang diberikan karena adanaya kelemahan

fisik dan atau mental keterbatasan pengetahuan serta kurangnya pengetahuan serta kurang

kemauan melaksanakan kegiatan sehari-hari secara mandiri. Bantuan juga ditujuan

kepada penyediaan pelayanan kesehatan utama dalam usaha mengadakan perbaikan

sistem pelayanan kesehatan sehingga memungkinkan seseorang mencapai kemampuan

hidup sehat dan produktiv tanpa bantuan orang lain.

Dalam menjalankan praktek keperawatan harus senantiasa meningkatkan mutu

pelayanan, dengan mengikuti perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi melalui

pendidikan dan pelatiahan sesuai dengan bidang tugasnya.

6

Page 9: Sahkan RUU Keperawatan

Pelaksanaannya perawatan juga dituntut melukukan peran dan fungsi sebagaimana yang

diharapkan oleh profesi dan masyarakat sebagai pengguna jasa pelayanan keperawatan.

2.4 Peran Fungsi dan Tanggung Jawab Perawat.

Terkait dengan registrasi dan praktek perawat, perawat adalah seseorang yang telah

lulus pendidikan perawat, baik di dalam maupun di luar negeri sesuai dengan ketentuan

peraturan perundang-undangan yang berlaku. (Kepmenkes RI No.1239 tahun 2001).

Perawat yang melaksanakan praktik mandiri, baik kelompok maupun perorangan,

harus bertindak sesuai dengan kewenangannya. Jangan sampai karena praktik mandiri,

perawat lantas melaksanakan tugasnya melebihi kewenangan yang ada dan tidak sesuai

dengan standar praktik keperawatan. Jika ini terjadi, perawat dapat diajukan ke Majelis

Disiplin Tenaga Kesehatan (MDTK) untuk di proses sesuai peraturan perundangan yang

berlaku.

Secara umum, keperawatan mempunyai beberapa tujuan :

Pertama, memberi bantuan yang paripurna den efektif kepada klien. Adapun

prinsip bantuan yang diberikan antara lain bantuan diberikan sesuai dengan tingkat

kemandirian klien dan jangan sampai bantuan yang diberikan itu menimbulkan

ketergantungan yang dominan bagi klien.

Kedua, memnuhi kebutuhan dasar manusia (KDM) klien. Kebutuhan dasar

manusia dapat didefinisikan sebagai sesuatu yang dibutuhkan manusia agar dapat

memelihara homeostatis, baik fisiologis maupun psikologis. Pengelompokkan kebutuhan

dasar manusia bervariasi di antara para ahli. Dalam keperawatan, hierarki

pengelompokkan kebutuhan dasar manusia yang sering digunakan adalah hierarki

Abraham Maslow yang terdiri atas lima tingkat kebutuhan. Pembahsan ini akan diuraikan

lebih lanjut nanti.

Ketiga, memberi kesempatan kepada semua perawat ntuk mengembangkan

tingkat kemampuan profesionalnya. Maju/mundurnya profesi keperawatan bergantung

pada masing-masing pribadi perawat. Oleh karena itu, perlu ditanamkan rasa persatuan

dan kebersamaan di antara perawat sejak dini, bahu-mambahu memajukan dan

mengembangkan profesi keperawatan.

7

Page 10: Sahkan RUU Keperawatan

Keempat, mengembangkan standar keperawatn yang ada.

Kelima, memelihara hubungan kerja yang efektif dengan semua anggota tim

kesehatan. Penangan kesehatan klien tidak bisa hanya mengandalkan salah satu profesi

saja, melainkan memerlukan kerja sama interdisipliner dari profesi kesehatan lain sebagai

satu kesatuan tim kesehatan. Dalam pelayanan kesehatan, perawat merupakan tenaga

kesehatan terdepan dan paling lama berinteraksi dengan klien. Karenanya, perawat harus

mampu memelihara kerjasama yang efektif dengan semua anggota tim kesehatan,

begitupun sebaliknya.

Keenam, menciptakan iklim yang menunjang kegiatan pendidikan bagi

perkembangan tenaga keperawatan. Pendidikan keperawatan harus berimbang antara

teori dan praktik, sebab keperawatan adalah ilmu yang langsung berkaitan dengan “hidup

dan matinya” manusia.

8

Page 11: Sahkan RUU Keperawatan

BAB III

PEMBAHASAN

3.1 Masalah-masalah dalam Praktek Keperawatan

Sesuai dengan Peraturan Pemerintah No. 32 tahun 1996 tentang Tenaga Kesehatan,

Tenaga Keperawatan terdiri dari perawat dan bidan. Namun dalam hal ini yang ditulis hanya

tentang perawat atau ners. Dibandingkan dengan awal tahun 1970-an, maka jenis dan

jenjang tenaga keperawatan sudah lebih tertata, terutama setelah disepakati secara nasional

pada Januari 1983, bahwa keperawatan sebagai profesi dan struktur dan sistem pendidikan

tinggi keperawatan merupakan pendidikan profesi.

Menurut jenjang pendidikan perawat dikategorikan:

1.      Lulusan SPK (SMP + 3 tahun) yang sudah dinyatakan phasing out sejak 1982 dan

dikonversikan pendidikan mereka ke jenjang DIII keperawatan

2.      Lulusan DIII keperawatan (SMA + 3 tahun) dengan berbagai kekhasan sesuai dengan

muatan lokal kurikulum masing-masing institusi pendidikan.

3.      Lulusan program pendidikan Ners (SMA + 5 tahun) dengan jenjang S1 dan gelar profesi

Ners )

4.      Lulusan program Pasca Sarjana dan atau Spesialis Keperawatan (Ners + 3 tahun) untuk

mendapatkan gelar magister dan ners spesialis dalam berbagai bidang ilmu keperawatan.

Lulusan dari berbagai jenjang pendidikan keperawatan ini perlu diatur

pendayagunaannya secara benar dan baik berdasarkan azas keadilan dan pemerataan

keterjangkauan dengan memperhatikan aspek efisiensi dan mutu pelayanan dan lingkungan

kehidupan kerja yang baik bagi tenaga kesehatan, dalam hal ini bagi perawat.

Ketidakserasian antara UU Keperawaatn yang telah ada dan UU Kedokteran sehingga

terjadi tumpang tindih antara tugas dokter dan perawat. Kenyataan ini masih sering terjadi

dan beberapa perawat lulusan pendidikan tinggi merasa frustasi karena tidak adanya

kejelasan tentang peran, fungsi dan kewenangannya. Hal ini juga menyebabkan semua

perawat dianggap sama pengetahuan dan ketrampilannya, tanpa memperhatikan latar

belakang ilmiah yang mereka miliki.

Bagaimana penting dan besarnya kontribusi perawat dalam mengemban tugas

pelayanan kesehatan jelas tidak diragukan lagi.

9

Page 12: Sahkan RUU Keperawatan

Bahkan sejak masa kolonial sampai Indonesia merdeka sejak 17 Agustus 1945 hingga saat

ini, perawat telah berperan penting dalam menopang sistem pelayanan kesehatan. Sebab,

sebagaimana diketahui bahwa baik di rumah sakit pemerintah maupun swasta, baik di

perkotaan maupun di pelosok desa terpencil sekalipun, peranan perawat senantiasa memberi

andil yang signifikan dalam menunjang pelayanan kesehatan masyarakat.

3.2 Pokok-pokok Materi RUU Keperawaatan

Berkaitan dengan penyusunan RUU dimaksud, Badan Legislasi telah menerima

masukan dari PPNI (Persatuan Perawat Nasional Indonesia) yakni berupa konsep draf awal

RUU tentang Praktik Keperawatan. Dalam konsep yang yang disampaikan oleh PPNI, hal-

hal pokok yang ingin diatur dalam RUU tentang Keperwatan adalah sebagai berikut:

Lingkup Praktik Keperawatan, meliputi:

Memberikan asuhan keperawatan dalam menyelesaikan masalah kesehatan

sederhana dan kompleks;

Memberikan tindakan keperawatan langsung, pendidikan, nasehat, konseling;

Memberikan pelayanan keperawatan di sarana kesehatan dan tatanan lainnya;

Memberikan pengobatan dan tindakan medik terbatas, pelayanan KB, imunisasi,

pertolongan persalinan normal, dan menulis permintaan obat atau resep; dan

Melaksanakan program pengobatan secara tertulis dari dokter.

Konsil Keperawatan Indonesia

Konsil Keperawatan Indonesia adalah sebuah wadah/badan yang berfungsi

melakukan pengaturan, pengesahan serta penetapan kompetensi perawat yang

menjalankan praktik keperawatan dalam rangka meningkatkan mutu pelayanan

keperawatan. Badan ini berkedudukan di Ibukota dan dapat mempunyai perwakilan di

daerah jika diperlukan serta bertanggung jawab kepada Presiden.

Standard Pendidikan Profesi Keperawatan

Standard pendidikan profesi keperawatan disusun oleh organisasi profesi keperawatan

dan disahkan oleh Konsil Keperawatan Indonesia.

10

Page 13: Sahkan RUU Keperawatan

Pendidikan dan Pelatihan Keperawatan Berkelanjutan

Pendidikan dan pelatihan keperawatan berkelanjutan bertujuan untuk memberikan

kompetensi kepada perawat dan dilaksanakan sesuai dengan standard pendidikan

keperawatan berkelanjutan.

Registrasi Keperawatan

Setiap perawat yang akan melakukan praktik keperawatan di Indonesia harus

memiliki Surat Tanda Registrasi Perawat (STRP), yang terdiri dari dua kategori:

Licensed Practical Nurse (LPN) untuk perawat vokasional; dan

Registered Nurse (RN) untuk perawat profesional.

Penyelenggaraan Praktik Keperawatan

Praktik keperawatan dilakukan berdasarkan kesepakatan antara perawat dengan klien

dan atau pasien dalam upaya peningkatan kesehatan, pencegahan penyakit,

pemeliharaan kesehatan, kuratif, dan pemulihan kesehatan.

Pembinaan, Pengembangan, dan Pengawasan

Pembinaan dan pengawasan atas pelaksanaan undang-undang praktik keperawatan

diarahkan untuk mempertahankan dan meningkatkan mutu pelayanan kesehatan, yang

meliputi perihal karir dan profesi, jabatan fungsional perawat, kenaikan pangkat dan

promosi, kualifikasi akademik perawat pada institusi baik pemerintah dan swasta,

kebijakan angggaran untuk meningkatkan profesionalitas perawat pada institusi

pemerintah dan swasta.

Ketentuan Pidana

Perawat yang melanggar ketentuan dalam aturan RUU ini, akan dikenakan sanksi

baik sanksi administratif maupun sanksi pidana, sesuai jenis aturan yang

dilanggarnya.

3.3 Tantangan Pengesahan RUU Keperawatan

Tantangan dalam pengesahan RUU Keperawatan ada dalam keperawatan profesi itu

sendiri. Sebagai contoh, beberapa inisiatif yang terjadi mendorong interaksi antara

pemerintah dan pengamat. Demikian juga, mentor dalam pembuatan peraturan dasar masih

kurang.

11

Page 14: Sahkan RUU Keperawatan

Menurut Ridenour (2009), tantangan peraturan yang signifikan adalah sulitnya

melampirkan nilai uang untuk perlindungan publik. Direktur eksekutif BONs melayani

pelamar keperawatan kepada anggota DPRD, selalu dengan misi perlindungan publik.

Bandingkan dengan situasi di dunia bisnis, di mana kenyataan atas investasi atau

loyalitas pelanggan biasanya dapat diukur. Untuk pemerintah, pasar umum adalah sesuatu

yang tidak mudah untuk diukur. Selain itu, sumber untuk melakukan pengamatan atau

pengumpulan data keperawatan jarang dianggap sebagai prioritas.

Dalam diskusi manajemen pengetahuan, Sin ( 2008) menguraikan

beberapa tantangan yang berkaitan dengan struktur dan budaya dari lembaga-lembaga

publik, yang juga bisa menjadi hambatan untuk mengembangkan peraturan dasar. Yaitu

termasuk di bawah ini :

●Ketahanan terhadap pelaksanaan RUU Keperawatan

●Budaya terhadap aturan yang mendorong kepatuhan.

●Struktur birokrasi yang memperlambat komunikasi dan pengambilan keputusan.

●Pergantian staf atau perpindahan staf pemerintahan.

● Sifat politik pemerintah.

● Sifat kerahasiaan informasi dan pengetahuan , yang menghambat berbagi informasi dan

akses yang terbatas.

Sehingga munculnya aksi-aksi perawat dalam memperjuangkan perlindungan hukum

terhadap profesi di berbagai kota besar. (Lampiran)

3.4 Pentingnya RUU Keperawatan

Ada beberapa alasan mengapa Undang-Undang Praktik Keperawatan dibutuhkan.

Pertama, alasan filosofi. Perawat telah memberikan konstribusi besar dalam

peningkatan derajat kesehatan. Perawat berperan dalam memberikan pelayanan kesehatan

mulai dari pelayanan pemerintah dan swasta, dari perkotaan hingga pelosok desa terpencil

dan perbatasan. Tetapi pengabdian tersebut pada kenyataannya belum diimbangi dengan

pemberian perlindungan hukum, bahkan cenderung menjadi objek hukum.

12

Page 15: Sahkan RUU Keperawatan

Perawat juga memiliki kompetensi keilmuan, sikap rasional, etis dan profesional,

semangat pengabdian yang tinggi, berdisiplin, kreatif, terampil, berbudi luhur dan dapat

memegang teguh etika profesi. Disamping itu, Undang-Undang ini memiliki tujuan, lingkup

profesi yang jelas, kemutlakan profesi, kepentingan bersama berbagai pihak (masyarakat,

profesi, pemerintah dan pihak terkait lainnya), keterwakilan yang seimbang, optimalisasi

profesi, fleksibilitas, efisiensi dan keselarasan, universal, keadilan, serta kesetaraan dan

kesesuaian interprofesional (WHO, 2002).

Kedua, alasan yuridis. UUD 1945, pasal 5, menyebutkan bahwa Presiden memegang

kekuasaan membentuk Undang-Undang dengan persetujuan Dewan Perwakilan Rakyat.

Demikian Juga UU Nomor 23 tahun 1992, Pasal 32, secara eksplisit menyebutkan bahwa

pelaksanaan pengobatan dan atau perawatan berdasarkan ilmu kedokteran dan atau ilmu

keperawatan, hanya dapat dilaksanakan oleh tenaga kesehatan yang mempunyai keahlian

dan kewenangan untuk itu. Sedang pasal 53, menyebutkan bahwa tenaga kesehatan berhak

memperoleh perlindungan hukum dalam melaksanakan tugas sesuai dengan profesinya.

Ditambah lagi, pasal 53 bahwa tenaga kesehatan dalam melakukan tugasnya berkewajiban

untuk mematuhi standar profesi dan menghormati hak pasien. Disisi lain secara teknis telah

berlaku Keputusan Menteri Kesehatan Nomor1239/Menkes/SK/XI/2001 tentang Registrasi

dan Praktik Perawat.

Ketiga, alasan sosiologis. Kebutuhan masyarakat akan pelayanan kesehatan

khususnya pelayanan keperawatan semakin meningkat. Hal ini karena adanya pergeseran

paradigma dalam pemberian pelayanan kesehatan, dari model medikal yang menitikberatkan

pelayanan pada diagnosis penyakit dan pengobatan, ke paradigma sehat yang lebih holistik

yang melihat penyakit dan gejala sebagai informasi dan bukan sebagai fokus pelayanan

(Cohen, 1996). Disamping itu, masyarakat membutuhkan pelayanan keperawatan yang

mudah dijangkau, pelayanan keperawatan yang bermutu sebagai bagian integral dari

pelayanan kesehatan, dan memperoleh kepastian hukum kepada pemberian dan

penyelenggaraan pelayanan keperawatan.

13

Page 16: Sahkan RUU Keperawatan

Seperti yang pernah dikatakan Pak Wawan Arif Sawana Ketua PPNI bahwa ada

beberapa alasan, pentingnya RUU Keperawatan segera disahkan :

Memberikan kepastian dan jaminan hukum bagi masyarakat yang akan

memanfaatkan pelayanan keperawatan

Memberikan kepastian dan jaminan hukum bagi tenaga perawat yang

bertanggungjawab menyelenggarakan pelayanan keperawatan

Meningkatkan aksesibilitas, keterjangkauan dan mutu pelayanan keperawatan

Mempercepat keberhasilan upaya peningkatan derajat kesehatan masyarakat.

Hakekad setiap UU adalah mengatur perilaku anggota masyarakat yang akan

menjamin berlangsungnya interaksi antar anggota masyarakat secara harmonis dan

lancar . Untuk warga profesi keperawatan, pengaturan perilaku dalam bentuk UU

Keperawatan, terutama pada dua interaksi pokok

Interaksi antara sesama warga keperawatan.

Interaksi antara warga keperawatan dengan pihak-pihak lain diluar keperawata

14

Page 17: Sahkan RUU Keperawatan

BAB IVPENUTUP

4.1 Kesimpulan

Dari pembahasan diatas kami menyimpulkan bahwa memang sangat diperlukan

suatu landasan bagi pekerja profesional dalam hal ini adalah profesi keperawatan.

Lulusan dari berbagai jenjang pendidikan keperawatan ini perlu diatur

pendayagunaannya secara benar dan baik berdasarkan azas keadilan dan pemerataan

keterjangkauan dengan memperhatikan aspek efisiensi dan mutu pelayanan dan

lingkungan kehidupan kerja yang baik bagi tenaga kesehatan, dalam hal ini bagi perawat.

Oleh karena itu, pendidikan keperawatan harus terus ditingkatkan dan disesuaikan

dengan perkembangan zaman.

Hak ini diharapkan ada kejelasan tanggung jawab profesi dari keperawatan yang

bekerja secara holistik, bukan menggantikan peran atau tanggung jawab dokter.

Oleh karena itu hukum dalam bentuk undang-undang yang mengatur profesi atau

praktik keperawatan sangat penting, dengan adanya undang-undang ini, diharapkan dapat

mengatur paling tidak dua hal pokok, yaitu :

Perlindungan hukum atas bekerja/berpraktiknya profesi keperawatan,

Mendorong profesionalitas perawat.

Demikianlah beberapa hal yang dapat kami sampaikan, berkaitan dengan

penyusunan RUU tentang Praktik Keperawatan. Sekiranya dapat memberi manfaat

dalam rangka penyempurnaan dan segera disahkanya RUU tentang Praktik

Keperawatan.

4.2 Saran

Dari semua yang kami bahas terkait dengan Pengesahan RUU Keperawatan

bahwa profesi keperawatan telah lama memperjuangkan payung hukum yang bertujuan

melindungi profesi Keperawatan berhubungan dengan kejelasan tanggung jawab yang

diemban oleh perawat. Tidak masuk akal jika pengesahan RUU Keperawatan yang

selalu ditunda-tunda akan merontokkan semangat juang perawat dalam memperoleh

perlindungan hukum.

15

Page 18: Sahkan RUU Keperawatan

Tujuan utamanya hanya mensejahterakan masyarakat dalam benntuk pemberian

pelayanan kesehatan yang optimal. Sehingga marilah para perawat meneruskan

perjuangan menuntut perlindungan hukum dalam memberi pelayanan kesehatan yang

optimal.

16

Page 19: Sahkan RUU Keperawatan

DAFTAR PUSTAKA

Nancy Spector, PhD, RN. (2013). Evidence-Based Nursing Regulation:A Challenge for Regulators. Chicago. www.journalofnurssingregulation.com. Diakses 20 Mei 2014.

Asmadi, (2008). Konsep Dasar Keperawatan, editor : Eka Anisa Mardella. Jakarta : EGC.

Kusnanto, (2003). Pengantar Profesi dan Praktik Keperawatan Profesional. Editor: Monica Ester. Jakarta : EGC.

Materi Seminar Gabungan FSP FARKES dan PPNI tentang RUU tentang Keperawatan, di Cisarua, Bogor, 23 Agustus 2009.

https://www.google.com/search/demo+perawat+menuntut+pengesahan+RUU+Keperawatan+di+kota-kota+besar.

17

Page 20: Sahkan RUU Keperawatan

LAMPIRAN

Gambar 1. Aksi demo perawat menuntut pengesahan RUU Keperawatan

Aksi mahasiswa UIN Jakarta

Desakan Pengesahan RUU Keperawatan oleh perawat kota Makasar.

Aksi perawat menuntut Pengesahan UU Keperawatan di kota Medan.

Perawat RSUD Pare Kabupaten Kediri mendesak Pengesahan RUU Keperawatan

18

Page 21: Sahkan RUU Keperawatan