Upload
nisa-el-kha
View
440
Download
1
Embed Size (px)
Citation preview
Pemikiran Ekonomi Islam
Pemikiran ekonomi Islam adalah respons parapemikir muslim terhadap tantangan-tantanganekonomi pada masa mereka. Pemikiran ekonomiIslam tersebut diilhami dan dipandu olehajaran Al-Quran dan Sunnah juga oleh ijtihad(pemikiran) dan pengalaman empiris mereka.
Pemikiran Ekonomi Islam diawali sejakNabi Muhammad SAW ditunjuk sebagaiseorang Rosul. Rosululoh SAW mengeluarkan sejumlah kebijkan yang menyangkut berbagai hal yang berkaitandengan masalah kemasyarakatan, selainmasalah hukum (fiqih), politik(siyasah), juga masalah perniagaan atauekonomi (muamalah). Al-Qur’an dan Al-Hadist digunakan sebagai dasar teoriekonomi oleh para khalifah jugadigunakan oleh para pengikutnya dalammenata kehidupan ekonomi negara.
Banyak aktivitas pengaturan ekonomiyang dilakukan selama masakepemimpinan Khulafaur Rasyidin danDinasti Umayyah yang berhubungandengan subyek seperti administrasitanah kharaj, pengumpulan danpembayaran zakat serta cara parapenguasa dan penasehat menggunakanbaitul maal dalam menanganipermasalahan ekonomi.
Pemikiran ekonomi Islam berusiasetua Islam itu sendiri. Sepanjang 14 abad sejarah Islam menemukan studi yang berkelanjutan tentang isu ekonomidalam pandangan syariah. Dibutuhkan sekelompok sarjanauntuk melakukan studikomprehensif tentang sejarahpemikiran ekonomi Islam dengancara mengkaji materi-materi.
Menurut Muhammad Nejatullah Ash-Shiddiqy, pemikiran ekonomiIslam adalah respons parapemikir muslim terhadaptantangan-tantangan ekonomi padamasa mereka. Pemikiran ekonomiIslam tersebut diilhami dandipandu oleh ajaran Al-Quran dan Sunnah, juga oleh ijtihad(pemikiran) dan pengalamanempiris mereka.
Yang menjadi objek kajian dalampemikiran ekonomi Islam bukanlah ajaranAl-quran dan sunnah tentang ekonomitetapi pemikiran para ilmuwan Islam tentang ekonomi dalam sejarah ataubagaimana mereka memahami ajaran Al-Quran dan Sunnah tentang ekonomi. Obyekpemikiran ekonomi Islam juga mencakupbagaimana sejarah ekonomi Islam yang terjadi dalam praktek historis.
Perkembangan Ekonomi Islam di bagi
menjadi 4 periode
1. Periode pertama / pondasi
(masa awal Islam - 450 H /
1058 M)
2. Periode kedua (450 - 850 H
/ 1058 - 1446 M)
3. Periode ketiga (850-1350
H / 1446 - 1932)
4. Periode kontemporer
(1930 - sekarang)
1. Periode pertama/pondasi (masa awal Islam
450 H/ 1058 M)
Periode ini terjadi pada awal masa berdirinya negara Islam di
Madinah. Meskipun belum dikatakan sempurna sebagai
sebuah studi ekonomi, tapi masa itu merupakan benih bagi
tonggak-tonggak timbulnya dasar ekonomi Islam. Secara
amaliyah, segala dasar dan praktek ekonomi Islam sebagai
sebuah sistem telah dipraktekkan pada masa itu, tentunya
dengan kondisi yang amat sederhana sesuai dengan masanya.
Lembaga keuangan seperti bank dan perusahaan besar (PT)
tentunya belum ditemukan. Namun demikian lembaga
moneter di tingkat pemerintahan telah ada, yaitu Baitul Mal.
Perusahaan (PT) pun telah dipraktekkan dalam skala kecil
dalam bentuk musyawarah.
2. Periode Kedua (450 – 850 H/ 1058 – 1446 M)
Pemikiran ekonomi pada masa ini banyak
dilatarbelakangi oleh menjamurnya korupsi dan
dekadensi moral, serta melebarnya kesenjangan antara
golongan miskin dan kaya, meskipun secara umum
kondisi perekonomian masyarakat Islam berada dalam
taraf kemakmuran. Terdapat pemikiran-pemikiran besar
yang karyanya banyak dijadikan rujukan hingga kini,
misalnya Al-Ghazali, Ibnu Taimiyah, Ibnu Khaldun, Al-
Maghrizi, Abu Ishaq Al-Syatibi, Abdul Qadir Jaelani,
Ibnul Qayyim.
3. Periode Ketiga (850-1350 H/1446-1932 M)
Dalam periode ketiga ini kejayaan pemikiran dan juga
dalam bidang lainnya, dari umat Islam sebenarnya telah
mengalami penurunan. Setelah terjadi beberapa
perkembangan dalam kegiatan ekonomi, para ulama mulai
meletakkan kaidah-kaidah bagi dibangunnya sistem
ekonomi Islam di sebuah negara atau pemerintahan.
Kaidah-kaidah ini mencakup cara-cara bertransaksi (akad),
pengharaman riba, penentuan harga, hukum syarikah (PT),
pengaturan pasar dan lain sebagainya. Namun kaidah-
kaidah yang telah disusun ini masih berupa pasal-pasal yang
tercecer dalam buku-buku fiqih dan belum menjadi sebuah
buku dengan judul ekonomi Islam.
Ekonomi Mikro Syariah
4. Periode Kontemporer (1930-sekarang)
Era tahun 1930-an merupakan masa kebangkitan
kembali intelektualitas di dunia Islam, Kemerdekaan
Negara-negara muslim dari kolonialisme barat turut
mendorong semangat para sarjana muslim dalam
mengembangkan pemikirannya. Zarqa
mengklasifikasikan kontributor pemikiran ekonomi
berasal dari ahli syariah Islam, ahli ekonomi
konvensional dan ahli syariah Islam sekaligus
ekonomi konvensional.
Ekonomi Islam dalam tiga darsawarsa ini mengalami
kemajuan yang pesat, baik dalam kajian akademis di
perguruan tinggi maupun dalam praktek operasional.
Dalam bentuk pengajaran, ekonomi Islam telah
dikembangkan di beberapa universiti baik di negara-
negara muslim, maupun di negara-negara barat seperti
USA, Inggris, Australia dan lain-lain. Dalam bentuk
praktek, ekonomi Islam telah berkembang dalam bentuk
lembaga perbankan dan juga lembaga-lembaga Islam non
bank lainnya. Sampai saat ini, lembaga perbankan dan
lembaga keuangan Islam lainnya telah menyebar ke 75
negara termasuk ke negara barat.
Di Indonesia, perkembangan ekonomi Islam juga telah
mengalami kemajuan yang pesat. Pembelajaran tentang
ekonomi Islam di ajarkan di beberapa perguruan tinggi
negeri maupun swasta. Perkembangan ekonomi Islam telah
memulai mendapatkan momentum sejak didirikannya Bank
Muamalat pada tahun 1992. Berbagai Undang-Undang
yang mendukung tentang sistem ekonomi tersebut mulai
dibuat, seperti UU No. 7 tahun 1992 tentang Perbankan
sebagaimana yang telah di ubah dalam Undang-Undang
No. 10 tahun 1998 dan Undang-Undang No. 23 tahun 1999
tentang Bank Indonesia (BI) yang dalam pasal 10,
menyatakan bahwa BI dapat menerapkan policy keuangan
berdasarkan prinsip-prinsip Syariah.
Sesuai dengan perkembangan ekonomi global dan semakin
meningkatnya minat masyarakat dengan ekonomi perbankan
secara Islami, ekonomi Islam mendapat tantangan yang sangat
besar pula. Setidaknya ada tiga tantangan yang dihadapi yaitu:
1. Ujian atas kredibel sistem ekonomi dan keuangannya.
2. Bagaimana sistem ekonomi Islam dapat meningkatkan
dan menjamin atas kelangsungan hidup dan kesejahteraan
seluruh umat, dapat menghapus pengangguran dan
kemiskinan di Indonesia ini yang semakin marak, serta dapat
memajukan ekonomi dalam negeri yang masih terpuruk dan
masih bernilai rendah dibandingkan dengan negara lain.
3. Mengenai perangkat peraturan, hukum dan kebijakan baik
dalam skala nasional maupun dalam skala intrnasional.
Untuk menjawab pertanyaan itu, telah dibentuk sebuah
organisasi yang bergerak dalam bidang tersebut yaitu
organisasi IAEI (Ikatan Ahli Ekonomi Islam Indonesia).
Pendirian organisasi ini dimaksudkan untuk membangun
jaringan kerja sama dalam mengembangkan ekonomi Islam
di Indonesia baik secara akademis maupun secara praktek.
Teori ekonomi dan pemikiran IbnuKhaldun tentang manusia adalahberdasarkan pada prinsip-prinsip danfalsafah Islam, tidak hanya melihatfungsi manusia dalam aktifitasperekonomian sebagai hewan ekonomi(economic animal), sebaliknyanya beliaumengungkapkan bahwa manusia yang sebenarnya adalah manusia Islam (Islamic Man / homoislamicus) yang memerlukan Ilmupengetahuan (sumber yang didapatkan dariAllah SWT melalui pengamatan danobservasi) ekonomi untuk memenuhi misinyadi muka bumi.
Manusia dan Ekonomi\
Teori Produksi
Ibnu Khaldun mengemukakan suatuteori bahwa kehidupan ekonomi selalumengarah pada pelaksanaan keseimbangan(equilibrium) antara penawaran danpermintaan. Menurut beliau produksiberdasarkan pada faktor tenaga kerja(buruh) dan kerjasama dari masyarakat. Beliau menganggap tenaga kerja merupakanfaktor terpenting dalam proses produksiwalaupun faktor lain seperti bahan bakudiperlukan, tenaga buruh diperlukan untukmenghasilkan produksi akhir.
Meskipun Ibnu Khaldun tidak secarajelas membedakan antara teori nilai guna(use value) dengan nilai pertukaran(exchange value), tetapi secara tegasbeliau mengatakan bahwa nilai suatu barangtergantung pada nilai tenaga kerja yang terlibat dalam proses produksi. Beliaumengatakan, “Semua usaha manusia dan semuatenaga buruh perlu digunakan untukmendapatkan modal dan keuntungan. Tidakada jalan lain bagi manusia untukmendapatkan keuntungan melainkan melaluipenggunaan buruh.”
Teori Nilai, Uang, dan Harga
Mengenai Uang beliau berpendapat bahwabanyaknya uang tidaklah menetukan kekayaansuatu negara, tetapi ditentukan olehbanyaknya produksi negara tersebut dan neracapembayarn yang positif. Sejalan denganpemikiran Al-Ghazali mengenai uang, IbnuKhaldun menjelaskan bahwa uang tidak perlumengandung emas dan perak tetapi emas danperak menjadi standar nilai uang. Uang tidakmengandung emas dan perak merupakan jaminanpemerintah menetapkan nilainya. Karena itupemerintah tidak boleh mengubahnya.
Pemerintah wajib menjaga niai uang yang dicetak karena masyarakat menerimanya tidaklagi berdasarkan berapa kandungan emas danperak di dalamnya. Oleh karena itu selainmenyarankan digunakan uang standaremas/perak,beliau juga menyarankan konstannyaharga emas dan perak. Pada bagian lain, IbnuKhaldun menjelaskan pengaruh naik turunnyapenawaran terhadap harga. Beliau mengatakan, “ketika barang-barang yang tersedia sedikit, maka harga-harga akan naik. Namun bila arakantarkota dekat dan aman untuk melakukanperjalanan, mak akan banyak barang yang diimpor sehingga ketersediaan barang melimpahdan harga-harga akan turun”.