17
“Bandoeng Laoetan Api Nama Anggota: 1. Auliadri Perdana 2. Bagus Prawira 3. Irwan Julyan T 4. Khaliza Nafia F

Sejarah Singkat Bandoeng laoetan api

Embed Size (px)

Citation preview

“Bandoeng Laoetan Api”Nama Anggota: 1. Auliadri Perdana

2. Bagus Prawira 3. Irwan Julyan T 4. Khaliza Nafia F

Latar Belakang

Pada 12 Oktober 1945,tentara

sekutu pimpinan Brigadir

McDonald memasuki kota

Bandung. Tentara sekutu bersama

tentara NICA(Nederlandsch Indië

Civil Administratie) menduduki dan

menguasai kantor kantor penting.

Di gedung Denis,jalan Braga terjadi

insiden perobekan warna biru

bendera Belanda,sehingga

warnanya tinggal merah putih dan

menjadi warna bendera Indonesia.

Perobekan itu dilakukan oleh

pemuda Indonesia bernama

Mohammad Endang Karmas dan

dibantu oleh Moeljono.

Jalannya Pertempuran

Pada 21 November 1945,tentara sekutu mengeluarkan

Ultimatum Pertama yang berisi “Bagian utara kota

Bandung harus dikosongkan dan juga menyerahkan

senjata yang dirampas dari tentara Jepang oleh pihak

Indonesia selambatnya tanggal 29 November 1945.”.

Ancaman itu tidak digubris oleh pejuang Indonesia .

Malam 24 November 1945, TKR dan badan perjuangan

melancarkan serangan ke markas sekutu di bagian

utara,termasuk Hotel Homann dan Hotel Preanger.

Sejak saat itu sering terjadi pembrontakan senjata

antara TKR dengan tentara sekutu. Kota Bandung

yang terbagi menjadi dua,Bandung Utara dan

Bandung Selatan. Oleh karena persenjataan yang

tidak memadai,pasukan TKR tidak dapat

mempertahankan Bandung Utara dan akhirnya

dikuasai oleh sekutu.

Pada 23 Maret 1946,tentara sekutu mengeluarkan Ultimatum

kedua. Mereka menuntut agar semua masyarakat dan para

pejuang TRI mengosongkan bagian selatan Bandung paling

lambat malam hari tanggal 24 Maret 1946. Perlu diketahui

sejak 24 Januari 1946,TKR berubah nama menjadi TRI.

Demi pertimbangan politik dan keselamtan

rakyat,Pemerintah RI memerintahkan TRI dan para pejuang

lainnnya untuk mundur dan mengosongkan Bandung

Selatan.

Tokoh pejuang seperti Aruji Kartawinata, Suryadarma

dan Panglima TRI Kolonel Abdul Harris Nasution

segera bermusyawarah melalui Madjelis Perstoean

Perdjoangan Priangan(MP3). Mereka sepakat untuk

mematuhi perintah dari pemerintah pusat.

Namun,mereka tidak mau menyerahkan bagian selatan

kota Bandung itu secara utuh kepada musuh.

Akhir Perang

Rakyat diungsikan keluar kota Bandung. Para anggota TRI

dengan berat hati meninggalkan Bandung Selatan.

Sebelum ditinggalkan ,Bandung selatan dibumihanguskan

oleh para pejuang dan anggota TRI dengan maksud agar

sekutu tidak dapat menggunakan Bandung sebagai markas

militer mereka.

Walau demikian, pertempuran tetap berlangsung. Anggota

TRI dan pemuda menggunakan taktik gerilya. Pertempuran

yang besar terjadi di Desa Dayeuhkolot yang terdapat

Gudang Amunisi besar milik Sekutu.

Ditengah pertempuran di desa Dayeuhkolot ,ada seorang

pemuda 19 tahun Mohammad Toha dan teman nya

Mohammad Ramdan yang berhasil menjalankan misi mereka

meledaakan gudang persenjataan dengan granat tangan.

Keduanya rela mengorbankan nyawa nya sehingga gugur

dalam ledakan dahsyat itu. Kejadian ini terjadi pada tanggal

24 Maret 1946,kurang dari jam 21.00 staff pemerintahan

Bandung mengevakuasi warga keluar kota Bandung. Kurang

dari pukul 24.00 Bandung sudah kosong tetapi api masih

membakar kota ,sehingga Bandung menjadi lautan api.

Darimana Istilah Bandung Lautan Api?

Istilah Bandung Lautan Api muncul di harian Suara

Merdeka tanggal 26 Maret 1946. Seorang wartawan

yaitu Atje Bastaman ,menyaksikan kebakaran dari

bukit Gunung Leutik di Pamengpeuk,Garut. Dari

puncak itu Atje melihat Bandung Memerah.

Setelah tiba di Tasikmalaya,Atje segera menulis berita

dengan judul Bandoeng Djadi Laoetan Api. Namun

karena kurang ruang untuk tulisan judul,diperpendek

menjadi Bandoeng Laoetan Api.

Ketika Bandung Selatan yang sudah menjadi lautan api

pada saat itu ,seperti yang dilihat oleh wartawan Atje ,

Jendral A.H Nasution juga melihat pemandangan yang

sama yang dilihat Atje ,ketika seluruh kota Bandung

penuh dengan api . Akhirnya A.H Nasution melakukan

pertemuan dengan Sjahrir,pada saat itu Rukana memberi

pendapat untuk meladakkan Sang Hyang Tikoro yaitu

pintu sungai Citarum di daerah Rajamandala ,agar api di

Kota Bandung lebih cepat padam.

Jadi saya kembali dari Jakarta, setelah bicara dengan Sjahrir itu. Memang dalam pembicaraan itu di Regentsweg, di pertemuan itu, berbicaralah semua orang. Nah, disitu timbul pendapat dari Rukana, Komandan Polisi Militer di Bandung. Dia berpendapat, “Mari kita bikin Bandung Selatan menjadi lautan.” Yang dia sebut lautan api, akan menjadi lautan air” – A.H Nasution

Sumber : - Wikipedia - JagoSejarah.blogspot.com - Yaumilqoriah.blogspot.com - www.asal-usul.com

Terima Kasih, Assalamualaikum Wr.Wb