Upload
sarjan-alatas
View
102
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
SOSIOLOGI KOMUNIKASI DAN PENYULUHAN PERTANIAN
Proses Sosial Assosiatif Dalam Bidang Pertanian
Kelompok 1
Sarjan Alatas
Jurusan Agroteknologi
Fakultas Pertanian dan Peternakan
Universitas Islam Negeri Sultan Syarif Kasim Riau
Pekanbaru
2016
KATA PENGANTAR
Puji syukur kepada Allah swt., karena atas rahmat dan karunia-Nya penulis dapat
menyelesaikan makalah Sosiologi Komunikasi dan Penyuluhan Pertanian ini dengan baik.
Penulisan makalah ini bertujuan untuk memenuhi salah satu tugas yang diberikan oleh dosen
pengampu mata kuliah Sosiologi Komunikasi dan Penyuluhan Pertanian. Makalah ini ditulis
dari sumber-sumber referensi yang penulis baca, tidak lupa penulis juga mengucapkan
terima kasih kepada pengajar mata kuliah Sosiologi Komunikasi dan Penyuluhan
Pertanian atas bimbingan dan arahan dalam penulisan makalah ini, serta kepada rekan-rekan
mahasiswa yang telah mendukung sehingga dapat diselesaikannya makalah ini. Penulis berharap
dengan menulis makalah ini dapat memberi manfaat bagi pembaca, semoga dapat menambah
wawasan kita terhadap Sosiologi Komunikasi dan Penyuluhan Pertanian khususnya mengenai
”Proses Sosial Assosiatif dalam Bidang Pertanian”. dalam kehidupan kita sehari-hari.
Memang makalah ini masih jauh dari kata sempurna, maka penulis mengharapkan kritik dan
saran dari pembaca demi perbaikan menuju arah yang lebih baik. Demikan makalah ini, semoga
dapat bermanfaat bagi penulis dan yang membacanya, sehingga dapat menambah wawasan dan
pengetahuan.
Pekanbaru, 14 April 2016
Penulis
2 | S o s i o l o g i K o m u n i k a s i d a n P e n y u l u h a n P e r t a n i a n
DAFTAR ISI
Kata Pengantar.......................................................................................................2
Daftar Isi................................................................................................................3
BAB I PENDAHULUAN .....................................................................................4
I. Latar belakang...................................................................................................4
II Rumusan masalah...............................................................................................5
III Tujuan................................................................................................................5
IV Mamfaat............................................................................................................6
BAB II PEMBAHASAN
I Kerjasama (Coorporation)...................................................................................7
II Akomodasi (Akomodation).................................................................................8
III Asimilasi (Asimilation)......................................................................................9
IV Contoh Kasus..................................................................................................10
BAB III PENUTUP
I. Kesimpulan........................................................................................................15
II. Saran................................................................................................................15
Daftar pustaka.......................................................................................................16
3 | S o s i o l o g i K o m u n i k a s i d a n P e n y u l u h a n P e r t a n i a n
BAB I
PENDAHULUAN
I.Latar Belakang
Menurut Soekanto (1987), proses sosial adalah cara-cara berhubungan
yang dapat dilihat apabila orang perorangan dan kelompok-kelompok manusia
saling bertemu, dan menentukan sistem serta bentuk-bentuk hubungan tersebut
atau apa yang terjadi apabila ada perubahan-perubahan yang menyebabkan
goyahnya cara-cara hidup yang telah ada. Atau kata lain, proses-proses sosial
diartikan sebagai pengaruh timbal balik antara berbagai segi kehidupan bersama.
Bentuk umum proses-proses sosial adalah interaksi sosial. Susanto (1977)
mendefinisikan sebagai suatu hubungan antara dua atau lebih individu manusia,
dimana individu yang satu mempengaruhi, mengubah dan memperbaiki kelakuan
individu lain, atau sebaliknya. Soekanto (1987) mengemukakan bahwa bentuk-
bentuk interaksi sosial didefinisikan sebagai bentuk-bentuk yang tampak apabila
orang-orang perorangan ataupun kelompok-kelompok manusia itu mengadakan
hubungan satu sama lain dengan terutama mengetengahkan dalam interaksi sosial
tersebut kelompok-kelompok serta lapisan-lapisan sosial sebagai unsur-unsur
pokok dari struktur sosial.
Interaksi sosial adalah kunci dari semua kehidupan sosial karena tanpa
interaksi sosial, tidak akan mungkin ada kehidupan bersama. Susanto (1977)
mengemukakan bahwa awal dari suatu interkasi sosial adalah adanya kegiatan
dari dua orang atau lebih yang melibatkan sikap, nilai maupun harapan masing-
masing.
Bentuk-bentuk interaksi sosial mengutip Park dan Burgess dalam setiap
fase interaksi akan terdapat suatu gejala ataupun kriteria khusus yang menonjol,
yaitu : persaingan, pertentangan, akomodasi dan asimilasi (Susanto, 1997).
Hampir sama dengan pembagian diatas, mengutip Selo Soemardjan membagi 4 | S o s i o l o g i K o m u n i k a s i d a n P e n y u l u h a n P e r t a n i a n
menjadi empat bentuk yaitu kerjasama (co-operation), persaingan (competition),
pertentangan atau pertikaian (conflict) dan akomodasi (accommodation)
(Soekanto, 1977). Dari empat pengelompokkan ini terdapat satu perbedaan, yaitu
Park dan Burgess memunculkan asimilasi sebagai salah satu bentuk proses sosial
(Susanto, 1977), sementara Selo Soemardjan memunculkan kerjasama (Susanto,
1977). Mengutip Gillin dan Gillin mengelompokkan menjadi dua macam proses
sosial yang timbul akibat interaksi sosial, yaitu :
1. Proses assosiatif (processes of association) yang terbagi dalam tiga bentuk
yakni :
a. Akomodasi
b. Asimilasi
c. Akulturasi
2. Proses disosiatif (processes of disisociatif) yang terdiri atas :
a. Persaingan
b. “contravensi” dan pertentangan atau pertikaian
II. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas, telah dipaparkan penulisan makalah ini
pada proses sosial. Dengan demikian, dapat dibuat pertanyaan penulisan sebagai
berikut. Pertama apakah yang dimaksud proses sosial assosiatif kerjasama?,
Kedua apakah yang dimaksud dengan proses sosial assosiatif akomodasi?, Ketiga
apakah yang dimaksud dengan proses sosial assosiatif assimilasi?, Keempat
apakah yang dimaksud dengan proses sosial assosiatif akulturasi?. Kelima
bagaimana contoh proses sosial assosiatif?.
III. Tujuan Makalah
Tujuan penulis membuat makalah ini adalah sebagai berikut. Pertama kami
ingin mengetahui proses sosial assosiatif kerjasama. Kedua kami ingin
mengetahui proses sosial assosiatif akomodasi. Ketiga kami ingin mengetahui
5 | S o s i o l o g i K o m u n i k a s i d a n P e n y u l u h a n P e r t a n i a n
proses sosial assosiatif assimilasi. Keempat kami ingin mengetahui dan
memahami proses sosial assosiatif akulturasi. Kelima kami ingin mengetahui
contoh kasus dari proses sosial assosiatif?.
III. Manfaat Makalah
Manfaat dari makalah ini adalah sebagai berikut. Pertama agar kita
mengetahui proses sosial assosiatif kerjasama. Kedua agar kita lebih mengetahui
dan mendalami mengenai proses sosial assosiatif akomodasi. Ketiga agar kita
mengetahui dan memahami proses sosial assosiatif assimilasi. Keempat agar kita
dapat mengetahui proses sosial assosiatif akulturasi. Kelima agar kita dapat
mengetahui contoh kasus proses sosial assosiatif.
BAB II
6 | S o s i o l o g i K o m u n i k a s i d a n P e n y u l u h a n P e r t a n i a n
PEMBAHASAN
A. Kerjasama (co-operation)
Definisi kerjasama menurut Soekanto (1987) adalah suatu
kerjasama antara orang perorangan atau kelompok manusia, untuk
mencapai satu atau beberapa tujuan bersama. Kerjasama ini timbul karena
orientasi orang perorangan terhadap kelompoknya (yaitu in-group-nya)
dan kelompok lainnya (yang merupakan out-group-nya).
Dalam hubungannya dengan kebudayaan suatu masyarakat, maka
kebudayaan itu yang mengarahkan dan mendorong terjadinya kerjasama.
Pada masyarakat Indonesia umumnya, dikenal bentuk kerjasama yang
tradisional seperti “gotong-royong”. Menurut Hasansulama (1983) ada
beberapa faktor yang mendorong untuk terciptanya kerjasama, antara lain
ialah :
1. Adanya dorongan pribadi atau orang perorangan sehubungan dengan
adanya pemahaman bahwa keuntungan pribadi akan lebih mudah
dicapai dengan jalan bekerjasama.
2. Adanya pengukuhan terhadap tujuan yang ingin dicapai orang
perorangan, sedemikian rupa merupakan kepentingan umum yang
dianggap bernilai tinggi, sehingga mendorong untuk bekerjasama.
3. Adanya dorongan yang timbul atau bersumber dari keinginan orang
perorangan untuk menolong pihak-pihak lain.
4. Adanya tuntunan situasi yang dianggap membahayakan kepentingan
bersama, sehingga perlu ditanggulangi bersama pula.
Pada kerjasama ini menurut Susanto (1977), maka interaksi antar
kelompok maupun terhadap nilai-nilai dan tujuan adalah lansung dan
positif.
7 | S o s i o l o g i K o m u n i k a s i d a n P e n y u l u h a n P e r t a n i a n
B. Akomodasi
Akomodasi dalam pemunculannya dapat dipandang dari dua segi.
Dari satu segi akomodasi dapat diartikan sebagai proses sosial. Dari segi
lain dapat pula diartikan sebagai hasil dari interaksi sosial. Menurut
Hasansulama (1983), sebagai suatu proses sosial akomodasi mencakup
usaha-usaha orang atau kelompok yang ditujukan untuk meredakan suatu
pertikaian sehingga tercipta suatu kemantapan kelompok dan
kelangsungan hubungan antar kelompok. Sebagai hasil dari interaksi sosial
pengertian akomodasi menunjuk adanya suatu situasi yang berlaku yang
menggambarkan adanya suatu keseimbangan baru setelah pihak-pihak
yang bertikai berbaik kembali. Sehingga dalam situasi tersebut muncul
iklim baru yang menjurus ke arah terjadinya kerjasama kermbali, baik
berupa perjanjian kerjasama secara tertulis maupun tidak tertulis yang
sifatnya mungkin sementara. Pendapat ini senada dengan Gillin dan Gillin
bahwa akomodasi adalah suatu pengertian yang dipergunakan oleh para
sosiolog untuk mengambarkan suatu proses dalam hubungan sosial yang
sama artinya dengan pengertian adaptasi (adaptation) yang dipergunakan
oleh ahli-ahli biologi untuk menunjukkan pada suatu proses dimana
mahluk-mahluk hidup menyesuiakan dirinya dengan alam sekitarnya
(Soekanto, 1987). Jadi, akomodasi sebenarnya merupakan suatu cara
untuk menyelesaikan pertentangan tanpa menghancurkan pihak lawan,
sehingga lawan tersebut tidak hilang kepribadiaannya.
C. Asimilasi
Mengutip Gillin dan Gillin asimilasi merupakan suatu proses sosial
dalam tahap kelanjutan yang ditandai dengan adanya usaha-usaha
mengurangi perbedaan-perbedaan yang terdapat antara orang-perorangan
8 | S o s i o l o g i K o m u n i k a s i d a n P e n y u l u h a n P e r t a n i a n
atau kelompok-kelompok manusia dan juga meliputi usaha-usaha untuk
mempertinggi kesatuan tindak, sikap dan proses-proses mental dengan
memperhatikan adanya tuntutan situasi yang dianggap membahayakan
kepentingan bersama, sehingga perlu ditanggulangi bersama-sama
(Soekanto, 1987).
Susanto (1977), mengatakan bahwa karena asimilasi adalah proses,
maka asimilasi pun melalui bebrapa tahap. Tahap-tahap ini berkisar pada
fase; perubahan dari nilai-nilai dan kebudayaan semula ke penerimaan cara
hidup yang baru, termasuk penggunaan bahasa kelompok. Dengan singkat,
maka proses asimilasi adalah proses mengakhiri kebiasaan lama dan
sekaligus mempelajari dan menerima kehidupan yang baru.
Dalam bentuk asimilasi mengutip Park dan Burgess maka setiap
pihak akhirnya menyesuaikan diri sehingga antara kelompok-kelompok
yang bertentangan telah tercapai suatu situasi adanya pengalaman bersama
dan tradisi bersama (Susanto,1977).
Mengutip Koentjaraningrat mengemukakan bahwa proses asimilasi
timbul bila ada (Soekanto,1987) :
1. Kelompok-kelompok manusia yang berbeda kebudayaannya.
2. Orang-perorangan sebagai warga kelompok-kelompok tadi
saling bergaul secara lansung dan intensif untuk waktu yang
lana, sehingga
3. Kebudayaan-kebudayaan dari kelompok-kelompok manusia
tersebut masing-masing berubah dan saling menyesuaikan diri.
Menurut Soekanto (1987), faktor-faktor yang mempermudah
terjadinya suatu asimilasi adalah :
a. Toleransi
b. Kesempatan-kesempatan dibidang ekonomi yang seimbang
c. Suatu sikap menghargai orang asing dan kebudayaannya
9 | S o s i o l o g i K o m u n i k a s i d a n P e n y u l u h a n P e r t a n i a n
d. Sikap yang terbuka dari golongan yang berkuasa dalam
masyarakat.
e. Persamaan dalam unsur-unsur kebudayaan
f. Perkawinan campuran (amalgamation)
g. Adanya musuh bersama diluar.
D. Contoh Kasus
PROSES SOSIAL ANTAR KELOMPOK ETNIS DI PEMUKIMAN
TRANSMIGRASI SPONTAN
(Kasus pada Pekon Marang, Kecamatan Pesisir Selatan, Kabupaten
Lampung Barat, Propinsi Lampung)
Oleh :
Nelvia Agustina
1) Kerjasama (co-operation)
Bentuk-bentuk kerjasama yang terjadi antar kelompok atnis pekon
Marang sangat beragam kegiatannya seperti tabel berikut :
10 | S o s i o l o g i K o m u n i k a s i d a n P e n y u l u h a n P e r t a n i a n
11 | S o s i o l o g i K o m u n i k a s i d a n P e n y u l u h a n P e r t a n i a n
2) Akomodasi
Dalam interkasi sehari-hari antara kelompok masyarakat yang
berbeda latarbelakang terdapat berbagai masalah yang terjadi, namun
maslaha itu dapat teratasi dengan jalan damai. Berikut bentuk akomodasi
hasil di Pekon Marang pada tabel beikut :
Dalam permasalahan pertama yaitu pembuatan jalan, awalnya jalan
yang menghubungkan Pekon Marang dengan desa lainnya mengikuti garis
pantai dan melewati tempat tinggal orang Lampung, karena memang jalan
itu sudah ada sebelum masyarakat Jawa tinggal di sana. Tapi kondisi ini
memberatkan bagi orang Jawa karena letak jalan tersebut jauh dari tempat 12 | S o s i o l o g i K o m u n i k a s i d a n P e n y u l u h a n P e r t a n i a n
tinggal mereka, selain itu mereka bercocok tanam singkong dan jagung
sehingga beban bawaan mereka lebih beratm dibandingkan dengan
dagangan orang Lampung yang berupan lada dan kopi. Maka hasil rembuk
antar warga Jawa, mereka memutuskan untuk membuat jalan penghubung
baru yang lebih cepat dan melewati lokasi tempat tinggal mereka.
Pembuatan jalan baru ini di tentang oleh tokoh masyarakat
Lampung. Mereka mengganggap orang Jawa tidak meminta izin dan
dianggap tidak sopan dan meminta agar diberhentikan pembuatan jalan
tersebut. Tapi masyarakat Jawa tidak terima alasan ini, karena menurut
mereka pembangunan jalan tersebut juga akan membawa keuntungan bagi
masyarakat Lampung, terutama lokasi tempat tinggalnya berdekatan
dengan jalan baru tersebut. Akhirnya permasalahan ini dibawa ke rapat
desa yang dihadiri aparat, tokoh kedua pihak. Dalam hasil rapat,
masyarakat Jawa berhasil meyakinkan masyarakat Lampung, bahwa
pembangunan jalan ini tidak hanya untuk kepentingan orang Jawa saja,
tapi menguntungkan juga siapa saja yang melewati jalan tersebut.
Contoh lain dari akomodasi yang terjadi antar pribadi, yaitu
percekcokan yang timbul karena masalah batas lahan pertanian, tetapi
biasanya cepat teratasi dengan melibatkan individu yang berbatasan lahan
tersebut. Hal ini dialami oleh Nizar Rasyid (34 tahun) warga Dusun
Marang Inti yang sawahnya berbatasan dengan milik orang Bali, dia
merasa petani Bali tersebut mengikis pematang sawah yang menjadi
pembatas lahan mereka, sehingga makin lama makin menjorok ke
lahannya, merasa dirugikan dia menegur orang Bali tersebut, namun orang
Bali tersebut tidak mau menerima dan akhirnya terjadi pertengkaran
mulut. Tetapi hal ini tidak berlansung lama, karena keesokan harinya
dengan kesadaran diri dan tanpa melibatkan pihak lain mereka saling
memaafkan dan sama-sama memperlebar pematangan sawah tersebut.
13 | S o s i o l o g i K o m u n i k a s i d a n P e n y u l u h a n P e r t a n i a n
3) Asimilasi
Kasus asimilasi yang terjadi antar kelompok masyarakat di Pekon
Marang dapat dilihat sebagai berikut :
Asimilasi dalam bidang pertanian dapat dilihat pada saat orang
Lampung dan Semendo biasa menanam padi, kelapa, kopi dan lada.
Kemudian orang Jawa di daerah asalnya biasa menanam padi, singkong
dan jagung sama seperti orang Bali. Namun, mereka setelah tinggal
dalam satu desa dan lahan mereka bersebelahan, masing-masing pihak
mengamati dan mempelajari cara bercocok tanam pihak lainnya.
Masyarakat Lampung dan Semendo misalnya mempelajari cara bercocok
tanam singkong dan jagung orang Bali atau Jawa, tergantung pada etnis
mana yang paling dekat lahannya. Sedangkan pada orang Bali dan Jawa
mereka mempelajari cara bercocok tanam kelapa, kopi dan lada dari
masyarakat Lampung dan Semendo. Mereka yang bertetangga lahannya
juga biasanya saling bertukar informasi tentang bibit dan masalah
pertanian disela-sela waktu istirahat mereka, walauupun berbeda etnis dan
agama.
14 | S o s i o l o g i K o m u n i k a s i d a n P e n y u l u h a n P e r t a n i a n
BAB III
PENUTUP
I. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penulisan yang dilakukan mengenai proses sosial
assosiatif dalam bidang pertanian. maka penulis menyimpulkan bahwa bentuk
proses sosial yang terjadi adalah (1) Kerjasama; berupa gotong-royong (2)
Akomodasi; berupa penyelesaian masalah pembuatan lahan, (3) Asimilasi; berupa
adanya perkawinan antar etnis dan dalam pertanian saling bertukar ilmu bercocok
tanam antar etnis.
II. Saran
Berdasarkan hasil pembahasan yang telah diuraikan diatas, maka penulis
menyarankan agar makalah ini dapat menjadi rujukan dan pengetahuan tentang
proses sosial assosiatif dalam bidang pertanian untuk mahasiswa lainnya dan
masyarakat petani tentunya.
15 | S o s i o l o g i K o m u n i k a s i d a n P e n y u l u h a n P e r t a n i a n
DAFTAR PUSTAKA
Hasansulama MI, Mahmudin E, & Tarya JS. 1983. Sosiologi Pedesaan. Jakarta :
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Direktorat Jenderal Pendidikan
Dasar dan Menengah.
Soekanto, Soerjono. 1987. Sosiologi Sebagai Suatu Pengantar. Jakarta : Rajawali.
Susanto, Astrid S. 1977. Pengantar Sosiologi dan Perubahan Sosial. Bandung :
Binacipta.
16 | S o s i o l o g i K o m u n i k a s i d a n P e n y u l u h a n P e r t a n i a n