12
Tafsir Al-Quran ; Tentang Wudhu’, Mandi dan Tayammum Rifki Aminuddin_PAI 3A 1 TENTANG WUDHU’, MANDI dan TAYAMUM (KAJIAN TAFSIR SURAT AL-MAIDAH : 6) A. Firman Allah SWT ; B. نئ ا لمؤ معا ر دات(Makna Satuan Kata) اَ هْ يَ ا أَ يHai Sekalian واُ دِ جَ تmemperoleh َ ينِ ذّ الOrang-orang yang اءَ مair واُ نَ آمberiman واُ مّ مَ يَ تَ فMaka bertayamumlah اَ ذِ إapabila ا يدِ عَ صDengan tanah ْ مُ تْ مُ قHendak (berdiri) ا بِ يَ طYang baik (bersih) ىَ لِ إmengerjakan واُ حَ سْ امَ فsapulah ةَّ الصSolat ْ مُ كِ وهُ جُ وِ بmukamu واُ لِ سْ اغَ فMaka basuhlah ْ مُ يكِ دْ يَ أَ وDan tanganmu ْ مُ كَ وهُ جُ وMukamu ُ هْ نِ مDengan tanah itu مُ كَ يِ دْ يَ أَ وDan tanganmu ُ ّ اُ يدِ رُ ا يَ مAllah tidak ِ قِ افَ رَ مْ ى الَ لِ إSampai siku َ لَ عْ جَيِ لmenjadikan واُ حَ سْ امَ وDan sapulah ْ مُ كْ يَ لَ عkamu مُ كِ وسُ ءُ رِ بKepala kalian جَ رَ حْ نِ مmenyulitkan ْ مُ كَ لُ جْ رَ أَ وDan (basuh) kaki ْ نِ كَ لَ وtetapi ِ نْ يَبْ عَ كْ ى الَ لِ إSampai mata kaki ُ يدِ رُ يDia hendak ْ مُ تْ نُ كْ نِ إَ وDan jika kamu ْ مُ كَ رِ هَ طُ يِ لmembersihkanmu ا بُ نُ جjunub ّ مِتُ يِ لَ وDan menyempurnakan واُ رّ هّ اطَ فMaka mandilah ُ هَ تَ مْ عِ نNikmat-Nya ْ مُ تْ نُ كْ نِ إَ وDan apabila kamu ْ مُ كْ يَ لَ عkepadamu ىَ ضْ رَ مsakit ْ مُ كّ لَ عَ لSupaya kamu ْ وَ أatau َ ونُ رُ كْ شَ تbersyukur ىَ لَ عdalam رَ فَ سperjalanan ْ وَ أAtau

Tafsir al aminuddin,Tentang wudhu

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: Tafsir al aminuddin,Tentang wudhu

Tafsir Al-Quran ; Tentang Wudhu’, Mandi dan Tayammum Rifki Aminuddin_PAI 3A

1

TENTANG WUDHU’, MANDI dan TAYAMUM

(KAJIAN TAFSIR SURAT AL-MAIDAH : 6)

A. Firman Allah SWT ;

B. ر داتمعا نئ ا لمؤ (Makna Satuan Kata)

memperoleh تجدوا Hai Sekalian يا أيها

air ماء Orang-orang yang الذين

موا beriman آمنوا Maka bertayamumlah فتيم

Dengan tanah صعيد ا apabila إذا

Yang baik (bersih) طي ب ا Hendak (berdiri) قمتم

sapulah فامسحوا mengerjakan إلى

mukamu بوجوهكم Solat الصلة

Dan tanganmu وأيديكم Maka basuhlah فاغسلوا

Dengan tanah itu منه Mukamu وجوهكم

Dan tanganmu وأيديكم Allah tidak ما يريد الل

menjadikan ليجعل Sampai siku إلى المرافق

kamu عليكم Dan sapulah وامسحوا

menyulitkan من حرج Kepala kalian برءوسكم

tetapi ولكن Dan (basuh) kaki وأرجلكم

Dia hendak يريد Sampai mata kaki إلى الكعبين

ركم Dan jika kamu وإن كنتم membersihkanmu ليطه

Dan menyempurnakan وليتم junub جنب ا

روا Nikmat-Nya نعمته Maka mandilah فاطه

kepadamu عليكم Dan apabila kamu وإن كنتم

Supaya kamu لعلكم sakit مرضى

bersyukur تشكرون atau أو

dalam على

perjalanan سفر

Atau أو

Page 2: Tafsir al aminuddin,Tentang wudhu

Tafsir Al-Quran ; Tentang Wudhu’, Mandi dan Tayammum Rifki Aminuddin_PAI 3A

2

Kembali dari أحد منكم من

Tempat buang air الغائط

Atau أو

Menyentuh لمستم

Wanita الن ساء

Kamu tidak فلم

C. ا لتر جمة (TERJEMAH AYAT)

Hai orang-orang yang beriman, apabila kamu hendak mengerjakan shalat, maka

basuhlah mukamu dan tanganmu sampai dengan siku, dan sapulah kepalamu dan

(basuh) kakimu sampai dengan kedua mata kaki, dan jika kamu junub maka

mandilah, dan jika kamu sakit1 atau dalam perjalanan atau kembali dari tempat

buang air (kakus) atau menyentuh2 perempuan, lalu kamu tidak memperoleh air,

maka bertayammumlah dengan tanah yang baik (bersih) sapulah mukamu dan

tanganmu dengan tanah itu. Allah tidak hendak menyulitkan kamu, tetapi Dia

hendak membersihkan kamu dan menyempurnakan nikmat-Nya bagimu, supaya

kamu bersyukur.

D. معا نى ا ال جما لى )MAKSUD SECARA GLOBAL(

Secara garis besar, Allah SWT menjelaskan 4 hal :

1. Perintah bersuci dan penjelasan tatacara berwudhu, mandi, dan tayammum.

2. Penjelasan tentang uzur yang dapat memindahkan dari wudhu ke

tayammum dan sebab-sebabnya.

3. Syukur merupakan alasan pemberian nikmat

E. ا لتفسى اآلسالم (PENJELASAN AYAT SECARA GLOBAL)

الة .1 يا أيها الذين آمنوا إذا قمتم إلى الص

Dalam kamus Al-Munawir, الة artinya doa. Secara lahiriah shalat berarti الص

beberapa ucapan dan perbuatan yang dimulai dengan takbir dan diakhiri dengan

salam, yang dengannya kita beribadah kepada Allah menurut syarat – syarat yang

telah ditentukan (Sidi Gazalba,88).

Adapun secara hakikinya ialah berhadapan hati (jiwa) kepada Allah, secara

yang mendatangkan takut kepada-Nya serta menumbuhkan didalam jiwa rasa

kebesaran-Nya dan kesempurnaan kekuasaan-Nya atau mendzahirkan hajat dan

keperluan kita kepada Allah yang kita sembah dengan perkataan dan pekerjaan atau

dengan kedua-duanya. (Hasbi Asy-Syidiqi, 59).

Dalam konteks ayat di atas, dapat dipahami bahwa perintah berwudhu hanya

diwajibkan kepada mereka yang tidak dalam keadaan suci

Tatacara Berwudhu : وأرجلكم إلى الكعبين فاغسلوا وجوهكم وأيديكم إلى المرافق وامسحوا برءوسكم

adalah mengalirkan air atas segala sesuatu yang bertujuan (mencuci/mandi) الغسل

untuk menghilangkan kotoran atau yang lainnya. Sementara ulama menambahkan

keharusan menggosok anggota badan saat mengalirkan air.

Dan batas-batas wajah adalah memanjang dari .(jamak dari Wajh/wajah) الوجوه

puncak permukaan kening sampai ke bagian paling bawah dagu,dan melebar dari

telinga kiri sampai telinga kanan. Mengenai sampai dimanakah orang yang

1 Maksudnya: sakit yang tidak boleh kena air. 2 Artinya: menyentuh. Menurut jumhur ialah: menyentuh sedang sebagian mufassirin ialah: menyetubuhi.

Page 3: Tafsir al aminuddin,Tentang wudhu

Tafsir Al-Quran ; Tentang Wudhu’, Mandi dan Tayammum Rifki Aminuddin_PAI 3A

3

berjanggut panjang mencucinya,terdapat dua pendapat pertama mengatakan wajib

membasuhnya dengan air karena ia bertempat pada wajah.Pendapat kedua

disunahkan untuk menyela-nyelakan air ke janggut yang tebal 3x (HR.Tirmizi)3.

Batas-batasnya dalam wudhu adalah dari ujung jari (jamak dari yad/tangan) االىدى

sampai ke siku,yang merupakan pangkal zira dan ujung lengan atas (a’dud)4.

Namun,para fuqaha (kepala, bagian yang diusap adalah bagian selain wajah) الرأس

di berbagai kota berbeda pendapat mengenai ukuran minimal yang seharusnya

mencapai kefardhuan mengusap kepala. Menurut Asy-Syafi’i, dalam hal ini cukup

dengan hanya mengusap sehelai rambut, selama sudah bisa dikatakan mengusap.

Sedangkan menurut Iman Malik berkata , “seluruh kepala wajib diusap,untuk

ihtiyat (hati-hati). Lalu Menurut Abu Hanifah mewajibkan mengusap seperempat

saja karena mengusap dilakukan dengan telapak tangan,sedangkan telapak tangan

itu kira-kira seperempat bagian kepala.

dua mata kaki,yaitu dua tulang yang tampak menonjol di kiri-kanan) الكعبين

persendian betis) Maksudnya basuhlah kakimu sampai kedua mata kaki

2. uzur yang dapat memindahkan dari wudhu ke tayammum dan sebab

sebabnya روا وإن كنتم مرضى أو على سفر أو جاء أحد منك ه م من الغائط أو وإن كنتم جنبا فاط

موا صعيدا طيبا فامسحوا بوجوهكم وأيديكم منه المستم النساء فلم تجدوا ماء فتيم

mufrod,musanna,dan jamak. Juga sebagai muzakkar dan muannas. Yang) الجنب

dimaksud adalah hubungan kelamin ) Maksud ayat,dan apabila junub sebelum

mengerjakan salat maka mandilah5 Termasuk keluarnya mani karena mimpi.

Kalau kamu sakit,yakni sakit umpamanya seperti cacar,kudis,koreng,luka dan

penyakit kulit berbahaya lainnya jika terkena air.

Atau kamu dalam perjalanan yang apapun alasannya,sulit melakukan wudhu dan

mandi. الغائط ( secara etimologi artinya tempat atau tanah yang rendah, sedangkan

dalam syara’,maksudnya buang air besar atau kecil) maksud ayat atau kamu

berhadas dengan hadas yang mewajibkan wudu ketika hendak mengerjakan salat

dan lainnya seperti tawaf,yakni hadas kecil.

Yang dimaksud mulasamah disini adalah bersentuhan,yang sama-sama dilakukan

oleh kedua belah pihak,laki-laki dan perempuan (senggama),yang mewajibkan

mandi,yakni disebut hadas besar.

Apabila kamu mengalami salah satu dari ketiga keadaan tersebut,yakni

sakit,bepergian,atau tidak ada air untuk wudhu atau mandi,maka ambilah tanah

(debu) atau suatu tempat permukaan tanah yang suci tanpa najis. Menurut Imam

Syafei, tanah yang dapat menyuburkan tumbuhan. Lalu pukulkanlah kedua

tanganmu,kemudian usapkan pada wajah dan tangan sampai pergelangan

tangan,sehingga bekas tanah itu mengenainya.

3. Syukur merupakan alasan pemberian nikmat ليجعل عليكم من حرج ولكن ما يريد الل

ركم وليتم نعمته عليكم لعلكم تشكرون يريد ليطه

3 Muhammad Nasib Ar-Rifai,Ringkasan Tafsir Ibnu Katsir,Jakarta:Gema Insani,2004,jilid 2,hlm 42 4 Ahmad Mustafa Al-Maraghi,Terjemah Tafsir al maraghi,Semarang: Pt Karya Toha Putra,Jilid 6,hlm. 118 5 Jalaluddin al-Mahally,Jalaluddin Asy-Syuyuthi,Terjemah Tafsir Jalalaen,Bandung:Sinar Baru Gresindo hlm 431

Page 4: Tafsir al aminuddin,Tentang wudhu

Tafsir Al-Quran ; Tentang Wudhu’, Mandi dan Tayammum Rifki Aminuddin_PAI 3A

4

Allah tidak menghendaki dalam syariat kesulitan dengan kewajiban-kewajiban

berwudhu, mandi dan tayamum itu. Dia tidak memberikan syariat selain yang

memuat kebaikan dan manfaat.

Akan tetapi,dia hendak membersihkan kamu dari kotoran,kehinaan,kemungkaran.

Sehingga kamu menjadi umat yang bertubuh paling bersih,berjiwa paling suci.

Dan agar sempurnakan nikmatnya bagimu. Yaitu Islam telah menerangkan syariat-

syariat agamanya. Maka disyariatkan keduanya yakni taharah jasmani dan ruhani.di

samping membiasakan untuk tetap dekat dan taat kepada Allah,takut jika

melakukan kesalahan. Taharah yang Allah jadikan syarat sah solat adalah berfungsi

sebagai pembersih jasmani dan pemberi semangat.

Dengan mempermudah ibadah,betapa agung nikmat Allah dan betapa wajibnya

hamba-hambaNya untuki senantiasa bersyukur,bersyukur atas segala nikmat yang

nampak maupun tidak terlihat.

F. التفسىر التفصىلى (PENJELASAN AYAT SECARA RINCI)

Asbabunnuzul ayat (Sebab Turunnya Ayat). Dalam hadis yang diriwayatkan oleh

Bukhari yang isinya antara lain: bahwa dalam suatu perjalanan, kalung Aisyah yang

hilang di tempat yang bernama: Baida, sehingga terpaksa rombongan Nabi

bermalam di tempat itu. Pada waktu subuh Rasulullah bangun lalu mencari air

untuk berwudu tetapi beliau tidak mendapat air, maka turunlah ayat ini.

Imam Bukhari meriwayatkan dari Aisyah radhiyallahu 'anha, ia berkata,

"Kami keluar bersama Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam dalam sebagian safar

Beliau, sehingga ketika kami berada di tengah lapangan atau berada dalam pasukan,

tiba-tiba kalungku lepas, maka Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam mengirim

beberapa orang untuk mencari kalung itu, sedangkan sebagian lagi tetap bersama

Beliau. Saat itu, mereka tidak berada di dekat air dan tidak ada orang yang

membawa air, lalu sebagian orang mendatangi Abu Bakar Ash Shiddiq dan berkata,

"Tidakkah kamu melihat apa yang dilakukan Aisyah, ia telah membuat Rasulullah

shallallahu 'alaihi wa sallam diam di tempat, demikian juga para sahabatnya padahal

mereka tidak di dekat air dan tidak ada yang memilikinya." Maka Abu Bakar

datang, sedangkan Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam tertidur meletakkan

kepalanya di pahaku. Abu Bakar berkata, "Kamu telah membuat Rasulullah

shallallahu 'alaihi wa sallam dan para sahabat berhenti, padahal mereka tidak di

dekat air dan tidak membawa air." Aisyah berkata, "Abu Bakar mencelaku dan

berkata kepadaku apa yang dikehendaki Allah. Ia memicit pinggangku dengan

tangannya dan tidak ada yang menghalangiku untuk bergerak kecuali karena

Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam sedang berada di atas pahaku. Rasulullah

shallallahu 'alaihi wa sallam bangun di pagi harinya tanpa memiliki air, maka Allah

menurunkan ayat tayammum, lalu mereka pun bertayammum." Usaid bin Khudhair

berkata, "Ini bukanlah berkah pertama kali yang datang kepadamu wahai Abu

Bakar." Aisyah berkata, "Maka kami bangunkan unta, di mana aku berada di

atasnya, lalu kami menemukan kalung di bawahnya." 6

6 Imam Bukhari meriwayatkan di beberapa tempat dalam kitab shahihnya, namun di sana (juz 9 hal. 321) disebutkan, "Kalung milik Asmaa' hilang, lalu Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam mengirim beberapa orang untuk mencarinya…dst.", sedangkan di juz 11 hal. 135 disebutkan, bahwa Aisyah meminjam kalung itu dari Asmaa'. Dengan demikian kalung tersebut milik Asmaa' yang dipinjam oleh Aisyah radhiyallahu 'anha.

Page 5: Tafsir al aminuddin,Tentang wudhu

Tafsir Al-Quran ; Tentang Wudhu’, Mandi dan Tayammum Rifki Aminuddin_PAI 3A

5

Adapun penjelasan Al-Maidah ayat 6 antara lain :

الةيا أيها الذين آمنوا (1 إذا قمتم إلى الص / Hai orang-orang yang beriman, apabila kamu

hendak mengerjakan shalat sedangkan kamu dalam keadaan berhadats –

batasan ini disebutkan dalam hadits-, maka berwudhulah, yakni basuhlah

muka kamu seluruhnya dan tangan kamu ke siku, yakni sampai siku, dan

sapulah, sedikit atau sebagian atau seluruh kepala kamu dan basuhlah atau

sapulah kedua kaki-kaki sampai kamu sampai dengan kedua mata kaki, dan

jika kamu junub, yakni keluar mani dengan sebab apapun dan atau

berhalangan shalat bagi wanita maka mandilah, yakni basahilah seluruh

bagian badanmu. sebab Allah tidak menerima shalat tanpa wudhu.7

Menurut jumhur ulama bahwa bersuci itu tidak wajib atas orang yang hendak

melakukan salat,kecuali kalau dia hadas.

Menurut Quraisy Shihab, “menunjukkan perlunya niat bersuci guna sahnya

wudhu, karena kalimat telah akan mengerjakan berarti adanya tujuan mengerjakan,

dan tujuan itu adalah niat, dan niat yang dimaksud adalah untuk melaksanakan

shalat, bukan untuk membersihkan diri atau semacamnya, baik diucapkan maupun

tidak”. Sedangkan menurut Imam Al-Maraghi, “ada dua janji antara seorang hamba

dengan Robbnya : janji rububiyyah dan janji ketaatan. Setelah Allah memenuhi

janji yang pertama kepada hamba, yaitu dengan menjelaskan yang halal dan haram

dalam makanan dan perkawinan, maka Allah meminta kepada hamba untuk

memenuhi janji yang kedua, yaitu janji ketaatan. Ketaatan yang paling besar setelah

keimanan adalah shalat. Shalat tidak akan sah kecuali dengan bersuci (thaharah).

Oleh karena itu Allah menyebutkan fardhu-fardhu wudhu.

Jika yang mau mengerjakan shalat dalam keadaan berhadats, ia wajib berwudhu

sesuai dengan sabda Rasulullah saw : “ ال يقبل الل صالة أحدكم إذا أحدث حتى يتوضأ/Allah

tidak menerima shalat salah seorang kamu jika ia berhadats sampai ia berwudhu”.

(HR. Ahmad, Bukhari, dan Muslim)

Tapi jika dalam keadaan berwudhu, maka ia sunnah berwudhu. Sabda

Rasululah saw : “ الوضوء على الوضوء نور على نور/Wudhu di atas wudhu adalah cahaya

di atas cahaya”. (HR. Rozin).

Fardhu (rukun) wudhu sebagaimana disebutkan dalam ayat ada 4 :

maka basuhlah , /فاغسلوا وجوهكم وأيديكم إلى المرافق وامسحوا برءوسكم وأرجلكم إلى الكعبين )

mukamu dan tanganmu sampai dengan siku, dan sapulah kepalamu dan (basuh)

kakimu sampai dengan kedua mata kaki), yaitu :

1. Membasuh muka, yaitu mulai dari rambut sebelah muka atau dahi

sampai dengan dagu dan dari telinga kanan sampai telinga kiri.

2. Membasuh dua tangan dengan air bersih mulai dari ujung jari

sampai dengan dua siku.

3. Menyapu kepala, cukup menyapu sebagian kecil dari kepala

menurut mazhab Syafii. (Menurut mazhab Maliki: harus menyapu

seluruh kepala, sedang menurut mazhab Hanafi: cukup menyapu

seperempat kepala saja.)

7 M.Quraisy Shihab,Tafsir Al-Misbah,Jakarta:Lentera Hati,jilid 3,hlm 34

Page 6: Tafsir al aminuddin,Tentang wudhu

Tafsir Al-Quran ; Tentang Wudhu’, Mandi dan Tayammum Rifki Aminuddin_PAI 3A

6

4. Membasuh dua kaki mulai dari jari-jari sampai dengan dua mata

kaki. Kesemuanya itu dengan menggunakan air.

Perbedaan membasuh dengan menyapu adalah : membasuh adalah mengalirkan

air pada sesuatu (yang dibasuh) agar kotoran yang ada padanya hilang, sedangkan

menyapu adalah menyentuh sesuatu yang disapu dengan tangan yang basah.

Sedang dua rukun lagi yang diambil dari Hadis ialah:

a. Niat, pekerjaan hati dan tidak disebutkan dalam ayat ini tetapi niat

itu diharuskan pada setiap ibadah sesuai dengan hadis:

Sesungguhnya segala amalan adalah dengan"/ إنما األعمال بالنيات “

niat". (H.R. Bukhari dan Muslim dari Umar bin Khattab)

b. Tertib, artinya mengurutkan pekerjaan tersebut di atas sesuai dengan

urutan yang disebutkan Allah dalam ayat ini. Jika diamati ayat di

atas, terlihat bahwa anggota badan yang diperintahkan untuk disapu

dan dibasuh, disebut dalam susunan urutan dari wajah, tangan,

kemudian kembali lagi ke atas yaitu kepala dan terakhir kaki. Jika

diambil urutan tubuh manusia, maka seharusnya yang disebut

terlebih dahulu adalah kepala, wajah, tangan, dan kaki. Di sisi lain,

kata yang digunakan pun berbeda. Ini menunjukkan keharusan

adanya urutan dalam melakukan wudhu sesuai dengan urutan yang

disebut ayat ini. Demikian pendapat mayoritas ulama, sesuai pula

dengan sabda Nabi SAW yang berbunyi : “ Kamu/ ابدأوا بما بدأ هللا

mulailah dengan apa yang dimulai oleh Allah”. (H.R. An Nasa'i dari

Jabir bin Abdillah)

2) Setelah Allah menjelaskan wajib menggunakan air dalam berwudhu dan

mandi ketika mau shalat, Allah menjelaskan bahwa kewajiban

menggunakan air itu terikat dengan dua hal : adanya air dan mampu

menggunakan air tanpa menimbulkan bahaya. Jika orang yang mau

mengerjakan shalat dalam keadaan sakit atau dalam perjalanan yang tidak

mendapatkan air, maka Allah memberikan kemurahan kepadanya untuk

bertayammum lantaran hadats kecil dan hadats besar. Inilah yang

disebutkan dalam ayat : ( لى سفر أو جاء أحد منكم من الغائط أو وإن كنتم مرضى أو ع

موا صعيدا طيبا فامسحوا بوجوهكم وأيديكم منه dan jika kamu /المستم النساء فلم تجدوا ماء فتيم

sakit atau dalam perjalanan atau kembali dari tempat buang air (kakus) atau

menyentuh perempuan, lalu kamu tidak memperoleh air, maka

bertayamumlah dengan tanah yang baik (bersih); sapulah mukamu dan

tanganmu dengan tanah itu.

Imam Syafei berpendapat bahwa tanah tersebut berpotensi menumbuhan

tumbuhan, sesuai FimanNya :

“ Dan tanah yang baik, tanam-tanamannya tumbuh subur dengan seizin Allah”

(Q.S.Al-Araf : 58).

Imam Ibn Hanbal juga berpendapat sama berpegang kepada hadits Nabi

SAW yang menyatakan : “kita diistimewakan atas (umat) manusia yang lain dalam

tiga hal ; shaf (barisan) kita seperti shaf-shaf malaikat, dijadikan buat kita semua

bumi sebagai masjid (tempat sujud) dan dijadikan tanahnya sebagai sarana

penyucian jika kita tidak mendapatkan air” (HR. Muslim).

Page 7: Tafsir al aminuddin,Tentang wudhu

Tafsir Al-Quran ; Tentang Wudhu’, Mandi dan Tayammum Rifki Aminuddin_PAI 3A

7

Iman Abu Hanifah memahaminya segala sesuatu yang merupakan bagian

dari bumi termasuk pasir, batu yang tidak najis.

Sedangkan Imam Malik lebih memperluas pengertian kata Sha’idan,

pepohonan tumbuhan atau semacamnya.

Kesimpulan dari perbedaan pendapat di atas adalah tidak ada perbedaan

pendapat, semua sepakat menggunakan tanah yang suci.

Dalam ayat ini Allah menyebutkan 4 hal yang membolehkan tayammum :

1. dalam keadaan sakit yang tidak bisa menggunakan air karena

dikhawatirkan akan memberatkan penyakit.

2. dalam perjalanan yang tidak mendapatkan air (sebetulnya perjalanan

itu tidak dimaksud dalam ayat ini, tapi yang dimaksud adalah tidak

adanya air, karena biasanya dalam perjalanan orang sulit

mendapatkan air).

3. dalam keadaan berhadats kecil yang diungkapkan dengan kembali

dari tempat buang air (kakus). Asal arti ( الغائط) adalah tempat yang

rendah dari permukaan tanah. Yaitu kiasan dari buang air besar atau

kecil. Ayat yang digunakan mengajarkan bagaimana menggunakan

kata-kata sopan dalam menceritakan hal-hal yang seharusnya

dirahasiakan, untuk menghindari masing-masing lawan bicara tidak

diketahui orang, atau malu jika menyebutnya.

4. persentuhan kulit laki-laki dengan perempuan, yang oleh Ali, Ibnu

Abbas dan lainnya dari kalangan sahabat, dan sebagian ulama fiqh

diartikan jima’; dan oleh Umar dan Ibnu Mas’ud, dan sebagian

ulama fiqh diartikan dengan persentuhan kulit biasa.

Cara tayammum ialah dengan meletakkan kedua belah telapak tangan

kepada debu tanah yang bersih lalu disapukan ke muka, kemudian meletakkan lagi

kedua telapak tangan ke atas debu tanah yang bersih, lalu telapak tangan yang kiri

menyapu tangan kanan mulai dari belakang jari-jari tangan terus ke pergelangan

sampai dengan siku dari siku turun ke pergelangan tangan lagi untuk

menyempurnakan penyapuan yang belum tersapu, sedang telapak tangan yang

sebelah kanan yang berisi debu tanah untuk disapukan pula ke tangan sebelah kiri

dengan cara yang sama seperti menyapu tangan kanan. Demikianlah cara Nabi

bertayamum.

Menyapu tangan dengan debu sampai siku ini adalah pendapat madzhab

Hanafi dan Syafi’I karena tayammum adalah pengganti wudhu, sebagaimana dalam

wudhu membasuh tangan sampai siku, maka dalam tayammum juga menyapu

tangan sampai siku. Juga berdasarkan hadits mauquf dari Ibnu Umar :

,Tayammum itu dua tepukan/التيمم ضربتان: ضربة للوجه، وضربة لليدين إلى المرفقين “

pertama untuk wajah, dan kedua untuk kedua tangan sampai kedua siku”.

Sedangkan Mazhab Ahmad bin Hanbal berpendapat bahwa bertayamum cukup

dengan memukulkan atau menyentuhkan telapak tangan sekali ke tanah, lalu

dengan tanah yang ada di telapak tangan itu wajah dan tangan dibasuh.

Kemudian di akhir ayat Allah swt berfirman :

3) ( ركم وليتم نعمته عليكم لع ليجعل عليكم من حرج ولكن يريد ليطه لكم تشكرون ما يريد الل / Allah

tidak hendak menyulitkan kamu, tetapi Dia hendak membersihkan kamu

dan menyempurnakan nikmat-Nya bagimu, supaya kamu bersyukur). Pada

Page 8: Tafsir al aminuddin,Tentang wudhu

Tafsir Al-Quran ; Tentang Wudhu’, Mandi dan Tayammum Rifki Aminuddin_PAI 3A

8

akhir ayat ini Allah menyebutkan hikmah disyari’atkannya wudhu dan

tayammum, yaitu memberikan kemudahan kepada manusia dan

menghilangkan kesulitan dari mereka. Sekali-kali Allah tidak

menginginkan kesulitan dalam syari’atnya tentang wudhu, mandi, dan

tayammum, karena Allah Maha Pengasih dan Penyayang terhadap mereka.

Wudhu dikaitkan/difahami dengan keimanan8; yaitu dibalik wudhu ada nilai

syariat yang besar, thaharah ini adalah tindakan aktivitas menyucikan fisik dan ruh

sekaligus dalam satu aktivitas,akan tetapi kesucian ruhani lebih kuat. Karena

apabila berhalangan menggunakan air,maka yang bersangkutan diharuskan

mengganti dengan tayamum ,yang tidak lain untuk mewujudkan aspek ruhani yang

lebih kuat,lebih lagi karena Islam ini adalah manhaj umum segala kondisi,hikmah

ini tidak hilang oleh kondisi bagaimanapun. Orang beriman mempunyai kekhasan

akan adzar/tanda wudhu dan akhlaqnya yang lain. Nanti di hari kiamat adzar wudhu

akan terlihat sinarnya, sehingga di sunahkan oleh Rasulullah agar yang terbasuh

dilebihkan. Jika membasuh sikut dilebihkan, kepala hendaknya diusap semuanya

(walau dalam rukunnya boleh hanya sebagian), dalam rukunnya membasuh hanya

sampai mata kaki maka hendaknya membasuhnya dilebihkan hingga kaki. Wajah

adalah bagian terpenting hingga dijadikan yang pertama untuk dibasuh. Orang yang

berwudhu dianjurkan untuk membasuh lengan atasnya beserta kedua tangannya,

berdasarkan hadits yang diriwayatkan al-Bukhari dan Muslim dari Abu Hurairah

r.a. Ia mengatakan bahwa Rasulullah S.A.W bersabda,"Sesunggunya umatku akan

dipanggil pada hari kiamat dalam keadaan ghurran muhajjaliin (putih bercahaya)

karena bekas air wudhu. Barang siapa diantara kalian yang sanggup untuk

memperpanjang cahaya putihnya, maka lakukanlah.9

Ketika peristiwa Fathul Mekkah, Rosulullah SAW masuk ke dalam kota

Mekkah untuk menaklukannya setelah 11 tahun dia terasing di Madinah, dengan

penuh rindu agar satu waktu tanah tumpah darahnya itu dapat hendak

dibebaskannya dari masyarakat jahiliyyah. Seketika beliau memasuki kota itu,

dengan penuh kemenangan, dan orang-orang yang dahulu memusuhi dan

mengusirnya telah berdiri di pinggir jalan menonton kedatangannya dengan penuh

ketakutan, kalau-kalau Nabi Muhammad SAW membalas dendam, tetapi apa yang

diperbuat ? Beliau mengendarai tunggangannya, tetapi beliau merunduk serendah-

rendahnya ke bumi, sampai tangannya dapat mencapai tanah. Diambilnya tanah

pasir itu segenggam, lalu ditaburkannya ke atas kepalanya sendiri. Untuk menekan

perasaannya, jangan sampai merasa sombong atas kemenangannya.10 Inilah satu

analisa mengenai penggantian air dengan tanah untuk tayamum, tujuannya adalah

kebersihan lahir dan batin.

Apa yang disyariatkan Allah pasti akan membawa kebaikan dan manfaat

bagi mereka. Yang diinginkan Allah adalah membersihkan mereka dari segala

kotoran fisik dan kotoran non fisik dengan menghilangkan rasa malas dan lesu

setelah junub, membangkitkan semangat, membuat jiwa bersih dan tenang dalam

bermunajat kepada Allah. Allah juga menginginkan untuk menyempurnakan

nikmat-Nya kepada mereka dengan memadukan antara kesucian fisik dengan 8 Sayyid Quthb,Tafsir Fi Zhilalil Quran,Jakarta:Gema Insani,2004,jilid 6,hlm 276 9 (Fat-hul Baari (I/283);dan Muslim(I/216).[Al-Bukhari no.136, Muslim no.246) 10 Prof Dr Hamka,Tafsir al-azhar,Jakarta: PT Pustaka Panjimas,Juz 6,hlm 145

Page 9: Tafsir al aminuddin,Tentang wudhu

Tafsir Al-Quran ; Tentang Wudhu’, Mandi dan Tayammum Rifki Aminuddin_PAI 3A

9

kesucian rohani, menjelaskan cara ibadah, agar mereka dapat menunaikan syukur

dan terus bersyukur yang diwajibkan kepada mereka atas nikmat yang Allah

berikan kepada mereka.

Syaikh As Sa'diy membuat kesimpulan dari ayat ini, yang penulis ringkas sbb.:

1. Mengamalkan apa yang disebutkan dalam ayat di atas termasuk bagian

dari keimanan, karena Allah memulainya dengan kata-kata "Wahai

orang-orang yang beriman!...dst" yakni wahai orang-orang yang

beriman! Kerjakanlah apa yang disyari'atkan kepadamu sebagai

konsekuensi imanmu.

2. Perintah memasang niat ketika hendak shalat. Hal ini diambil dari kata-

kata "Idzaa qumtum ilash shalaah".

3. Suci (dari hadats kecil dan hadats besar) termasuk syarat sah shalat.

4. Bersuci tidaklah wajib karena masuknya waktu shalat, tetapi wajib

karena hendak mengerjakan shalat.

5. Semua perbuatan yang disebut sebagai shalat, baik shalat fardhu

maupun sunat, demikian juga yang fardhu kifayah seperti shalat jenazah

disyaratkan harus bersuci. Bahkan menurut kebanyakan ulama untuk

sujud (saja) disyaratkan harus suci, seperti untuk sujud syukur dan sujud

tilawah.

6. Yang wajib adalah mengusap (untuk kepala), oleh karenanya jika

seseorang mencuci kepalanya dan tidak menjalankan tangannya, maka

belum cukup, karena sama saja ia tidak mengerjakan yang diperintahkan

Allah.

7. Perintah membasuh kedua kaki sampai mata kaki, dan dalam hal ini

pembahasannya sama dengan membasuh tangan.

8. Di dalam ayat tersebut terdapat bantahan kepada kaum Rafidhah jika

menggunakan qira'at (bacaan) jumhur yaitu dengan difat-hahkan lafaz

"arjulakum", dan tidak bolehnya mengusap kedua kaki ketika terbuka.

9. Di dalamnya terdapat isyarat menyapu kedua sepatu (khuffain) ketika

memakai sepatu, jika lafaz "arjulakum" dikasrahkan menjadi

"arjulikum".

10. Perintah tertib adalah dalam keempat anggota badan yang disebutkan

dalam ayat di atas (wajah, tangan, kepala dan kaki), adapun tertib dalam

hal berkumur-kumur dan beristinsyaq (menghirup air ke hidung), atau

antara yang kanan dengan kiri (baik tangan atau kaki), maka tidak wajib,

namun dianjurkan mendahulukan berkumur-kumur, lalu beristinsyaq

dan mendahulukan yang kanan daripada yang kiri serta mendahulukan

mengusap kepala daripada mengusap telinga.

11. Perintah mandi dari junub.

12. Wajib meratakan membasuh ke seluruh badan dalam mandi (yakni

meratakan air ke seluruh badan), karena Allah menyandarkan kata

"tathahhur" (menjadi suci) kepada badan.

13. Hadats kecil ikut masuk ke dalam hadats besar, oleh karenanya hal itu

dapat diwakili dengan memasang niat untuk mandi, lalu meratakan air

ke seluruh badan, karena Allah tidak menyebut selain "faththahharuu"

dan tidak menyebutkan harus mengulangi wudhu'.

Page 10: Tafsir al aminuddin,Tentang wudhu

Tafsir Al-Quran ; Tentang Wudhu’, Mandi dan Tayammum Rifki Aminuddin_PAI 3A

10

14. Junub mencakup kepada orang yang keluar mani baik dalam keadaan

sadar atau sedang tidur atau berjima' meskipun tidak keluar maninya.

15. Barang siapa yang ingat bahwa dirinya mimpi, namun tidak

mendapatkan basahnya, maka ia tidak wajib mandi karena belum

terwujud junub.

16. Disebutkan nikmat Allah kepada hamba-hamba-Nya dengan adanya

syari'at tayammum.

17. Termasuk sebab yang membolehkan tayammum adalah sakit yang

membahayakan dirinya jika menggunakan air.

18. Termasuk sebab yang membolehkan tayammum adalah safar dan selesai

dari buang air kecil atau besar ketika tidak ada air. Untuk sakit boleh

bertayammum meskipun ada air jika merasa bahaya menggunakannya,

sedangkan yang lain (safar dan buang air) membolehkan tayammum

ketika tidak ada air meskipun tidak safar.

19. Yang keluar dari dua jalan; buang air kecil atau buang air besar dapat

membatalkan wudhu'.

20. Sebagian ulama berdalil dengan ayat ini untuk menetapkan tidak

batalnya wudhu' kecuali karena dua perkara ini (keluar dari dua jalan),

oleh karenanya tidak batal karena memegang kemaluan.

21. Dianjurkan menggunakan kata-kata kiasan untuk hal-hal yang nampak

buruk jika diucapkan.

22. Menyentuh wanita dengan syahwat membatalkan wudhu' pembahasan

lebih jelasnya lihat catatan kaki sebelumnya].

23. Syarat tidak adanya air untuk sahnya tayammum.

24. Ketika ada air meskipun sedang dalam shalat, menjadikan

tayammumnya batal.

25. Jika telah masuk waktu shalat dan tidak ada air, maka seseorang harus

mencarinya di tempatnya atau di sekitarnya, berdasarkan kata-kata "lam

yajid".

26. Barang siapa yang mendapatkan air namun kurang cukup untuk

menyucikan sebagiannya anggota badannya, maka ia tetap

menggunakan air itu, selebiihnya ia tayammumkan.

27. Air yang berubah karena sesuatu yang suci lebih didahulukan daripada

bertayammum. Hal itu, karena air yang berubah, tetap dianggap sebagai

air sehingga masih masuk dalam kata-kata "falam tajiduu maa'an".

28. Bertayammum harus disertai niat, berdasarkan kata-kata "Fa

tayammamuu".

29. Tayammum dianggap cukup dengan segala sesuatu yang nampak di

permukaan bumi baik berupa tanah maupun lainnya. Oleh karena itu,

ayat "famsahuu biwujuuhikum wa aidiikum minh" bisa karena melihat

kepada ghalibnya, yakni pada umumnya ada debu, di mana ia mengusap

wajah darinya, bisa juga sebagai pengarahan kepada yang lebih utama,

yakni jika permukaan bumi itu ada debunya, maka hal itu lebih utama.

30. Yang ditayammumkan adalah wajah dan tangan saja, tidak anggota

badan yang lain.

Page 11: Tafsir al aminuddin,Tentang wudhu

Tafsir Al-Quran ; Tentang Wudhu’, Mandi dan Tayammum Rifki Aminuddin_PAI 3A

11

31. Lafaz "Biwujuuhikum" mencakup semua wajah, yakni semua wajahnya

dikenakan dalam tayammum, hanya saja dikecualikan bagian hidung

dan mulut serta yang berada di bawah rambut meskipun tidak lebat.

32. Kedua tangan yang diusap adalah sampai pergelangan saja, karena

"kedua tangan" jika disebut secara mutlak adalah sampai pergelangan.

Jika disyaratkan sampai ke siku tentu Allah akan sebutkan sebagaimana

dalam wudhu'.

33. Ayat ini umum tentang bolehnya bertayammum untuk semua hadats,

baik hadts besar maupun hadats kecil, bahkan ketika badan bernajis.

Karena Allah menjadikan tayammum sebagai pengganti bersuci dengan

menggunakan air. Namun menurut jumhur ulama, tayammum tidak

ditujukan jika badan bernajis, karena susunan ayat ini berkenaan dengan

hadats.

34. Bagian yang diusap dalam tayammum baik untuk hadats besar maupun

hadats kecil adalah sama, yaitu wajah dan tangan.

35. Mengusap dalam tayammum dikatakan cukup dengan apa saja, baik

dengan tangan atau lainnya, karena Allah berfirman, "fam sahuuu" dan

tidak menyebutkan sesuatu yang digunakan untuk mengusap, sehingga

dengan apa saja boleh.

36. Disyaratkan harus tertib dalam bertayammum sebagaimana dalam

wudhu', karena Allah memulainya dengan wajah kemudian kedua

tangan.

37. Syari'at yang ditetapkan Allah tidak ada sedikit pun kesempitan dan

kesulitan, bahkan hal itu merupakan rahmat untuk menyucikan mereka

dan menyempurnakan nikmat-Nya kepada mereka.

38. Sucinya bagian luar dengan air atau tanah merupakan penyempurnaan

terhadap kesucian batin seseorang dengan tauhid dan tobat yang

sesungguhnya.

39. Bertayammum, meskipun tidak dirasa dan dilihat kesucian seseorang,

namun di dalamnya terdapat penyucian maknawi yang muncul dari

mengikuti perintah Allah.

40. Sepatutnya seorang hamba mentadabburi hikmah dan rahasia di balik

syari'at Allah, baik dalam syari'at bersuci maupun syari'at lainnya agar

bertambah pengetahuan dan ilmunya, serta bertambah rasa syukur dan

cinta kepada-Nya, di mana syari'at-syari'at itu mencapaikan seseorang

kepada derajat-derajat yang tinggi.11

G. الخال ص (KESIMPULAN)

1. Allah telah memerintahkan orang-orang yang beriman untuk bersuci dan

menjelaskan tata caranya.

2. Uzur yang dapat memindahkan dari wudhu ke tayammum adanya air dan

mampu menggunakan air tanpa menimbulkan bahaya dan sebab yang

disebut adalah junub, sakit dan berpergian (musafir) atau berhadas

11 http://www.tafsir.web.id/2013/01/tafsir-al-maidah-ayat-6.html#sthash.YEy1mWd6.dpuf diakses 28 November 2013 pukul 21.00

Page 12: Tafsir al aminuddin,Tentang wudhu

Tafsir Al-Quran ; Tentang Wudhu’, Mandi dan Tayammum Rifki Aminuddin_PAI 3A

12

3. Manusia wajib bersyukur atas segala nikmat yang diberikan Allah

kepadanya.

Daftar Pustaka

Nasib Ar-Rifai, Muhammad. 2004.Ringkasan Tafsir Ibnu Katsir,Jakarta:Gema

Insani, ,jilid 2

Mustafa Al-Maraghi, Ahmad .2004.Terjemah Tafsir al maraghi,Semarang: Pt

Karya Toha Putra,Jilid 6

al-Mahally,Asy-Syuyuthi,Jalaluddin.2008.TerjemahTafsir Jalalaen,Bandung:Sinar

Baru Gresindo

Shihab, M.Quraisy.2002.Tafsir Al-Misbah,Jakarta:Lentera Hati,jilid 3

Quthb, Sayyid . 2004.Tafsir Fi Zhilalil Quran,Jakarta:Gema Insani ,jilid 6

Hamka,Tafsir al-azhar,Jakarta: PT Pustaka Panjimas,Juz 6

http://www.tafsir.web.id/2013/01/tafsir-al-maidah-ayat-

6.html#sthash.YEy1mWd6.dpuf diakses 28 November 2013 pukul 21.00