32
TAUBAT DAN ROJA’ PERBUATAN TERPUJI Makalah Ini Kami Susun Guna Untuk Memenuhi Tugas Pertama Pelajaran Pendidikan Agama Islam Guru Pembimbing: Ibu Hj. Mardhiyati, S.Pd. SMA NEGERI 5 YOGYAKARTA Jln. Nyi Pembayun No. 41, Kotagedhe, Yogyakarta

Taubat dan raja

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: Taubat dan raja

TAUBAT DAN ROJA’

PERBUATAN TERPUJI

Makalah Ini Kami Susun Guna Untuk

Memenuhi Tugas Pertama

Pelajaran Pendidikan Agama Islam

Guru Pembimbing:

Ibu Hj. Mardhiyati, S.Pd.

SMA NEGERI 5 YOGYAKARTA

Jln. Nyi Pembayun No. 41, Kotagedhe, Yogyakarta

Tahun Pelajaran

2010/2011

Page 2: Taubat dan raja

TAUBAT DAN ROJA’

PERBUATAN TERPUJI

Guru Pembimbing:

Ibu Hj. Mardhiyati, S.Pd.

Disusun Oleh:

1.Anggita Dwi Lestari (XI IPA 3/O3)

2.Nadhil Afiq (XI IPA 3/ )

3.Annisa Titias H. (XI IPA 3/ )

4.Febriawan Ramadhan (XI IPA 3/28)

Tahun Pelajaran

Page 3: Taubat dan raja

2010/2011

KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Wr. Wb.

Alhamdulillah puji syukur kita panjatkan atas kehadirat Allah SWT

karena atas rahmat, serta hidayahnya sehingga kita selalu diberi

kesehatan hingga saat ini. Ucapan terima kasih juga kita persembahkan

untuk Ibu Hj. Mardiyah selaku guru pembimbing kami karena atas

bimbingannya kami dapat mengerjakan tugas ini dengan baik.

Makalah ini disusun guna untuk memenuhi tugas pertama dari

pelajaran Pendidikan Agama Islam, bila ada salah penulisan kata dalam

makalah ini kami mohon maaf yang sebesar-besarnya.

Yogyakarta, 08 Agustus 2010

Penulis

Page 4: Taubat dan raja

DAFTAR ISI

Sub

Cover…………………………………………………………………………………………

…………… i

Kata Pengantar………………………………………………………………….

………………………….. ii

Daftar

Isi………………………………………………………………………………………………

………. iii

Pendahuluan…………………………………………………………………………………

………………. iv

Isi………………………………………………………………………………………………

…………………. 1

Kesimpulan………………………………………………..

……………………………………………….… v

Penutup………………………………………………………………………………………

………………… vi

Page 5: Taubat dan raja

PENDAHULUAN

Dalam kehidupan sehari-hari manusia sebagai makhluk yang

berakhlak tentunya mempunyai kewajiban yang harus dipenuhi yakni

menunaikan dan menjaga akhlak yang baik serta menjauhi akhlak yang

buruk. Kewajiban inilah yang menjadi kekuatan moral dari terlaksananya

akhlak yang baik dan terhindarnya akhlak yang buruk. Dalam

melaksanakan kewajiban itu kita sebaiknya disertai Raja' yakni dengan

mengharap ridha Allah SWT agar kita yakin dapat melaksanakannya

dengan baik. Dalam melaksanakan kewajiban itu pula kita sebagai

manusia tentu tidak terlepas dari kekhilafan, baik itu besar ataupun

kecil. Supaya dosa kita diampuni kita dianjurkan untuk memohon

ampunan pada Allah SWT, salah satunya dengan taubat.

Page 6: Taubat dan raja

Dalam makalah ini kami mengulas tentang taubat dan roja', baik

pengertian, keutamaannya, hingga cara-caranya. Sehingga paling tidak

kita bisa mengerti apa dan bagaimana taubat dan roja' itu.

ISI

A. TAUBAT

Pengertian Taubat

Taubat adalah memohon ampunan pada Allah SWT atas segala

dosa dan kesalahan yang pernah kita perbuat. Taubat juga merupakan

pengakuan dan penyesalan terhadap dosa-dosa yang telah dilakukan.

Taubat tidak sekedar mengucapkan dengan lidah seperti yang

dipahami oleh kalangan awam.

Ketika salah seorang datang kepada salah satu tokoh agama ia

Page 7: Taubat dan raja

berkata kepadanya, “Ikutilah perkataanku ini! Aku taubat kepada

Allah SWT, aku kembali kepada-Nya, aku menyelasi dosa yang telah ku

perbuat, dan aku berjanji untuk tidak melakukan maksiat lagi

selamanya, serta aku membebaskan diri dari seluruh agama selain

agama Islam”. Dan ketika ia telah mengikuti ucapan kyai itu dan

pulang, ia menyangka bahwa ia telah selesai melakukan taubat.

Ini adalah bentuk kebodohan dua pihak sekaligus. Kebodohan

orang awam serta sang kyai juga. Karena taubat bukan sekedar

ucapan dengan lidah saja, karena jika taubat hanya sekedar berbuat

seperti itu, alangkah mudahnya taubat itu. Taubat adalah perkara

yang lebih besar dari pada itu, dan juga lebih dalam dan sulit.

Ungkapan lisan itu dituntut setelah ia mewujudkannya dalam

tindakannya. Untuk kemudian dia mengakui dosanya dan meminta

ampun kepada Allah SWT. Sedangkan istighfar atau mengungkapkan

taubat dengan lisan tanpa janji dalam hati itu adalah taubat para

pendusta, seperti dikatakan oleh Dzun Nun Al-Mishri. Itulah yang

dikatakan oleh Sayyidah Rabi'ah Al'Adawiyah, ”Istighfar kita

membutuhkan istighfar lagi”. Sehingga sebagian mereka ada yang

berkata, ”Aku beristighfar kepada Allah SWT”. Atau taubat yang

hanya dengan lisan. Tidak disertai dengan penyesalan dalam hati.

Sementara hakikat taubat adalah perbuatan akal, hati ,dan

tubuh sekaligus. Dimulai dengan perbuatan akal, diikuti oleh

perbuatan hati, dan menghasilkan perbuatan tubuh. Oleh karena itu,

Al-Hasan berkata, ”Ia adalah penyesalan dengan hati, istighfar dengan

Page 8: Taubat dan raja

lisan, meninggalkan perbuatan dosa dengan tubuh, dan berjanji tidak

akan melakukan perbuatan dosa itu lagi”.

Keutamaan Taubat

Tentang anjuran dan dorongan untuk bertaubat, Al-Quran

berbicara: “Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang taubat

dan menyukai orang-orang yang menyucikan diri” (QS. Al-Baqarah:

222). Maka derajat apa yang lebih tinggi dari pada mendapatkan kasih

sayang Allah semesta alam?

Dalam menceritakan Ibadurrahman yang Allah berikan

kemuliaan dengan menisbahkan mereka kepada-Nya, serta

menjanjikan kepada mereka surga, di dalamnya mereka mendapat

ucapan selamat dan mereka kekal di sana, serta mendapatkan tempat

yang baik. Firman Allah SWT:

“Dan orang-orang yag menembah Tuhan yang lain beserta Allah dan

tidak membunuh jiwa yang diharamkan oleh Allah (membunuhnya)

kecuali dengan (alasan) yang benar, dan tidak berzina, dan siapa yang

melakukan itu, niscaya dia mendapat (pembalasan) dosa (nya)” (QS. Al

Furqan: 68-70).

Keutamaan apalagi yang lebih besar dari pada orang yang

bertaubat itu mendapat ampunan dari Allah SWT, hingga keburukan

mereka digantikan dengan kebaikan. Dan dalam penjelasan keluasaan

Allah SWT dan rahmat-Nya bagi orang-orang yang bertaubat. Allah

berfirman:

Page 9: Taubat dan raja

“Katakanlah: Hai hamba-hambaku yang melampaui batas terhadap

diri mereka sendiri, janganlah kamu berputus asa dari rahmat Allah

SWT. Sesunguhnya Allah mengampuni dosa semuanya. Sesungguhnya

Dialah Yang Maha Pengasih dan Penyayang” (QS. Az-Zumar: 53).

Ayat ini membukakan pintu seluas-luasnya bagi orang yag

berdosa dan melakukan kesalahan. Meskipun dosa mereka telah

mencapai ujung langit sekalipun. Seperti sabda Rasul SAW:

“Jika kalian melakukan kesalahan-kesalahn (dosa) hingga ke ujumg

langit, kemudian kalian bertaubat, niscaya Allah SWT memberikan

taubat kepada kalian” (HR: Ibnu Majah).

Di antara keutamaan orang-orang yang bertaubat adalah Allah

SWT menugaskan para malaikat Muqarabbin untuk beristighfar bagi

mereka serta berdoa kepada Allah SWT agar Allah SWT

menyelamatkan mereka dari azab neraka. Serta memasukkan mereka

ke dalam surga. Dan menyelamatkan mereka dari keburukan.

Mereka memikirkan urusan mereka di dunia, sedangkan para

malaikat sibuk dengan mereka di langit. Allah berfirman:

“(Malaikat-malaikat) yang memikul 'arsy dan malaikat yang berada

disekelilingnya bertasbih memuji Tuhannya dan mereka beriman

kepada-Nya serta memintakan ampun bagi orang-orang beriman

(seraya mengucapkan): Ya Tuhan kami, rahmat dan ilmu Engkau

meliputi segala sesuatu, maka berikan ampunan pada orang-orang

yang bertaubat dan mengikuti jalan Engkau dan peliharalah mereka

dari api eraka yang menyala-nyalu. Ya Tuhan kami, dan masukkan

Page 10: Taubat dan raja

mereka ke surga yang telah engkau janjikan kepada mereka dan

orang-orang yang saleh diantara bapak-bapak mereka, dan istri-istri

mereka, dan keturunan mereka semua. Sesungguhnya Engkaulah

yang Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana, dan peliharalah mereka dari

(balas) kejahatan. Dan orang-orang yang Engkau pelihara dari

(pembalasan) kejahatan pada hari itu maka sesungguhnya telah

Engkau anugerahkan rahmat kepadanya dan itulah kemenangan

yang besar” (QS. Ghaafir: 7-9).

Terdapat banyak ayat dalam Al-Quran yang mengabarkan akan

diterimanya taubat orang-orang yang melakukannya jika taubat

mereka tulus, dengan banyak redaksi. Dengan berdalil pada

kemurahan karunia Allah SWT, ampunan dan rahmat-Nya, yang tidak

terasa sempit dengan perbuatan orang yang melakukan maksiat,

meskipun kemaksiatan mereka telah demikian besar. Seperti dalam

firman Allah SWT:

“Tidaklah mereka mengetahui bahwasannya Allah menerima taubat

dari hamba-hamba-Nya yang menerima zakat, dan bahwasannya Allah

Maha Penerima taubat lagi Maha Penyayang” (QS. At-Taubah: 104).

“Dan Dialah Yang menerima taubat dari hamba-hambaNya dan

memaafkan kesalahan-kesalahan” (QS. Asy-Syura: 25).

Dan dalam menyipati Dzat Allah SWT:

“Yang mengampuni dosa dan menerima taubat” (QS. Ghaafir: 3).

Terutama orang yang bertaubat dan melakukan perbaikan. Atau

dengan kata lain, orang yang bertaubat dan melakukan amal saleh.

Page 11: Taubat dan raja

Seperti dalam firman Allah SWT dalam maalah pria dan wanita yang

mencuri:

“Maka barang siapa yang bertaubat (diantara pencuri-pencuri itu)

sesudah melakukan kejahatan itu dan memperbaiki diri, maka

sesungguhnya Allah menerima taubatnya. Sesungguhnya Allah Maha

Pengampun lagi Maha Penyayang” (QS. Al-Maidah: 39).

“Tuhanmu telah menetapkan atas diriNya kasih saying, (yaitu)

bahwasannya barang siapa yang berbuat kejahatan diantara kamu

lantaran kejahilan, kemudian mereka bertaubat setelah mengerjakan,

dan mengadakan perbaikan, maka sesungguhnya Allah Maha

Pengampun lagi Maha Maha Penyayang” (QS. Al-An’am: 54).

“Kemudian, sesungguhnya Tuhanmu (mengampuni) bagi orang-

orang yang mengerjakan kesalahan karena kebodohannya, kemudian

mereka bertaubat setelah itu, dan memperbaiki (dirinya)

sesungguhnya Tuhanmu sesudah itu Maha Pengampun lagi Maha

Penyayang”. (QS. An-Nahl: 119)

Puja-puji terhadap Allah SWT dengan nama-Nya “At-Tawwab”

(Maha Penerima Taubat) terdapat dalam Al-Quran sebanyak 11

tempat. Seperti dalam doa Ibrahim A.S. dan Ismail A.S.:

“Dan terimalah taubat kami, sesunggunya Engkaulah Maha Penerima

Taubat lagi Maha Penyayang” (QS. Al-Baqaah: 128).

Juga seperti dalam sabda Nabi Musa A.S. kepada Bani Israil

setelah mereka menyembah anak sapi:

Page 12: Taubat dan raja

“Maka bertaubatlah kepada Tuhan yang menjadikan kamu, dan

bunuhlah dirimu. Hal itu adalah lebih baik bagimu, pada sisi Tuhan

yang menjadikan kamu, maka Allah akan menerima taubatmu.

Sesungguhnya Dialah yang Maha Penerima Taubat dan Maha

Penyayang” (QS. Al-Baqarah: 54).

Allah berfirman kepada rasul-Nya:

“Sesungguhnya jikalau mereka ketika menganiaya dirinya dating

kepadamu, lalu memohoin ampun kepada Allah, dan Rasulpun

memohon ampun untuk mereka, tentulah mereka mendapati Allah

Maha Penerima Taubat lagi Maha Penyayang” (QS. An-Nisa: 64).

Syarat Diterimanya Taubat

Segera bertaubat setelah sadar telah berbuat kesalahan.

Mengakui dan menyadari bahwa dirinya sangat membutuhkan

ampunan Allah SWT.

Taubat Nasuha, yakni benar-benar menyesal dan bertekad tidak

akan mengulangi.

Mengganti kesalahan yang telah lalu dan melakukan perbuatan

baik.

Doa Taubat

Artinya: “Wahai Tuhanku, maafkanlah akan daku karena

sesungguhnya Engkau Tuhan yang Maha Pemaaf dan Yang

Page 13: Taubat dan raja

Mempunyai Kemuliaan”.

Shalat dan Doa Taubat

Shalat sunat taubat ini dikerjakan setelah melakukan dosa atau

merasa berbuat dosa, kemudian bertaubat kepada Allah SWT. Shalat

sunat taubat adalah shalat yang sisyariatkan. Bila bertaubat dari

sesuatu dosa berarti menyesal tentang perbuatan yang dilakukan dan

bercita-cita tidak akan melakukan lagi dan mohon ampun dari Allah

SWT. Cara mendirikan shalat:

Jumlah rakaat shalat sunat taubat ini tidak terbatas. Tiap dua

rakaat dengan satu salam. Waktu mengerjakan bebas.

Lafaz niat:

Artinya: “Sahaja aku shalat sunat Taubat dua rakaat karena

Allah Ta’ala”.

Pada rakaat pertama lafazlah dan surat An-Nas

Setelah memberi salam hendaklah memperbanyak istighfar

yaitu memohon ampun dari Allah SWT (sebut berulang kali).

Page 14: Taubat dan raja

Artinya: “Aku mohon keampunan kepada Allah SWT Yang Maha

Agung yang Tiada Tuhan yang lain, melainkan Dia, yang hidup

dan berdiri-Nya dan aku bertaubat kepada-Nya”.

Unsur-Unsur Taubat

Terma dari akar “t-w-b” dalam bahasa Arab menunjukkan

pengertian pulang dan kembali. Sedangkan taubat kepada Allah SWT

dan selalu berhubungan dengan-Nya, dan tidak menjauhi-Nya.

Manusia tidak dapat membebaskan diri dari Allah SWT untuk

memikirkan kehidupan fisiknya saja, juga tidak dapat membebaskan

diri dari Allah SWT karena memikirkan kebutuhan hidup duniawi saja.

Bahkan kebutuhannya kepada Allah SWT di akhirat akan lebih besar

dari kebutuhannya di dunia. Karena kehidupan dan kebutuhan fisik itu

secara bersamaan juga dilakukan oleh binatang yang tidak berpikir,

sementara kebutuhan rohani adalah sisi yang menjadi cirri pembeda

manusia dari hewan dan binatang.

Allah SWT telah menciptakan manusia dari dua unsure. Di

dalam tubuhnya terdapat unsur tanah, juga unsur roh. Inikah yang

menjadikan dirinya layak dijadikan obyek oleh malaikat sebagai

penghormatan dan pemuliaan kedudukannya. Allah SWT berfirman:

“(Ingatlah) ketika Tuhanmu berfirman kepada malaikat:

Sesungguhnya Aku akan menciptakan manusia dari tanah. Maka

apabila telah Ku sempurnakan kejadiannya dan Ku tiupkan kepadanya

roh (ciptaan)Ku; maka jendaklah kamu tersungkur dengan bersujud

kepadanya” (QS. Shaad:71-72).

Allah SWT tidak memerintahkan malaikat untuk bersujud

Page 15: Taubat dan raja

kepada Adam kecuali setelah Allah SWT memperbagus bentuknya dan

meniupkan ruh ke tubuhnya. Ketika manusia taat kepada Raabnya

berarti tiupan ruh itu mengalahkan sisi tanahnya. Atau dengan kata

lain, sisi rohani mengalahkan sisi materi. Dan sisi rohani mengalahkan

sisi tanah yang rendah. Maka manusia meningkat dan mendekat

kepada Rabbnya, sesuai dengan usahanya untuk meningkatkan sisi

roaninya ini.

Ketika manusia berbuat maksiat terhadap Rabbnya, maka posisi

itu terbalik; sisi tanah mengalahkan sisi roh, dan sisi materi yang

rendah mengalahkan sisi Rabbani yang tinggi. Maka manusia

merendah dan menjadi lebih hina, serta menjauh dari Allah SWT

sesuai dengan seberapa jauh dosa dan kemaksiatan yang ia lakukan.

Kemudian, taubat member kesempatan kepadanya untuk

mencapai apa yang tidak ia dapatkan, serta meluruskan kembali

perjalanan hidupnya. Maka manusia itupun kembali menaik setelah

kejatuhannya, dan mendekat kepada Rabbnya setelah ia menjauhi-

nya, serta kembali kepada-Nya setelah memberontak dari-Nya.

Taubat Nasuha

Taubat yang diperintahkan agar dilakukan oleh kaum mu’minin

adalah taubat Nasuha (yang semurn-murninya) seperti disebut dalam

Al-Quran:

“Hai orang-orang yang beriman, bertaubatlah kepada Allah dengan

taubat yang semurni-murninya” (QS At-Tahrim: 8).

Kemudian apa makna taubat nasuha itu? Al Hafizh Ibnu Katsir

Page 16: Taubat dan raja

berkata dalam kitab tafsirnya:

“Artinya adalah taubat yang sebenarnya dan sepenuh hati, akan

menghapus keburukan-keburukan yang dilakukan sebelumnya,

mengembalikan keaslian jiwa orang yang bertaubat, serta menghapus

keburukan-keburukan yang dilakukannya”.

Sedangkan nasuha adalah redaksi hiperbolik dari kata nashiih.

Seperi kata syukur dan shabur, sebagai bentuk hiperbolik dari syakir

dan syabir. Dan terma “n-sh-h” dalam bahasa Arab bermakna bersih.

Dikatakan dalam bahasa Arab “nashaha al’asal” jika madu itu murni,

tidak mengandung campuran. Sedangkan kesungguhan dakam

bertaubat adalah seperti kesungguhan dalam beribadah. Dan dalam

bermusyawarah, an-nush itu bermakna: membersihkannya dari

penipuan, kekurangan, dan kerusakan, dan menjaganya dalam kondisi

yang paling sempurna. An-nush-h (asli) adalah lawan kata al-gisysy-

(palsu).

Pendapat kalangan salaf berbeda-beda dalam mendefinisikan

hakikat taubat nasuha itu. Hingga Imam Al-Qurthubi dalam tafsinnya

menyebut ada 23 pendapat. Namun sebenarnya pengertian aslinya

hanyalah satu, tetapi masing-masing orang mengungkapkan kondisi

masing-masing, atau juga dengan melihat suatu unsur atau lainnya.

Ibnu Jarir, Ibnu Katsir, dan Ibnu Mas’ud serta Ubay bin Ka’b r.a.

bahwa pengertian taubat nasuha: adalah seseorang yang bertaubat

dari dosanya dan ia tidak melakukan dosa itu lagi, seperti susu tidak

kembali ke payudara hewan lagi. Ahmad meriwayatkan dari Ibnu

Mas’ud dengan marfu’: taubat dari dosa adalah ia bertaubat darinya

Page 17: Taubat dan raja

(suatu dosa itu) kemudian ia tidak melakuka lagi. Sanadnya adalah

dha’if. Dan mauquf lebih tepat, seperti dikatakan oleh Ibnu Katsir.

Hasan Al-Bashri berkata, ”Taubat adalah jika seorang hamba

menyesal akan perbuatannya pada masa lalu, serta berjanji untuk

tidak mengulanginya”.

Al-Kulabi berkata ”Yaitu agar meminta ampunan dengan lidah,

menyesal dengan hatinya, serta menjaga tubuhnya untuk tidak

melakukannya lagi”.

Sa’id bin Musayyab berkata, “Taubat nasuha adalah agar

engkau menasehati diri kalian sendiri”.

Kelompok pertama menjadikan nasuha itu dengan makna maf’ul

(obyek) yaitu orang yang taubat itu bersih dan tidak tercemari

kotoran. Maknanya ialah ia dibersihkan, seperti kata Raquubah dan

Haluubah yang berarti dikendarai dan diperah. Atau juga dengan kata

fa’il (subyek), yang bermakna yang menasehati, seperti khaalisah dan

shaadiqah.

Muhamad bin Ka’b Qurazhi berkata, “Taubat itu diungkapkan

oleh empat hal, yaitu beristighfar dengan lidah, melepaskannya dari

tubuh, berjanji dalam hati untuk tidak mengerjakannya kembali, serta

meninggalkan rekan-rekan yang buruk.

Orang Yang Bertaubat Adalah Orang Zhalim

Allah SWT berfirman: “Hai orang-orang yang beriman,

janganlah suatu kaum mengolok-olokkan kaum yang lain (karena)

boleh jadi mereka (yang diolok-olokkan) lebih baik dari mereka (yang

mengolok-olokkan) dan jangan pula wanita-wanita (mengolok-olokkan)

Page 18: Taubat dan raja

wanita-wanita yang lain (karena) boleh jadi wanita (yang diperolok-

olokkan) lebih baik dari wanita (yang mengolok-olokkan) dan

janganlah kamu mencela dirimu sendiri dan kamu panggil memanggil

dengan gelar-gelar yang buruk. Seburuk-buruk panggilan ialah

panggilan yang buruk sesudah iman dan barang siapa yang bertaubat,

maka mereka itulah orang-orang yang zhalim” (QS. Al-Hujurat: 11).

Setelah Allah SWT melarang kaum mu’minin untuk mencela

seorang muslim, baik laki-laki atau perempuan serta mengejeknya

dengan ucapan yang menyakitkan atau membuat susah, dan Al-Quran

menganggap orang yang mengejek sesama muslim sebagai orang

yang mengejek dirinya sendiri, karena kaum muslimin adalah seperti

satu tubuh, Al-Quran juga melarang untuk saling panggil memanggil

dengan panggilan yang buruk yang tidak disenangi orang. Perbuatan

itu semua akan memindahkan manusia dari derajat keimanan ke

derajat kefasikan. Dari seorang mu’min menjadi seorang fasik, dan

nama yang paling buruk setelah keimanan adalah kefasikan itu.

Kemudian Allah SWT berfirman: “Dan barang siapa yang

tidak bertaubat, maka mereka itulah orang-orang zalim”. Ini adalah

dalil akna kewajiban bertaubat. Karena jika ia tidak bertaubat maka ia

akan menjadi orang-orang zalim. Dan orang-orang zalim tidak akan

beruntung.

“Sesungguhnya orang-orang yang zalim tiada akan beruntung”.

(QS. Yusuf:23)

Juga tidak dicintai Allah SWT:

“Dan Allah tidak menyukai orang-orang zalim” (QS. Ali ‘Imran: 57).

Page 19: Taubat dan raja

Dan mereka juga tidak selamat dari api neraka:

“Dan tidak ada seorangpun dari padamu, melainkan mendatangi

neraka itu. hal itu bagi Tuhanmu adalah suatu kemestian yang sudah

ditetapkan. Kemudian kami akan menyelamatkan orang-orang yang

bertakwa dan membiarkan orang-orang yang zalim di dalam neraka

dalam keadaan berlutut” (QS. Maryam: 71-72).

Diantara ayat-ayat Al-Quran yang mengajak kepada taubat

dan menganjurkannya, serta menjelaskan keutamaan dan buahnya

adalah firman Allah SWT:

“Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang taubat dan

menyukai orang-orang yang menyucikan diri” (QS. Al-Baqarah: 222).

Page 20: Taubat dan raja

B. ROJA’

Pengertian Roja’

Roja’ adalah sikap mengharap ridha, rahmat, dan

pertolongan Allah SWT serta meyakini bahwa hal itu dapat diraih.

Harapan yang kita inginkan harus disertai usaha dan doa. Syaikh Zaid

bin Hadi Al-Madkhali berkata: “Roja’ adalah akhlak kaum beriman.

Dan yang dimaksud dengannya adalah menginginkan kebaikan yang

ada di sisi Allah ‘azza wa jalla berupa keutamaan, ihsan, dan kebaikan

dunia akhirat. Dan raja’ haruslah diiringi usaha menempuh sebab-

sebab untuk mencapai tujuan…” (Thariqul Wushul, hal. 136). Adapun

roghbah ialah rasa suka mendapatkan sesuatu yang dicintai (Syarh

Tsalatsatu ushul, hal. 59). Maka apabila seseorang berdoa dan

menyimpan harapan yang sangat kuat tercapainya keinginannya maka

inilah yang disebut dengan roghbah (Hushuulul ma’mul, hal. 87).

Keutamaan Roja’

Hati menjadi tentram.

Menjauhkan diri dari sifat gunur, yakni berkhayal atau

berangan-angan kosong.

Page 21: Taubat dan raja

Menjadi lebih giat dalam mencapai suatu harapan/keinginan.

Peranan Roja’

Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah rahimahullah mengatakan:

“Ketahuilah penggerak hati menuju Allah ‘azza wa jalla ada tiga, yakni

Al-Mahabbah (cinta), Al-Khauf (takut), dan Ar-Rajaa’ (harap). Yang

terkuat diantara ketiganya adalah mahabbah. Sebab rasa cinta itulah

yang menjadi tujuan sebenarnya. Hal itu dikarenakan kecintaan

adalah sesuatu yang diharapkan terus ada ketika di dunia maupun di

akhirat. Berbeda dengan ‘takut’, rasa takut itu nanti akan lenyap di

akhirat (bagi orang yang masuk surga). Allah SWT berfirman:

“Ingatlah, Sesungguhnya wali-wali Allah itu, tidak ada kekhawatiran

terhadap mereka dan tidak (pula) mereka bersedih hati”. (QS. Yunus:

62).

“Sedangkan rasa takut yang diharapkan adalah yang bias

menahan dan mencegah supaya (hamba) tidak melenceng dari jalan

kebenaran. Adapun rasa cinta, maka itulah factor yang akan menjaga

diri seseorang hamba untuk tetap berjalan menuju sosok yang

dicintai-Nya. Langkah untuk terus maju meniti jalan itu tergantung

kuat lemahnya rasa cinta. Adanya rasa takut akan membantunya

untuk tidak keluar dari jalan menuju sosok yang dicintai-Nya, dan rasa

harap akan menjadi pemacu perjalanannya. Ini semua merypakan

kaidah yang sangat agung. Setiap hamba wajib memperhatikan hal

itu…” (Majmu’ Fatawa, 1/95-96, dinukil dari Hushukul Ma’muul, hal.

82-83). Syaikh Zaid bin Hadi berkata: “ Khauf dan Raja’ saling

beriringan. Satu sama lain mesti berjalan beriringan sehingga seorang

Page 22: Taubat dan raja

hamba berada dalam keadaan takut kepada Allah azza wa jalla dan

khawatir tertimpa siksaan-Nya serta mengharap curahan rahmat-

Nya…”. (Taisirul Wushul, hal. 136. Lihat juga Syarh Tsalasatu Ushul,

hal. 60).

Mengendalikan Khauf dan Roja’

Syaikh Al-‘Utsaimin pernah ditanya: “Bagaimana madzhab

Ahlus Sunnah wal Jama’ah dalam urusan roja’ dan Khauf?”. Beliau

menjawab: “Para ulama berlainan pendapat apakah seseorang harus

mendahulukan roja’ atau Khauf ke dalam beberapa pendapat”. Imam

Ahmad rahimahullah berpendapat: “Seyogyanya rasa takut dan

harapnya seimbang, tidak boleh dia mendominasikan takut dan tidak

boleh pula mendominasikan roja’. Karena apabila ada salah satunya

yang lebih mendominasi maka akan binasalah orangnya”. Karena

orang yang keterlaluan berharap akan terjatuh dalam sikap merasa

aman dari maker Allah SWT. Dan apabila dia keterlaluan dalam hal

takut maka akan terjatuh dalam sikap putus asa terhadap rahmat

Allah SWT. Sebagian ulama berpendapat: “Seyogyanya harapan lebih

didominasikan tatkala berbuat ketaatan dan didominasikan takut

ketika muncul keinginan berbuat maksiat”. Karena apabila dia

berbuat taat maka itu berarti dia telkah melakukan penyebab

tumbuhnya prasangka baik (kepada Allah SWT) maka hendaknya dia

mendominasikan harap yaitu agar amalnya diterima. Dan apabila dia

bertekad untuk bermaksiat maka hendaknya ia mendominasikan rasa

takut agar tidak terjerumus dalam perbuatan maksiat.

Sebagian yang lain mengatakan: “Hendaknya orang yang

Page 23: Taubat dan raja

sehat memperbesar rasa takutnya sedangkan orang yang sedang sakit

memperbesar rasa hara”. Sebabnya dalah orang yang masih sehat

apabila memperbesar rasa takutnya maka dia akan jauh dari

perbuatan maksiat. Dan orang yang sednag sakit apabila

memperbesar rasa harapnya maka dia akan berjumpa dengan Allah

SWT dalam kondisi berbaik sangka kepada-Nya.

Roja’ Merupakan Ibadah

Allah SWT berfirman: “Orang-orang yang mereka seru itu,

mereka sendiri mencari jalan kepada Tuhan mereka siapa di antara

mereka yang lebih dekat (kepada Allah) dan mengharapkan rahmat-

Nya dan takut akan azab-Nya” (QS. Al-Israa: 57). Allah meneceritakan

kepada kita melalui ayat yang mulia ini bahwa sesembahan yang

dipuja selain Allah SWT oleh kaum musyrikin yaitu para malaikat dan

orang-orang shalih mereka sendiri mencari kedekatan diri kepada

Allah dengan melakukan ketaatan dan ibadah, mereka melaksankaan

perintah-perintah-Nya dengan diiringi harapan terhadap rahmat-Nya

dan mereka menjauhi larangan-larangan-Nya dengan diiringi rasa

takut tertimpa azab-Nya karena setiap orang yang beriman tentu akan

merasa khawatir dan takut tertimpa hukuman-Nya.

Roja’ Yang Terpuji

Syaikh Al-‘Utsaimin berkata: “Ketahuilah, roja’ yang terpuji

hanya ada pada diri orang yang beramal, taat kepada Allah SWT, dan

berharap pahala-Nya atau bertaubat dari kemaksiatan-Nya an dan

berharap taubatnya diterima. Adapun roja’ tanpa disertai amalan

adalah roja’ yang palsu, angan-angan belaka, dan tercela”. (Syarh

Page 24: Taubat dan raja

Tsalasatu Ushul, hal. 58).

Syaikh Al-‘Utsaimin rahimahullah berkata: “Roja’ yang

disertai perndahan diri dan ketundukan tidak boleh ditujukan kecuali

kepada Allah azza wa jalla. Memalingkan roja’ semacam ini kepada

selain Alah adalah kesyirikan, bias jadi syrik ashghar dan bias jadi

syirik akbar tergantung pada isi hati orang yang berharap itu…”

(Syarh Tsalasatu Ushul, hal. 58).

KESIMPULAN

Dari ulasan diatas, maka dapat kita simpulkan sebagai berikut:

A. Taubat adalah memohon ampunan kepada Allah SWT atas segala dosa

dan kesalahan yang telah dilakukan. Dan dalam melakukan taubat,

kita tidak hanya mengucapkannya dengan lidah saja, tetapi dengan

Page 25: Taubat dan raja

shalat dan doa taubat. Itu dikarenakan ucapan saja tidak termasuk

taubat, dan taubat harus dilakukan dengan sungguh-sungguh (taubat

nasuha).

B. Roja’ merupakan sikap menharapkan ridha, rahmat, dan pertolongan

dari Allah SWT, serta yakin bahwa hal itu dapat diraih. Dan harapan

itu hariu disertai dengan usaha dan doa sehingga tidak hanya menjadi

angan-angan kosong atau khayalan belaka.

PENUTUP

Demikian sedikit ulasan dari kami mengenai taubat dan roja’,

semoga ulasan ini dapat bermanfaat bagi kita semua. Dan apabila dalam

Page 26: Taubat dan raja

menyajikan terdapat kesalahan dalam penulisan maupun pilihan kata

yang kurang tepat, kami mohon maaf yang sebesar-besarnya karena kami

sebagai menusia biasa tiada yang sempurna, dan kesempurnaan itu

hanyalah milik Allah SWT semata. Akhir kata

Wassalamu’alaikum Wr. Wb.