Upload
npgkuja
View
12.568
Download
15
Embed Size (px)
DESCRIPTION
TEBANG PILIH TANAM INDONESIA LENGKAP DARI TAHUN 1989 , 1993, DAN 2009
Citation preview
TEBANG PILIH TANAM TEBANG PILIH TANAM INDONESIA (TPTI)INDONESIA (TPTI)
Oleh : Oleh : Linda Budiarti (DKT/1462)Linda Budiarti (DKT/1462)
Nunik Dayu Astuti (DKT/1464)Nunik Dayu Astuti (DKT/1464)Widyastika Anggi Ricasiwi (DKT/1466)Widyastika Anggi Ricasiwi (DKT/1466)
Gesang Arbaraka (DKT/1468)Gesang Arbaraka (DKT/1468)Fierdaz Sabda Apriliandi (DKT/1470)Fierdaz Sabda Apriliandi (DKT/1470)
SEJARAH TPTISEJARAH TPTIDirektur Jendral
Kehutanan (1976)
TPI , THPA, THPB
Surat Keputusan No.
485/Kpts/II/1989
SK Dirjen Pengusahaan Hutan
No. 564/Kpts/IV-BPHH/1989 dan
Lahirlah TPTITPTI
Keputusan Dirjen Pengusahaan Hutan
No. 151/Kpts/IV-BPHH/1993
Penyempurnaan TPTI 1989
P.9/VI/BPHA/2009 tanggal 21 Agustus
2009, sehingga Lahirlah TPTI 2009 ( saat ini )
RINCIAN SEJARAH TPTIRINCIAN SEJARAH TPTIDirektorat Jenderal Kehutanan (1976) menyatakan bahwa sistem-sistem silvikultur Direktorat Jenderal Kehutanan (1976) menyatakan bahwa sistem-sistem silvikultur
dalam eksploitasi hutan adalah Tebang Pilih Indonesia (TPI), Tebang Habis dalam eksploitasi hutan adalah Tebang Pilih Indonesia (TPI), Tebang Habis dengan Permudaan Alam (THPA) dan Tebang Habis dengan Permudaan Buatan dengan Permudaan Alam (THPA) dan Tebang Habis dengan Permudaan Buatan (THPB). Sebagai usaha penyempurnaan sistem silvikultur untuk pengusahaan (THPB). Sebagai usaha penyempurnaan sistem silvikultur untuk pengusahaan hutan alam hutan alam produksi, Menteri Kehutanan mengeluarkan Surat Keputusan No. produksi, Menteri Kehutanan mengeluarkan Surat Keputusan No. 485/Kpts/II/1989485/Kpts/II/1989 tentang Sistem Silvikultur Pengelolaan Hutan Alam Produksi tentang Sistem Silvikultur Pengelolaan Hutan Alam Produksi Indonesia. SK inikemudianIndonesia. SK inikemudian ditindaklanjuti dengan SK Dirjen Pengusahaan Hutan ditindaklanjuti dengan SK Dirjen Pengusahaan Hutan No. 564/Kpts/IV-BPHH/1989 tentang Pedoman Tebang Pilih Tanam Indonesia No. 564/Kpts/IV-BPHH/1989 tentang Pedoman Tebang Pilih Tanam Indonesia (TPTI) dan disempurnakan dengan Keputusan Dirjen Pengusahaan Hutan No. (TPTI) dan disempurnakan dengan Keputusan Dirjen Pengusahaan Hutan No. 151/Kpts/IV-BPHH/1993 tentang Pedoman dan Petunjuk Tebang Pilih Tanam 151/Kpts/IV-BPHH/1993 tentang Pedoman dan Petunjuk Tebang Pilih Tanam Indonesia (TPTI) pada hutan alam dratan. Indonesia (TPTI) pada hutan alam dratan.
TPTI mengalami penyempurnaan yaitu dengan diterbitkannya pedoman TPTI yang TPTI mengalami penyempurnaan yaitu dengan diterbitkannya pedoman TPTI yang dituangkan dalam SK. Dirjen Pengusahaan Hutan Nomor 151/Kpts-BPHH/1993 dituangkan dalam SK. Dirjen Pengusahaan Hutan Nomor 151/Kpts-BPHH/1993 tanggal 13 Oktober 1993 (Anonim, 1993), kemudian SK. Dirjen ini diganti dengan tanggal 13 Oktober 1993 (Anonim, 1993), kemudian SK. Dirjen ini diganti dengan SK. Dirjen Bina Produksi Kehutanan Nomor P.9/VI/BPHA/2009 tanggal 21 SK. Dirjen Bina Produksi Kehutanan Nomor P.9/VI/BPHA/2009 tanggal 21 Agustus 2009.Agustus 2009.
APA ITU TPTI ?APA ITU TPTI ?
Tebang pilih tanam Indonesia adalah sistem silvikultur Tebang pilih tanam Indonesia adalah sistem silvikultur yang mengatur cara penebangan dan permudaan yang mengatur cara penebangan dan permudaan buatan. Sistem silvikuktur ini merrupakan sistem buatan. Sistem silvikuktur ini merrupakan sistem yang dinilai sesuai untuk diterapkan pada hutan alam yang dinilai sesuai untuk diterapkan pada hutan alam produksi dan pada hutan-hutan alam yang tak produksi dan pada hutan-hutan alam yang tak seumur di Indonesia, kecuali untuk hutan payau. seumur di Indonesia, kecuali untuk hutan payau. Sebagai salah satu sub sistem dari sistem pengelolaan Sebagai salah satu sub sistem dari sistem pengelolaan hutan, sistem silvikultur merupakan sarana utama hutan, sistem silvikultur merupakan sarana utama untuk mewujudkan hutan dengan struktur dan untuk mewujudkan hutan dengan struktur dan komposisi yang dikehendaki. Pelaksanaan suatu komposisi yang dikehendaki. Pelaksanaan suatu sistem silvikultur yang sesuai dengan lingkungan sistem silvikultur yang sesuai dengan lingkungan setempat telah menjadi tuntutan demi terwujudnya setempat telah menjadi tuntutan demi terwujudnya pengelolaan hutan yang berkelanjutan.pengelolaan hutan yang berkelanjutan.
TUJUAN TPTI APA?TUJUAN TPTI APA?
Tujuan dari sistem silikultur tebang pilih tanam Tujuan dari sistem silikultur tebang pilih tanam Indonesia adalah untuk mengatur Indonesia adalah untuk mengatur pemanfatan hutan alam prroduksi., serta pemanfatan hutan alam prroduksi., serta meningkatkan nilai hutan baik kualitas meningkatkan nilai hutan baik kualitas maupunmaupun kuantitas pada areal bekas kuantitas pada areal bekas tebangan untuk rotasi tebang berikutnya tebangan untuk rotasi tebang berikutnya agar terbentuk tegakan hutan campuran agar terbentuk tegakan hutan campuran yang diharapakan dapat berfungsi sebagai yang diharapakan dapat berfungsi sebagai penghasil kayu dan penghara industri secara penghasil kayu dan penghara industri secara lestari.lestari.
PERBEDAAN SISTEM TPI DAN TPTIPERBEDAAN SISTEM TPI DAN TPTI
• Perbedaan yang mencolok antara sistem TPTI dibanding dengan sistem TPI adalah secara politis pemerintah menekankan perlunya pembinaan hutan, pemungutan dan pembinaan hutan harus seimbang. Pemegang HPH diwajibkan untuk melengkapi unit organisasi pembinaan hutan, yang terpisah dengan unit logging, tenaga teknis kehutanan menengah yang terampil dalam jumlah yang cukup dan anggaran yang memadai untuk kegiatan pembinaan hutan.
DASAR-DASAR KONSEP TPTIDASAR-DASAR KONSEP TPTIDasar-dasar konsepsi TPTI meliputi cara penebangan dengan limit diameter dan permudaan Dasar-dasar konsepsi TPTI meliputi cara penebangan dengan limit diameter dan permudaan
hutan alam produksi serta meningkatkan nilai hutan, baik kualitas maupun kuantitas pada hutan alam produksi serta meningkatkan nilai hutan, baik kualitas maupun kuantitas pada bekas areal tebangan berikutnya agar terbentuk tegakan campuran yang diharapkan dapat bekas areal tebangan berikutnya agar terbentuk tegakan campuran yang diharapkan dapat menghasilkan kayu untuk keperluan industri secara lestari. Tujuan tersebut dicapai dengan menghasilkan kayu untuk keperluan industri secara lestari. Tujuan tersebut dicapai dengan menerapkan tekni-teknik silvikultur pada permudaan alam dengan memperhatikan :menerapkan tekni-teknik silvikultur pada permudaan alam dengan memperhatikan :
• - Pengaturan komposisi jenis pohon penyusun tegakan campur di dalam hutan yang lebih - Pengaturan komposisi jenis pohon penyusun tegakan campur di dalam hutan yang lebih menguntungkan dari segi ekologi dan ekonomi.menguntungkan dari segi ekologi dan ekonomi.
• - Pengaturan struktur tegakan, kepadatan tegakan yang optimal yang diharapkan untuk - Pengaturan struktur tegakan, kepadatan tegakan yang optimal yang diharapkan untuk meningkatkan potensi yang ada.meningkatkan potensi yang ada.
• - Tetap terjaminnya fungsi hutan sebagai pengatur tata air dan pengawetan tanah.- Tetap terjaminnya fungsi hutan sebagai pengatur tata air dan pengawetan tanah.• - Tetap terjaganya fungsi perlindungan hutan.- Tetap terjaganya fungsi perlindungan hutan.
• Namun demikian dasar asumsi TPTI adalah sama dengan TPI, yaitu bahwa tegakan tinggal Namun demikian dasar asumsi TPTI adalah sama dengan TPI, yaitu bahwa tegakan tinggal (residual stand) mempunyai cukup stok pohon jenis komersial yang berdiameter 20 cm ke (residual stand) mempunyai cukup stok pohon jenis komersial yang berdiameter 20 cm ke atas yang mempunyai kemampuan untuk tumbuh menjadi tegakan yang sehat yang dapat atas yang mempunyai kemampuan untuk tumbuh menjadi tegakan yang sehat yang dapat dipungut hasilnya secara ekonomis dalam kurun waktu 35 tahun yang akan datang. Asumsi dipungut hasilnya secara ekonomis dalam kurun waktu 35 tahun yang akan datang. Asumsi dasar inilah yang sebenarnya perlu dipertimbangkan lagi, karena hampir pasti bahwa dasar inilah yang sebenarnya perlu dipertimbangkan lagi, karena hampir pasti bahwa asumsi dasar ini tidak lagi valid.asumsi dasar ini tidak lagi valid.
KONSEP TPTI 1989KONSEP TPTI 1989• Rangkaian kegiatan pada sistem TPTI secara keseluruhan adalah sebagai berikut:Rangkaian kegiatan pada sistem TPTI secara keseluruhan adalah sebagai berikut:1.1. Penetapan Areal Kerja (E-3)Penetapan Areal Kerja (E-3)2.2. ITSP (E-2)ITSP (E-2)3.3. Pembukaan Wilayah Hutan (E-1)Pembukaan Wilayah Hutan (E-1)4.4. Penebangan (E)Penebangan (E)5.5. Pembebasan (E+1)Pembebasan (E+1)6.6. Inventarisasi Tegakan Tinggal (E+2)Inventarisasi Tegakan Tinggal (E+2)7.7. Pengadaan Bibit (E+2)Pengadaan Bibit (E+2)8.8. Penanaman / Pengayaan (E+2)Penanaman / Pengayaan (E+2)9.9. Pemeliharaan Tahap Pertama (E+3)Pemeliharaan Tahap Pertama (E+3)10.10. Pemeliharaan Lanjutan Pemeliharaan Lanjutan
Pembebasan (E+4)Pembebasan (E+4)Penjarangan (E+9)Penjarangan (E+9)Penjarangan (E+14)Penjarangan (E+14)Penjarangan (E+19)Penjarangan (E+19)
11.11. Perlindungan dan Penelitian (Terus-menerus)Perlindungan dan Penelitian (Terus-menerus)
KONSEP TPTI 1993KONSEP TPTI 1993• Pengelolaan hutan alam produksi dengan sistem silvikultur TPTI mengikuti tahaptahapPengelolaan hutan alam produksi dengan sistem silvikultur TPTI mengikuti tahaptahap• sebagai berikut (Direktorat Jenderal Pengusahaan Hutan, 1993):sebagai berikut (Direktorat Jenderal Pengusahaan Hutan, 1993):• 1. Penataan Areal Kerja (Et-3)1. Penataan Areal Kerja (Et-3)• 2. Inventarisasi Tegakan Sebelum Penebangan (Et-2)2. Inventarisasi Tegakan Sebelum Penebangan (Et-2)• 3. Pembukaan Wilayah Hutan (Et-1)3. Pembukaan Wilayah Hutan (Et-1)• 4. Penebangan (Et)4. Penebangan (Et)• 5. Perapihan (Et+1)5. Perapihan (Et+1)• 6. Inventarisasi Tegakan Tingggal (Et+2)6. Inventarisasi Tegakan Tingggal (Et+2)• 7. Pembebasan Tahap I (Et+2)7. Pembebasan Tahap I (Et+2)• 8. Pengadaan bibit (Et+2)8. Pengadaan bibit (Et+2)• 9. Pengayaan/rehabilitasi (Wt+3)9. Pengayaan/rehabilitasi (Wt+3)• 10. Pemeliharaan tanaman (Et+3,4,5)10. Pemeliharaan tanaman (Et+3,4,5)• 11. Pembebasan Tahap II dan III (Et+4,6)11. Pembebasan Tahap II dan III (Et+4,6)• 12. Penjaranagan tegakan tinggal (Et+10,15,20)12. Penjaranagan tegakan tinggal (Et+10,15,20)
Dirjen Kehutanan (1990) menyatakan bahwa dalam sistem TPTI kegiatan pemanenan Dirjen Kehutanan (1990) menyatakan bahwa dalam sistem TPTI kegiatan pemanenan kayu harus meninggalkan sekurang-kurangnya 25 pohon per hektar sebagai pohon inti dari jenis kayu harus meninggalkan sekurang-kurangnya 25 pohon per hektar sebagai pohon inti dari jenis komersil dengan diameter 20 cm. Pohon inti ini diharpakan akan memberntuk tegakan utama komersil dengan diameter 20 cm. Pohon inti ini diharpakan akan memberntuk tegakan utama yang akan ditebang pada rotasi berikutnya.yang akan ditebang pada rotasi berikutnya.
PEDOMAN PELAKSANAAN TPTI 2009PEDOMAN PELAKSANAAN TPTI 2009
• Tahap Kegiatan :Tahap Kegiatan :1.1. Penetapan Areal Kerja (PAK)Penetapan Areal Kerja (PAK)2.2. Inventarisasi Tegakan Sebelum Penebangan Inventarisasi Tegakan Sebelum Penebangan
(ITSP)(ITSP)3.3. Pembukaan Wilayah Hutan (PWH)Pembukaan Wilayah Hutan (PWH)4.4. PemanenanPemanenan5.5. Penanaman dan Pemeliharaan Tanaman Penanaman dan Pemeliharaan Tanaman
PengayaanPengayaan6.6. Pembebasan Pohon BinaanPembebasan Pohon Binaan7.7. Perlindungan dan Pengamanan HutanPerlindungan dan Pengamanan Hutan
1. PENATAAN AREAL KERJA (PAK)1. PENATAAN AREAL KERJA (PAK)1.1. Prinsip• 1) Menata areal ke dalam blok dan petak kerja tahunan berdasarkan RKUPHHK.• 2) Dilakukan tidak lebih dari 4 tahun sebelum pemanenan.• 3) Dibentuk sebagai satu bagian hutan khusus untuk regime TPTI.
1.2. Perencanaan• 1) Mempedomani RKUPHHK yang telah disahkan.• 2) Membagi areal kerja ke dalam blok-blok kerja tahunan dan petakpetak kerja.• 3) Sesuaikan jumlah blok dan petak kerja dengan siklus tebang yang ditetapkan.• 4) Sesuaikan bentuk dan luas blok dan petak kerja dengan kondisi lapangan.• 5) Gunakan angka romawi untuk menandai setiap blok kerja sesuai rencana tahun penebangan,
sedangkan petak kerja diberi angka secara berurutan dari petak pertama sampai petak terakhir.• 6) Buat rencana tata batas blok dan petak kerja.• 7) Buat peta rencana PAK dengan skala minimal 1 : 10.000.
1.3. Pelaksanaan• Buat Prosedur Operasi Standar (POS) Kerja untuk PAK berdasarkan• prinsip pada angka 1.1. di atas.
2. ITSP (INVENTARISASI TEGAKAN SEBELUM PENEBANGAN )2. ITSP (INVENTARISASI TEGAKAN SEBELUM PENEBANGAN )
2.1. Prinsip• 1) Risalah hutan dengan intensitas 100 % untuk pohon niagawi dengan diameter >
40 cm dan pohon yang dilindungi sesuai ketentuan yang berlaku.• 2) Dilakukan sebelum penyusunan Usulan RKTUPHHK.
2.2. Perencanaan• 1)Buat rencana jalur-jalur inventarisasi pada setiap petak kerja yang ada di dalam
blok RKT, berdasarkan peta hasil PAK.• 2)Buat semua jalur ukur dalam petak searah (misal Utara - Selatan).• 3)Siapkan daftar ukur yang diperlukan untuk mencatat hasil ITSP.• 4)Buat peta rencana ITSP skala 1 : 5.000.
2.3. Pelaksanaan• Buat Prosedur Operasi Standar (POS) Kerja untuk ITSP berdasarkan• prinsip pada angka 2.1. di atas, dan sekaligus membuat peta kontur• dan sebaran pohon skala 1 : 1.000.
3. PEMBUKAAN WILAYAH HUTAN (PWH)3. PEMBUKAAN WILAYAH HUTAN (PWH)
3.1. Prinsip• Efisien, efektif, tertib, dan ramah lingkungan.
3.2. Perencanaan• 1) Buat rencana PWH berdasarkan peta blok RKT. 5• 2) Buat rencana trace jalan angkutan dan jalan sarad berdasarkan
peta kontur hasil ITSP.• 3) Buat rencana lokasi base camp, TPK, Tpn, pondok kerja, dan lain-
lain.
3.3. Pelaksanaan• Buat Prosedur Operasi Standar (POS) Kerja PWH berdasarkan
prinsip• pada angka 3.1. di atas.
4. PEMANENAN4. PEMANENAN4.1. Prinsip• 1) Memanen tidak boleh melebihi riap.• 2) Efisien, efektif, tertib, dan ramah lingkungan.• 3) Perapihan tidak dilakukan pada areal Hutan Produksi Terbatas.
4.2. Perencanaan• 1) Penebangan dilakukan berdasarkan peta sebaran pohon skala 1 :1.000.• 2) Penebangan dilaksanakan pada petak tebangan dalam blok RKT yang telah
disahkan.• 3) Perapihan dilaksanakan setelah pelaksanaan pemanenan sekaligus
mengidentifikasi lokasi pengayaan.
4.3. Pelaksanaan• 1) Buat Prosedur Operasi Standar (POS) Kerja untuk Pemanenan berdasarkan
prinsip pada angka 4.1. di atas.• 2) Alat-alat pemanenan mengikuti peraturan yang berlaku.
5. PENANAMAN DAN PEMELIHARAAN 5. PENANAMAN DAN PEMELIHARAAN TANAMAN PENGAYAANTANAMAN PENGAYAAN
5.1. Prinsip• 1) Memulihkan produktivitas areal tidak produktif pada
blok RKT. 6• 2) Menggunakan bibit jenis lokal unggulan setempat.
5.2. Perencanaan• 1) Buat dan kelola persemaian dengan mengutamakan bibit
jenis lokal.• 2) Buat peta rencana pengayaan berdasarkan hasil
perapihan. 5.3. Pelaksanaan Buat Prosedur Operasi Standar (POS) Kerja Penanaman dan Pemeliharaan Tanaman Pengayaan berdasarkan prinsip pada angka 5.1. di atas.
6. PEMBEBASAN PHON BINAAN6. PEMBEBASAN PHON BINAAN6.1. Prinsip• 1) Meningkatkan riap pohon binaan.• 2) Pohon binaan bisa berasal dari permudaan alam dan tanaman pengayaan.• 3) Tidak dilakukan pada areal Hutan Produksi Terbatas.
6.2. Perencanaan• 1) Menetapkan pohon terbaik sebagai pohon binaan di petak kerja.• 2) Membebaskan pohon binaan dari tanaman pesaing.• 3) Membuat peta sebaran pohon binaan hasil pembebasan.
6.3. Pelaksanaan• 1) Buat Prosedur Operasi Standar (POS) Kerja untuk Pembebasan Pohon Binaan
berdasarkan prinsip pada angka 6.1. di atas,• 2) Pembebasan pohon dapat menggunakan antara lain arborisida yang ramah
lingkungan khusus pohon besar.
7. PERLINDUNGAN DAN PENGAMANAN HUTAN7. PERLINDUNGAN DAN PENGAMANAN HUTAN
7.1. Prinsip• 1) Pengendalian hama dan penyakit, perlindungan hutan dari
kebakaran hutan, perambahan hutan, dan pencurian hasil hutan.• 2) Memberikan kepastian usaha dalam pengelolaan hutan produksi.
7.2. Perencanaan• Menyusun rencana perlindungan dan pengamanan hutan secara
periodik dalam 1 periode RKT.
7.3. Pelaksanaan• Buat Prosedur Operasi Standar (POS) Kerja Perlindungan dan• Pengamanan Hutan berdasarkan prinsip pada angka 7.1. di atas.
KESIMPULANKESIMPULANKesimpulannya adalah bahwa kinerja sistem TPTI yang Kesimpulannya adalah bahwa kinerja sistem TPTI yang
diterapkan di Indonesia saat ini pada aspek pelestarian hasil hutan diterapkan di Indonesia saat ini pada aspek pelestarian hasil hutan belum nampak memuaskan. Dua masalah pokok yang nampak jelas belum nampak memuaskan. Dua masalah pokok yang nampak jelas pada sistem ini yaitu :pada sistem ini yaitu :
• 1. Berkaitan dengan kondisi hutannya sendiri, yaitu disamping kualitas 1. Berkaitan dengan kondisi hutannya sendiri, yaitu disamping kualitas dan kuantitas minimum dari tegakan tinggal selalu tidak mencukupi, dan kuantitas minimum dari tegakan tinggal selalu tidak mencukupi, juga kecepatan tumbuhnya tidak seperti yang diharapkan.juga kecepatan tumbuhnya tidak seperti yang diharapkan.
• 2. Berhubungan dengan aspek kelembagaannya, bobot kerja untuk 2. Berhubungan dengan aspek kelembagaannya, bobot kerja untuk melakukan pengawasan cukup berat sehingga sulit untuk mengontrol melakukan pengawasan cukup berat sehingga sulit untuk mengontrol kepatuhan para pemegang IUPHHK pada ketentuan TPTI itu sendiri, kepatuhan para pemegang IUPHHK pada ketentuan TPTI itu sendiri, terutama persyaratan untuk melakukan tanaman pengayaan dan terutama persyaratan untuk melakukan tanaman pengayaan dan penyulaman pada areal IUPHHK. Akibat yang timbul adalah merosotnya penyulaman pada areal IUPHHK. Akibat yang timbul adalah merosotnya kualitas tegakan hutan setelah siklus tebangan pertama.kualitas tegakan hutan setelah siklus tebangan pertama.
DAFTAR PUSTAKADAFTAR PUSTAKA
Direktorat Jenderal Pengusahaan Hutan. 1990. Direktorat Jenderal Pengusahaan Hutan. 1990. Pedoman dan Petunjuk Pedoman dan Petunjuk Teknis Pelaksanaan Sistem Silvikultur Tebang Pilih Tanam Indonesia Teknis Pelaksanaan Sistem Silvikultur Tebang Pilih Tanam Indonesia (TPTI).(TPTI). Ditjen Ditjen Pengusahaan Hutan. Departemen Kehutanan. Jakarta.Pengusahaan Hutan. Departemen Kehutanan. Jakarta.
Direktorat Jenderal Pengusahaan Hutan. 1993. Direktorat Jenderal Pengusahaan Hutan. 1993. Pedoman dan Petunjuk Pedoman dan Petunjuk Teknis Pelaksanaan Sistem Silvikultur Tebang Pilih Tanam Indonesia Teknis Pelaksanaan Sistem Silvikultur Tebang Pilih Tanam Indonesia (TPTI). (TPTI). Ditjen Ditjen Pengusahaan Hutan. Departemen Kehutanan. Jakarta.Pengusahaan Hutan. Departemen Kehutanan. Jakarta.
Direktorat Jenderal Pengusahaan Hutan. 2009. Direktorat Jenderal Pengusahaan Hutan. 2009. Pedoman dan Petunjuk Pedoman dan Petunjuk Teknis Pelaksanaan Sistem Silvikultur Tebang Pilih Tanam Indonesia Teknis Pelaksanaan Sistem Silvikultur Tebang Pilih Tanam Indonesia (TPTI). (TPTI). Ditjen Ditjen Pengusahaan Hutan. Departemen Kehutanan. Jakarta.Pengusahaan Hutan. Departemen Kehutanan. Jakarta.
http://mukti-aji.blogspot.comhttp://www.silvikultur.com
Atau bisa juga anda download di http://gesangsharewithyou.blogspot.comhttp://gesangsharewithyou.blogspot.com
TERIMA KASIH ATAS KESEMPATAN YANG TERIMA KASIH ATAS KESEMPATAN YANG TELAH DIBERIKAN KEPADA KAMITELAH DIBERIKAN KEPADA KAMI
SEE YOU NEXT TIME SEE YOU NEXT TIME (~^_^)~(~^_^)~