15
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Definisi Anak Usia secara jelas mendefinisikan karakteristik yang memisahkan anak-anak dari orang dewasa. Namun, mendefinisikan anak-anak dari segi usia dapat menjadi permasalahan besar karena penggunaan definisi yang berbeda oleh beragam negara dan lembaga internasional Department of Child and Adolescent Health and Development mendefinisikan anak-anak sebagai orang yang berusia di bawah 20 tahun. Sedangkan The Convention on the Rights of the Child mendefinisikan anak- anak sebagai orang yang berusia di bawah 18 tahun. WHO (2003), mendefinisikan anak-anak antara usia 0–14 tahun karena di usia inilah risiko cenderung menjadi besar. Menurut Badan Pusat Statistik, komposisi penduduk Indonesia menurut kelompok umur terdiri dari penduduk berusia muda (0-14 tahun), usia produktif (15-64 tahun) dan usia tua (≥65 tahun). Dalam Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak, disebutkan bahwa pengertian anak sebagai berikut : “Anak adalah seseorang yang belum berusia 18 tahun, termasuk anak yang masih dalam kandungan 2.2 Defenisi Pekerjaan Sosial Den Pekerja Anak 2.2.1 Defenisi Pekerja sosial Pekerjaan sosial merupakan suatu sistem kegiatan yang terorganisir dalam menjabarkan konsep-konsep kesejahteraan

Tinjauan pustaka tentang pekerja anak

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: Tinjauan pustaka tentang pekerja anak

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Definisi Anak

Usia secara jelas mendefinisikan karakteristik yang memisahkan anak-

anak dari orang dewasa. Namun, mendefinisikan anak-anak dari segi usia dapat

menjadi permasalahan besar karena penggunaan definisi yang berbeda oleh

beragam negara dan lembaga internasional Department of Child and Adolescent

Health and Development mendefinisikan anak-anak sebagai orang yang berusia

di bawah 20 tahun. Sedangkan The Convention on the Rights of the Child

mendefinisikan anak- anak sebagai orang yang berusia di bawah 18 tahun. WHO

(2003), mendefinisikan anak-anak antara usia 0–14 tahun karena di usia inilah

risiko cenderung menjadi besar.

Menurut Badan Pusat Statistik, komposisi penduduk Indonesia menurut

kelompok umur terdiri dari penduduk berusia muda (0-14 tahun), usia produktif

(15-64 tahun) dan usia tua (≥65 tahun).

Dalam Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan

Anak, disebutkan bahwa pengertian anak sebagai berikut : “Anak adalah

seseorang yang belum berusia 18 tahun, termasuk anak yang masih dalam

kandungan

2.2 Defenisi Pekerjaan Sosial Den Pekerja Anak

2.2.1 Defenisi Pekerja sosial

Pekerjaan sosial merupakan suatu sistem kegiatan yang terorganisir

dalam menjabarkan konsep-konsep kesejahteraan sosial dengan menggunakan

kerangka tertantu yang terdiri dari ilmu pengetahuan

(knowledge), keterampilan (skill) dan nilai(value)/ kode etik. Ada beberapa

definisi pekerjaan sosial menurut para ahli antara lain :

Friedlander (1984;4) mendefinisikan “Pekerjaan sosial adalah sebuah

pelayanan profesional yang didasarkan pada pengetahuan ilmiah dan

keterampilan dalam relasi antar manusia, yang menolong individu, kelompok

atau komunitas untuk mencapai kepuasan individual atau sosial dan kebebasan”.

Allen Pincus dan Anne Minahan (1973:9) mendefinisikan Pekerja Sosial sebagai

berikut : “Pekerja sosial memiliki kepentingan dengan interaksi antara orang dan

Page 2: Tinjauan pustaka tentang pekerja anak

lingkungan sosialnya yang mempengaruhi kemampuannya untuk menyelesaikan

tugas-tugas kehidupannya, mengurangi ketegangan dan mewujudkan aspirasi

serta nilai-nilainya”.

The National Association of Social Work (NASW) dalam Zastrow

(1982:12, 1999:5), Sheaford dan Horesjsi (2003:5) mendefinisikan Pekerjaan

Sosial sebagai berikut  “Pekerjaan sosial adalah aktivitas profesional dalam

menolong individu, kelompok atau komunitas untuk meningkatkan atau

memperbaiki keberfungsian sosialnya serta menciptakan kondisi masyarakat

yang memungkinkan mereka mencapai tujuannya”.

Siporin (1975:3) mendefinisikan Pekerjaan Sosial sebagai berikut

“Pekerjaan sosial merupakan suatu metode institusi sosial untuk menolong orang

mencegah  dan memecahkan masalah mereka serta untuk memperbaiki dan

meningkatkan keberfungsian sosial   mereka”.

De Gusman (1983:3) mendefinisikan Pekerjaan Sosial sebagai berikut:

“Pekerjaan sosial adalah profesi yang perhatian utamanya pada aktifitas

pelayanan sosial secara terorganisir untuk memfasilitasi dan memperkuat relasi

antara individu dan lingkungan sosialnya untuk kebaikan”.

Definisi tersebut dapat disimpulkan bahwa Pekerjaan Sosial pada

dasarnya merupakan suatu profesi pertolongan yang dilakukan secara

terorganisir, untuk menolong individu, kelompok atau komunitas agar dapat

berfungsi sosial secara memuaskan melalui penguatan relasi dengan lingkungan

sosialnya. Dengan demikian fokus utama profesi pekerjaan sosial adalah pada

keberfungsian sosial individu, kelompok atau komunitas. Fokus utama ini

sekaligus menjadi pembeda antara profesi pekerjaan sosial dengan profesi

pertolongan lainnya.

2.2.2 Defenisi Pekerja Anak

Menurut Soetarso (1996) mengungkapkan pengertian pekerja anak yang

lebih luas. Ia berpendapat bahwa pekerja anak adalah :

1. Anak yang dipaksa atau terpaksa bekerja mencari nafkah untuk dirinya sendiri

dan/atau untuk keluarganya di sektor ketenagakerjaan formal yang melanggar

peraturan perundang-undangan yang berlaku, sehingga anak terhenti

sekolahnya dan mengalami permasalahan fisik, mental, maupun sosial. Dalam

Page 3: Tinjauan pustaka tentang pekerja anak

profesi pekerjaan sosial, anak ini disebut mengalami perlakuan salah (abuse),

dieksploitasi (exploited), dan di telantarkan (neglected).

2. Anak yang dipaksa, terpaksa atau dengan kesadaran sendiri mencari nafkah

untuk dirinya sendiri dan/atau keluarganya di sektor ketenagakerjaan informal, di

jalanan atau di tempat-tempat lain, baik yang melanggar peraturan peraturan

perundang-undangan (khususnya di bidang ketertiban), atau yang tidak, baik

yang masih sekolah maupun yang tidak lagi bersekolah. Anak ini ada yang

mengalami perlakuan salah dan/atau dieksploitasi, ada pula yang tidak.

Lebih lanjut, Soetarso (1996) menegaskan bahwa tidak dikategorikan sebagai

pekerja anak adalah anak yang dibimbing oleh orang tua atau sanak keluarganya

atau atas kesadaran sendiri membantu pekerjaan orang tua atau orang lain yang

tidak diarahkan untuk mencari atau membantu mencari nafkah, tetapi untuk

menanamkan atau memperoleh pengetahuan, keterlampilan, dan/atau sikap

kewirausahaan sejak dini, anak tersebut masih bersekolah dan kegiatan tersebut

tidak mengganggu prosos belajar di sekolahnya.

Pekerja anak merupakan suatu istilah yang seringkali menimbulkan

perdebatan, meskipun sama-sama digunakan untuk menggantikan istilah buruh

anak. Departemen Tenaga Kerja dan Transmigrasi menggunakan istilah anak-

anak yang terpaksa bekerja. Biro Pusat Statistik menggunakan istilah anak-anak

yang aktif secara ekonomi. Definisi Pekerja Anak menurut ILO/ IPEC adalah

anak yang bekerja pada semua jenis pekerjaan yang membahayakan atau

mengganggu fisik, mental, intelektual dan moral. Konsep pekerja anak

didasarkan pada Konvensi ILO no 138 mengenai usia minimum untuk

diperbolehkan bekerja yang menggambarkan definisi internasional yang paling

komprehensif tentang usia minimum untuk diperbolehkan bekerja, mengacu

secara tidak langsung pada “kegiatan ekonomi”. Konvensi ILO menetapkan

kisaran usia minimum dibawah ini dimana anak-anak tidak boleh bekerja. Usia

minimum menurut Konvensi ILO no 138 untuk negara-negara dimana

perekonomian dan fasilitas pendidikan kurang berkembang adalah semua anak

berusia 5 – 11 tahun yang melakukan kegiatan-kegiatan ekonomi adalah pekerja

anak sehingga perlu dihapuskan. Anak-anak usia 12 – 14 tahun yang bekerja

dianggap sebagai pekerja anak, kecuali jika mereka melakukan tugas ringan.

Sedangkan usia sampai dengan 18 tahun tidak diperkenankan bekerja pada

pekerjaan yang termasuk berbahaya.

Page 4: Tinjauan pustaka tentang pekerja anak

Pekerjaan ringan dalam konvensi no 138 Pasal 7, menyatakan bahwa pekerjaan

ringan tidak boleh menggangu kesehatan dan pertumbuhan anak atau

menggangu sekolahnya serta berpartisipasinya dalam pelatihan kejuruan atau

“kapasitas untuk memperoleh manfaat dari instruksi yang diterimanya. Tugas

yang dilaksanakan dalam pekerjaan ringan tidak boleh merupakan pekerjaan

yang berbahaya dan tidak boleh lebih dari 14 jam per minggu. Ambang batas ini

didukung oleh Konvensi ILO no 33 tahun 1932 mengenai usia minimum (Pekerja

dibidang Non Industri) dan temuan tentang dampak anak bekerja terhadap

tingkat kehadiran prestasi di sekolah dan terhadap kesehatan anak.

Pekerja anak melakukan pekerjaan tertentu sebagai aktifitas rutin harian,

jam kerjanya relatif panjang. Ini menyebabkan mereka tidak dapat bersekolah,

tidak memiliki waktu yang cukup untuk bermain dan beristirahat, dan secara tidak

langsung aktifitas tersebut berbahaya bagi kesehatan anak. Sedangkan anak

bekerja, mereka melakukan aktifitas pekerjaan hanya sebagai latihan. Kegiatan

tersebut tidak dilakukan setiap hari, jam kerja yang digunakan juga sangat

pendek, dan aktifitasnya tidak membahayakan bagi kesehatan anak serta

mendapatkan pengawasan dari orang yang lebih dewasa atau ahlinya. Dalam

hal ini anak masih melakukan aktifitas rutinnya seperti sekolah, bermain dan

beristirahat.

2.3 Faktor Penyebab Anak Bekerja

Keterlibatan anak dalam dunia kerja tidaklah terjadi dengan sendirinya,

melainkan disebabkan oleh beberapa faktor. Faktor-faktor penyebab tersebut

ada yang berasal dari dalam diri anak maupun karena pengaruh lingkungan

terdekat dengan anak. Secara garis besar faktor penyebab ini dapat

dikelompokkan dalam dua kelompok, yaitu faktor pendorong dan faktor penarik.

Faktor pendorong merupakan faktor yang berasal dari dalam diri si anak,

yang mendorong anak untuk melakukan aktifitas tertentu yang menghasilkan

uang. Dengan hasil yang diperoleh anak akan menjadi senang dan dorongan

tersebut akan terpuaskan. Faktor pendorong yang menyebabkan anak memilih

menjadi pekerja anak antara lain : kemiskinan yang dialami orangtua, adanya

budaya dan tardisi yang memandang anak wajib melakukan pekerjaan sebagai

bentuk pengabdian kepada orangtua, relatif sulitnya akses ke pendidikan,

tersedianya pekerjaan yangmudah diakses tanpa membutuhkan persyaratan

Page 5: Tinjauan pustaka tentang pekerja anak

tertentu, dan tidak tersedianya fasilitas penitipan anak pada saat orangtua

bekerja.

Faktor penarik adalah faktor yang berasal dari luar diri anak. Faktor inilah

yang menjadi alasan bagi dunia kerja untuk menerima anak bekerja. Anak

dipandang sebagai tenaga kerja yang murah dan cenderung tidak banyak

menuntut. Pekerja anak dipandang tidak memiliki kemampuan yang memadai,

baik secara fisik maupun kemampuan. Dengan demikian para pengusaha akan

cenderung memilih anak karena upah yang diberikan akan cenderung lebih

murah dari pada orang dewasa. Disamping itu anak lebih patuh dan penurut

terhadap instruksi yang diberikan oleh orang dewasa.

Selain beberapa faktor diatas, penyebab anak memasuki dunia kerja

dapat dilihat dari beberapa faktor antara lain : ekonomi, sosial, budaya dan

faktor-faktor lain. Dari faktor ekonomi, kemiskinan keluarga menyebabkan ketidak

mampuannya dalam memenuhi kebutuhan pokok. Kondisi ini menyebabkan anak

dengan kesadaran sendiri atau dipaksa oleh keluarga untuk bekerja, sehingga

kebutuhan pokoknya dapat terpenuhi dan membantu keluarga dalam mencari

nafkah. Secara sosial ketidak harmonisan hubungan antar anggota keluarga dan

pengaruh pergaulan dengan teman, merupakan faktor yang menyebabkan anak

bekerja. Bagi anak, bekerja bukan sekedar kegiatan mencari nafkah untuk

memenuhi kebutuhan pokoknya. Tetapi juga sebagai pelampiasan atas ketidak

harmonisan hubungan diantara anggota keluarga. Disamping itu pekerjaan dan

teman-teman di tempat bekerja merupakan tempat yang dapat dijadikan tempat

bergantung bagi anak.

Faktor budaya yang menyebabkan anak bekerja adalah adanya

pandangan dari sebagian masyarakat yang lebih menghargai anak yang bekerja.

Mereka menganggap bahwa anak yang bekerja merupakan bentuk pengabdian

kepada orangtua. Faktor-faktor lain yang turut menjadi penyebab anak memasuki

dunia kerja adalah tersedianya sumber lokal yang dapat menjadi lahan pekerjaan

bagi anak, pola rekriutmen yang mudah dan anak merupakan tenaga kerja yang

murah dan mudah diatur.

Dampak dari pekerja anak yang secara tidak langsung akan ditanggung

oleh masyarakat dan negara antara lain : pertama, anak tidak memiliki bekal

pendidikan dan keterampilan yang memadai, sehingga akan memperpanjang

siklus kemiskinan yang selama ini sudah dialami keluarga anak. Kedua, Anak

Page 6: Tinjauan pustaka tentang pekerja anak

yang bekerja pada usia dini akan cenderung memilliki fisik yang lebih rapuh,

merasa takut dan tidak memiliki rasa percaya diri ketika berinteraksi dengan

orang lain yang baru dikenalnya.

Memperhatikan pada dampak negatif terhadap perkembangan anak tersebut,

maka dapat dikatakan bahwa pekerja anak merupakan suatu masalah yang perlu

mendapat perhatian berbagai pihak. Masalah pekerja anak bukanlah masalah

yang memiliki faktor penyebab tunggal, sehingga penanganannya pun perlu

melibatkan beberapa pihak yang berhubungan dengan anak. Pandangan yang

mempermasalahkan pekerja anak juga dapat dilihat dari perspektif hak anak.

Perspektif hak anak memandang bahwa hak anak merupakan bagian dari hak

asasi manusia yang mendapatkan pengakuan dan perlindungan secara

Internasional. Setiap anak tanpa terkecuali memiliki 4 hak dasar yang meliputi :

hak atas kelangsungan hidup, hak untuk tumbuh kembang, hak untuk

mendapatkan perlindungan dan hak untuk berpartisipasi. Hak untuk tumbuh

kembang merupakan hak anak untuk memperoleh pendidikan, informasi, waktu

luang, kegiatan seni dan budaya, kebebasan berfikir, berkeyakinan dan

beragama serta hak anak cacat atas pelayanan, perlakuan dan perlindungan

khusus.

Membiarkan anak untuk menjadi pekerja anak merupakan bentuk

pelanggaran terhadap hak anak, terutama hak untuk berkembang. Pekerja anak

menghabiskan sebagian waktunya untuk bekerja. Ini menyebabkan mereka tidak

memiliki kesempatan lagi untuk memperoleh pendidikan, melakukan aktfitas

yang berkaitan dengan seni dan budaya, tidak memiliki waktu luang yang

memungkinkannya untuk bersosialisasi dengan teman sebaya dan cenderung

berada pada situasi yang berbahaya bagi kelangsungan hidupnya.

2.4  Hak – Hak Anak

Anak merupakan modal dasar bagi pembangunan nasional dan penerus

cita-cita perjuangan bangsa yang kelak diharapkan mampu menjalankan tugas

dan tanggung jawabnya demi kelestarian bangsa dan negara. Membuat

perencanaan masa depan tanpa memperhitungkan variabel anak adalah sebuah

pikiran amoral dan historis, karena tidak meletakkan manusia sebagai faktor

determinan dalam perubahan masyarakat. Bila itu terjadi, maka dalam prosesnya

akan dengan mudah melupakan faktor-faktor kepentingan anak dan lebih untuk

Page 7: Tinjauan pustaka tentang pekerja anak

menuruti egoisme manusia dewasa yang berfikir hanya untuk kepentingan

sesaat. Anak-anak karena ketidakmampuan ketergantungaan dan

ketidakmatangan, baik fisik, mental maupun intelektual, perlu mendapat

perlindungan, perawatan dan bimbingan dari orang tua (dewasa). Perawatan,

pengasuhan dan pendidikan anak adalah kewajiban agama dan kemanusiaan

yang harus dilaksanakan mulai dari keluarga, masyarakat dan negara.

Dalam Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan

Anak, disebutkan bahwa pengertian anak sebagai berikut : “Anak adalah

seseorang yang belum berusia 18 tahun, termasuk anak yang masih dalam

kandungan.” Pengertian tersebut berbeda dengan pengertian yang terdapat pada

UU Nomor 4 tahun 1979 dimana menyebutkan bahwa anak adalah seseorang

yang belum mencapi usia 21 tahun dan belum kawin. Sedangkan Elizabeth D.

Hurlock (1982:108), menyatakan bahwa : “anak adalah masa yang dimulai

setelah melewati masa bayi yang penuh ketergantungan, kira-kira usia 2 tahun

sampai saat anak matang secara seksual, kira-kira 13 tahun untuk wanita dan 14

tahun untuk pria.”

Terkandung dalam pengertian di atas bahwa dalam sebuah keluarga terdapat

anak-anak yang menjadi tanggung jawab orang tua, baik yang masih dalam

kandungan, masa bayi hingga anak mencapai usia dewasa dan mandiri.

Sebagai bagian dari masyarakat bangsa, anak juga memiliki hak yang berguna

dalam menjamin pertumbuhan dan perkembangannya. Pengakuan terhadap hak

anak secara Internasional dilakukan oleh PBB melalui suatu konvensi yaitu pada

tahun 1989. Prinsip-prinsip yang dianut dalam Konvensi Hak Anak adalah :

Non Diskriminasi (Pasal 2). Semua hak anak yang diakui dan terkandung dalam

KHA harus diberlakukan kepada setiap anak tanpa perbedaan apapun.

Kepentingan terbaik untuk anak (Pasal 3). Semua tindakan yang menyangkut

anak, pertimbangannya adalah apa yang terbaik untuk anak.

Kelangsungan hidup dan perkembangan anak (Pasal 6). Hak hidup yang melekat

pada diri setiap anak harus diakui atas perkembangan hidup dan

perkembangannya harus dijamin.

Penghargaan terhadap pendapat anak (Pasal 12). Pendapat anak

terutama yang menyangkut hal-hal yang dapat mempengaruhi kehidupannya

perlu diperhatikan dalam setiap pengambilan keputusan.

Page 8: Tinjauan pustaka tentang pekerja anak

Konvensi hak anak tersebut diratifikasi oleh Pemerintah Indonesia dalam

Keppres No. 36 tahun 1990. Dalam Keppres tersebut dinyatakan bahwa anak

memiliki hak-hak antara lain : hak untuk hidup layak, hak untuk berkembang, hak

untuk dilindungi, hak untuk berperan serta, hak untuk menolak menjadi pekerja

anak, dan hak untuk memperoleh pendidikan.

Page 9: Tinjauan pustaka tentang pekerja anak

DAFTAR PUSTAKA

http://www.ilo.org/jakarta/info/public/pr/WCMS_122351/lang--en/index.htm

http://rumahkita2010.wordpress.com/2010/03/08/pekerja-anak/

http://id.wikipedia.org/wiki/Pekerja_anak

Page 10: Tinjauan pustaka tentang pekerja anak

Tugas individu

Tinjauan Pustaka “Pekerja Anak”

Dosen

Dra. Lina Favourita S., M.Si

Oleh

Andi Sri Hermawan

10.04.152

Sekolah Tinggi Kesejahteraan Sosial

Bandung

2012