Upload
zahratul-suci
View
137
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
TRANSFER HASIL BELAJAR
Beberapa Teori Transfer Belajar.
Teori transfer belajar adalah pemikiran atau pendapat mengenai bagaimana transfer
belajar itu terjadi.
Diantaranya adalah sebagai berikut.
a. Teori Disiplin Formal
Teori ini didasari oleh ilmu jiwa daya. Menurut teori ilmu jiwa itu tersusun dari berbagai
macam daya (misalnya pikiran, ingatan, perasaan, dan lin-lain). Masing-masing daya itu dapat
diperbaiki melalui latihan-latihan. Suatu daya jika sudah baik karena latihan-latihan, maka daya-
daya itu akan baik dalam menghadapi situasi baru. Latihan-latihan yang dikehendaki untuk
melatih daya itu diusahakan benar-benar disiplin. Teori belajar parallel dengan teori transfer
belajarnya. Teori transfer belajar menurut psikologi daya adalah bahwa baiknya setiap fungsi
sebagai akibat mempelajari bahan tertentu akan tertransfer dalam mempelajari bahan lain yang
tidak ada hubungannya dengan bahan yang sudah dipelajari itu. Sebagai contoh dapat dilihat
pada seorang anak yang terbiasa menghafal ayat al quran, maka ketika anak itu menghafal nama-
nama latin pada pelajaran biologi anak itu tidak kesulitan lagi karena pikirannya sudah terlatih
untuk menghapal, walaupun kedua hal tersebut tidak ada hubungannya sama sekali.
b. Teori Komponen Identik
Menurut teori ini transfer terjadi jika di antara situasi yang lalu dengan situasi yang dihadapi
atau bahan pelajaran yang dihadapi tedapat aspek aspek yang sama. Dengan kata lain, transfer
terjadi hanya bila kedua peristiwa belajar itu terdapat unsure-unsur yang identik (sama).
Komponen –komponen yang terlibat dalam proses belajar itu tak terbatas pada bahan pengajaran,
tetapi termasuk juga hal-hal seperti metode belajar mengajar, sikap, dan berbagai kemampuan
khusus yang dimiliki anak didik.
c. Teori Generalisasi
Teori ini dikemukakan oleh Charles Judd (1873-1946) yang berpendapat bahwa transfer
belajar lebih berkaitan dengan kemampuan seseorang untuk menangkap struktur pokok, pola,
dan prinsip-prinsip umum. Apabila anak didik mampu mengembangkan konsep, kaidah, prinsip,
dan siasat-siasat untuk memecahkan persoalan, anak didik itu mempunyai bekal yang dapat
ditranferkan ke bidang lain. Anak didk itu mampu mengadakan generalisasi, yaitu menangkap
cirri-ciri atau sifat-sifat umum yang terdapat dalam sejumlah hal khusus. Generalisasi semacam
itu terjadi apabila anak didik sudah membentuk kemahiran intelektualdan siasat memecahkan
masalah. Jadi, kesamaan antara dua bidang studi tidak terdapat di dalam unsure-unsur khusus
melainkan dalam pola, struktur dasar, dan prinsip. Contohnya pada penguasaan pola kalimat
dalam bahasa Indonesia, dapat digunakn untuk mempermudah mempelajari bahasa inggris.
Karen pola S-P-O-K mempunyai prinsip yang strukturnya sama dengan bahasa inggris yaitu
subject, verb, object, dan adverb.
Unsur-Unsur Yang Mempengaruhi Terjadinya Transfer Belajar
Faktor-faktor yang mempengaruhi timbulnya transfer belajar adalah sebagai berikut.
a. Taraf intelegensi dan sikap
Factor ini berasal dari anak didik, dan berkisar pada masalah kapasitas dasar (kemampuan
dasar), sikap, minat, dan lain sebagainya. Kemampuan dasar membantu transfer belajar. Anak
yang pandai cenderung memiliki transfer yang tinggi, sebaliknya anak yang kurang pandai
cenderung memiliki transfer yang rendah (minim). Karena tidak dapat mempertahankan suatu
informasi yang telah didapat dengan jumlah banyak. Di samping itu, bahwa timbulnya transfer
tidak secara otomatis melainkan timbul dengan sengaja. Oleh karena itu, sikap serta usaha yang
disengaja kea rah ini akan mebantu timbulnya transfer. Yang berarti bahwa apa yang dipelajari
oleh anak didik dapat dimanfaatkan dan dipraktekkan sesuai dengan situasi dan kondisi di man ia
berada. Demikian pula sikap guru dan usaha anak didik untuk melakukan belajar mengajar juga
mempengaruhi jumlah transfer.
b. Metode guru dalam mengajar
Factor ini berasal dari guru dan berkisar pada penguasaan persiapan, alat peraga, pemilihan
bahan, dan sebagainya. Dengan bahan yang sama akan membuat hasil yang berbeda, yang
disebabkan perbedaan metode mengajar. Hasil belajar yang dihasilkan dengan penggunaan
metode diskusi akan berlainan hasilnya dengan penggunaan metode ceramah. Dalam metode
ceramah, anak didik cenderung lebih aktif daripada guru, sedangkan metode ceramah cenderung
membuat anak didik pasif, dan selalu berada pada posisi menerima, tidak ada saling member dan
menerima di kalangan anak didik. Selain itu, pembelajaran cenderung membosankan anak didik
sehingga informasi yang disampaikan tak dapat disampaikan dengan baik. Pemakaian metode
Tanya jawab (brain storming) yaitu metode sumbang saran diakui keampuhannya dapat
meningkatkan kreatifitas peserta didik, karena dapat memicu inisiatif. Dalam metode Tanya
jawab kesalahan pengertian dapat dihindari sehingga tidak terjadi kerancuan dalam struktur
kognitif. Sehingga informasi yang diterima dapat terorganisir dan melicinkan jalan terjadinya
transfer belajar.
c. Isi mata pelajaran
Peranan Guru Dalam Meningkatkan Transfer Belajar
Kurikulum sekolah menuntut guru agar menanamkan isi mata pelajaran ke dalam struktur
kognitif anak didik, sehingga hasil belajar dapat ditransfer untuk memperoleh keterampilan dan
pengetahuan untuk mempelajari mata pelajaran yang lain. Sangat keliru jika guru hanya
mengajarkan materi yang dipegangnya tanpa mengubungkannya dengan mata pelajaran yang
lain. Agar transfer dalam belajar terjadi, prinsip korelasi mutlak diperlukan sebagai pengubung
antara materi pelajaran yang telah dikuasai sebelumnya dalam pelajaran berbeda.
Pemberian mata pelajaran dengan penjelasan yang lebih mendekati realitas kehidupan
sehari-hari membuat hasil belajar lebih bermakna. Mata pelajaran tidak lagi dianggap terpisah
tetapi merupakan bagian dari kehidupan. Anak didik menyadari bahwa berbagai mata pelajaran
di sekolah bukanlah tanpa guna. Guru harus menjelaskan bahwa mata pelajaran yang dipelajari
di sekolah akan berguna dalam kehidupan bermasyarakat. Penjelasan tentang nilai guna mata
pelajaran akan meningkatkatkan transfer dalam belajar. Itulah hasil belajar yang produktif, dan
berguna bagi masyarakat dan anak didik itu sendiri.
Muhibbin syah, 2009, rajawali pers Jakarta, psikologi belajar