Upload
nuri-ayu
View
47
Download
1
Embed Size (px)
Citation preview
Menutup Mata
Oleh : Nuri Jannati Wahyu Ekaningsih
Beningnya mata tertutup debu
Hijau seumpama hitam
Tiada lagi tanda lelah
Dalam jiwa yang benar lelah
Aura jiwa berselimut senyum
Opini tak bersuara
Teriakan bisu menggema
Rintih sakit tak berdaya
Baik buruk diterima
Hingga peluh derita kering
Dalam rumah setinggi tanah
Analisis
Beningnya mata tertutup debu
Hijau seumpama hitam (simile)
Tiada lagi tanda lelah
Dalam jiwa yang benar lelah
Aura jiwa berselimut senyum (personifikasi)
Opini tak bersuara
Teriakan bisu menggema (antifrasis)
Rintih sakit tak berdaya (pleonasme)
Baik buruk diterima (antitesis)
Hingga peluh derita kering (hiperbola)
Dalam rumah setinggi tanah (metafora)
Hampa
Pelangi senja sangatlah menawan
Tak ada arti tanpa hadirmu
Semilir angin menyapa kabarku
Lalu bagaimana dengan dirimu
Dirimu ayang penuh makna menghilang
Mengilang entah kemana
Diriku hampa tanpa dirimu
Harapan setinggi langit telah musnah
Menangisi keadaan yang harus terpisah
Merenung diam mati rasa
Merindukanmu
Di malam yang sunyi gulap gulita ini, kudengar jam dinding yang menempel di langit putih
berdetak kencang tapi lambat. Di sini aku merindukanmu yang dulu sebagai kekasihmu. Aku boan
menunggumu, tapi aku kan setia menantimu. Menantikan dirimu untuk hadir kembali di ruang yang
indah, di dalam hati.
Aku tahu aku tak pantas untukmu, kita ini bagai bumu dan langit. Aku tak tahu dan tak
mengerti mengapa elok parasmu dan hatimu selalu menyejukkan hingga ke dalam pori-pori.
Selembar kertas berisi kata rindu, kasih dan sayang telah kutitipkan pada samudra biru langit nan
luas hanya untukmu.
Air mata yang telah membasahi kedua pipi ini, kini hanya tinggal setetes. Suara hati ini
memanggil namamu, tapi kau tak kunjung datang. Indahnya impian kita tak lebih penting dari
kebersamaan kisah kasih kita. selamat malam, kuharap kau segera pulang mengukir kembali pahatan
hati yang belum selesai. Aku merindukanmu.