2
Menutup Mata Oleh : Nuri Jannati Wahyu Ekaningsih Beningnya mata tertutup debu Hijau seumpama hitam Tiada lagi tanda lelah Dalam jiwa yang benar lelah Aura jiwa berselimut senyum Opini tak bersuara Teriakan bisu menggema Rintih sakit tak berdaya Baik buruk diterima Hingga peluh derita kering Dalam rumah setinggi tanah Analisis Beningnya mata tertutup debu Hijau seumpama hitam (simile) Tiada lagi tanda lelah Dalam jiwa yang benar lelah Aura jiwa berselimut senyum (personifikasi) Opini tak bersuara Teriakan bisu menggema (antifrasis) Rintih sakit tak berdaya (pleonasme) Baik buruk diterima (antitesis) Hingga peluh derita kering (hiperbola) Dalam rumah setinggi tanah (metafora) Hampa Pelangi senja sangatlah menawan Tak ada arti tanpa hadirmu Semilir angin menyapa kabarku

Tugas,karya njannati

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: Tugas,karya njannati

Menutup Mata

Oleh : Nuri Jannati Wahyu Ekaningsih

Beningnya mata tertutup debu

Hijau seumpama hitam

Tiada lagi tanda lelah

Dalam jiwa yang benar lelah

Aura jiwa berselimut senyum

Opini tak bersuara

Teriakan bisu menggema

Rintih sakit tak berdaya

Baik buruk diterima

Hingga peluh derita kering

Dalam rumah setinggi tanah

Analisis

Beningnya mata tertutup debu

Hijau seumpama hitam (simile)

Tiada lagi tanda lelah

Dalam jiwa yang benar lelah

Aura jiwa berselimut senyum (personifikasi)

Opini tak bersuara

Teriakan bisu menggema (antifrasis)

Rintih sakit tak berdaya (pleonasme)

Baik buruk diterima (antitesis)

Hingga peluh derita kering (hiperbola)

Dalam rumah setinggi tanah (metafora)

Hampa

Pelangi senja sangatlah menawan

Tak ada arti tanpa hadirmu

Semilir angin menyapa kabarku

Page 2: Tugas,karya njannati

Lalu bagaimana dengan dirimu

Dirimu ayang penuh makna menghilang

Mengilang entah kemana

Diriku hampa tanpa dirimu

Harapan setinggi langit telah musnah

Menangisi keadaan yang harus terpisah

Merenung diam mati rasa

Merindukanmu

Di malam yang sunyi gulap gulita ini, kudengar jam dinding yang menempel di langit putih

berdetak kencang tapi lambat. Di sini aku merindukanmu yang dulu sebagai kekasihmu. Aku boan

menunggumu, tapi aku kan setia menantimu. Menantikan dirimu untuk hadir kembali di ruang yang

indah, di dalam hati.

Aku tahu aku tak pantas untukmu, kita ini bagai bumu dan langit. Aku tak tahu dan tak

mengerti mengapa elok parasmu dan hatimu selalu menyejukkan hingga ke dalam pori-pori.

Selembar kertas berisi kata rindu, kasih dan sayang telah kutitipkan pada samudra biru langit nan

luas hanya untukmu.

Air mata yang telah membasahi kedua pipi ini, kini hanya tinggal setetes. Suara hati ini

memanggil namamu, tapi kau tak kunjung datang. Indahnya impian kita tak lebih penting dari

kebersamaan kisah kasih kita. selamat malam, kuharap kau segera pulang mengukir kembali pahatan

hati yang belum selesai. Aku merindukanmu.