33
STUDI HADITS Oleh: Abd. Mughni Shaleh, M.Pd.I

Ulumul hadits

Embed Size (px)

Citation preview

STUDI HADITSOleh:

Abd. Mughni Shaleh, M.Pd.I

Pengertian

• Hadits berasal dari kata hidas, hudasa, dan hudus. Dari segi bahasa memiliki arti :

1. baru (jadid)2. Dekat (qarib)3. Berita (khabar)

• Secara 1stilah ulamak hadits = segala perkataan, perbuatan, ketetapan dan segala keadaan atau prilaku Nabi SAW

Sinonim

• Ada beberapa kata yang bersinonim (muradif) dengan hadits, yaitu:

1. Sunnah = segala yang dinukilkan / diriwayatkan dari Nabi Muhammad SAW, baik berupa perkataan, perbuatan maupun taqrir (ketetapan) beliau

2. Khabar = segala sesuatu yang disandarkan atau berasal dari Nabi SAW atau dari selain Nabi SAW

3. Atsar = segala sesuatu yang berasal dari Nabi SAW atau dari selain Nabi SAW

Macam-macam HaditsQauliyah (perkataan)Fi’liyah (perbuatan)

Taqririyah (penetapan)

Kedudukan hadits• Hadits merupakan penafsiran Al-Qur’an dalam praktek

penerapan agama Islam secara faktual dan ideal sehingga hadits berkedudukan sebagai sumber hukum Islam ke-2 setelah Al-Qur’an

Fungsi Hadits1. Sebagai bayan taqrir; Memperkuat dan menetapkan

hukum-hukum yang telah ditentukan dalam Al-Qur’an2. Sebagai bayan tafsir; Memberikan penafsiran

terhadap ayat-ayat yang bersifat mujmal dan mutlak3. Sebagai sumber hukum dan aturan-aturan yang tidak

didapati dari AL-Qur’an

Perbedaan Al-Qur’an & Hadits• Al-Qur’an sumber hukum yg I, dan hadits sumber hukum yg II• Al-Qur’an adalah kalamullah yang diwahyukan lewat malaikat

Jibril berupa lafadz dan maknanya sekaligus. Sedangkan lafadz Hadits diredaksikan oleh Nabi Muhammad SAW.• Dari segi kekuatan dalalahnya, Alqur’an adalah mutawatir yang

qath’i. Sedangkan hadits hanya dalalah dhanni.• Pengumpulan Al-Qur’an dan kodifikasinya sangat sistematis

dan terus terpelihara keasliannya sedangkan hadits cenderung subjektif pada perawinya• Al-Qur’an merupakan hukum dasar yang pada umumnya

bersifat mujmal dan mutlak. Sedangkan hadits lebih pada penjelasan pelaksanaan (praktisnya)

Sejarah pembinaandan penghimpunan Hadits

• Penulisan HaditsSebagian sahabat mencatat hadits, dan hal itu telah

dilegalkanolehRasulullah SAW

• Penghapalan HaditsSebagian sahabat juga ada yang lebih memilih untuk menghapalkan

hadits dan mengingat-ingat hal-hal yang pernah dilakukan oleh Nabi

• Penghimpunan HaditsIde pengumpulan hadits muncul di masa Umar bin khattab akan tetapi

tidak dilaksanakan karena hawatir menggaggu konsentrasi umat Islam dalam pengumpulan Al-Qur’an.

Ide tersebut baru terealisasi pada tahun 100H, yakni pada masa khalifah bani umayyah Umar bin Abdul Aziz.

Pemalsuan hadits• Pemalsuan hadits terjadi sejak umat islam terpecah

menjadi beberapa golongan di masa pemerintahan Ali bin Abi Talib.• Pemicu pemalsuan ini adalah persaingan untuk meraih

kekuasaan. Pemulanya adalah kaum syiah Khawarij jumhur muawiyah (pada masa umayyah) Zindiq

Upaya Penyelamatan Hadits• Mengidentifikasi hadits palsu melaui perawinya.

Menurut Imam malik, 4 jenis orang yang tidak boleh mengambil hadits darinya:

1. Kurang akal2. Orang yang mengikuti hawa nafsunya dan mengajak

masyarakat untuk mengikuti hawa nafsunya 3. Pendusta4. Orang yang tampaknya shaleh dan beribadah ketika ia tidak

tahu nilai-nilai hadits yang diriwayatkannya

Lanjutan-• Ciri-ciri hadits palsu:

1. Susunan lafadz maupun maknanya janggal2. Isi hadits tidak masuk akal3. Isi hadits bertentangan dengan Al-Qur’an atau hadits

mutawatir

• Para ulama kemudian menyusun beberapa kitab yang membukukan dan menerangkan hadits-hadits palsu.

lanjutan• Kitab Tadzkiratul Maudluu’aat oleh Muhammad bin

Thahir Al-Maqdini (w.th 507 H)• Kitab Al-Abaathiil oleh Al-Hasan bin Ibrahim Al-Hamdani

(w. Th 543 H)• Kitab Al-dluu’aatul Kubraa oleh Ibnu Jauzi (w. Th 597 H)

Proses Pentadwinan Hadis Dari Preode Kepreode Terdiri Dari 7faseFase I Masa Rasulullah th 13 SH. – 11 H. Fase ini dikenal

dg fase pertumbuhan hadis dan jalan-jalan shahabat memperoleh hadis

Fase II (Khalafaur Raasyidiin) 12 H. – 40 H. Fase ini dikenal dg fase pembatasan dan penyederhanaan periwayatan hadis

Fase III (Masa shahabat kecil dan tabi’in besar)th. 41 H. – akhir abat pertama hijriyah. Fase ini dikenal dg pengembangan dan perluasan periwayatan hadis

lanjutan

Shahabat yg paling banyak meriwayatkan hadits ialah:1. Abu Hurairah 5374 hadis2. Abdullah ibnu Umar 2630 hadis3. Anas bin Malik 2276 hadis4. Aisyah 2210 hadis5. Abdullah bin Abbas 1660 hadis6. Jabir bin Abdullah 1540 hadis 7. Abu Sa’id Al-Khudri 1170 hadis

lanjutan

Fase IV Pembukuan dan pengumpulan hadis, awal abat II H. – akhir abat II. Khalifah Umar bin Abd.Aziz, dari Mu’awiyah memulai membukukan hadis. Yg pertama membukukan ialah: Abu Bakar ibnu Hazm. Kitab yg ada sampai sekarang kitab Al-Muwatha’ karangan imam Malik. Dan pada fase ini muncullah hadis marfu’, hadits mauquf dan hadits maqthu’

Lanjutan Fase V Masa pentashhihan dan penyusunan kaidah-

kaidah hadis awal abat III H. sampai akhir abat III H. Fase ini Ulama’ mulai memisahkan mana hadis dan mana fatwa shahabat dan tabi’in. Dan memilah – milah hadis shaheh, hasan dan dla’if. Dan muncullah ilmu dirayah hadis dan ilmu riwayah hadis.

lanjutanFase VI Masa Tahdzib, Istidrak, Istikhraj dan

penyusunan sistimatika penulisan hadis (penyempurnaan penyusunan hadis)dari awal abat IV – th.656 H.

Fase VII th. 656 H. melanjutkan fase VI hanya diperluas

KOMPONEN HADITS• Sanad = jalan yang menyampaikan kepada matan hadits.

Yaitu redaksi seperti “dari A kpd B kepada C, dst.”• Matan = perkataan yang disebutkan pada akhir sanad

yaitu informasi tentang sabda Nabi, • Perawi = orang yang mengeluarkan riwayat (sanad dan

matan hadits)

Ulumul hadits

• Ilmu hadits di bagi 2 ; ilmu hadits riwayah dan ilmu hadits diroyah• Ilmu hadits riwayah = ilmu yang membahas

perkembangan hadits kepada shahiburiwayah, Nabi Muhammad SAW dari segi perawinya (kelakuan, kekuatan hapalan) dan keadaan sanad.

Lanjutan-• Ilmu Hadits Riwayah memiliki bebeapa cabang

ilmu:1. Ilmu Rijalil Hadits = tentang para perawi hadits, baik

sahabat, tabi’in maupun angkatan sesudahnya2. Ilmu Jahri wat Takdil = tentang catatan2 yang

dihadapkan pada para perawi dan penakdilannya (memandang adil pada perawi) dengan menggunakan kata-kata yang khusus dan tentang martabat kata-kata itu

3. Ilmu Illail Hadits = tetang sebab-sebab yang tersembunyi/tidak nyata yang dapat mencacatkan hadits

Lanutan4. Ilmu Nasih wal Mansuh = menerangkan tentang hadits

yang sudah dihapus dan yang menghapusnya.5. Ilmu Asbabil Wurudil Hadits = menerangkan sebab2 Nabi

menurunkan sabdanya dan masa2 Nabi menurunkan itu. 6. Ilmu Talfiqil Hadits = tentang cara mengumpulkan hadits

yang isinya berlawanan

Ilmu dirayatul hadit s/Ilmu musth alahul hadit s berkisar pada

1. Macam-macam hadits dan pembagiannya2. Nama-nama perawi dan segala sesuatu yg berhubung

an dengan nama-nama itu misalnya ttg keadaannya, riwayat hidupnya dan sifat-sifatnya

3. Cara-cara menerima dan meriwayatkan hadits, dari siapa ia menerima dan kepada siapa ia meriwayatkan

Pembagian hadit s secara umum

A. Dari segi jumlah perawinya, hadits dibagi: 1. Hadits Mutawatir 2. Hadits AhadB. Dari segi kualitas sanad dan matan, hadits dibagi: 1. Hadits Shaheh 2. Hadits Hasan 3. Hadits Dla’if

LanjutanC. Dari segi kedudukan dlm hujjah, dibagi: 1. Hadits Maqbul 2. Hadits MardudD. Dari segi perkembangan sanadnya, hadits dibagi 1. Hadits Muttashil 2. Hadits Munqatik

Kriteria hadis shahehA. Mengenai sanad 1. Semua rawi dlm sanad haruslah bersifat adil yaitu: -Selalu ta’at kpd Allah dan Rasulnya, serta

menjahui perbutan maksiat - Menjahui dosa kecil yg dpt merendahkan martabat dirinya - Tidak melakukan perbutan yg menyebabkan penyesalan

Lanjutan 2. Semua rawi dlm sanad haruslah dzabit 3. Sanadnya bersambung 4. Tidak rancu ( syad ). Kerancuan adalah kondisi di

mana seorang rawi berbeda dg rawi lain yg lebih kuat posisinya, baik dari segi kekutan daya hafalannya atau jumlah mereka lebih banyak sehingga harus diunggulkan.

5. Tidak ada cacat, yaitu terbebas dari keshahehan pada sanad, misalnya pemalsuan rawi

B. Mengenai Matan 1.Pengertian yang terkandung dlm matan tidak

boleh bertentangan dg ayat al-qur’an atau hadis mutawatir walaupun keadaan rawi sdh memenui syarat.

2.Pengertian dlm matan tdk bertentangan dg pendapat yg disepakati ulama’

3. Tidak ada kejanggalan lainnya, jika dibanding kan dg matan hadis yg lebih tinggi tingkatan dan kedudukannya