21
1 UPAYA HUKUM Oleh : Diennissa Putriyanda PENGERTIAN Upaya Hukum adalah : “Hak terdakwa atau penuntut umum untuk tidak menerima putusan pengadilan yang berupa perlawanan atau banding atau kasasi atau hak terpidana untuk mengajukan permohonan Peninjauan Kembali dalam hal serta menurut cara yang diatur dalam undang-undang”. (Pasal 1 butir 12 KUHAP) TUJUAN Tujuan Upaya Hukum adalah sebagai berikut : 1. Memperbaiki kekeliruan putusan 2. Mencegah kesewenangandan penyalahgunaan jabatan 3. Pengawasan terhadap keseragaman penerapan hukum PEMBAGIAN Berdasarkan sistematika KUHAP (UU No. 8/1981 Bab XVIII), upaya hukum terdiri dari :

Upaya hukum dalam acara pidana

Embed Size (px)

DESCRIPTION

Upaya Hukum dalam Acara Pidana. Upaya Hukum Biasa dan Upaya Hukum Luar Biasa

Citation preview

Page 1: Upaya hukum dalam acara pidana

UPAYA HUKUMOleh : Diennissa Putriyanda

PENGERTIAN

Upaya Hukum adalah : “Hak terdakwa atau penuntut umum untuk tidak menerima

putusan pengadilan yang berupa perlawanan atau banding atau kasasi atau hak terpidana

untuk mengajukan permohonan Peninjauan Kembali dalam hal serta menurut cara yang

diatur dalam undang-undang”. (Pasal 1 butir 12 KUHAP)

TUJUAN

Tujuan Upaya Hukum adalah sebagai berikut :

1. Memperbaiki kekeliruan putusan

2. Mencegah kesewenangandan penyalahgunaan jabatan

3. Pengawasan terhadap keseragaman penerapan hukum

PEMBAGIAN

Berdasarkan sistematika KUHAP

(UU No. 8/1981 Bab XVIII), upaya hukum terdiri dari :

OBJEK

Objek dalam Upaya Hukum adalah Putusan Pengadilan.

Sebelum mengambil sikap atas putusan pengadilan, harus melakukan analisa putusan

pengadilan. Analisa putusan pengadilan mencakup :

Upa

ya H

ukum

Bia

sa

Perlawanan

(Ps. 156 KUHAP)

Banding(Ps.67, 233 s/d 234 KUHAP)

Kasasi(Ps. 244 s/d 258 KUHAP)

Upa

ya H

ukum

Lua

r B

iasa

Kasasi Demi Kepentingan Hukum

(Ps. 259 s/d 262 KUHAP)

Peninjauan Kembali

(Ps. 263 s/d 269 KUHAP)

1

Page 2: Upaya hukum dalam acara pidana

Apakah putusan pengadilan tersebut telah memenuhi syarat :

1. Putusan pemidanaan Ps. 197 (1) KUHAP

2. Putusan bukan pemidanaan Ps 199 (1,2)

Bagaimanakah status hukum putusan pengadilan :

1. Sudah berkekuatan hukum tetap atau belum

Apakah terdapat alasan sebagai dasar hukum untuk mengajukan upaya hokum

PENJELASAN PEMBAGIAN UPAYA HUKUM

I. UPAYA HUKUM BIASA

A. PERLAWANAN

PENGERTIAN PERLAWANAN

o Bagi Jaksa Penuntut Umum : Hak penuntut umum untuk tidak menerima

putusan (sela) hakim yang menyatakan bahwa pengadilan tidak berwenang

mengadili atau dakwaan tidak dapat diterima atau surat dakwaan harus

dibatalkan.

o Bagi terdakwa / penasehat hukumnya : Hak terdakwa / penasehat hukum untuk

tidak menerima putusan (sela) hakim yang menyatakan menolak keberatan

(eksepsi) yang daiajukan atas suatu perkara pidana di pengadilan negeri.

→ (Pasal 1 butir 12 jo. Pasal 156 ayat 1, 2 dan 3 KUHAP).

Diajukan kepada Pengadilan Tinggi melalui Pengadilan Negeri yang bersangkutan.

LANDASAN HUKUM PERLAWANAN

1. Pasal 156 KUHAP;

2. Instruksi Jaksa Agung RI Nomor : Ins-006/JA/4/1995 tanggal 24 April 1995

tentang Petunjuk Pelaksaan Penanganan Perkara Pidana Umum;

3. Keputusan Jaksa Agung RI Nomor Kep-518/J/JA/11/2001 tanggal 1 Nopember

2001 tentnag Perubahan Kepja Nomor : Kep-132/JA/1994 tanggal 7 Nopember

1994 tentanf Administrasi Perkara Tindak Pidana.

SYARAT-SYARAT PERLAWANAN

o Diajukan oleh Jaksa Penuntut Umum atau terdakwa/penasehat hukumnya;

2

Page 3: Upaya hukum dalam acara pidana

o Diajukan oleh Jaksa Penuntut Umum. Jaksa Penuntut Umum keberatan

terhadap putusan (sela) hakim yang menyatakan menerima keberatan yang

diajukan oleh terdakwa/penasehat hukumnya;

o Diajukan oleh terdakwa/penasehat hukumnya. Terdakwa/penasehat hukumnya

tidak menerima putusan (sela) hakim yang menyatakan menolak keberatan

yang diajukan;

o Keberatan yang diajukan Jaksa Penuntut Umum ataupun terdakwa/ penasehat

hukumnya meliputi bahwa pengadilan tidak berwenang mengadili perkaranya

atau dakwan tidak dapat diterima atau surat dakwaan harus dibatalkan.

ACARA DALAM PERLAWANAN

a. Terdakwa/penasehat hukumnya mengajukan keberatan, maka Jaksa Penuntut

Umum menyatakan pendapatnya.

b. Hakim mempertimbangakan keduanya untuk mengambil keputusan.

c. Putusan Hakim, dapat berisi :

o Keberatan diterima, maka perkara tidak dilanjutkan

o Keberatan tidak diterima, atau keberatan baru dapat diputus setelah

selesai pemeriksaan, maka persidangan dilanjutkan

d. Apabila Jaksa Penuntut Umum keberatan atas putusan hakim, maka Jaksa

Penuntut Umum mengajukan perlawanan kepada Pengadilan Tinggi melalui

pengadilan Negeri yang bersangkutan

e. Apabila perlawanan Jaksa Penuntut Umum diterima, maka dalam waktu 14 hari

Pengadilan Tinggi membatalkan putusan Pengadilan Negeri dan

memerintahkan untuk memeriksa perkara.

f. Dalam hal perlawanan diajukan bersama-sama dengan permintaan Banding

oleh terdakwa / penasehat hukumnya kepada Pengadilan Tinggi, maka dalam

waktu 14 hari sejak menerima perkara dan membenarkan perlawanan;

membatalkan putusan Pengadilan Negeri yang bersangkutan dan menunjuk

Pengadilan Negeri yan berwenang.

g. Pengadilan Tinggi menyampaikan salinan putusan kepada Pengadilan Negeri

yang berwenang dan Pengadilan Negeri yang semula mengadili perkara.

3

Page 4: Upaya hukum dalam acara pidana

h. Hakim ketua sidang karena jabatannya, walaupun tidak ada keberatan, setelah

mendengar penuntut umum dan terdakwa, dengan surat penetapan dapat

menyatakan bahwa pengadian tidak berwenang.

KEGIATAN JAKSA PENUNTUT UMUM

- Mempelajari putusan;

- Mengajukan perlawanan;

- Membuat risalah perlawanan (formulir P-40, terdapat dalam KEPJA No.

KEP-518/A/JA/11/2001;

- Mengirimkan / mengajukan risalah perlawanan;

- Mengikuti perkembangan perlawanan;

- Melaksanakan penetapan Pengadilan Tinggi;

- Tidak melakukan perlawanan.

PERMASALAHAN DALAM PERLAWANAN

1. Keberatan terdakwa / penasehat hukumnya

Pasal 156 (1) KUHAP menyebutkan ada 3 jenis keberatan, tetapi tidak

menyebutkan secara jelas.

Dalam praktek, alasan keberatan sebagai berikut :

- Keberatan mengenai “peradilan tidak berwenang mengadili”

- Keberatan mengenai “dakwaan tidak dapat diterima”

- Keberatan mengenai “surat dakwaan harus dibatalkan”

2. Pendapat Penuntut Umum

Setelah terdakwa/penasehat hukumnya mengajukan keberatan, maka

Jaksa Penuntut Umum menyampaikan pendapatnya (pasal 156 (1)

KUHAP)

Pendapat Jaksa Penuntut Umum harus memberikan alasan agar hakim

tidak menerima keberatan tersebut.

3. Sikap Penuntut Umum

Terhadap putusan sela hakim yang menerima keberatan

terdakwa/penasehat hukumnya mengenai “dakwaan tidak dapat diterima atau

surat dakwaan harus dibatalkan/batal demi hukum” dapat dipedoma sikap

Jaksa Penuntut Umum antar lain :

Dalam perkara terdakwa Djoko Tjandra

4

Page 5: Upaya hukum dalam acara pidana

Dalam perkara terdakwa Beddu Amang

4. Tenggang Waktu

Pasal 156 (3) KUHAP tidak menentukan tenggang waktunya, tapi

dalam praktek perlawanan diajukan segera setelah putusan (sela)

hakim diucapkan

Pasal 149 KUHAP, Jaksa Penuntut Umum diberi tenggang waktu 7

(tujuh) hari untuk mengajukan perlawanan kepada Pengadilan Tinggi.

B. BANDING

PENGERTIAN BANDING

Hak penuntut umum atau terdakwa untuk tidak menerima putusan pengadilan

tingkat pertama; kecuali putusan bebas, lepas dari segala tuntutan hukum dan

putusan dengan acara cepat.

→ Tata cara diatur dalam pasal 1 butir 12 jo pasal 67 jo pasal 233 s.d 243

KUHAP.

LANDASAN HUKUM BANDING

- Pasal 21 UU No. 4 Tahun 2004 tentang Kekuasaan Kehakiman;

- Pasal 67 dan pasal 233 s.d 243 KUHAP;

- SEJA No. SE-014/JA/8/1982 tentang Upaya Hukum Biasa;

- KEPJA No. KEP-518/JA/11/1994 tentang Adminstrasi Perkara Tindak

Pidana;

- INSJA No. INS-006/JA/4/1995 tentang Petunjuk Pelaksanaan Penanganan

Perkara Pidana Umum.

SYARAT-SYARAT BANDING

o Permintaan banding dapat diajukan oleh terdakwa/kuasanya atau Penuntut

Umum;

o Diajukan terhadap putusan pengadilan tingkat pertama (kecuali putusan bebas,

lepas dari segala tuntutan hukum dan putusan pengadilan acara cepat);

o Diajukan dalam waktu 7 hari setelah putusan;

o Terdakwa/kuasanya dan Jaksa Penuntut Umum dapat menyerahkan memori

banding/kontra memori banding selama Pengadilan Tinggi belum mulai

memeriksa perkara.;

5

Page 6: Upaya hukum dalam acara pidana

o Pemeriksaan tingkat banding merupakan pemeriksaan ulang terhadap berkas

perkara yang dimohonkan banding.

ACARA DALAM BANDING

Diatur dalam pasal 233 s.d 243 KUHAP, yaitu :

a. Permintaan banding diajukan dalam waktu 7 haru setelah putusan, jika lewat

maka dianggap menerima putusan;

b. Panitera Pengadilan Negeri membuat surat keterangan;

c. Selambatnya dalam 14 hari, panitera mengirimkan salinan putusan dan berkas

perkara ke pengadilan tinggi;

d. Selama 7 hari sebelum dikirim ke pengadilan tinggi, pemohon banding

mempelajari berkas perkara di pengadilan negeri;

e. Selama perkara tingkat banding belum mulai diperiksa terdakwa/Jaksa

Penuntut Umum dapat menyerahkan memori banding/kontra memori banding;

f. Diperiksa sekurang-kurangnya oleh 3 orang hakim;

g. Wewenang untuk menentuka penahanan beralih ke pengadilan tinggi;

h. Pengadilan Tinggi dapat memerintahkan Pengadilan Negeri untuk

memperbaiki adanya kelalaian dalam penerapan hukum acara pidana atau

kekeliruan atau ada yang kurang lengkap.;

i. Pengadilan Tinggi mengambil keputusan; apakah menguatkan atau mengubah

atau membatalkan putusan pengadilan negeri;

j. Salinan putusan berserta berkas perkara dikirim dalam waktu 3 hari ke

pengadilan negeri yang bersangkutan.

KEGIATAN JAKSA

- Menyatakan banding dalam waktu 7 hari setelah putusan pengadilan;

- Menandatangani akta permohonan banding;

- Memperoleh salinan putusan pengadilan;

- Mempelajari/meneliti berkas perkara;

- Menyusun memori banding / kontra memori banding;

- Mengikuti proses pengiriman berkas perkara;

- Mengikuti perkembangan penyelesaian banding.

PERMASALAHAN DALAM BANDING

6

Page 7: Upaya hukum dalam acara pidana

1. Alasan Banding

o KUHAP tidak menentukan hal apa saja yang dapat menjadi alasan banding

o Berdasarkan KEPJA No. KEP-518/A/JA/11/2001 dalam P-46,

dikemukakan beberapa hal yang dapat jadi pedoman, antara lain keberatan:

- Yang bersifat penghargaa suatu kenyataan

- Hasil pembuktian

- Penjatuhan hukuman

- Penggunaan keterangan saksi yang berlainan

- Siapa yang didengar sebagai saksi

- Dirampas tidaknya barang bukti

- Kekeliruan penafsiran unsur tindak pidana

- Alasan pembenar atau pemaaf,

- dsb..

2. Pedoman Banding

o Tidak terdapat petunjuk yang baku

o SEJA No. SE-001/JA/4/1995 tentang Pedoman Tuntutan Pidana, yaitu :

i. Bila terdakwa Banding, maka Jaksa Penuntut Umum harus

meminta banding, agar dapat mengajukan Kasasi (Pasal 43 UU

No. 14 Tahun 1985 tentang Mahkamah Agung R.I)

ii. Bila putusan kurang dari tuntutan pidana mati atau seumur hidup,

sekurang-kurangnya 20 tahun penjara, tidak harus banding

iii. Bila putusan hakim ½ dari tuntutan, tidak harus banding

iv. Bila putusan hakim 2/3 dari tuntutan, tidak harus banding.

C. KASASI

PENGERTIAN KASASI

Hak penuntut umum atau terdakwa untuk tidak menerima putusan pengadilan

tingkat pertama (PN); kecuali terhadap putusan bebas, lepas dari segala tuntutan

hukum dan putusan dengan acara cepat; dengan mengajukan kepada Mahkamah

Agung melalui PN yang bersangkutan.

→ Tata cara, diatur dalam pasal 1 butir 12 jo pasal 67 jo pasal 244 s.d 258

KUHAP.

7

Page 8: Upaya hukum dalam acara pidana

LANDASAN HUKUM KASASI

- Pasal 22 UU No. 4 Tahun 2004 tentang Kekuasaan Kehakiman;

- Pasal 30 dan 45A UU No. 5 Tahun 2004 tentang Perubahan atas UU No. 14

Tahun 1985 tentang Mahkmah Agung;

- Pasal 244 s.d 258 KUHAP;

- SEJA No. SE-014/JA/8/1982 tgl. 23 Agustus 1982 tentang Penggunaan Upaya

Hukum;

- Surat JAM PIDUM No. B-533/E/Epl/10/1993 Penggunaan Upaya Hukum

Kasasi terhadap putusan bebas;

- Surat JAM PIDSUS No. B-201/F/Fpt/5/1990 perihal Petunjuk Penyusunan

Memori Kasasi atas putusan bebas;

- Surat JAM PIDUM No. B-321/E/Ept.3/4/1991 perihal Petunjuk Tehnis

Penyusunan Memori Kasasi;

- KEPJA No. KEP-518/A/JA/11/2001 tentang Perubahan KEPJA No. KEP-

132/JA/11/1994 tentang Adminsitrasi Perkara Tindak Pidana;

- INSJA No. INS-006/JA/4/1995 tentang Petunjuk Pelaksanaan Penanganan

Perkara Pidana Umum.

SYARAT-SYARAT KASASI

- Diajukan oleh terdakwa dan penuntut umum;

- Diajukan terhadap putusan pengadilan tingakat terakhir selain MA, kecuali

terhadap putusan bebas;

- Pemeriksaan oleh MA, untuk menentukan :

- Apakah peraturan tidak diterapkan atau diterapkan tapi tidak semestinya

- apakah cara mengadili tidak dilaksanakan menurut ketentuan undang-

undang

- Apakah pengadilan telah melampaui batas kewenangannya.

- Perkara yang dibatasi pengajuan kasasinya :

- Putusan praperadilan

- Perkara yang ancaman pidananya paling lama 1 tahun dan atau

ancaman pidana denda.

- Permohonan diajukan dalam waktu 14 hari;

- Permintaan kasasi diajukan hanya sekali;

- Pemohon kasasi wajib mengajukan memori kasasi;

8

Page 9: Upaya hukum dalam acara pidana

- Pengajuan tambahan dalam memori kasasi atau kontra memori kasasi dapat

dilakukan oleh salah satu pihak.

ACARA DALAM KASASI

a. Permintaan diajukan kepada Panitera pengadilan yang memutus pada tingkat

pertama dalam waktu 14 hari;

b. Pemohon kasasi wajib mengajukan memori kasasi;

c. Jika dalam tenggang waktu 14 hari pemohon terlambat mengajukan memori

kasasi, maka haknya menjadi gugur;

d. Tembusan memori kasasi disampaikan kepada pihak lain yang berhak

mengajukan kontra memori kasasi;

e. Tambahan dalam memori kasasi atau kontra memori kasasi harus tetap dalam

tenggah waktu 14 hari;

f. Selambat-lambatnya dalam waktu 14 hari, permohonan kaasi selengkapnya

(berkas perkara, memori kasasi / kontra memori kasasi) disampaikan ke MA;

g. Wewenang untuk menentukan penahanan beralih kepada MA;

h. Pemeriksaan dilakukan sekurang-kurangnya oleh 3 orang hakim. Jika

diperlukan MA dapat mendengar sendiri keterangan terdakwa/saksi/ Jaksa

Penuntut Umum untuk memutuskan permohonan;

i. Putusan MA dapat berupa :

- Kasasi tidak dapat diterima (syarat-syarat formal tidak dipenuhi)

- Permohonan kasasi ditolak (tidak memenuhi ketentuan pasal 253

KUHAP)

- Permohonan kasasi terima.(memenuhi ketentuan pasal 253 KUHAP)

KEGIATAN JAKSA

- Melakukan penelitian apakah ada alasan untuk Kasasi;

- Menggunakan hak untuk berfikir sebelum menyatakan kasasi (pasal 248

KUHAP jo pasal 245 KUHAP);

- Mengajukan dan menandatangani akta permohonan kasasi;

- Memperoleh salinan putusan pengadilan;

9

Page 10: Upaya hukum dalam acara pidana

- Membuat dan mengajukan memori kasasi dan kontra memori kasasi (pasal

253 ayat 1 KUHAP dan pasal 248 ayat 1 KUHAP);

- Membuat dan mengajukan tambahan memori kasasi/kontra memori kasasi;

- Mengikuti proses pengiriman berkas permohonan kasasi ke MA (pasal 249

ayat 3 KUHAP);

- Mengikuti perkembangan penyelesaian permohonan kasasi.

PERMASALAHAN DALAM KASASI

1. Terhadap putusan bebas tidak dapat diajukan kasasi (pasal 244 KUHAP);

2. Yurisprudensi putusan MA No. 275K/Pid/1983 tanggal 15 Desember 1983

dalam perkara tindak pidana korupsi a.n terdakwa R. Sonson Natalegawa (Dir.

Bank Bumi Daya); dalam hal Jaksa Penuntut Umum akan mengajukan kasasi

terhadap putusan bebas, maka harus dipedomani sebagai berikut :

- Harus dibuktikan bahwa putusan bebas tersebut adalah putusan bebas

tidak murni

- Putusan bebas tidak murni adalah bila putusan tersebut didasarkan pada :

Penafsiran yang keliru terhadap sebutan yang ada dalam

surat dakwaan

Putusan tersebut sebenarnya merupakan putusan lepas dari

segala tuntutan hukum

Pengadilan telah melampaui batas wewenangnya

3. Setelah JPU dalam memori kasasi dapat membuktikan bahwa putusan bebas

tersebut adalah bukan bebas murni, baru selanjutnya mengajukan alasan

permohonan kasasi. (Pasal 253 ayat 1 KUHAP)

II. UPAYA HUKUM LUAR BIASA

A. KASASI DEMI KEPENTINGAN HUKUM

Pemeriksaan kasasi demi kepentingan hukum diatur oleh pasal 259 s/d 262

KUHAP.

Pasal 259 KUHAP :

10

Page 11: Upaya hukum dalam acara pidana

(1) Demi kepentingan hukum terhadap semua putusan yang telah memperoleh kekuatan

hukum tetap dari Pengadilan lain selain daripada Mahkamah Agung dapat diajukan

satu kali permohonan kasasi oleh Jaksa Agung.

(2) Putusan kasasi demi kepentingan hukum tidak boleh merugikan pihak yang

berkepentingan.

Alasan kasasi demi kepentingan hukum sama halnya dengan alasan kasasi pada

upaya hukum biasa sebagaimana diatur oleh pasal 253 KUHAP. Pasal 253 ayat (1)

KUHAP pada pokoknya mengatur bahwa pemeriksaan ditingkat kasasi adalah untuk

menentukan :

a. apakah benar suatu peraturan hukum tidak diterapkan atau diterapkan tidak

sebagaimana mestinya;

b. apakah benar cara mengadili tidak dilaksanakan menurut ketentuan undang-undang;

c. apakah benar pengadilan telah melampaui batas wewenangnya.

Ketiga hal ini dalam praktek dikenal dengan sebutan alasan kasasi.

Dari ketentuan tersebut dapat ditarik intinya bahwa keberatan terhadap putusan

yang dimintakan kasasi hanya terbatas pada masalah penerapan hukum saja dan tidak

boleh didasarkan kepada penilaian fakta. Dengan demikian alasan kasasi hanya ditujukan

kepada apakah putusan yang dimintakan kasasi itu bertentangan dengan hukum barulah

permohonan kasasi itu akan dipertimbangkan oleh Mahkamah Agung, tetapi jika alasan

kasasi itu ditujukan kepada fakta kejadian maka permohonan kasasi itu akan ditolak.

Untuk lebih memperjelas gambaran tentang alasan kasasi ini berikut ini dikemukan

beberapa contoh baik yang bukan merupakan alasan kasasi maupun yang tergolong

sebagai alasan kasasi, sebagai berikut :

1. Alasan yang bukan merupakan dasar hukum kasasi, misalnya

a. Penghargaan suatu kenyataan :

- Dalam perkara menyimpan senjata api tanpa hak :

“bahwa pistol yang berangkutan sudah rusak dan tidak dapat

ditembakkan”.

- Dalam kasus penadahan :

“bahwa terdakwa membeli barang tersebut dengan persangkaan baik”.

- Dalam perkara menista dengan surat :

“bahwa tulisan yang dianggap melanggar hukum itu tidak mengandung

penghinaan terhadp saksi”.

11

Page 12: Upaya hukum dalam acara pidana

b. Berat ringannya hukuman dalam batas maksimum yang ditentukan dalam

undang-undang.

c. Perihal siapa yang didengar sebagai saksi oleh judex factie.

d. Soal penyidik tidak mengadakan pemeriksaan ditempat keadian perkara.

2. Alasan salah menerapkan hukum sebagai dasar hukum untuk kasasi, misalnya :

a. Pembuktian kesalahan terdakwa atas keterangan seorang saksi yang berdiri

sendiri.

b. Menjatuhkan hukuman yang lain daripada yang ditentukan dalam pasal 10

KUHP.

c. Pembuktian kesalahan terdakwa atas pengakuan terdakwa tanpa dikuatkan oleh

bukti lain.

d. Perempuan yang dibujuk untuk melakukan perbuatan cabul eks pasal 293 KUHP

telah berusia 21 tahun, jadi telah dewasa.

Pernyataan Kasasi demi kepentingan hukum :

- Tidak terikat dengan waktu, dalam arti setiap saat dapat diajukan.

- Karena merupakan wewenang Jaksa Agung maka dalam pelaksanaannya Jaksa Agung

memberi kuasa khusus kepada Jaksa/Kajari setempat, kemudian atas nama Jaksa

Agung, Jaksa/Kajari mengajukan permohonan ke Pengadilan Negeri setempat.

B. PENINJAUAN KEMBALI

PENGERTIAN PENINJAUAN KEMBALI

Peninjauan Kembali merupakan Upaya Hukum Luar Biasa yang kedua setelah

Kasasi Demi Kepentingan Hukum. Peninjauan Kembali adalah Hak terpidana/ahli

warisnya ataupun Jaksa Penuntut Umum untuk mengajukan permintaan pemeriksaan

kepada Mahkamah Agung melalui Pengadilan Negeri terhadap putusan pengadilan

yang telah mempunyai kekuatan hukum tetap.

→ (pasal 263 ayat 2 KUHAP)

LANDASAN HUKUM PENINJAUAN KEMBALI

1. Pasal 23 UU R.I No. 4 Tahun 2004 tentang Kekuasaan Kehakiman;

2. Pasal. 66, 73 s/d 76 UU R.I No. 14 Tahun 1985 sebagaimana telah diubah dan

ditambah dengan UU R.I No. 5 Tahun 2004;

3. Pasal. 263 s/d 269 KUHAP;

12

Page 13: Upaya hukum dalam acara pidana

4. INSJA No. 006/JA/4/1995 tgl. 24 April 1995 tentang Petunjuk Pelaksanaan

Penanganan Perkara Pidum.

SYARAT-SYARAT PENINJAUAN KEMBALI

o Diajukan terhadap putusan pengadilan yang telah memperoleh kekuatan hukum

tetap;

o Diajukan oleh terpidana atau ahli warisnya;

o Permintaan Peninjauan Kembali tidak dibatasi jangka waktu;

o Diajukan hanya satu kali;

o Tidak dapat diajukan terhadap putusan Peninjauan Kembali;

o Tidak menangguhkan maupun menghentikan pelaksanaan dari putusan yang

telah mempunyai kekuatan hukum tetap;

o Peninjauan Kembali dilakukan atas dasar terdapat keadaan/bukti baru baru

(novum)

ACARA DALAM PENINJAUAN KEMBALI

Diatur dalam pasal 263 sampai dengan pasal 269 KUHAP, sebagai berikut :

a. Permintaan Peninjauan Kembali diajukan kepada Panitera Pengadilan yang

memutus perkaranya dalam tingkat pertama;

b. Ketua Pengadilan (setelah menerima Peninjauan Kembali), menunjuk Hakim

yang tidak memeriksa perkara semula;

c. Pemohon dan Jaksa ikut hadir dan dapat menyampaikan pendapatnya;

d. Dibuat berita acara pemeriksaan yang ditandatangani oleh Hakim, Jaksa,

Pemohon dan Panitera, dan atas dasar ini dibuat berita acara pendapat yg

ditandatangani oleh Hakim dan Panitera;

e. Ketua Pengadilan melanjutkan permohonan Peninjauan Kembali dilampiri

berkas perkara kepada Mahkamah Agung dgn tembusan kpd pemohon;

f. Apabila permintaan Peninjauan Kembali tidak memenuhi psl 263 (2) KUHAP,

Mahkamah Agung menyatakan Peninjauan Kembali tidak dapat diterima;

g. Apabila permintaan Peninjauan Kembali diterima, maka bila Mahkamah Agung

tidak membenarkan alasan pemohon, menolak permintaan Peninjauan Kembali

dengan menetapkan bahwa putusan yang dimintakan Peninjauan Kembali tetap

berlaku;

13

Page 14: Upaya hukum dalam acara pidana

h. Apabila Mahkamah Agung membenarkan alasan pemohon, membatalkan

putusan yg dimintakan Peninjauan Kembali, dan menjatuhkan putusan, dapat

berupa :

- Putusan bebas

- Putusan lepas dari segala tuntutan hukum

- Pututsan tidak dapat menerima tuntutan Jaksa Penuntut Umum

- Putusan dengan pidana yang lebih ringan

- Putusan yang dijatuhkan dalam Peninjauan Kembali tidak boleh melebihi

pidana dalam putusan semula

i. Salinana putusan Mahkamah Agung, dalam waktu 7 hari dikirim kepada

Pengadilan yang melanjutkan permintaan Peninjauan Kembali;

j. Isi putusan Mahkamah Agung segera diberitahukan kepada terdakwa dan Jaksa

Penuntut Umum oleh Panitera Pengadilan tsb.

KEGIATAN JAKSA DALAM PROSES PENINJAUAN KEMBALI

- Menerima dan mempelajari pemberitahuan Peninjauan Kembali;

- Mempelajari berkas permohonan Peninjauan Kembali;

- Menghadiri sidang pemeriksaan permohonan Peninjauan Kembali

(menyampaikan pendapatnya);

- Menandatangani BAP;

- Melaksanakan putusan Pengadilan.

PERMASALAHAN DALAM PENINJAUAN KEMBALI

1. Apakah Jaksa Penuntut Umum dapat menggunakan upaya hukum Peninjauan

Kembali? (pasal 263 (1) KUHAP hanya terpidana/ahli warisnya yang

dimungkinkan mengajukan Peninjauan Kembali)

2. Apa dasar hukum yang digunakan pihak jaksa penuntut umum untuk melakukan

upaya hukum Peninjauan Kembali?

14