Upload
khusnul-kotimah
View
2.367
Download
28
Embed Size (px)
Citation preview
URUTAN SURAT DAN AYAT AL-QUR’AN
MAKALAH
Diajukan Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah
" Ulummul Qur’an 2 "
Dosen Pengampu :
Afiful Ikhwan M.Pd.I
Disusun Oleh:
Yuni Mauli Devi
2013.4.047.0001.1.001712
PAI - Smt 3 / Campurdarat
SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM MUHAMMADIYAH
(STAIM) TULUNGAGUNG
November 2014
ii
KATA PENGANTAR
Syukur Alhamdulillah saya ucapkan kehadirat Allah SWT yang telah
melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya, sehingga saya dapat menyelesaikan
makalah ini.
Shalawat dan salam kepada junjungan Nabi besar Muhammad SAW
beserta keluarga dan sahabat-sahabatnya yang telah memperjuangkan Agama
Islam.
Kemudian dari pada itu, saya sadar bahwa dalam menyusun makalah ini
banyak yang membantu terhadap usaha saya, mengingat hal itu dengan segala
hormat saya sampaikan rasa terima kasih yang sedalam-dalamnya kepada :
1. Ketua Sekolah Tinggi Agama Islam Muhammadiyah (STAIM)
Tulungagung Bapak Nurul Amin, M.Ag
2. Dosen pengampu yang telah memberikan bimbingan dalam penyusunan
makalah ini Bapak Afiful Ikhwan, M.Pd.I
3. Teman – teman dan seluruh pihak yang ikut berpartisipasi dalam
penyelesaian makalah.
Atas bimbingan, petunjuk dan dorongan tersebut saya hanya dapat berdo' a
dan memohon kepada Allah SWT semoga amal dan jerih payah mereka menjadi
amal soleh di mata Allah SWT. Amin.
Dan dalam penyusunan makalah ini saya sadar bahwa masih banyak
kekurangan dan kekeliruan, maka dari itu saya mengharapkan keritikan positif,
sehingga bisa diperbaiki seperlunya.
Akhirnya saya tetap berharap semoga makalah ini menjadi butir-butir
amalan saya dan bermanfaat khususnya bagi saya dan umumnya bagi seluruh
pembaca. Amin Yaa Robbal 'Alamin.
(PENYUSUN)
iii
DAFTAR ISI
Halaman Judul ……………………………………………….…..… i
Kata Pengantar …………………………………………………..…. ii
Daftar Isi …………………………………………………..…. iii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah ……………………………...………… 1
B. Rumusan Masalah ……………………………………..………… 2
C. Tujuan Masalah ………………………………………………….. 2
BAB II PEMBAHASAN
URUTAN SURAT DAN AYAT AL-QUR’AN
A. Penjelasan Ayat Dalam Al-qur’an ………...…..... ……….......... ........ 3
B. Penjelasan Surat Dalam Al-qur’an ……….……………………… ..... 5
C. Penjelasan Ulama’ Tentang Surat At-Taubah Dan Al-Anfal ... ...……. 7
D. Pengertian Tanqis Al-Qur’an Dan Hukum Melakukannya .….... ..... 10
BAB III PENUTUP
Kesimpulan ……………………………………………..… .…….. 12
DAFTAR PUSTAKA ……………………………………………………… ..13
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Al-Qur`an sebagai pedoman hidup yang pertama bagi ummat Islam yang
bagi kaum Muslimin adalah kalamu-Allah yang diwahyukan kepada nabi
Muhammad melalui perantaraan Jibril selama kurang lebih dua puluh tiga tahun.
Kitab suci ini memiliki kekuatan luar biasa yang berada di luar kemampuan
apapun. Dimana Ayat-ayatnya telah berintraksi dengan budaya dan perkembangan
masyarakat yang dijumpainya. Kendati demikian, nilai-nilai yang
diamanahkannya dapat diterapkan pada setiap situasi dan kondisi.
Dan kandungan pesan Ilahi yang disampaikan Nabi pada permulaan abad ke-7 itu,
telah meletakkan baik untuk kehidupan individual dan sosial kaum mulimin dalam
segala aspeknya. Bahkan, masyarakat muslim mangawali eksistensinya dan
memperoleh kekuatan hidup dengan merespon dakwah Al-Qur`an, itulah
sebabnya, Al-Qur`an berada tepat di jantung kepercayaan muslim.
Lanjut dari pada itu setidaknya Al-Qur`an dapat difungsikan oleh Manusia di
bumi ini, sebagai sumber ajaran dan bukti kebenaran kerasulan Muhammad saw.
dimana Al-Qur`an memberikan berbagai norma keagamaan sebagai petunjuk bagi
kehidupan umat manusia untuk mencapai kebahagiaan di dunia dan di akhirat
yang merupakan akhir dari perjalanan hidup meraka.
Sebagai kitab suci al-Qur`an, sejak pewahyuannya hingga kini, telah mengarungi
sejarah panjang selama empat belas abad lebih. Diawali dengan penerimaan pesan
ketuhanan Al-Qur`an oleh Muhammad, kemudian penyampaiannya kepada
generasi pertama Islam yang telah menghafalnya dan merekamnya secara tertulis,
hingga stabilitas teks dan bacaannya yang mencapai kemajuan berarti pada abad
ke-3 H dan abad ke- 4 H serta berkulminasi dengan penerbitan edisi standar al-
Qur`an di Mesir pada 1342 H/1923, kitab suci kaum muslimin ini tetap
menyimpan sejumlah hikmah dalam berbagai tahapan perjalan sejarahanya.
2
B. Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah yang akan penulis bahas dalam makalah ini adalah
sebagai berikut:
1. Apakah urutan Ayat dalam Al-Qur`an itu tauqifi atau taufiqi ?
2. Apakah urutan Surat dalam Al-Qur`an itu tauqifi atau taufiqi ?
3. Bagaimana penjelasan ulama tentang surat At-Taubah dan Al-Anfal ?
4. Apa pengertian tanqis dan hukum melakukannya ?
C. Tujuan Masalah
1. Untuk Mengetahui urutan Ayat dalam Al-Qur`an itu tauqifi atau taufiqi
2. Untuk Mengetahui urutan Surat dalam Al-Qur`an itu tauqifi atau taufiqi
3. Untuk Mengetahui penjelasan ulama tentang surat At-Taubah dan Al-
Anfal
4. Untuk Mengetahui pengertian tanqis dan hukum melakukannya
3
BAB II
PEMBAHASAN
A. Penjelasan Urutan Ayat Dalam Al-Qur’an
1. Pengertian Ayat
Ayat menurut bahasa adalah tanda, alamat, bukti/dalil, dan mukjizat.
Sedangkan menurut istilah ayat mempunyai beberapa pendapat, yaitu:
a. Ayat adalah sejumlah kalam Allah yang masuk kedalam surah al-quran.
b. Ayat adalah bacaan yang tersusun dari beberapa kalimat sekalipun secara
taqdiri (perkiraan) yang memiliki permulaan atau bagian yang masuk
dalam surah.1
Dari dua definisi di atas dapat dikompromikan bahwa ayat adalah kalam Allah
yang berupa bacaan, terdiri dari kalimat atau beberapa kalimat sempurna,
mempunyai permulaan dan akhiran, dan yang merupakan bagian dari surah.
2. Jumlah Ayat Dalam Al-Qur’an
Para ulama berbeda pendapat tentang jumlat ayat dalam al-qur’an.
Menurut ibnu abbas berjumlah sebanyak 6.616 ayat. Adapun menurut
keterangan yang masyhur berjumlah 6.666 ayat, jumlah ini pada umumnya
yang paling mudah diingat oleh orang islam. Para ulama’ sepakat angka depan
dari jumlah ayat yaitu 6000, tetapi angka berikutnya diperselisihhkan. Diantara
mereka ada yang menghitung 6.213 ayat yaitu hitungan menurut penduduk
mekah, ada juga 6.214 ayat menurut penduduk madinah, ada juga yang
menghitung 6.216 menurut penduduk basrah, dan ada juga 6.236 menurut
penduduk kufah. Alasan perbedaan jumlah ayat ini diantaranya adalah:
1. Karena Nabi Muhammad SAW pada suatu ketika mewaqofkan pada akhir
suatu ayat (Fashilah), ketika sudah dimaklumi oleh para sahabat banyak
1Depag, 2008. Muqaddimah Tafsir Al Qur’an Al Karim. Depag RI:Jakarta.
4
dilain waktu beliau me-washal-kannya. Oleh sebagian sahabat menduga
bukan akhir ayat.
2. Para ulama juga berbeda pendapat dalam menghitung Fawatih as
suwar (permulaan surat) yang terdiri dari huruf hijaiyah (al ahruf almuqaa
tha’ah). Sebagian ulama menghitung Fawatih as suwar tersebut sebagai satu
ayat dan ulama lain tidak menghitungnya satu ayat. Seperti contoh sebagian
ulama menghitung المص suatu ayat tetapi mereka tidak
menghitung المر suatu ayat.
3. Urutan Ayat Dalam Al-Qur’an
Penempatan secara tertib urutan ayat-ayat Al-Quran adalah
bersifat Tauqifi, berdasarkan ketentuan dari Rasulullah SAW. Pendapat ini ini
banyak di dukung oleh beberapa ulama, seperti: Imam Zarkasih, Ahmad bin
Ibrahim bin Zubair Al-Andalusi. Imam As-Suyuti memperkuat ia berkata: baik
kesepakatan ulama’ maupun nash-nash menunjukkan bahwa sistimatika
ayat taufiqi mengikuti penetapan Rasulullah SAW tidak ada keraguan dalam
perkara tersebut, Jibril telah menurunkan ayat kepada Rasulullah, serta
mengarahkan tempatnya dalam setiap surat atau ayat yang turun sebelumnya,
maka Rasulullah menyuruh sekretarisnya untuk meletakkannya dan berkata
pada mereka: “letakkanlah ayat ini disurat yang disebut anu dan anu”, atau
“letakkanlah ayat ini ditempat ini”.
B. Penjelasan Urutan Surat Dalam Al-Qur’an
1. Pengertian Surat
Surah dalam bahasa Arab berarti manzilah atau kedudukan, syaraf atau
kemuliaan. Dan ada yang mengartikan ampas minuman yang tertinggal dalam
suatu cawan, seakan-akan hal itu memberikan pengertian bagian dari al-Qur’an.2
2DR. Dawud al-Aththar, Perspektif Baru Ilmu al-Qur’an,(Bandung: Pustaka Hidayah)
hal. 175.
5
Dari segi bahasa kata surah jamaknya suwar yang berarti kedukan atau tempat
yang tinggi. Sesuai dengan kedudukan Al-qur’an karena dia diturunkan dari
tempat yang tinggi yaitu Lauh Al-Mahfudz. Sedangkan menurut istilah surat
adalah sejumlah beberapa ayat Al-quran yang mempunyai permulaan dan akhiran.
Dari definisi ini dapat dipahami bahwa surah adalah kumpulan dari beberapa ayat,
maka tidak ada satu surah yang terdiri hanya satu ayat, dia harus memiliki
sejumlah ayat minimal 3 ayat seperti dalam surat Al-kautsar. Kumpulan
beberapa ayat ini syaratnya mempunyai permulaan dan akhiran. Jika terkumpul
sejumlah ayat meskipun banyak akan tetepi tidak mempunyai parmulaan dan
akhiran maka belum dinamai surat.3
2. Penamaan Surat
Tidak ada kesepakatan formal dikalangan sarjana muslim mengenai
penamaan ke 114 surah tersebut sekalipun tata urutannya telah ditetapkan dalam
mushaf usmani. Tidak jelas kapan munculnya nama-nama surah yang beragam
itu. Namun dikemukakan dugaan bahwa setelah adanya kodifikasi al-Qur’an baru
timbul nama-nama surah untuk memudahkan perujukannya dan sekitar
pertengahan abad ke-8 nama yang beragam itu telah memasyarakat.
Terkadang satu surah memiliki satu nama atau lebih.
Disamping itu, berdasarkan hadits marfu’ yang diriwayatkan oleh Abu
Ubaidah, dari Basyir, dari Qatadah, dari Abu al-Mulih dari Wailah bin Asyqa,
para ulama membagi Qur’an kepada empat bagian.4
Rasulullah bersabda : ”Aku diberi oleh Allah 7 surah thiwal sebagai isi
taurah, surah mi’un pada posisi injil, Matsani pada posisi zabur dan aku
dilebihkan dengan surah Mufasshal.
1. Thiwal berarti panjang-panjang dimulai dari surah Al-baqarah sampai at-
taubah. Ada 7 surat yaitu : Al Baqarah, Ali Imran, An Nisa’, Al Maidah,
3 Syamsu niar, dalam http://faqqihna.blogspot.com/2013/06, diakses pada Kamis 2
Oktober pukul 09:58
4Manna’ Khalil Al-Qaththan, Studi Ilmu-Ilmu Al-qur’an, Jakarta, Lintera Antar Nusa,
2006
6
Al An’am, Al A’raf, dan yang ke tujuh ada yang mengatakan Al Anfal dan
Al Bara’ah, juga termasuk karena tidak di pisahkan oleh basmallah di
antara keduanya. Ada pula yang berpendapat bahwa yang ke tujuh adalah
surat Yunus.
2. Almi’un yaitu dari surah 10-35 yang ayat-ayatnya sekitar 100 ayat.
3. Matsani berarti diulang-ulang mulai dari surah 35-49.
4. Mufasshal artinya terputus-putus karena ayatnya pendek-pendek, dimulai
dari surah Qaf sampai an-Nas. Al Mufashshal di bagi menjadi 3 :
1. Thiwal : di mulai dari surat Qaf atau Al Hujurat sampai dengan ‘Amma
atau Al Buruj.
2. Ausath : di mulai dari surat Amma atau Al Buruj sampai dengan Adh
Dhuha atau Al Bayyinah.
3. Qishar : di mulai dari Adh Dhuha atau Al Bayyinah sampai dengan An
Nas.5
3. Urutan Surat Dalam Al-Qur’an
Para ulama’ berbeda pendapat tentang tertib surat dalam Al-Quran, yakni:
1. Tauqifi dan ditangani langsung oleh Nabi sebagaimana diberitahukan oleh
Malaikat Jibril kepadanya atas perintah Allah. Kelompok ini berdalil
bahwa Rasulullah telah membaca beberapa surat secara tertib dalam
sholatnya. Ibn Abi Syaibah meriwayatkan, bahwa Nabi pernah membaca
beberapa surat mufassal (surat-surat pendek) dalam satu rakaat.
2. Ijtihad para sahabat, sebab ternyata ada perbedaan tertib didalam mushaf-
mushaf mereka. Misalnya mushaf Ali disusun menurut tertib nuzul, yakni
dimulai dengan Iqra’ kemudian Almudassir, lalu Nun dan seterusnya higga
akhir surat makiah dan madaniyah. Adapun dalam mushaf Ibnu Mas’ud
yang pertama ditulis adalah surat Al-Baqarah kemudian An-Nisa lalu Ali-
5Kamaluddin Marzuki, Ullumul Qur’an, Bandung , PT Remaja Posda Karya,1994.
7
Imran. Sedangkan dalam mushaf Ubay yang pertama ditulis adalah Al-
fatihah, Al-Baqarah, An-Nisaa’, lalu Ali Imran.
3. Sebagian surat tertibnya bersifat tauqifi dan sebagian lainnya berdasarkan
ijtihad para sahabat. Hal ini karena terdapat dalil yang menunjukan tertib
sebagian pada masa Nabi, misalnya keterangan yang menunjukkan tertib
as-sab’u ath-thiwal , al-hawanim dan al-mufassal pada masa hidup
Rasulullah.6
C. Penjelasan Ulama’ Mengenai Surat Al-Anfal Dan At-Taubah
Ada beberapa alasan tidak ditulisnya basmallah pada surah At-Taubah :
1. Kebiasaan orang-orang Arab yang tidak menuliskan basmallah pada surat-
surat yang ditujukan untuk pembatalan janji. Surah at-Taubah berisikan
perintah pembatalan janji orang-orang musyrikin karena mereka telah
mengingkari janji yang mereka buat.
2. Perkataan Usman bahwa surah Al-Anfal turun lebih dulu, kemudian turun
surah At-Taubah. Karena isinya hampir sama maka At-Taubah dianggap
bagian surah Al-Anfal. Tetapi Usman kemudian memisahkannya maka
tidak ditulis basmallah.7
Pada penulisan surat At-Taubah dalam mushaf Al-Qur'an, lafadz basmalah
tidak dicantumkan dipermulaan surat tersebut. Hal tersebut berbeda
dengan surat-surat yang lainnya yang mencantumkan basmallah di
permulaan ayat. Ada beberapa penjelasan dari para ulama mengapa
basmalah tersebut tidak dicantumkan di permulaan surat At-Taubah.
1. Pendapat Pertama
Al-Mubarrid berpendapat bahwa merupakan kebiasaan orang Arab
apabila mengadakan suatu perjanjian dengan suatu kaum kemudian
6 Muhammad Makmun Rasyid, dalam
http://pustakailmudotcom.wordpress.com/2012/06/26/ayat-dan-surat-dalam-al-quran/ diakses 29
Oktober 2014 pada pukul 09:53
7Al-Zarkasyi. Al-burhan, (Kairo: Dar al-Fikri, 2001)hal. 331
8
bermaksud membatalkan perjanjian tersebut, maka mereka menulis surat
dengan tidak mencantumkan basmallah di dalamnya. Maka ketika turun
surat baro'ah (At-taubah) yang memutuskan perjanjian antara Nabi SAW
dengan orang-orang musyrik, beliau mengutus Ali bin Abi Thalib ra.
kemudian membacakan surat tersebut tanpa mengucapkan Basmallah di
permulaannya. Hal ini sebagaimana kebiasan yang berlaku di bangsa
Arab.
2. Pendapat Kedua
Riwayat Ibnu Abi Syaibah dan Ibnu Mardawaih dari Ibnu Abbas ra.
bahwa ia pernah bertanya kepada Ali bin Abi Thalib tentang sebab
basmalah tidak ditulis di permulaan surat Baro'ah. Ali bin Abi Thalib ra.
menjawab, "Basmalah adalah aman (mengandung rasa aman) sedangkan
Baro'ah turun dengan pedang (berkaitan dengan peperangan)."
3. Pendapat Ketiga
Riwayat Ibnu Abi Syaibah, Ahmad, Abu Daud, at-Tirmidzi dan an-
Nasa'i dari Ibnu Abbas ra, bahwa beliau ra. pernah bertanya kepada
Utsman bin al-Affan ra, "Apa yang menjadi alasan Anda mencantumkan
surat At-Taubah setelah surat Al-Anfal, tanpa mencantumkan basmalah di
antara keduanya?" Beliau menjawab bahwa Rasulullah SAW apabila turun
suatu ayat, maka beliau akan memanggil para penulis wahyu dan berkata,
"Cantumkan ayat-ayat ini di surat yang disebutkan di dalamnya anu dan
anu. Surat Al-Anfal merupakan surat-surat yang pertama diturunkan di
Madinah, sedangkan Baro'ah merupakan surat yang terakhir turun. Dan
ternyata kisah yang terkandung di dalam kedua surat tersebut saling
menyerupai, sehingga aku mengira bahwa surat Bara'ah termasuk surat Al-
Anfal.
Kemudian Rasulullah SAW wafat sebelum sempat menjelaskan hal
tersebut. Oleh karena itu aku menggandengkan kedua surat tersebut dan
tidak mencantumkan basmallah di antara keduanya dan menempatkannya
9
dalam As-Sab'u Ath-Thiwal. (Tafsir Fathul-Qadir karya Imam Ali As-
Syaukani II/415-416).8
Mengenai hadis tentang surah Al-Anfal dan At-Taubah yang diriwayatkan
dari Ibn Abbas di atas, isnadnya dalam setiap riwayat berkisar pada Yazid al Farsi
yang oleh Bukhari dikategorikan dalam kelompok duafa’. Di samping itu dalam
hadis ini pun tedapat kerancuan mengenai penempatan basmallah pada permulaan
surah, yang mengesankan seakan-akan Usman menetapkannya menurut
pendapatnya sendiri dan meniadakannya juga menurut pendapatnya sendiri. Oleh
karena itu dalam komentarnya terdapat hadis tersebut dalam musnad Imam
Ahmad. Syaikh Ahmad Syakir, menyebutkan, “Hadis itu tak ada asal mulanya”
paling jauh hadis itu hanya menunjukan ketidaktertiban kedua surah tersebut.
Pendapat lain mengatakan:
Ketika Al-quran sudah hampir selesai dibukukan (dimushafkan)
terjadi perselisihan antara semua para Shahabat apakah Al Anfal (sebelum
At-Taubah) dan At-Taubah itu tergabung dalam satu surah atau terpisah.
Kalau benar satu surah, maka bacaan basmallah yang sebagai Fashil
(pemisah) antara surah-surah Al-Qur'an cuma dibaca di awal surah Al-
Anfal. Kalau benar dua surah yang terpisah, maka pada awal surah Al-
Anfal dibaca ada Basmallah dan juga pada awal surah At-Taubah juga
dibaca Basmallah.
Kedua pendapat ini sama-sama kuat, maka setelah semua Shahabat
bermusyawarah, maka diambil keputusan bahwa Al-Anfal dan At-Taubah
adalah 2 surah yang terpisah, tetapi pada awal surah At Taubah tidak
dibaca Basmalah.
Para Ulama masih berselisih mengenai hal ihwal larangan tersebut.
Syeikh Al-Ramli mengatakan makruh membaca Basmallah di awal surah
al-Taubah dan sunat di pertengahannya. Imam Ibnu Hajar, Syeikh al-
8Dwi Santosa Pambudi, Mengapa Surah At Taubah Tidak Diawali Dengan Basmalah?,
dalam http://dwisantosapambudi.blogspot.com/2012/11/mengapa-surah-at-taubah-tidak-
diawali.html, diakses pada Rabu, 24 september 2014 pukul 09.37
10
Khatib dan Imam al-Syatibi mengatakan haram membaca Basmalah di
permulaan surah At-Taubah dan makruh di pertengahan.
Itulah beberapa pendapat mengenai alasan tidak dicantumkannya
basmalah di permulaan surat At-Taubah. Oleh karena itu jika kita
membaca surat tersebut dari permulaannya, maka kita hanya disunahkan
mengucapkan ta'awudz saja tanpa basmalah. Demikian halnya jika kita
membaca dari pertengahannya. Kita juga cukup membaca ta'awudz saja.
Untuk menggantikan bacaan basmalah pada awal surat ini, biasanya
beberapa mushof menyertakan bacaan ta’awudz yang khusus untuk
mengawali surat ini. Bacaan Ta’awudz tersebut adalah sebagai berikut :
“A'uudzubillaahi minannaari wa minsyarril kuffaar wa min ghodlobil
jabbaar. Al 'izzatulillahi wa lirosuulihii wa lilmu'miniin”.9
D. Pengertian Tanqis Al-Qur’an Dan Hukum Melakukannya
1. Pengertian Tanqis
Tanqis berasal dari kata نقص ينقص تنقصا yang artinya pengurangan. Al-
Qur’an adalah kitab Allah yang paling agung yang diturunkan oleh Allah melalui
malaikat jibril kepada makhluk termulia yaitu Nabi Muhammad SAW., dan
kepada umat termulia yang ditampilkan kepada manusia dengan penuturan dan
kefasihan bahasa terbaik yaitu bahasa arab yang jelas.
Tanqis Al-Qur’an adalah membaca Al-Qur’an secara tidak teratur.
Misalnya mencampurkan ayat yang berbeda dalam shalat yang di gabung.
Contohnya membaca ayat dengan terbalik, ayat 5 kemudian 4 kemudian 3 sampai
seterusnya, meskipun bacanya benar tapi itu tidak boleh. Atau misalnya
mencampur potongan ayat satu dengan ayat lain di jadikan satu.
2. Hukum Melakukannya
Hukumnya haram, tidak diperbolehkan menurut jumhur ulama’. Diantara
ulama’ yang memilih ini adalah Imam Nawawi. Sungguh Allah telah menjamin
9 Ahmad yusuf, Larangan bacaan Basmallah pada surat attaubah , dalam
http://www.fikihkontemporer.com/2012/07/ larangan-bacaan-basmallah-pada-surat.html, diakses
pada Rabu, 24 september 2014 pukul 09.37
11
keasliannya sehingga selamat dari revisi (perubahan) baik berupa penambahan
atau pengurangan. Tapi pembahasan tanqis dalam Al-Qur’an ada juga tanqis surah
yang tu diperbolehkan. Contohnya baca surah Al-Fatihah dan An-Nas, lalu rokaat
kedua baca Al-Fatihah lalu Al-Baqarah itu diperbolehkan.
12
BAB III
PENUTUP
KESIMPULAN
1. Penempatan secara tertib Urutan Ayat-Ayat Al-Quran adalah
bersifat Tauqifi, berdasarkan ketentuan dari Rasulullah SAW.
2. Sedangkan urutan Surat Dalam Al-Qur’an, Para ulama berbeda pendapat tentang
tertib surat dalam Al-Quran, yakni:
Tauqifi dan ditangani langsung oleh Nabi sebagaimana diberitahukan oleh
Malaikat Jibril kepadanya atas perintah Allah.
Ijtihad para sahabat, sebab ternyata ada perbedaan tertib didalam mushaf-
mushaf mereka.
Sebagian surat tertibnya bersifat tauqifi dan sebagian lainnya berdasarkan
ijtihad para sahabat
3. Penjelasan ulama tentang surat At-Taubah dan Al-Anfal.
a. Ada beberapa alasan tidak ditulisnya basmallah pada surah at-Taubah :
Kebiasaan orang-orang Arab yang tidak menuliskan basmallah pada
surat-surat yang ditujukan untuk pembatalan janji.
Perkataan Usman bahwa surah al-Anfal turun lebih dulu, kemudian turun
surah at-Taubah.
b. Alasan tidak ditulisnya basmallah pada surah at-Anfal : Ketika Al-quran sudah
hampir selesai dibukukan (dimushafkan) terjadi perselisihan antara semua para
Shahabat apakah Al Anfal (sebelum At taubah) dan At taubah itu tergabung dalam
satu surah atau terpisah. Kalau benar satu surah, maka bacaan basmalah yang
sebagai Fashil (pemisah) antara surah-surah Al Qur'an cuma dibaca di awal surah
Al Anfal.
4. Tanqis berasal dari kata نقص ينقص تنقصا yang artinya pengurangan. Tanqis Al-
Qur’an adalah membaca Al-Qur’an secara tidak teratur. Hukumnya haram, tidak
boleh menurut jumhur ulama’.
13
DAFTAR PUSTAKA
Depag, 2008. Muqaddimah Tafsir Al Qur’an Al Karim. Depag RI:Jakarta.
Al-Aththa , DR. Dawud , Perspektif Baru Ilmu al-Qur’an,(Bandung: Pustaka
Hidayah) hal. 175. Dalam http://faqqihna.blogspot.com/2013/06, diakses pada Kamis 2 Oktober pukul 09:58
Al-Qaththan , Manna’ Khalil. 2006. Studi Ilmu-Ilmu Al-qur’an, Jakarta, Lintera Antar Nusa
Al-Zarkasyi. Al-burhan. 2001. Kairo: Dar al-Fikri
Marzuki , Kamaluddin. 1994. Ullumul Qur’an, Bandung , PT Remaja Posda
Karya, Dalam http://pustakailmudotcom.wordpress.com/2012/06/26/ayat-
dan-surat-dalam-al-quran/ diakses 29 Oktober 2014 pada pukul 09:53
Pambudi, Dwi Santosa, Mengapa Surah At Taubah Tidak Diawali Dengan Basmalah?, dalam http://dwisantosapambudi.blogspot.com/2012/11/mengapa-surah-at-
taubah-tidak-diawali.html, diakses pada Rabu, 24 september 2014 pukul 09.37
Yusuf , Ahmad, Larangan bacaan Basmallah pada surat attaubah , dalam
http://www.fikihkontemporer.com/2012/07/larangan-bacaan-basmallah-
pada-surat.html, diakses pada Rabu, 24 september 2014 pukul 09.37