37
NAMA : NURHIDAYAH NIM : 061011381419055 PENDIDIKAN KIMIA PALEMBANG UTS TAKEHOME PENGANTAR PENDIDIKAN SEMESTER 1 (GANJIL) 1. Dunia pendidikan mempelajari hakikat perkembangan manusia, jelaskan mengapa ? Hakikat Manusia Tuhan menciptakan mahluk hidup diduinia ini atas berbagai jenis dan tingkatan. Dari berbagai jenis dan tingkatan mahluk hidup tersebut manusia adalah mahluk yang paling mulia dan memiliki berbagai kelebihan. Keberadaan manusia apabila dibandingkan dengan mahluk lain(hewan), selain memiliki insting sebagaimana yang dimiliki hewan, manusia adalah mahluk yang memiliki beberapa kemampuan antara nafsu, berfikir, rasa keindahan, perasaan batiniah, harapan, menciptakan dan lain-lain.sedangkan kemampuan hewan lebih bersifat insting dan kemampuan berfikir yang rendah untuk mencari makan, mempertahankan diri dan mempertahankan kelangsungan hidup jenisnya.lain halnya dengan manusia, selain memiliki insting manusia juga mampu berfikir(homo sapiens), mampu mengubah dan menciptakan segala sesuatu sesuai dengan rasa keindahan dan kebutuhan hidupnya. Lebih dari itu manusia adalah mahluk moral dan religious. Dari penjelasan tentang perbedaan manusia dan hewan, maka mucul beberapa pandangan tentang hakikat manusia sebagai berikut: 1 Pandangan psikoanalitik a) Tokoh psikoanalitik (Hansen, stefic, wanner, 1977) menyatakan bahwa manusia [ada dasarnya digerakkan oleh dorongan-dorongan dari dalam dirinya yang bersifat

Uts pengantar pendidikan

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: Uts pengantar pendidikan

NAMA : NURHIDAYAHNIM : 061011381419055PENDIDIKAN KIMIA PALEMBANGUTS TAKEHOME PENGANTAR PENDIDIKANSEMESTER 1 (GANJIL)

1. Dunia pendidikan mempelajari hakikat perkembangan manusia, jelaskan mengapa ?

Hakikat Manusia

Tuhan menciptakan mahluk hidup diduinia ini atas berbagai jenis dan tingkatan. Dari berbagai jenis dan tingkatan mahluk hidup tersebut manusia adalah mahluk yang paling mulia dan memiliki berbagai kelebihan.

Keberadaan manusia apabila dibandingkan dengan mahluk lain(hewan), selain memiliki insting sebagaimana yang dimiliki hewan, manusia adalah mahluk yang memiliki beberapa kemampuan antara nafsu, berfikir, rasa keindahan, perasaan batiniah, harapan, menciptakan dan lain-lain.sedangkan kemampuan hewan lebih bersifat insting dan kemampuan berfikir yang rendah untuk mencari makan, mempertahankan diri dan mempertahankan kelangsungan hidup jenisnya.lain halnya dengan manusia, selain memiliki insting manusia juga mampu berfikir(homo sapiens), mampu mengubah dan menciptakan segala sesuatu sesuai dengan rasa keindahan dan kebutuhan hidupnya. Lebih dari itu manusia adalah mahluk moral dan religious.

Dari penjelasan tentang perbedaan manusia dan hewan, maka mucul beberapa pandangan tentang hakikat manusia sebagai berikut:

1 Pandangan psikoanalitik

a) Tokoh psikoanalitik (Hansen, stefic, wanner, 1977) menyatakan bahwa manusia [ada dasarnya digerakkan oleh dorongan-dorongan dari dalam dirinya yang bersifat instingtif. Tingkah laku seseorang ditentukan dan dikontrol oleh kekuatan psikologis yang sudah ada pada diri seseorang, tidak ditentukan oleh nasibnya tetapi diarahkan untuk memenuhi kebutuhan dan insting biologisnya.

b) Sigmund freud mengemukakan bahwa struktur kepribadian seseorang terdiri dari tiga komponen yakni: ide, ego, super ego. Masing-masing komponen tersebut merupakan berbagai insting kebutuhan manusia yang mendasari perkembangan manusia.

2 Pandangan Humanistik

a) Pandangan Humanistik(Hansen, dkk, 1977) menolak pandangan Freud bahwa manusia pada dasarnya tidak rasional, tidak tersosialisasikan dan tidak memiliki control terhadapnasibnya sendiri. Tokoh Humanistik (Roger) berpendapat bahwa manusia itu

Page 2: Uts pengantar pendidikan

memiliki dorongan untuk menyerahkan dirinya sendiri kearah positif, manusia itu rasional, tersosialisasikan, mengatur, dan mengontrol dirinya sendiri.

b) Pandangan Adler (1954), bahwa manusia tidak semata-mata digerakkan oleh dorongan untuk memuaskan dirinya sendiri, namun digerakkan oleh rasa tanggung jawab social serta oleh kebutuhan untuk mencapai sesuatu.

3 Pandangan Martin Buber

Mrtin Buber (1961) tidak sependapat dengan pandangan yang menyatakan bahwa manusia berdosa dan dalam gengaman dosa. Buber berpendapat bahwa manusia merupakan sesuatu keberadaan (eksistensi) yang berpotensi. Namun, diharapkan pada kesemestaan atau potensi manusia itu terbatas.Keterbatasan ini bukanlah keterbatasan yang mendasar (esensial), tetapi keterbatsan factual semata-mata. Ini berarti bahwa yang akan akan dilakukan oleh manusia ini tidak dapat diramalkan dan manusia masih menjadi pusat ketakterdugaan dunia.

4 Pandangan Behaviouristik

Kaum behaviouristik (Hansen, dkk, 1977) berpendapat bahwa manusia sepenuhnya adalah mahluk reaktif yang tingkah lakunya dikontrol oleh fakto-fakto yang datang dari luar. Lingkungan adalah penentu tunggal dari tingkah laku manusia. Dengan demikian kepribadian individu dapat dikembalikan semata-mata kepada hubungan antara individu dengan lingkungannya, hubungan itu diatur oleh hokum-hukum belajar, seperti teori pembiasaan (conditing) dan peniruan.

Setelah mengikuti beberpa pendapat tentang manusia diatas dapat ditarik beberapa pengertian bahwa:

1) Manusia pada dasarnya memiliki “teanga dalam” yang mengerakkan hidupnya untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhannya.

2) Dlam diri manusia ada fungsi yang bersifat rasional dan bertanggung jawab atas tingkah laku social dan rasional individu.

3) Manusia mampu mengarahkan dirinya ke tujuan posotif, mampu mengatur dan mengontrol dirinya dan mampu menetukan “nasibnya” sendiri.

4) Manusia pada hakikatnya dalam proses berkembang terus tidak pernah selesai.

5) Dalam hidupnya individu melibatkan dirinya dlam usaha untuk mewujudkan dirinya sendiri, membantu orang lain, dan membantu dunia lebih baik untuk ditempati.

6) Manusia merupakan suatu keberadaan berpotensi yang perwujudannya merupakan ketakterdugaan, namun potensi ini terbatas.

Page 3: Uts pengantar pendidikan

7) Manusia adalah mahluk tuhan yang mengandung kemungkinan baik dan jahat.

8) Lingkungan adalah penentuan tingkah laku manusia dan tingkah laku ini merupakan wujud kepribadian manusia.

Hakikat Manusia Dengan Dimensi-Dimensinya

Secara filosofis hakikat manusia merupakan kesatauan dari potensi-potensi esensial yang ada pada diri manusia, yakni: Manusia sebagai mahluk pribadi/individu, Manusia sebagai mahluk social, manusia sebagai mahluk susila/moral. Ketiga hakikat manusia tersebut diatas dapat dijabarkan sebagai berikut:

1) Manusia sebagai mahluk pribadi/individu (individual being)

Lysen mengartikan individu sebagai “orang seorang” sesuatu yang merupakan suatu keutuhan yang tidak dapat dibagi-bagi (in divide). Selanjutnya individu diartikan sebgai pribadi. Karena adanya individualitas itu setiap orang memliki kehendak, perasaan, cita-cita, kencerungan, semangat dan daya tahan yang berbeda.

Kesangupan untuk memikul tanggung jawab sendiri merupakan cirri yang sangat esensial dari adanya individualitas pada diri manusia. Sifat-sifat sebagaimana digambarkan diatas secara potensial telah dimiliki sejak lahir perlu ditumbuh kembangkan melalui pendidikan agar bisa menjadi kenyataan. Sebab tanpa di bina, memlalui pendidikan, benih-benih individualitas yang sangat berharga itu yang memungkinkan terbentuknya sesuatu kepribadian seseorang tidak akan terbentuk semestinya sehingga seseorang tidak memiliki warna kepribadian yang khas sebagai milikinya. Padahal fungsi utama pendidikan adalah membantu peserta didik untuk membentuk kepribadiannya atau menemukan kepribadiannya sendiri. Pola pendidikan yang brsifat demokratis dipandang cocok untuk mendorong bertumbuh dan berkembangannya potensi individualitas sebagaimana dimaksud. Pola pendidikan yang menghambat perkembangan individualitas (misalnya yang bersifat otoriter ) dalam hubungan ini disebut pendidikan yang patologis

2) Manusia sebagai mahluk social / dimensi social

Setiap anak dikaruniai kemungkinan untuk bergaul. Artinya, setiap orang dapat saling berkomunikasi yang pada hakikatnya di dalamnya terkadung untuk saling memberikan dan menerima. Adanya dimensi kesosialan pada diri manusia tampak lebih jelas pada dorongan untuk bergaul. Dengan adanya dorongan untuk bergaul, setiap orang ingin bertemu dengan sesamanya.

Seseorang dapat mengembangkan kegemarannya, sikapnya, cita-citanya didalam interaksi dengan sesamanya. Seseorang berkesempatan untuk belajar dari orang lain, mengidentifikasikan sifat-sifat yang di kagumi dari orang lain untuk dimilikinya, serta menolak sifat yang tidak di cocokinya. Hanya didalam berinteraksi dengan sesamanya, dalam saling menerima dan member, seseorang menyadari dan menghayati kemanusiaanya.

Page 4: Uts pengantar pendidikan

3) Manusia sebagai mahluk susila/ dimensi kesusialaan

Susila berasaldari kata su dan sial yang berarti kepantasan yang lebih tinggi. Akan tetapi didalam kehidupan bermasyarakat orang tidak cukup hanya berbuat yang pantas jika didalam yang pantas atau sopan itu misalnnya terkandung kejahatan terselubung. Karean itu maka pengertian yang lebih. Dalam bahasa ilmiah sering digunakan dua macam istilah yang mempunyai konotasi berbeda yaitu, etiket (persoalan kepantasan dan kesopanan) dan etika (persoalan kebaikan). Kesusilaan diartikan mencakup etika dan etiket. Persoalan kesusilaan selalu berhubungan erat dengan nilai-nilai. Pada hakikatnya manusia memiliki kemampuan untuk mengambil keputusan susila, serta melaksanakannya sehingga dikatakan manusia itu adalah mahluk susila.

Pengembangan Dimensi-Dimensi Hakikat Manusia

Sasaran pendidikan adalah manusia sehingga dengan sendirinya pengembangan dimensi hakikat manusia menjadi tugas pendidikan. Meskipun pendidikan itu pada dasarnya baik tetapi dalam pelaksanaanya mungkin saja bisa terjadi keslahan-kesalahan yang lazimnya disebut salah didik. Sehubugan dengan itu ada dua kemungkinan yang bisa terjadi yaitu:

5 Pengembangan yang utuh

Tingkst krutuhan perkembangan dimensi hakikat manusia ditentukan oleh dua faktor, yaitu kualitas dimensi hakikat manusia itu sendiri dan kualitas pendidikan yang disediakan untuk memberikan pelayanan atas perkembangannya.

Selanjutnya dengan itu ada dua kemungkinan yang bisa terjadi, yaitu:

a) Dari wujud dimensinya

Keutuhan terjadi antara aspek jasmani dan rohani, antara dimensi keindividualian, sesosialan,kesusilaan dan keberagamaan, antar aspek kognitif. Afektif dan psikomotorik. Pengembangan aspek jasmanisah dan rohaniah dikatakan utuh jika keduanya mendapat pelayanan secara seimbang. Pengembangan dimensi keindividualan, kesosialan,kesusilaan dan keberagamaan dikatakan utuh jika semua dimensi tersebut mendapatkan layanan dengan baik, tidak terjadi pengabaian terhadap salah satunya. Pengembangan domain kognitif, afektif dan psikomotor dikatakan utuh jika tiga-tiganya mendapat pelayanan yang berimbang.

b) Dari arah pengembangan

Keutuhan pengembangan dimensi hakikat manusia dpat diarahkan kepada pengembangan dimensi keindividualan, kesosialan, kesusilaan dam kebergamaan secara terpadu. Dapat disimpulkan bahwa pengembangan dimensi hakikat manusi yang utuh diartikan sebagai pembinaan terpadu terhadap dimensi hakikat manusia sehingga dapat tumbuh dan

Page 5: Uts pengantar pendidikan

berkembang seacra selaras. Perkrmbangan di maksud mencakup yang horizontal (yang menciptakan keseimbangan) dan yang bersifat vertical (yang menciptakan ketinggian martabat manusia). Dengan demikian totalitas membentuk manusia yang utuh.

6 Pengembangan yang tidak utuh

Pengembangan yang tidak utuh terhadap dimensi hakikat manusia akan terjadi didalam proses pengembangan jika ada unsure dimensi hakikat manusia yang terabaikan untuk ditangani, misalnya dimensi kesosialan didominasi oleh pengembangan dimensi keindividualan ataupun domain afektif didominasi oelh pengembangan dimensi keindividualan atupun domain afektif didominasi oleh pengembangan domain kognitif. Demikian pula secara vertical ada domain tingkah laku terabaikan penanganannya. Pengembangan yang tidak utuh berakibat terbentuknya kepribadian yang pincang dan tidak mentap pengambangan semacam ini merupakan pengembangan yang patologis.

Sosok Manusia Indonesia

Sosok manusia Indonesia seutuhnya telah di rumuskan di dalam GBNH mengenai arah pembangunan jangka panjang. Dinyatakan bahwa pembangunan nasional dilaksanakan di dalam rangka pembangunan manusia Indonesia seutuhnya dan pembangunan seluruh masyarakat Indonesia. Hal ini berarti bahwa pembangunan itu tidak hanya mengejar kemajuan lahirlah, sperti pangan, sandang, perumahan, kesehatan atupun kepuasaan batiniah seperti pendidikan, rasa aman, bebas mengeluarkan pendapat yang bertanggung jawab atau rasa keadilan, melainkan keselarasan, keserasian dan kseimbangan antara kedua sekaligus batiniah.

Selanjutnya juga diartikan bahwa pembangunan itu merata diseluruh tanah air, bukan hanya untuk golongan atau sebagian dari masyarakat. Salanjutnya juga di artikan sebagai keselarasan hubugan antara manusia dan tuhannya, antara sesama manusia, antara manusia dengan lingkungan alam sekitarnya, keserasian hubungan antara bangsa-bangsa dan juga keselarasan antara cita-cita hidup di dunia dengan kebahagiaan diakhirat.

2. Jelaskan landasan dan asas pendidikan di Indonesia ?

Landasan Pendidikan di Indonesia

Praktek pendidikan diupayakan pendidik dalam rangka memfasilitasi peserta didik agar mampu mewujudkan diri sesuai kodrat dan martabat kemanusiaannya. Semua tindakan pendidik diarahkan kepada tujuan agar peserta didik mampu melaksanakan berbagai peranan sesuai dengan statusnya, berdasarkan nilai-nilai dan norma-norma yang diakui. Dalam pernyataan di atas tersurat dan tersirat bahwa pendidikan berfungsi untuk memanusiakan manusia, bersifat normatif, dank arena itu mesti daapt

Page 6: Uts pengantar pendidikan

dipertanggungjawabkan. Sehubungan dengan hal diatas, praktek pendidikan tidak boleh dilaksanakan secara sembarang, sebaliknya harus dilaksanakan secara didasari dan terencana. Artinya, praktek pendidikan harus memiliki suatu landasan yang kokoh, jelas dan tepat tujuannya, tepat isi kurikulumnya, dan efisien serta efektif cara-cara pelaksanaannya.Implikasinya, dalam rangka pendidikan mesti terdapat momen berpikir dan momen bertindak, mesti terdapat momen studi pendidikan dan momen praktek pendidikan. Sebelum melaksanakan prakterk pendidikan, diantaranya mengenai landasan-landasannya. Sebab, landasan pendidikan akan menjadi titik tolak praktek pendidikan. Landasan pendidikan akan menjadi titik tolak dalam menetapkan tujuan pendidikan, memilih isi pendidikan, memilih cara-cara pendidikan. dst. Dengan demikian praktek pendidikan diharapkan menjadi mantap, sesuai dengan fungsi dan sifatnya, serta betul-betul akan dapat dipertanggungjawabkan.

3.1.1. Landasan Filosofi Pendidikan

Pendidikan merupakan topik yang senantiasa menarik untuk dikaji dan dikembangkan, baik secara teoritis dan praktis maupun secara filosofis. Teori dan praktik dalam dunia pendidikan mengalami perkembangan seiring dengan semakin meningkatnya peradaban manusia. Kalau dahulu pendidikan dapat berlangsung melalui interaksi antara manusia, di zaman modern ini pendidikan dapat berlangsung

melalui interaksi dengan teknologi. Dalam hal ini, ruang dan waktu seolah tidak lagi menjadi pembatas dalam interaksi antara manusia termasuk dalam dunia pendidikan. Realitas dalam abad ke-20, pendidikan seolah terjerembab dalam ketersesatan lembaga penyelenggara pendidikan yang menggunakan pola pikir linier dan arogansi dalam memetakan masa depan (Harefa, 2000). Pendidikan terutama diorientasikan untuk mendapatkan pengetahuan dan keterampilan yang dapat digunakan dalam menjalankan tugas professional dan tugas-tugas lain dalam kehidupan. Namun, Seiring gencarnya perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, dunia pendidikan pun mengalami perkembangan yang pesat. Sebagaimana adanya, perkembangan dalam dunia pendidikan terinspirasi melalui semakin meningkatnya kesadaran eksistensial praktisi dan pemikir pendidikan yakni hakekat diri sebagai manusia. Pendidikan sebagai ilmu bersifat multidimensional baik dari segi filsafat (epistemologis, aksiologis, dan ontologis) maupun secara ilmiah. Teori yang dianut dalam sebuah praktek pendidikan sangat penting, karena pendidikan menyangkut pembentukan generasi dan semestinya harus dapat dipertanggungjawabkan. Proses pendidikan merupakan upaya mewujudkan nilai bagi peserta didik dan pendidik, sehingga unsur manusia yang dididik dan memerlukan pendidikan dapat menghayati nilai-nilai agar mampu menata perilaku serta pribadi sebagaimana mestinya. Sebagai contoh, dalam wacana keindonesiaan pendidikan semestinya berakar dari konteks budaya dan karakteristik masyarakat Indonesia, dan untuk kebutuhan masyarakat Indonesia yang terus berubah. Menurut Kusuma (2007), hal ini berarti bahwa sebaiknya pendidikan tidak dilakukan kecuali oleh orang-orang yang mampu bertanggung jawab secara rasional, sosial dan moral. Menurut Wen (2003), di zaman yang berbeda-beda tuntutan terhadap talenta dan spesialisasi individu juga berbeda-berbeda. Zaman agrikulutur menuntut orang bekerja keras dan mencari nafkah lewat kerja fisik, zaman industri menuntut standarisasi dan tidak menekankan kualitas

Page 7: Uts pengantar pendidikan

dan talenta individual, dan zaman

internet adalah zamannya untuk membebaskan kualitas-kualitas khusus individual yang seringkali tertindas di zaman industri. Oleh karena itu, seharusnya sifat dan kualitas pendidikanpun berubah sesuai zaman dan harus diletakkan landasan bagi pendidikan beraspek multi. Berbicara tentang landasan filosofis pendidikan berarti berkenaan dengan tujuan filosofis suatu praktik pendidikan sebagai sebuah ilmu. Oleh karena itu, kajian yang dapat dilakukan untuk memahami landasan filosofis pendidikan adalah dengan menggunakan pendekatan filsafat ilmu yang meliputi tiga bidang kajian yaitu ontologi, epistimologi dan aksiologi. Menurut Tirtarahardja dan La Sulo (2005), landasan filosofis bersumber dari pandangan-pandangan dalam filsafat pendidikan, menyangkut keyakinan terhadap hakekat manusia, keyakinan tentang sumber nilai, hakekat pengetahuan, dan tentang kehidupan yang lebih baik dijalankan.

Landasan Sosiologis

Pendidikan yang sistematis terjadi di lembaga sekolah yang dengan sengaja dibentuk oleh masyarakat. Perhatian sosiologi pada kegiatan pendidikan semakin intensif. Dengan meningkatkan perhatian sosiologi pada kegiatan pendidikan tersebt, maka lahirlah cabang sosiologi pendidikan. Masyarakat indonesia adalah sebagai landasan sosiologis dalam pendidikan. Masyarakat adalah sekelompok orang yang berinteraksi antar sesama, adanya saling tergantung dan terikat oleh norma dan nilai yang dipatuhi bersama, menempati suatu wilayah dan saling bersosialisasi. Masyarakat sebagai suatu kesatuan hidup memiliki ciri utama, yaitu: 1. Ada interaksi antar bangsa 2. Pola tingkah laku warganya diatur oleh adat istiadat, norma-norma hukum dan aturan-aturan yang khas. 3. Ada rasa identitas kuat yang mengikat pada warganya. Masyarakat indonesia adalah masyarakat majemuk, dan telah banyak mengalami perubahan, komunitasnya memiliki karakteristik unik baik secara horizontal maupun vertikal. Melalui berbagai jalur pendidikan termasuk jalur pendidikan sekolah atau formal, diupayakan untuk menumbuhkan persatuan dan kesatuan bangsa seperti pendidikan moral pancasila atau PPKN dan sebagainya.

3.1.3. Landasan Kultural

Pendidikan tidak mungkin terpisah dari manusia, ia selalu terkait dengan manusia, dan setiap manusia menjadi anggota masyarakat dan pendukung budaya tertentu. Kebudayaan sebagai gagsan dan karya manusia beserta hasil budi dan karya itu selalu terkait dengan pendidikan utamanya belajar. Kebudayaan dalam arti luas dapat terwujud:

Ideal, seperti ide, gagasan, nilai dan sebagainya

Kelakuan berpola dari manusia dalam masyarakat

Page 8: Uts pengantar pendidikan

Fisik, yakni benda hasil karya (Koentjraningrat, 1975) Kebudayaan dapat dibentuk, dilestarikan dan dikembangkan melalui pendidikan baik kebudayaan yang berwujud ideal atau kelakuan maupun teknologi (hasil karya). Pada dasarnya ada tiga yang sifatnya umum yang dapat diidentifikasikan dalam menurunkan kebudayaan kepada generasi mendatang, yaitu melalui pendidikan informal (biasanya terjadi di dalam keluarga), non formal (dalam masyarakat secara trprogram dan berkelanjutan serta berlengsung dalam kehidupan masyarakat), dan formal (melibatkan lembaga khusus sekolah) yang dirancang untuk mewujudkan tujuan pendidikan. Transmisi kebudayaan oleh masyarakat tidak akan memperoleh kemajuan, sehingga perlu dirancang usaha yang sistematis dalam mengembangkan kebudayaan, dalam hal ini yang paling efektif ialah lembaga sekolah. Kebudayaan nasional sebagai landasan pendidikan nasional adalah bahwa masyarakat indonesia sebagai pendudkung kebudayaan masyarakat mejemuk, maka kebudayaan indonesia lebih tepat disebut dengan kebudayaan nusantara yang beragam. Keragaman sosial budaya tersebut terwujud dalam keragaman adat istiadat, tata cara, dan tata krama pergaulan, kesenian, bahasa, dan sastra daerah di suatu daerah tertentu sejak sebelum dan sesudah kemerdekaan.

Landasan Psikologis

Psikologi telah menyediakan sejumlah informasi tentang pribadi manusia pada umumnya. Serta gejala-gejala yang berkaitan dengan aspek pribadi. Setiap individu memiliki bakat, kemampuan, minat, kekuatan, demikian pula tempo dan irama perkembangan yang berbeda antara seorang dengan yang lainnya. Individu yang satu dengan yang lainnya, perbedaan ini terjadi karena adanya perbedaan berbagai aspek kejiwaan antara individu itu sendiri, baik yang berhubungan dengan bakat, intelek, maupun perbedaan pengalaman dan tingkat perkembangan serta cita-cita, aspirasi dan kepribadian secara keseluruhan. Manusia dilahirkan dengan memiliki sejumlah potensi dan kemampuan yang harusa dikembangkan, kebutuhan yang harus dipenuhi sesuai dengan kemampuan mereka menerimanya. Secara umum manusia membutuhkan berbagai macam kebutuhan, yaitu: 1. Kebutuhan psikologis 2. Kebutuhan rasa aman 3. Kebutuhan akan cinta dan pengakuan 4. Kebutuhan harga diri 5. Kebutuhan untuk aktualisasi diri 6. Kebutuhan untuk mengetahui dan memahami Alexander mengemukakan ada tida faktor uta yang bekerja dalam menentukan pola kepribadian, yaitu: 1. Bakat/hereditas individu 2. Pengalaman awal di keluarga 3. Peristiwa penting dalam hidupnmya diluar lingkungan keluarga.

3.1.5. Landasan Ilmiah

Teknologi pendidikan merupakan cabang ilmu yang memiliki obyek forma

“belajar” manusia baik secara pribadi maupun secara ke

lompok yang memiliki pola pendekatan diantaranya sebagai berikut :

1. Isomeristik:

Page 9: Uts pengantar pendidikan

yaitu pendekatan yang menggabungkan berbagai unsure yang saling berkaitan dan membentuk satu kesatuan yang lebih bermakna

2. Sistematik:

yaitu dilakukan secara teratur dan menggunakan pola tertentu dan runtut.

3. Sistemik:

Dilakukan secara menyeluruh, holistic atau komprehensif. Landasan ilmiah yang menunjang keberadaan teknologi pendidikan beserta bidang penelitiannya ada beberapa paham seperti berikut ini. 1. A.A Lumsidaine (1964): teknologi pendidikan merupakan aplikasi dari ilmu dan saint dasar, yaitu: a. ilmu fisika b. rekayasa mekanik, optic, electro dan elektronik c. teknologi komunikasi & telekomunikasi d. ilmu perilaku e. ilmu komunikasi f. ilmu ekonomi 2. Robert Morgan (1978) berpendapat ada 3 disiplin utama yang menjadi fondasi teknologi pendidikan a. ilmu perilaku b. ilmu komunikasi c. ilmu manajemen 3. Donald P. Eli (1983) teknologi pendidikan meramu sejumlah disiplin dasar dan bidang terapannya menjadi suatu prinsip, prosedurdan keterampilan. Disiplin yang memberikan kontribusi adalah : a. basic contributing discipline: komunikasi, psikologi, evaluasi dan menajemen b. related contributing field : psikolodi persepsi, prikologi kognisi, psikologi social, media, system dan penilaian kebutuhan. 4. Barbara B. Seels & Rita C. Richey (1994): akar intelektual teknologi pembelajaran berasal dari disiplin lain meliputi: a. psikologi b. rekayasa c. komunikasi d. ilmu computer

e. bisnis f. pendidikan Secara umum perkembangan landasan ilmiah teknologi pendidikan bersifat ekletik, yaitu berasal dari berbagai sumber dan ditinjau dari berbagai segi atau sudut pandang.

3.1.6. Landasan Yuridis / Hukum Pendidikan di Indonesia

Landasan yuridis pendidikan Indonesia adalah seperangkat konsep peraturan perundang-undangan yang menjadi titik tolak system pendidikan Indonesia, yang menurut Undang-Undang Dasar 1945 meliputi, Undang-Undang Dasar Republik Indonesia, Ketetapan MPR, Undang-Undang Peraturan Pemerintah pengganti undang-undang, peraturan pemerintah, Keputusan Presiden, peraturan pelaksanaan lainnya, seperti peraturan Menteri, Instruksi Menteri, dan lain-lain. Kata landasan dalam hukum berarti melandasi atau mendasari atau titik tolak. Sementara itu kata hukum dapat dipandang sebagai aturan baku yang patut ditaati. Landasan hukum pendidikan dapat diartikan peraturan baku sebagai tempat berpijak atau titik tolak dalam melaksanakan kegiatan-kegiatan pendidikan. Beberapa peraturan perundang-undangan yang mengatur pendidikan antara lain : 1. Undang-Undang Dasar 1945 terutama pasal 31 2. Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1999 tentang Otonomi Daerah 3. Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional 4. Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen 5. PP Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan 6. PP Nomor 48 tahun 2008 tentang Pendanaan Pendidikan 7. PP Nomor 74 tahun 2008 tentang Guru 8. Permendiknas Nomor 22 Tahun 2006 tentang Standar Isi Satuan Pendidikan Dasar dan

Page 10: Uts pengantar pendidikan

Menengah. 9. Permendiknas Nomor 23 Tahun 2006 tentang Standar Kompetensi Lulusan Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah. 10. Permendiknas Nomor 24 Tahun 2006 tentang Pelaksanaaan Permendiknas Nomor 22 dan 23 Tahun 2006.

Asas Pendidikan 14

3.2.1. Asas Tut Wuri Handayani

Pertama kali dicetuskan oleh tokoh sentral pendidikan Indonesia, Ki Hajar Dewantoro, pada medio 1922, semboyan Tut Wuri Handayani merupakan satu dari tujuh asas Perguruan Nasional Taman Siswa. Dalam asas Perguruan Nasional Taman Siswa, semboyan Tut Wuri Handayani termaktub dalam butir pertama yang

berbunyi, “Setiap orang mempunyai hak untuk mengatur dirinya sendiri dengan

mengingat tertibnya per

satuan dalam peri kehidupan.”

Dari kutipan tersebut kiranya dapat ditarik kesimpulan bahwasanya tujuan dari pembelajaran ala Taman Siswa

dan pendidikan di Indonesia pada umumnya

adalah menciptakan “kehidupan yang tertib dan damai

(Tata dan Tenteram, Orde on

Vrede)” (Tirharahardja, 1994: 119). Dalam perkembangan selanjutnya, Perguruan

Taman Siswa menggunakan asas tersebut untuk melegitimasi tekad mereka untuk mengubah sistem pendidikan model lama

yang cenderung bersifat paksaan, perintah, dan hukuman

Page 11: Uts pengantar pendidikan

dengan “Sistem Among” kh

as ala Perguruan Taman Siswa.

Sistem Among berkeyakinan bahwa guru adalah “pamong.” Sesuai dengan

semboyan Tut Wuri Handayani di atas, maka pamong atau guru di sini lebih cenderung menjadi navigator peserta d

idik yang “diberi kesempatan untuk berjalan

sendiri, dan tidak terus menerus dicampuri, diperintah atau dipak

sa” (Tirtarahardja,

1994: 120). Jika menilik Sistem Pendidikan Nasional Indonesia, seperti apa yang tercantum dalam Undang-undang Nomer 23 Tahun 2003, maka konsep Tut Wuri Handayani termanifestasi ke dalam sistem KTSP (Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan). Peran guru dalam sistem KTSP lebih cenderung sebagai pemberi dorongan karena adanya

pergeseran paradigma pengajaran dan pembelajaran, dari “teache

r oriente

d” kepada “student oriented.”

Dalam KTSP, guru bukan lagi

sekedar “

penceramah

” melainkan pemberi

dorongan, pengawas, dan pengarah kinerja para peserta didik. Dengan sistem kurikulum yang terbaru ini, para pendidik (guru) diharapkan mampu melejitkan semangat atau motivasi peserta didiknya. Hal ini lantaran proses pengajaran dan pembelajaran hanya akan berjalan lancar, efektif dan efisien manakala ada 15

semangat yang kuat dari para peserta didikuntuk mengembangkan dirinya melalui pendidikan. Maka bukan tidak mungkin, jika KTSP juga merupakan wujud manifestasi dari asas pendidikan Indonesia

Page 12: Uts pengantar pendidikan

“Kemandirian dalam Belajar.”

3.2.2. Asas Kemandirian dalam Belajar

Keberadaan Asas Kemandirian dalam Belajar memang satu jalur dengan apa yang menjadi agenda besar dari Asas Tut Wuri Handayani, yakni memberikan para

peserta didik kesempatan untuk “berjalan sendiri.” Inti dari istilah “berjalan sendiri” tentunya sama dengan konsep dari “mandiri” yang dalam Asas Kemandirian dalam Belajar bermakna “menghindari campur tanga

n guru namun (guru juga harus) selalu siap untuk ulur tangan apabila diperluka

n” (Tirtarahardja, 1994: 123).

Kurikulum KTSP tentunya sangat membantu dalam agenda mewujudkan Asas Kemandirian dalam Belajar. Prof. Dr. Umar Tirtarahardja (1994) lebih lanjut mengemukakan bahwa dalam Asas Kemandirian dalam Belajar, guru tidak hanya sebagai pemberi dorongan, namun juga fasilitator, penyampai informasi, dan organisator (Tirtarahardja, 1994: 123). Oleh karena itu, wujud manifestasi Asas Kemandirian dalam Belajar bukan hanya dalam berbentuk kurikulum KTSP, namun juga dalam bentuk ko-kurikuler dan ekstra kurikuler

sedang dalam lingkup perguruan tinggi terwujud dalam kegiatan tatap muka dan kegiatan terstruktur dan mandiri.

Dalam bukunya “Contextual Teaching and Learning” Elanie B. Johnson (2009)

berpendapat bahwa dalam Pembelajaran Mandiri, seorang guru yang berfaham

“Pembalajaran dan Pengajaran Kontekstual” dituntut untuk mampu menjadi mentor dan guru „privat‟ (Johnson, 2009: 177). Sebagai mentor, guru yang hendak

mewujudkan kemandirian peserta didik diharapkan mampu memberikan pengalaman yang membantu kepada siswa mandiri untuk menemukan cara menghubungkan sekolah dengan pengalaman dan pengetahuan mereka

sebelumnya. Sebagai seorang guru „privat,‟ seorang guru biasany

a akan memantau siswa dalam belajar dan sesekali menyela proses belajar mereka untuk membenarkan, menuntun, dan member instruksi mendalam (Johnson, 2009). Lebih lanjut Johnson mengungkapkan bahwa kelak jika proses belajar mandiri berjalan dengan baik,

Page 13: Uts pengantar pendidikan

maka para peserta didikakan mampu membuat pilihan-pilihan

positif tentang bagaimana mereka akan mengatasi kegelisahan dan kekacauandalam kehidupan sehari-hari (Johnson, 2009: 179). Dengan kata lain, proses belajar mandiri atau Asas Kemandirian dalam Belajar akan mampu menggiring manusia

untuk tetap “Belajar sepanjang Hayatnya.”

3.2.3. Asas Belajar sepanjang Hayat

Mungkin inilah agenda besar pendidikan di Indonesia, yakni manusia Indonesia yang belajar sepanjang hayat. Konsep belajar sepanjang hayat sendiri telah didefinisikan dengan sangat baik oleh UNESCO Institute for Education, lembaga di bawah naungan PBB yang terkonsentrasi dengan urusan pendidikan. Menurut Cropley (1970: 2-3, Sulo Lipu La Sulo, 1990: 25-26, dalam Tirtarahardja, 1994: 121), belajar sepanjang hayat merupakan pendidikan yang harus :

meliputi seluruh hidup setiap individu

mengarah kepada pembentukan, pembaharuan, peningkatan, dan penyempurnaan secara sistematis

tujuan akhirnya adalah mengembangkan penyadaran diri setiap individu ;

mengakui kontribusi dari semua pengaruh pendidikan yang mungkin terjadi. Jika diterapkan dalam sistem pendidikan yang berlaku saat ini, maka pendekatan yang sangat mungkin digunakan untuk mencapai tujuan ini adalah melalui

pendekatan “Pembalajaran dan Pengajaran Kontekstual.” Sedang dalam konteks pendidikan di Indonesia, konsep “Pembelajaran dan Pengajaran Kontekstual” sedikit banyak telah termanifestasi ke dalam sistem Kurikulim Tingkat

Satuan Pendidikan (KTSP). Selain KTSP

yang notabene merupakan bagian dari pendidikan formal, maka Asas Belajar sepanjang Hayat juga termanifestasi dalam program pendidikan non-formal, seperti program pemberantasa buta aksara untuk warga Indonesia yang telah berusia lanjut, dan juga program pendidikan informal, seperti hubungan sosial dalam masyarakat dan keluargatentunya.

Page 14: Uts pengantar pendidikan

3. Jelaskan komponen pendidikan ?

PENGERTIAN KOMPONEN PENDIDIKAN

Komponen adalah bagian dari suatu sistem yang memiliki peran dalam

keseluruhan berlangsungnya suatu proses untuk mencapai tujuan sistem. Komponen

pendidikan berarti bagian-bagian dari sistem proses pendidikan, yang menentukan

berhasil dan tidaknya atau ada dan tidaknya proses pendidikan. Bahkan dapat diaktan

bahwa untuk berlangsungnya proses kerja pendidikan diperlukan keberadaan

komponen-komponen tersebut.

KOMPONEN PENDIDIKAN

Komponen-komponen yang memungkinkan terjadinya proses pendidikan atau

terlaksananya proses mendidik, komponen-komponen itu yakni:

1) Tujuan Pendidikan

2) Peserta Didik

3) Pendidik

4) Interaksi Edukatif Pendidik dan Anak Didik

5) Isi Pendidikan

6) Lingkungan pendidikan

1) TujuanPendidikan

Tingkah laku manusia, secara sadar maupun tidak sadar tentu berarah pada

Page 15: Uts pengantar pendidikan

tujuan. Demikian juga halnya tingkah laku manusia yang bersifat dan bernilai

pendidikan. Keharusan terdapatnya tujuan pada tindakan pendidikan didasari

oleh sifat ilmu pendidikan yang normatif dan praktis. Sebagai ilmu

pengetahuan normatif , ilmu pendidikan merumuskan kaidah-kaidah; norma-

norma dan atau ukuran tingkah laku perbuatan yang sebenarnya dilaksanakan

oleh manusia.

Sebagai ilmu pengetahuan praktis, tugas pendidikan dan atau pendidik

maupun guru ialah menanamkam sistem-sistem norma tingkah-laku

perbuatan yang didasarkan kepada dasar-dasar filsafat yang dijunjung oleh

lembaga pendidikan dan pendidik dalam suatu masyarakat (Syaifulah,1981).

Langeveld mengemukakan bahwa pandangan hidup manusia menjiwai

tingkah laku perbuatan mendidik. Tujuan umum atau tujuan mutakhir

pendidikan tergantung pada nilai-nilai atau pandangan hidup tertentu.

Pandangan hidup yang menjiwai tingkah laku manusia akan menjiwai tingkah

laku pendidikan dan sekaligus akan menentukan tujuan pendidikan manusia.

Tujuan pendidikan memuat gambaran tentang nilai-nilai yang baik, luhur,

pantas, benar, dan indah untuk kehidupan. Pendidikan memiliki dua fungsi

yaitu memberikan arah kepada segenap kegiatan pendidikan dan merupakan

sesuatu yang ingin dicapai oleh segenap kegiatan pendidikan.

Langeveld mengemukakan jenis-jenis tujuan pendidikan terdiri dari tujuan

umum, tujuan tak lengkap, tujuan sementara, tujuan kebetulan dan tujuan

perantara. Pembagian jenis-jenis tujuan tersebut merupakan tinjauan dari luas

dan sempit tujuan yang ingin dicapai.

Urutan hirarkhis tujuan pendidikan dapat dilihat dalam kurikulum pendidikan

yang terjabar mulai dari :

1) Cita-cita nasional/tujuan nasional (Pembukaan UUD 1945),

Page 16: Uts pengantar pendidikan

2) Tujuan Pembangunan Nasional (dalam Sistem Pendidikan Nasional),

3) Tujuan Institusional (pada tiap tingkat pendidikan/sekolah),

4) Tujuan kurikuler (Pada tiap-tiap bidang studi/mata pelajran atau

kuliah), dan

5) Tujuan instruksional yang dibagi menjadi dua yaitu tujuan instruksional

umum dan tujuan instruksional khusus.

Dengandemikian tampak keterkaitan antara tujuan instruksional yang dicapai

guru dalam pembelajaran dikelas, untuk mencapai tujuan pendidikan nasional

yang bersumber dari falsafah hidup yang berlandaskan pada Pancasila dan

UUD 1945.

2) Peserta Didik

Perkembangan konsep pendidikan yang tidak hanya terbatas pada usia

sekolah saja memberikan konsekuensi pada pengertian peserta didik. Kalau

dulu orang mengasumsikan peserta didik terdiri dari anak-anak pada usia

sekolah, maka sekarang peserta didik dimungkinkan termasuk juga

didalamnya orang dewasa. Mendasarkan pada pemikiran tersebut di atas

maka pembahasan peserta didik seharusnya bermuara pada dua hal tersebut di

atas.

Persoalan yang berhubungan dengan peserta didik terkait dengan sifat atau

sikap anak didik dikemukakan oleh Langeveld sebagai berikut:

Anak bukanlah orang dewasa dalam bentuk kecil, oleh sebab itu anak

memiliki sifat kodrat kekanak-kanakan yang berbeda dengan sifat hakikat

kedewasaan. Anak memiliki sikap menggantungkan diri, membutuhkan

pertolongan dan bimbingan baik jasmaniah maupun rohaniah. Sifat hakikat

manusia dalam pendidikan ia mengemukakan anak didik harus diakui sebagai

Page 17: Uts pengantar pendidikan

makhluk individu dualitas, sosialitas dan moralitas. Manusia sebagai mahluk

yang harus dididik dan mendidik.

Sehubungan dengan persoalan anak didik disekolah Amstrong 1981

mengemukakan beberapa persoalan anak didik yang harus dipertimbangkan

dalam pendidikan.

Persoalan tersebut mencakup apakah latar belakang budaya masyarakat

peserta didik ? bagaimanakah tingkat kemampuan anak didik ? hambatan-

hambatan apakah yang dirasakan oleh anak didik disekolah ? dan

bagaimanakah penguasaan bahasa anak di sekolah ? Berdasarkan persoalan

tersebut perlu diciptakan pendidikan yang memperhatikan perbedaan

individual, perhatian khusus pada anak yang memiliki kelainan, dan

penanaman sikap dan tangggung jawab pada anak didik.

3) Pendidik

Pendidik adalah orang yang bertanggung jawab terhadap pelaksanaan

pendidikan dengan sasaran peserta didik. Maka muncullah beberapa

individu yang tergolong pada pendidik. Guru sebagai pendidik dalam

lembaga sekolah, orang tua sebagai pendidik dalam lingkungan keluarga,

dan pimpinan masyarakat baik formal maupun informal sebagai pendidik

dilingkungan masyarakat. Sehubungan dengan hal tersebut diatas Syaifullah

(1982) mendasarkan pada konsep pendidikan sebagai gejala kebudayaan,

yang termasuk kategori pendidik adalah:

a) Orang dewasa

Page 18: Uts pengantar pendidikan

Orang dewasa sebagai pendidik dilandasi oleh sifat umum kepribadian

orang dewasa, sebagaimana dikemukakan oleh Syaifullah adalah

sebagai berikut :

1) manusia yang memiliki pandangan hidup prinsip hidup yang

pasti dan tetap

2) manusia yang telah memiliki tujuan hidup atau cita-cita hidup

tertentu, termasuk cita-cita untuk mendidik

3) manusia yang cakap mengambil keputusan batin sendiri atau

perbuatannya sendiri dan yang akan dipertanggungjawabkan

sendiri.

4) manusia yang telah cakap menjadi anggota masyarakat secara

konstruktif dan aktif penuh inisiatif

5) manusia yang telah mencapai umur kronologis paling rendah 18

tahun

6) manusia berbudi luhur dan berbadan sehat

7) manusia yang berani dan cakap hidup berkeluarga

8) manusia yang berkepribadian yang utuh dan bulat.

b) Orang tua

Kedudukan orang tua sebagai pendidik, merupakan pendidik yang

kodrati dalam lingkungan keluarga. Artinya orang tua sebagai pedidik

utama dan yang pertama dan berlandaskan pada hubungan cinta-kasih

bagi keluarga atau anak yang lahir di lingkungan keluarga mereka.

Page 19: Uts pengantar pendidikan

Secara umum dapat dikatakan bahwa semua orang tua adalah

pendidik, namun tidak semua orang tua mampu melaksanakan

pendidikan dengan baik. sehingga kemampuan untuk menjadi orang

tua sama sekali tidak sejajar dengan kemampuan untuk mendidik.

c) Guru/pendidik

Guru sebagai pendidik di sekolah yang secara lagsung maupun tidak

langsung mendapat tugas dari orang tua atau masyarakat untuk

melaksanakan pendidikan. Karena itu kedudukan guru sebagai

pendidik dituntut memenuhi persyaratan-persyaratan baik persyaratan

pribadi maupun persyaratan jabatan.

Persyaratan pribadi didasarkan pada ketentuan yang terkait dengan

nilai dari tingkah laku yang dianut, kemampuan intelektual, sikap dan

emosional. Persyaratan jabatan (profesi) terkait dengan pengetahuan

yang dimiliki baik yang berhubungan dengan pesan yang ingin

disampaikan maupun cara penyampainannya, dan memiliki filsafat

pendidikan yang dapat dipertanggungjawabkan.

d) Pemimpin kemasyarakatan, dan pemimpin keagamaan

Selain orang dewasa, orang tua dan guru, pemimpin masyarakat dan

pemimpin keagamaan merupakan pendidik juga. Peran pemimpin

masyarakat menjadi pendidik didasarkan pada aktifitas pemimpin

dalam mengadakan pembinaan atau bimbingan kepada anggota yang

dipimpin. Pemimpin keagamaan sebagai pendidik, tampak pada

aktifitas pembinaan atau pengembangan sifat kerohanian manusia,

yang didasarkan pada nilai-nilai keagamaan.

Page 20: Uts pengantar pendidikan

4) Interaksi Edukatif Pendidik dan Anak Didik

Proses pendidikan bisa terjadi apabila terdapat interaksi antara

komponen-komponen pendidikan. Terutama interaksi antara pendidik dan

anak didik. Interaksi pendidik dengan anak didik bertujuan untuk

mencapai tujuan pendidikan yang diinginkan. Tindakan yang dilakukan

pendidik dalam interaksi tersebut mungkin berupa tindakan berdasarkan

kewibawaan, tindakan berupa alat pendidikan, dan metode pendidikan

Pendidikan berdasarkan kewibawaan dapat dicontohkan dalam

peristiwa pengajaran dimana seorang guru sedang memberikan

pengajaran, diantara beberapa murid membuat suatu yang menyebabkan

terganggunya jalan pengajaran. Kemudian guru tersebut memberikan

peringatan atau menegur, maka beliau ini telah melaksanakan tindakan

berdasarkan kewibawaan. Dengan demikian tindakan berdasarkan

kewibawaan yaitu bersumber dari orang dewasa sebagai pendidik, untuk

mencapai tujuan pendidikan (tujuan kesusilaan, sosial dan lain-lain)

(Syaifullah, 1982).

Alat pendidikan dapat diartikan sebagai segala sesuatu yang

dilakukan ataupun diadakan oleh pendidik yang bertujuan untuk

melaksanakan tugas mendidik Penggunaan alat pendidikan itu bukan

hanya soal teknis, melainkan mempunyai sangkut paut yang erat sekali

Page 21: Uts pengantar pendidikan

dengan pribadi yang menggunakan alat tersebut. Pendidik yang

menggunakan alat itu hendaknya dapat menyesuaikan diri dengan tujuan

yang teerkandung dalam alat itu. Penggunaan dan pelaksanaan alat itu

hendaknya betul-betul timbul atau terbit dari pribadi yang menggunakan

alat itu (pendidik).Adapun alat pendidikan itu seperti nasihat, teguran,

hukuman, ganjaran, dan perintah.

Dalam interaksi pendidikan tidak terlepas metode atau bagaimana

pendidikan dilaksanakan. Terdapat beberapa metode yang dilakukan dalam

mendidik yaitu metode diktatoral metode liberal dan metode demokratis

(Suwarno, 1981). Metode diktatoral bersumber dari teori empiris yang

menyatakan bahwa perkembagan manusia semata-mata ditentukan oleh

faktor diluar manusia, sehingga pendidikan bersifat maha kuasa. Sikap ini

menimbulkan sikap diktator dan otoriter, pendidik yang menentukan

segalanya.

Metode liberal bersumber dari pendirian Naturalisme yang

berpendapat bahwa perkembangan manusia itu sebagian besar ditentukan

oleh kekuatan dari dalam yang secara wajar atau kodrat ada pada diri

manusia. Pandangan ini menimbulkan sikap bahwa pendidik jangan terlalu

banyak ikut campur terhadap perkembangan anak. Biarkanlah anak

berkembang sesuai dengan kodratnya secara bebas atau liberal.

Metode demokratis bersumber dari teori konvergensi yang

mengatakan bahwa perkembangan manusia itu tergantung pada faktor dari

dalam dan dari luar. Di dalam perkembangan anak kita tidak boleh bersifat

menguasai anak, tetapi harus bersifat membimbing perkembangan anak.

Di sini tampak bahwa pendidik dan anak didik sama-sama penting dalam

proses pendidikan untuk mencapai tujuan. Ki Hadjar Dewantoro

melahirkan asas pendidikan yang sesuai dengan metode demokratis, yaitu

Tut Wuri Handayani, ing madyo mangun karsa, ing ngarsa asung tulada

artinya pendidik itu kadang-kadang mengikuti dari belakang, kadang-

Page 22: Uts pengantar pendidikan

kadang harus ditengah-tengah berdampingan dengan anak dan kadang-

kadang harus didepan untuk memberi contoh atau tauladan.

5) Isi Pendidikan

Isi pendidikan memiliki kaitan yang erat dengan tujuan pendidikan.

Untuk mencapai tujuan pendidikan perlu disampaikan kepada peserta

didik isi/bahan pelajaran yang digunakan sebagai pedoman

penyelengaraan kegiatan pembelajaran yang biasanya disebut kurikulum

dalam pendidikan formal. Macam-macam isi pendidikan tersebut terdiri

dari pendidikan agama., pendidikan moril, pendidikan estetis, pendidikan

sosial, pendidikan intelektual, pendidikan keterampilan dan pendidikan

jasmani.

6) Lingkungan Pendidikan

Lingkunganpendidikanmerupakan suatu tempat di mana suatu

pendidikan dilaksanakan.

Lingkungan pendidikan meliputi segala segi kehidupan atau kebudayaan.

Lingkungan pendidikan dapat dikelompokkan berdasarkan lingkungan

kebudayaan yang terdiri dari lingkungan kurtural ideologis, lingkungan

sosial politis, lingkungan sosial anthropologis, lingkungan sosial ekonomi,

dan lingkungan iklim geographis.

HUBUNGAN TIMBAL BALIK ANTAR KOMPONEN PENDIDIKAN

Keseluruhan komponen-komponen Pendidikan diatas merupakan satu kesatuan yang

saling berkaitan dalam proses pendidikan untuk mencapai tujuan pendidikan. Input

Page 23: Uts pengantar pendidikan

mentah (raw input), yaitu peserta didik, Input alat (instrumental input) seperti: kurikulum,

pendidik, input lingkungan (environmental input) seperti: keadaan cuaca, situasi

keamanan masyarakat dll. yang secara langsung maupun tidak langsung dapat

mempengaruhi proses pendidikan. Sehingga dalam pencapaian tujuan pendidikan secara

optimal dapat ditempuh melalui proses berkomunikasi yang intensif.

4. Jelaskan lingkungan yang bagaimana yang mendukung pelaksanaan K 13 ?

Kegiatan Pendahuluan pada Proses Pembelajaran Kurikulum 2013

Kegiatan pendahuluan yang harus dilakukan oleh guru berdasarkan amanat Kurikulum 2013 adalah:

1. Kegiatan yang mula-mula harus dilakukan oleh guru pada kegiatan pendahuluan di dalam sebuah proses pembelajaran adalah mempersiapkan siswa baik psikis maupun fisik agar dapat mengikuti proses pembelajaran dengan baik.

2. Selanjutnya guru harus mengajukan beberapa pertanyaan-pertanyaan terkait materi pembelajaran baik materi yang telah siswa pelajari serta materi-materi yang akan mereka pelajari dalam proses pembelajaran tersebut.

3. Setelah memberikan pertanyaan-pertanyaan, guru kemudian mengajak siswa untuk mencermati suatu permasalahan atau tugas yang akan dikerjakan sehingga dengan demikian mereka akan belajar tentang suatu materi, kemudian langsung dilanjutkan dengan menguraikan tentang tujuan pembelajaran atau KD yang akan dicapai pada pembelajaran tersebut.

4. Terkahir, dalam kegiatan pendahuluan guru harus memberikan outline cakupan materi serta penjelasan mengenai kegiatan belajar yang akan dilakukan oleh siswa untuk menyelesaikan permasalahan atau tugas yang diberikan.

B. Kegiatan Inti pada Proses Pembelajaran Kurikulum 2013

Pada hakikatnya, kegiatan inti adalah suatu proses pembelajaran agar tujuan yang ingin dicapai dapat diraih. Kegiatan ini mestinya dilakukan oleh guru dengan cara-cara yang bersifat interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang, memotivasi siswa agar dengan cara yang aktif menjadi seorang pencari informasi, serta dapat memberikan kesempatan yang memadai bagi prakarsa, kreativitas, dan kemandirian sesuai dengan bakat, minat dan perkembangan fisik serta psikologis siswa.

Page 24: Uts pengantar pendidikan

Metode yang digunakan dalam kegiatan inti harus bersesuaian dengan karakteristik siswa dan mata pelajaran. Kegiatan inti mencakup proses-proses berikut: (1) melakukan observasi; (2) bertanya; (3) mengumpulkan informasi; (4) mengasosiasikan informasi-informasi yang telah diperoleh; (5) dan mengkomunikasikan hasilnya. Pada proses pembelajaran yang terkait dengan KD yang bersifat prosedur untuk melakukan sesuatu, guru memfasilitasi sedemikian rupa sehingga siswa dapat melakukan pengamatan terhadap pemodelan/demonstrasi yang diberikan guru atau ahli, siswa menirukannya, selanjutnya guru melakukan pengecekan dan pemberian umpan balik, dan latihan lanjutan kepada siswa.

Di tiap kegiatan pembelajaran seharunya guru memperhatikan kompetensi yang terkait dengan sikap seperti jujur, teliti, kerja sama, toleransi, disiplin, taat aturan, menghargai pendapat orang lain sebagaimana yang telah dicantumkan pada silabus dan RPP (Rencana Pelaksanaan Pembelajaran). Cara-cara yang dilakukan berkaitan dengan proses pengumpulan data (informasi) diusahakan sedemikian rupa sehingga relevan dengan jenis data yang sedang dieksplorasi, misalnya di laboratorium, studio, lapangan, perpustakaan, museum, dan lain-lain. Sebelum menggunakan informasi atau data yang telah dikumpulkan dan diperoleh siswa mesti tahu dan kemudian berlatih, lalu dilanjutkan dengan menerapkannya pada berbagai situasi.

Berikut ini merupakan contoh penerapan dari kelima tahap kegiatan ini pada proses pembelajaran

1. Melakukan observasi (melakukan pengamatan)

Dalam kegiatan melakukan pengamatan, guru membuka secara luas dan bervariasi kesempatan siswa untuk melakukan pengamatan melalui kegiatan-kegitan seperti: melihat, menyimak, mendengar, dan membaca. Guru memfasilitasi siswa untuk melakukan pengamatan, melatih mereka untuk memperhatikan (melihat, membaca, mendengar) hal yang penting dari suatu benda atau objek.

2. Bertanya

Pada saat siswa berada pada kegiatan melakukan pengamatan, guru membuka kesempatan secara luas kepada peserta didik untuk mempertanyakan mengenai apapun yang telah mereka lihat, mereka simak, atau mereka baca. Penting bagi guru untuk memberikan bimbingan kepada siswa agar bisa mengajukan pertanyaan. Pertanyaan yang dimaksud di sini berkaitan dengan pertanyaan dari hasil pengamatan objek yang konkrit sampai kepada yang abstrak baik berupa fakta, konsep, prosedur, atau pun hal lain yang lebih abstrak. Pertanyaan dapat pula yang bersifat faktual hingga pada pertanyaan yang bersifat hipotetik.

Berawal situasi siswa diajak untuk berlatih menggunakan pertanyaan dari guru diusahakan agar terus meningkat kualitas tahapan ini sehingga pada akhirnya siswa mampu mengajukan pertanyaan secara mandiri. Dari kegiatan bertanya ini akan dihasilkan sejumlah pertanyaan. Kegiatan bertanya dimaksudkan juga agar siswa dapat

Page 25: Uts pengantar pendidikan

mengembangkan rasa ingin tahunya. Pada prinsipnya, semakin terlatih siswa untuk bertanya maka rasa ingin tahu mereka akan semakin berkembang.

Pertanyaan-pertanyaan yang telah mereka ajukan akan dijadikan dasar untuk mencari informasi yang lebih lanjut dan beragam dari sumber-sumber belajar yang telah ditentukan oleh guru hingga mencari informasi ke sumber-sumber yang ditentukan oleh siswa sendiri, dari sumber yang tunggal sampai sumber yang beragam.

3. Mengumpulkan dan mengasosiasikan informasi

Adapun langkah selanjutnya yang merupakan tindak lanjut dari kegiatan bertanya adalah menggali dan mengumpulkan informasi dari beragam sumber dengan bermacam cara. Dalam hal ini siswa boleh membaca buku yang lebih banyak, mengamati fenomena atau objek dengan lebih teliti, atau bisa juga melaksanakan eksperimen. Berdasarkan kegiatan-kegiatan inilah pada akhirnya akan dikumpulkan banyak informasi.

Informasi yang banyak ini selanjutnya akan dijadikan fondasi untuk kegiatan berikutnya yakni memproses informasi sehingga pada akhirnya siswa akan menemukan suatu keterkaitan antara satu informasi dengan informasi lainnya, menemukan pola dari keterkaitan informasi dan bahkan mengambil berbagai kesimpulan dari pola yang ditemukan.

4. Mengkomunikasikan hasil

Kegiatan terakhir dalam kegiatan inti yaitu membuat tulisan atau bercerita tentang apa-apa saja yang telah mereka temukan dalam kegiatan mencari informasi, mengasosiasikan dan menemukan pola. Hasil tersebut disampikan di kelas dan dinilai oleh guru sebagai hasil belajar siswa atau kelompok siswa tersebut.

C. Kegiatan Penutup pada Proses Pembelajaran Kurikulum 2013

Pada kegiatan penutup, guru bersama-sama dengan siswa dan/atau sendiri membuat rangkuman/simpulan pelajaran, melakukan penilaian dan/atau refleksi terhadap kegiatan yang sudah dilaksanakan secara konsisten dan terprogram, memberikan umpan balik terhadap proses dan hasil pembelajaran, merencanakan kegiatan tindak lanjut dalam bentuk pembelajaran remedi, program pengayaan, layanan konseling dan/atau memberikan tugas baik tugas individual maupun kelompok sesuai dengan hasil belajar peserta didik, dan menyampaikan rencana pembelajaran pada pertemuan berikutnya.

Perlu diingat, bahwa KD-KD diorganisasikan ke dalam 4 (empat) KI (Kompetensi Inti). KI-1 berkaitan dengan sikap diri terhadap Tuhan Yang Maha Esa. KI-2 berkaitan dengan karakter diri dan sikap sosial. KI-3 berisi KD tentang pengetahuan terhadap materi ajar KI-4 berisi KD tentang penyajian pengetahuan.

KI-1, KI-2, dan KI-4 harus dikembangkan dan ditumbuhkan melalui proses pembelajaran setiap materi pokok yang tercantum dalam KI-3, untuk semua mata pelajaran. KI-1 dan

Page 26: Uts pengantar pendidikan

KI-2 tidak diajarkan langsung, tetapi menggunakan proses pembelajaran yang bersifat indirect teaching pada setiap kegiatan pembelajaran.