Upload
aidatul-fitri
View
443
Download
12
Embed Size (px)
Citation preview
SKRIPSI
Visionary Leadership Kepala Madrasah Dalam Pengembangan
Lembaga Pendidikan Islam di MA NW Rempung Kecamatan Pringgasela
Tahun Ajaran 2014/2015
Oleh:
Azwar Zamhuri
NPM: 09.01.01.0292
INSTITUT AGAMA ISLAM HAMZANWADI (IAIH) PANCOR
FAKULTAS TARBIYAH
JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
T.A. 2014/2015
i
KATA PENGANTAR
Bismillahirrahmanirrahim
Alhamdulilah dengan segenap jiwa dan raga penulis panjatkan puji syukur
kehadirat Allah SWT. Yang telah melimpahkan rahmat, taufik dan hidayah-Nya
sehingga penulis mampu menyusun skripsi yang berjudul: "Visionary
Leadership Kepala Madrasah Dalam Pengembangan Lembaga Pendidikan
Islam di MA NW Rempung Kecamatan Pringgasela Tahun Ajaran
2014/2015”.
Sholawat serta salam semoga abadi selalu tercurahkan kepada junjungan kita
Nabi Muhammad SAW yang telah berhasil membimbing dan menuntun
ummatnya ke jalan yang benar dan diridhoi Allah SWT, begitu pula bagi segenap
keluarga, para sahabat serta orang-orang yang meneladani dan mengikutinya.
Suatu kebanggaan tersendiri bagi penulis karena dapat menyelesaikan
skripsi ini. Bantuan dari berbagai pihak sangatlah bermanfaat , oleh karena itu
dalam kesempatan ini penulis menyampaikan ucapan terima kasih yang sebesar-
besarnya serta penghargaan yang setinggi-tingginya kepada yang terhormat :
1. Ayahanda Ihsan Riadi Dan Ibunda Hasminiati yang membimbing dan
mencintai penulis dengan tulus dan sabar serta selalu mendoakan kesuksesan
untuk anaknya ini.
2. Dr. TGB. Zainul Majdi, MA. selaku Rektor Institut Agama Islam
Hamzanwadi (IAIH) Pancor beserta stafnya yang telah memberikan
kesempatan dan pelayanan kepada penulis.
ii
3. Bapak Drs. Fathurrahman Mukhtar, S. S, M. Ag, selaku Dekan Fakultas
Tarbiyah.
4. Bapak Azhari Fathurrahman, M.Pd selaku Ketua Jurusan Pendidikan Agama
Islam
5. Ucapan terima kasih juga pada Aidatul Fitri, sosok prempuan yang selalu
memotivasi penulis untuk segera menyelesaikan kewajiban akademik.
6. Semua pihak yang ikut membantu baik materiil maupun nonmateriil dalam
rangka menyelesaikan skripsi ini yang tidak dapat penulis sebutkan satu
persatu.
Semoga bantuan yang telah diberikan kepada penulis, mendapatkan imbalan
yang lebih besar dari Allah SWT dan dicatat sebagai amal sholeh, Amin. Penulis
menyadari sepenuhnya bahwa penyusunan skripsi ini tidak lepas dari kekurangan
dan masih jauh dari kesempurnaan, untuk itu kritik dan saran dari Bapak/Ibu
dosen sangat penulis harapan demi mendapatkan hasil yang lebih baik di masa-
masa yang akan datang.
Selong, 16 Oktober 2014
Penulis
Azwar Zamhuri.
iii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL.......................................................................................... i
KATA PENGANTAR........................................................................................ ii
DAFTAR ISI....................................................................................................... iv
BAB I : PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah.................................................................... 1
B. Rumusan Masalah.............................................................................. 4
C. Tujuan Penelitian............................................................................... 5
D. Manfaat Penelitian............................................................................. 5
E. Definisi Operasional ......................................................................... 6
BAB II : KAJIAN TEORI ............................................................................. 8
A. Visionary Leadership Kepala Madrasah dalam Pengembangan
Lembaga Pendidikan Islam .............................................................. 8
1. Teori Visionary Leadership........................................................ 8
2. Pengembangan Lembaga Pendidikan Islam .............................. 12
B. Kendala-kendala dalam pengembangan Lembaga Pendidikan Islam
(Madrasah) ...................................................................................... 16
C. Usaha Mengatasi Kendala-kendala yang dihadapi Visionary
Leadership dalam Pengembangan Lembaga Pendidikan Islam ....... 21
1. Pengembangan Administrasi Kurikulum....................................22
2. Pengembangan Sarana Prasarana ............................................. 24
3. Pengembangan Sumber Daya Manusia .................................... 25
iv
BAB III : METODE PENELITIAN ........................................................... 30
A. Waktu dan Tempat Penelitian.......................................................... 30
B. Jenis Penelitian ................................................................................ 30
C. Metode Pengumpulan Data ............................................................ 31
D. Tekhnik Analisa Data ..................................................................... 33
BAB IV : PAPARAN DAN HASIL PENELITIAN.....................................34
A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian.................................................34
B. Analisa Data......................................................................................39
1. Visionary Leadership Kepala Madrasah Dalam Pengembangan
Lembaga Pendidikan Islam………………………………….….39
2. Kendala-kendala Dalam Pengembangan Madrasah…………....41
3. Usaha Mengatasi Kendala-Kendala Yang Dihadapi
Visionary Leadership dalam Pengembangan
Lembaga Pendidikan Islam……………………………………46
BAB V : PENUTUP.......................................................................................50
A. Kesimpulan.......................................................................................50
B. Saran.................................................................................................51
DAFTAR PUSTAKA .........................................................................................53
v
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Berbagai upaya yang dilakukan pemerintah untuk meningkatkan
kualitas pendidikan belum menunjukkan hasil yang menggembirakan, bahkan
masih banyak kegagalan dalam implementasinya di lapangan. Kegagalan demi
kegagalan antara lain disebabkan oleh manajemen yang kurang tepat,
penempatan tenaga tidak sesuai dengan bidang keahlian dan penanganan
masalah bukan oleh ahlinya, sehingga amanat Undang-undang Sistem
Pendidikan Nasional pasal 3 UU No.20 Tahun 2003 tentang Tujuan
Pendidikan Nasional tidak dapat diwujudkan.
Tujuan Pendidikan Nasional adalah berkembangnya potensi peserta didik
agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang
Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan
menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab.11
Saat ini perlu dikembangkan kepemimpinan bervisi yang dapat
mengakomodasi kebutuhan dan tuntutan pendidikan akan pemberdayaan
dan kemandirian. Kekuatan kepemimpinan yang bervisi tersebut tentu
akan menghasilkan berbagai kebijakan dan operasionalisasi kerja yang
dibimbing oleh visi sebagai dasar pencapaian tujuanya. Visi yang dijalankan
secara konsisten lebih berorientasi pada mutu baik proses maupun hasil
1 Sekretariat RI, Undang-undang Sistem Pendidikan Nasional No.20 Thn 2003, (Bandung: Citra Umbara), hlm. 7
vi
pendidikan. Dengan demikian hal penting yang memposisikan diri sebagai
komponen yang memberikan pengaruh kuat pada efektifitas
pencapaian pendidikan berkualitas di era desentralisasi adalah Visionary
Leadership.
Kepemimpinan yang relevan dengan tuntutan peningkatan kualitas
pendidikan adalah kepemimpinan yang memiliki visi (visionary leadership),
yaitu kepemimpinan yang kerja pokoknya difokuskan pada rekayasa masa
depan yang penuh tantangan. Selain itu, menjadi agen perubahan yang unggul
dan menjadi penentu arah organisasi yang memahami prioritas, menjadi juru
bicara yang fasih, menjadi pelatih yang profesional, serta dapat membimbing
personel lainnya ke arah profesionalisme kerja yang diharapkan.
Kepemimpinan visioner ditandai oleh kemampuan dalam membuat
perencanaan dan langkah-langkah yang jelas sehingga dari rumusan visinya
tersebut akan tergambar sasaran apa yang hendak dicapai dari pengembangan
lembaga yang dipimpinnya. Dalam konteks kepemimpinan pendidikan,
penentuan sasaran dari rumusan visi tersebut dikenal dengan penentuan
sasaran bidang hasil pokok.
Madrasah sebagai salah satu bagian sistem pendidikan Nasional tentu
memerlukan perhatian dan pengelolaan secara serius. Karena itu,
kepemimpinan madrasah ke depan dengan perubahan masyarakat yang
semakin cepat dan terbuka menuntut kemampuan yang lebih kreatif, inovatif
dan dinamis. Kepala madrasah yang sekedar bergaya menunggu dan terlalu
berpegang pada aturan-aturan birokratis dan berfikir secara struktural dan
vii
tidak berani melakukan inovasi untuk menyesuaikan tuntutan masyarakatnya,
akan ditinggalkan oleh peminatnya.
Kepala madrasah sebagai pemimpin lembaga pendidikan dengan
berbagai fungsi dan perannya, tentunya orang yang paling bertanggung jawab
atas segala aktifitasnya serta maju atau mundur, baik atau jelek, kualitas atau
tidaknya sebuah pendidikan yang dipimpinnya. Maka tidak mengherankan bila
dia disebut sebagai orang pertama dan utama atas eksistensinya serta mutu
pendidikan yang dipimpinnya. Apalagi sampai kini kita masih kesulitan untuk
menghilangkan kesan, anggapan dan image masyarakat, bahwa sekolah yang
berlebel Islam di sebut pendidikan kedua “second class” dan bukannya
lembaga first class atau lembaga unggulan yang benar-benar dibutuhkan
masyarakat. Apalagi dalam menghadapi kompetesi yang begitu ketat, baik
antara lembaga pendidikan maupun outputnya, maka langkah-langkah dan
inovasi pendidikan merupakan suatu yang tidak bisa ditawarkan lagi dan harus
diwujudkan.
viii
Terlebih khusus di MA NW Rempung kecamatan Pringgasela yang
menurut hemat penulis sampai saat ini belumlah menjadi sekolah yang
diidamkan ataupun yang diprioritaskan oleh calon peserta didik. Ini terlihat
dari banyaknya warga (pelajar) desa Rempung yang lebih memilih
melanjutkan sekolah menengah atas-nya di luar desa. Dan minat pelajar luar
desa pun pada masyarakat tersebut sangat minim, terbukti dengan sedikitnya
(bahkan terkadang tidak ada) pelajar dari luar desa yang mendaftarkan diri
pada madrasah tersebut.
Sehubungan dengan masalah diatas maka penyusun tertarik untuk meneliti
tentang “Visionary Leadership Kepala Madrasah Dalam Pengembangan
Lembaga Pendidikan Islam di MA NW Rempung Kecamatan Pringgasela
Tahun Ajaran 2014/2015.”
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang sudah dipaparkan di atas,
maka dapatlah dirumuskan permasalahan sebagai berikut:
1. Bagaimana Visionary Leadership kepala madrasah dalam
mengembangkan lembaga pendidikan Islam di MA NW Rempung
kecamatan Pringgasela tahun ajaran 2013/2014?
2. Apakah kendala-kendala yang dihadapi kepala madrasah dalam
mengembangkan lembaga pendidikan Islam di MA NW Rempung
kecamatan Pringgasela tahun ajaran 2013/2014?
ix
3. Apakah usaha-usaha yang dilakukan kepala madrasah untuk mengatasi
kendala-kendala dalam pengembangan lembaga pendidikan Islam di MA
NW Rempung kecamatan Pringgasela tahun ajaran 2013/2014?
C. Tujuan penelitian
Dalam penelitian ini tujuan yang ingin dicapai adalah:
1. Untuk mengetahui visionary leadership kepala madrasah dalam
mengembangkan lembaga pendidikan Islam di MA NW Rempung
kecamatan Pringgasela tahun ajaran 2013/2014.
2. Untuk mengetahui kendala-kendala yang dihadapi kepala madrasah dalam
pengembangan lembaga pendidikan Islam di MA NW Rempung
kecamatan Pringgasela tahun ajaran 2013/2014.
3. Untuk mengetahui usaha-usaha yang dilakukan kepala madrasah dalam
mengatasi kendala-kendala pengembangan lembaga pendidikan Islam di
MA NW Rempung kecamatan Pringgasela tahun ajaran 2013/2014.
D. Manfaat Penelitian
Dalam penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi:
1. Bagi Lembaga
Sebagai sumbangan pemikiran penyusun dalam upaya pelaksanaan
visionary leadership dalam mengembangkan lembaga pendidikan Islam di
MA NW Rempung kecamatan Pringgasela.
2. Bagi Ilmu Pengetahuan
x
Sebagai informasi dan pertimbangan, apabila nanti terjun dalam lapangan
kepemimpinan pendidikan sekolah
3. Bagi Peneliti
Untuk menambah khazanah pengetahuan tentang visionary leadership
kepala madrasah dalam pengambangan lembaga pendidikan Islam.
E. Definisi Operasional
Penyusun membuat Definisi Operasional (DO) dimaksudkan untuk
menghindari kesalahan pemahaman dan perbedaan penafsiran yang berkaitan
dengan istilah-istilah dalam judul skripsi. Sesuai dengan judul penelitian yaitu
“Visionary Leadership Kepala Madrasah Dalam Pengembangan Lembaga
Pendidikan Islam di MA NW Rempung Kecamatan Pringgasela Tahun Ajaran
2014/2015”, maka definisi operasional yang perlu dijelaskan sebagai berikut :
1. Visionary Leadership
Visionary Leadership adalah kepemimpinan yang memiliki visi ke
depan dan diharapkan mampu meneropong apa yang akan terjadi di masa
depan.2
2. Lembaga Pendidikan Islam
Dalam penelitian ini, yang dimaksud dengan Lembaga pendidikan
Islam adalah suatu wadah atau tempat berlansungnya proses pendidikan
2 handayanityas, 2010, Kepemimpinan Pendidikan, 14 Agustus 2014. http://edenhandayanityas.blogspot.com/2010/11/kepemimpinan-pendidikan.html
xi
Islam.3 Artinya lembaga pendidikan islam disini yaitu Madrasah Aliyah
Nahdhatul Wathan (MA NW) Rempung Kecamatan Pringgasela.
3 Bq. Widia Nita Kasih, 2012, Lembaga Pendidikan Islam, 14 Agustus 2014. http://bqwidianitakasih.blogspot.com/2012/10/jenis-jenis-lembaga-pendidikan-islam.html
xii
BAB II
KAJIAN TEORI
1. Visionary Leadership Kepala Madrasah Dalam Pengembangan Lembaga
Pendidikan Islam
1. Teori Visionary Leadership
Kata visi berasal dari bahasa Inggris vision yang oleh kamus bahasa
Inggris karangan Webster didefinisikan sebagai sesuatu yang tidak terlihat
oleh penglihatan biasa, sedang arti kata visi bisa disamakan dengan
pandangan dalam bahasa Indonesia. Pandangan disini diartikan sebagai
pandangan yang melihat jauh ke depan. Dengan berpandangan jauh ke
depan, kita dapat menandai apa saja yang akan terjadi di depan, baik itu
pencapaian tujuan, peluang, maupun kendala. Karena sifatnya yang tidak
terlihat oleh penglihatan biasa, sebuah visi biasanya didorong oleh sebuah
impian atau khayalan.
Visi adalah suatu inspirasi tentang keadaan pada masa mendatang.
Dalam visi ini terdapat komponen komponen optimis (berfikir positif) dan
hope (harapan).4 Visi terkadang kelihatannya mengawang-awang, tetapi
kita harus yakin dan mempunyai komitmen dan konsistensi untuk
mewujudkan visi tersebut, makanya arahnya yang perlu disesuaikan.
Sedangkan Leadership (Kepemimpinan) bersumber pada makna,
berbagai makna yang mendasari identitas kita sebagai manusia, baik secara
individual maupun kolektif, berbagai makna yang merupakan sumber bagi
nilai-nilai kita yang paling dalam. Kepemimpinan muncul dari visi 4 Hartono Sangkanparan, Otak Tengah Memang Dahsyat, (Jakarta: Visimedia, 2010), 112.
xiii
mengenai apa yang dapat diraih oleh pemimpin bersama koleganya. Visi
mencakup cita-cita, impian yang berdasarkan pada berbagai makna dan
nilai fundamental yang membuat manusia mencapai kepenuhannya. Daya
dorong kepemimpinan mengalir dari visi bersama ini.Kepemimpinan
mewujud dalam setiap kesadaran atas peran, perasaan bahwa begitu
penting dan berartilah apa yang telah dilakukan atau dicapai para anggota,
perasaan bahwa tindakan yang dituntut memang penuh makna dan nilai,
dan kesadaran mendalam akan dimensi-dimensi heroik dari lembaganya.
Pemimpin visioner merupakan pemimpin yang mampu menghadapi
era perubahan dan era globalisasi yang multi dimensi, bukan sekedar
memahami keahlian teknis dan administratif.5 Peran kepemimpinan
menghasilkan berbagai kebijakan dan operasionalisasi kerja yang
dibimbing oleh visi yang akan dijadikan dasar pencapaian tujuan. Visi
yang dijalankan secara konsisten harus menuntut perubahan budaya yang
lebih berorientasi pada kualitas baik proses maupun hasil. Perubahan sikap
dan perubahan orientasi hanya terlaksana jika disertai perubahan
budaya.6Perubahan budaya diperlukan untuk mengubah kebiasaan-
kebiasaan lama yang tidak sesuai lagi dengan tuntutan baru.7Dengan
demikian hal penting yang memposisikan diri sebagai komponen yang
memberikan pengaruh yang kuat pada produktivitas madrasah adalah
Visionary Leadership dan budaya madrasah.5 Burhanuddin Abdullah, Menanti Kemakmuran Negeri: Kumpukan esai tentang pembangunan sosial ekonomi, (Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama, 2006), 317.6 Adnan Buyung Nasution, Membongkar Budaya: Visi Indonesia 2030 dan Tantangan menuju Raksasa Dunia, (Jakarta: Buku Kompas, 2007), xi7 Rhenald Kasali, Change: Takpeduli Berapa Jauh Jalan Salah yang Anda Jalani, Putar Arah Sekarang Juga, (Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama, 2007), xiv.
xiv
Kepala madrasah memiliki peran yang sangat besar dalam
menciptakan budaya yang baik di madrasah karena fungsi kepala
madrasah merupakan motor penggerak, penentu arah kebijakan menuju
madrasah dan pendidikan secara luas. Budaya madrasah akan baik apabila:
(1) kepala madrasah dapat berperan sebagai model, (2) mampu
membangun kerja sama, (3) belajar dari guru, staf dan siswa, dan (4) harus
memahami kebiasaan yang baik untuk terus dikembangkan.8 Sebagai
pengelola institusi satuan pendidikan, kepala madrasah dituntut untuk
selalu meningkatkan efektifitas kinerjanya.
Dalam menciptakan budaya madrasah yang kondusif, kepala
madrasah dan seluruh warga madrasah serta stakeholders harus
bekerjasama dalam segala hal dan saling berempati. Dalam suasana saling
memahami satu sama lain, budaya institusi yang lebih terbuka dan
produktif akan tercipta. Setiap anggota mengembangkan semangat tim,
saling memotivasi sehingga tercapai sebuah kekuatan tim, di mana setiap
anggota bertumbuh dan berkembang secara maksimal.9Kepala madrasah
harus senantiasa membuka diri dari pengaruh guru, staf dan siswa dalam
berbagai persoalan penting dalam lingkunganmadrasah dan luar madrasah.
Dengan kata lain Kepala madrasah dalam menjalankan tugas dan
fungsinya sebaiknya senantiasa berorientasi pada kepuasan personal,
karena prinsip ini merupakan modal dasar kepala madrasah dalam
menciptakan budaya madrasah yang kondusif. Hal lain yang sama
8 Nurkolis, Manajemen Berbasis Sekolah: Teori, Model, dan Aplikasi, (Jakarta: PT Grasindo, 2003), 204.9 Fidelis E. Waruwu, Membangun Budaya Berbasis Nilai, ( Yogyakarta: Kanisius, 2010), 138.
xv
pentingnya adalah perlunya kepala madrasah memiliki pengetahuan
kepemimpinan baik perencanaan, pengorganisasian, pengkoordinasian,
pelaksanaan,pengawasan, evaluasi, dan tindak lanjut atau umpan balik10
dalam suatu program madrasah dan pendidikan secara luas. Selain itu
kepala madrasahsebagai pemimpin memiliki potensi yang besar untuk
memantapkan dan menerapkan aspek-aspek budaya melalui lima
mekanisme pokok, yaitu perhatian, cara menghadapi krisis, model peran,
pengalokasian penghargaan dan kriteria penyeleksian dan penghentian
karyawan dalam rangka perwujudan budaya madrasah yang kondusif.
Kepemimpinan visioner kepala madrasah harus dapat menciptakan
budaya madrasah yang kondusif. Pemimpin harus mampu memberikan
visi atau arah yang jelas kemana organisasi akan dibawa, sehingga
pemimpin diharapkan dapat menciptakan budaya yang kondusif. Indikator
kemampuan tersebut antara lain dapat dilihat dari beberapa kriteria
kemampuan umum yaitu:(1) mampu memberdayakan guru untuk
melaksanakan proses pembelajaran dengan baik, lancar dan produktif, (2)
dapat menjelaskan tugas dan pekerjaannya sesuai dengan waktu yang telah
ditetapkan, (3) mampu membangun hubungan yang harmonis antara guru,
siswa dan staf dalam lingkungan sekolah serta hubungan yang harmonis
dengan masyarakat dalam rangka mewujudkan tujuan madrasah, (4)
mampu menerapkan prinsip kepemimpinan yang sesuai dengan tingkat
10 Murniati A.R., Manajemen Stratejik: Peran Kepala Sekolah dalam Pemberdayaan, (Bandung: Citapustaka Media Perintis, 2008), 138.
xvi
kedewasaan guru dan pegawai lain di madrasah, (5) bekerja dengan tim,
(6) mampu mewujudkan tujuan madrasah secara produktif.11
Dengan perilaku kepala madrasah yang demikian sangat diyakini akan
berhasil mewujudkan tujuan madrasah secara produktif. Karena itu kepala
madrasah perlu memiliki kompetensi yang diperlukan dalam
mengembangkan budaya yang produktif bagi pengembangan madrasah.
Visionary Leadership (Kepemimpinan visioner) kepala madrasah
merupakan kemampuan kepala madrasah dalam mencipta, merumuskan,
mengkomunikasikan/mentransformasikan dan mengimplementasikan
pemikiran-pemikiran ideal yang berasal dari dirinya atau sebagai hasil
interaksi sosial diantara anggota madrasah dan stakeholders yang diyakini
sebagai cita-cita madrasah dimasa depan yang harus diraih atau diwujudkan
melalui komitmen semua personil.
2. Pengembangan Lembaga Pendidikan Islam
a. Pengembangan Madrasah Sebagai Lembaga Pendidikan Islam
Masyarakat senantiasa mendambakan suatu lembaga pendidikan
yang berkualitas. Tantangan-tantangan pengembangan lembaga yang
senakin kompleks membutuhkan jawaban komprehensif sesuai dengan
kebutuhan12. Untuk dapat menjawab tantangan dan mampu merespon
kemungkinan-kemungkinan yang akan terjadi diperlukan perombakan
sistem yang mendasar dalam suatu lemabaga pendidikan, yaitu
diperlukan suatu perencanaan terpadu dan menyeluruh untuk
11 Syafaruddin, Pendidikan dan Pemberdayaan Masyarakat, (Medan: Perdana Publishing, 2012), 76-77.
12 A. Malik Fajar, Visi Pembaharuan Pendidikan Islam, (LP3NI,:Jakarta, 1998), hlm. 37-45
xvii
mengadaptasikan tujuan lembaga dengan kebutuhan masyarakat, serta
diperlukan adanya keterbukaan wawasan dan keberanian dalam
memecahkan totalitas masalah. Dan ini diperlukan keterpaduan dan
kejelasan antara cita-cita dan operasi, pemberdayaan dan reorientasi
sistem, inovasi dalam manajemen serta peningkatan sumber daya
manusia.13
Kurikulum yang disajikan harus senantiasa mengalami revisi-
revisi sebagian atau bahkan perombakan totalitas kurikulum yang ada
untuk di update sesuai dengan diskursus yang ada, sekaligus
menyesuaikan porsi yang wajar dalam penyebaran materi pelajaran
dalam berbagai bidang di sekolah sesuai dengan kebutuhan.14
Dilain pihak untuk memperoleh lembaga pendidan yang benar-
benar berkualitas, diperlukan rekonstruksi supaya mampu beradaptasi
dengan lingkungan. Lembaga pendidikan harus difahami sebagai
sistem terbuka. Rekonstruksi diarahkan untuk menjadi post birokrasi.
Model lembaga ini akan lebih memanfaatkan pendekatan frofesional,
yang mementingkan kerjasama di antara karyawan dan lingkungan
masyarakat. Implikasinya guru-guru yang memiliki kemampuan lebih
baik, walaupun dalam usia kerja yang belum terlalu lama harus
mendapat tempat selayaknya untuk mengembangkan lembaga.
Karena sifatnya tidak berdiri sendiri, maka lembaga pendidikan
perlu juga membangun hubungan dengan lembaga pendidikan dan
13 Abdurrahman Mas’ud dkk, Paradigma Pendidikan Islam, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar Offset, 2001), hlm. 110-120
14 Hasan Langgulung, Asas-asas Pendidikan Islam, (Jakarta:Al-Husna Zikra, 1996), hlm. 337-339
xviii
organisasi sosial lain, guna mendapatkan informasi terbaru tentang
efektifitas pengembangan lembaga maupun kelemahan-kelemahan yang
ada dalam pelaksanaan kinerja lembaga selama ini. Dengan demikian
maka orientasi kedepan lembaga untuk dapat menjawab kebutuhan
masyarakat yang senantiasa berkembang dapat diwujudkan.
b. Pola Pembinaan dan Pengembangan Lembaga Pendidikan Islam
Madrasah merupakan salah satu lembaga pendidikan yang memiliki
eksistensi yang penting dalam mencerdaskan kehidupan Bangsa.
Pembinaan dan pengembangan lembaga pendidikan Islam merupakan
salah satu upaya untuk meningkatkan kualitas out put pendidikan yang
selama ini dikeluhkan oleh masyarakat maka dari itu pembinaan dan
pengembangan ini meliputi :
1) Peningkatan Kualitas
Dalam upaya memacu perkembangan kualitas pendidikan
madrasah maka perlu diterangkan program strategis yang mampu
mengangkat citra madrasah dalam dunia pendidikan di Indonesia.
Program stategis itu meliputi:
a) Madrasah Model
Adalah sebuah strategis pengembangan kualitas pendidikan
madrasah ada 2 hal yang ingin dicapai melalui pembangunan
madrasah model yaitu:
1. Menciptakan madrasah-madrasah yang berkualitas yang
memiliki kelengkapan sarana dan pra sarana yang memadai
xix
antara lain gedung, peralatan, bahan dan sumber belajar dan
memiliki tenaga kependidikan yang profesional sesduai
dengan standar kompetensi yang telah ditentukan
2. Madrasah model berperan sebagai "agent of change" yaitu
agen perubahan yang akan membawa madasah disekitarnya
untuk maju bersama-sama menjadi madrasah yang
berkualitas.
b) Madrasah Unggul
Madrasah yang memiliki keunggulan-keunggulan baik
pada bidang studi umum maupun Agama Islam
2) Pendidikan Dan Pelatihan
Pendidikan dan pelatihan ini diberikan untuk meningkatkan
pembelajaran bidang studi umum, mengingat sebagian besar guru
madrasah adalah guru Pendidikan Agama Islam.
3) Penataran
Di dalam buku pedoman pembinaan profesional guru tujuan
penataran adalah:
a) Menyampaikan gagasan pembaharuan
b) Meningkatkan kemampuan profesional dalam idang tertentu
Penggunaan metode tersebut disesuaikan dengan kebutuhan
dan tujuan penataran sehingga bisa membangkitkan dan
menumbuhkan kreatifitas dan keaktifan sesama anggota.
4) Penyediaan Bahan Atau Sumber-Sumber Belajar Guru Dan Siswa
xx
Penyediaan bahan-bahan dan sumber belajar seperti buku-
buku, peralatan peraga pendidikan dan peralatan laboratorium
merupakan program yang ikut strategis untuk menunjang
peningkatan kualitas pendidikan dimadrasah.
2. Kendala-kendala Dalam Pengembangan Lembaga Pendidikan Islam
(Madrasah)
Kendala-kendala yang dihadapi meliputi :
1. Siswa atau Anak didik
Sebagai pendidikan pada usia muda, Madrasah Aliyah (MA)
memegang peranan penting dalam proses pembentukan kepribadian siswa.
Karena yang hendak dikembangkan adalah siswa, maka prinsip dasar yang
mesti dikembangkan adalah bahwa setiap siswa merupakan makhluk
manusia, yang sudah tentu tidak terlepas dari kecenderungan
manusiawinya.15
Siswa merupakan subyek pendidikan, yang meneruskan cita-cita
Bangsa dalam mengembangkan nilai-nilai ajaran Islam. Dalam setiap
individu siswa yang menjadi permasalahan disini adalah perbedaan
kemampuan siswa dalam menerima materi pelajaran tidak sama. Sehingga
hal ini sangat mempengaruhi kualitas lulusan.
Oleh sebab itu guru dituntut untuk bagaimana caranya agar siswa
bisa menerima materi dengan baik. Tugas guru adalah memberikan
motivasi kepada siswa untuk selalu belajar.
15 Imam Bawani, Segi-Segi Pendidikan Islam, (Surabaya: Al-Ikhlas, 1987), hlm.191
xxi
2. Pendidik
Madrasah merupakan lembaga kependidikan Islam yang menjadi
cermin sebagai umat Islam. Fungsi dan tugasnya adalah merealisasikan
cita-cita umat Islam yang menginginkan agar anak-anak didiknya menjadi
manusia yang beriman dan berilmu pengetahuan. Dalam rangka upaya
meraih hidup sejatera duniawi dan kebahagiaan hidup diakhirat. Untuk
mencapai tujuan itu diperlukan profesionalisme.
Dalam dunia pendidikan perlu senantiasa dikembangkan sikap dan
kemampuan profesional. Sebagaimana yang dikemukakn oleh E. Mulyasa
sebagai berikut:
a. Yang berkaitan dengan diri sendiri1. Pengetahuan2. Ketrampilan3. Disiplin4. Upaya pribadi5. Kerukunan kerja
b. Yang berkaitan dalam pekerjaan1. manajemen dan cara kerja yang baik2. penghematan biaya3. ketepatan waktu.16
Jadi dapat disimpulkan bahwa faktor dari diri sendiri dan pekerjaan
pendidik akan menjadi hambatan bagi pengemangan madrasah.
Dengan demikian kepala madrasah sebagai pemegang pemimpin
tertinggi bersama-sama dengan komite untuk meningkatkan
profesionalisme pendidik. Dari segi diri sendiri diperlukan adanya
seminar, pelatihan-pelatihan ataupun workshop. Sedangkan yang berkaitan
dalam pekerjaan perlu dengan melengkapi sarana dan prasarana dalam
16 E. Mulyasa, Kepala Sekolah Profesional Dalam Konteks Menyukseskan MBS dan KBK, (Bandung: PT. Remaja Rosda Karya, 2003), hlm.131
xxii
menunjang proses belajar mengajar, tunjangan gaji, uang transpor dan
lain-lain.
3. Dana
Dana (uang) memainkan peran dalam pendidikan. Keuangan
merupkan masalah yang cukup mendasar di madrasah. Karena tanpa
adanya dana akan mempengaruhi secara langsung terhadap kualitas
madrasah, terutama berkaitan dengan sarana, prasarana dan sumber
belajar.
Pengeluaran dana sekolah brdasarkan SKB Mendikbud dan Menkeu
No. 0585/k/1997 dan No. 590/kmk.03/03/1987, tanggal 24 September
1987 tentang peraturan SPP dan DPP meliputi: pelaksanaan pelajaran,
pengadaan prasarana atau sarana, pemeliharaan sarana dan prasarana,
kesejahteraan pegawai, kegiatan belajar, penyelenggaraan ujian dan
pengiriman aau penulisan STTB/NEM, perjalanan dinas supervisi,
pengelolaan pelaksanaan pendidikan dan pendapatan.17
Dari uraian diatas dpat disimpulkan bahwa dana adalah aspek yang
penting dalam usaha mengembangkan madrasah. Untuk itu kepala
madrasah serta staf-stafnya hendaknya menjalankan peranannya
membantu seklah dalam anggaran dana.
Maka, suatu keharusan bagi madrasah untuk mengembangkan
berbagai aneka sumber dana dengan menjalin kerjasama dengan para
pengusaha, industri, perdagangan dan sebagainya untuk mendapatkan dana
17 Ibid. , hlm. 203
xxiii
pendidikan yang lebih banyak agar madrasah dapat melayani kebutuhan
masyarakat.
4. Sarana dan Prasarana
Sarana dan prasarana merupakan bagian dari alat pendidikan yang
sangat penting guna menunjang keberhasilan pendidikan. Pengelolaan
sarana dan prasarana yang baik akan sangat membantu perkembangan dan
kemajuan madrasah itu sendiri, karena faktor penting yang mempengaruhi
kemajuan madrasah adalah sarana dan prasarana yang memadai dalam
proses belajar mengajar. Alat-alat pelajaran sangat penting dalam
menunjang kegiatan belajar mengajar. Namun, masih banyak kekurangan-
kekurangan yang dihadapi madrasah untuk meningkatkan mutu.
Terbatasnya sarana pendidikan yang kurang memadai menghambat minat
dan bakat siswa sekaligus menghambat maju dan berkembangnya
madrasah itu sendiri.
Untuk melengkapai fasilitas madrasah yang masih kurang dan dana
yang tidak mencukkupi ST. Vembrianto mengemukakan bahwa:
kekurangan gedung madrasah, mobiler, teks books, alat-alat peraga, buku-
buku untuk perpustakaan, alat praktikum, ruang laboratorium dan biaya
semuanya adalah problem yang sangat sulit.18
Sebagai alternatif lain yang bisa dilakukan madrasah adalah dengan
meningkatkan hubungan dan kerjasama dengan masyarakat yaitu dengan
membentuk donatur-donatur tetap.
18 ST. Vembrianto, Kapita selekta Pendidikan I, (Yogyakarta: Paramita, 1984), hlm. 35
xxiv
5. Peran serta masyarakat
Partisipasi masyarakat mengacu pada adanya keikutsertaan
masyarakat secara nyata dalam suatu kegiatan. Masyarakat harus menjadi
partner madrasah dalam melaksanakan pendidikan dan pembelajaran,
karena kerjasama diantara keduanya sangat penting dalam membentuk
pribadi siswa.
Mulyasa mengungkapkan bahwa madrasah dan masyarakat merupakan
parnership dalam berbagai aktivitas yang berkaitan dengan aspek-aspek
pendidikan diantaranya:
1) Sekolah dengan masyarakat merupakan satu kesatuan dalam
menyelenggarakan pndidikan dan pembinaan pribadi peserta didik.
2) Sekolah dengan tenaga kependidikan menyadari pentingnya kerjasama
dengan masyarakat, bukan saja dalam melakukan pembaharuan tetapi
juga dalam menerima berbagai konsekuensi dan dampaknya, seta
mencari alternatif pemecahannya.
3) Sekolah dengan masyarakat sekitar memiliki andil dan mengambil
bagian serta bantuan dalam pendidikan dimadrasah, untuk
mengembangkan berbagai potensi secara optimal sesuai harapan
peserta didik.19
Melihat pentingnya peranan masyarakat dalam pengelolaan dan
pengembangan pendidikan, masyarakat diharapkan berperan serta dalam
19 Mulyasa, Op-Cit. , hlm. 172
xxv
ikut memikirkan dan memberikan masukan terhadap madrasah demi
kemajuan pendidikan.
3. Usaha Mengatasi Kendala-Kendala Yang Dihadapi Visionary Leadership
dalam Pengembangan Lembaga Pendidikan Islam
Madrasah memiliki peranan yang cukup besar dalam rangka
mencerdaskan kehidupan bangsa, karena madrasah lahir dari prakarsa dan
partisipasi masyarakat melalui niat suci lillahita'ala.
Kelahiran madrasah di latar belakangi oleh keinginan untuk
menyeimbangkan antara ilmu agama dan ilmu umum. Eksistensi madrasah
dalam kancah Dunia pendidikan semakin terjaga, hal ini terbukti dengan
semakin berkembangnya madrasah baik segi kualitas maupun kuantitas
peningkatan kualitas baik dari segi input pendidikan, proses pendidikan
maupun output pendidikan merupakan suatu keharusan bagi madrasah. Maka
dari itu lembaga-lembaga pendidikan yang berciri khas Islam harus selalu
meningkatkan kualitas pendidikanya, sehingga lembaga-lembaga tersebut
dapat menghasilkan manusia-manusia unggulan yang dapat bersaing dengan
bangsa lain.
Adapun sebagai usaha visionary leadership kepala madrasah dalam
pengembangan lembaga pendidikan Islam di antaranya buat pembaharuan
pendidikan di madrasah;
1. Pengembangan Administrasi kurikulum
xxvi
Kurikulum adalah serangkaian kegiatan dan pengalaman belajar
yang direncanakan, diorganisasikan dan diprogramkan untuk mencapai
tujuan pendidikan.
Penyusunan suatu program pendidikan di sekolah bergantung
kepada nilai-nilai, teori, yang bertalian pada tujuan, sifat dan pengajaran
pengetahuan serta konsep tentang belajar, dimana ketiga komponen ini
saling berhubungan. Kegiatan administrasi sekolah diarahkan kepada
pencapaian tujuan pendidikan yaitu tujuan pendidikan yang tergambar
dalam kurikulum sekolah masing-masing, lebih jelas sebagaimana yang
telah diungkapkan oleh Ngalim Purwanto sebagai berikut:
Administrasi kurikulum mencakup penyususnan kurikulum
pembinaan kurikulum, pelaksanaan kurikulum, seperti antara lain
pembagian tugas mengajar pada guru, penyusunan silabus atau rencana
pengajaran harian dan mingguan
Kegiatan administrasi kurikulum secara rinci dapat dikerjakan dalam
kegiatan sebagai berikut:
a. Kegiatan yang berhubungan dengan tugas guru, meliputi:
1) Pembagian tugas mengajar
2) Pembagian atau tanggung jawab dalam membina ekstrakurikuler
3) Koordinasi penyusunan persiapan mengajar
b. Kegiatan yang berkaitan dengan proses belajar mengajar, meliputi:
1) Penyusunan jadwal mengajar
2) Penyusunan program berdasarkan satuan waktu (catur wulan,
semester, tahunan)
3) Penyusunan daftar kemajuan murid
xxvii
4) Penyelenggaraan evaluasi belajar
5) Laporan evaluasi
6) Kegiatan bimbingan dan penyuluhan.20
Dengan demikian kurikulum suatu sekolah pada dasarnya
merupakan suatu alat untuk mencapai tujuan pendidikan. Apabila tujuan
pendidikan tidak atau kurang berhasil orang akan cenderung untuk
meninjau kembali kurikulum. Karena kurikulumnyalah yang berkaitan
dengan tujuan pendidikan, kualitas pendidikan dan relevansi hasil
pendidikan dengan masyarakat yang ada. Kurikulum yang tidak sesuai
dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, tidak sesuai
dengan tuntutan masyarakat serta tenaga kerja perlu ditinjau dan
direnovasi.
Dalam melaksanakan kurikulum yang begitu luas ini, kepala
madrasah sebagai supervisor harus mampu mendelegasikan wewenang dan
tanggung jawab kepada guru dan mengawasinya serta dapat menciptakan
iklim kerjasama yang harmonis dan saling bertanggung jawab atas tugas
masing-masing.
2. Pengembangan sarana prasarana
Suatu proses mungkin tidak akan berhasil dengan mengabaikan
adanya sarana dan prasarana. Kalaupun ada bukanlah keberhasilan yang
20 Suryo Subroto, Dimensi-dimensi Administrasi Pendidikan Di Sekolah, (Jakarta: Bina aksara, 1984), hlm. 31
xxviii
sempurna. Dengan kenyataan inilah dapat dikatakan bahwa sarana dan
prasarananya mempunyai kedudukan yang sangat penting.
Sarana sekolah adalah semua peralatan dan perlengkapan yang
langsung di gunakan dalam proses atau kegiatan pendidikan misalnya
gedung sekolah, ruangan, meja, kursi, alat peraga dan lain sebagainya.
Sedangkan prasarana adalah merupakan bagian dari semua
komponen yang secara tidak langsung menunjang proses belajar
mengajar atau proses pendidikan sekolah misalnya tata tertib sekolah,
jalan menuju kesekolah dan lain sebagainya.
Sarana dan prasarana merupakan bagian dari alat pendidikan yang
sangat penting guna menunjang keberhasilan pendidikan. Oleh karena itu
perlu sekali adanya pengelolaan pendidikan yang baik, sebagaimana
dikatakan bahwa suatu sekolah dapat berhasil atau berjalan dengan baik
dan lancar apabila pengelolaan sarana dan prasarana itu baik.21
Kemudian agar sekolah itu agar dapat melaksanakan kegiatan-
kegiatan dalam rangka menunjang proses belajar dan mengajar pendidikan
dengan baik, di harapkan adanya sarana dan prasarana sebagai berikut;
1. Ruang belajar
2. Ruang perpustakaan
3. Ruang laboratorium
4. Ruang ketrampilan
5. Ruang kesenian
6. Ruang usaha kesehatan sekolah (UKS)
21 Oteng Sutrisno, Op.Cit , hlm. 77
xxix
7. Fasilitas olah raga
8. Ruang bimbingan dan penyuluhan (BP)
9. Ruang kepala sekolah
10. Ruang administrasi
11. Ruang guru
12. Ruang koperasi, kafetaria, serta
13. Ruang-ruang lain sesuai dengan kebutuhan.22
3. Pengembangan Sumber Daya Manusia
a. Pendidik
Dalam dunia pendidikan Islam, pendidikan adalah orang-orang
yang bertanggung jawab terhadap perkembangan anak didik dengan
mengupayakan perkembangan seluruh potensi anak didik, baik potensi
afektif, potensi kognitif, maupun potensi psikomotorik.
Pendidik sebagai salah satu faktor yang sangat penting dalam
pendidikan perlu ditingkatkan kualitasnya, yang dapat dilakukan
melalui antara lain:
1) Mengaktifkan pendidik. Keaktifan pendidik atau guru ini sangatlah
penting, sebab berjalan atau tidaknya program pendidikan
dimadrasah berada dalam tangan guru atau pendidik.
2) Meningkatkan pengetahuan dalam hal yang ada hubungannya
dengan profesi, bersamaan dengan berkembang pesatnya ilmu
pengetahuan dan teknologi serta pola kehidupan masyarakat.
Pendidik dituntut untuk selalu bisa mengikuti perkembangan
22 Tim Dosen IKIP jurusan Administrasi Pendidikan, FIP, IKIP, Malang, hlm. 138-139
xxx
pengetahuan yang ada, yang dapat dijadikan bekal untuk mendidik
siswa-siswi yang kelak akan hidup pada zamannya sendiri.
3) Mengadakan musyawarah atau rapat
Musyawarah atau rapat merupakan forum bagi para guru untuk
menyelesaikan problem-problem yang dihadapi dalam kaitannya
dengan program pendidikan dan pengajaran. Sehingga forum ini
pun turut menunjang usaha untuk meningkatkan kualitas lulusan
yang dilakukan oleh pihak madrasah.
4) Mengadakan studi komperatif
Studi ini dilaksanakan degan mengadakan lawatan atau kunjungan
ke madrasah lain yang lebih maju dan kompeten baik dalam bidang
akademik maupun bidang administrasi madrasah.
Selain dari itu, yang harus dilakukan oleh seorang pendidik
untuk mendapatkan hasil yang berkualitas dalam mengajar seorang
pendidik harus mempunyai cita-cita tertentu. Seperti memiliki
kepribadian yang matang dan berkembang, menguasai ilmu
pengetahuan dan teknologi, mengembangkan profesionalisme, dan
selalu membangkitkan minat siswa untuk belajar.
b. Siswa
Dalam mengembangkan lembaga pendidikan Islam, maka tidak
lepas dari peserta didik. Peserta didik merupakan individu yang selalu
bertumpu dan berkembang. Untuk itu agar proses belajar mengajar
xxxi
dapat berjalan secara aktif maka pendidik perlu memiliki pengetahuan
yang mendalam tentang hakikat peserta didik sehingga dalam
melaksanakan pendidikan tidak mengalami kesulitan. Sehingga usaha-
usaha yang akan dilakukan adalah seperti mengaktifkan peserta didik,
membentuk kelompok belajar, mengadakan ekstra kurikuler,
mengadakan pengalaman langsung.
c. Pegawai
Dalam lembaga pedidikan, tenaga kerja pegawai dapat
dibedakan menjadi dua kelompok sebagai berikut:
1. Tenaga teknis atau tenaga profesional atau tenaga edukatif, yakni
personal pelaksana proses belajar mengajar dan kegiatan
kependidikan lainnya.
2. Tenaga administrativ atau tenaga non edukatif, yakni personel yang
tidak langsung bertugas mewujudkan proses belajar mengajar,
antara lain meliputi pegwai tata usaha, pegawai laboratorium,
keuangan, sopir, psuru, jaga malam, pegawai perpustakaan dan
lain-lain.23
Dalam rangka meningkatkan efisien kerja, masalah pembinaan
pegawai menempati kedudukan yang penting, program pembinaan
pegawai meliputi aspek yang cukup luas antara lain mengenai
peningkatan kemmpuan kerjanya, peningkatan dedikasi, moral dan
disiplin kerja pengarahan dan pembentukan motif kerja yang objektif.
Peningkatan kemampuan dan kemahiran kerja dapat ditempuh dengan
23 Hadari Nawawi, Administrasi Pendidikan, (Jakarta:Gunung Agung), hlm. 165
xxxii
jalan menambah pengetahuan dan laihan-latihan bagi para personal
melalui penataran/ up-grading, tugas belajar, latihan kerja (job
training) dilingkungan sendiri atau lingkungan lain dan didalam atau
diluar negeri. Program peningkatan kemampuan kerja harus diarahkan
untuk:
a. Memungkinkan tenaga kerja yang tersedia dipergunakan secara
berdaya gunan dan berhasil guna
b. Menciptakan hubungan kerja yang menyenangkan dan produktif
dalam rangka mencapai tujuan
c. Meningkatkan perkembangan tenaga kerja sampai batas
kemampuan maksimal masing-masing dan sesuai pula dengan
perkembangan cara dan peralatan kerja yang terbaru dan terbaik.24
d. Pengembangan Peran Serta Masyarakat
Suatu lembaga pendidikan tidak akan berhasil dalam pendidikan
tanpa dukungan masyarakat. Demikian pula masyarakat, memerlukan
lemabga pendidikan guna mewriskan nilai-nilai yang ada
dimasyarakat. Hubungan madrasah dan masyarakat adalah suatu proses
komunikasi antara madrasah dan masyarakat dengan maksud
meningkatkan pengertian warga masyarakat tentang kebutuhan dan
praktek pendidikan serta mendorong minat dan kerja sama dalam
usaha memperbaiki madrasah. Madrasah didirikan oleh masyarakat
untuk meneladani kepentingan masyarakat. Madrasah berfungsi
konservatif, inovatif dan selektif.
24 Ibid. , hlm. 67
xxxiii
Mengingat begitu pentingnya hubungan antara madrasah dengan
masyarakat, maka penting direalisir berbagai bentuk dan cara
pelaksnaannya. Beberapa bentuk atau cara yang telah dikenal adalah:
Open door politics, atau pembinaan kesempatan pada orang tua murid
berkunjung ke madrasah untukmembicarakan madrasah khususnya
yang terjadi pada anaknya, home visiting atau kunjungan madrasah ke
rumah murid, penggunaan resources persons, dan pengadaan serta
mengefektifkan Badan Pembantu Penyelenggaraan Pendidikan yang
disingkat dengan BP3.
Adapun tujuan dari hubungan madrasah dengan masyarakat
banyak sekali, tetapi tujuan pokoknya:
1) Mengembangkan kualitas belajar dan pertumbuhan anak-anak
2) Meningkatkan tujuan dan kualitas kehidupan masyarakat
3) Mengembangkan pengertian, antusiasme masyarakat dalam
membantu pendidikan yng diselenggarakan oleh pemerintah.25
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Waktu dan Tempat Penelitian
a. Waktu Penelitian
25 Ngalim Purwanto, Op.Cit , hlm. 190
xxxiv
Penelitian ini akan mulai dilaksanakan sekitar bulan september sampai semua keterangan dan data yang
dibutuhkan telah terkumpul.
b. Tempat Penelitian
Penelitian ini dilaksankan di Madrasah Aliyah (MA) NW Rempung kecamatan Pringgasela kabupaten Lombok
Timur. Adapun alasan peneliti mengambil lokasi penelitian disana karena akses peneliti lebih mudah dan memiliki
hubungan emosional dengan madrasah tersebut.
B. Jenis Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif. Maksud dari kualitatif
menurut Djam’an Satori dan Aaan Qomariah bahwa:
Penelitian kualitatif adalah suatu pendekatan penelitian yang mengungkap
situasi social tertentu dengan mendeskripsikan kenyataan secara benar,
dibentuk oleh kata-kata berdasarkan tekhnik pengumpulan dan analisa
data yang relevan yang diperoleh dari situasi alamiyah.26
Sedangkan menurut Bogdan dan Tylor, penelitian Kualitatif adalah
prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata
tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang dapat diamati.27
Peneliti menggunakan metode kualitatif karena ada beberapa pertimbangan antara lain, menjelaskan
menyesuaikan metode kualitatif lebih mudah apabila berhadapan dengan kenyataan-kenyataan ganda, metode ini
menyajikan secara langsung hakikat hubungan antara peneliti dan responden, metode ini lebih peka dan lebih dapat
menyesuaikan diri dengan banyak penajaman pengaruh bersama dan terhadap pola-pola nilai yang dihadapi.
C. Metode Pengumpulan Data
Metode yang digunakan untuk memperoleh data dan informasi sebagai bahan utama yang relevan dan
obyektif. Dalam penelitian ini adalah:
1. Metode Observasi
26 Mijahamudin, dkk, Penelitian Pendidikan (Selong: PGSD STKIP, 2013), Hal. 2627 S. Margono, Metodelogi Penelitian Pendidikan (Jakarta: Rineka Cipta) hal. 36
xxxv
Metode observasi adalah “suatu pengamatan dan pencatatan secara sistematik fenomena-fenomena
yang diselidiki".28 metode ini digunakan untuk memperoleh datatentang letak dan keadaan geografis, sarana dan
prasarana pendidikan, keadaan guru dan murid serta pelaksaan kepemimpinan kepala sekolah dalam proses
pendidikan, meliputi sejarah berdirinya sarana dan prasarana yang menyebabkan kemajuan baik yang
dimanfaatkan guru maupun siswa.
2. Metode Interview
Metode interview adalah “cara pengumpulan data dengan tanya jawab sepihak yang dikerjakan dengan
sistematis dan berdasarkan pada tujuan penelitian.29 Metode ini digunakan untuk memperoleh data tentang
pelaksanaan kepemimpinan kepala sekolah dan pola yang diterapkan di MA NW Rempung kecamatan
Pringgasela. Dalam hal ini pihak-pihak yang di interview adalah kepala sekolah, guru dan karyawan.
3. Metode Dokumentasi
Metode dokumentasi adalah “apabila menyelidiki ditujukan dalam penguraian dan penjelasan apa
yang telah lalu dengan melalui sumber-sumber dokumen.30 Metode ini digunakan untuk mengetahui gambaran
umum sekolah, sejarah berdirinya dan sebagainya.
4. Metode Angket
Metode angket atau Questionaire adalah alat penelitian berupa
daftar pertanyaan untuk memperoleh keterangan dari sejumlah
responden.31
Responden adalah orang yang memberikan tangggapan atau menjawab pertanyaan yang diajukan.32
Metode ini digunakan untuk mengetahui dan memperoleh data tentang kualitas kepemimpinan kepala
madrasah khususnya dalam memberlakukan guru-guru dan karyawan dalam pelaksanaan pendidikan.
Dan angket ini sebagai pernyataan yang ditujukan kepada kepala madrasah di MA NW Rempung
kecamatan Pringgasela.
D. Tekhnik Analisa Data
28 Sutrisno Hadi, Metodologi Reseach II, (Yogyakarta: Fak. Psikologi UGM, 1994), hlm. 13629 Ibid. , hlm. 19330 Winarno Surachmad, Dasar-Dasar Dan Teknik Research, (Jakarta: Tarsito, 1990), hlm. 13231 S. Nasution, Metode Research, (Bandung: Jemmars, 1991), hlm. 16932 Sanapiah Faisal, Dasar Dan Teknik Menyusun Angket, (Surabaya: Usaha Nasional, 1981), hlm. 2
xxxvi
Setelah semua data yang diperlukan terkumpul, maka selanjutnya data tersebut diolah dan disajikan dengan
menggunakan suatu metode, karena dalam penelitian ini tidak menggunakan data berupa angka, maka metode yang
digunakan adalah deskriptif kualitatif, dimana dengan analisis deskriptif berusaha memaparkan secara detail tentang
hasil penelitian sesuai dengan data yang berhasil dikumpulkan.
Sebagaimana yang dikemukakan oleh Suharsimi Arikunto "pada umumnya penelitian deskriptif merupakan
penelitian non hipotesis sehingga dalam langkah penelitianya tidak perlu merumuskan hipotesa.33
Dengan menggunakan metode deskriptif ini, penulis dapat menyajikan data yang ada, baik dengan metode
informan maupun analisis kemudian diolah untuk kesempurnaan penulis skripsi.
BAB IV
PAPARAN DATA DAN HASIL PENELITIAN
A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian
Segala bentuk data informasi yang penulis susun dalam BAB IV ini
bersumber dari hasil lapangan, baik dengan memanfaatkan metode observasi,
dokumentasi, wawancara maupun angket. Terkait dengan table-tabel data
yang ada, penulis dapatkan dari KTU (Ketua Tata Usaha) berupa laporan
bulanan madrasah Aliyah (MA) NW Rempung kecamatan Pringgasela.
1. Profil Madrasah
1) Nama Madrasah : MA
NW Rempung
33 Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik, (Jakarta: Rineka Cipta, 2002), hlm. 208
xxxvii
2) Alamat Madrasah :
Rempung, kecamatan Pringgasela,
kabupaten Lombok Timur, provinsi Nusa
Tenggara Barat (NTB).
3) Tahun Berdiri : 14
Juli 1986
4) Status Akreditasi : C
5) Nomor NPSN :
50222535
6) Nama Organisasi :
Nahdhatul Wathan
7) Luas Tanah :
564,5 M
- Status
:
Milik organisasi
- Letak
: Jln.
Pendidikan Rempung
- Luas Bangunan : 400
M
8) Nomor Rekening :
BRI. 3575-01-012957-53-4
xxxviii
9) Jumlah Lokal :
Tabel Data Jumlah Lokal MA NW Rempung
Tahun Ajaran 2014/2015
LOKAL JUMLAH B RR RB KETR
a. Jumlah Ruang Belajar : 4
b. Ruang Kepala Madrasah : 1 1 Sementara
c. Ruang Tata Usaha : 1 1 Sementara
d.Ruang Guru : 1 1 Sementara
e. Ruang Perpustakaan : 1 1 Sementara
f. Ruang Multimedia : 1 1
g. Ruang Laboratorium :
- Lab. IPA :
- Lab. Komputer :
- Lab. Bahasa :
h. Kamar mandi/WC : 2 2
i. Ruang BP/BK : 1 1 Darurat
j. Ruang PMR :
k. Gudang : 1 1
l. Mushalla :
m. Kantin : 1 1
Jumlah : 14 8 1
10) . Waktu PBM :
06.30 – 14.30 WITA
11) . Jumlah Jam : 176
JP/minggu
xxxix
2. Inventaris Madrasah
Tabel Data Keadaan Inventaris MA NW Rempung
Tahun Ajaran 2014/2015
NO NAMA BARANG/ALATJUMLA
H
KONDISI KETR
B RR RB LOKASI
A KEADAAN MEUBELER
1 Meja Kepala Madrasah 1 Stell √
2 Meja Tata Usaha 4 Stel √
3 Meja Guru 1 Set √
4 White Board 4 Buah √
5 Almari 5 Buah √
6 Rak Buku 4 Buah √
7 Papan Absen Kelas 4 Buah √
8 Feeling Kabinet 3 Buah √
9 Kursi Tamu 1 Stell √
B ALAT-ALAT PERAGA
1 Globe 1 Buah √
2 Peta Dunia 1 Buah √
3 Peta Indonesia 1 Buah √
4 Rangka Manusia 1 Buah √ √
C
ALAT-ALAT OLAH
RAGA
1 Bola Volly 2 Buah √
2 Tenis Meja 2 Buah √
3 Bola Basket 2 Buah √
4 Lembing 4 Buah √
5 Cakram 4 Buah √
xl
6 Tolak Peluru 5 Buah √
7 Matras 1 Buah √
8 Bak Lompat 1 Buah √
C ALAT-ALAT LAIN
1 Komputer 1 Set √
2 Mesin TIK 1 Set √
3 Printer Cannon 1 Set √
4 Laptof Axio 14 " 1 Set √
5 Note Book Accer 1 Set √
3. Data Guru dan TU
Tabel Data Sebaran Guru Mata Pelajaran
MA NW Rempung Tahun Ajaran 2014/2015.
NO NAMA GURUPEND.
TERAKHIR MATA PELAJARAN KET
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
Sabri, SS, S. PdI
Drs. Anhar
M. Kazuani, S. Ag
Zakaria, S. Ag
Diana Zakiah, S.Pd
Tohariyatul Qolbiati, S.Pd
Zulhidayani, S. Pd
Zailiyati, S.Pd
Hamdani, S. Ag
M. Saufi, S. Pd
S1
S1
S1
S1
S1
S1
S1
S1
S1
S1
Bahasa Arab & MULOK
PKWN & Seni Budaya
Sosiologi & Sejarah
Qur’an-Hadits & SKI
Matika, Bio, Kimia
Matematika & Fisika
Ekonomi
B. Inggris & KBI
Fiqih & Aqidah
Geografi
KAMAD WAKAM
AD
KTU/GTY
GTY
GTY
GTY
GTY
GTY
GTY
GTY
xli
11
12
13
14
Masruri, S. Pd
Erni Johari, S. Pd
Muhardi, S. Pd
Akhmad Marzoan, S. Pd
S1
S1
S1
S1
Penjakes
B. Indonesia
C. Indonesia
TIKOM
GTY
GTY
GTT
GTT
Data Sebaran Pegawai Tata Usaha MA NW Rempung
Tahun Ajaran 2014/2015.
NO. NAMA ALAMAT PENDIDIKAN
TERAKHIR
JABATAN
1. M. Kazuani, S. Ag Rempung S1 KTU
2. Akhmad Marzoan, S. Pd Rempung S1 Staf TU
3. Zailiyati, S. Pd Rempung S1 Bendahara
4. Supriyadi Rempung SLTA TU Umum
4. Data Siswa
Keadaan Siswa MA NW Rempung
Tahun Pelajaran 2014/2015.
NO KELASJUMLAH
JUMLAHLaki-laki Perempuan
1 I 14 18 32
2 II 24 16 40
3 III 15 18 38
xlii
Total Keseluruhan 110
B. Analisa Data
4. Visionary Leadership Kepala Madrasah Dalam Pengembangan
Lembaga Pendidikan Islam
a. Tentang Visionary Leadership kepala madrasah MA NW Rempung
kecamatan Pringgasela.
Sangat penting kiranya seorang kepala madrasah berfikir
kedepan dan berani melakukan terobosan baru guna memajukan
sebuah lembaga pendidikan. Oleh karenanya, visionary leadership
haruslah ada pada diri seorang pemimpin.
Kepala Madrasah Aliyah (MA) NW Rempung termasuk yang
bisa dianggap pemimpin visioner, itu terbukti dari beberapa terobosan
yang dilakukannya. Misalnya berani menggratiskan seluruh biaya
sekolah bagi siswa dan hanya satu kelas yang menggunakan kurikulum
2013 karena sarana-prasarana madrasah yang belum mendukung. Ia
juga mampu memahami situasi dan kondisi peserta didik sehingga
xliii
program-program ataupun kegiatan-kegiatan yang dilakukan bisa tepat
sasaran.
(Wawancara dengan Ust. Sobri, S.Pdi pada hari rabu, tanggal 03
September 2014 jam 09.30 WITA).
b. Pengembangan Lembaga Pendidikan Islam
1.) Pengembangan Madrasah Sebagai Lembaga Pendidikan Islam
Masyarakat pada umumnya senantiasa mendambakan suatu
lembaga pendidikan yang berkualitas, termasuk di lingkungan MA
NW Rempung kecamatan Pringgasela. Untuk itu diperlukan
sebuah rekonstruksi pada madrasah agar bisa menjawab dan
mewujudkan harapan masyarakat.
Madrasah Aliyah (MA) NW Rempung kecamatan
Pringgasela dalam mengupayakan pengembangan lembaga
pendidikannya menerapkan pendekatan professional. Artinya
tenaga pendidik yang digunakan benar-benar berdasarkan standar
pendidik yang berkualitas, bukan karena nepotisme.
Selain itu, dalam usaha pengembangan madrasah, pihak
madrasah memaksimalkan kerjasama-kerjasama yang bisa
xliv
dibangun dengan lembaga pendidikan lain dan juga dengan
pemerintah setempat.
2.) Pola Pembinaan dan Pengembangan Madrasah
Dalam melakukan pembinaan dan pengembangan madrasah,
beberapa usaha yang dilakukan meliputi :
a. Hiziban bersama setiap bulan dengan siswa dan masyarakat
untuk membangun hubungan emosional dan rasa kebersamaan
serta pembinaan IMTAK bagi siswa.
b. Melaksanakan pelatihan dan penataran guna meningkatkan
SDM guru maupun staf TU.
c. Berusaha melengkapi sarana dan prasarana madrasah untuk
mendukung peningkatan mutu dan out put yang berkualitas.
d. Menjalin kerjasama dengan semua pihak terutama dengan pihak
yayasan dan pemerintah dalam mengembangkan lembaga
pendidikan.
5. Kendala-Kendala Dalam Pengembangan Madrasah
Adapun kendala-kendala yang dihadapi dalam pengembangan lembaga
pendidikan MA NW Rempung kecamatan Pringgasela dapat diuraikan
sebagai berikut :
a. Siswa (Peserta Didik)
xlv
Beberapa kendala terkait peserta didik di MA NW Rempung dapat
penulis susun sebagai berikut :
1) Madrasah Krisis siswa
Sebuah lembaga pendidikan bisa dianggap maju atau
difavoritkan oleh maasyarakat apabila memiliki banyak siswa, hal
ini menjadi masalah tersendiri di MA NW Rempung. Dua tahun
terakhir MA NW Rempung minim peminat, banyak siswa yang
yang dari desa sendiri lebih memilih untuk melanjutkan
pendidikannya di luar baik itu SMA, SMK maupun MA negeri.
2) Kemampuan dan jiwa psikologis siswa berbeda-beda
Guru mengalami kesulitan dalam melaksanakan kegiatan
proses belajar mengajar karena tingkat kecerdasan dan jiwa
psikologis siswa berbeda-beda karenanya dalam penanaman jiwa
psikologis siswa harus selalu siap menerima pelajaran dari guru
dan jika kemampuannya kurang berarti pelaksanaannya diperlukan
penambahan jam khusus untuk menjelaskannya.
Berdasarkan wawancara dengan Ust. Sobri selaku kepala
madrasah menyatakan bahwa siswa di MA NW Rempung terdiri
dari berbagai karakter dan latar belakang pendidikan dan sosial
yang beragam. Seperti halnya terdapat lulusan dari SMP dan MTs,
sehingga apabila ada pelajaran bahasa Arab maupun pelajaran
Islam lainnya guru memberikan pelajaran yang paling dasar. Latar
belakang mereka berbeda-beda yaitu dari keluarga petani, PNS,
wiraswata dan lain-lain.(Hasil wawancara dengan Ust. Sobri,
xlvi
S.Pdi selaku kepala MA NW Rempung pada Tgl 03 September
2014, Jam 09.30 WITA).
3) Kegiatan Ekstrakulikuler kurang Diminati
Dalam peningkatan kualitas peserta didik, kegiatan
ekstrakulikuler sangatlah berperan, tapi yang terjadi di MA NW
Rempung adalah siswa kurang minat untuk mengikuti kegiatan
ekstrakulikuler. Ini terbukti hanya kegiatan pramuka yang bisa
hidup, sedangkan yang lainnya sulit berjalan.
Menurut Ust. Sobri, ini disebabkan factor siswa sendiri
yang di luar jam sekolah lebih banyak membantu orangtua di
sawah sehingga kegiatan ekstrakuikuler selain pramuka sulit
berjalan. .(Hasil wawancara dengan Ust. Sobri, S.Pdi selaku
kepala MA NW Rempung pada Tgl 03 September 2014, Jam 09.30
WITA).
4) Kedisiplinan siswa masih rendah
Sikap disiplin adalah pangkal dari kesuksesan, salah satu
penyakit siswa di MA NW Rempung adalah kurangnya
kedisiplinan para siswa. Hal ini terlihat dari seringnya ada
beberapa siswa yang terlambat datang ke sekolah ataupun belum
memasuki ruangan kelas saat bel masuk telah dibunyikan.
b. Pendidik
xlvii
Beberapa kendala guru yang ada di MA NW Rempung kecamatan
Pringgasela dalam pengembangan madrasah sebagai berikut :
1) Guru ada yang mengajar di tempat lain
2) Masih ada mata pelajaran yang dipegang oleh guru yang tidak
sesuai dengan bidangnya.
3) Inovasi dan kreasi guru masih kurang
c. Dana
Berdasarkan wawancara dengan kepala madrasah yang
menyatakan bahwa dalam mengembangkan suatu lembaga pendidikan
Islam maka itu tidaklah luput masalah dana karena dengan dana
tersebut maka semuanya akan terlaksanan. Untuk memenuhi segala
kebutuhan yang menunjang proses belajar-mengajar memang
dibutuhkan dana yang sangat besar, tidak bisa hanya mengandalkan
dana dari BOS (Bantuan Operasional Sekolah). (Hasil wawancara
dengan Ust. Sobri, S. Pdi selaku kepala madrasah pada Tgl 04
september 2014, Jam 11.30 WITA).
d. Sarana dan Prasarana
Alat-alat pelajaran sangat penting dalam menunjang kegiatan
belajar-mengajar, namun masih banyak kekurangan yang dihadapi oleh
madrasah aliyah (MA) NW Rempung untuk meningkatkan mutu.
xlviii
Terbatasnya sarana pendidikan menghambat menghambat bakat dan
minat siswa yang tentu berpengaruh pada terhambatnya juga
pengembangan madrasah itu sendiri.
Terlebih tahun ini madrasah diwajibkan untuk menggunakan
kurikulum 2013, sebuah kurikulum yang menitik beratkan pada
IMTAK peserta didik. Kurikulum menuntut jam sekolah selsai pukul
15.00 WITA, sementara di dalam madrasah sendiri tidak ada musholla
(masjid madrasah). Ini tentu keadaan yang sangat tidak mendukung
dalam pengembangan madrasah. Lahan madrasah yang sempit sangat
menyulitkan untuk membangun musholla dan bangunan-bangunan
pendukung lainnya.(Hasil wawancara dengan Ust. Sobri, S. Pdi selaku
kepala madrasah pada Tgl 04 september 2014, Jam 11.30 WITA).
e. Peran serta masyarakat
Masalah rendahnya tingkat apresiasi dan partisipasi masyarakat
dalam usaha pengembangan madrasah telah menjadi rahasia umum,
tidak mengherankan jika selama ini madrasah cenderung menjadi
semacam “barang asing” yang karenanya tidak bisa akrab dan dekat
dengan masyarakat. Madrasah masih dianggapnya sebagai sekolah
bagi anak pinggiran atau kurang mampu sekolah di luar, sehingga di
mata masyarakat madrasah sebagai sekolah yang nomor dua bila
dibandingkan dengan sekolah umum lainnya. Sehubungan dengan
problem ini kepala madrasah menyatakan bahwa:
xlix
“Kendalanya masih terpusat pada kepercayaan masyarakat
terhadap madrasah masih memandang madrasah dengan sebelah mata,
sehingga masih menjadi pilihan utama. Dalam kaitnnya dengan
masalah ini, maka perlu bagi kami secara ekstra untuk
mensosialisasikan madrasah ini pada masyarakat”. (Hasil wawancara
dengan Ust. Sobri, S. Pdi selaku kepala madrasah pada Tgl 04
september 2014, Jam 11.30 WITA).
6. Usaha Mengatasi Kendala-Kendala Yang Dihadapi Visionary
Leadership dalam Pengembangan Lembaga Pendidikan Islam
Visionary Leadership kepala madrasah merupakan elemen sangat
esensial dalam sebuah lembaga pendidikan. Dalam kepemimpinannya
kepala madrasah mempunyai tanggung jawab sebagai mediator,
dinamisator, katalisator, motivator maupun sebagai motor penggerak bagi
komunitas yang dipimpinnya. Senantiasa laju pertumbuhan dan
perkembangan pendidikan semata-mata tergantung kepada kualitas
kepemimpinan kepala madrasah.
Terlebih, banyak kendala yang dialami oleh MA NW Rempung
kecamatan Pringgasela untuk maju dan berkembang. Mulai dari lahan
madrasah yang sempit sampai persoalan krisisnya siswa. Disinilah sangat
dibutuhkan sosok visionary leadership untuk berani melakukan terobosan-
terobosan baru guna menyelesaikan setiap persoalan yang ada.
l
Adapun usaha kepala madrasah dalam mengatasi kendala-kendala
pengembangkan lembaga pendidikan Islam MA NW Rempung dapat
diuraikan sebagai berikut :
a. Siswa (Peserta didik)
Beberapa kendala kaitannya dengan peserta didik, usaha visionary
leadership dalam mengatasi hal tersebut sebagai berikut :
1) Biaya sekolah gratis
Untuk memancing antusiasme masyarakat agar menyekolahkan
anaknya di MA NW Rempung, maka kebijakan madrasah adalah
menggratiskan biaya sekolah bagi siswanya. Jika pada tahun-tahun
sebelumnya siswa masih dibebankan oleh biaya SPP, pada tahun
ajaran 2014/2015 itu ada lagi. Kebijakan ini dilakukan mengingat
madrasah minim peminat dan krisis peserta didik beberapa tahun
terakhir.
2) Memberikan hukuman pada siswa yang melanggar aturan sekolah
seperti terlambat masuk madrasah dan lain-lain.
3) Tidak memaksa siswa mengikuti kegiatan ekstrakulikuler. (Hasil
wawancara dengan salah seorang guru dan juga Ust. Sobri, S.Pdi
selaku kepala MA NW Rempung pada Tgl 05 September 2014, Jam
09.30 WITA).
b. Guru (Pendidik)
Guna mengatasi kendala-kendala yang dihadapi oleh para guru,
maka kepala madrasah mengirim para guru untuk melaksanakan
li
pelatihan/diklat. Ini dimaksudkan agar guru-guru MA NW Rempung
memiliki skill dan SDM yang memadai dalam menjalankan tugas
mengajar di kelas. (Hasil wawancara dengan Ust. Sobri, S.Pdi selaku
kepala MA NW Rempung pada Tgl 05 September 2014, Jam 09.30
WITA).
c. Dana
Dalam memenuhi segala kebutuhan madrasah, kepala madrasah
berusaha semaksimal mungkin melakukan kerjasama dengan berbagai
pihak khususnya dengan pihak yayasan dan pemerintah terkait. Terkait
dengan gaji guru yang ada misalnya, rasa memiliki dan rasa
kekeluargaan adalah hal yang diutamakan sehingga tidak ada keluhan
gaji sedikit atau lainnya. (Hasil wawancara dengan Ust. Sobri, S.Pdi
selaku kepala MA NW Rempung pada Tgl 05 September 2014, Jam
09.30 WITA).
d. Sarana dan Prasarana
Kepala madrasah dan bawahan senantiasa berusaha memenuhi
sarana dan prasarana madrasah sedikit demi sedikit agar bisa memadai,
hal itu dilakukan dengan cara tetap koordinasi dengan pihak yayasan,
bekerjasama dan membangun komunikasi dengan komite, masyarakat
dan pemerintah.
Terkait dengan belum adanya musholla, sementara kurikulum 2013
yang digunakan sangat membutuhkan itu. Pihak madrasah membuat
kebijakan yaitu siswa pulang ke rumah masing-masing untuk
lii
menunaikan shalat zuhur, dan kembali lagi ke madrasah untuk
melanjutkan pembelajaran sampai selsai. Oleh karenanya, siswa masuk
madrasah mulai jam 06.30 sampai 14.30 WITA. (Hasil wawancara
dengan Ust. Sobri, S.Pdi selaku kepala MA NW Rempung pada Tgl 05
September 2014, Jam 09.30 WITA).
e. Peran serta masyarakat
Untuk meciptakan kepedulian masyarakat terhadap perkembangan dan
kemajuan madrasah, dilaksanakan melalui pertemuan-pertemuan seperti
yasinan dan hiziban. Disela-sela acara itulah ditekankan agar
masyarakat juga perduli dengan madrasah, selain itu adanya komite
sekolah tentu dimaksimalkan fungsi dn perananya. (Hasil wawancara
dengan Ust. Sobri, S. Pdi selaku kepala madrasah pada Tgl 05
september 2014, Jam 11.30 WITA).
liii
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dari pembahasan skripsi ini sesuai dengan apa yang dirumuskan dalam
permasalahan-permasalahan dapat di ambil suatu kesimpulan sebagai berikut:
1. Visionary leadership kepala madrasah dalam pengembangan lembaga
pendidikan islam MA NW Rempung cukup baik, ini ditandai dengan
beberapa terobosan yang dilakukannya. Misalnya menggratiskan seluruh
biaya sekolah bagi siswa dan berani tidak menggunakan kurikulum 2013
pada semua kelas karena sarana-prasarana madrasah yang belum
mendukung Selain itu, kepala madrasah juga tidak gengsi dalam mengakui
kekurangan-kekurangan madrasah sehingga mudah dalam menerima
masukan dari pihak luar.
liv
Sedangkan dalam melakukan pembinaan dan pengembangkan
madrasah, beberapa usaha yang dilakukannya seperti Hiziban bersama
setiap bulan dengan siswa dan masyarakat, melaksanakan pelatihan dan
penataran bagi guru, melengkapi sarana dan prasarana, dan menjalin
kerjasama dengan semua pihak terutama dengan pihak yayasan dan
pemerintah.
2. Kendala-kendala yang dihadapi dalam pengembangan lembaga pendidikan
islam MA NW Rempung kecamatan Pringgasela diantaranya madrasah
krisis siswa, SDM guru masih rendah, sarana-prasarana yang tidak
memadai, dana pendukung yang minim dan peran serta masyarakat yang
masih sangat rendah.
3. Beberapa usaha yang dilakukan dalam mengatasi kendala-kendala
pengembangan madrasah yaitu menggratiskan biaya sekolah,
melaksanakan pelatihan/penataran guru, mensiasati tuntutan kurikulum,
dan memaksimalkan kerjasama dengan masyarakat, pihak yayasan dan
pemerintah.
B. Saran
1. Kepala madrasah harus berusaha merubah pandangan masyarakat yang
menganggap madrasah adalah pilihan terakhir dalam melanjutkan
pendidikan anak-anaknya. Salah satu hal yang bisa dilakukan yaitu
menerima/merekrut tenaga pengajar dari luar desa Rempung. Salah satu
paradigma di masyarakat menganggap madrasah kurang maju terlihat dari
lv
guru-guru yang 99 % berasal dari desa sendiri, ini bukan tentang SDM
ataupun skill tapi tentang paradigm yang ada.
2. Kepala madrasah dan seluruh guru serta pegawainya harus menjadi contoh
yang bisa ditiru oleh masyarakat, sangat lucu jika pihak madrasah
meminta masyarakat untuk menyekolahkan anak-anaknya di madrasah
sementara anak dan keluarga mereka sendiri melanjutkan sekolahnya di
luar.
3. Pihak madrasah harus memperjelas identitas dan output yang dihasilkan,
ini penting kiranya mengingat beberapa siswa MA NW Rempung
dianggap nakal oleh masyarakat, sikap dan prilakunya jauh dari akhlak
seorang siswa yang menimba ilmu di lembaga pendidikan islam. Terkait
dengan output yang dihasilkannya pun haruslah berbeda dari siswa lulusan
sekolah umum.
4. Kegiatan ekstrakulikuler harus lebih dihidupkan agar peserta didik mengisi
waktu luangnya dengan hal-hal yang bermanfaat.
5. OSIS (Organisasi Siswa Intra Sekolah) sebagai ruh dan jiwa kreativitas
siswa haruslah dimaksimalkan fungsi dan perananya, melakukan
pembinaan yang intensif bagi pengurusnya agar segera dilaksanakan.
OSIS adalah jantung kaderisasi yang jangan sampai terabaikan
keberadaannya.
lvi
DAFTAR PUSTAKA
Abdullah, Burhanuddin. 2006. Menanti Kemakmuran Negeri: Kumpukan esai
tentang pembangunan sosial ekonomi. Jakarta: PT Gramedia Pustaka
Utama.
Alwi, Mijahamuddin, et. al (2013). Penelitian Pendidikan. Selong: PGSD STKIP
Selong.
Amir Faisal, Yusuf. 1995. Reorientasi Pendidikan Islam. Jakarta: Gema Insani
Press.
Arikunto, Suharsimi. 2002. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik,
Jakarta: Rineka Cipta.
Anggoro, M. Toha, dkk (2007). Metode Penelitian. Jakarta: Universitas Terbuka.
lvii
A.R. Murniati. 2008. Manajemen Stratejik: Peran Kepala Sekolah dalam
Pemberdayaan. Bandung: Citapustaka Media Perintis.
Barnadib, Imam. 1996. Dasar-Dasar Kepemimpinan.Yogya: Ghalia Indonesia
Bawani, Iman. 1987. Segi-Segi Pendidikan Islam. Surabaya: Al-Ikhlas
Departemen Agama RI (1990). Al-Qur’an Dan Terjemahnya Edisi Revisi.
Surabaya: Mahkota
Dirawat Dkk. 1986. Pengantar Kepemimpinan Pendidikan. Surabaya:
Usaha Nasional Cet III
Muhaimin (2002). Paradigma Pendidikan Islam. Bandung: PT. Remaja
Rosdakarya
Margono, S (2004). Metodelogi Penelitian Pendidikan. Jakarta: PT. Rineka Cipta
Nasution, Adnan Buyung. 2007. Membongkar Budaya: Visi Indonesia 2030 dan
Tantangan menuju Raksasa Dunia. Jakarta: Buku Kompas.
Nuruhbiyati (1998). Ilmu Pendidikan Islam. Bandung: CV. Pustaka Setia.
Yasin, Sulshan (1997). Kamus Lengkap Bahasa Indonesia. Surabaya: Amanah.
Fajar, Malik A.1998. Visi Pembaharuan Islam. Jakarta: LP3NI
Kartono, Kartini. 1986. Pemimpin Dan Kepemimpinan. Jakarta: Rajawali
Kasali, Rhenald. 2007. Change: Takpeduli Berapa Jauh Jalan Salah yang Anda
Jalani, Putar Arah Sekarang Juga. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama.
Langgulung, Hasan. 1988. Azaz-Azaz Pendidikan Islam. Jakarta: Pustaka
Al-Husna
Mas’ud, Abdurrahman dkk. 2001. Paradigma Pendidikan Islam. Yogya:
Pustaka Pelajar Offset
lviii
Moleong, Lexy.J. 2002. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: PT Remaja
Rosda Karya
Nazir, Muhammad. 1988. Metode Penelitian. Jakarta: Ghalia Indonesia
Nawawi, Hadari. 1993. Kepemimpinan Menurut Islam. Yogyakarta: Gajah Mada.
University Press
Nurkolis. 2003. Manajemen Berbasis Sekolah: Teori, Model, dan Aplikasi.
Jakarta: PT Grasindo.
Purwanto, Ngalim. 1990. Administrasi Dan Supervisi Pendidikan. Bandung:
Remaja Rosda Karya
Sekretariat RI. UUSPN No. 20 Tahun 2003. Bandung: Citra Umbara
Sutisna, Oteng. 1987. Administrasi Pendidikan Dasar Teori Untuk Praktek
Profesional. Bandung: Angkasa
Sangkanparan, Hartono. 2010. Otak Tengah Memang Dahsyat. Jakarta: Visimedia
Waruwu, Fidelis E. 2010. Membangun Budaya Berbasis Nilai. Yogyakarta:
Kanisius.
Sumber-sumber dari internet :
handayanityas, 2010, Kepemimpinan Pendidikan, 14 Agustus 2014.
http://edenhandayanityas.blogspot.com/2010/11/kepemimpinan-
pendidikan.html
Bq. Widia Nita Kasih, 2012, Lembaga Pendidikan Islam, 14 Agustus 2014.
http://bqwidianitakasih.blogspot.com/2012/10/jenis-jenis-lembaga-
pendidikan-islam.html
lix
lx