16
KERANGKA ACUAN KERJA (KAK) PEKERJAAN : PENETAPAN BATAS RUANG PRASARANA JALUR KERETA API ANTARA PEKALONGAN – SEMARANG TAWANG TAHUN ANGGARAN 2015 KEMENTERIAN PERHUBUNGAN DIREKTORAT JENDERAL PERKERETAAPIAN SATUAN KERJA PENGEMBANGAN, PENINGKATAN DAN PERAWATAN PRASARANA PERKERETAAPIAN

11. kak pnt.11 lelang ulang

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: 11. kak pnt.11 lelang ulang

KERANGKA ACUAN KERJA (KAK)

PEKERJAAN :

PENETAPAN BATAS RUANG

PRASARANA JALUR KERETA API

ANTARA PEKALONGAN – SEMARANG TAWANG

TAHUN ANGGARAN 2015

KEMENTERIAN PERHUBUNGAN

DIREKTORAT JENDERAL PERKERETAAPIAN

SATUAN KERJA PENGEMBANGAN, PENINGKATAN DAN

PERAWATAN PRASARANA PERKERETAAPIAN

Page 2: 11. kak pnt.11 lelang ulang

KERANGKA ACUAN KEGIATAN

(Term Of Reference)

KEMENTERIAN NEGARA/LEMBAGA : Kementerian Perhubungan

UNIT ORGANISASI : Direktorat Jenderal Perkeretaapian

PROGRAM : Program Restrukturisasi dan Reformasi

Kelembagaan Perkeretaapian

SASARAN PROGRAM : Tersedianya Pedoman Teknis Bidang Prasarana

Perkeretaapian

USULAN SBK : Kegiatan / Sub Kegiatan / Detail Kegiatan

KEGIATAN : Survey / Studi Kelayakan / Penyusunan Master

Plan / DED / SID

SUB KEGIATAN : Penetapan Batas Ruang Prasarana

DETAIL KEGIATAN : Penetapan Batas Ruang PrasaranaJalur Kereta

ApiLintas Pekalongan - Semarang Tawang

1. PENDAHULUAN a. Latar Belakang

1.) Dasar Hukum a.) Undang – Undang No. 23 Tahun 2007 tentang Perkeretaapian; b.) Peraturan Pemerintah No. 56 Tahun 2009 tentang Penyelenggaraan

Perkeretaapian ; c.) Peraturan Pemerintah No 72 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan Angkutan

Kereta Api; d.) Peraturan Menteri No. 60 tahun 2012 tentang Persyaratan Teknis Jalur Kereta

Api. e.) Peraturan-peraturan lainnya yang terkait.

2.) Gambaran Umum

Jalur Kereta api sebagai salah satu jaringan transportasi angkutan darat yang keberadaannya sudah ada dari tahun 1864, sudah mengalami banyak perubahan dari segi luas dan penggunaan lahan. Hal ini disebabkan oleh berkembangnya Kereta Api untuk memenuhi kebutuhan angkutan penumpang, maupun akibat pembangunan masyarakat di sekitar jalur kereta api. Menurut Undang – Undang nomor 23 tahun 2007 pasal 36, yang dimaksud jalur kereta api meliputi ruang manfaat jalur (RUMAJA) kereta api, ruang milik jalur (RUMIJA) kereta api dan ruang pengawasan jalur (RUWASJA) kereta api. Kondisi saat ini belum tersedia data gambar maupun peta yang menggambarkan secara detail batasan, topografi, jenis prasarana dan fasilitas di dalam jaringan jalur

Page 3: 11. kak pnt.11 lelang ulang

kereta api, sehingga menimbulkan kesulitan pada saat ada rencana pengembangan maupun pemanfaatan lahan di sepanjang jalur kereta api. Sejalan dengan kebijakan pemerintah mengenai revitalisasi perkeretaapian, dimana kereta api menjadi tulang punggung angkutan penumpang dan barang skala nasional, maka diperlukan data yang akurat dan terintegrasi dengan jaringan moda transportasi yang lain. Guna memenuhi kebutuhan data jaringan jalur kereta api, maka perlu dilakukan studi pemetaan jalur kereta api eksisting khususnya yang sudah jalur ganda.

b. Maksud Dan Tujuan

1.) Maksud Kegiatan Maksud dari kegiatan pemetaan jalur ganda kereta api di lintas iniadalah untuk menggambarkan/memetakan dan mendata jaringan jalur ganda kereta api dan utilitas/bangunan pelengkap yang ada didalamnya, termasuk memberikan/memasang patok-patok batas RUMAJA dan RUMIJA lengkap dengan buku diskripsi dan dokumentasi di tiap-tiap patok.

2.) Tujuan Kegiatan Adapun tujuan dari kegiatan ini adalah menyediakan dokumen yang berkualitas baik yang dapat dijadikan Pedoman/referensi teknis dalam proses perencanaan pengembangan/peningkatan pembangunan dimasa mendatang.

2. LOKASI KEGIATAN

Lokasi kegiatan Penetapan batas ruang jalur kereta api adalah pada lintasPekalongan– Semarang Tawangsepanjang +88 Km.

Page 4: 11. kak pnt.11 lelang ulang

3. RUANG LINGKUP KEGIATAN Adapun ruang lingkup pekerjaan ini secara umun dapat terlihat seperti dalam diagram alir dibawah ini:

a. Kegiatan Survey Sekunder

1.) Instansional a.) Lingkup dan Ketentuan kegiatan

Adapun lingkup dari kegiatan ini adalah Pengumpulan data-data yang relevan dari berbagai pihak/instansi yang terkait untuk mendukung keberhasilan pelaksanaan kegiatan ini.

b.) Ketentuan-ketentuan untuk kegiatan Dalam Pengumpulan data sekunder, minimal konsultan mendapatkan dan atau memiliki data-data sebagai berikut: (1.) Peta rupa bumi BIG (Badan Informasi Geospasial) atau peta Topografi

Jantop dalam skala 1 : 50.000 atau yang lebih besar; (2.) Peta Ground Kart

Gambar 3 – Diagram Alir Pekerjaan Secara Umum

Page 5: 11. kak pnt.11 lelang ulang

(3.) Data-data utilitas, jembatan dan bangunan pelengkap. (4.) Data sungai dan sistem drainase perkotaan/wilayah; (5.) Data/gambar/Laporan Akhir dari pekerjaan pembuatan desain yang pernah

dilakukan sebelumnya dan terkait dengan pekerjaan ini; (6.) Data-data lain yang terkait dan relevan dalam menunjang keberhasilan

pelaksanaan kegiatan ini. Data-data yang diperoleh yang kemudian diolah haruslah representatif terhadap kondisi dilapangan dan dapat diverivikasi kebenarannya.

2.) Peninjauan Lapangan (Reconnaissance)

a.) Lingkup kegiatan Adapun lingkup dari kegiatan ini adalah mengadakan peninjauan awal/pendahuluan ke lapangan untuk mengadakan evaluasi secara visual ke lokasi.

b.) Ketentuan kegiatan Hal-hal yang dilakukan pada kegiatan peninjauan awal/pendahuluan, minimal memenuhi ketentuan-ketentuan sebagai berikut Survey Topografi awal mencakup:

Mengamati kondisi topografi, dan mencatat daerah-daerah yang perlu dilakukan pengukuran khusus atau lebih mendetail.

Mencari titik tetap (BM= Bench Mark) hasil studi terdahulu dan atau BM yang terdekat dengan lokasi/lintas yang akan dipetakan;

Mengamati jalur KA, bangunan pelengkap dan jaringan utilitas sepanjang Jalan Kereta Api eksisting,

Membuat dokumentasi hasil peninjauan awal

Membuat rencana kerja untuk survey detail pengukuran topografi, survey jaringan Utilitas serta rencana pemasangan Patok Rumija dan Rumaja, sampai penggambaran.

b. Kegiatan Survey Primer

1.) Lingkup Kegiatan Kondisi lokasi yang ada perlu survey secara teliti, sehingga dalam pelaksanaan pekerjaan, hal-hal yang menjadi kendala sudah di antisipasi, dari berbagai aspek pelaksanaan. a) Survai topografi meliputi:

(1.) Penentuan metode pelaksanaan (2.) Penentuan Referensi Pengukuran (3.) Pengukuran situasi (4.) Pengukuran profil memanjang dan melintang (5.) Penentuan titik-titik BM, Rumija dan Rumaja (6.) Penggambaran

b) Survey Jaringan Utilitas dan bangunan pelengkap yang berada dalam jalur kereta api di sepanjang lintas.

2.) Ketentuan-ketentuan Kegiatan

a) Secara detail ketentuan kegiatan Survey Geodesi / Topografi yang dilakukansecara lengkap dan sistematis, setidaknya meliputi ketentuan-ketenttuan sebagai berikut: (1.) Penentuan Metode Pelaksanaan

Metodepelaksanaan pengukuran dilakukan dengan peralatan digital otomatis atau di kombinasi dengan peralatan manual.Pengolahan data ukur sampai penggambaran dilakukan juga dengan metode digital. Dalam pelaksanaan, minimal memperhatikan hal-hal sebagai berikut: (a.) Titik Kontrol Tanah

i. Titik Kontrol Horizontal ditentukan dengan metode pengukuran poligon. Pertama kali pengukuran poligon utama dilakukan di sepanjang lokasi pekerjaan berupa kring tertutup. Untuk

Page 6: 11. kak pnt.11 lelang ulang

merapatkan jaringan titik kontrol horizontal dapat dilakukan dengan menggunakan poligon cabang.

ii. Titik Kontrol Vertikal ditentukan dengan sipat datar. (b.) Kerapatan Titik Kontrol

i. Kontrol Horizontal Pada tiap spasi (5-10 cm) diatas bidang datar/peta terdapat 1 titik kontrol, yaitu 1 titik kontrol pada tiap : i.) (50-100) meter untuk skala 1 : 1000 ii.) (100-200) meter untuk skala 1 : 2000 iii.) (250-500) meter untuk skala 1:5000

ii. Kontrol Vertikal Pada tiap spasi (2,5-5 cm) diatas bidang datar/peta terdapat 1 titik kontrol yaitu titik kontrol pada tiap : i.) (50-100) meter untuk skala 1 : 1000 ii.) (100-200) meter untuk skala 1 : 2000 iii.) (250-500) meter untuk skala 1:5000

Jalur pengukuran poligon cabang sebaiknya diusahakan berbentuk garis lurus, sehingga penyebaran titik-titik kontrol yang didapatkan memenuhi batasan diatas.

(c.) Poligon i. Jalur pengukuran poligon utama dilakukan mengelilingi daerah

survai serta dimulai dan diakhirinya pada titik yang sama (kring tertutup). Jika disekitar lokasi proyek terdapat titik tetap yang telah diketahui koordinatnya maka jalur poligon utama harus melalui titik tetap tersebut dan pengukuran tetap dilakukan secara kring tertutup.

ii. Pengukuran poligon cabang dilakukan dengan kedua ujungnya terikat pada titik-titik poligon utama atau dilakukan secara kring tertutup pada 2 (dua) buah bench mark yang saling kelihatan (sisi poligon utama).

iii. Stasiun pengukuran poligon selain pada titik permanen maupun semi permanen dapat terbuat dari patok kayu dengan ukuran minimal sebagai berikut : i.) Panjang : 40 cm ii.) Penampang : (5x7) cm Sedangkan pada tanah yang lunak diperlukan patok kayu yang panjang, sehingga patok tersebut tidak mudah berubah kedudukannya setelah ditancapkan.Patok kayu ditancapkan dengan bagian atas menonjol setinggi 10 cm diatas permukaan tanah.Untuk mendefinisikan titik secara pasti pada penampang patok bagian atas harus dipasang paku.

iv. Titik-titik poligon diberi nomor dengan huruf dan diikuti oleh angka. Penomoran ini dilakukan dengan memakai cat.

v. Ketelitian pengukuran poligon utama minimal 0,0005 cm dan untuk poligon cabang minimal 0,001 cm.

(d.) Sudut Horizontal i. Sudut horizontal diukur dengan teodolit 1” (Wild T2 atau yang

sejenis) ii. Pembacaan sudut horizontal pada pengkuran poligon utama

dilakukan sebanyak 2 seri ganda sedangkan untuk poligon cabang sebanyak 1 seri ganda. Bacaan 1 seri ganda didefinisikan sebagai berikut : i.) Teropong dalam keadaan luar biasa ke target muka ii.) Teropong dalam keadaan luar biasa ke target belakang Perbedaan maximum sudut-sudut horizontal hasil bacaan adalah 10”.

Page 7: 11. kak pnt.11 lelang ulang

iii. Pengukuran sudut horizontal dalam 2 seri ganda dilakukan dengan

setting awal berbeda, yaitu 0 dan 90. Jika dirasa perlu setting

awal dapat dilakukan pada 45 dan 135. Bagian sekon cukup di baca sampai angka pasti (bulat).

iv. Sebelum pembacaan sudut dilakukan gelembung nivo kotak dan nivo tabung harus diatur dengan teliti.

v. Untuk memperkecil kesalahan ukuran sudut akibat kesalahan centering, maka perpindahan alat ukur pada titik atau stasiun pengukuran harus dilakukan dengan metode centering paksaan.

vi. Tripod harus dipasang pada tanah yang stabil agar ketelitian pengukuran terjamin.

vii. Jalur pengukuran poligon sebaiknya menghindari lokasi yang sulit, sawah dan tanah yang tidak stabil.

(e.) Sudut Vertikal i. Sudut vertikal diukur dengan menggunakan alat theodolith 1” (wild

T2 atau yang sejenisnya) ii. Pengukuran ini dilakukan dalam 2 kedudukan teropong yaitu

teropong dalam kedudukan biasa dan luar biasa. iii. Pengukuran sudut vertikal dilakukan dari tiap ujung sisi poligon

untuk mereduksi jarak ke jarak horizontal. (f.) Jarak

i. Jarak antara titik-titik poligon utama diukur dengan jarak ukur elektromagnetik (EDM) yang mempunyai ketelitian ± (5 mm + 3 ppmD).

ii. Jarak tersebut diukur 2 kali dari arah yang berlawanan (pulang-pergi) dan pada tiap arah minimal dilakukan 3 kali pembacaan.

iii. Jarak horizontal antara titik-titik poligon cabang diukur dengan menggunakan meteran pegas dan minimal dilakukan pembacaan 2 kali.

(g.) Sipat Datar i. Alat ukur yang digunakan adalah waterpass (Wild NAK-2 atau yang

sejenis). Minimal seminggu sekali kemiringan garis bidik alat ukur sipat datar ini harus diperiksa, jika dirasa perlu kesalahan garis bidik dapat dikoreksikan.

ii. Untuk menentukan beda tinggi antara 2 buah titik yang berjauhan letaknya rambu ukur harus diletakkan diatas plat besi atau patok kayu sebagai titik perantara.

iii. Rambu ukur harus dilengkapi dengan nivo rambu, dan kepada pemegang rambu harus agar diinstruksikan untuk menjaga rambu tetap vertikal pada saat pengukuran dilakukan.

iv. Jarak antara alat ukur terhadap rambu tidak boleh melebihi 50 meter.

v. Jarak antara alat ukur ke rambu belakang dan jarak alat ukur ke rambu muka diusahakan sama. Pada waktu pelaksanaan, perbedaan jumlah jarak ke rambu belakang dan jumlah jarak ke rambu muka harus tidak lebih dari 5 meter.

vi. Pembacaan ke rambu dilakukan diantara (0,2-2,8) meter dan ketiga benang dibaca penuh.

vii. Pengukuran harus dilakukan dengan jumlah slaak genap dan rambu awal menjadi rambu akhir.

viii. Semua Bench Mark dan titk-titik tetap lainnya diukur secara kring tertutup dan merupakan jalur sipat datar utama. Pada tiap seksi (antara 2 pasang Bench Mark), pengukuran dilakukan dari 2 arah yang berlawanan (pulang-pergi). Jalur pengukuran pulang dan jalur pengukuran pergi tidak boleh sama. Pengukuran pulang pergi boleh dilakukan oleh pengukur yang sama atau pengukur yang berbeda.

Page 8: 11. kak pnt.11 lelang ulang

ix. Jika disekitar lokasi proyek terdapat titk-titik tetap lainnya yang telah diketahui ketinggiannya maka jalur pengukuran sipat datar utama harus melalui titik tetap tersebut dan tetap dilakukan pulang pergi serta berupa kring tertutup.

x. Ketelitian pengukuran sipat datar utama adalah 12√k km pada kring tertutup dimana k adalah panjang jalur dalam satuan km.

xi. Pengukuran sipat datar cabang dimulai dan diakhiri pada titik-titik sipat datar utama dengan kata lain kedua ujung jalur sipat datar cabang terikat pada titik-titik sipat datar utama.

xii. Ketelitian pengukuran sipat datar cabang adalah 20√k km, dimana k adalah jalur satuan km.

(h.) Situasi i. Jarak diukur dengan menggunakan meteran. Untuk daerah yang

relatif datar, beda tinggi diukur dengan sipat datar sedangkan untuk daerah yang curam beda tinggi dapat ditentukan dengan theodolite (T). Dalam hal ini ketiga benag harus dibaca penuh sebagai kontrol jarak yang diukur dengan pita ukur.

ii. Kerapatan titik-titik detail situasi adalah tiap spasi (2-2,5 ) cm pada bidang datar atau peta yaitu pada setiap : i.) (20-25) meter untuk skala 1:1000 ii.) (40-50) meter untuk skala 1 : 2000 iii.) (100-125) meter untuk skala 1 : 5000

iii. Semua titik-titik detail harus ditentukan posisinya ( X,Y,Z) sehingga dapat digambarkan pada peta situasi, seperti : i.) Pojok bangunan tetap ii.) Titik penyelidikan tanah iii.) Batas kampung iv.) Detail jalan inspeksi dan perlintasan v.) Dan lain-lain

iv. Lebar daerah pengukuran di sekitar jembatan dapat diperbesar sesuai kebutuhan perencanaan.

(i.) Contour (Garis Ketinggian)

Contour dapat dilakukan dengan cara interpolasi atau ditentukan dilapangan setelah posisi horizontal dan ketinggian titik-titik kontrol di plot.

(j.) Plotting i. Semua titik-titik kontrol di plot dengan cara plotting koordinat. ii. Plotting titik-titik detail situasi dapat dilakukan dengan cara plotting

koordinat dan atau cara grafis dengan argumen sudut dan jarak datar.

iii. Pekerjaan sebaiknya dilakukan dilapangan sebelum semua staf lapangan meninggalkan lokasi proyek.

(k.) Pengambilan dan Proses Data Lapangan i. Semua formulir berukuran folio. ii. Semua data lapangan ditulis dengan menggunakan tinta hitam

atau ballpoint hitam. iii. Jika terjadi kesalahan dalam menulis data lapangan, maka

kesalahan tersebut dapat dicoret dengan garis tunggal. Menghapus data dengan menggunakan setip , dalam hal ini tidak dibenarkan.

iv. Semua data lapangan harus dilengkapi nama pengukur, tanggal pengukuran, nomor alat ukur dan sebagainya.

v. Hitungan sebaiknya dilakukan 2 kali agar tidak terjadi kesalahan dalam hitungan.

vi. Proses hitungan dilakukan di lapangan hal ini dimaksudkan untuk mengetahui apakah hasil ukuran telah memenuhi toleransi yang diijinkan. Hitungan-hitungan tersebut antara lain meliputi :

Page 9: 11. kak pnt.11 lelang ulang

i.) Untuk titik kontrol horizontal (i.) Periksa hitungan sudut dan jarak rata-rata. (ii.) Periksa hitungan azimuth matahari. (iii.) Periksa hitungan salah satu penutup horizontal. (iv.) Periksa hitungan salah satu penutup absis dan ordinat. (v.) Periksa hitungan ketelitian pengukuran poligon.

ii.) Untuk titik kontrol vertikal (i.) Periksa semua jumlah jarak ke muka dan jumlah jarak ke

belakang. (ii.) Periksa hitungan beda tinggi ukuran pulang dan pergi serta

rata-ratanya untuk tiap seksi. (iii.) Periksa hitungan beda tinggi dan salah satu penutupnya

dalam kring tertutup. vii. Hitungan perataan untuk titik-titik poligon dilakukan berbanding

lurus dengan jarak , yaitu sebagai berikut :

√x = (d/D).fx dan √y = (d/D).fy

Dimana : √x = Koreksi untuk absis √y = Koreksi untuk ordinat fx = Salah satu penutup absis fy = Salah satu penutup ordinat d = Jarak sisi-sisi poligon D = Jumlah jarak sisi-sisi poligon

Hal yang sama berlaku juga untuk hitungan perataan sipat datar.Semua perhitungan-perhitungan (Analisis/Interpretasi/Grafik/) harus dibuat dan dilampirkan pada laporan.

(2.) Referensi Pengukuran koordinat X, Y dan elevasi (a.) Untuk menentukan koordinat X dan Y, sedapatnya dilakukan pengikatan

kepada Titik GPS (orde 2 atau 3 dari BIG), orde 4 (BPN) atau titik

referensi (BM) hasil pekerjaan desain sebelumnya yang berada paling

dekat ke lokasi kegiatan;

(b.) Untuk ketinggian (elevasi), sedapatnya dilakukan pengikatan kepada Titik

Tinggi Geodetik (TTG) dari Badan Informasi Geospasial (BIG) atau titik

referensi hasil pekerjaan desain sebelumnya yang berada paling dekat

ke lokasi kegiatan.

(3.) Pengukuran untuk pemetaan situasi Untuk pemetaan situasi trase Jalur kereta api, dilakukan dengan ketentuan, sebagi berikut: (a.) Pengukuran situasi di lakukan pada jalan rel minimum 50 m ke kiri dan

50 m ke kanan dari as jalur jalan rel. (b.) Pengukuran situasi di lokasi emplasemen, dilakukan selebar minimum

100 m ke arah kiri dan 100 m ke arah kanan dari as jalur jalan rel kereta api atau sampai batas terluar area eplasemen (ROW).

Dalam pengukuran situasi, semua bentuk bangunan existing yang ada pada sekitar jalur kereta api harus dimasukkan dalam peta, meliputi: (a.) Posisi jalan rel existing pada lintas (b.) Jaringan sinyal, tiang sinyal bantu, semua tiang rambu pada jalur kereta

api, papan lengkung, dll. (c.) Bangunan hikmat dan jalan perlintasan (d.) Pagar, patok batas jalan KA termasuk bangunan infrastruktur lainnya. (e.) Tiang/jaringan listrik, tiang/jaringan listrik, tiang PJU, jaringan kabel

sinyal termasuk jaringan pipa/kabel bawah tanah. (f.) Bentuk bangunan yang ekstrim, seperti: turap, kolam, tambak, rawa,

bukit, dll Untuk pemetaan situasi di area Jembatan (BH > 10 m) kereta api, dilakukan dengan ketentuan, sebagai berikut:

Page 10: 11. kak pnt.11 lelang ulang

(1.) Dilakukan minimun selebar 100 m ke arah hilir dan 100 m ke arah hulu sungai terhadap as jalur jalan kereta api.

(2.) Bila dalam radius minimum 300 m ke arah hulu / hilir ada belokan sungai atau bangunan sungai (misalnya ambang bendung dan sebagainya), pengukuran harus mencakup lokasi hal – hal tersebut,

(4.) Pengukuran potongan memanjang (1.) Pada as jalur kereta api

Dilakukan terhadap masing-masing as track jalur ganda jalan kereta api di sepanjang lintas.

(2.) Pada as sungai di BH > 10m Dilakukan terhadap as sungai dan atau titik terdalam minimal sepanjang/mencakup 100 m s/d 300 mke arah hulu dan 100 m s/d 300 m ke arah hilir dari as Jalur ganda kereta api.

(5.) Pengukuran potongan melintang (1.) Pada Jalur kereta api

(a.) Dilakukan setiap interval 50 m untuk bagian lurus dan 25 m pada bagian lengkungan

(b.) Untuk area jembatan dilakukan pengukuran profil melintang dengan interval 25 m sepanjang jembatan dan ditambah ke belakang pangkal masing-masing jembatan sejauh 100 m

(c.) Panjang setiap potongan (cross section) adalah 50 m ke kanan dan 50 m kekiri as jalur ganda jalan kereta api

(2.) Pada sungai di BH > 10 m (a.) Dilakukan sejauh 100 m s/d 300 mke arah hulu dan 100 m s/d

300 mke arah hilir dari as Jalur ganda dengan interval potongan setiap 50 meter.

(b.) Panjang setiap potongan minimal mencakup 50 m ke kanan dan 50 m ke kiri dari tepi sungai, (50 m + lebar sungai + 50 m)

(6.) Laporan survai topografi berikut gambar-gambar hasil pengukuran dan dokumentasi hasil pekerjaan.

Page 11: 11. kak pnt.11 lelang ulang

(7.) Monumentasi Benchmark (BM), Rumaja dan Rumija (a.) Pemasangan Bench Mark (BM) pada awal dan akhir lokasi proyek

masing-masing dipasang 2 buah yang saling terlihat dengan sejarak maksimum 75 m. Hal yang sama juga dilakukan sepanjang lintas dengan interval+ 1 km,

(b.) Pemasangan Patok RUMAJA dan RUMIJA dilengkapi keterangannya dengan interval +1km, pada kanan dan kiri jalur ganda jalan kereta api, sepanjang lokasi proyek.

(c.) Daftar/diskripsi patok Benchmark (BM), RUMAJA dan RUMIJA dan titik-titik tetap lainnya lengkap dengan koordinat (x,y,z) harus dibuat secara terpisah dengan titik-titik lainnya dalam formulir tersendiri, dibuat lengkap dengan photo dan sketsa lokasinya disampaikan dalam bentuk pelaporan tersendiri, sebagai lampiran laporan akhir.

(d.) Patok Benchmark (BM), RUMIJA dan RUMAJA terbuat dari konstruksi beton ukuran 20 x 20 x 125 cm. Dan tertera logo Ditjen Perkeretaapian

Page 12: 11. kak pnt.11 lelang ulang

KODE/NOMOR:

BM, RUMIJA DAN RUMAJA

/ Kementerian Perhubungan dan nomor urut serta kode/informasi lain yang diperlukan, menggunakan bahan marmer putih ukuran 12x15 cm.

(e.) Setiap Patok Benchmark (BM), RUMIJA dan RUMAJA harus dipasang dengan kokoh dan tetap pada posisinya

b) Secara detail ketentuan kegiatan Survey Jalur kereta api, jaringan utilitas dan bangunan pelengkap yang dilakukan secara lengkap, sistematis serta mengidentifikasi hal-hal sebagi berikut: (1.) Jenis / identitas konstruksi dan alinyemen jalan rel existing

(2.) Jenis / identitas bangunan Hikmat existing, misalnya: Jembatan, Box culvert, siphon, dll

(3.) Jenis / identitas sistem persinyalan, telekomunikasi dan instalasi listrik perkeretaapian existing

(4.) Jenis / identitas jaringan utilitas existing lainnya, seperti pipa PDAM, pipa gas, kabel optic dan lain sebagainya

(5.) Identitas stasiun/emplasemen existing (6.) Jenis / identitas perlintasan sebidang dan tidak sebidang,

(7.) Serta peralatan dan/atau bangunan pelengkap lain, khususnya yang berada pada jalur kereta api

Contoh Konstruksi Patok Benchmark (BM), RUMIJA dan RUMAJA

Dipasang Pada BM

Page 13: 11. kak pnt.11 lelang ulang

c. Kegiatan Pemetaan

Berdasarkan hasil pekerjaan survey lapangan, yang telah di kaji dan didiskusikan dengan pemberi tugas kemudian penyedia jasa membuat gambar pemetaan. 1.) Dalam kegiatan ini, konsultan (bila diperlukan) mengacu dari peraturan/referensi

yang berlaku antara lain: a.) Peraturan Dinas No. 10 (PD 10) ; b.) AVBP 1932 ; c.) Peraturan Bahan Jalan Rel Indonesia (PBJRI) 1989 ; d.) BMS ( Bridge Management System) e.) Peraturan/referensi lainnya yang ada kaitannya dengan kegiatan ini.

2.) Proses penggambaran Peta Hasil akhir dari kegiatan ini adalah gambar pemetaan, dimana dalam prosesnya, baik pengolahan data termasuk penggambaran harus dilakukan secara digital menggunakan komputer dan software, seperti Autodesk Land Desktop atau Autodesk AutoCAD sehingga waktu pengerjaannya lebih efektif dan efisien. Hal-hal tersebut diatas setidaknya harus mencakup: a.) Gambar alinyemen horizontal, vertikal trase jalur ganda diatas peta topografi

(1.) Skala : 1 : 1000 (2.) Interval kontur : 1.00 m

b.) Gambar / peta situasi sekitar jembatan (1.) Skala : 1 : 500 (2.) Interval kontur : 0,5 m;

c.) Gambar potongan memanjang jalan rel dan memanjang as sungai (1.) Skala H : 1 : 1000 (2.) Skala V : 1 : 100

d.) Gambar potongan melintang jalan rel dan melintang sungai: (1.) Skala H : 1 : 100 (2.) Skala V : 1 : 100 (3.) Interval : 50 m pada jalur lurus (4.) Interval : 25 m pada jalur lengkungan.

e.) Semua gambar dicetak pada kertas HVS ukuran A.3 (semua tulisan angka serta notasi dapat dibaca tanpa alat bantu).

f.) Format gambar dan tata letak disesuaikan dengan yang biasa digunakan Ditjen Perkeretaapian

4. TENAGA AHLI Pelaksanan kegiatan ini dilakukan oleh tenaga ahli berpengalaman dibidangnya dengan minimum kualifikasi pendidikan, pengalaman dan jumlah sebagai berikut:

JUMLAH KUALIFIKASI PENGALAMAN

(Orang) PENDIDIKAN (Tahun)

1 Ketua Tim 1 S1 Tek. Sipil > 13

2 Ahli Jalan Kereta Api 1 S1 Tek. Sipil > 8

3 Ahli Geodesi 1 S1 T. Geodesi > 8

4 Ahli Jembatan Kereta Api 1 S1 Tek. Sipil > 8

5 Ahli Sinyal - Telekomunikasi KA 1 S1 Tek. Elektro > 8

NO JABATAN

Page 14: 11. kak pnt.11 lelang ulang

5. TENAGA PENDUKUNG

Pelaksanan kegiatan ini dibantu beberapa tenaga pendukung yaitu

JUMLAH KUALIFIKASI PENGALAMAN

(Orang) PENDIDIKAN (Tahun)

1 Administrasi Proyek 1 D3 Teknik Sipil > 2

2 CAD Operator 1 1 D3 Teknik Sipil > 2

3 CAD Operator 2 3 D3 Teknik Sipil > 4

NO JABATAN

6. PERALATAN

Dalam pelaksanaan kegiatan ini konsultan wajib menggunakan peralatan minimal sebagai berikut:

1 Alat Ukur Topografi 2 Unit

2 Rol meter 3 Buah

3 Komputer 4 Unit

4 Printer 4 Unit

5 Projector/Infocus 1 Unit

6 Kamera/Handycam 1 Unit

7 Kendaraan roda 4 1 Unit

JUMLAHNO PERALATAN

7. JADWAL KEGIATAN a. Waktu pelaksanaan kegiatan

Jangka waktu pelaksanaan untuk menyelesaikan pekerjaan ini maksimal 6 (enam) bulan, terhitung sejak ditandatanganinya kontrak pekerjaan. Didalam jangka waktu tersebut Konsultan harus menyerahkan semua hasil pekerjaan sebagaimana yang diuraikan dalam Kerangka Acuan Kegiatan ini.

b. Matrik pelaksanaan Kegiatan

1 2 3 4 5 6

1 Laporan Pendahuluan

2 Laporan Antara

3 Konsep Laporan Antara

4 Laporan Akhir

NO KEGIATANBULAN KE-

Page 15: 11. kak pnt.11 lelang ulang

8. LAPORAN

a. Laporan Pendahuluan Secara garis besar memuat: (1.) Metode pelaksanaan pekerjaan (2.) Rencana Kerja (3.) Data sekunder yang telah dikumpulkan (4.) Survey pendahuluan, hasil pendataan awal lapangan dan hasil koordinasi atau

pembahasan dengan pihak terkait. (5.) Kemajuan pekerjaan yang telah dicapai Laporan diserahkan sebanyak 15 (lima belas) buku, selambat-lambatnya 1 (satu) bulan sejak ditandatanganinya kontrak pekerjaan.

b. Laporan Antara Secara garis besar memuat: (1.) kemajuan pekerjaan yang telah dicapai (2.) Hasil kegiatan pengukuran dan pendataan di jalur kereta api (3.) Metodologi/konsep penyajian Peta (4.) Hasil pemasangan/pematokan Rumaja dan Rumija yang sudah dilakukan (5.) Hasil Koordinasi/pembahasan dengan pihak terkait. (6.) Ketentuan pokok dalam penyusunan konsep laporan akhir. Laporan diserahkan sebanyak 15 (lima belas) buku, selambat-lambatnya : 3 (tiga) bulan sejak ditandatanganinya kontrak pekerjaan.

c. Konsep Laporan Akhir Secara garis besar memuat: (1.) Hasil pelaksanaan pekerjaan seperti hasil pengolahan data (2.) Konsep penyajian peta (3.) Hasil pekerjaan pemasangan/pematokan Rumaja dan Rumija. Laporan diserahkan sebanyak 15 (lima belas) buku, selambat-lambatnya : 5 (lima) bulan sejak ditandatanganinya kontrak pekerjaan

d. Laporan Akhir Secara garis besar memuat: (1.) Koreksi atas konsep laporan akhir sesuai dengan hasil pembahasannya dengan

pemberi tugas (2.) Finalisasi laporan akhir termasuk gambar hasil pemetaan. Laporan diserahkan sebanyak @ 5 (lima) rangkap, selambat-lambatnya 6 (enam) bulan sejak ditandatanganinya kontrak pekerjaan, termasuk softcopy keseluruhan laporan, yang disimpan/direkam dalam flashdisk sebanyak 2 (buah) buah/rangkap. Secara keseluruhan buku-buku yang harus di sampaikan, antara lain: 1.) Buku 1 Laporan Akhir

2.) Buku 2 Ringkasan Eksekutif

3.) Buku 3 Laporan Survei Topografi

(termasuk Deskripsi BM GPS, Deskripsi BM & Deskripsi Rumaja-Rumija)

4.) Buku 4 Album Gambar Pemetaan

(termasuk Situasi-Longsection & Cross Section)

5.) Buku 5 Laporan Survei Track, Jaringan Utilitas & Bangunan pendukung pada

Jalur Kereta Api

(termasuk track/alinyemen, emplasemen, BH, JPL, sintelis & bangunan

pendukung lainnya)

9. BIAYA

Kegiatan ini dibiayai dari sumber pendanaan APBN DIPA Tahun Anggaran 2015, Satuan Kerja Pengembangan, Peningkatan dan Perawatan Prasarana Perkeretaapian, dengan alokasi dana sebesar Rp. 1.612.600.000,- (Satu Milyar Enam Ratus Dua Belas Juta Enam Ratus Ribu Rupiah).

Page 16: 11. kak pnt.11 lelang ulang

10. LAIN-LAIN

a. Penjabaran lebih lanjut terhadap pemahaman lingkup pekerjaan oleh Penyedia Jasa, harus disampaikan untuk mendapat persetujuan dari Pemberi Tugas pada saat pembahasan Laporan Pendahuluan.

b. Pada tiap-tiap laporan yang disampaikan, dan setelah diperiksa oleh Pemberi Tugas ternyata masih terdapat kekurangan atau diperlukan perbaikan/revisi, maka pada setiap penambahan kekekurangan dimaksud ataupun perbaikan/revisi yang harus dilakukan, masih merupakan tanggung jawab Penyedia Jasa.

c. Hal – hal yang bersangkutan dengan pekerjaan/kegiatan ini, yang belum tercantum di dalam Kerangka Acuan Kerja (KAK) akan dibahas dalam rapat koordinasi secara terjadwal, antara Pemberi Tugas dan Penyedia Jasa.