46

Click here to load reader

Pengawasan K3 Konstruksi

  • Upload
    farizk

  • View
    1.651

  • Download
    108

Embed Size (px)

DESCRIPTION

Materi presentasi ini berisi tentang pengawasan K3 konstruksi

Citation preview

Page 1: Pengawasan K3 Konstruksi

Kelompok 1

Page 2: Pengawasan K3 Konstruksi

Nama Kelompok

Ahmad Mujiburrohman

Ade Okta

Chasna Zahara

M. Fariz Kurniawan

Page 3: Pengawasan K3 Konstruksi

A. Latar Belakang

Pekerjaan konstruksi merupakan pekerjaan/kegiatan membangun

sarana/prasarana. Pekerjaan konstruksi merupakan pekerjaan yang

memiliki resiko tinggi, karena pekerjaan tersebut dapat menimbulkan

kecelakaan seperti tertimbun pada saat penggalian, jatuh dari

ketinggian, tertimpa material berat dan lain-lain. Oleh karena itu,

penerapan K3 yang baik dalam konstruksi sangat diperlukan dalam

pekerjaan konstruksi, karena apabila penerapan K3 dalam konstruksi

sudah baik, maka resiko yang ditimbulkan oleh pekerjaan konstruksi

dapat diminimalisir.

Page 4: Pengawasan K3 Konstruksi

B. Dasar Hukum Tentang K3 Konstruksi

1. Keputusan Menteri PU No. 98/Kpts/1979 tentang Penggunaan Surat Izin Mengemudi Peralatan dan Buku Keselamatan Kerja di Lingkungan Departemen Pekerjaan Umum.

2. Peraturan Menaker No. 01 tahun 1980 tentang Keselamatan dan Kesehatan Kerja Pada Konstruksi Bangunan.

3. Peraturan Menakertrans No. Per 01/Men/1990 tentang Keselamatan dan Kesehatan Kerja Pada Konstruksi Bangunan.

4. SKB Menteri PU dan Menaker No. Kep 17/Men/1986-104/Kpts/1986 tentang Keselamatan dan Kesehatan Kerja Pada Tempat Kegiatan Konstruksi.

Page 5: Pengawasan K3 Konstruksi

5. Keputusan Menteri PU No. 195/Kpts/1989 tentang Pelaksanaan Keselamatan dan Kesehatan Kerja Pada Tempat Kegiatan Konstruksi di Lingkungan DepartemenPekerjaan Umum.

6. Keputusan Menteri PU No. 01/In/M/1990 tentang Pelaksanaan Kampanye Keselamatan dan Kesehatan Kerja di Lingkungan Departemen Pekerjaan Umum.

7. Keputusan Menaker RI No. : Kep 196/MEN/1999 tentang Penyelenggaraan Program Jaminan Sosial Tenaga Kerja Harian Lepas, Borongan, dan Perjanjian Kerja Waktu Tertentu Pada Sektor Jasa Konstruksi.

8. Keputusan Menteri Permukiman dan Prasarana Wilayah No. 384/Kpts/M/2004 tentang Pedoman Teknis Keselamatan dan Kesehatan Kerja Pada Tempat Kegiatan Konstruksi Bendungan.

Page 6: Pengawasan K3 Konstruksi

C. Kecelakaan Kerja Konstruksi

Walaupun telah dikeluarkan banyak dasar hukum yang mengatur tentang k3 konstruksi, namun angka kecelakaan pada pekerjaan konstruksi masih saja terbilang tinggi.

Hal ini dibuktikan dengan laporan tahunan mengenai Keselamatan dan Kesehatan Kerja tahun 2002, yang diterbitkan Departemen Tenaga Kerja dan Transmigrasi, menunjukkan bahwa sektor usaha bangunan atau konstruksi menduduki peringkat ke-4 yang mempunyai kasus kecelakaan tertinggi (5,67%).

Data tersebut diperoleh dari data kecelakaan dari tahun 1995 sampai

dengan 1999 dengan jumlah kecelakaan kerja 412.652 kasus dengan nilai kerugian Rp 340 Milyar dan pembayaran santunan dan ganti rugi sebesar kurang lebih Rp 329 Milyar lebih.

Page 7: Pengawasan K3 Konstruksi

• Selanjutnya, berdasarkan laporan PT Jamsostek dari 2000 sampai

2008, angka kecelakaan berfluktuasi. Secara umum angka

cenderung naik turun, seperti pada tahun2000 terjadi 98.902 kasus,

tahun 2001 terjadi 104.774 kasus, tahun 2002 terjadi 103.204

kasus, tahun 2003 terjadi 105.846 kasus, tahun 2004 terjadi 95.418

kasus, tahun 2005 terjadi 99.023 kasus, tahun 2006 terjadi 95.624

kasus, tahun 2007 terjadi 83.714 kasus, dan hingga data November

2008, kasus kecelakaan kerja tercatat 36.986 kasus atau turun

sebesar 55,82 persen dari tahun 2007 (Anshori 2008).

Page 8: Pengawasan K3 Konstruksi

Namun demikian, angka kecelakaan kerja di Indonesia ini masih cukup

tinggi. Kecelakaan kerja dapat menimbulkan akibat yang merugikan baik

bagi pekerja maupun bagi pengusahanya (kontraktor).

Bagi pekerja, kecelakaan yang terjadi dapat mengakibatkan penderitaan

baik merupakan kematian, luka/cedera berat maupun ringan, maupun

penderitaan bagi keluarga mereka bila pekerja meninggal dunia atau

cacat. Sedangkan bagi pengusaha, kecelakaan yang terjadi dapat

menimbulkan kerugian berupa biaya. Pengetahuan mengenai kecelakaan

kerja proyek konstruksi dapat dijadikan masukan bagi langkah-langkah

pencegahan dan bahwa kecelakaan kerja akan selalu menyebabkan

kerugian baik pada pekerja maupun kontraktor.

Page 9: Pengawasan K3 Konstruksi

D. Sebab Kecelakaan Konstruksi

Faktor Manusia

Faktor ini seringkali disebut sebagai faktor human error (kesalahan manusia). Faktor ini seringkali disebabkan oleh kurangnya kesadaran pekerja akan keselamatan kerja.

Page 10: Pengawasan K3 Konstruksi

Faktor Peralatan Kerjapenggunaan peralatan kerja yang kurang baik serta kurang amannya peralatan kerja yang dipakai dapat mengakibatkan kecelakaan kerja pada pekerjaan konstruksi.

Page 11: Pengawasan K3 Konstruksi

Lingkungan Kerja

Tempat kerja yang tidak aman atau serta kondisi lingkungan

pada sekitar tempat kerja yang kurang kondusif pada pekerjaan konstruksi dapat mengakibatkan kecelakaan pada pekerjaan konstruksi.

Page 12: Pengawasan K3 Konstruksi

E. Keselamatan dan Kesehatan Kerja Dalam Konstruksi

Keselamatan dan Kesehatan Kerja Konstruksi

a. Pekerjaan penggalian

1. Ketentuan Umum:

• Stabilitas tanah harus diuji dahulu sebelum dilakukan penggalian• Melakukan pemeriksaan atas segala instalansi bawah tanah• Prasarana umum harus dimatikan atau diputuskan alirannya,

apabila tidak bisa maka prasarana tersebut harus dipagari, ditarik ke atas atau dilindungi

• Tanah harus dibersihkan dari pohon, batu besar dan rintangan lain• Lokasi penggalian harus diperiksa secara teliti setelah pekerjaan

terputus melebihi 1 hari, setelah setiap peledakan, ada longsoran, ada kerusakan pada konstruksi penyangga dan hujan lebat.

• Dilarang bekerja di tanah lepas yang kemiringannya terlalu terjal

Page 13: Pengawasan K3 Konstruksi

• Harus ada konstruksi penyangga yang cukup• Ada penerangan yang cukup• Galian bebas dari air• Ada jalan keluar untuk menyelamatkan diri• Tidak ada yang diizinkan masuk ruang bawah

tanah yang belum diuji bebas gas• Pengujian gas harus dilengkapi dengan sabuk

pengaman, tali penyelamat dan alat-alat pernapasan

• Ventilasi mekanis harus disediakan• Tindakan pencegahan harus diambil untuk

melindungi runtuhnya galian

Page 14: Pengawasan K3 Konstruksi

2. Persyaratan K3 pada pekerjaan penggalian :

• Tepi penggalian atau saluran harus dibuat dengan kemiringan tertentu, biasanya 45 derajat

• Penggalian diatas 1,2 m harus dipasang perancah bai yang terbuat dari kayu

• Penggalian tidak boleh dilakuakn pada batas bangunan atau suatu struktur.

• Material dan peralatan harus diletakkan berjauhan dari pinggir galian• Tanah hasil galian atau sampah galian tidak diletakkan di tepi galian• Meletakkan Stopblock di lokasi tempat kendaraan menurunkan material

ke dalam galian• Tersedia penerangan yang cukup• Pekerja harus diinformasikan secara jelas tentang prosedur penggalian• Menggunakan pelindung kepala dan kaki saat penggalian berlangsung• Melakukan koordinasi dengan instansi lain mengenai instalansi llistrik, gas,

air dsb• Tidak menggunakan alat penggalian mesin (excavator) pada jarak 50 cm

dari pipa gas

Page 15: Pengawasan K3 Konstruksi

b. Pekerjaan Pondasi

1. Ketentuan Umum:

• Mesin pemancang harus ditumpu oleh dasar yang kuat, diberi tali atau rantai penguat secukupnya dan tidak boleh digunakan di dekat jaringan listrik

• Lantai kerja dan tempat kerja operator harus terlindungi dari cuaca

• Saluran uap atau udara harus dibuat dari pipa baja atau semacamnya

• Untuk mencegah bahaya, mesin pemancang sebaiknya diberi tali atau rantai penguat

• Mesin pemancang tidak boleh diletakkan di dekat aliran listrik

• Kerekan pada mesin pancang harus sesuai dengan persyaratan

Page 16: Pengawasan K3 Konstruksi

• Bila 2 buah mesin pemancang digunakan bersamaan, maka jarak antara mesin-mesin tersebut tidak boleh kurang dari kaki-kaki terpanjangnya.

• Fasilitas untuk mencapai lantai kerja, seperti tangga dan roda penggerak harus memenuhi persyaratan.

• Bila pemancangan dilakukan pada bidang miring maka harus diberi penyeimbang yang sesuai dan penyeimbang tersebut harus terlindung dari kemungkinan tergelincir.

• Sambungan pipa harus diikat dengan tali atau rantai

• Pipa uap atau udara pada palu pancang harus terikat kuat pada palu pancang.

• Saluran uap dan udara harus dapat dikendalikan dengan mudah melalui klep-klep penutup.

Page 17: Pengawasan K3 Konstruksi

• Roda penggerak mesin pancang harus diberi pengaman untuk mencegah seseorang terjerembab di dalamnya.

• Tindakan pencegahan perlu dilakukan untuk mencegah terbaliknya mesin pancang.

• Tindakan pencegahan harus diambil agar alat pemukul pancang tidak meleset dari tiang pancang.

• Jika diperlukan, tiang-tiang pancang yang panjang dan turap besi yang berat harus diamankan.

Page 18: Pengawasan K3 Konstruksi

c. Pengerjaan Beton

1. Ketentuan Umum

• Konstruksi beton bertulang yang berat untuk kerangka atap dan kerangka atas lainnya harus didasarkan pada gambar rencana

• Selama pembangunan harus dicatat data sehari-hari mengenai kemajuan pembangunan, termasuk data yang mempengaruhi kekuatan beton menurut waktunya

Page 19: Pengawasan K3 Konstruksi

d. Pekerjaan Konstruksi Baja

1. Ketentuan umum

• Penjaminan keselamatan pekerja dengan penyediaan dan pemakaian tangga, gang, peralatan kerja tetap, pelataran kerja, tali pengaman dan sabuk pengaman serta jaring pengaman.

• Kerangka baja yang sedang dipasang harus disangga dan dikopel secukupnya.

• Pekerjaan konstruksi baja tidak boleh dikerjakan ketika terjadi angin kencang atau terdapat keadaan licin.

• Untuk mencegah bahaya, bagian-bagian konstruksi baja sebaiknya dilengkapi dengan pengaman.

Page 20: Pengawasan K3 Konstruksi

• Sewaktu pekerjaan konstruksi baja, daerah di bawahnya harus dipagari atau dijaga.

• Untuk menaikkan atau menurunkan bahian-bagian konstruksi baja harus memakai peralatan yang memenuhi syarat(memadai).

• Bagian konstruksi baja tidak boleh ditarik dengan paksa sewaktu diangkat agar tidak menimbulkan bahaya.

• Bagian-bagian konstruksi baja tidak boleh diperlemah penampangnya.

Page 21: Pengawasan K3 Konstruksi

Keselamatan dan Kesehatan Kerja SARANA BANGUNAN

a. Perancah

1. Peraturan Umum

• Perancah harus dibuatkan untuk semua pekerjaan yang tidak bisa dikerjakan secara aman dalam ketinggian

• Perancah hanya dapat dibuat dan dirubah oleh pengawas yang ahli.

b. Pelataran Tempat Kerja

1. Peraturan Umum

• Semua perancah harus dilengkapi dengan platform untuk bekerja• Pelataran paling sedikit dari tepi luarnya berjarak 60 cm dari sisi

dinding bangunan• Penyediaan tempat yang bebas dari rintangan dan timbunan

sedikitnya selebar 1,8 meter.• Pelataran bekerja harus menggunakan papan pengaman pakai

berukuran tebal min 2,5 cm dan lebar min 15 cm

Page 22: Pengawasan K3 Konstruksi

• Harus benar-benar berkonstruksi kuat.

• Pelataran tempat kerja tidak boleh ditunjang dengan bahan-bahan yang tidak semestinya, seperti batu bata, pipa dan lainnya.

• Pelataran tempat kerja boleh digunakan jika sudah teruji aman.

• Pelataran harus cukup lebar dan tidak terhalang apapun dan lebarnya minimal 60 cm.

• Setiap pelataran untuk bekerja harus dipasang minimal 1 meter di bawah tiang penyangga.

• Pelataran tempat bekerja di atas 2 m dari tanah harus dipasangi papan yang rapat.

• Papan untuk pelataran bekerja harus menonjol keluar dari tempat tumpuan maksimal sejarak 4 kali tebalnya papan.

• Papan untuk bekerja diusahakan tidak boleh berlapis-lapis, atau harus menggunakan hubungan siku-siku untuk mencegah terjadinya pergeseran pada papan.

• Papan lantai harus memiliki tebal yang sama.

Page 23: Pengawasan K3 Konstruksi

F. Pengawasan K3 Konstruksi dan Sarana Bangunan

1.Wajib Lapor Pekerjaan/Proyek Konstruksi BangunanSetiap pekerjaan konstruksi bangunan yang akan dilakukan wajib dilaporkan kepada direktur atau pejabat yang ditunjuk.

2.Akte Pengawasan Ketenagakerjaan Proyek Konstruksi Bangunan

a)Pengertian

Akte pengawasan terdiri dari data pelaksana konstruksi/pengawas-perencana konstruksi, data teknis proyek, berita acara pemeriksaan, kartu pemeriksaan dan lembaran pemeriksaan.

Page 24: Pengawasan K3 Konstruksi

b)Batasan

Tempat kerja/pekerjaan konstruksi bangunan dengan waktu proyek 6 bulan atau lebih harus diterbitkan akte ini dan akte harus diserahkan Pelaksana Konstruksi kepada Pemberi Tugas/Pemilik setelah proyek selesai.

c) Pengesahan Akte

1.Setelah meneliti wajib lapor pekerjaan proyek/konstruksi bangunan.

2.Melakukan pemeriksaan K3 proyek oleh pengawas spesialis K3 konstruksi.

3.Menerbitkan akte pengawasan.4.Melakukan pemeriksaan berkala, sampai proyek selesai.

Page 25: Pengawasan K3 Konstruksi

G. Perancah

Perancah adalah pelataran kerja atau platform yang dibuat sementara dan digunakan sebagai penyangga tenaga kerja, bahan-bahan dan peralatan kerja.

Jenis-jenis perancah:

Perancah frame

Perancah kayu bulat

Perancah pipa

Perancah tiang tunggal dengan lantai kerja menggunakan plat

Perancah tiang tunggal dengan bracket

Perancah bergerak

Perancah kuda-kuda

Perancah persegi

Page 26: Pengawasan K3 Konstruksi

Perancah gantung

Perancah tupang sudut

Perancah mekanik

Perancah FramePerancah kuda-kuda

Page 27: Pengawasan K3 Konstruksi

1. Syarat-syarat bahan perancah

• Dalam membuat perancah harus digunakan bahan yang baik.

• Kayu yang akan digunakan harus berurat lurus, padat, tidak ada

mata kayu yang besar, kering, tidak membusuk, tidak ada lubang

ulat dan kerusakan lain yang dapat membahayakan.

• Tali baja yang telah terkena asam atau atau bahan kimia, karat,

tidak boleh digunakan.

• Tali serat tidak dapat digunakan.

• Papan harus tahan retak atau pecah.

Page 28: Pengawasan K3 Konstruksi

• Paku harus mempunyai panjang dan tebal yang cukup.

• Paku besi yang getas (cast iron) tidak boleh digunakan.

• Bahan-bahan yang digunakan untuk pembuatan perancah harus disimpan dengan baik dan jauh dari material yang berbahaya.

• Pengikat untuk perancah kayu harus berupa baut besi dengan ukuran yang memadai, cincin penutup, sekrup dan lain-lain pengaman yang dibutuhkan.

Page 29: Pengawasan K3 Konstruksi

2. Syarat-syarat bahan perancah

• Perancah harus dihitung dengan safety factor 4 x beban maksimum.

• Perancah harus diberi tangga untuk berjalan dan fasilitas pengaman lainnya.

• Perancah tidak boleh terlalu tinggi di atas angkur yang tertinggi.

• Perancah harus terikat kuat ke segala arah (x,y,z) dan stabil sampai perancah

dilepas.

• Pondasi perancah harus kuat dan stabil.

• Batu bata, pipa, bahan lain yang rusak tidak boleh dipakai untuk penahan

perancah.

• Bila diperlukan, perancah dilengkapi dengan safety net atau sejenis untuk

menghindari benda yang terjatuh.

• Paku harus tertanam penuh, tidak boleh separuh dan kemudian dibengkokkan.

Page 30: Pengawasan K3 Konstruksi

Yang harus diperhatikan dalam keselamatan kerja perancah:

1. Pemeriksaan dan pengujianMerupakan proses periksa dan uji secara sistematis terhadap keadaan fisik dari suatu objek konstruksi bangunan perancah, yang bertujuan untuk menilai kelayakan kondisi perancah.

2. PengesahanSetiap perancah yang digunakan harus memiliki pengesahan penggunaan perancah dari Kantor Dinas Tenaga Kerja Pemerintah Kota/Kabupaten setempat, tetapi sebelumnya harus dilakukan pemeriksaan dan pengujian:

• Pemeriksaan pertamaTerdiri dari pemeriksaan dokumen teknik dan pemeriksaan lapangan.

• Pemeriksaan berkala

Page 31: Pengawasan K3 Konstruksi

H. Plambing/Pemipaan

Plambing merupakan salah satu komponen terpenting dalam sebuah konstruksi. Plambing sendiri memiliki peran yang sangat penting pada setiap bangunan karena plambing sendiri memiliki fungsi sebagai:

• penyediaan air bersih ke tempat-tempat yang dikehendaki.

• membuang air kotor tanpa mencemarkan bagian-bagian lain.

Page 32: Pengawasan K3 Konstruksi

1. Jenis-jenis plambing

• Plambing air bersih

Plambing air bersih adalah sebuah sistem pemipaan yang

berfungsi untuk mendistribusikan air bersih baik untuk keperluan minum, mandi, mencuci dan lain-lain.

Sistem plambing air bersih sistem langsung

Page 33: Pengawasan K3 Konstruksi

Instalasi Plambing Air Bersih

1.Hal yang perlu diketahui terlebih dahulu adalah denah Plumbing serta Diagram

Isometri dimana dapat diketahui jalur-jalur instalasi pipa itu diletakkan.

2.Pemasangan pipa dilaksanakan setelah pemasangan bata dan sebelum pekerjaan

plesteran dan acian, hal ini bertujuan untuk menghindari keretakan dinding. (Untuk

instalasi dalam bangunan).

3.Untuk pemasangan di luar bangunan seperti pipa saluran air hujan dikerjakan

setelah pekerjaan plesteran diselesaikan.

4.Pipa yang melewati plat dak atau balok atau kolom beton harus dipasang sparing

atau pemipaan terlebih dahulu sebelum dilaksanakan pengecoran.

5.Pipa yang posisi/letaknya sudah betul segera ditutup dengan plug/dop yang tidak

mudah lepas (menghindari kotoran/adukan masuk sehingga terjadi penyumbatan).

Page 34: Pengawasan K3 Konstruksi

6.Hindari belokan pipa/ knik pipa dengan pembakaran.

7.Posisi pipa pada kamar mandi harus disesuaikan dengan saniter.

8.Rencana instalasi air bersih diletakkan pada perempatan nat keramik

/ as keramik, simetris dengan luas keramik.

9.Setelah instalasi terpasang segera diadakan test tekanan pipa :

- Untuk pipa Gip maximum 10 Bar

- Untuk pipa PVC maximum 6 Bar

Page 35: Pengawasan K3 Konstruksi

• Plambing air kotor

Plambing air kotor adalah sistem pembuangan yang yang berfungsi untuk

membuang sisa-sisa air kotor dari wastafel, urinal, bidet, dan air buanganyang mengandung kotoran manusia dari alat pembuangan lainnya ( black water ).

Sistem plambing air kotor

Page 36: Pengawasan K3 Konstruksi

Instalasi Plambing Air Kotor

1.Hal yang perlu diketahui : Denah instalasi dan diagram isometris pipa air kotor serta

jalur pembuangan.

2.Hindari /jangan terlalu banyak percabangan.

3.Sambungan harus betul-betul rapat.

4.Untuk air bekas (mandi/cuci) harus dibuat Manhole untuk kontrol pembersihan (bak

kontrol) pada tempat-tempat tertentu.

5.Untuk lubang saluran pembuang harus diberi saringan.

6.Sparing harus melebihi rencana peil lantai beton & tebal beton. ( diatas plat = 25 cm,

dibawah plat = 15 cm ), bagian atas supaya ditekuk atau digepengkan / ditutup

dengan cara dipanaskan.

Page 37: Pengawasan K3 Konstruksi

7. Posisi sparing harus sesuai dengan tipe saniter (jika saniter telah ditentukan).

8. Jika saniter belum ditentukan , dipakai sistem Block Out.

9. Sparing Clean out harus dipasang bersamaan dengan sparing closet (bila ada), di

mana letak sparing clean out berada di samping atau dekat dengan sparing closet,

fungsinya adalah untuk pembersihan apabila closet terjadi penyumbatan.

10. Fan out dipasang bila dalam instalasi saluran kotor banyak percabangan dengan

saluran pembuangannya lewat shaft. Fungsinya untuk mengurangi tekanan udara

pada pipa pada saat closet di gelontor dengan air.

11. Floor drain supaya diletakkan jauh dari pintu dan dekat dengan kurasan bak.

Page 38: Pengawasan K3 Konstruksi

• Plambing air hujan

Plambing air hujan merupakan sistem pembuangan yang

berfungsi untuk mengalirkan air hujan keluar. Plambing air hujan memiliki sistem tersendiri. Walaupun plambing air hujan termasuk plambing pembuangan, namun plambing air hujan tidak boleh bercampur dengan plambing pembuangan air kotor karena akan terjadi penyumbatan apabila plambing air hujan bercampur dengan air kotor.

Page 39: Pengawasan K3 Konstruksi

Instalasi Plambing Air Hujan

1.Pipa diletakkan persis dibawah lobang talang yang telah diberi torong

talang.

2.Pipa saluran air hujan dapat dipasang menempel di dinding luar dengan

mengguna klem atau dapat ditanam di dinding bila berukuran < 2 ".

3.Bila saluran pembuangan air hujan berupa saluran tertutup, maka harus

dibuat bak kontrol pada pertemuan pipa air hujan dengan saluran

pembuang.

4.Bila terdapat sambungan, arah shock harus sebelah atas, dan

penyambungannya harus benar-benar kuat.

Page 40: Pengawasan K3 Konstruksi

2. Pemeriksaan dan pengujian

Objek pemeriksaan dan pengujian adalah instalansi pipa penyalur, tangki, hydrostos, alat-alat perlengkapan dan pengaman.

3. Pengesahan

Sebelum instalansi plambing dipakai, pemilik mengajukan permohonan pengesahan penggunaan kepada Dinas Tenaga Kerja Kabupaten/Kota. Sebelum dikeluarkan pengesahan, harus dilakukan pemeriksaan dan pengujian pertama.

Page 41: Pengawasan K3 Konstruksi

I. Penanganan Bahan

Ada beberapa jenis untuk menangani bahan baik dalam

mengangkut, mengangkat, memindahkan maupun

menyimpan bahan. Penanganan bahan dapat berjalan dengan

aman dan selamat jika dilakukan sesuai dengan prosedur yang

berlaku, termasuk juga cara penyimpanannya.

Cara menyimpan atau menempatkan material tersebut harus

disesuaikan dengan jenis material dan tanda-tanda khusus

yang diperlukan harus dipasang.

Page 42: Pengawasan K3 Konstruksi

J. Peralatan Bangunan1.Lift barang

Lift barang adalah alat angkat dan angkut yang di khususkan untuk transportasi barang. Manusia di larang menaiki lift ini. Jenis lift ini banyak di gunakan di dunia industri. Lift jenis ini memiliki ukuran kabin yang lebih luas untuk media angkut barang. Tingkat keamanan yang di miliki lift barang tidak setinggi lift passanger.

Page 43: Pengawasan K3 Konstruksi

2.Lift orangDi gunakan untuk mengangkut penumpang(orang). Lift jenis ini paling banyak di gunakan di perkantoran , mall, apartemen apartemen dan gedung gedung publik. tingkat keamanannya sangat tinggi karena menyangkut keselamatan manusia.

Page 44: Pengawasan K3 Konstruksi

3.Instalansi listrikInstalasi listrik adalah suatu rangkaian yang menghasilkan sebuah aliran listrik, bisa berupa sebuah lampu ataupun sebuah sumber listrik. Instalasi listrik terdiri dari sebuah saklar yang menghubungkan pada sebuah titik lampu, ataupun stopkontak.

Page 45: Pengawasan K3 Konstruksi

4.Instalansi penyalur petirInstalasi penyalur petir adalah susunan sarana penyalur petir yang terdiri dari penerima, penghantar penurunan, elektroda bumi dan perlengkapan lainnya yang merupakan satu kesatuan dan berfungsi menyalurkan muatan petir ke tanah.

Page 46: Pengawasan K3 Konstruksi

5.Instalansi tata udaraInstalasi tata udara adalah susunan alat/instalasi yang berfungsi untuk mencapai temperatur dan kelembaban yang sesuai pada ruangan sehingga udara menjadi lebih segar.