17
YOGA DWI SAPUTRA 2013310019 BAB III METODOLOGI Dalam studi Perencanaan Pelabuhan Container di Kota Kupang – Nusa Tenggara Timur ini menggunakan analisis demand (permintaan konsumen di kawasan Hiterland dan volume container serta ukuran kapal) dalam sistem pelayanannya, maka komponen tersebut akan dikaji dari sisi permintaan. Hasil analisis untuk menentukan kebutuhan terhadap sarana dan prasarana di pelabuhan. Dan sebagai langkah akhir maka disusunlah suatu identifikasi potensi dan permasalahan Perencanaan Pelabuhan Container di Kota Kupang. 3.1 Metode Penelitian Dalam pengumpulan data dan informasi Perencanaan Pelabuhan Container di Kota Kupang ini dilakukan pengumpulan data dengan cara sebagai berikut : 3.2 Data Primer pengumpulan data primer dilakukan dengan cara pengamatan langsung di lapangan, melakukan observasi, dan wawancara langsung dengan masyarakat setempat dan pihak-pihak yang relevan. 1. Wawancara Wawancara/kuisioner bertujuan untuk mendapatkan masukan dari stakeholder terkait, yaitu : a. BAPPEDA, untuk mendapatkan informasi mengenai kebijakan pengembangan wilayah disekitar PERENCANAAN PELABUHAN CONTAINER - KUPANG 30

PERENCANAAN PELABUHAN PETI KEMAS - BAB III

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: PERENCANAAN PELABUHAN PETI KEMAS - BAB III

YOGA DWI SAPUTRA2013310019

BAB III

METODOLOGI

Dalam studi Perencanaan Pelabuhan Container di Kota Kupang – Nusa

Tenggara Timur ini menggunakan analisis demand (permintaan konsumen di

kawasan Hiterland dan volume container serta ukuran kapal) dalam sistem

pelayanannya, maka komponen tersebut akan dikaji dari sisi permintaan. Hasil

analisis untuk menentukan kebutuhan terhadap sarana dan prasarana di pelabuhan.

Dan sebagai langkah akhir maka disusunlah suatu identifikasi potensi dan

permasalahan Perencanaan Pelabuhan Container di Kota Kupang.

3.1 Metode Penelitian

Dalam pengumpulan data dan informasi Perencanaan Pelabuhan Container

di Kota Kupang ini dilakukan pengumpulan data dengan cara sebagai berikut :

3.2 Data Primer

pengumpulan data primer dilakukan dengan cara pengamatan langsung di

lapangan, melakukan observasi, dan wawancara langsung dengan

masyarakat setempat dan pihak-pihak yang relevan.

1. Wawancara

Wawancara/kuisioner bertujuan untuk mendapatkan masukan dari

stakeholder terkait, yaitu :

a. BAPPEDA, untuk mendapatkan informasi mengenai kebijakan

pengembangan wilayah disekitar kawasan perencanaan pelabuhan

dalam kaitannya dengan perencanaan wilayah makro.

b. Dinas perhubungan, untuk mendapatkan gambaran arah kebijakan

pengembangan sector perhubungan terutama perhubungan laut

terkait dengan rencana pengembangan kawasan pesisir di wilayah

perencanaan pelabuhan container serta rencana-rencana

permasalahan menyangkut pengembangan sector perhubungan atau

transportasi.

c. Dinas lingkungan hidup, untuk mendapatkan informasi mengenai

kondisi lingkungan disekitar pelabuhan beserta factor-faktor yang

dapat mencemarkan lingkungan

d. Dinas pekerjaan umum

PERENCANAAN PELABUHAN CONTAINER - KUPANG 30

Page 2: PERENCANAAN PELABUHAN PETI KEMAS - BAB III

YOGA DWI SAPUTRA2013310019

e. Masyarakat sekitar pelabuhan

f. Pihak-pihak terkait lainnya

2. Observasi/Survey Lapangan

Observasi yaitu pengamatan langsung secara visual untuk mengetahui

dan mencatat keadaan wilayah sebenarnya dilapangan. Observasi

lapangan yang dilakukan adalah :

a. Survey Topografi

Pengukuran Topografi seluas (Simbol) 20Ha dilakukan di lokasi

yang akan dijadikan tempat berdirinya Pelabuhan Container.

b. Survey Bathimetri

Pengukuran Bathimetri seluas 40 Ha dilakukan di sekitar

pelabuhan dan bertujuan untuk mendapatkan peta situasi perairan

pada lokasi perencanaan pelabuhan.

c. Survey Hidrooseanografi

1. Pengamatan pasang surut

2. Pengukuran Arus

d. Survey Permintaan Jasa Angkutan Laut

Survey lapangan untuk permintaan jasa angkutan laut dilakukan

bila tidak tersedia data operasional yang memadai untuk dijadikan

bahan analisis kebutuhan pembangunan/pengembangan fasilitas

pelabuhan. Survey ini berupa pengumpulan data meliputi :

1) Jumlah Kunjungan kapal (ship call)

2) Jumlah pergerakan barang (baik dari maupun luar

(hinterland)

e. Identifikasi Dampak Lingkungan Hidup

Identifikasi dampak lingkungan hidup merupakan identifikasi awal

kemungkinan timbulnya dampak pada lokasi pelabuhan dan

sekitarnya akibat penyelanggaraan operasi pelayaran, yang

meliputi

- Pencemaran udara dan air akibat pengoprasian kapal laut

- Dampak terhadap flora dan fauna

- Dampak terhadap social, ekonomi dan budaya

PERENCANAAN PELABUHAN CONTAINER - KUPANG 31

Page 3: PERENCANAAN PELABUHAN PETI KEMAS - BAB III

YOGA DWI SAPUTRA2013310019

- Dampak terhadap kesehatan masyarakat

- Pengendalian limbah padat dan cair dan

- Rekomendasi jenis studi lingkungan yang harus dilakukan

3.3 Data Sekunder

Data sekunder dikumpulkan dari beberapa dinas dan instansi

pemerintah/perusahaan yang terkait dengan perencanaan pelabuhan serta laporan

hasil studi terdahulu yang berhubungan dengan perencanaan pelabuhan container.

Dalam proses pengumpulan seunder, dikumpulkan data pendukung seperti

berikut:

1) Kebijakan pemerintah terkait Rencana Tata Guna Lahan dan

prasarana fisik wilayah yang ada, meliputi :

- Tatanan transportasi wilayah Kupang

- Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) provinsi Nusa

Tenggara Timur

- Jaringan prasarana transportasi dan rencana

pengembangannya (jika tersedia)

- Informasi mengenai daerah-daerah yang termasuk MP3EI,

Kawasan Ekonomi Khusus (KEK), Kawasan

Pengembangan Ekonomi Terpadu (KAPET) serta kawasan

pembangunan ekonomi lainnya sesuai rencana pemerintah

pusat.

- Informasi mengenai daerah khusus, daerah tertinggal, dan

daerah terluar.

- Informasi mengenai daerah rawan bencana

2) Data Sosial Ekonomi Wilayah

- Kependudukan

- Pertumbuhan Ekonomi

- Produk Domestik Regional Bruto (PDRB)

- Ekspor dan Impor

- Pengembangan Industri di Daerah, dan

- Potensi Komodat Unggulan

3) Data Fisiologi, Topografi dan Meteorologi

PERENCANAAN PELABUHAN CONTAINER - KUPANG 32

Page 4: PERENCANAAN PELABUHAN PETI KEMAS - BAB III

YOGA DWI SAPUTRA2013310019

- Peta pada lokasi dan kawasan di sekitar rencana pelabuhan

- Peta tata guna lahan disekitar lokasi rencana pelabuhan

- Data status kepemilikan lahan di lokasi perencanaan

pelabuhan

- Data meteorology dan klimatologi (suhu udara,

kelembaban, arah angina dan kecepatan angina, curah

hujan, gempa)

- informasi mengenai daerah koncervasi

4) Kondisi eksisting fasilitas pelabuhan

- Data fasilitas pelabuhan

- Layout eksisting pelabuhan

- Data kondisi alur pelayaran

- Data sarana alat bantu navigasi pelayaran (SBNP)

- Data sarana telekomunikasi pelayaran

5) Data operasional pelabuhan

Merupakan data historis mengenai kondisi/karakteristik jasa

angkutan laut yang diperlukan untuk pembangunan/pengembangan

fasilitas pelabuhan, yang meliputi :

- Jumlah kunjungan kapal

- Volume pergerakan barang (bongkar, muat, ekspor dan

impor)

- Jumlah pergerakan penumpang

- Rute/jaringan pelayaran

- Tipe/jenis kapal yang beroperasi

3.4 Forecast

Forecast atau peralaman mengenai keadaan dimasa mendatang merupakan

perkiraan atau persiapan terhadap keadaan di masa mendatang, yaitu untuk jangka

pendek 5 (lima) tahun kedepan, jangka menengan 10 (sepuluh) tahun kedepan dan

jangka panjang 20 (dua puluh) tahun kedepan. Dari data yang sudah ada kita bisa

meramalkan keadaan pelabuhan di jangka pendek hingga jangka panjang dengan

PERENCANAAN PELABUHAN CONTAINER - KUPANG 33

Page 5: PERENCANAAN PELABUHAN PETI KEMAS - BAB III

YOGA DWI SAPUTRA2013310019

rumus Metode Kuadrat Terkecil untuk mencari garis trend linear. Berikut

penjelasan mengenai Forecast.

Metode Kuadrat Terkecil untuk mencari garis trend linear adalah rumus

untuk memproyeksikan hasil ke depan maupun ke belakang dari data yang sudah

ada dan dinyatakan dengan :

,

dimana konstanta a dan b dihitung dengan rumus :

Y = Variabel yang akan diproyeksiakn nilainya

X = Variabel tahun perlu direcoding dgn cara berbeda antara jumlah

pengamatan ganjil dan jumlah pengamatan genap.

Terdapat 3(tiga) jenis rumus dalam metode ini yaitu rumus untuk data

ganjil, rumus untuk data genap dan rumus untuk umum atau ganji genap.

a. Metode Kuadrat dengan Rumus Ganjil

Pada rumus ganjil, titik tengah data X adalah 0

b. Metode Kuadrat dengan Rumus genap

Pada rumus ganjil, titik tengah data X adalah 1 dan -1

c. Metode Kuadrat dengan Rumus Umum

Rumus Garis trend dapat dinyatakan dengan :

a=Y−b X

b=n∑ X i Y i−∑ X i∑ Y i

n∑ Xi2−(∑ X i )

2

Y=a+bX

Y=1n ∑ Y i ; rata−rata Y

X=1n ∑ X i ; rata−rata X

Tabel 3.1 Perbedaan Data Ganjil, Genap dan Umum

No Ganjil Genap Umum

1 -1 -3 1

2 -1 -1 2

3 0 1 3

PERENCANAAN PELABUHAN CONTAINER - KUPANG 34

Page 6: PERENCANAAN PELABUHAN PETI KEMAS - BAB III

YOGA DWI SAPUTRA2013310019

4 1 3 4

5 2 5 5

3.5 Metode Perhitungan Kebutuhan Fasilitas Pelabuhan Container

3.5.1 Fasilitas Daratan

1. Panjang Dermaga

Penentuan panjang dermaga untuk melayani jumlah kapal tertentu

harus selalu diperoleh dengan mempertimbangka rata-rata panjang kapal

yang dilayani. Untuk itu diperlukan data statistik dengan periode tertentu

sehingga bisa diperhitungkan kecenderungan ukuran kapal yang datang

sehingga rata-rata panjang kapal yang dilayani dapat direncanakan.

International Maritime Organization (IMO) merekomendasikan

seperti pada Gambar 2.8 bahwa untuk dermaga tunggal (single berth),

kebutuhan panjang dermaga yang disyaratkan (L) untuk melayani satu

kapal adalah :

L = 10% Loa + Loa + 10% Loa

Dengan :

L = panjang dermaga yang disyaratkan

Loa = rata-rata panjang kapal yang dilayani

Gambar 3.1 Single Berth Length

Dari persamaan di atas diberikan kebebasan sebesar 10% dikedua

ujung kapal. Untuk dermaga dalam jumlah banyak (berth group), IMO

merekomendasikan seperti pada Gambar 2.9. Panjang dermaga yang

disyaratkan dengan persamaan :

PERENCANAAN PELABUHAN CONTAINER - KUPANG 35

Page 7: PERENCANAAN PELABUHAN PETI KEMAS - BAB III

YOGA DWI SAPUTRA2013310019

L = n (10% Loa + Loa) + 10% Loa

Dengan :

L = panjang dermaga yang disyaratkan

n = jumlah dermaga

Loa = rata-rata panjang kapal yang dilayani

Gambar 3.2 Berth Length On The Group

2. Lebar Dermaga

Dalam merencanakan lebar dermaga banyak ditentukan oleh

kegunaan dari dermaga tersebut, ditinjau dari jenis dan volume barang

yang mungkin ditangani pelabuhan/dermaga tersebut. Pada pelabuhan peti

kemas appron menjadi satu bagian dengan tempat penimbunan terbuka

yang sangat luas, yang diperlukan untuk gerakan peti kemas. Sejajar

dengan garis dermaga ditempatkan keran peti kemas yang dapat bergerak

sejajar tambatan, sedangkan arah gerakan barang tegak lurus tambatan.

Satu kapal biasanya dilayani oleh dua portainer/container crane

(Kramadibrata, 2002).

a. Elevasi Dermaga

Hal-hal yang menentukan elevasi dermaga adalah tinggi

pasang surut, tinggi gelombang ditambah dengan tinggi jagaan 1

m.

b. Container Yard

Lapangan penumpukan adalah suatu tempat yang luas dan

terletak di dekat dermaga yang digunakan untuk menyimpan

barang-barang yang akan dimuat atau setelah dibongkar dari kapal.

PERENCANAAN PELABUHAN CONTAINER - KUPANG 36

Page 8: PERENCANAAN PELABUHAN PETI KEMAS - BAB III

YOGA DWI SAPUTRA2013310019

Lapangan penumpukan harus diperkeras sehingga dapat menerima

beban yang berat dari barang yang ditampungnya. Luas yang

diperlukan untuk container yard tiap Teu’s tergantung sistem

penanganan kontainer. Ada beberapa metode dalam penanganan

kontainer yang sering digunakan saat ini, antara lain yaitu chassis

system, straddle system, gantry crane system, dan transtainer

system (Triatmodjo, 1996).

Luas area yang diperlukan per TEU harus disesuaikan

dengan sistem penanganan kontainer yang digunakan dan

tinggi/jumlah penumpukan peti kemas, seperti pada Tabel 2.3

(Triatmodjo, 2010).Tabel 3.2 Luasan Diperlukan TEUs

Peralatan dan

Metode

Penanganan

Tinggi/Jumlah

Penumpukan Peti

Kemas

Luasan Diperlukan

per TEUs

ATEUs (m2)

PK 20 ft PK 40 ft

Trailer 1 60 45

Truck Forklift

1 60 80

2 30 40

3 20 27

Straddle Carrier

1 30

2 15

3 10

Rubber Tyred

Gantry Crane /

Transtainer

2 15

3 10

4 7.5Sumber : Triatmodjo, B., 2010

Pada Tabel 2.3 di atas digunakan dengan melihat pemilihan

metode operasional dari peralatan yang berkaitan dengan

tersediannya lahan dan kondisi tanah yang diperlukan untuk

terminal peti kemas.

PERENCANAAN PELABUHAN CONTAINER - KUPANG 37

Page 9: PERENCANAAN PELABUHAN PETI KEMAS - BAB III

YOGA DWI SAPUTRA2013310019

Luas lapangan penumpukan peti kemas yang diperlukan

dapat dihitung dengan persamaan berikut :

A= T D Ateus365(1−BS)

Dengan :

A = luas lapangan penumpukan yang diperlukan (m2)

T = arus peti kemas per tahun (box, TEUs), 1 TEUs = 29 m3

dan 1 box = 1.7 TEUs.

D = dwelling time atau jumlah hari rerata peti kemas

tersimpan di lapangan penumpukan. Apabila tidak ada

informasi, bisa digunakan 7 hari untuk peti kemas import

dan 5 hari untuk peti kemas eksport. Untuk peti kemas

kosong, waktu penyimpanan adalah 20 hari.

ATEUs = luasan yang diperlukan untuk satu TEU yang tergantung

pada sistem penanganan peti kemas dan jumlah tumpukan

peti kemas di lapangan penumpukan (Tabel 2.3).

BS = broken stowage (luasan yang hilang karena adanya jalan

atau jarak antara peti kemas di lapangan penumpukan, yang

tergantung pada sistem penanganan peti kemas. Nilainya

sekitar 25%-50%.

3. Luas Perkantoran

Tabel 3.3 Luas Area Perkantoran

No Jenis Ruangan/bangunan/tempat lainnya Kebutuhan

1 Ruang Administrasi 4 m2/Orang

2 Ruang Kasir 4 m2/Orang

3 Ruang Kepala Pelabuhan 10 m2/Orang

4 Pantry (dapur) Min 4 m2

5 Ruang Tunggu 4 m2/Orang

6 Toilet Staff Min 4 m2

7 Toilet Umum Min 2 m2

8 Mushola 5 x 10 m2

9 Parkir Motor 1 x 2 m2 Per unit

10 Parkir Mobil 2 x 3 m2 Per unit

11 Taman Kantor 10 x 15 m2

PERENCANAAN PELABUHAN CONTAINER - KUPANG 38

Page 10: PERENCANAAN PELABUHAN PETI KEMAS - BAB III

YOGA DWI SAPUTRA2013310019

12 Gudang kantor 6 x 6 m2

3.5.2 Fasilitas Perairan

1. Areal Teampat Berlabuh

Areal Tempat berlabuh dihitung untuk masing-masing jenis kapal

dan kegiatan yang dilayani di pelabuhan. Perhitungan kebutuhan area

labuh akan tergantung pada dimensi kapal yang direncanakan, estimasi

rata-rata jumlah kapal yang menunggu di area labuh, dan ketersediaan

lahan perairan untuk lokasi labuh kapal. Estimasi jumlah kapal yang

menunggu dapat dihitung dengan menggunakan pendekatan metode

antrian, model simulasi dan lain-lain.

Areal Tempat Berlabuh :

R = L + 6D + 30 METER

R : Jari-jari untuk labuh per kapal

L : Panjang kapal yang berlabuh

D : Kedalaman air

Luas areal berlabuh = jumlah kapal x π x R2

2. Areal alih muat kapal

Areal alih muat kapal harus dihitung untuk pelabuhan yang

membutuhkan kegiatan alih muat antar kapal dan memiliki perairan yang

memungkinkan kegiatan alih muat antar kapal. Kebutuhan ruang alih muat

kapal dihitung dengan menggunakan rumus :

R = L + 6D + 30 METER

R : Jari-jari untuk labuh per kapal

L : Panjang kapal yang berlabuh

D : Kedalaman air

Luas areal alih muat kapal = jumlah kapal x π x R2

3. Areal Tempat Kapal Sandar

PERENCANAAN PELABUHAN CONTAINER - KUPANG 39

Page 11: PERENCANAAN PELABUHAN PETI KEMAS - BAB III

YOGA DWI SAPUTRA2013310019

A = 1,8L x 1,5L

A : Luas perairan untuk tempat sandar kapal per 1 kapal

L : Panjang Kapal

Luas Areal Tempat Sandar Kapal = jumlah kapal x A

4. Area Kolam Putar

D = 2L

D = Diameter areal kolam putar

L = Panjang kapal maksimum

5. Areal keperluan keadaam darurat

Faktor yang perlu diperhatikan adalah kecelakaan kapal, kebakaran

kapal, kapal kandas dan lain-lain. Salvage area diperkirakan luasnya 50%

dari luas areal pindah labuh kapal

6. Alur pelayaran

A = W x L

W : 9B + 30 Meter

A : Luas areal laut

W : Lebar alur

L : Panjang alur (draft kapal d ≥ 1,1 D) Full draft kapal

B : Lebar kapal maksimum

7. Areal percobaan berlayar

Areal percobaan berlayar harus dihitung pada pelabuhan yang

memiliki fasilitas dok untuk perbaikan/pembangunan kapal baru dan

memiliki perairan yang memungkinkan untuk kegiatan percobaan berlayar.

Faktor yang perlu diperhatikan adalah ukuran kapal rencana.

8. Areal fasilitas pembangunan dan pemeliharaan.

Faktor yang perlu diperhatikan adalah ukuran kapal maksimum

yang dibangun atau diperbaiki.

PERENCANAAN PELABUHAN CONTAINER - KUPANG 40

Page 12: PERENCANAAN PELABUHAN PETI KEMAS - BAB III

YOGA DWI SAPUTRA2013310019

3.6 Alur Perencanaan Pelabuhan Container di Kota Kupang – NTT

Dalam sebuah perencanaan Pelabuhan diperlukan adanya alur yang

berguna untuk mempermudah dalam melakukan tahapan-tahapan perencanaan

sebuah pelabuhan. Berikut Alur atau Flowchart penyusunan perencanaan

pelabuhan :

PERENCANAAN PELABUHAN CONTAINER - KUPANG 41

Page 13: PERENCANAAN PELABUHAN PETI KEMAS - BAB III

YOGA DWI SAPUTRA2013310019

Gambar 3.3 Flowchart Alur Perencanaan Pelabuhan

PERENCANAAN PELABUHAN CONTAINER - KUPANG 42