15
OLEH : JULEHA NIM. 1213019 SOLUSI MEMBANGUN BANGUNAN DI LAHAN RAWA

Rekayasa rawa

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: Rekayasa rawa

OLEH :

JULEHANIM. 1213019

SOLUSI MEMBANGUN BANGUNAN DI LAHAN

RAWA

Page 2: Rekayasa rawa

Perencanaan pembangunan pemukiman daerah rawa yang tetap menjaga fungsi dari daerah rawa merupakan salah satu konsep yang harus diusung untuk menciptakan pemukiman penduduk yang nyaman dan terbebas dari bencana banjir.

Mendirikan bangunan di atas genangan air tanpa harus merusak fungsi dari daerah rawa sebagai area resapan air sudah menjadi suatu kewajiban sendiri bagi masyarakat. Kearifan lokal serta konsep mendirikan bangunan yang tepat dapat meminimalisir perubahan dan kerusakan lingkungan yang disebabkan karena pembangunan pemukiman penduduk.

Berdasarkan hal diatas, maka perlu adanya solusi untuk bangunan yang akan dibangun di daerah rawa. Dan memperhatikan tetap terjaganya fungsi daerah rawa. Disamping itu juga merencanakan bangunan yang akan dibangun agar kokoh, tahan terhadap beban mati, beban hidup, beban gempa, dan beban angin.

Page 3: Rekayasa rawa

Rawa adalah lahan genangan air secara ilmiah yang terjadi terus-menerus atau musiman akibat drainase yang terhambat serta mempunyai ciri-ciri khusus secara fisika , kimiawi dan biologis.

Definisi yang lain dari rawa adalah semua macam tanah berlumpur yang terbuat secara alami, atau buatan manusia dengan mencampurkan air tawar dan air laut, secara permanen atau sementara, termasuk daerah laut yang dalam airnya kurang dari 6 m pada saat air surut yakni rawa dan tanah pasang surut.

Page 4: Rekayasa rawa

Berdasarkan sifat airnya dibagi menjadi 3:

1. Rawa Air Tawar, Adalah raw yang airnya tawar karena letaknya

di pinggiran sepanjang sungai.

2. Rawa Air Payau, Adalah rawa yang airnya percampuran

antara tawar dan asin, biasanya letaknya di muara sungai

menuju laut.

3. Rawa Air Asin , Adalah rawa yang airnya asin dan

letaknya di daerah pasang surut laut.

Berdasarkan sifat airnya dibagi menjadi 3:

Page 5: Rekayasa rawa

Berdasarkan keadaan airnya dibagi menjadi 2 :

1.Rawa yang airnya terlalu tergenang, Adalah rawa yang selalu tergenang airnya, tidak dapat dimanfaatkan sebagai lahan pertanian, karena lahannya tertutup tanah gambut yang tebal.

2. Rawa yang airnya tidak selalu tergenang, Adalah rawa yang menampung air tawar dilimpahkan air sungai pada saat air laut pasang dan airnya relatif mengering pada saat air laut  surut.

Page 6: Rekayasa rawa

Berdasarkan letaknya dibagi menjadi 3 :

1. Rawa Pantai, Adalah rawa yang berada di muara sungai. Air pada jenis rawa ini selalu mengalami pergantian karena dipengaruhi oleh pasang surut air laut.

2. Rawa Pinggiran, Adalah rawa sepanjang aliran sungai, terjadi akibat sering meletupnya sungai tersebut.

3. Rawa Abadi, Adalah rawa yang airnya terjebak dalam sebuah cekungan dan tidak memiliki pelepasan ke laut. Air hujan yang tertampung dalam rawa hanya dapat menguap tanpa ada aliran yang berarti.

Page 7: Rekayasa rawa

Berdasarkan kondisi air dan tumbuh-tumbuhan yang hidup, rawa dibedakan menjadi beberapa jenis, yakni:

1.Rawa Swamp, Swamp merupakan daerah lahan bahan basah yang selalu digenangi oleh air.2.Rawa Mars, Rawa jenis marsh merupakan daerah lahan basah (sama seperti swamp). Perbedaannya ada pada jenis flora yang hidup di daerah tersebut. Adapun jenis floranya seperti jenis lumut-lumutan, rumput-rumputan, dan alang-alang.3.Rawa Bog, Lahan basah yang permukaan tanahnya relatif kering, tetapi lahan bagian dalamnya penuh air (bersifat basah). 4.Rawa Pasang Surut, Rawa pasang surut merupakan rawa yang jumlah kandungan airnya selalu berubah-ubah (pasang-surut), hal ini dikarenakan oleh adanya pengaruh pasang surutnya air laut.

Page 8: Rekayasa rawa

Di pulau Sumatera, penyebaran lahan gambut pada umumnya terdapat di dataran rendah sepanjang pantai timur, yaitu dengan urutan dominasi berturut-turut terdapat di wilayah propinsi Riau, Sumatera Selatan, Jambi, Sumatera Utara dan Lampung. Penyebarannya ke arah pedalaman/hilir sungai mencapai sekitar 50-300 km dari garis pantai. Dalam wilayah yang lebih sempit, lahan gambut juga ditemukan di dataran pantai barat pulau, khususnya di wilayah propinsi Bengkulu, Sumatera Barat dan Aceh. Penyebarannya ke arah hilir sungai umumnya mencapai sekitar 10-50 km dari garis pantai. Tanah gambut dan tanah mineral (non gambut) secara bersama menyusun lahan rawa.

Penyebarannya :

Page 9: Rekayasa rawa

Setiap bangunan sipil seperti gedung, jembatan, jalan raya, terowongan, menara, dan atau tanggul, dan sebagainya harus mempunyai pondasi yang dapat mendukungnya.

Istilah pondasi digunakan dalam teknik sipil untuk mendefinisikan suatu konstruksi bangunan yang berfungsi sebagai penopang bangunan dan meneruskan beban bangunan diatasnya (upper structure) ke lapisan tanah yang cukup kuat daya dukungnya.

Untuk itu, pondasi bangunan harus diperhitungkan agar dapat menjamin kestabilan bangunan terhadap berat sendiri, beban-beban yang bekerja, gaya-gaya luar seperti tekanan angin, gempa bumi, dan lain-lain.

Page 10: Rekayasa rawa

Pada perencanaan pondasi terlebih dahulu perlu diketahui susunan lapisan tanah yang sebenarnya pada suatu tempat dan juga hasil pengujian laboratorium dari sampel tanah yang diambil dari berbagai kedalaman lapisan tanah dan mungkin kalau ada perlu juga diketahui hasil pengamatan lapangan yang dilakukan sewaktu pembangunan gedung-gedung atau bangunan-bangunan lain yang didirikan dalam kondisi tanah yang serupa.

Page 11: Rekayasa rawa

Untuk membangun bangunan seperti rumah tinggal 2 lantai atau 3 lantai, ruko, gudang, dan lain-lain di daerah rawa adalah dengan menggunakan pondasi Strauss Pile atau Bor Pile atau tiang pancang.

Dimensi pondasi Staruss Pile sekitar 20 cm, 25 cm, 30 cm, dan 40 cm dengan memperhatikan Penyelidikan Tanah (Soil Investigation) adalah suatu kegiatan yang dilakukan untuk mengetahui sifat-sifat dan karakteristik tanah untuk keperluan rekayasa (Engineering).

Page 12: Rekayasa rawa

Gambar 3. Rumah tinggal di daerah rawa

Page 13: Rekayasa rawa

Pondasi strauss pile pada dasarnya fungsinya sama dengan pondasi tiang pancang dan pondasi bor pile, yang membedakan adalah sebagai berikut:

1.Dari segi kedalaman pondasi strauss pile yang biasa di sebut juga bor tanah manual atau bor tangan hanya mampu mengerjakan maksimal 10 meter, berbeda dengan bor pile atau tiang pancang yang mampu sampai 25 meter

2.Terbatasnya pilihan diameter strous pile yakni (20cm, 25cm, 30cm, 35cm, dan 40cm) lain halnya dengan bored pile mesin mini crane (30cm s/d 60cm)

Page 14: Rekayasa rawa

Menggunakan metode Strauss Pile atau Bor Pile Manual mempunyai beberapa keunggulan dan keuntungan diantaranya:

1.Harga per meter yang relatif lebih murah bila dibandingkan dengan pondasi lainnya misal pondasi bored pile, tiang pancang, caisson, dan sumuran.

2.Tanpa Mobilisasi (mungkin hanya sekedar ongkos tukang dan tenaga kerja)

3.Kebutuhan alat mudah disesuaikan dengan volume pekerjaan (tinggal ditambah pekerja, dan set alatnya bila ingin pekerjaan lebih cepat selesai)

4.Bisa mengerjakan ditempat yang sulit (misalnya didalam bangunan, kondisi kavling yang tidak rata)

5.Tidak menimbulkan suara bising dalam pelaksanaannya6.Dapat meminimalisir resiko penurunan pondasi pada bangunan

rumah 2 lantai atau 3 lantai yang biasanya menyebabkan dinding retak.

Page 15: Rekayasa rawa