12
Metode Penyiapan Peta Untuk keperluan monitoring dan evaluasi RTRW Propinsi Nusa Tenggara Barat dan Provinsi Maluku digunakan Citra Satelit. Penyediaan Citra Satelit tersebut diperoleh melalui wahana Satelit Landsat 8 . Kanal yang dimiliki landsat 8 ada 11 yang terdiri dari panjang gelombang sebagai berikut : Band Wavelength Region (µm) Resoluti on (m) 1 0,43 – 0,45 0.3 2 0,45 – 0,51 0.3 3 0,53 – 0,59 0.3 4 0,64 – 0,67 0.3 5 0,85 – 0,88 0.3 6 1,57 – 165 0.3 7 2,11 – 2,29 0.3 8 0,50 – 0,68 0.15 9 1 ,36 – 1,38 0.3 10 10,60 – 11,19 0.3 11 11,50 – 12,51 0.3 Gambar Spesifikasi dari satelit Landsat 8 Sumber : hasil Olahan konsultan 2016 Data dari Landsat 8 dengan gelombang panchromatic beresolusi 0.15 meter dipakai dalam RTRW Propinsi. .

Metode peta

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: Metode peta

Metode Penyiapan Peta

Untuk keperluan monitoring dan evaluasi RTRW Propinsi Nusa Tenggara Barat dan Provinsi Maluku digunakan Citra Satelit. Penyediaan Citra Satelit tersebut diperoleh melalui wahana Satelit Landsat 8 . Kanal yang dimiliki landsat 8 ada 11 yang terdiri dari panjang gelombang sebagai berikut :

Band Wavelength Region (µm)

Resolution (m)

1 0,43 – 0,45 0.3

2 0,45 – 0,51 0.3

3 0,53 – 0,59 0.3

4 0,64 – 0,67 0.3

5 0,85 – 0,88 0.3

6 1,57 – 165 0.3

7 2,11 – 2,29 0.3

8 0,50 – 0,68 0.15

9 1,36 – 1,38 0.3

10 10,60 – 11,19 0.3

11 11,50 – 12,51 0.3

Gambar Spesifikasi dari satelit Landsat 8Sumber : hasil Olahan konsultan 2016

Data dari Landsat 8 dengan gelombang panchromatic beresolusi 0.15 meter dipakai dalam RTRW Propinsi. .

Tahapan penyediaan peta adalah sebagai berikut ini, yaitu:1. Penyiapan Data Citra Satelit (Landsat 8 Ketelitian 1:50.000)

Page 2: Metode peta

Berdasarkan kebutuhan kebutuhan data peta untuk pengerjaan monitoring dan evaluasi RTRW provinsi NTB dan maluku dibutuhkan ketelitian peta hingga skala 1:250.000.

2. Teknik Pengolahan Citra Satelit (Image Proccessing) Pengolahan citra satelit untuk mendapatkan data atau informasi mengenai penggunaan lahan yang terbaru dan informasi yang lain seperti jaringan jalan, garis pantai serta lokasi-lokasi terumbu karang atau zonasi potensi yang dihasilkan dari citra satelit dilaksanakan dalam beberapa tahap kegiatan.

3. Tahap Pra-Pemrosesan Citra (Image Pre-Processing)Pada tahap pra-pemrosesan citra satelit ini dilakukan beberapa tahap kegiatan yaitu:

a. Koreksi RadiometriKoreksi radiometri dilakukan dengan tujuan untuk memperbaiki kualitas visual citra sekaligus untuk memperbaiki nilai-nilai piksel yang tidak sesuai dengan pantulan atau pancaran spektral obyek yang sebenarnya, sebagai akibat dari gangguan atmosfer yang berupa hamburan dan serapan yang menyebabkan perbedaan nilai kecerahan setiap piksel data satelit pada beberapa saluran. Koreksi radiometri dilakukan dengan cara mengurang-kan nilai bias suatu saluran terhadap keseluruhan nilai spektral saluran yang bersangkutan.

b. Koreksi Geometri Koreksi geometri dilakukan dengan tujuan untuk menghasilkan citra yang lebih teliti dalam aspek planimetrik. Pada koreksi ini, sistem koordinat atau proyeksi peta tertentu dijadikan rujukan, sehingga dihasilkan citra yang mempunyai sistem koordinat dan skala yang seragam. Koreksi geometri dilakukan dengan cara menyesuaikan posisi citra satelit dengan posisi sesungguhnya di bumi dengan rujukan peta dasar yang berupa kenampakan jalan dan sungai (kenampakan-kenampakan fisik alam yang relatif tidak berubah) sebagai referensi. Kenampakan-kenampakan fisik alam dan buatan manusia yang mudah dikenali dan relatif tidak berubah antara lain percabangan-percabangan sungai dan jalan.

c. Klasifikasi Klasifikasi yang dilakukan untuk mendapatkan informasi tentang peng-gunaan lahan adalah klasifikasi multispektral yang mengguna-kan satu kriteria yaitu nilai spektral (nilai kecerahan) pada beberapa saluran sekali-gus dengan didukung oleh data lapangan sehingga dapat menghasilkan peta

Page 3: Metode peta

tematik yang siap pakai. Dengan asumsi bahwa setiap obyek dimuka bumi ini dapat dibedakan dengan obyek yang lain berdasarkan nilai spektralnya, sehingga setiap obyek cenderung memberikan pola respon spektral yang spesifik. Pengenalan pola spektral merupakan salah satu bentuk pengenalan pola secara otomatik. Konsep peta penggunaan lahan dapat disiap-kan setelah proses klasifikasi ini berdasarkan klasifikasi penutup lahan/penggunaan lahan yang telah dilakukan.

Pendekatan dalam memproses data citra, khususnya untuk mengekstraksi kenampakan permukaan bumi adalah melalui head up digitasi dan klasifikasi yang tidak terbimbing. Pada klasifikasi yang tidak disupervisi membutuhkan in-put yang minimal dari analis karena citra diproses dengan operasi numerical dengan mengelompokkan pixel yang mem-punyai nilai spectral sama yang dipantulkan oleh kenampakan di bumi melalui multispektral. Analis dengan menggunakan perangkat keras komputer dan perangkat lunak pengolahan citra memungkinkan untuk mengidentifikasi klas penutup lahan dengan nilai tengah dan co-variance matrix.

Apabila data citra sudah di klasifikasi, analis akan meng-ekstrapolasi nilai klas yang terpilih secara natural kedalam klas penutup lahan yang diinginkan. Landsat 8 dapat diproses untuk mengektraksi data/informasi.

d. Penentuan Kelas Penggunaan Lahan Penggunaan lahan berkaitan dengan kegiatan manusia pada bidang lahan tertentu. Informasi tentang kegiatan manusia pada lahan tidak selalu dapat ditafsirkan secara langsung dari penutup lahannya. Oleh karena itu informasi tambahan untuk melengkapi data penutup lahan yang diperoleh dari kerja lapangan (field check) sangat diperlukan.

Klasifikasi penggunaan lahan yang digunakan mengacu pada klasifikasi penutup lahan sesuai SNI ( masih cari yang 2014) :1.) Hutan pasang surut;2.) Hutan pantai;3.) Hutan lahan basah (termasuk rawa);4.) Hutan lahan kering di bawah 1.000 m;5.) Hutan sub pegunungan, di atas 1.000 – 2.000 m;6.) Hutan pegunungan, di atas 2.000 m;7.) Agroforestry dan hutan tanaman;8.) Lapangan bekas tebang habis;9.) Semak belukar;10.) Alang-alang, kering;11.) Alang-alang, basah;

Page 4: Metode peta

12.) Perkebunan;13.) Pertanian;14.) Lahan gundul;15.) Air;16.) Permukiman, kota.

4. Tahap Pemrosesan Citra (Image Processing)Pemrosesan citra yang dilakukan untuk mendapatkan informasi tentang penggunaan lahan khususnya lahan hutan dan lahan non hutan adalah mengikuti kaidah standar pengolahan citra satelit. yang menggunakan satu kriterium yaitu nilai spektral (nilai kecerahan) dengan didukung oleh data lapangan sehingga dapat menghasilkan peta thematik yang siap pakai.

Dengan asumsi bahwa setiap obyek di muka bumi ini dapat dibedakan dengan obyek yang lain berdasarkan nilai spektral-nya, sehingga setiap obyek cenderung memberikan pola respon spektral yang spesifik. Pengenalan pola spektral merupakan salah-satu bentuk pengenalan pola secara otomatik. Konsep peta penggunaan lahan dapat disiapkan setelah proses klasifikasi ini berdasarkan klasifikasi penutup lahan/penggunaan lahan yang telah dilakukan.

5. Tahap Cek Lapangan (Field Check)Cek lapangan dilakukan dengan tujuan untuk memeriksa obyek-obyek yang meragukan (dari citra satelit) dan untuk membetulkan hasil interpretasi citra satelit serta untuk mengetahui perubahan-perubahan yang terjadi di lapangan. Cek lapangan ini dilakukan secara global yang mencakup sampel-sampel yang diambil untuk semua wilayah (pilot project) yang terliput pada citra satelit.

6. Tahap ReklasifikasiSetelah dilakukan cek lapangan terhadap obyek-obyek sampel (baik untuk obyek yang meragukan dilihat dari citra satelit maupun untuk obyek-obyek yang telah mengalami perubahan penggunaan lahan) kemudian dilakukan pemetaan penggunaan lahan yang baru. Peta penggunaan lahan yang dihasilkan mencerminkan penggunaan lahan eksisting (yang ada sekarang). Setelah selesai dilakukan interpretasi penggunaan lahan citra digital Landsat 8 , kemudian dilakukan tahap re-interpretasi, maka tahap selanjutnya adalah menyiapkan peta penggunaan lahan.

7. Metoda Pengolahan PetaSejalan dengan meningkatnya kemampuan teknologi pengolahan data peta, saat ini GPS (Global Positioning System) banyak digunakan dalam berbagai aplikasi. Keunggulan sytem ini dapat dipergunakan hampir dalam segala cuaca, dapat memberikan data posisi tiga dimensi yang teliti. Untuk memenuhi

Page 5: Metode peta

kebutuhan monitoring dan evaluasi RTRW Povinsi NTB dan Provinsi Maluku, beberapa metode pengolahan data peta berbasis GPS sebagai berikut:

a. Posisi dan Sistem KoordinatPosisi suatu titik dapat dinyatakan secara kuantitatif maupun kualitatif. Secara kuantitatif posisi suatu titik dinyatakan dengan koordinat, baik dalam ruang satu, dua, tiga, maupun empat dimensi (1D, 2D, 3D, maupun 4D). Perlu dicatat di sini bahwa koordinat tidak hanya memberikan deskripsi kuantitatif tentang posisi, tapi juga pergerakan (trayektori) suatu titik seandainya titik yang bersangkutan bergerak. Untuk menjamin adanya konsistensi dan standarisasi, perlu ada suatu sistem dalam menyatakan koordinat. Sistem ini disebut sistem referensi koordinat, atau secara singkat sistem koordinat, dan realisasinya umum dinamakan kerangka referensi koordinat.

b. Metode dalam Menentukan Sistem Referensi KoordinatSistem referensi koordinat adalah sistem (termasuk teori, konsep, deskripsi fisis dan geometris, serta standar dan parameter) yang digunakan dalam pendefinisian koordinat dari suatu atau beberapa titik dalam ruang. Dalam bidang geodesi dan geomatika, posisi suatu titik biasanya dinyatakan dengan koordinat (dua-dimensi atau tigadimensi) yang mengacu pada suatu sistem koordinat tertentu. Sistem koordinat itu sendiri didefinisikan dengan menspesfikasi tiga parameter berikut, yaitu:1.) Lokasi titik nol dari sistem koordinat,2.) Orientasi dari sumbu-sumbu koordinat, dan3.) Besaran (kartesian, curvilinear) yang digunakan untuk mendefiniskan

posisi suatu titik dalam sistem koordinat tersebut.

Setiap parameter dari sistem koordinat tersebut dapat dispesifikasikan lebih lanjut, dan tergantung dari spesifikasi parameter yang digunakan maka dikenal beberapa jenis sistem koordinat.

Dalam penentuan posisi suatu titik di permukaan bumi, titik nol dari sistem koordinat yang digunakan dapat berlokasi di titik pusat massa bumi (sistem koordinat geosentrik), maupun di salah satu titik di permukaan bumi (sistem koordinat toposentrik).

Sistem koordinat geosentrik banyak digunakan oleh metode-metode penentuan posisi ekstra-terestris yang menggunakan satelit dan benda-benda langit lainnya, baik untuk menentukan posisi titik-titik di permukaan Bumi maupun posisi satelit. Sedangkan sistem koordinat toposentrik banyak digunakan oleh metode-metode penentuan posisi terestris. Dilihat dari

Page 6: Metode peta

orientasi sumbunya, ada sistem koordinat yang sumbu-sumbunya ikut berotasi dengan bumi (terikat bumi) dan ada yang tidak (terikat langit). Sistem koordinat yang terikat bumi umumnya digunakan untuk menyatakan posisi titik-titik yang berada di bumi, dan sistem yang terikat langit umumnya digunakan untuk menyatakan posisi titik dan obyek di angkasa, seperti satelit dan benda-benda langit.

Dilihat dari besaran koordinat yang digunakan, posisi suatu titik dalam sistem koordinat ada yang dinyatakan dengan besaran-besaran jarak seperti sistem koordinat Kartesian, dan ada yang dengan besaran-besaran sudut dan jarak seperti sistem pada sistem koordinat ellipsoid atau geodetik.

c. Model Desktop CartographyDesktop cartography adalah poses penyajian peta digital menjadi sebuah peta analog atau hard copy yang representatif dengan dilengkapi simbol-simbol obyek topografi dan informasi tepi sebagaimana hasil proses kartografi manual. Pada tahap desktop kartografi dilakukan dengan bantuan media perangkat lunak yang mempunyai fasilitas desktop publishing.

d. Metode Konversi DataDengan melakukan konversi data dari data format vektor GIS menjadi data format vektor grafis. Perlu diperhatikan bahwa proses konversi tidak selalu menjamin file hasil konversi bisa 100 % sama dengan aslinya. Kadang-kadang akan terjadi kesalahan (error) pada waktu proses konversi tersebut berjalan, sehingga diperlukan suatu pengamatan dan perbaikan pada file hasil dari konversi tersebut langsung pada monitornya.

e. Metode PenskalaanPenskalaan dilakukan terhadap data peta hasil konversi, mengingat hasil konversi belum menghasilkan skala yang tepat.

f. Metode Layer and Style Atributting serta Coloring Table Layer, Style dan warna merupakan suatu cara dari software desktop cartography (dalam hal ini software Illustrator) untuk membantu melaksanakan proses konstruksi peta secara sistematika dan efisien, yang ditampilkan melalui icon window. Masing-masing window dapat dibuat item-item tertentu sesuai dengan keinginan dengan merujuk pada spesifikasinya. Item-item pada window layer, style dan warna tersebut dinamakan dengan atribut dan masing-masing mempunyai kegunaan dan fungsi tertentu.

g. Metode Input Data ke dalam Atribut Layer dan Style

Page 7: Metode peta

Data di dalam file DXF/Vektor grafik hasil digitasi pada umumnya sudah diatur dengan menggunakan sistim pelayeranya tersendiri. Layer-layer ini pada proses konversi oleh software desktop kartografi akan ikut diproses dan langsung dimasukan dalam sistim layer file konversi dengan urutannya sesuai dengan sebagaimana pembentukan dan penulisan teksnya didalam file digitasi.

h. Model Editing PetaSesuai dengan namanya, pada prinsipnya proses ini menterjemahkan detail data peta dalam bentuk simbolisasi sesuai kaidah-kaidah kartografinya dengan mengacu pada spesifikasi.

i. Editing TeksEditing terhadap teks menuntut suatu pekerjaan yang harus memperhatikan kaidah-kaidah kartografi untuk penempatan posisi dan ukuran teks yang benar.

j. Editing Simbol TitikPada umumnya ada dua cara editing terhadap simbol titik yaitu:1.) Apabila telah dibuat pada saat digitasi, biasanya langsung diganti

simbolnya, yang dapat diambil dari simbol yang telah dibuatkan terlebih dahulu dimaster legendanya,dan ditempatkan pada posisi yang sama, kemudian simbol lama dihapus.

2.) Apabila belum dibuatkan, maka diambil langsung juga dari master legenda dan ditempatkan pada posisinya dengan bantuan manuskrip peta.

k. Editing Simbol GarisProses editing garis membutuhkan suatu kejelian dan kecermatan, karena unsur inilah yang paling banyak jumlah detailnya didalam peta seperti garis kontur, sungai, batas administrasi dan lain-lain.

l. Editing Area/WarnaSuatu area didifinisikan sebagai luasan yang dibentuk atau dibatasi dengan garis-garis yang tertutup (close area). Suatu area seringkali dibuat dengan bantuan dari berbagai detai garis, seperti suatu area sawah dibentuk dari garis deleniasi landuse, jalan dan sungai.

Dalam melaksanakan editing area dituntut untuk memahami batasan garis-garis yang akan membentuk suatu area yang tertutup (close area). Pada

Page 8: Metode peta

umumnya data awal yang belum dibentuk dalam peta/manuskrip maupun digitalnya, suatu area akan disimbolkan dengan menggunakan kode teks.

Kendala yang sering terjadi adalah dalam mencari batasan-batasan areanya. Oleh karena itu, unsur logika pengetahuan geografi untuk suatu batasan area diperlukan untuk memanipulasi batasan garisnya atau dibuatkan guide warnanya atau ploting peta hasil digitasi.

m. Model CheckplotProses checkplot dilakukan untuk mengatasi kesalahan-kesalahan dan kekurangan-kekurangan pada peta hasil editing yang mungkin terjadi. Pada dasarnya, proses koreksi dapat dilaksanakan langsung dimonitor, namun suatu hal yang harus menjadi pegangan bahwa proses tersebut mempunyai suatu kelemahan yang susah untuk dihindari, yaitu keterbatasan luas sudut pandang penglihatan dimonitor. Keterbatasan ini menjadi kendala apabila ingin melihat peta dalam bentuk satu kesatuan yang utuh, agar dapat melihat komposisi peta secara keseluruhan.

n. Model Anotasi dan Pencetakan Draft Anotasi dan pembuatan legenda dilakukan dengan memperhatikan kaedah-kaedah pemetaan yang mengacu pada Peraturan Pemerintah No. 10 Tahun 2000 tentang Ketelitian Peta dalam Penataan Ruang. Anotasi tersebut tidak hanya dituangkan secara baik dalam bentuk cetak saja, namun juga dalam format file digital yangmenjadi keluarannya.

Untuk meminimasi kesalahan muatan maupun kaedah pemetaannya, keterlibatan Tim Teknis Departemen PU pada tahap ini akan sangat dibutuhkan, terutama dalam melakukan supervisi pekerjaan, memberi masukan-masukan serta persetujuan terhadap draft yang telah dikeluarkan. Karenanya, hasil pencetakan draft selanjutnya akan didiskusikan dengan Tim Teknis dengan mengundang pula instansi sektoral yang terkait dengan proses pemetaan tersebut.

o. Teknik Superimposed (Seive Map Analysis)Analisis ini digunakan untuk menentukan daerah yang paling baik untuk pengembangan kegiatan tertentu. Faktor penentunya adalah semua aspek fisik lingkungan dari daerah perencanaan. Prinsipnya yang digunakan dalam analisis ini adalah untuk memperoleh lahan yang sesuai dengan kebutuhan perencanaan (kesesuaian lahan). Metode yang digunakan dalam analisis ini adalah superimposed (tumpang tindih) dari berbagai keadaan dari daerah perencanaan. Penilaian dilakukan atas dasar metode pembobotan dari penilaian skor (weightingad scoring).

Page 9: Metode peta

Pendekatan proses permodelan pekerjaan ini, salah satu tekniknya menggunakan perangkat komputer melalui program GIS (Geographic Information System) atau biasa dikenal dengan nama SIG (Sistem Informasi Geografis ). Substansi materi GIS yang akan mengawali pekerjaan ini merupakan salah satu bentuk system informasi yang mengelola data dan menghasilkan informasi yang beraspek spasial, bergeoferensi dan berbasisi komputer dengan kemampuan memasukan, menyusun, memanipulasi dan menganalisa data serta menampilkan sebagai suatu informasi.

Setiap feature (titik, garis dan polygon) disimpan dalam angka koordinat X, Y dan untuk konsep layernya disimpan dalam bentuk coverage. Secara umum dijelaskan sebagai berikut: Setiap layer pada GIS dalam bentuk coverage terdiri dari feature geografi yang dihubungkan secara topologi dan berkaitan dengan data atribut, sebagaimana dapat terlihat pada gambar berikut:

Gambar F.9 Permodelan Dunia Nyata dalam Data Spasial GISSumber: Prawiranegara,M .2006. Aplikasi Analisis Sistem Informasi Geografis pada Penyusunan Tipologi Kawasan dalam Penataan Ruang Kota (Studi Kasus: Kota Bandung). Tugas Akhir Prodi Perencanaan Wilayah dan Kota ,SAPPK ITB

Dunia nyata

Integrasi informasi spasial dan non-spasial (atribut)

Model data vektor:

Titik, garis, poligon Hasil dari digitasi, vektorisasi

Model data raster:

Pixels Foto udara, scanned image,

citra satelit

Layer data

Dunia nyata