26
TPA Sampah Elektronik dan TPA Limbah Kimia Oleh : Nurul Mahmuda (121810401008) Lailatul Fitri Fauziah (121810401009) Ahmad Mauludin Shohih (121810401024) Muslimatin (121810401035) 1. Fakta Setiap aktivitas manusia baik secara pribadi maupun kelompok, baik di rumah, kantor, pasar dan dimana saja berada, pasti akan menghasilkan sisa yang tidak berguna dan menjadi barang buangan. Sampah merupakan konsekuensi adanya aktivitas manusia dan setiap manusia pasti menghasilkan buangan atau yang dikenal dengan sebutan sampah (Hidayati, 2004:1). Menurut Keputusan Dirjen Cipta Karya,nomor 07/KPTS/CK/1999: Juknis Perencanaan, Pembangunan dan Pengelolaan Bidang Ke-PLP-an Perkotaan dan Perdesaan, sampah adalah limbah yang bersifat padat terdiri dari zat organik dan zat anorganik yang dianggap tidak berguna lagi dan harus dikelola agar tidak membahayakan lingkungan dan melindungi investasi pembangunan. Sampah merupakan istilah umum untuk menyatakan limbah padat. Limbah sendiri atau bahan buangan dapat terdiri atas limbah padat, limbah cair, dan limbah gas. Dari ketiga bentuk limbah ini, limbah padat atau sampah lebih sering dijumpai dimana-mana dan kini semakin menjadi topik yang hangat (Said,1987). Contoh limbah lain selain sampah yaitu limbah elektronik (electronic waste/e-waste). Limbah elektronik merupakan barang elektronik yang dibuang karena sudah tidak berfungsi atau sudah tidak dapat digunakan lagi. E-waste perlu diwaspadai karena mengandung 1000 material. Sebagian besar dikategorikan sebagai bahan beracun dan berbahaya, seperti logam berat (merkuri, timbal, kromium, kadmium, arsenik, perak, kobalt, palladium, tembaga dan lainnya). Peningkatan konsumsi alat elektronik akan mengakibatkan terjadinya lonjakan e-

Tpa sampah elektronik dan tpa limbah kimia

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: Tpa sampah elektronik dan tpa limbah kimia

TPA Sampah Elektronik dan TPA Limbah Kimia

Oleh :

Nurul Mahmuda (121810401008)

Lailatul Fitri Fauziah (121810401009)

Ahmad Mauludin Shohih (121810401024)

Muslimatin (121810401035)

1. Fakta

Setiap aktivitas manusia baik secara pribadi maupun kelompok, baik di

rumah, kantor, pasar dan dimana saja berada, pasti akan menghasilkan sisa yang

tidak berguna dan menjadi barang buangan. Sampah merupakan konsekuensi

adanya aktivitas manusia dan setiap manusia pasti menghasilkan buangan atau

yang dikenal dengan sebutan sampah (Hidayati, 2004:1).

Menurut Keputusan Dirjen Cipta Karya,nomor 07/KPTS/CK/1999: Juknis

Perencanaan, Pembangunan dan Pengelolaan Bidang Ke-PLP-an Perkotaan dan

Perdesaan, sampah adalah limbah yang bersifat padat terdiri dari zat organik dan

zat anorganik yang dianggap tidak berguna lagi dan harus dikelola agar tidak

membahayakan lingkungan dan melindungi investasi pembangunan.

Sampah merupakan istilah umum untuk menyatakan limbah padat.

Limbah sendiri atau bahan buangan dapat terdiri atas limbah padat, limbah cair,

dan limbah gas. Dari ketiga bentuk limbah ini, limbah padat atau sampah lebih

sering dijumpai dimana-mana dan kini semakin menjadi topik yang hangat

(Said,1987).

Contoh limbah lain selain sampah yaitu limbah elektronik (electronic

waste/e-waste). Limbah elektronik merupakan barang elektronik yang dibuang

karena sudah tidak berfungsi atau sudah tidak dapat digunakan lagi. E-waste perlu

diwaspadai karena mengandung 1000 material. Sebagian besar dikategorikan

sebagai bahan beracun dan berbahaya, seperti logam berat (merkuri, timbal,

kromium, kadmium, arsenik, perak, kobalt, palladium, tembaga dan lainnya).

Peningkatan konsumsi alat elektronik akan mengakibatkan terjadinya lonjakan e-

Page 2: Tpa sampah elektronik dan tpa limbah kimia

waste di masa yang akan datang. Di Afrika Selatan dan China, diprediksi akan

terjadi lonjakan e-waste hingga 200 – 400 persen pada tahun 2020. Tak terkecuali

Indonesia, jika tanpa kendali dipastikan terdapat lonjakan e-waste. Meningkatnya

jumlah limbah elektronik di Indonesia dikarenakan beberapa faktor, antara lain:

(1) Minimnya informasi mengenai limbah e-waste kepada publik;

(2) Belum adanya kesadaran publik dalam mengelola e-waste untuk penggunaan

skala rumah tangga (home appliances);

(3) Pemahaman yang berbeda antar institusi termasuk Pemerintah Daerah tentang

e-waste dan tata cara pengelolaannya;

(4) Belum tersedianya data yang akurat jumlah penggunaan barang-barang

elektronik di Indonesia; serta

(5) Belum tersedianya ketentuan teknis lainnya, semisal umur barang yang dapat

diolah kembali.

Permasalahan sampah banyak memberikan pengaruh terhadap kehidupan

manusia dan lingkungan, terutama pada kesehatan, lingkungan, dan social

ekonomi (Suprihatin dkk.,1996).

TPA merupakan bentuk tertua perlakuan sampah yang hingga kini masih

diberlakukan terutama di negara-negara berkembang yang sistem daur ulangnya

masih belum optimal. Faktanya, TPA-TPA yang ada di Indonesia tidak

terorganisir dengan baik. Rata-rata TPA di Indonesia belum menerapkan sistem

pemilahan sampah. Antara sampah organik, anorganik, elektronik maupun limbah

kimia masih tercampur dalam satu TPA.

Proses penanganan sampah dimulai dari proses pengumpulan sampai

dengan tempat pembuangan akhir (TPA) secara umum memerlukan waktu yang

berbeda sehingga diperlukan ruang untuk menampung sampah pada masing-

masing proses tersebut. Guna memenuhi kebutuhan ruang tersebut maka

disediakan tempat sampah dimulai dari sumber pertama terbentuknya sampah

kemudian dikumpulkan di TPS (Tempat Pembuangan Sementara) dan pada

akhirnya akan diangkut ke TPA (Tempat Pembuangan Akhir). TPA (Tempat

Pembuangan Akhir) merupakan tempat dimana sampah mencapai tahap terakhir

Page 3: Tpa sampah elektronik dan tpa limbah kimia

dalam pengelolaannya sejak mulai timbul di sumber, pengumpulan, pemindahan,

(pengangkutan), pengolahan, dan pembuangan. TPA merupakan tempat dimana

sampah diisolasi secara aman agar tidak menimbulkan gangguan terhadap

lingkungan sekitarnya. Karenanya diperlukan penyediaan fasilitas dan perlakuan

yang benar agar keamanan tersebut dapat dicapai dengan baik. Faktanya, dalam

menetapkan lokasi TPA seringkali dijumpai masalah-masalah besar yang perlu

ditangani dengan seksama, seperti ketersediaan lahan, konflik kepentingan dan

penurunan mutu lingkungan (Basyarat,2006).

Berbagai kasus lokasi TPA sampah yang terindikasi bermasalah dalam

ketersediaan lahan, konflik kepentingan dan penurunan mutu lingkungan, antara

lain TPA Sampah kota Bandung di Leuwigajah, TPA DKI Jakarta di

Bantargebang, dan TPST DKI Jakarta di desa Bojong Kabupaten Bogor.

Permasalahan-permasalahan tersebut terjadi akibat penetapan lokasi TPA dan

TPST sampah pada awal perencanaannya tidak disesuaikan dengan criteria

pemilihan lokasinya dan dalam pelaksanaan pengelolaannya tidak sesuai standar

teknologi pengolahan yang berlaku. Longsornya TPA Leuwigajah disebabkan

karena sarana TPA tersebut belum dioperasikan sebagaimana layaknya.

Pengamatan dan penelitian yang dilakukan khususnya pada tahun 2003/2004,

menyimpulkan bahwa TPA Leuwigajah sudah berada pada kondisi yang sangat

tidak higienis dan rentan terhadap permasalahan lingkungan, terutama akibat

penimbunan secara open dumping yang antara lain dapat menyebabkan longsor

(Basyarat,2006).

Disamping itu, cara-cara yang selama ini digunakan, telah mengakibatkan

permasalahan lingkungan. Lindi (leachate) yang tidak dikendalikan telah

mencemari badan air di hilirnya. Kepulan asap, bau dan lalat merupakan kejadian

yang telah lama terpapar pada lingkungan di sekitar TPA. Penelitian kondisi

geoteknik dan hidrologi yang dilakukan pada tahun 1987 menyimpulkan bahwa

lokasi TPA Leuwigajah terletak di daerah perbukitan dengan kemiringan agak

terjal (lebih dari 30%), merupakan tanah residu dari batuan vulkanik dan terdiri

dari lanau elastis pasiran yang terletak di atas batuan andesit berkekar. Pada

musim kemarau curah hujan sedikit, lokasi ini akan merupakan daerah resapan,

Page 4: Tpa sampah elektronik dan tpa limbah kimia

namun pada musim hujan akan berubah menjadi daerah pengeluaran air yang

bersifat temporer, yang muncul dalam bentuk mata air musiman di dasar lembah

yang dapat berpindah dari elevasi satu ke elevasi lainnya. Selain dibutuhkan

sistem pelapis dasar TPA yang cukup kedap, maka drainase di bawah dasar

sangatlah dibutuhkan untuk mengalirkan air yang datang dari bawah agar tidak

masuk ke dalam timbunan sampah. Akibat terjadinya uplift akibat akumulasi air

yang terbentuk di timbunan sampah pada musim hujan maka sampah bergerak

dalam bentuk longsor (Basyarat,2006).

Konflik sampah perkotaan terjadi di Tempat Pengolahan Sampah Terpadu

Bojong, Klapanunggal, Kabupaten Bogor (Kompas 25 November 2004). Konflik

persampahan di TPST Bojong, merupakan kasus kedua yang terjadi di lokasi

pengolahan akhir sampah DKI Jakarta. Kasus pertama terjadi di tempat

pembuangan akhir (TPA) sampah Bantargebang, Kota Bekasi, 10 Desember 2001

dan awal Januari 2004 yang berdampak terhadap penutupan TPA Bantargebang

(Basyarat,2006).

Catatan Reportase Konflik Persampahan Pemerintah DKI Jakarta dengan

Pemerintah Kota Bekasi dalam Menangani TPA Sampah Bantargebang

(Komunitas Jurnalis Bekasi, 2003), terlihat betapa berbagai sistem dan teknologi

pengolah sampah cukup ideal. Setidaknya terdapat tiga sistem, yakni dikubur

(balapres), dibakar (incenerated), dan sanitary landfill (menggunakan pelapis

geotekstil). Menurut konsepnya, semua sistem dan teknologi tersebut cukup aman

dari sudut lingkungan hidup. Karya teknologi modern tersebut mulai menjadi

bermasalah, begitu dikelola dengan manajemen yang kurang optimal dan tidak

profesional. Masalah utama yang dikeluhkan sebagian besar warga, justru bukan

di lokasi pembuangan atau pemusnahan sampah, melainkan ketika diangkut

menggunakan truk dari Jakarta ke TPA dan TPST. Pencemaran lingkungan terjadi

pada proses pengangkutan sampah ke TPA yang dilakukan tidak sesuai dengan

kriteria teknis yang berlaku. Sampah organik yang diangkut masih basah dan

mengandung banyak air lindi (leachate) dan tercecer sepanjang perjalanan

(Basyarat,2006).

Page 5: Tpa sampah elektronik dan tpa limbah kimia

Pencemaran ini menimbulkan aroma tak sedap yang dihirup warga dan

pengguna jalan. Kehadiran TPA dan TPST dapat menyebabkan kehadiran

pemulung. Kehadiran pemulung di TPST Bojong belum dirasakan warga sekitar,

namun dengan membandingkan pengalaman di TPA Bantargebang, maka

masyarakat menjadi khawatir dengan kehadiran pemulung nantinya. Pada

mulanya para pemulung mengais rezeki di dalam TPA, namun dalam

perkembangannya mereka menjadi tidak peduli terhadap dampak lingkungan.

Sampah yang belum dibuang ke TPA di turunkan pada saat proses pengangkutan.

Sampah-sampah yang bernilai ekonomis dimanfaatkan oleh pemulung, sedangkan

sisanya dbiarkan berceceran atau dibuang di tempat yang tidak layak, seperti

sawah, sungai dan kolam ikan, sehingga terjadi pencemaran terhadap lingkungan

sekitarnya (Basyarat,2006).

Fakta mengenai permasalahan sampah ini juga dibuktikan melalui sajian

data kuantitatif oleh beberapa peneliti maupun badan yang menangani

permasalahan sampah. Seperti yang dipaparkan oleh Badan Nasional Kelautan

dan Atmosfer AS (NOAA) dari Amerika Serikat pada bahwa setiap tahun, 10%

dari 200 milyar pon plastik diproduksi secara global dan berakhir di laut tengah

samudera pasifik utara (North Pacific Gyre) yang terletak kira-kira antara 135 °

sampai 155 ° W dan 35 ° ke 42 ° N . Dan sekarang, sekitar 46.000 potong sampah

plastik yang mengambang di setiap mil dari laut. Sekitar 1.700 mil massa sampah

plastik berada di tengah Pasifik Utara dan searah jarum jam bergerak perlahan

dari arus laut berbentuk spiral. Fakta tersebut menyebabkan 100.000 mamalia laut

setiap tahun seperti kura-kura laut, anjing laut dan burung menjadi korban

kematian terkait sampah plastik karena mereka mengkonsumsi atau terjebak

dalam limbah tersebut.

Tragedi kebocoran gas yang menimpa pabrik kimia milik Union Carbide,

3 Desember 1984, meninggalkan luka mendalam bagi warga Kota Bhopal, India.

Hingga kini, korban Tragedi Bhopal masih berjuang demi kelangsungan hidup

mereka. Akibat menghirup gas berbahaya itu, mereka kini menderita berbagai

macam penyakit. Bahkan, mereka tak memiliki uang lagi untuk berobat karena tak

sanggup bekerja akibat kondisi fisik lemah.

Page 6: Tpa sampah elektronik dan tpa limbah kimia

Bencana ini dipicu kebocoran 25 ton gas metil isocyanate dari tanki

penyimpanan milik Union Carbide. Gas berbahaya itu kemudian menyebar dan

dihirup ribuan warga miskin Bhopal. Akibatnya, sekitar 15 ribu orang tewas dan

setengah juta lainnya menderita aneka macam penyakit. Warga Bhopal yakin,

Union Carbide tidak membersihkan area penyimpanan gas pascapenutupan pabrik

kimia itu. Sehingga diduga, gas yang masih tertinggal meracuni pasokan air

minum milik warga.

Kondisi ini membuat sejumlah aktivis mendesak pemerintah India untuk

menyediakan pasokan air bersih bagi warga Bhopal. Tak hanya itu, pemerintah

diminta membersihkan lokasi kebocoran gas dan menuntut Union Carbide atau

Dow Chemicals--yang mengambil alih pabrik kimia Union Carbide--memberikan

lebih banyak kompensasi.

Pihak Amnesti Internasional juga telah menuntut Amerika Serikat agar

membawa Union Carbide dan Dow Chemicals ke meja hijau. Amnesti

Internasional turut mendesak Perserikatan Bangsa-Bangsa agar membuat

peraturan perlindungan hak asasi manusia yang nantinya harus diterapkan di

pabrik-pabrik (Ozi, 2004).

Data produsen elektronik mengungkapkan bahwa angka daur ulang

mereka sangat rendah. Para produsen perangkat keras computer (PC) hanya

melakukan 8,8 - 12,4 % daur ulang. Sedangkan tingkat daur ulang produsen

ponsel lebih rendah lagi, yakni hanya sekitar 2 – 3%.

Berdasarkan data UNEP (United Nations Environment Programme),

Badan Perserikatan Bangsa-Bangsa untuk Program Lingkungan, sampah

elektronik meningkat sebanyak 40 juta ton per tahun. Diantaranya adalah sampah

komputer bekas yang melonjak dari tahun 2007 hingga sekarang. UNEP

(Program Lingkungan Hidup PBB) memaparkan secara global sampah ponsel dan

komputer personal sebagai penyumbang terbesar diikuti limbah emas dan perak

3%, palladium 13% dan kobalt 15%, setiap tahunnya. Lonjakan e-waste yang

paling sensasional terjadi pada produk telepon seluler (ponsel). Saat ini hampir

setiap orang memiliki sebuah ponsel atau bahkan lebih, ini tentu akan

mempengaruhi jumlah e-waste yang dihasilkan. E-waste tertinggi berikutnya

Page 7: Tpa sampah elektronik dan tpa limbah kimia

adalah televisi yang kemudian diikuti oleh kulkas. Artinya bahwa meningkatnya

jumlah e-waste terkait erat dengan peningkatan penggunaan alat elektronik yang

saat ini sudah menjadi gaya hidup masyarakat dunia (UNEP, 2014).

UNEP juga mencatat bahwa Amerika Serikat adalah produsen limbah

elektronik terbanyak mencapai 3 juta ton. Sedangkan posisi kedua diduduki Cina

dengan jumlah 2,3 juta ton. Studi yang dipublikasikan Jurnal Lingkungan, Ilmu

Pengetahuan dan Teknologi menyebutkan setiap tahunnya negara berkembang

membuang 200 - 300 juta sampah perangkat komputer . Angka ini diperkirakan

akan meningkat hingga mencapai angka 400 - 700 juta sampah komputer pada

tahun 2030 (UNEP, 2014).

Secara rerata, volume e-waste terus mengalami peningkatan 3 – 5 % per

tahun. Jumlah ini tiga kali lebih cepat dibandingkan dengan limbah jenis lain. Saat

ini saja, 5% limbah padat yang dihasilkan dunia adalah e-waste. Jumlah ini hanya

bisa disaingi oleh jumlah limbah kantung plastik. E-waste bersifat toksik karena

kandungan timbal, berilium, merkuri, kadmium, BFRs (Brominated Flame

Retardants) yang merupakan ancaman bagi kesehatan dan lingkungan (UNEP,

2014).

Sedangkan fakta lain yang terjadi di Indonesia seperti yang disampaikan

Direktur Pengembangan Penyehatan Lingkungan Pemukiman Kementerian

Pekerjaan Umum, Djoko Mursito menyayangkan fungsi Tempat Pembuangan

Sampah Akhir (TPA) belum maksimal digunakan. Pasalnya dari 438 TPA, baru

10 % yang beroperasi maksimal. Kementerian Pekerjaan Umum menargetkan

dapat membangun 70 TPA lagi di tahun 2014 yang disebar di semua daerah.

Namun dengan target tersebut, Djoko mengungkapkan akan bertemu banyak

hambatan karena anggaran yang kurang. Dari data Kementerian Pekerjaan Umum,

perkiraan jumlah timbunan sampah perkotaan di Indonesia kini mencapai 38,5

juta ton per tahun (Tribunnews,2014).

Berdasarkan data Badan Pusat Statistik Indonesia, jumlah sampah yang

dihasilkan Indonesia sebesar 51,4 juta ton per tahun. Sampah tersebut merupakan

sampah di luar limbah industri yang terdiri dari sampah organik sebesar 65%,

kertas sebesar 13%, plastik sebesar 11%, kayu sebesar 3%, dan sampah lainnya

Page 8: Tpa sampah elektronik dan tpa limbah kimia

sebesar 1%. Jika dibandingkan antara jumlah sampah elektronik dengan total

keseluruhan sampah memang sampah elektronik terbilang kecil, namun

pertumbuhan sampah elektronik setiap tahunnya lebih cepat dibandingkan dengan

sampah lainnya yaitu tiga kali lebih cepat dibandingkan sampah domestik. Hal

inilah yang menjadi permasalahan di masa depan dalam menghadapi pertumbuhan

sampah elektronik. Berikut adalah beberapa faktor yang menyebabkan

pertumbuhan sampah elektronik yang tinggi:

1. Informasi tentang sampah elektronik ke masyarakat masih sedikit.

2. Rendahnya tingkat kesadaran masyarakat akan pengolahan kembali sampah

elektronik.

3. Tidak adanya keseragaman pemahaman dan tata cara pengelolaan sampah

elektronik.

4. Tidak adanya pusat informasi yang menyediakan data akurat tentang

jumlah penggunaan barang-barang elektronik yang dapat menjadi dasar

pengontrolan sampah elektronik.

5. Tingginya jumlah impor ilegal sampah elektronik, karena tidak adanya

kejelasan aturan tentang impor sampah elektronik ke Indonesia

(Row,2010).

Berdasarkan data BPS tahuin 2012, produksi elektronik dalam negeri

untuk 2 (dua) jenis saja yaitu televisi dan komputer, jumlahnya cukup

mencengangkan. Indonesia mampu memproduksi televisi sebanyak 12.500.000

kg/tahun. Jumlah televisi impor; 6.687.082 kg/tahun. Dari jumlah tersebut, televisi

berpotensi menghasilkan e-waste sebanyak 12.491.899.469 kg/tahun. Sementara

untuk komputer, Indonesia mampu memproduksi 12.491.899.469 kg/tahun,

dengan jumlah impor 35.344.733 kg/tahun. Dan potensi e-waste yang dihasilkan

mencapai 36.020.493.768 kg/tahun. Padahal komposisi dalam sebuah komputer

banyak mengandung silica/glass, palstik, ferrous metal dan lain-lain (Jehan,2012).

Sebagai salah satu contoh kasus yaitu di Ghana, India. Ghana menjadi

tempat pembuangan sampah elektronik terbesar di dunia yang sebagian besar

Page 9: Tpa sampah elektronik dan tpa limbah kimia

sampahnya dikirimkan dari negara-negara maju yang tidak bertanggung jawab

seperti Amerika, Jepang, Inggris dan banyak lainnya.

Menurut estimasi Badan Program Lingkungan Hidup PBB (UNEP), setiap

tahun dihasilkan 20-50 juta ton limbah elektronik dari seluruh penjuru dunia.

Tingkat kemampuan daur ulangnya tak lebih dari 10 %. Sementara, peningkatan

volume limbah elektronik per tahunnya diperkirakan mencapai 3-5 persen, atau

tiga kali lebih cepat daripada limbah umum (UNEP,2014).

Page 10: Tpa sampah elektronik dan tpa limbah kimia

2. Permasalahan

Dengan adanya fakta-fakta diatas, maka kajian lebih lanjut dilakukan pada

tahap permasalahan. Adanya fakta yang mengungkapkan bahwa sampah elekronik

dan limbah kimia menjadi momok bagi masyarakat, maka muncul beberapa

permasalahan yang terjadi.

Salah satu permasalahan yang terjadi yaitu seiring dengan pesatnya

kemajuan industri teknologi informasi dan komunikasi selain berdampak positif

juga berdampak negatif dengan lahirnya sampah atau limbah jenis baru yang

dikenal dengan sampah elektronik atau electronic waste (e-waste). Sampah

elektronik muncul akibat perkembangan teknologi yang tidak dapat dikontrol.

Sampah elektronik di negara berkembang mengalami peningkatan yang

dipicu oleh penjualan produk elektronik yang sangat murah. Dalam setahunnya

tingkat kemampuan daur ulang sampah elektronik tergolong lambat di bandingkan

dengan tingkat penambahan sampah elektronik itu sendiri. Semakin lama sampah

elektronik semakin menumpuk, sehingga ruang pembuangan sampah elektronik

akan semakin besar dan akan banyak menimbulkan bahaya bagi kehidupan. (Row,

2010)

Hampir semua aktivitas masyarakat butuh barang elektronik. Hal ini

memicu peningkatan volume sampah elektronik yang berdampak buruk terhadap

lingkungan hidup. Dimana orang-orang selalu membeli produk-produk terbaru

Page 11: Tpa sampah elektronik dan tpa limbah kimia

dari elektronika yang kian lama fungsi dan komposisinya semakin canggih, tetapi

fasilitas untuk penanganan sampahnya kurang optimal.

Pengamatan terhadap perkembangan permasalahan beberapa lokasi TPA

sampah, terdapat masalah utama yang dihadapi adalah keterbatasan lahan dan

kondisi lingkungan yang tidak memenuhi kriteria serta tidak adanya partisipasi

masyarakat dalam pengelolaan TPA sampah. Akibat dari persoalan utama

pengelolaan tersebut muncul masalah pencemaran lingkungan berupa bau, asap,

rembesan lindi dan kegiatan pemulung yang tidak terkendali. Sehingga dengan

pencemaran lingkungan yang dihadapi, persepsi masyarakat di sekitar lokasi TPA

terhadap TPA yang bersangkutan menjadi buruk dan konflik antara masyarakat

dengan pengelola TPA tidak terelakan.

Permasalahan yang lain yaitu kurangnnya kepekaan masyarakat terhadap

bahaya yang terkandung dalam limbah-limbah tersebut. Beberapa kandungan

limbah dengan paparan resikonya, antara lain; (Noor, 2012)

1. PCBs: banyak digunakan pada bahan plastik, perekat, trafo, kapasitor,

sistem hidrolis, ballast lampu, dan peralatan elektronik lainnya. Resiko di

lingkungan, mudah terakumulasi dalam jaringan lemak manusia dan hewan.

Mengganggu sistem pencernaan dan bersifat karsinogenik.

2. Arsenik: digunakan dalam industri elektronik, di antaranya pembuatan

transistor, semikonduktor, gelas, tekstil, keramik, lem hingga bahan peledak.

Dapat menimbulkan gangguan metabolisme di dalam tubuh manusia dan hewan,

mengakibatkan keracunan bahkan kematian.

3. Kadmium: digunakan untuk pelapisan logam, terutama baja, besi dan

tembaga. Juga dalam pembuatan baterai dan plastik. Jika terisap bersifat iritatif.

Dalam jangka waktu lama menimbulkan efek keracunan, gangguan pada sistem

organ dalam tubuh manusia dan hewan.

Negara-negara berkembang yang memiliki perekonomian rendah sangat

berpeluang bagi negara maju untuk membuang sampah elektronik mereka dengan

alih-alih penjualan barang dengan harga yang sangat murah. Sehingga barang-

barang elektronik dapat dijangkau oleh seluruh lapisan masyarakat di negara

berkembang dan bahkan, bagi sebagian orang, barang tersebut merupakan

Page 12: Tpa sampah elektronik dan tpa limbah kimia

kebutuhan vital yang harus terpenuhi seperti layaknya sembako. Kebutuhan akan

layanan informasi dan pengolahan data telah menempatkan barang-barang

elektronik menjadi kebutuhan hidup sehari-hari. Namun, seperti layaknya barang-

barang lainnya, setelah masa tertentu, produk-produk elektronik itu tentu saja

menjadi benda yang tidak dipakai lagi karena sudah ada penggantinya dalam versi

terbaru atau karena rusak. Jika sudah demikian, barang-barang tersebut menjadi

rongsokan elektronik atau sampah yang biasanya menempati sudut-sudut ruang

kerja dan gudang di rumah atau kantor. Pembuangan sampah elektronik

mengalami kesulitan karena tidak semua tukang servis atau pemulung mau

menerima rongsokan yang sudah kadaluwarsa dan tidak ada lagi pasarnya.

Berdasarkan ketentuan dalam tentang Undang-Undang No. 32 Tahun 2009

Tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup dan peraturan

pelaksanaan pengelolaan sampah elektronik di Indonesia pada dasarnya dapat

diberlakukan berdasarkan prinsip EPR. Meskipun belum ada peraturan

pelaksanaannya, pengelohaan sampah ehektronik berdasarkan prinsip EPR

seharusnya dapat diberlakukan. Pada kenyataannya banyak terjadi kasus sampah

elektronik yang melanggar ketentuan dalam Pasal 60 dan 69 Undang-Undang No.

32 lahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup dan

peraturan pelaksanaannnya

Di negara-negara maju proses daur ulang sampah elektronik sudah

dilakukan dengan memisahkan bahan-bahan yang berbahaya dengan bahan-bahan

yang bisa didaur ulang seperti logam, gelas dan plastik.Namun kondisi

memperihatinkan masih terus berlangsung di negara berkembang, termasuk di

Indonesia. Fasilitas pengolahan sampah termasuk sampah elektronik masih jarang

ditemui. Masyarakat masih banyak membuang sampah elektronik di tempat

pembuangan sampah akhir (TPA).

Pemerintah sebagai suatu lembaga yang mengawasi dan dapat menseleksi

barang–barang yang masuk di Indonesia belum bertindak tegas untuk menanggapi

permasalahan ini.

Jika sampah organik hanya perlu dibuang dan ditimbun karena mudah lapuk

dan bisa diuraikan senyawanya oleh bakteri maka lain halnya dengan sampah non-

Page 13: Tpa sampah elektronik dan tpa limbah kimia

organik sampah tersebut ditangani mulai dari tempat penampungan sementara

hingga ke tempat pembuangan sampah non-organik berupa plastik, besi, kaca, dan

beberapa material didaur ulang oleh industri kecil. Sementara itu sampah

elektronik berupa trafo, bohlam, radio, TV, telepon, komponen pendukung

lainnya, belum ada yang menangani secara sistematis dari waktu ke waktu.

Sampah yang mengandung bahan berbahaya dan beracun bifenil yang bersifat

karsinogenik itu terus menumpuk, hingga berpotensi menggunung dan

membahayakan bagi kesehatan manusia.

Selain limbah elektronik yang mempengaruhi kehidupan manusia, terdapat

limbah lain yang juga mempengaruhi kehidupan manusia yaitu limbah kimia.

Salah satu penyebab limbah kimia sendiri berasal dari limbah industri rumah

tangga.

3. Dampak yang terjadi terhadap lingkungan dan makhluk hidup

1. Dampak langsung/tidak langsung, meliputi :

Pencemaran tanah, air, udara

Permasalahan sampah dan limbah di TPA yang paling nyata adalah

pencemaran, baik tanah, air maupun udara. Sampah yang tertampung

di TPA akan mengalami pencemaran. Pencemaran air dan tanah bisa

berasal dari sampah dan limbah yang mengandung banyak polutan

maupun zat-zat karsinogen yang mempengaruhi kesuburan dan

kandungan hara di dalam tanah. Pencemaran udara bisa berasal dari

asap pembakaran dengan gas-gas yang berbahaya (Mukono, 2006).

Cemoohan warga dan konflik di masyarakat

Permasalahan di TPA seperti halnya keterbatasan lahan dan

penyebaran penyakit serta bau sampah, akan menimbulkan konflik.

Masyarakat sekitar TPA merasa dirugikan akan dampak-dampak dari

permasalahan di TPA.

Perkembangbiakan vektor penyakit dan penularan infeksi

Lokasi dan pengelolaan sampah yang kurang memadai (pembuangan

sampah yang tidak terkontrol) merupakan tempat yang cocok bagi

beberapa organisme dan menarik bagi berbagai binatang seperti lalat,

Page 14: Tpa sampah elektronik dan tpa limbah kimia

tikus dan kecoa yang dapat menjangkitkan penyakit. Begitupun

dengan mikroba yang menularkan infeksi penyakit (Dinas Kebersihan,

2009).

Menyebabkan penyakit (diare, kolera, tifus, demam berdarah, jamur,

kulit, sesak nafas, mata, cacingan)

Sampah mengandung mikroba dan virus yang akan bercampur dengan

air serta pengelolaan sampah tidak tepat akan menyebabkan

penyebaran penyakit (Dinas Kebersihan, 2009)

Keracunan yang akut

Keracunan akibat masuknya dosis tertentu kedalam tubuh misalnya

keracunan H2S, Co (akibat pembakaran) dapat menimbulkan lemas

dan kematian. Keracunan Fenal dapat menimbulkan sakit perut dan

sebagainya.

Menurunnya estetika

Nilai estetika akan berkurang ketika pemandangan kota tercemari oleh

tumpukan sampah yang kumuh (Chandra, 2007).

Berbau kurang sedap

Proses pembusukan sampah oleh mikroorganisme akan menghasilkan

gas-gas tertentu yang menimbulkan bau busuk. Sampah dengan bau

yang kurang sedap bisa dijumpai di setiap tempat sampah. Namun di

TPA inilah terkumpul ton-ton sampah yang tentunya berbau busuk,

apalagi ketika jadwal pengangkutan sampah mengalami keterlambatan

(Dinas Kebersihan, 2009).

Menurunnya turis domestik maupun mancanegara

Keindahan dan kebersihan kota yang menurun, akan berdampak pada

jumlah turis domestik maupun mancanegara untuk datang berkunjung

ke kota dengan keadaan TPA buruk tersebut. Keadaan lingkungan

yang kurang baik dan jorok, akan menurunkan minat turis untuk

datang berkunjung ke daerah tersebut (Mukono, 2006).

Kecelakaan

Page 15: Tpa sampah elektronik dan tpa limbah kimia

Sistem pemilahan sampah yang kurang benar, dapat menimbulkan

kecelakaan. Misalnya sampah kaca atau benda-benda tajam yang tidak

dipilah dapat membahayakan para petugas di TPA begitupun

masyarakat sekitar.

Bahaya banjir

Lokasi TPA yang tercemar, dengan tanah yang cenderung kering dan

tandus tidak memungkinkan pepohonan untuk tumbuh. Sementara air

hujan yang turun di sekitar lokasi TPA tidak mampu di serap oleh

tanaman dan sampah-sampah di bak penampungan TPA menghalangi

peresapan air ke tanah. Maka bahaya banjir bisa hadir sewaktu-waktu

(Chandra, 2007).

Longsor

Tumpukan sampah di TPA akan mengakumulasi panas dan

menimbulkan ledakan hebat sehingga TPA sampah longsor dan

menimbun rumah-rumah warga sekitar. Selain itu penguraian sampah

yang dibuang ke dalam air akan menghasilkan asam organik dan gas-

gas organik, seperti metana. Selain berbau kurang sedap, gas ini dalam

konsentrasi tinggi dapat meledak. Ledakan ini juga dapat

menyebabkan longsor (Chandra, 2007).

2. Dampak jangka panjang, meliputi :

Menimbulkan korban jiwa

Penyakit akut yang ditimbulkan karena kesehatan yang tidak terjamin

dapat berakibat kematian.

Lenyapnya spesies

Cairan rembesan sampah akan masuk ke sistem drainase dan sungai

kemudian mencemari air. Pencemaran air akan menyebabkan ikan dan

biota air lainnya mati (Chandra, 2007).

Mengganggu keseimbangan lingkungan dan perubahan ekosistem

Ketidakseimbangan lingkungan menyebabkan perubahan ekosistem.

Lenyapnya spesies akibat habitatnya tercemari akan berdampak pada

pada seluruh komponen dari ekosistem lingkungan (Chandra, 2007).

Page 16: Tpa sampah elektronik dan tpa limbah kimia

Gangguan psikomatis, misalnya insomnia, stress

Senyawa –senyawa berat dari limbah B3 akan mengganggu sistem

metabolik di tubuh. Efeknya berupa insomnia dan stress (Mukono,

1995).

Penurunan pemasukan daerah (devisa)

Konflik yang berkepanjangan dan penyebaran penyakit serta sektor

pariwisata yang menurun akan berakibat pada turunnya pemasukan

daerah. Konflik masyarakat seringkali menyita waktu dan masyarakat

yang terserang penyakit akan meninggalkan pekerjaan mereka.

Produktivitas menurun dan biaya pengobatan akan semakin mahal.

Gangguan pada syaraf, cacat pada bayi, kerusakan sel-sel hati atau

ginjal

Penyebaran bahan kimia dan mikroorganisme yang terbawa air hujan

dan meresapnya bahan-bahan berbahaya sehingga mencemari sumur

dan sumber air. Bahan-bahan pencemar yang masuk kedalam air tanah

dapat muncul ke permukaan tanah melalui air sumur penduduk dan

mata air. Jika bahan pencemar itu berupa B3 (bahan berbahaya dan

beracun) mislnya air raksa (merkuri), chrom, timbale, cadmium, maka

akan berbahaya bagi manusia dan menyebabkan gangguan pada

syaraf, cacat pada bayi, kerusakan sel-sel hati atau ginjal (Mukono,

2006).

Menghambat proses oksidasi biologi dari sistem lingkungan

Buangan dapat menghambat proses oksidasi biologi dari sistem

lingkungan, bila bahan pencemar dialirkan keseungai, kolam atau

sawah dan sebagainya (Dinas Kebersihan, 2009).

Keracunan kronis

Masuknya zat-zat toksis kedalam tubuh dalam dosis yang kecil tetapi

terus menerus dan berakumulasi dalam tubuh, sehingga efeknya baru

terasa dalam jangka panjang misalnya keracunan timbal, arsen, raksa,

asbes dan sebagainya (Mukono, 2006).

Berdampak jangka panjang (antar generasi)

Page 17: Tpa sampah elektronik dan tpa limbah kimia

Dampak yang dialami oleh masyarakat tidak hanya berakibat pada

generasinya saja, melainkan juga berakibat oada generasi atau

keturunannya.

Penurunan mutu dan sumber daya alam

Dengan pencemaran parah yang terjadi baik pada tanah, air dan udara

akan berakibat secara meluas terhadap penurunan mutu dan SDA.

SDA akan turun kualitasnya karena nutrisi yang dibutuhkan oleh SDA

untuk tumbuh sudah tercemar (Chandra, 2007).

4. Solusi yang digunakan

Sampah agar tidak menimbulkan masalah perlu ada penanganan khusus

dengan sistem pembuangan yang tepat yang kelanjutannya dilakukan pengolahan.

secara umum solusi dari pengolahan sampah adalah dengan cara penimpunan

sampah dengan tanah (Sanitary Landfill), yang mana harus memenuhi beberapa

syarat seperti sampah yang boleh dilakukan cara ini adalah sampah organik, harus

tersedianya daerah yang cukup luas, ada tanah yang dapat dipakai sebagai

penimbun, tersedia alat – alat untuk menimbuni dan meratakan tanah urukan,

Selanjutnya secara umum pembuangan sampah digunakan untuk pupuk kompos,

sampah di hancurkan dengan menggunakan tungku bersuhu tinggi (Incenerator)

yang memiliki banyak keuntungan daripada kerugiannya (Sudarmadji, 2004).

Solusi secara umum untuk pengolahan sampah pada Tempat Pembuangan

Akhir tergantung jenis sampahnya, sampah elektronik secara umum diatasi

dengan di daur ulang yang bahannya akan digunakan lagi untuk bahan yang dapat

bermanfaat kembali, atau dihancurkan dengan alat seperti Insenerator. Sedangkan

pengolahan limbah kimia secara umum diolah dengan menggunakan metode dan

alat khusus untuk menetralkan kandungan limbah kimia dalam air, limbah kimia

disini ditekankan pada pengolahan limbah kimia cair (Subchan, 2010).

Pengolahan sampah secara umum berprinsip menjadikan sampah yang

tidak berguna, yang berbahaya, yang dapat menyebabkan pencemaran menjadi

bahan yang lebih berguna, dapat dimanfaatkan kembali, tidak berbahaya, dan

Page 18: Tpa sampah elektronik dan tpa limbah kimia

tidak menyebabkan pencemaran yang layak untuk dibuang ke alam karena sudah

ternetralisir, apabila bahan hasil pengolahan sudah tidak dapat dimanfaatkan

kembali. Sampah elektronik cenderung lebih dapat didaur ulang daripada

dihancurkan dan dinetralkan, namun tetap pengolahan sampah elektronik harus

melalui teknik yang benar, karena apabila tidak tepat dapat menyebabkan polusi

yang mencemari lingkungan ( Azhar, 1995 ).

Limbah kimia cair secara umum agar tidak mencemari lingkungan adalah

dengan menggunakan alat khusus yang salah satunya terdapat di Tempat

Pembuangan Akhir seperti kolam inner (Widjajanti.2009).Dasarnya untuk

mengatasi sampah adalah diperlukan kesadaran seluruh masyarakat, karena

sampah ada karena manusia (Subchan, 2010).

Solusi dari Pemerintah

Pemerintah juga memiliki peran penting untuk mengatasi permasalan

sampah, peranan pemerintah adalah dengan memberikan solusi – solusi yang tepat

diantaranya, Membuat, menetapkan, tentang undang – undang pengolahan sampah

untuk mengurangi, mengindari pencemaran lingkungan. Seperti UU nomor 4

tahun 1982 pasal 8 yang menyebutkan bahwa “pemerintahmenggariskan

kebijakan dan mendorong ditingkatkannya upaya pelestarian kemampuan

lingkungan hidup untuk menunjang pembangunan yang berkesinambungan “.

Yang berarti setiap ada pembangunan maka juga harus diukur apakah lingkungan

masih mampu dan bagaimna harus mampu dalam mengatasi dampak dari setiap

pembangunan ( Maghfiro, 2013).

Pemerintah sebagai reguator (alat pengatur) dalam mengatasi pencemaran

limbah, pemerintah dalam hal ini diwakili oleh Badan Lingkungan Hidup untuk

membuat program untuk mendukung penanganan pencemaran limbah yang

diantaranya (a).program pengendalian perusakan lingkungan, (b). Menerapkan

prinsip daur ulang (c). Koordinasi penilaian kota sehat atau adipura, (c).

Koordinasi penilaian kota sehat atau adipura, (d). Pemantauan kualitas

Page 19: Tpa sampah elektronik dan tpa limbah kimia

lingkungan, (e). Pengawasan pelaksanaan kebijakan bidang lingkungan hidup

(Maghfiro, 2013).

Pemerintah memiliki peranan penting karena apabila pemerintah turut

serta mengatur maka masyarakat akan mengikuti, pemerintah merupakan orang

yang memerintah, orang yang mengatur, sehingga untuk menggerakkan dan

menyelesaikan permasalahan termasuk permasalahan sampah dan pengolahannya

ini akan berhasil, karena rakyat maupun badan – badan, lembaga, pelaksana akan

patuh pada pemerintah, namun apabila pemerintah tidak berusaha mengatur dan

kreatif maka akan sulit mengatasi berbagai permasalah.

Contoh konkret di kabupaten banyuwangi bupati Banyuwangi ( Bpk.

Abdullah Azwar Anas ) menerapkan program Banyuwangi Ijo Royo – Royo

(BIR), baik pada lingkungan seluruh banyuwangi seperti pada lingkup Sekolah,

baik SD, SMP, Maupun SMA yang mana diadakan perlombaan.Bagi yang dapat

menjaga dan memelihara lingkungannya, dan untuk dinilai oleh badan Khusus

Tim juri lingkungan hidup, yang menang akan mendapatkan hadiah. Hal ini

merupakan salah satu peran pemerintah, dimana pemerintah menerapkan program

tersebut dengan ide yang kreatif yang dapat ditaati dan dilaksanakan oleh

rakyatnya ( Kabarbanyuwangi, 2013).

Pemerintah berkonstribusi dalam penyediaan fasilitas seperti peralatan

yang mendukung untuk pengolahan sampah yang di TPA seperti buldoser,

Fasilitas Kolam Inner, dan lain sebagainya ( Subchan, 2010 ). Selain itu

pemerintah juga mengerahkan Tim AMDAL untuk membantu dalam penanganan

sampah dan lingkungan, serta membantu merancang TPA yang layak serta dapat

bermanfaat dengan optimal. Seperti yang dilakukan oleh pemerintah Makassar

yang mengadakan pendirian TPA pada tahun 2007, untuk mengatasi Limbah

kimia cair, limbah gas dan lain – lain. Seperti air lindi yang mencemari sumur

warga, sehingga para warga mengajukan keluhannya kepada pemerintah. Air lindi

merupakan air dengan konsentrasi kandungan organik yang tinggi yang terbentuk

dalam landfill akibat adanya air hujan yang masuk ke dalam landfill. Air lindi

Page 20: Tpa sampah elektronik dan tpa limbah kimia

merupakan cairan yang sangat berbahaya karena selain kandungan organiknya

tinggi, juga dapat mengandung unsur logam (seperti Zn, Hg). Jika tidak ditangani

dengan baik, air lindi dapat menyerap dalam tanah sekitar landfill kemudian dapat

mencemari air tanah sekitar landfill (Hanafiah, 2003). Lindi adalah limbah cair

sebagai akibat masuknya air eksternal ke dalam timbunan limbah atau sampah

kemudian membilas dan melarutkan materi yang ada pada timbunan tersebut, sisa

dari air tersebut masuk (infiltrasi) ke dalam timbunan sampah. (Hanafiah, 2003)

Solusi dari LSM

Solusi dari Lembaga Sosial Masyarakat adalah dengan mengadakan

penyuluhan – penyuluhan pada masyarakat untuk memeberikan wawasan dan

pengetahuan tentang bahayanya sampah apabila tidak diatasi, untuk

membangunkan kesadaran masyarakat tentang membuang sampah pada

tempatnya, serta dengan adanya sosialisasi dari pihak Lembaga Sosial Masyarakat

akan membuat masyarakat mengerti TPA itu ada adalah untuk keseimbangan,

karena sistem pengolahan ada di TPA untuk tempat Akhirnya, karena masyarakat

yang tidak memiliki pengetahuan dan kesadaran, maka akan menganggap TPA

adalah tempat yang justru mencemari. Namun apabila masyarakat mengetahuinya

maka masyarakat akan dapat membantu mendukung program dari TPA.

Permasalahan lain seperti TPA yang kurang memadai yang justru

mencemari ataupun merugikan warga, akan menyebabkan perseelisihan antara

masyarakat dengan pihak TPA, juga tak terkendalinya pemulung yang justru dapat

mempora porandakan sampah menjadi tidak teratur dan bercampur, karena

pemulung mengambil sampah yang masih memiliki nilai jual, jadi yang tidak

memiliki nilai jual akan berserakan. Hal ini akan dapat diatasi apabila ada peran

penting seperti penyuluhan dari LSM seperti penjelasan di atas.

LSM melakukan pemberdayaan masyarakat juga merupakan salah satu

solusi. Salah satunya adalah memberikan pengetahuan dari dasar, seperti

memisahkan sampah organik, dan anorganik, pada sampah elektronikpun

masarakat kurang faham penanganannya yang kebanyakan dibuang secara

Page 21: Tpa sampah elektronik dan tpa limbah kimia

sembarangan, namun juga ada pula yang menjualnya ke pengepul. LSM

mengadakan program dimana Masyarakat yang melakukan kerja pemulung

berkerja sama dengan Pihak TPA sehingga dapat terkendali aktivitas para

pemulung yang tidak menyebabkan berserakan secara sembarangan pada sampah

sampah yang sudah dipisahkan sehingga tidak tercampur kembali. Serta

memberikan keuntungan pada pemulung. LSM juga memberikan pengetahuan

kepada para masyarakat, memberikan keterampilan dan kemampuan untuk

mendaur ulang sampah yang dapat dimanfaatkan kembali

Solusi dari Perorangan

Pengolahan sampah Elektronik secara perorangan pada umumnya

dilakukan dengan peralatan yang sederhana, seperti digunakan untuk bisnis

pengolahan sampah elektronik menjadi emas. Emas terdapat pada RAM,

Processor Komputer, HP bekas, SIM card, dan lain – lain, yang kebanyakan

masyarakat tidak mengetahuinya. Alasan pada alat – alat elektronik digunakan

emas karena emas adalah isolator terbaik tanpa hambatan ( Bandungtv, 2014 ).

Selain dapat diambil emasnya, limbah elektronik dengan perorangan

digunakan bisnis kerajinan, seperti diolah menjadi gantungan kunci, cincin, dan

lain lain ( Bandungmagazine, 2014 ). TPA tidak melakukan hal tersebut, TPA

secara umum hanya dihancurkan limbah elektronik, namun yang menerapkan

metode ini adalah pihak perorangan. Pada TPA campuran apabila ada sampah

elektronik, sampah elektronik ini dipungut oleh para pemulung yang mengais

sampah yang memiliki nilai jual.

Page 22: Tpa sampah elektronik dan tpa limbah kimia

Cincin limbah elektronik Gantungan limbah elektronik

TPA mengolah limbah kimia dari yang bahan yang berbahaya, beracun

menjadi bahan yang tidak berbahaya, tidak beracun sehingga air yang tercemar

limbah menjadi ramah lingkungan yang siap untuk dikeluarkan kembali ke alam,

proses pemrosesan pada TPA

Solusi Menurut Pendapat Kelompok

Beberapa solusi berdasarkan pendapat kelompok diantaranya, Perlu

dilakukan penambahan pendidikan sejak dini pada generasi muda – mudi bangsa

sehingga diharapkan kesadaran tentang pentingnya membuang sampah dengan

baik dan benar. Selain pada generasi muda juga pada semua masyarakat

pendidikan atau penyuluhan perlu diberikan, hal ini seperti di jepang, dijepang

sejak kelas 3 SD sudah ditanamkan pendidikan tentang lingkungan, sehingga

apabila seorang membuang sampah sembarangan atau lingkungannya kotor di

jepang ini dianggap suatu yang memalukan, rasa malu inilah yang harus dimiliki

masyarakat kita,sehingga bila masyarakatnya sendiri peduli terhadap lingkungan

maka lingkungan akan terjaga.

Sampah elektronik dapat diatasi dengan didaur ulang atau dimanfaatkan

menjadi kerajinan. Contohnya adalah sampah elektronik yang berasal dari

komponen – komponen komputer sperti RAM, Motheboard yang diolah mennjadi

gantungan kunci, aksesoris, pernak – pernik dan lain – lain.

Sampah elektronik dirakit ulang dengan menyatukan bagian – bagian yang

masih dapat digunakan kembali, bagian – bagian ini diambil dari beberapa alat

elektronik lainnya. Misalnya ada sebuah komputer rusak, pada komputer tersebut

yang masih dapat digunakan adalah monitornya saja, maka agar dapat digunakan

kembali dengan cara mencari bagian – bagian lain yang masih dapat digunakan

dari limbah komputer lainnya, sehingga dapat digunakan kembali.

Pihak produsen yang mengeluarkan produk elektronik harus memiliki

tangung jawab menarik kembali barang elektronik yang telah diproduksi apabila

Page 23: Tpa sampah elektronik dan tpa limbah kimia

terjadi kegagalan produk atau sudah tidak digunakan kembali.Pihak produsen

seharusnya menciptakan produk elektronik maupun produk kimia yang bahannya

mudah untuk diuraikan dan dapat didaur ulang, bahannya tidak mengandung

bahan yang berbahaya, namun barang yang ramah lingkungan.

Pihak produsen barang elektronik yang diproduksinya seharusnya

memberikan multifungsi dari fungsi utama, sehingga apabila fungsi utama teah

rusak masih ada fungsi lain yang bermanfaat.Pihak produsen elektronik

seharusnya memberikan semacam fasilitas yang mana apabila barang elektronik

tersebut rusak apabila dijual ke produsennya masih memiliki nilai harga walau

murah, agar konsumen tidak membuang barang elektronik yang rusak

sembarangan. Pihak produsen juga harus mengolah sendiri barang produknya

yang berasal dari konsumen tersebut.

Perlu peran pentingnya dari pihak distribusi pengolahan sampah yang

dioptimalkan agar sampah dapat terangkut optimal ke TPA untuk dilakukan

pengolahan, karena apabila pihak jasa distribusi sampah yang mengangkut

sampah dari sumber sampah tidak optimal, maka sampah akan banyak dan masih

yang ada di sumber sampah.

Perlu partisipasi dan peran penting dari konsumen pengguna alat – alat

elektronik, yaitu dengan merawat alat – alat elektronik tersebut agar tidak mudah

rusak dan awet, karena apabila awet akan mengurangi tingkat pembuangan

sampah elektronik. Selain itu apabila barang elektronik tersebut rusak untuk tidak

membiasankan sikap langsung membuang begitu saja karena dianggap dapat

membeli yang baru, seharusnya alat – alat elektronik yang rusak apabila masih

dapat diperbaiki, dilakukan perbaikan, dengan demikian maka tingkaat

pembuangan sampah elektronik dapat teratasi.

Limbah kimia yang berasal dari rumah tangga masing – masing

masyarakat untuk tidak membunag limbahnya ke sungai, namun memiliki tempat

pembuangan sendiri atau sistem ada sistem saluran pembuangan limbah cair yang

mengarah ke tempat pembuangan akhir (TPA) secara optimal, karena selama ini

pembuangan limbah kimia yang harus melalui TPA tidak dilakukan oleh

masyarakat, karena mereka malas dan membuang limbah kimia cairnya, seperti

Page 24: Tpa sampah elektronik dan tpa limbah kimia

sabun, detergen, dan zat kimia lainnya ke tanah atau ke sungai. TPA sangat

penting karena TPA diibaratkan seperti jantung dan hati pada suatu organisme

yang berfungsi untuk membersihkan sampah – sampah dalam tubuh, menetralkan

racun yang berbahaya, menyerap kembali zat – zat yang masih diperlukan oleh

tubuh, hal ini seperti layaknya fungsi dari TPA juga demikian. maka dari itu

penting bagi semua pihak untuk mengutamakan masalah TPA secara optimal,

karena apabila TPA yang layaknya Ginjal rusak atau tidak bekerja secara optimal,

maka juga pencemaran akibat limbah sampah elektronik, kimia, bahkan limbah

lainnya tidak dapat bekerja secara optimal. Hal ini seperti TPA yang Blangbintang

di Aceh yang memiliki tempat yang luas, dan peralatan serta sistem

pengolahannya yang modern, dan canggih, akan mengurangi atau bahkan

mengatasi pencemaran lingkungan

Fungsi dari TPA harus dioptimalkan seperti pada pernyataan diatas, serta

tingkat TPA yang layaknya Ginjal dunia harus diperbanyak, jadi apabila jumlah

sampah dan tingkat konsumen tinggi, maka pembuatan dan pengoptimalkan TPA

juga harus tinggi dan perlu perhatian lebih.Selain itu TPA sendiri harus memenuhi

syarat agar wilayah sekitar TPA tidak tercemari, beberapa syarat dari TPA

diantaranya :

a. Lokasi TPA bukan daerah rawan geologi (daerah patahan, daerah

rawan longsor, rawan gempa, dan lain sebagainya )

b. Lokasi TPA juga bukanlah daerah yang rawan hidrogeologis yaitu,

daerah dengan kondosi kedalaman air tanah kurang dari 3 meter, jenis

tanah mudah meresap air, dekat dengan sumber air.

c. Lokasi TPA juga bukanlah daerah yang rawan topografis (kemiringan

lahan lebih dari 20 %)

d. Lokasi TPA bukanlah daerah / kawasan yang dilindungi.

Karena apabila TPA justru menjadi tempat pencemaran, hal ini justru tidak tepat,

dan otomatis juga akan menyebabkan ketidak seimbangan lingkungan karena

pencemaran.

Page 25: Tpa sampah elektronik dan tpa limbah kimia

DAFTAR PUSTAKA

Azhar, A. 1995. Pengantar Ilmu Kesehatan Lingkungan. Jakarta: PT. Mutiara

Sumber Widya

Bandungmagazine. 2014. Kundi Craft, Komrad, dan Limbah Elektronik .

http://www.bandungmagazine.com/movement/kundi-craft-komrad-dan-

limbah-elektronik. Diakses 28 Agustus 2014.

Bandungtv. 2014. Kerajinan Unik dari Limbah Elektronik .http://www.

Bandungtv.co.id/index.php/halo-bandung-item/300-kerajinan-unik-dari-

limbah-elektronik. Diakses 28 Agustus 2014.

Basyarat,Ade. 2006. Kajian Terhadap Penetapan Lokasi TPA Sampah

Leuwinaggung Kota Depok. undip.ac.id/15259/1/Agus_Basyarat.pdf.

Diakses tanggal 28 Agustus 2014.

Chandra, Dr. Budiman. 2007. Pengantar Kesehatan Lingkungan. Jakarta: Penerbit

Buku Kedokteran. Hal. 124, dan 144-147.

Dinas Kesehatan Kota Semarang. 2009. Profil Kesehatan Kota Semarang Tahun

2009. Semarang : Dinas Kesehatan Kota Semarang.

Hanafiah, Kemas Ali dkk. 2003. Ekologi dan Mikrobiologi Tanah. Jakarta :

Rajawali Perss.

Jehan, Noor. 2012. Kandungan Berbahaya dalam E-waste. http://www.ylki.or.id/

Kandungan-berbahaya-dalam-e-waste.html. Diakses 28 Agustus 2014

Kabarbanyuwangi.2013.http://www.kabarbanyuwangi.info/rsah-dukung-

banyuwangi-lebih-hijau.html .Diakses 28 Agustus 2014.

Maghfiro, Ima.,M. Saleh Soeaidy &M.Rozikin. 2013. Analisis Peran Pemerintah

dalam Mengatasi Limbah Industri Pabrik Gula Tjoekir.http://www.

Administrasipublik.studenjournal.ub.ac.id/index.php.jap/article/downlo

ad/107/87. Diakses 28 Agustus 2014.

Page 26: Tpa sampah elektronik dan tpa limbah kimia

Mukono, J., 1995 Kualitas Udara Ruangan dan Infeksi Nosokomial di RSUD dr.

Soetomo Surabaya. Majalah Medika. No. 1/Thn XXI. Surabaya.

Mukono, 2006. Prinsip Dasar Kesehatan Lingkungan. Airlangga University

Press. Surabaya.

Ozi. 2004. Tragedy Bhopal Menghantui Warga India. http://bews.liputan6.com/

Read/90959/tragedi-bhopal-menghantui-warga-india. Diakses tanggal

28 Agustus 2014.

Row. 2010. Sampah Elektronik Belum Diatur. http://nasional.kompas.com/read/

2010/08.16/03280913. Diakses 28 Agustus 2014.

Subchan, Wachju. 2010. Buku Ajar Ilmu Pengetahuan Lingkungan. Jember:

Jember University Press.

Tribun News. 2014. Hanya 10% dari 438 TPA yang beroprasi.

http://article.tribunnews.com/view/2014/02/19/. Diakses 28 Agustus 2014.

UNEP. 2014. United Nations Environment Programme. http://www.unep.org/.

Diakses 28 Agustus 2014.

Widjajanti, Endang. 2009. Penanganan Laboratorium Kimia. http://www.

academia.edu/4098800/PENANGANAN_LIMBAH_LABORATORIUM_KI

MIA_Endang_Widjajanti_Jurusan_Pendidikan_Kimia_FMIPA_UNY_

Pendahuluan. Diakses tanggal 27 Agustus 2014.