15
ANAK JALANAN PERKOTAAN Oleh : Astana Dani Maulana 125030100111166 FIA UNIV. BRAWIJAYA MALANG, 24 Nopember 2014

Presentasi anak jalanan

Embed Size (px)

Citation preview

ANAK JALANAN PERKOTAAN

Oleh :

Astana Dani Maulana 125030100111166FIA – UNIV. BRAWIJAYA MALANG, 24 Nopember 2014

Latar belakang

Anak jalanan adalah fenomena nyata bagian dari kehidupan dan merupakan fenomena nyata yang menimbulkan permasalahan sosial yang komplek.

Pada era runtuhnya orde baru, terjadi krisis moneter yang membuat kemiskinan meningkat. Salah satu dampak dari kemiskinan adalah adanya anak jalanan.

Menurut Kementrian Sosial menyatakan bahwa terjadi peningkatan jumlah anak

jalanan sekitar 400%. Dan pada tahun 1999 diperkirakan jumlah

anak jalanan di Indonesia sekitar 50.000 anak dan 10%

diantaranya adalah perempuan.

PERMASALAHAN

Bagaimana sikap pemerintah dalam melaksanakan fungsi dan peran dalam menangani pertumbuhan jumlah serta persoalan anak jalanan sebagai mandat untuk mewujudkan keadilan sosial bagi seluruh rakyat indonesia?

Anak Jalanan

Menurut Departemen Sosial RI (2005: 5), Anak jalanan adalah anak yang

menghabiskan sebagian besar waktunya untuk melakukan kegiatan

hidup sehari-hari di jalanan, baik untuk mencari nafkah atau berkeliaran di jalan

dan tempat-tempat umum lainnya. Anak jalanan mempunyai ciri-ciri,

berusia antara 6 sampai dengan 18 tahun, melakukan kegiatan atau

berkeliaran di jalanan, penampilannya kebanyakan kusam dan pakaian tidak

terurus, mobilitasnya tinggi.

Karakteristik Anak Jalanan

Berdasarkan usia

Berdasarkan pengelompokan

Berdasarkan ciri-ciri fisik dan psikis

Berdasarkan Intensitas Hubungan dengan Keluarga

Berdasarkan Tempat Tinggal

Berdasarkan Aktivitas

Faktor-Faktor yang Memengaruhi Munculnya Anak Jalanan

Lari dari keluarga

Sebab dari keluarga adalah

terlantar

Melemahnya keluarga

besar

Kesenjangan komunikasi

antara orang tua dan anak

Kesejahteraan Sosial

Kesejahteraan sosial adalah mencakup berbagai tindakan yang dilakukan manusia untuk mencapai tingkat kehidupan masyarakat

yang lebih baik.

sedangkan menurut rumusan Undang-Undang Republik Indonesia No.6 Tahun 1974 tentang ketentuan-ketentuan pokok

kesejahteraan sosial pasal 2 ayat 1, adalah: “Kesejahteraan sosial adalah suatu tata kehidupan dan penghidupan sosial material

maupun spiritual yang diliputi oleh rasa keselamatan, kesusilaan dan ketenteraman lahir dan batin, yang memungkinkan bagi setiap warga negara untuk mengadakan usaha pemenuhan

kebutuan-kebutuhan jasmaniah, rohaniah dan sosial yang sebaik-baiknya bagi diri, keluarga serta masyarakat dengan menjunjung

tinggi hak-hak asasi serta kewajiban manusia sesuai dengan Pancasila”.

Aspek Regulasi Anak Jalanan

Pasal 34 ayat (1) UUD 1945 hasil amandemen keempat disebutkan bahwa "fakir miskin dan anak terlantar dipelihara oleh negara".

Perlindungan hak-hak anak juga diatur dalam sejumlah undang-undang yang terkait yaitu Undang-Undang Nomor 4 Tahun 1979 tentang Kesejahteraan Anak.

Undang-Undang Nomor 39 Tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia.

Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak.

Pasal 28 B ayat (2) Undang-Undang Dasar 1945 hasil amandemen kedua disebutkan "setiap anak berhak atas kelangsungan hidup, tumbuh, dan berkembang serta berhak atas perlindungan dari kekerasan dan diskriminasi".

Aspek Aktor atau Kelembagaan yang Terlibat dalam Penanganan Anak Jalanan

Departemen Sosial RI, Tokoh Masyarakat, Perguruan Tinggi,

Organisasi non Pemerintah dan Pemerintah, Media

Massa, dan kalangan profesi serta dukungan

United Nations Children’s Fund (UNICEF), pada

tanggal 26 Oktober 1998 dibentuklah Komisi

Nasional Perlindungan Anak (Komnas

Perlindungan Anak).

Perlindungan anak di Indonesia dalam

penyelenggaraannya memiliki asas dan landasan

yang kuat. Penyelenggaraan

perlindungan anak di Indonesia berasaskan pada Pancasila dan berlandaskan

Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 serta memiliki

prinsip-prinsip dasar

“Program Kesejahteraan Sosial Anak” Kementerian Sosial RI

Instruksi Presiden Nomor 3 Tahun 2010 tentang

Program Pembangunan yang Berkeadilan ditetapkan Program Kesejahteraan

Sosial Anak (PKSA) sebagai program prioritas nasional,

yang meliputi :

Program Kesejahteraan Sosial Anak Balita (PKS-AB)

Program Kesejahteraan Sosial Anak Terlantar (PKS-Antar)

Program Kesejahteraan Sosial Anak Jalanan (PKS-Anjal)

Program Kesejahteraan Sosial Anak yang Berhadapan dengan Hukum (PKS- ABH)

Program Kesejahteraan Sosial Anak dengan Kecacatan (PKS-ADK)

Program Kesejahteraan Sosial Anak Dengan Perlindungan Khusus (PKS-AMPK)

Aspek Pendanaan

Sumber pendanaan tidak semata bertumpu pada APBN tetapi menggalang

juga kerjasama luar negeri, APBD, dan dukungan organisasi non-pemerintah dalam negeri maupun internasional,

termasuk sumber pendanaan Corporate Social Responsibilty.

Sumber dana untuk kegiatan pelatihan anak jalanan dipengaruhi oleh faktor pendorong dalam pemberdayaan anak jalanan antara

lain: a) adanya peran aktif LSM, b) koordinasi dengan SKPD lain, c) tersedianya dana

walaupun terbatas, d) adanya donatur dari masyarakat dan swasta. Sedangkan faktor penghambat diantaranya: a) terbatasnya

dana, sarana dan prasarana, b) terbatasnya sumber daya manusia, dan c) rendahnya kesadaran anak jalanan untuk mengikuti

pelatihan.

Latar belakang anak menjadi anak jalanan,

mempengaruhi pembentukan

aspirasinya.

Program Kesejahteraan Sosial Anak (PKSA) yang mulai

dikembangkan dan diuji cobakan untuk penanganan anak jalanan

di lima wilayah. Belajar dari pengalaman implementasi awal, mulai 2010, layanan PKSA telah

diperluas jangkauan target sasaran maupun wilayahnya

PKSA dikembangkan dengan perspektif jangka panjang

sekaligus untuk menegaskan komitmen Kementerian Sosial

untuk merespon tantangan dan upaya mewujudkan

kesejahteraan sosial anak yang berbasis hak.

PKSA merupakan respon sistemik dalam perlindungan anak, termasuk memberikan

penekanan pada upaya pencegahan untuk

mengurangi peningkatan anak jalanan dan

pengentasan kemiskinan anak jalanan.

Kesimpulan

Saran

Lebih mengoptimalkan program PKSA dan melakukan pengawasan yang ketat agar tidak terjadi penyelewengan oleh oknum yang tidak bertanggung jawab.

Solusi untuk mengatasi makin pesatnya pertumbuhan angka keberadaan anak jalanan, sejauh ini terdapat tiga model

penanganan anak jalanan dengan pendekatan yang berbeda:

Community Based

Street Based

Centre Based

Selther Based

TERIMAKASIH