77
STIKES Suaka Insan BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Telaah Pustaka 1. Konsep Persepsi a. Pengertian Persepsi adalah pengalaman tentang objek, peristiwa, atau hubungan-hubungan yang diperoleh dengan menyimpulkan informasi dan menafsirkannya. Persepsi adalah memberikan makna kepada stimulus, tentang bagaimana seseorang memberi arti terhadap stimulus tersebut (Notoatmodjo, 2010). Persepsi merupakan sesuatu yang berkenaan dengan fenomena dimana hubungan antara stimulus dan pengalaman yang lebih kompleks daripada fenomena yang ada pada sensasi. Hal ini dipertegas oleh pernyataan Titchener yang mengatakan bahwa persepsi adalah satu kelompok pengindraan dengan penambahan arti-arti yang berasal dari pengalaman di masa lalu. Selanjutnya Chaplin mengatakan bahwa persepsi adalah proses untuk mengetahui atau mengenal objek atau kejadian objektif yang menggunakan indra dan kesadaran dari proses-proses organis. Menurut pandangan kontemporer, persepsi secara umum diperlakukan sebagai satu variabel campur tangan (variabel interviewing) yang tergantung pada faktor-faktor motivasional (Pieter dan Lubis, 2010). Secara umum, persepsi adalah proses mengamati dunia luar yang mencakup 13

113063 a10082 _chapter ii__mariakartinydr

Embed Size (px)

DESCRIPTION

Chapter II "Hubungan Supervisi Kepala Ruangan dengan Kinerja Perawat dalam Pendokumentasian Asuhan Keperawatan di Rumah Sakit Suaka Insan Banjarmasin Tahun 2014"

Citation preview

Page 1: 113063 a10082 _chapter ii__mariakartinydr

13

STIKES Suaka Insan

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Telaah Pustaka

1. Konsep Persepsi

a. Pengertian

Persepsi adalah pengalaman tentang objek, peristiwa, atau

hubungan-hubungan yang diperoleh dengan menyimpulkan

informasi dan menafsirkannya. Persepsi adalah memberikan makna

kepada stimulus, tentang bagaimana seseorang memberi arti

terhadap stimulus tersebut (Notoatmodjo, 2010).

Persepsi merupakan sesuatu yang berkenaan dengan fenomena

dimana hubungan antara stimulus dan pengalaman yang lebih

kompleks daripada fenomena yang ada pada sensasi. Hal ini

dipertegas oleh pernyataan Titchener yang mengatakan bahwa

persepsi adalah satu kelompok pengindraan dengan penambahan

arti-arti yang berasal dari pengalaman di masa lalu. Selanjutnya

Chaplin mengatakan bahwa persepsi adalah proses untuk mengetahui

atau mengenal objek atau kejadian objektif yang menggunakan indra

dan kesadaran dari proses-proses organis. Menurut pandangan

kontemporer, persepsi secara umum diperlakukan sebagai satu

variabel campur tangan (variabel interviewing) yang tergantung pada

faktor-faktor motivasional (Pieter dan Lubis, 2010). Secara umum,

persepsi adalah proses mengamati dunia luar yang mencakup

13

Page 2: 113063 a10082 _chapter ii__mariakartinydr

14

STIKES Suaka Insan

perhatian, pemahaman dan pengenalan objek-objek atau peristiwa.

Biasanya persepsi diorganisasikan ke dalam bentuk (figure), dasar

(ground), garis bentuk (garis luar, kontur) dan kejelasan.

b. Faktor yang mempengaruhi persepsi

Pieter dan Lubis (2010) mengemukakan faktor-faktor yang

mempengaruhi persepsi adalah:

1) Minat, artinya semakin tinggi minat seseorang terhadap suatu

objek atau peristiwa, maka semakin tinggi juga minatnya dalam

mempersepsikan suatu objek atau peristiwa.

2) Kepentingan, artinya semakin dirasakan penting terhadap suatu

objek atau peristiwa tersebut bagi diri seseorang, maka semakin

peka dia terhadap objek-objek persepsinya.

3) Kebiasaan, artinya objek atau peristiwa semakin sering

dirasakan seseorang maka semakin terbiasa dirinya di dalam

membentuk persepsi.

4) Konstansi, artinya adanya kecendrungan seseorang untuk selalu

melihat objek atau kejadian secara konstan sekalipun sebenaryna

ini bervariasi dalam bentuk, ukuran, warna dan kecemerlangan.

Anjaryani (2009) menambahkan bahwa persepsi juga bisa

dipengaruhi oleh faktor-faktor berikut:

1) Faktor Pelaku Pemersepsi

Bila seseorang mamandang suatu objek dan mencoba,

maka penafsiran itu sangat dipengaruhi oleh karakteristik

pribadi dari orang yang berpersepsi yang mencakup sikap,

Page 3: 113063 a10082 _chapter ii__mariakartinydr

15

STIKES Suaka Insan

motif, kepentingan, pengalaman dan pengharapan. Faktor

tersebut berkaitan dengan faktor yang mengubah persepsi

individu yaitu variabel demografik. Variabel demografik

meliputi usia, jenis kelamin dan ras/etnik. Faktor usia dapat

dikaitkan dengan tumbuh kembang seseorang. Seorang bayi,

misalnya tidak merasakan pentingnya diet sehat, seorang remaja

mungkin merasa pengakuan teman sebaya lebih penting

daripada pengakuan keluarga dan akibatnya dapat terlibat dalam

tindakan yang membahayakan dan mengadopsi pola makan dan

pola tidur yang tidak sehat.

Faktor persepsi dari segi usia juga bergantung pada

perkembangan kognitif dari seseorang. Bagaimana belajar

berpikir, bernalar dan menggunakan bahasa. Perkembangan

tersebut melibatkan kecerdasan, kemampuan pemersepsi dan

kemampuan untuk memproses informasi yang dimiliki individu,

sehingga dalam melihat persepsi dari segi usia perlu dilihat teori

kognitif saat mengembangkan persepsi seseorang.

Faktor pemersepsi dari segi jenis kelamin sejak dulu pria

dan wanita memiliki cara pandang yang berbeda. Setiap orang

memiliki karakteristik kepribadian, nilai-nilai dan pengalaman

hidup yang unik sehingga mempersepsikan dan

menginterpretasikan pesan dan pengalaman secara berbeda.

Anak perempuan cenderung mempersepsikan bahasa untuk

mengonfirmasi, meminimalkan perbedaan dan membangun

Page 4: 113063 a10082 _chapter ii__mariakartinydr

16

STIKES Suaka Insan

kedekatan. Anak laki-laki cenderung mempersepsikan bahasa

untuk membentuk kemandirian dan merundingkan status dalam

suatu kelompok. Perbedaan tersebut dapat berlanjut hingga

dewasa sehingga komunikasi yang sama dapat diinterpretasikan

secara berbeda oleh pria dan wanita.

2) Faktor Objek

Karakteristik dari target yang diamati dapat

mempengaruhi apa yang dipersepsikan karena target tidak

dipandang dalam keadaan terisolasi, namun objek yang

berdekatan akan cenderung dipersepsikan bersama-sama. Faktor

target mencakup hal-hal baru yakni gerakan, bunyi, ukuran, latar

belakang dan kedekatan.

3) Faktor Situasi

Faktor situasi ini mencakup waktu, keadaan/tempat kerja

dan keadaan sosial.

c. Bentuk-bentuk Persepsi

Pieter dan Lubis membagi persepsi dalam 3 bentuk, yaitu:

1) Persepsi Jarak

Persepsi jarak sebelumnya merupakan teka-teki bagi

teoritis persepsi karena cenderung dianggap sebagai apa yang

dihayati oleh indra perorangan yang berkaitan dengan bayangan

dua dimensi. Akhirnya ditemukan stimulus visual memiliki ciri-

ciri yang berhubungan dengan jarak pengamatan, atau lebih

dikenal dengan istilah isyarat jarak (distance cues). Sebagian

Page 5: 113063 a10082 _chapter ii__mariakartinydr

17

STIKES Suaka Insan

faktor ini hanya ada bila suatu penglihatan dipandang dengan

kedua mata (isyarat binokuler) dan sebagian lagi ada dalam

stimulus luas pada tiap mata (isyarat monokuler). Persepsi jarak

menjadi lebih sulit karena sangat tergantung pada sejumlah

besar faktor.

2) Persepsi Gerakan

Isyarat persepsi gerakan ada di lingkungan sekitar

manusia. Kita melihat sebuah benda bergerak, sebagian

menutupi dan sebagian lagi tidak menutupi latar belakangnya

yang tidak bergerak. Kita juga akan melihat benda-benda

bergerak ketika berubah jarak, dan kita melihat bagian baru

ketika bagian lain hilang dari pandangan. Jadi tidak peduli

apakah pandangan mata kita mengikuti benda yang bergerak

atau pada latar belakangnya. Suatu hal akan menjadi menarik

jika meninggalkan suatu isyarat yang ambigius sehingga dapat

memungkinkan terjadinya kekeliruan dalam mempersepsi.

3) Persepsi Kedalaman

Persepsi kedalaman dimungkinkan akan muncul melalui

penggunaan isyarat-isyarat fisik, seperti akomodasi, konvergensi

dan disparitas selaput jala dari mata dan juga disebabkan oleh

isyarat-isyarat yang dipelajari dari perspektif linier dan udara

interposisi atau meletakkannya di tengah-tengah, di mana

ukuran relatif dari objek dalam penjajaran, bayangan, ketinggian

tekstur atau susunan.

Page 6: 113063 a10082 _chapter ii__mariakartinydr

18

STIKES Suaka Insan

2. Konsep Manajemen Keperawatan

Manajemen keperawatan adalah suatu rangkaian kegiatan

pelayanan keperawatan yang dilaksanakan oleh perawat yang

menerapkan fungsi-fungsi perencanaan, pengorganisasian, pengarahan

dan pengendalian dalam mencapai pelayanan keperawatan yang

profesional dengan berprinsip efektif dan efisien. Manajemen

keperawatan juga merupakan pola kerja yang menerapkan tahapan

pendekatan yang sistematik dimana pekerjaan itu dimulai dengan

membuat perencanaan, melakukan pengorganisasian dan pengarahan

diikuti pengendalian dan diakhiri evaluasi termasuk tahapan umpan balik

(Kurniadi, 2013).

Simamora (2012) berpendapat bahwa manajemen keperawatan

mempunyai lingkup manajemen operasional yang merencanakan,

mengatur dan menggerakkan para perawat untuk memberikan pelayanan

keperawatan dengan sebaik-baiknya kepada pasien, diperlukan suatu

standar yang akan digunakan baik sebagai target maupun alat pengontrol

pelayanan tersebut. Manajemen keperawatan merupakan tugas khusus

yang harus dilaksanakan oleh pengelola keperawatan untuk

merencanakan, mengorganisasikan, mengarahkan serta mengawasi

sumber-sumber yang ada baik sumber daya maupun dana sehingga dapat

memberikan pelayanan keperawatan yang efektif kepada pasien, keluarga

dan masyarakat berdasarkan kerangka pikir keperawatan.

Depkes RI (2001) dalam Kurniadi (2013) mendefinisikan

manajemen keperawatan sebagai suatu proses perubahan atau

Page 7: 113063 a10082 _chapter ii__mariakartinydr

19

STIKES Suaka Insan

transformasi dari sumber daya yang dimiliki untuk mencapai tujuan

pelayanan keperawatan melalui pelaksanaan fungsi perencanaan,

pengorganisasian, pengaturan ketenagaan, pengarahan, evaluasi dan

pengendalian mutu pelayanan.

3. Konsep Supervisi

a. Pengertian Supervisi

Supervisi berasal dari bahasa latin yaitu super dan videre.

Super yang berarti di atas dan videre berarti melihat. Jadi supervisi

berarti melihat dari atas. Pengertian supervisi secara umum adalah

melakukan pengamatan secara langsung dan berkala oleh “atasan”

terhadap “bawahan” untuk kemudian bila ditemukan masalah, segera

diberikan bantuan yang bersifat langsung untuk mengatasinya.

Supervisi dalam konteks keperawatan diartikan sebagai suatu proses

kegiatan pemberian dukungan sumber-sumber yang dibutuhkan

perawat dalam rangka menyelesaikan tugas untuk mencapai tujuan

yang telah ditetapkan (Triwibowo, 2013).

Supervisi adalah proses pengamatan dari pelaksanaan seluruh

kegiatan organisasi untuk menjamin agar semua pekerjaan yang

sedang dilakukan berjalan sesuai dengan rencana yang telah

ditetapkan (Siagian dan Gillies dalam Kurniadi 2013). Supervisi

manajemen keperawatan merupakan salah satu jenis kegiatan

pengamatan secara seksama sebagai sarana mengetahui kesalahan

awal di semua lini untuk langsung diperbaiki atau dimodifikasi agar

Page 8: 113063 a10082 _chapter ii__mariakartinydr

20

STIKES Suaka Insan

berjalan sesuai dengan ketentuan/pedoman pekerjaan yang telah

disepakati bersama.

Suyanto (2009) menjelaskan bahwa supervisi mempunyai

pengertian lebih demokratis. Supervisi, dalam pelaksanaannya bukan

hanya mengawasi apakah seluruh staf keperawatan menjalankan

tugasnya dengan sebaik-baiknya sesuai dengan instruksi atau

ketentuan yang telah digariskan tetapi juga bagaimana memperbaiki

proses keperawatan yang sedang berlangsung. Jadi dalam kegiatan

supervisi seluruh staf keperawatan bukan sebagai objek tetapi juga

sebagai subjek.

Simamora (2012) mendefinisikan supervisi adalah suatu

aktivitas pengawasan yang biasa dilakukan untuk memastikan bahwa

suatu proses pekerjaan dilakukan sesuai dengan yang seharusnya.

Pihak yang melakukan aktivitas supervisi ini disebut supervisor.

b. Unsur-unsur dalam Supervisi

Triwibowo (2013) mengemukakan unsur-unsur dalam

supervisi adalah sebagai berikut :

1) Pelaksana

Pihak yang bertanggung jawab melaksanakan supervisi

adalah atasan (supervisor) yang memiliki kelebihan dalam

organisasi, karena fungsi supervisi memang lebih dimiliki oleh

atasan. Namun, untuk keberhasilan supervisi, yang lebih

diutamakan adalah kelebihan dalam pengetahuan dan

keterampilan.

Page 9: 113063 a10082 _chapter ii__mariakartinydr

21

STIKES Suaka Insan

2) Sasaran

Sasaran atau objek dari supervisi adalah pekerjaan yang

dilakukan oleh bawahan, serta bawahan yang melakukan

pekerjaan. Sasaran pekerjaan yang dilakukan bawahan disebut

supervisi langsung, sedangkan sasaran bawahan yang

melakukan pekerjaan disebut supervisi tidak langsung.

3) Frekuensi

Supervisi harus dilakukan dengan frekuensi yang berkala.

Supervisi yang dilakukan hanya sekali, bisa dikatakan bukan

supervisi yang baik, dikarenakan organisasi/lingkungan selalu

berkembang.

4) Tujuan

Tujuan dari supervisi adalah memberikan bantuan kepada

bawahan secara langsung sehingga dengan bantuan tersebut,

bawahan akan memiliki bekal yang cukup untuk dapat

melaksanakan tugas atau pekerjaan dengan hasil yang baik.

5) Teknik

Kegiatan teknik pokok supervisi, pada dasarnya mencakup

4 hal yaitu menetapkan masalah dan prioritasnya, menentukan

penyebab masalah, prioritas dan jalan keluarnya, melaksanakan

jalan keluar, menilai hasil yang dicapai untuk tindak lanjut.

c. Supervisor Keperawatan di Rumah Sakit

Supervisi keperawatan dilaksanakan oleh personil atau bagian

yang bertanggung jawab (Triwibowo, 2013), antara lain:

Page 10: 113063 a10082 _chapter ii__mariakartinydr

22

STIKES Suaka Insan

1) Kepala Ruangan

Kepala ruangan bertanggung jawab untuk melakukan

supervisi pelayanan keperawatan yang diberikan pada pasien di

ruang perawatan yang dipimpinnya. Kepala ruangan mengawasi

perawat pelaksana dalam memberikan asuhan keperawatan

secara langsung maupun tidak langsung disesuaikan dengan

metode penugasan yang diterapkan di ruang perawatan tersebut.

2) Pengawas Perawatan (Supervisor)

Ruang perawatan dan unit pelayanan yang berada di

bawah unit pelaksana fungsional (UPF) mempunyai pengawas

yang bertanggung jawab mengawasi jalannya pelayanan

keperawatan.

3) Kepala Bidang Keperawatan

Sebagai top manajer dalam keperawatan, kepala bidang

keperawatan bertanggung jawab untuk melakukan supervisi baik

secara langsung maupun tidak langsung melalui para pengawas

perawatan.

d. Peran dan Tugas Supervisor

Seorang supervisor harus mengetahui peran dengan baik.

Adapun peran supervisor menurut Kurniadi (2013) adalah sebagai

berikut:

1) Melakukan koordinasi tugas dengan unit terkait dengan atasan.

2) Membuat keputusan tentang kegiatan perencanaan dan

pengorganisasian serta evaluasi yang akan dipakai.

Page 11: 113063 a10082 _chapter ii__mariakartinydr

23

STIKES Suaka Insan

3) Memberikan pengarahan langsung dan tidak langsung dan

melakukan penilaian kinerja staf.

4) Mempelajari dokumen laporan, catatan perkembangan

organisasi dan penggunaan sumber daya.

5) Melakukan pemantauan kegiatan keperawatan dan

nonkeperawatan bawahan.

6) Melakukan evaluasi dan koreksi terhadap penyimpangan.

Adapun tugas seorang supervisor adalah mengusahakan

seoptimal mungkin kondisi kerja yang nyaman dan aman, efektif dan

efisien. Beberapa tugas supervisor menurut Suyanto (2009) adalah

sebagai berikut:

1) Mengorientasikan staf dan pelaksana keperawatan terutama

pegawai baru.

2) Melatih staf dan pelaksana keperawatan

3) Memberikan pengarahan dalam pelaksanaan tugas agar

menyadari, mengerti terhadap peran, fungsi sebagai staf dan

pelaksana asuhan keperawatan.

4) Memberikan pelayanan bimbingan kepada pelaksanaan

keperawatan dalam memberikan asuhan keperawatan.

e. Kompetensi Supervisor

Triwibowo (2013) mengemukakan bahwa seorang supervisor

keperawatan dalam menjalankan tugasnya sehari-hari harus memiliki

kemampuan dalam:

Page 12: 113063 a10082 _chapter ii__mariakartinydr

24

STIKES Suaka Insan

1) Memberikan pengarahan dan petunjuk yang jelas sehingga dapat

dimengerti oleh staf dan pelaksanan keperawatan.

2) Memberikan saran, nasehat, dan bantuan kepada staf dan

pelaksana keperawatan.

3) Memberikan motivasi untuk meningkatkan semangat kerja

kepada staf dalam pelaksanaan keperawatan.

4) Mampu memahami proses kelompok (dinamika kelompok).

5) Memberikan latihan dan bimbingan yang diperlukan oleh staf

dan pelaksana keperawatan.

f. Sasaran Supervisi

Sasaran yang harus dicapai dalam supervisi (Suyanto, 2009)

adalah sebagai berikut:

1) Pelaksanaan tugas keperawatan.

2) Penggunaan alat yang efektif dan ekonomis.

3) Sistem dan prosedur tidak menyimpang.

4) Pembagian tugas dan wewenang.

5) Penyimpangan/penyelewengan kedudukan, kekuasaan, dan

keuangan.

g. Tujuan Supervisi

Tujuan pelaksanaan supervisi secara umum adalah

memberikan bantuan teknis dan bimbingan kepada perawat dan staf

agar personil tersebut mampu meningkatkan kualitas kinerjanya

dalam melaksanakan tugas dan melaksanakan proses pelayanan

asuhan keperawatan. Sedangkan tujuan khususnya adalah

Page 13: 113063 a10082 _chapter ii__mariakartinydr

25

STIKES Suaka Insan

meningkatkan kinerja perawat dalam perannya sebagai pemberi

asuhan keperawatan sehingga berhasil membantu pasien untuk

mencapai derajat kesehatan yang optimal, meningkatkan efektifitas

sistem pelayanan sehingga berdaya guna, berhasil guna dan

keefektifan sarana dan efisiensi prasarana untuk dikelola dan

dimanfaatkan dengan baik, meningkatkan kualitas pengelolaan

pelayanaan situasi secara umum (Simamora, 2012).

Adapun tujuan pelaksanaan supervisi keperawatan menurut

Kurniadi (2013) yaitu:

1) Agar pelaksanaan tugas sesuai rencana.

2) Seseorang bisa ditempatkan sesuai kualifikasinya.

3) Efisiensi fasilitas.

4) Prosedur kerja yang diikuti tidak menyimpang.

5) Pekerjaan yang dilakukan sesuai dengan tugas, tanggung jawab

dan wewenangnya masing-masing.

h. Model-Model Supervisi

Ada 4 model supervisi (Suyanto, 2009), yaitu:

1) Model Konvensional

Supervisi dilakukan melalui inspeksi langsung untuk

menemukan masalah dan kesalahan dalam pemberian asuhan

keperawatan. Supervisi dilakukan untuk mengoreksi kesalahan

dan memata-matai staf dalam menjalankan tugas. Model ini

sering tidak adil karena hanya melihat sisi negatif dari

pelaksanaan pekerjaan yang dilakukan para perawat pelaksana

Page 14: 113063 a10082 _chapter ii__mariakartinydr

26

STIKES Suaka Insan

sehingga sulit terungkap sisi positif, hal-hal yang lain ataupun

keberhasilan yang telah dilakukan.

2) Model Ilmiah

Supervisi dilakukan dengan pendekatan yang sudah

direncanakan sehingga tidak hanya mencari kesalahan atau

masalah saja. Supervisi model ini memiliki karakteristik sebagai

berikut:

a) Dilakukan dengan cara berkesinambungan.

b) Dilakukan dengan prosedur, instrumen dan standar

supervisi yang baku.

c) Menggunakan data yang objektif sehingga dapat diberikan

umpan balik dan bimbingan.

3) Model Klinis

Supervisi model klinis ini bertujuan untuk membantu

perawat pelaksana dalam mengembangkan profesionalisme

sehingga penampilan dan kinerjanya dalam pemberian asuhan

keperawatan meningkat. Supervisi dilakukan secara sistematis

melalui pengamatan pelayanan keperawatan yang diberikan oleh

seorang perawat selanjutnya dibandingkan dengan standar

keperawatan.

4) Model Artistik

Supervisi ini dilakukan dengan pendekatan personal untuk

menciptakan rasa aman sehingga supervisor dapat diterima oleh

perawat pelaksana yang akan disupervisi.

Page 15: 113063 a10082 _chapter ii__mariakartinydr

27

STIKES Suaka Insan

i. Prinsip-prinsip Supervisi

Agar supervisi dapat dijalankan dengan baik maka seorang

supervisor harus mengetahui prinsip-prinsip supervisi dalam

keperawatan (Suyanto, 2009) yaitu:

1) Didasarkan atas hubungan profesional dan bukan hubungan

pribadi.

2) Kegiatan direncanakan secara matang.

3) Bersifat edukatif, suporting dan informal.

4) Memberikan perasaan aman pada staf dan pelaksana

keperawatan.

5) Membentuk hubungan kerja sama yang demokratis antara

supervisor dan staf.

6) Harus objektif dan sanggup mengadakan “self evaluation”.

7) Harus progresif, inovatif, fleksibel dan dapat mengembangkan

kelebihan masing-masing perawat yang disupervisi.

8) Konstruktif dan kreatif dalam mengembangkan diri disesuaikan

dengan kebutuhan.

9) Dapat meningkatkan kinerja bawahan dalam upaya

meningkatkan kualitas asuhan keperawatan.

6) Melakukan penilaian terhadap penampilan kinerja perawat.

7) Mengadakan pengawasan agar asuhan keperawatan yang

diberikan lebih baik.

Page 16: 113063 a10082 _chapter ii__mariakartinydr

28

STIKES Suaka Insan

j. Syarat-syarat Supervisi

Sebelum melaksanakan kegiatan supervisi maka ada beberapa

persyaratan yang harus dipenuhi sehingga hasilnya sesuai dengan

yang diharapkan. Syarat-syarat dalam supervisi menurut Kurniadi

(2013) adalah:

1) Mencerminkan sifat dan kebutuhan organisasi berdasarkan fakta

yang terjadi (fact fanding), bukan persepsi atau kesimpulan

supervisor.

2) Segera disampaikan laporan penyimpangan (prevention) agar

segera diberikan jalan keluar dan penyelesaian terbaik.

3) Orientasi sekarang dan yang akan datang, artinya kesalahan itu

bisa diperbaiki sekarang dan juga bisa dilaksanakan untuk yang

akan datang.

4) Objektif, artinya berdasarkan besar atau kecilnya yang ada,

bukan penilaian pribadi seorang supervisor yang kadang bisa

bersifat subjektif.

5) Fleksibel, artinya semua kesalahan bisa merubah perencanaan

awal karena dipengaruhi oleh situasi/kondisi, waktu dan

anggaran.

6) Ekonomis, artinya semua kegiatan supervisi ke arah efisiensi

organisasi tapi tidak mengurangi pencapaian tujuan yang

optimal.

7) Mudah dipahami, artinya mudah untuk diikuti oleh bawahan

termasuk kegiatan membimbing.

Page 17: 113063 a10082 _chapter ii__mariakartinydr

29

STIKES Suaka Insan

8) Mengarah ke tindakan perbaikan, artinya bukan untuk mencari

siapa yang membuat kesalahan tapi bagaimana cara mencari

solusi terbaik akan kesalahannya agar bekerja secara efisien di

masa mendatang.

k. Teknik-teknik Supervisi

Teknik-teknik atau cara-cara yang ditempuh untuk

memperoleh pembuktian dalam membandingkan keadaan yang ada

dengan yang seharusnya dalam kegiatan supervisi (Kurniadi, 2013)

antara lain:

1) Menelaah dan menganalisa laporan baik secara berkala maupun

temporer. Secara berkala karena sudah ada jadwal yang tetap,

sedangkan secara temporer bila ada kejadian luar biasa.

2) Membicarakan laporan perkembangan dalam rapat staf terhadap

hal-hal yang belum dapat diselesaikan di lapangan.

3) Menelaah hasil kegiatan pemantauan. Apakah masih kurang

efektif sehingga masih ada kesalahan/kekurangan dari kinerja

perawat yang ada di semua level.

4) Inspeksi mendadak dilakukan bila dirasakan urgen dan perlu.

5) Observasi bisa dilakukan secara langsung turun ke lapangan

maupun tidak secara langsung lewat orang lain.

6) Tanya jawab, dilakukan apabila apa yang dilakukan bawahan

tidak dipahami, agar maksud baik bawahan bisa dimengerti.

7) Melakukan konfirmasi bila ada beberapa informasi yang kurang

jelas sehingga memerlukan pemahaman dari sumber yang asli.

Page 18: 113063 a10082 _chapter ii__mariakartinydr

30

STIKES Suaka Insan

8) Pengujian dan tes dilakukan bila digunakan untuk promosi atau

penempatan jabatan tertentu. Gunanya lebih meyakinkan pejabat

di atas bahwa promosi seseorang sesuai dengan kompetensinya.

9) Melakukan verifikasi/menilai ketelitian dari semua kegiatan

supervisi yang telah dilakukan.

10) Penelitian bukti tertulis, artinya semua kegiatan supervisi harus

didokumentasikan dan ditelaah kelebihan dan kekurangannya

untuk dipakai sebagai bahan supervisi berikutnya.

a. Uraian Tugas Kepala Ruangan (Head Nurse) Rumah Sakit Suaka

Insan Banjarmasin yang Berkaitan dengan Fungsi Pengawasan

Sebagai manajer tingkat pemula, kepala ruangan menjalankan

tugas pokok yaitu melaksanakan perencanaan, pengorganisasian,

pengendalian, pengawasan dan pelaporan di bagian unit pelayanan

keperawatan yang menjadi tanggung jawabnya. Pengawasan yang

dilakukan oleh kepala ruangan meliputi:

1) Mengawasi dan menilai pelaksanaan asuhan keperawatan yang

telah ditentukan.

2) Melaksanakan penilaian terhadap upaya peningkatan

pengetahuan dan keterampilan di bidang perawatan.

3) Mengawasi peserta didik dari institusi pendidikan yang praktik

lapangan untuk memperoleh pengalaman belajar sesuai tujuan

program pendidikan yang telah ditentukan oleh institusi

pendidikan.

Page 19: 113063 a10082 _chapter ii__mariakartinydr

31

STIKES Suaka Insan

4) Melaksanakan penilaian dan menuliskannya dalam daftar

penilaian pelaksanaan pekerjaan pegawai, bagi pelaksana

perawatan dan tenaga lain di ruang rawat yang berada di bawah

tanggung jawabnya untuk berbagai kepentingan (kenaikan

pangkat/golongan).

5) Mengawasi dan mengendalikan pendayagunaan peralatan

perawatan secara efektif dan efisien.

b. Kegiatan Supervisi

Kegiatan supervisi adalah kegiatan yang mengkoodinasikan

pekerjaan yang dilakukan orang lain. Supervisor yang efektif

menekankan kegiatan supervisi. Kegiatan dalam supervisi adalah

sebagai berikut (Wiyana, 2008 cit Nainggolan, 2010) :

1) Persiapan

Kegiatan Kepala Ruangan (supervisor) meliputi:

a) Menyusun jadwal supervisi.

b) Menyiapkan materi supervisi (format supervisi, pedoman

pendokumentasian).

c) Mensosialisasikan rencana supervisi kepada perawat

pelaksana.

2) Pelaksanaan supervisi

Kegiatan kepala ruangan (supervisor) pada tahap pelaksanaan

supervisi meliputi :

a) Mengucapkan salam pada perawat yang disupervisi.

Page 20: 113063 a10082 _chapter ii__mariakartinydr

32

STIKES Suaka Insan

b) Membuat kontrak waktu supervisi pendokumentasian

dilaksanakan.

c) Bersama perawat mengidentifikasi kelengkapan

pendokumentasian untuk masing-masing tahap.

d) Mendiskusikan pencapaian yang telah diperoleh perawat

dalam pedokumentasian asuhan keperawatan.

e) Memberikan bimbingan / arahan pendokumentasian asuhan

keperawatan.

f) Mencatat hasil supervisi.

3) Evaluasi

Kegiatan kepala ruangan (supervisor) pada tahap evaluasi

meliputi:

a) Menilai respon perawat terhadap pendokumentasian yang

baru saja diarahkan.

b) Memberikan reinforcement pada perawat.

c) Menyampaikan rencana tindak lanjut supervisi.

4. Konsep Kepala Ruangan

a. Pengertian Kepala Ruangan

Kepala ruangan adalah manajer tingkat pemula yang fokus

utama kegiatannya berada di unit kerja. Kepala ruangan, dalam

melakukan kegiatannya dibantu oleh orang-orang yang bekerja di

tingkat manajer pemula antara lain wakil kepala ruangan dan ketua

tim serta perawat pelaksana. Depkes (2000) dalam Kurniadi (2013)

Page 21: 113063 a10082 _chapter ii__mariakartinydr

33

STIKES Suaka Insan

mendefinisikan kepala ruangan adalah seorang tenaga keperawatan

yang diberi tanggung jawab dan wewenang dalam mengatur dan

mengendalikan kegiatan pelayanan keperawatan di ruang rawat.

Sedangkan Kurniadi (2013) mendefinisikan kepala ruangann atau

seorang perawat manajer pemula adalah seorang perawat yang

bertugas sebagai kepala di unit pelayanan perawatan terdepan yang

langsung berhadapan dengan pasien, dimana dalam melaksanakan

tugasnya menggunakan gaya kepemimpinan dalam menerapkan

fungsi-fungsi manajemen keperawatan agar menghasilkan mutu

pelayanan keperawatan yang tinggi.

b. Tugas dan Tanggung Jawab Kepala Ruangan

Burgess dalam Kurniadi (2013) menjabarkan tanggung jawab

kepala ruangan sebagai berikut:

1) Ketenagaan, yaitu mengidentifikasi dan mengusulkan jumlah

kebutuhan tenaga keperawatan dan nonkeperawatan di unitnya

kepada atasan dan memberdayakan tenaga yang sudah ada.

2) Manajemen operasional, yaitu melaksanakan tugas dan

tanggung jawab sebagai manajer pemula dalam berhubungan

dengan atasan dan bawahan guna mendukung tugas pokoknya.

3) Manajemen kualitas pelayanan, yaitu melaksanakan asuhan

keperawatan profesional berdasarkan kaidah ilmiah dan etika

profesi agar bisa dirasakan langsung oleh pasien, keluarga dan

masyarakat serta manjamin mutu pelayanan keperawatan yang

memuaskan semua pihak.

Page 22: 113063 a10082 _chapter ii__mariakartinydr

34

STIKES Suaka Insan

4) Manajemen finansial, yaitu melaksanakan tugas perhitungan

keuaangan dan logistik keperawatan (pengadaan dan

pemanfaatan alat kesehatan dan material kesehatan).

Depkes RI (2000) dalam Kurniadi (2013) menyatakan bahwa

seorang kepala ruangan memiliki tanggung jawab sebagai berikut:

1) Merencanakan kebutuhan tenaga perawat.

2) Mengembangkan pelayanan keperawatan.

3) Melaksanakan penilaian kinerja perawat.

4) Memberikan orientasi kepada perawat baru.

5) Melaksanakan SAK (Standar Asuhan Keperawatan) dan SOP

(Standard Operational Procedur) yang ditetapkan pimpinan

bidang keperawatan.

6) Melaksanakan pembimbingan mahasiswa keperawatan.

7) Memberikan laporan berkala tentang pelayanan keperawatan.

Adapun tugas kepala ruangan dalam menerapkan fungsi-fungsi

manajemen keperawatan (Kurniadi, 2013) yaitu:

1) Fungsi perencanaan yaitu tentang rencana kerja, menyusun

falsafah dan tujuan ruang rawatnya dan merencanakan tenaga

keperawatan.

2) Fungsi penggerakkan yaitu koordinasi tugas dengan perawat

atau petugas kesehatan lain, membuat jadwal dinas, melakukan

orientasi tenaga baru atau mahasiswa atau pasien beserta

keluarganya, membimbing pelaksanaan asuhan keperawatan,

memberi kesempatan perawat mengikuti pendidikan atau

Page 23: 113063 a10082 _chapter ii__mariakartinydr

35

STIKES Suaka Insan

latihan, memelihara dan menggunakan alat kesehatan yang

optimal, melakukan rapat rutin, membuat pencatatan dan

pelaporan yang telah ditetapkan, mengikuti visite dokter dan

memberikan pendidikan kesehatan.

3) Fungsi pengawasan/pengendalian dan penilaian meliputi

mengendalikan dan menilai asuhan keperawatan, mengawasi

dan menilai mahasiswa praktik keperawatan, melakukan

penilaian kinerja perawat, mengawasi dan mengendalikan

pendayagunaan alat kesehatan dan tenaga keperawatan,

mengawasi dan menilai mutu asuhan keperawatan

5. Konsep Perawat

a. Pengertian perawat

Keperawatan adalah suatu bentuk pelayanan profesional yang

merupakan suatu bagian integral dari pelayanan kesehatan,

didasarkan pada ilmu dan kiat keperawatan, berbentuk pelayanan

bio-psiko-sosial-spiritual yang komprehensif ditujukan pada

individu, keluarga dan masyarakat baik sakit maupun sehat yang

mencakup seluruh proses kehidupan manusia (Kusnanto, 2003).

Pengertian perawat menurut The New Lexion Webster’s Dictionary

adalah seseorang biasanya perempuan yang mendapatkan pelatihan

untuk merawat orang sakit (Potter dan Perry, 2009).

Di sepanjang sejarahnya yang istimewah, keperawatan dapat

dikatakan berakar dari “rumah” dan didominasi oleh kaum

Page 24: 113063 a10082 _chapter ii__mariakartinydr

36

STIKES Suaka Insan

perempuan. Namun seiringperkembangan zaman yang pesat yang

berpengaruh juga pada dunia keperawatandan sistem layanan

kesehatan, kini perawat memiliki lebih banyak kesempatan untuk

mempengaruhi kesejahteraan manusia. Perawat dapat menerapkan

pengetahuan, kepemimpinan, semangat dan keahlian yang vital bagi

perluasan perannya yang mampu meningkatkan partisipasi, tanggung

jawab dan penghargaan (Kozier, dkk, 2010).

Perawat adalah profesi yang sifat pekerjaannya selalu berada

dalam situasi yang menyangkut hubungan antar manusia, terjadi

proses interaksi yang saling mempengaruhi dan dapat memberikan

dampak terhadap tiap-tiap individu yang bersangkutan. Keperawatan

sebagai suatu pelayanan profesional yang bertujuan untuk membantu

tercapainya kesejahteraan manusia (Suhaemi, 2004).

b. Peran perawat

Peran perawat merupakan tingkah laku yang diharapkan orang

lain terhadap seseorang sesuai kedudukan dalam sistem di mana

dapat dipengaruhi oleh keadaan sosial baik dari profesi keperawatan

maupun dari luar profesi keperawatan yang bersifat konstan. Adapun

peran perawat adalah sebagai pemberi asuhan keperawatan, advokat

pasien, pendidik, koordinator, kolaborator, konsultan dan pembaharu

(Hidayat, 2009).

1) Peran sebagai pemberi asuhan keperawatan

Peran sebagai pemberi asuhan keperawatan ini dapat

dilakukan perawat dengan memperhatikan keadaan kebutuhan

Page 25: 113063 a10082 _chapter ii__mariakartinydr

37

STIKES Suaka Insan

dasar manusia yang dibutuhkan melalui pemberian pelayanan

keperawatan dengan menggunakan proses keperawatan sehingga

dapat ditentukan diagnosis keperawatan agar bisa direncanakan

dan dilaksanakan tindakan yang tepat sesuai dengan tingkat

kebutuhan dasar manusia, kemudian dapat dievaluasi tingkat

perkembangannya. Pemberian asuhan keperawatan ini diberikan

mulai dari yang sederhana sampai dengan yang kompleks.

2) Peran sebagai advokat pasien

Peran ini dilakukan perawat dalam membantu pasien dan

keluarga dalam menginterpretasikan berbagai informasi dari

pemberi pelayanan atau informasi lain khususnya dalam

pengambilan persetujuan atas tindakan keperawatan yang

diberikan kepada pasien, juga dapat berperan mempertahankan

dan melindungi hak-hak pasien yang meliputi hak atas

pelayanan sebaik-baiknya, hak atas informasi tentang

penyakitnya, hak atas privasi, hak untuk menentukan nasibnya

sendiri dan hak untuk menerima ganti rugi akibat kelalaian.

3) Peran edukator

Peran ini dilakukan dengan membantu pasien dalam

meningkatkan tingkat pengetahuan kesehatan, gejala penyakit

bahkan tindakan yang diberikan sehingga terjadi perubahan

perilaku dari pasien setelah dilakukan pendidikan kesehatan.

Page 26: 113063 a10082 _chapter ii__mariakartinydr

38

STIKES Suaka Insan

4) Peran koordinator

Peran ini dilaksanakan dengan mengarahkan,

merencanakan serta mengorganisasi pelayanan kesehatan

sehingga pemberian pelayanan kesehatan dapat terarah serta

sesuai dengan kebutuhan pasien.

5) Peran kolaborator

Peran perawat di sini dilakukan karena perawat bekerja

melalui tim kesehatan yang terdiri dari dokter, fisioterapi, ahli

gizi dan lain-lain dengan berupaya mengidentifikasi pelayanan

keperawatan yang diperlukan termasuk diskusi atau tukar

pendapat dalam penentuan bentuk pelayanan selanjutnya.

6) Peran konsultan

Peran di sini adalah sebagai tempat konsultasi terhadap

masalah atau tindakan keperawatan yang tepat untuk diberikan.

Peran ini dilakukan atas permintaan pasien terhadap informasi

tentang tujuan pelayanan keperawatan yang diberikan.

7) Peran pembaharu

Peran sebagai pembaharu dapat dilakukan dengan

mengadakan perencanaan, kerja sama, perubahan yang

sistematis dan terarah sesuai dengan metode pemberian

pelayanan keperawatan.

c. Fungsi Perawat

Fungsi perawat merupakan suatu pekerjaan yang dilakukan

sesuai dengan perannya. Fungsi tersebut dapat berubah sesuai

Page 27: 113063 a10082 _chapter ii__mariakartinydr

39

STIKES Suaka Insan

keadaan yang ada. Perawat, dalam menjalankan perannya akan

melaksanakan beberapa fungsi (Hidayat, 2009) diantaranya:

1) Fungsi Independen

Fungsi independen merupakan fungsi mandiri dan tidak

tergantung pada orang lain, di mana perawat dalam

melaksanakan tugasnya dilakukan secara sendiri dengan

keputusan sendiri dalam melakukan tindakan dalam rangka

memenuhi kebutuhan dasar manusia seperti pemenuhan

kebutuhan fisiologis (pemenuhan kebutuhan oksigenasi, cairan

dan elektrolit, kebutuhan nutrisi, kebutuhan aktivitas dan lain-

lain), pemenuhan kebutuhan keamanan dan kenyamanan,

pemenuhan kebutuhan cinta mencintai, pemenuhan kebutuhan

harga diri dan aktualisasi diri.

2) Fungsi Dependen

Fungsi dependen merupakan fungsi perawat dalam

melaksanakan kegiatannya atas pesan atau instruksi dari perawat

lain, sehingga sebagai tugas pelimpahan yang diberikan. Hal ini

biasanya dilakukan oleh perawat spesialis kepada perawat

umum, atau dari perawat primer kepada perawat pelaksana.

3) Fungsi Interdependen

Fungsi ini dilakukan dalam kelompok tim yang bersifat

saling ketergantungan diantara satu tim dengan tim lainnya.

Fungsi ini dapat terjadi apabila bentuk pelayanan membutuhkan

kerja sama tim dalam pemberian pelayanan seperti dalam

Page 28: 113063 a10082 _chapter ii__mariakartinydr

40

STIKES Suaka Insan

memberikan asuhan keperawatan pada pasien yang mempunyai

penyakit kompleks. Keadaan ini tidak dapat diatasi dengan tim

perawat saja melainkan juga dari tim dokter ataupun lainnya,

seperti dokter dalam memberikan tindakan pengobatan bekerja

sama dengan perawat dalam pemantauan reaksi obat yang telah

diberikan.

6. Konsep Kinerja

a. Pengertian Kinerja

Kinerja adalah penampilan kerja yang dicapai oleh seseorang

atau kelompok orang dalam melaksanakan tugasnya untuk mencapai

tujuan organisasi yang telah ditetapkan (Hafizurrachman, 2009).

Simamora (2012) mendefinisikan kinerja (prestasi kerja)

sebagai hasil kerja secara kualitas dan kuantitas yang dicapai oleh

seorang pegawai dalam melaksanakan tugasnya sesuai dengan

tanggung jawab yang diberikan kepadanya. Sedangkan Irawan

(2003) dalam Nursalam (2013) berpendapat bahwa kinerja adalah

keluaran yang dihasilkan oleh fungsi atau indikator suatu pekerjaan

atau suatu profesi dalam waktu tertentu. Kinerja dalam organisasi

diartikan sebagai keberhasilan menyelesaikan tugas atau memenuhi

target yang ditetapkan. Kinerja adalah prestasi atau hasil kerja

(output) baik kualitas maupun kuantitas yang dicapai selama periode

waktu tertentu dalam menjalankan tugas kerjanya sesuai dengan

tanggung jawab yang diberikan kepadanya.

Page 29: 113063 a10082 _chapter ii__mariakartinydr

41

STIKES Suaka Insan

b. Komponen Kinerja

Nursalam (2013) mengemukakan 2 komponen penting dari

kinerja, yaitu:

1) Kompetensi yaitu individu atau organisasi memiliki kemampuan

untuk mengidentifikasi tingkat kinerjanya.

2) Produktifitas yaitu kompetensi tersebut dapat diterjemahkan

dalam tindakan atau kegiatan yang tepat untuk mencapai hasil

kerja (outcome).

Kurniadi (2013) mengatakan bahwa ada 3 komponen dari

kinerja yaitu:

1) Tujuan dari setiap unit organisasi merupakan strategi untuk

meningkatkan kinerja. Tujuan ini akan memberikan arah dan

mempengaruhi bagaimana seharusnya perilaku kerja yang

diharapkan organisasi terhadap setiap personil.

2) Ukuran yang dibutuhkan untuk mengukur apakah seorang

personil telah mencapai kinerja yang diharapkan secara kuantitatif

dan kualitatif.

3) Penilaian kinerja secara reguler yang dikaitkan dengan proses

pencapaian tujuan kinerja personil. Tindakan ini akan membawa

personil untuk senantiasa berorientasi terhadap tujuan dan

berperilaku kerja sesuai dan searah dengan tujuan yang hendak

dicapai.

Page 30: 113063 a10082 _chapter ii__mariakartinydr

42

STIKES Suaka Insan

c. Faktor yang Mempengaruhi Kinerja

Simamora (2012) mengemukakan faktor yang mempengaruhi

kinerja adalah faktor kemampuan (ability) dan faktor motivasi.

Rumusan ini menyatakan bahwa : Human Performance = Ability +

Performance; Motivation = Attitude + Situation; Ability =

Knowledge + Skill.

Ada 3 faktor yang berpengaruh terhadap kinerja (Kurniadi,

2013) yaitu:

1) Faktor individu : kemampuan dan keterampilan (mental dan

fisik), latar belakang (keluarga, tingkat sosial, pengalaman),

demografis (umur, etnis). Wijayanti (2009) cit Putra (2013)

menyebutkan bahwa lama kerja juga mempengaruhi kinerja.

Orang yang telah lama bekerja dalam suatu pekerjaan akan lebih

produktif dibandi ngkan mereka yang belum lama bekerja.

2) Faktor psikologis:persepsi, sikap, kepribadian, belajar, motivasi.

3) Faktor organisasi: sumber daya, kepemimpinan, imbalan,

supervisi, struktur, desain pekerjaan.

d. Kriteria Penilaian Kinerja

John dan Russel dalam Nursalam (2013) mengemukakan 6

kriteria primer dapat digunakan untuk mengukur kinerja pekerja,

sebagai berikut:

1) Quality merupakan tingkat sejauh mana proses atau hasil

pelaksanaan kegiatan yang mendekati kesempurnaan atau

mendekati tujuan yang diharapkan.

Page 31: 113063 a10082 _chapter ii__mariakartinydr

43

STIKES Suaka Insan

2) Quantity merupakan jumlah yang dihasilkan, misalnya jumlah

rupiah, jumlah unit atau jumlah siklus kegiatan yang

diselesaikan.

3) Timeliness merupakan lamanya kegiatan diselesaikan pada

waktu yang dikehendaki dengan memperhatikan jumlah output

lain serta waktu yang tersedia untuk pekerjaan yang lain.

4) Cost effectiveness merupakan besarnya penggunaan sumber

daya organisasi guna mencapai hasil yang maksimal atau

pengurangan kerugian dari setiap unit penggunaan sumber

daya.

5) Need for supervision merupakan kemampuan seorang pekerja

untuk melaksanakan suatu fungsi pekerjaan tanpa memerlukan

pengawasan seorang supervisor untuk mencegah tindakan yang

kurang diinginkan.

6) Interpersonal impact merupakan kemampuan seorang pegawai

untuk memelihara harga diri, nama baik dan kemampuan

bekerjasama diantara rekan kerja dan bawahan.

e. Prinsip-prinsip Penilaian Kinerja

Gillies dalam Nursalam (2013) mengemukakan prinsip-prinsip

dalam mengevaluasi kinerja:

1) Evaluasi pekerja sebaiknya didasarkan pada standar pelaksanaan

kerja dan orientasi tingkah laku untuk posisi yang ditempati.

Deskripsi dan standar pelaksanaan kerja diberikan ke pegawai

selama masa orientasi sebagai tujuan yang harus diusahakan.

Page 32: 113063 a10082 _chapter ii__mariakartinydr

44

STIKES Suaka Insan

Pelaksanaan kerja sebaiknya dievaluasi berkenaan dengan

sasaran-sasaran yang sama.

2) Sampel tingkah laku perawat yang cukup representatif

sebaiknya diamati dalam rangka evaluasi pelaksanaan kerja.

Perhatian harus diberikan untuk mengevaluasi tingkah laku

umum atau tingkah laku konsistennya untuk menghindari hal-

hal yang tidak diinginkan.

3) Perawat sebaiknya diberi salinan deskripsi kerja, standar

pelaksanaan kerja dan bentuk evaluasi untuk peninjauan ulang

sebelum evaluasi. Dengan demikian baik perawat maupun

supervisor dapat mendiskusikan evaluasi dari kerangka kerja

yang sama.

4) Penilaian pelaksanaan kerja pegawai sebaiknya menunjukan hal-

hal yang sudah memuaskan dan menunjukan hal yang perlu

diperbaiki oleh pegawai. Supervisor sebaiknya sebaiknya

merujuk pada contoh-contoh khusus mengenai tingkah laku

yang memuaskan maupun yang tidak memuaskan supaya dapat

menjelaskan dasar-dasar komentar yang bersifat evaluatif.

5) Jika diperlukan, manajer sebaiknya menjelaskan area mana

yang akan diprioritaskan seiring dengan usaha perawat untuk

meningkatkan pelaksanaan kerja.

6) Pertemuan evaluasi sebaiknya dilakukan pada waktu yang cocok

bagi perawat dan manajer sehingga diskusi evaluasi terjadi

dalam waktu yang cukup bagi keduanya.

Page 33: 113063 a10082 _chapter ii__mariakartinydr

45

STIKES Suaka Insan

7) Laporan evaluasi maupun pertemuan sebaiknya disusun secara

terencana, sehingga perawat tidak menyadari bahwa

pelaksanaan kerjanya sedang dianalisis. Seorang pegawai dapat

bertahan dari kecaman seorang manajer yang menunjukkan

empati atas perasaannya serta menawarkan bantuan untuk

meningkatkan pelaksanaan kerjanya.

f. Manfaat yang dapat dicapai dalam penilaian kinerja

Manfaat penilaian kinerja perawat dijabarkan menjadi 6

(Nursalam, 2013) yaitu:

1) Meningkatkan prestasi kerja staf baik secara individu maupun

kelompok dengan memberikan kesempatan kepada mereka

untuk memenuhi kebutuhan aktualisasi diri dalam kerangka

pencapaian tujuan pelayanan rumah sakit.

2) Peningkatan yang terjadi pada staf secara perorangan yang pada

gilirannya akan mempengaruhi atau mendorong SDM secara

keseluruhan.

3) Merangsang minat dalam pengembangan pribadi dengan tujuan

meningkatkan hasil karya dan prestasi, yaitu melalui pemberian

umpan balik terhadap prestasi mereka.

4) Membantu rumah sakit untuk menyusun program

pengembangan pelatihan staf yang lebih tepat guna. Rumah

sakit akan mempunyai tenaga yang terampil untuk

pengembangan pelayanan keperawatan di masa depan.

Page 34: 113063 a10082 _chapter ii__mariakartinydr

46

STIKES Suaka Insan

5) Menyediakan alat dan sarana untuk membandingkan prestasi

kerja melalui peningkatan gaji atau sistem imbalan yang baik.

6) Memberikan kesempatan kepada pegawai atau staf untuk

menyampaikan perasaan tentang pekerjaannya atau hal lain yang

ada kaitannya melalui jalur komunikasi dan dialog, sehingga

dapat mempererat hubungan antara atasan dan bawahan.

g. Alat Ukur Penilaian Kinerja

Alat ukur yang digunakan untuk mengevaluasi kinerja perawat

harus dirancang untuk mengurangi bias dan meningkatkan

objektivitas (kemampuan untuk mengalihkan diri secara emosional

dari suatu keadaan untuk mempertimbangkan fakta, tanpa adanya

penyimpangan oleh perasaan pribadi (Nursalam, 2013). Alat ukur

yang dapat digunakan adalah sebagai berikut:

1) Laporan tanggapan bebas yaitu pemimpin atau atasan diminta

memberikan komentar tentang kualitas pelaksanaan kerja

bawahan dalam jangka waktu tertentu. Karena tidak adanya

petunjuk yang harus dievaluasi, sehingga penilaian cenderung

menjadi tidak sah. Alat ini kurang obyektif karena mengabaikan

satu atau lebih aspek penting, dimana penilai hanya berfokus

pada salah satu aspek.

2) Chek-list pelaksanaan kerja terdiri dari daftar kriteria

pelaksanaan kerja untuk tugas yang penting dalam deskripsi

kerja karyawan, dengan lampiran formulir dimana penilai dapat

Page 35: 113063 a10082 _chapter ii__mariakartinydr

47

STIKES Suaka Insan

menyatakan apakah bawahan dapat memperlihatkan tingkah

laku yang dinginkan atau tidak.

h. Indikator Penilaian Kinerja Perawat

Karakteristik suatu indikator (Nursalam, 2013) adalah:

1) Sahih (valid), artinya indikator dapat dipakai untuk mengukur

aspek yang akan dinilai.

2) Dapat dipercaya (reliable), artinya mampu menunjukan hasil

yang sama pada saat yang berulang kali, untuk waktu sekarang

maupun yang akan datang.

3) Peka (sensitive), artinya cukup peka untuk mengukur sehingga

jumlahnya tidak perlu banyak.

4) Spesifik (specific), artinya memberikan gambaran perubahan

yang jelas dan tidak tumpang tindih.

5) Relevan, artinya sesuai dengan aspek kegiatan yang akan diukur

dan kritikal.

Indikator yang dapat digunakan dalam menilai kinerja

(Hafizurachman, 2009), adalah sebagai berikut:

1) Produktivitas

2) Kualitas Kerja

3) Inisiatif

4) Kerja Tim

5) Pemecahan Masalah

6) Tanggapan Adanya Stres dan Konflik di Tempat Kerja

7) Motivasi Kerja

Page 36: 113063 a10082 _chapter ii__mariakartinydr

48

STIKES Suaka Insan

i. Penilaian Kinerja Perawat dalam Pendokumentasian Asuhan

Keperawatan.

Setiap organisasi mempunyai metode tersendiri atau format

standar untuk dokumentasi keperawatan dalam catatan klinis. Semua

catatan keperawatan adalah dokumentasi keperawatan tanpa

memperhatikan tipe atau lokasi dalam catatan. Apapun jenis sistem

pendokumentasian harus mengkomunikasikan status pasien,

pemberian perawatan spesifik dan respon pasien terhadap perawatan

(Marrelli, 2008).

Evaluasi dokumentasi penerapan standar asuhan keperawatan

yang digunakan di Rumah Sakit Suaka Insan Banjarmasin adalah:

1) Pengkajian Keperawatan

Aspek yang yang perlu diperhatikan dalam

pendokumentasian asuhan keperawatan pada tahap pengkajian

adalah:

a) Data dikaji dan diisi pada semua kolom dalam lembar

pengkajian dengan lengkap.

b) Data dikaji sejak pasien masuk sampai pasien pulang.

c) Masalah dirumuskan berdasarkan kesenjangan antara status

kesehatan dengan norma dan pola fungsi kehidupan.

2) Diagnosa Keperawatan

Aspek yang yang perlu diperhatikan dalam

pendokumentasian asuhan keperawatan pada tahap perumusan

diagnosa keperawatan adalah:

Page 37: 113063 a10082 _chapter ii__mariakartinydr

49

STIKES Suaka Insan

a) Diagnosa keperawatan yang diambil berdasarkan masalah

pasien.

b) Diagnosa keperawatan yang diambil berupa diagnosa

aktual dan potensial.

3) Perencanaan Keperawatan

Aspek yang yang perlu diperhatikan dalam

pendokumentasian asuhan keperawatan pada tahap perencanaan

adalah:

a) Perawat mencheck-list daftar perencanaan keperawatan

sesuai dengan masalah yang dialami pasien .

b) Rumusan tujuan mengandung komponen pasien/subjek,

perubahan, perilaku, kondisi pasien dan kriteria waktu.

c) Rencana tindakan yang dicheck-list mengacu pada

tujuan/kriteria hasil.

d) Rencana tindakan yang dicheck-list menggambarkan

keterlibatan pasien/keluarga.

e) Rencana tindakan yang dicheck-list menggambarkan kerja

sama dengan tim kesehatan lain.

4) Tindakan Keperawatan

Aspek yang yang perlu diperhatikan dalam

pendokumentasian asuhan keperawatan pada tahap tindakan

keperawatan adalah:

a) Tindakan dilaksanakan mengacu pada rencana perawatan.

Page 38: 113063 a10082 _chapter ii__mariakartinydr

50

STIKES Suaka Insan

b) Perawat mengobservasi respon pasien terhadap tindakan

keperawatan.

c) Revisi tindakan berdasarkan hasil evaluasi.

d) Semua tindakan yang telah dilaksanakan dicatat ringkas dan

jelas.

5) Evaluasi

Aspek yang yang perlu diperhatikan dalam

pendokumentasian asuhan keperawatan pada tahap evaluasi

adalah:

a) Evaluasi mengacu pada tujuan.

b) Hasil evaluasi dicatat di lembar evaluasi yang telah

disediakan.

6) Catatan Perkembangan

Aspek yang yang perlu diperhatikan dalam

pendokumentasian asuhan keperawatan pada catatan

perkembangan adalah:

1) Mendokumentasikan perkembangan pasien pada tiap

pergantian shift.

2) Catatan dengan menggunakan format dan istilah-istilah

yang baku.

Page 39: 113063 a10082 _chapter ii__mariakartinydr

51

STIKES Suaka Insan

7. Konsep Dokumentasi Asuhan Keperawatan

a. Pengertian

Dokumentasi adalah segala sesuatu yang tertulis atau tercetak

yang diandalkan sebagai rekaman atau bukti bagi pihak berwenang.

Dokumentasi rekam medis pasien merupakan aspek yang penting

dalam praktik keperawatan. Dokumentasi keperawatan harus akurat,

komprehensif, dan fleksibel untuk memperoleh data penting,

mempertahankan kesinambungan pelayanan, melacak hasil pasien

dan menggambarkan standar praktik (Potter dan Perry, 2010).

Dokumentasi dalam pelayanan keperawatan adalah bagian dari

kegiatan yang dikerjakan oleh perawat setelah memberi asuhan

keperawatan kepada pasien. Dokumentasi keperawatan mempunyai

porsi yang besar dari catatan klinis pasien yang menginformasikan

faktor tertentu atau situasi yang terjadi selama asuhan dilaksanakan

(Setiadi, 2012). Dokumentasi dapat dijadikan alat komunikasi

antarprofesi yang berhubungan dengan pasien yang dimaksud.

b. Tujuan dan Manfaat Pendokumentasian

Dokumentasi keperawatan dilakukan dengan beberapa tujuan

menurut Kozier et all (2010):

1) Komunikasi

Dokumentasi berfungsi sebagai sarana komunikasi bagi

semua profesi kesehatan yang berinteraksi dengan pasien.

Page 40: 113063 a10082 _chapter ii__mariakartinydr

52

STIKES Suaka Insan

2) Merencanakan asuhan pasien

Setiap profesional kesehatan data dari catatan pasien untuk

merencanakan asuhan bagi klien tersebut. Perawat

menggunakan data dasar dan data yang berkelanjutan untuk

mengevaluasi keefektifan rencana asuhan keperawatan.

3) Mengaudit institusi kesehatan

Audit adalah tinjauan catatan klien untuk tujuan jaminan

mutu. Lembaga akreditasi dapat meninjau catatan pasien untuk

menentukan apakah institusi kesehatan tersebut sudah

memenuhi standar yang ditetapkan.

4) Penelitian

Informasi yang tercantum dalam dokumentasi dapat

menjadi sumber data yang berharga untuk penelitian. Rencana

terapi untuk sejumlah pasien dengan masalah kesehatan yang

sama dapat memberikan informasi yang bermanfaat dalam

menangani klien lain.

5) Pendidikan

Mahasiswa dalam disiplin kesehatan dapat menggunakan

dokumen pasien sebagai instrumen pembelajaran.

6) Penggantian pembayaran

Dokumentasi juga membantu fasilitas menerima

penggantian pembayaran dari pemerintah federal.

Page 41: 113063 a10082 _chapter ii__mariakartinydr

53

STIKES Suaka Insan

7) Dokumentasi sah

Catatan pasien adalahh dokumen sah dan biasanya dapat

diterima di pengadilan sebagai bukti. Namun, pada beberapa

yuridiksi, catatan dianggap tidak dapat diterima sebagai bukti

ketika klien keberatan, karena pasien beranggapan informasi

yang diberikan kepada tenaga kesehatan bersifat rahasia.

8) Analisis layanan kesehatan

Informasi dari catatan dapat membantu pembuatan

rencana perawatan kesehatan untuk mengidentifikasi kebutuhan

institusi, seperti layanan rumah sakit yang pemanfaatannya

berlebihan dan pemanfaatannya kurang. Catatan dapat

digunakan untuk menetapkan biaya berbagai layanan dan

mengidentifikasi layanan yang menghabiskan dana institusi dan

layanan yang menghasilkan pendapatan.

Nursalam (2009) menambahkan bahwa tujuan utama dari

pendokumentasian adalah:

1) Mengidentifikasi status kesehatan pasien dalam rangka mencatat

kebutuhan pasien, merencanakan, melaksanakan tindakan

keperawatan dan mengevaluasi tindakan keperawatan.

2) Dokumentasi untuk penelitian, keuangan, hukum dan etik.

3) Bukti kualitas asuhan keperawatan.

4) Bukti legal dokumentasi sebagai pertanggungjawaban kepada

pasien.

Page 42: 113063 a10082 _chapter ii__mariakartinydr

54

STIKES Suaka Insan

5) Informasi terhadap perlindungan individu.

6) Bukti aplikasi standar praktek keperawatan.

7) Sumber informasi statistik untuk standar dan riset keperawatan.

8) Pengurangan biaya informasi.

9) Sumber informasi untuk data yang harus dimasukkan.

10) Komunikasi konsep risiko tindakan keperawatan.

11) Informasi untuk siswa/mahasiswa.

12) Persepsi hak pasien.

13) Dokumentasi untuk tenaga profesional, tanggung jawab etik dan

memjaga kerahasiaan informasi pasien.

14) Suatu data keuangan yang sesuai.

15) Data perencanaan pelayanan kesehatan di masa yang akan

datang.

Manfaat dan pentingnya dokumentasi bila dilihat dari berbagai

aspek (Nursalam, 2009) :

1) Hukum

Semua catatan informasi tentang pasien merupakan

dokumentasi resmi dan bernilai hukum. Bila terjadi suatu

masalah (misconduct) yang berhubungan dengan profesi

keperawatan, dimana perawat sebagai pemberi jasa dan pasien

sebagai pengguna jasa, maka dokumentasi dapat dipergunakan

sewaktu-waktu. Dokumentasi tersebut dapat digunakan sebagai

barang bukti di pengadilan. Oleh karena itu data-data harus

diidentifikasi secara lengkap, jelas, objektif dan ditandatangani

Page 43: 113063 a10082 _chapter ii__mariakartinydr

55

STIKES Suaka Insan

oleh tenaga kesehatan (perawat), cantumkan tanggal dan perlu

dihindari adanya penulisan yang dapat menimbulkan interpretasi

yang salah.

2) Jaminan Mutu (kualitas pelayanan)

Pendokumentasian data pasien yang akurat dan lengkap

akan memberikan kemudahan bagi perawat dalam membantu

menyelesaikan masalah pasien dan untuk mengetahui sejauh

mana masalah pasien teratasi dan seberapa jauh masalah dapat

diidentifikasi dan dimonitor melalui dokumentasi yang akurat.

Hal ini juga akan meningkatkan kualitas (mutu) pelayanan

keperawatan.

3) Komunikasi

Dokumentasi keadaan pasien merupakan alat “perekam”

terhadap masalah yang berkaitan dengan pasien. Perawat atau

profesi kesehatan lain dapat melihat dokumentasi yang ada dan

sebagai alat komunikasi yang dijadikan pedoman dalam

memberikan asuhan keperawatan.

4) Keuangan

Dokumentasi dapat bernilai keuangan. Semua asuhan

keperawatan yang belum, sedang dan telah diberikan

didokumentasikan dengan lengkap dan dapat dipergunakan

sebagai acuan atau pertimbangan dalam biaya keperawatan bagi

pasien.

Page 44: 113063 a10082 _chapter ii__mariakartinydr

56

STIKES Suaka Insan

5) Pendidikan

Dokumentasi keperawatan mempunyai nilai pendidikan,

karena isinya menyangkut kronologis dari kegiatan asuhan

keperawatan yang dapat dipergunakan sebagai bahan atau

referensi pembelajaran bagi peserta didik atau profesi

keperawatan.

6) Penelitian

Dokumentasi keperawatan mempunyai nilai penelitian.

Data yang didokumentasi mengandung informasi yang dapat

dijadikan sebagai bahan atau objek riset dan pengembangan

profesi keperawatan.

7) Akreditasi

Melalui dokumentasi keperawatan akan dapat dilihat

sejauh mana peran dan fungsi perawat dalam memberikan

asuhan keperawatan kepada pasien. Dengan demikian dapat

diambil kesimpulan mengenai tingkat keberhasilan pemberian

asuhan keperawatan yang diberikan guna pembinaan dan

pengembangan lebih lanjut. Hal ini selain bermanfaat bagi

peningkatan kualitas pelayanan, juga bagi individu perawat

dalam mencapai tingkat kepangkatan yang lebih tinggi.

Page 45: 113063 a10082 _chapter ii__mariakartinydr

57

STIKES Suaka Insan

c. Prinsip-prinsip Pendokumentasian

Prinsip dokumentasi ditinjau dari 2 segi (Setiadi, 2012) yaitu:

1) Isi Pencatatan:

a) Mengandung nilai administratif

Rangkaian pendokumentasian kegiatan pelayanan

keperawatan dapat digunakan sebagai alat pembelaan yang

sah apabila terjadi adanya gugatan.

b) Mengandung nilai hukum

Catatan medis kesehatan keperawatan dapat dijadikan

sebagai pegangan hukum bagi rumah sakit, petugas

kesehatan maupun pasien.

c) Mengandung nilai keuangan

Catatan kegiatan pelayanan medis keperawatan akan

menggambarkan tinggi rendahnya biaya perawatan yang

merupakan sumber perencanaan keuangan rumah sakit.

d) Mengandung nilai riset

Catatan mengandung data atau informasi atau bahan yang

dapat digunakan sebagai objek penelitian karena

dokumentasi merupakan informasi yang terjadi di masa

lalu.

e) Mengandung nilai edukasi

Catatan medis keperawatan dapat digunakan sebagai

referensi atau bahan pengajaran di bidang profesi.

Page 46: 113063 a10082 _chapter ii__mariakartinydr

58

STIKES Suaka Insan

2) Teknik Pencatatan:

a) Menulis nama pasien di setiap halaman catatan perawat.

b) Mudah dibaca, sebaiknya menggunakan tinta warna biru

atau hitam.

c) Ringkas, singkatan yang biasa digunakan dan dapat

diterima dan dipakai.

d) Pencatatan mencakup keadaan sekarang dan waktu lampau.

e) Jika terjadi kesalahan pada saat pencatatan, jangan dihapus

tetapi dicoret satu kali kemudian tulis kata “salah” diatasnya

serta paraf dengan jelas. Dilanjutkan dengan menuliskan

informasi yang benar. Validitas pencatatan akan rusak bila

ada penghapusan.

f) Tulis nama jelas pada setiap hal yang telah dilakukan dan

bubuhi tanda tangan.

g) Jika pencatatan bersambung di halaman yang baru, tanda

tangani dan dan tulis kembali waktu dan tanggal pada

bagian halaman tersebut.

h) Jelaskan temuan pengkajian fisik dengan cukup terperinci.

Hindari penggunaan kata “sedikit” atau “banyak” yang

mempunyai tafsiran dan harus dijelaskan agar bisa

dimengerti.

i) Jelaskan apa yang terlihat, terdengar, terasa dan tercium

pada saat pengkajian. Jangan menafsirkan perilaku pasien,

kecuali jika kesimpulan tersebut dapat divalidasi, misalnya

Page 47: 113063 a10082 _chapter ii__mariakartinydr

59

STIKES Suaka Insan

lebih baik menuliskan “pasien menangis saat wawancara”

daripada menuliskan “pasien menangis karena depresi”.

Kecuali jika kesimpulan tersebut dapat dibuktikan.

j) Jika pasien tidak dapat memberikan informasi saat

pengkajian awal, coba untuk mendapatkan informasi dari

anggota keluarga atau teman dekat yang ada atau jika tidak

ada maka catat alasannya, misalnya “pasien mengalami

kebingungan dan tidak mampu memberikan informasi

riwayat kesehatannya”.

d. Teknik Dokumentasian Asuhan Keperawatan

Teknik pendokumentasian yang sering digunakan dalam

asuhan keperawatan (Rosyidi, 2013):

1) POR (Problem Oriented Record)

POR Dapat diartikan sebagai pencatatan orientasi

masalah, fokus dari sistem pendokumentasian sistem POR

adalah masalah aktual yang dialami pasien. Teknik ini

ditemukan oleh Dr. Lawrence Weed pada tahun 1960 sehingga

beliau disebut sebagai father of the Problem Oriented Medical

Record.

Fokus data pada model ini, pencatatan atau

pendokumentasian pasien disusun menurut masalah pasien dan

mengintegrasikan semua data mengenai masalah yang

dikumpulkan oleh semua disiplin ilmu yang ada di rumah sakit

Page 48: 113063 a10082 _chapter ii__mariakartinydr

60

STIKES Suaka Insan

tersebut antara lain dokter, perawat, atau tenaga kesehatan lain

yang terlibat dalam pemberian layanan kepada pasien.

Komponen dalam model ini antara lain:

a) Data dasar : proses indentifikasi masalah pasien dengan

cara data yang diperoleh pada saat pasien masuk rumah

sakit meliputi pengkajian (analisa data, pemeriksaan fisik,

anamnese) hasil laboratorium dan pengkajian ahli gizi.

b) Daftar masalah: hasil identifikasi masalah pasien

memunculkan masalah yang disusun berdasarkan

kronologis, sosial dan spiritual. Daftar masalah ditulis oleh

petugas yang yang menerima pasien pertama kali dan daftar

tersebut diiberikan nama, tanggal dan nama petugas yang

menemukan masalah tersebut.

Daftar masalah merupakan hasil penafsiran dari data

dasar atau hasil analisis dari perubahan data. Daftar ini

mencerminkan keadaan atau nilai yang tidak normal dengan

menggunakan urutan prioritas yang dituliskan ke dalam

daftar masalah yang diberikan pada setiap shift (Hidayat,

2002).

c) Daftar awal rencana asuhan : rencana asuhan ditulis oleh

petugas yang menyusun daftar masalah. Dokter menulis

instruksinya, sedangkan perawat menulis insruksi

keperawatan atau rencana asuhan keperawatan.

Page 49: 113063 a10082 _chapter ii__mariakartinydr

61

STIKES Suaka Insan

Rencana awal merupakan rencana yang dapat

dikembangkan secara spesifik untuk setiap masalah yang

meliputi 3 komponen yaitu diagnostik, manajemen kasus

dan pendidikan kesehatan (Hidayat, 2002).

d) Catatan perkembangan (progres notes)

Berisikan perkembangan yang telah dicatat dan

dokumentasikan setelah dilakukan tindakan. Beberapa

acuan progres notes adalah:

(1) SOAP (data Subjektif, data Objektif,

Analisis/Assesment dan Plan).

(2) SOAPIER (SOAP ditambah Intervensi, Evaluasi dan

Revisi).

(3) PIE (Problem, Intervensi, Evaluasi).

2) SOR (Source Oriented Record)

Source Oriented Record (SOR) merupakan teknik

dokumentasi yang dibuat oleh setiap anggota tim kesehatan.

Dalam melaksanakan tindakan, mereka tidak bergantung pada

tim lainnya (Hidayat, 2002). Model ini menempatkan catatan

atas dasar disiplin orang atau sumber yang mengelola

pencatatan. Bagian dari penerimaan pasien mempunyai lembar

isian sendiri, dokter menggunakan lembar untuk mencatat

instruksi, lembaran riwayat penyakit dan perkembangan

penyakit, perawat menggunakan catatan keperawatan, begitu

pula disiplin lain mempunyai catatan masing-masing.

Page 50: 113063 a10082 _chapter ii__mariakartinydr

62

STIKES Suaka Insan

Catatan berorientasi pada sumber terdiri dari 5 komponen,

yaitu:

a) Lembar penerimaan berisi biodata.

b) Lembar order dokter.

c) Riwayat medik/penyakit.

d) Catatan perawat.

e) Catatan dan laporan khusus.

3) CBE (Charting By Exeption)

Merupakan model pendokumentasian bersifat narasi yang

mengacu pada keadaan menyimpang dari keadaan normal

pasien. Model ini lebih menekankan pada permasalahan penting

saja. Ada 3 komponen penting dalam pendokumentasian ini

adalah:

a) Lembar alur (flowsheet).

b) Dokumentasi dilakukan berdasarkan standar praktik.

c) Formulir diletakkan di tempat tidur pasien sehingga dapat

segera digunakan untuk pencatatan dan tidak perlu

memindahkan data.

Dalam pelaksanaan model ini perawat memiliki banyak waktu

untuk melakukan tindakan pada pasien.

4) Kardeks

Penerapan model ini menggunakan kartu sebagai alat

pendokumentasian. Kartu kardeks berisi tentang: data demografi

dasar, diagnosa medis utama, instruksi atau advis dokter terakhir

Page 51: 113063 a10082 _chapter ii__mariakartinydr

63

STIKES Suaka Insan

yang harus dilaksanakan perawat, rencana asuhan keperawatan

dituliskan apabila rencana formal (keseharian) tidak ditemukan

dalam catatan pasien, instruksi keperawatan, jadwal

pemeriksaan dan prosedur tindakan, tindakan pencegahan yang

dilakukan dalam asuhan keperawatan serta faktor yang

berhubngan dengan kegiatan hidup sehari-hari.

e. Format Pendokumentasian Asuhan Keperawatan

Format dokumentasi yang lazim digunakan (Dalami, dkk,

2011) adalah:

1) Format Naratif

Format naratif merupakan format yang dipakai untuk mencatat

perkembangan pasien dari hari ke hari dalam bentuk narasi.

2) Format SOAPIER

Format ini dapat digunakan pada catatan medik yang

berorientasi pada masalah (problem oriented medical record)

yang mencerminkan masalah yang diidentifikasi oleh semua

anggota tim perawat.

Format SOAPIER terdiri dari:

S (Data Subjektif) :masalah yang dikemukakan dan

dikeluhkan atau yang dirasakan sendiri

oleh pasien.

O (Data Objektif) :tanda-tanda klinis dan fakta yang

berhubungan dengan diagnosa

keperawatan meliputi data fisiologis dan

Page 52: 113063 a10082 _chapter ii__mariakartinydr

64

STIKES Suaka Insan

informasi dari pemeriksaan. Data

informasi dapat diperoleh melalui

wawancara, observasi, pemeriksaan fisik

dan pemeriksaan diagnostik laboratorium.

A (Assesment) : analisa data subjektif dan objektif dalam

menentukan masalah pasien.

P (Perencanaan) : pengembangan rencana segera atau untuk

yang akan datang dari intervensi tindakan

untuk mencapai status kesehatan optimal.

I (Intervensi) : tindakan yang dilakukan oleh perawat

E (Evaluasi) : analisis respon pasien terhadap intervensi

yang diberikan.

R (Revisi) : data pasien yang mengalami perubahan

berdasarkan adanya respon pasien

terhadap tindakan keperawatan

merupakan acuan perawat dalam

melakukan revisi atau modifikasi rencana

asuhan keperawatan.

3) Format Fokus/DAR

Semua masalah pasien diidentifikasi dalam catatan

keperawatan dan terlihat pada rencana keperawatan. Kolom

fokus dapat berisi masalah pasien (D= data), tindakan

(A=action), respon (R= respon).

Page 53: 113063 a10082 _chapter ii__mariakartinydr

65

STIKES Suaka Insan

Format dokumentasi DAR membantu perawat untuk

mengatur pemikirannya dan memberikan struktur yang dapat

meningkatkan pemecahan masalah yang kreatif. Komunikasi

yang terstruktur akan mempermudah konsistensi penyelesaian

masalah diantara tim kesehatan (Dinarti, dkk, 2009).

D (Data) : data objektif dan subjektif yang mendukung

masalah.

A (Action) : tindakan yang segera harus dilakukan untuk

mengatasi masalah.

R (Respons) : respon pasien terhadap tindakan perawat

sekaligus melihat tindakan yang telah

dilakukan berhasil/tidak.

4) Format DAE

Format ini merupakan sistem dokumentasi dengan

konstruksi data tindakan dan evaluasi dimana setiap diagnosa

keperawatan atau setiap daftar masalah dari setiap catatan

perawat sesuai dengan diagnosa keperawatan.

5) Catatan Perkembangan Ringkas

Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam menuliskan

catatan perkembangan yaitu:

a) Adanya perubahan kondisi pasien.

b) Berkembangnya masalah baru.

c) Pemecahan masalah lama.

d) Respon pasien terhadap tindakan.

Page 54: 113063 a10082 _chapter ii__mariakartinydr

66

STIKES Suaka Insan

e) Kesediaan pasien untuk belajar.

f) Perubahan rencana keperawatan.

g) Adanya abnormalitas atau kejadian yang tidak diharapkan.

Carpenito (2000) dalam Rosyidi (2013) mengurutan format

untuk dokumentasi asuhan keperawatan sebagai berikut:

1) Pengkajian

Pencatatan data pengkajian mengikuti prinsip tahapan

pengkajian. Format sistematis, akurat dan valid sangat penting

untuk membandingkan perubahan kesehatan pasien.

2) Perencanaan

Sesuai dengan standar perencanaan: identifikasi masalah,

merumuskan diagnosa, menetapkan tujuan dan hasil yang

diharapkan.

3) Implementasi

Implementasi adalah tindakan yang dilakukan terhadap

pasien, baik tindakan keperawatan mandiri maupun tindakan

kolaborasi.

4) Evaluasi

Dapat dilakukan pada setiap tahapan proses keperawatan

seperti pengkajian, perencanaan dan implementasi.

5) Catatan perkembangan

Format bervariasi dan disesuaikan dengan sistem yang

ada. Prinsipnya adalah untuk menilai perkembangan status

Page 55: 113063 a10082 _chapter ii__mariakartinydr

67

STIKES Suaka Insan

kesehatan pasien, apakah sesuai dengan tujuan dan hasil yang

diharapkan.

6) Informasi kesehatan pasien

Berbentuk dalam tabel dan grafik selama 24 jam antara

lain kurva tanda-tanda vital, daftar pemberian obat, intake-

output cairan.

7) Ringkasan perpindahan pasien

Ringkasan tentang legalitas perpindahan pasien antar

institusi rumah sakit, ringkasan format pelaporan lembar data

dasar demografi, orientasi ruangan dan laporan klinis.

8) Perencanaan pulang

Format mencakup personal data pasien, data kesehatan

secara umum dan khusus, surat diizinkan pulang oleh dokter

yang merawat, berikut ringkasan klinis sesuai kondisi pasien,

penyuluhan kesehatan.

9) Perawatan di rumah

Format pendokumentasian yang akan melanjutkan

perawatan di rumah pasien bertujuan untuk memberikan

ringkasan/ informasi perkembangan kesehatan pasien selama di

rumah sakit, agar dokter/perawat/tim profesional lainnya yang

terlibat melanjutkan pengobatan/perawatan pasien di rumah.

f. Pendokumentasian Tahap-tahap Proses Asuhan Keperawatan

Hidayat (2002) menjabarkan tahapan pendokumentasian

proses asuhan keperawatan sebagai berikut:

Page 56: 113063 a10082 _chapter ii__mariakartinydr

68

STIKES Suaka Insan

1) Dokumentasi pengkajian

Dokumentasi pengkajian merupakan catatan penting

tentang hasil pengkajian yang dilaksanakan untuk

mengumpulkan informasi dari pasien, membuat data dasar

tentang pasien, dan membuat catatan tentang respon kesehatan

pasien.

Pengkajian adalah langkah awal dari tahapan proses

keperawatan. Dalam mengkaji harus memperhatikan data dasr

pasien. Informasi yang didapat dari pasien (sumber data primer),

data yang didapat dari orang lain (data sekunder), catatan

kesehatan pasien, informasi kesehatan atau laporan

laboratorium, tes diagnostik, keluarga dan orang terdekat, atau

anggota tim kesehatan merupakan data dasar. Data dapat

dikumpulkan dengan cara wawancara, observasi, konsultasi,

pemeriksaan fisik, pemeriksaan laboratorium dan pemeriksaan

tambahan lainnya.

Standar dokumentasi pengkajian bersifat sistematis,

komprehensif, akurat, terus menerus, dan berlanjut, sehingga

didapatkan berbagai masalah pasien yang lengkap dari hasil

pengkajian.

Tujuan dokumentasi pengkajian (Hidayat, 2002) adalah:

a) Dokumentasi pengkajian digunakan untuk mengidentifikasi

berbagai kebutuhan dan respon pasien terhadap masalah

yang dapat mempengaruhi perawatan.

Page 57: 113063 a10082 _chapter ii__mariakartinydr

69

STIKES Suaka Insan

b) Dokumentasi pengkajian digunakan untuk konsolidasi dan

organisasi informasi yang didapat dari berbagai sumber

tentang masalah kesehatan pasien sehingga dapat dianalisis

dan diidentifikasi.

c) Dokumentasi pengkajian digunakan untuk dapat dijadikan

sebagai ukuran dalam mencapai/mendapatkan informasi.

Dengan kata lain, dapat dijadikan sebagai rujukan untuk

ukuran dan perubahan kondisi pasien.

d) Dokumentasi pengkajian digunakan untuk mengidentifikasi

berbagai karakteristik serta kondisi pasien dan respon yang

akan mempengaruhi perencanaan perawatan.

e) Dokumentasi pengkajian digunakan untuk menyediakan

data yang cukup pada kebenaran hasil observasi terhadap

respon pasien

f) Dokumentasi pengkajian digunakan untuk menyediakan

dasar pemikiran pada rencana keperawatan.

Jenis dokumentasi pengkajian (Hidayat, 2002):

a) Pengkajian awal

Pengkajian awal (initial assesment) dilakukan ketika

pasien masuk ke rumah sakit. Bentuk dokumentasi biasanya

merujuk pada data dasar perawatan. Selama pengkajian

umum, perawat mengidentifikasi masalah kesehatan yang

dialami pasien dengan mengumpulkan data pengkajian baik

Page 58: 113063 a10082 _chapter ii__mariakartinydr

70

STIKES Suaka Insan

umum maupun khusus dapat memudahkan perencanaan

perawatan pasien.

b) Pengkajian Kontinu (Ongoing Assesment)

Pengkajian kontinu merupakan pengembangan data

dasar. Informasi yang diperoleh dari pasien selama

pengkajian awal dan informasi tambahan (berupa tes

diagnostik dan sumber lain) diperlukan untuk menegakkan

diagnosa.

c) Pengkajian Ulang (Reassesment)

Data pengkajian ulang merupakan pengkajian yang

didapat dari informasi selama evaluasi. Pengkajian ulang

berarti perawat mengevaluasi kemajuan data dari masalah

pasien atau pengembangan dari data dasar sebagai informasi

tambahan dari pasien.

Bentuk/format dokumentasi pengkajian

Pada tahap pengkajian, format yang bisa digunakan

(Hidayat, 2002) berupa:

a) Tanya jawab

Tanya jawab merupakan salah satu bentuk format

dokumentasi yang dapat dicapai melalui berbagai cara.

Tanya jawab dilakukan dengan mengajukan pertanyaan

langsung kepada pasien.

b) Daftar periksa

Page 59: 113063 a10082 _chapter ii__mariakartinydr

71

STIKES Suaka Insan

Bentuk daftar periksa berupa daftar yang telah

disediakan atau dibuat sedemikian rupa dengan tujuan

mengumpulkan data yang digunakan untuk kerangka

organisasi. Format daftar periksa dapat mengefisiensikan

waktu dalam menulis pengkajian data, dimana pertanyaan

yang perlu dijawab berupa “ya” atau “ tidak”.

c) Kuesioner

Format ini paling banyak digunakan di lingkungan

rawat jalan untuk mendapatkan informasi tentang riwayat

kesehatan.

Metode dokumentasi pengkajian (Hidayat, 2002):

a) Gunakan format terorganisasi untuk mencatat pengkajian

seperti riwayat kesehatan awal pada saat masuk rumah

sakit, pengkajian pola persepsi kesehatan, riwayat medis

dan lain-lain.

b) Gunakan format yang telah ada.

c) Format yang mencakup pengkajian perkembangan,

pemeriksaan dari kepala ke seluruh tubuh dapat memperluas

informasi.

d) Catat informasi tanpa bias dan nilai-nilai opini pribadi.

e) Masukkan pernyataan yang mendukung pasien.

f) Jabarkan observasi dan hasil yang jelas.

g) Ikuti kebijakan dan prosedur yang telah ada untuk

pencatatan pengkajian.

Page 60: 113063 a10082 _chapter ii__mariakartinydr

72

STIKES Suaka Insan

h) Tulis data secara luas.

2) Dokumentasi Diagnosa Keperawatan

Diagnosis keperawatan menurut American Nursing

Association (ANA) dalam Christensen dan Kenney (2009)

adalah diagnosis dan terapi respon manusia terhadap masalah-

masalah kesehatan yang aktual dan potensial.

NANDA (North American Nursing Diagnosis

Association) mendefinisikan diagnosa keperawatan adalah

penilaian klinis tentang respon individu, keluarga, atau

komunitas terhadap masalah-masalah kesehatan/proses

kehidupan yang sifatnya aktual dan potensial.

Kategori diagnosa keperawatan (Hidayat, 2002) adalah:

a) Diagnosa keperawatan aktual

Diagnosa keperawatan aktual menurut NANDA

adalah menyajikan keadaan klinis yang telah divalidasikan

melalui batasan karakteristik mayor yang diidentifikasi.

Diagnosa keperawatan aktual memiliki 4 komponen yaitu:

label, definisi, batasan karakteristik, dan faktor yang

berhubungan.

Label merupakan deskripsi tentang definisi diagnosa

dan batasan karakteristik. Definisi menekankan pada

kejelasan, arti yang tepat untuk diagnosa. Batasan

karakteristik menetukan karakteristik yang mengacu pada

petunjuk klinis, tanda subjektif dan objektif. Faktor yang

Page 61: 113063 a10082 _chapter ii__mariakartinydr

73

STIKES Suaka Insan

berhubungan dengan, merupakan etiologi atau faktor

penunjang yang terdiri atas 4 komponen yaitu patofisiologis

(biologis atau psikologis), tindakan yang berhubungan

dengan, situasional (lingkungan personal), maturasional.

Penulisan rumusan diagnosa keperawatan adalah PES

(Problem+Etiologi+Simtom) (Hidayat, 2002).

b) Diagnosa keperawatan risiko atau risiko tinggi

NANDA mendefinisikan diagnosa keperawatan resiko

sebagai keputusan klinis tentang individu, keluarga, atau

komunitas yang sangat rentan untuk mengalami masalah

dibanding individu atau kelompok lain pada situasi yang

sama atau hampir sama. Penulisan rumusan diagnosa

keperawatan risiko/risiko tinggi adalah PE

(Problem+Etiologi) (Hidayat, 2002).

c) Diagnosa keperawatan kemungkinan

NANDA mendefinisikan diagnosa keperawatan

kemungkinan adalah pernyataan tentang masalah yang

diduga masih memerlukan data tambahan dengan harapan

masih diperlukan untuk memastikan adanya tanda dan

gejala utama adanya faktor risiko.

d) Diagnosa keperawatan sejahtera

Diagnosa keperawatan sejahtera menurut NANDA

adalah ketentuan klinis mengenai individu, kelompok, atau

Page 62: 113063 a10082 _chapter ii__mariakartinydr

74

STIKES Suaka Insan

masyarakat dalam transisi dari tingkat kesehatan khusus ke

tingkat kesehatan yang lebih baik.

e) Diagnosa keperawatan sindrom

NANDA mendefinisikan diagnosa keperawatan

sindrom adalah diagnosa keperawatan yang terdiri dari

sekelompok diagnosa keperawatan aktual atau resiko tinggi

yang diduga akan muncul karena suatu kejadian atau situasi

tertentu.

Metode Dokumentasi Diagnosa Keperawatan

a) Gunakan format PES untuk semua masalah aktual dan PE

untuk masalah potensial.

b) Catat diagnosa keperawatan risiko dan risiko tinggi ke

dalam masalah atau format diagnosa keperawatan.

c) Gunakan istilah diagnosa keperawatan dari NANDA atau

lainnya.

d) Masukkan pernyataan diagnosa keperawatan ke dalam

masalah keperawatan.

e) Hubungkan setiap diagnosa keperawatan ketika menemukan

masalah keperawatan.

f) Gunakan diagnosa keperawatan sebagai pedoman untuk

pengkajian, perencanaan, tindakan dan evaluasi.

3) Dokumentasi Rencana Keperawatan

Dokumentasi rencana keperawatan merupakan catatan

tentang penyusunan rencana tindakan keperawatan yang akan

Page 63: 113063 a10082 _chapter ii__mariakartinydr

75

STIKES Suaka Insan

dilakukan. Hal ini dilakukan untuk menanggulangi masalah

dengan cara mencegah, mengurangi, dan menghilangkan

masalah. Selain itu juga memberi kesempatan pada perawat,

pasien, keluarga, serta orang terdekat dalam merumuskan

rencana tindakan.

Perencanaan adalah bagian dari fase pengorganisasian

dalam proses keperawatan yang meliputi tujuan perawatan,

penetapan pemecahan masalah, dan menentukan tujuan

perencanaan untuk mengatasi masalah pasien. Rencana

keperawatan memuat tujuan, yaitu:

a) Konsolidasi dan organisasi informasi pasien sebagai sumber

dokumentasi.

b) Sebagai alat komunikasi antar perawat dan pasien.

c) Sebagai alat komunikasi antar anggota tim kesehatan.

d) Langkah dari proses keperawatan (pengkajian, perumusan

diagnosa, perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi) yang

merupakan rangkaian yang tidak terpisahkan.

Tipe Dokumentasi Rencana Keperawatan

a) Traditionally designed plans

Tipe dokumentasi rencana keperawatan ini

menggunakan tiga pendekatan yaitu diagnosa keperawatan,

kriteria hasil, dan intervensi keperawatan atau instruksi

perawatan.

b) Standarlized care plans

Page 64: 113063 a10082 _chapter ii__mariakartinydr

76

STIKES Suaka Insan

Tipe ini menggunakan standar praktik keperawatan

dalam pendokumentasian, yaitu:

(1) Rencana keperawatan dicetak berdasarkan diagnosa

medik atau prosedur khusus. Tipe ini mengantisipasi

respon terhadap prosedur yang dilakukan.

(2) Rencana perawatan dibuat berdasarkan diagnosa

keperawatan. Hal ini digunakan berdasarkan pengkajian

pasien yang mendukung diagnosa keperawatan.

(3) Rencana perawatan dibuat dengan menggunakan

standar komputer. Perawat dapat menyeleksi masalah

pasien dari menu yang terdapat dalam komputer. Dalam

pelaksanaannya, perawat hanya memberikan tanda

terhadap tindakan yang dipilih dari daftar masalah yang

ada.

4) Dokumentasi pelaksanaan Keperawatan

Dokumentasi pelaksanaan/implementasi keperawatan

merupakan catatan tentang tindakan yang diberikan oleh

perawat. Dokumentasi implementasi mencatat pelaksanaan

rencana perawatan, pemenuhan kriteria hasil dari tindakan

keperawatan mandiri dan tindakan kolaboratif.

Tipe implementasi keperawatan:

Page 65: 113063 a10082 _chapter ii__mariakartinydr

77

STIKES Suaka Insan

a) Implementasi perawatan terapeutik

Implementasi ini memberikan pengobatan secara

langsung pada masalah yang dialami pasien, mencegah

komplikasi dan mempertahankan status kesehatan.

b) Implementasi surveilens

Implementasi ini menyatakan tentang survei data

dengan melihat kembali data umum dan membuktikan

kebenaran data. Dengan kata lain, sifatnya tidak langsung

karena menyediakan data lebih dulu.

c) Implementasi khusus lain yang meningkatkan peran

perawatan yaitu implementasi yang berhubungan dengan

prosedur invasif dan implementasi yang berhubungan

dengan pendidikan pada pasien.

Metode Pencatatan Implementasi Keperawtan:

a) Gunakan deskripsi tindakan untuk menentukan apa yang

telah dikerjakan.

b) Identifikasi alat dan bahan yang digunakan dalam bentuk

yang tepat.

c) Berikan keamanan, kenyamanan, dan perhatikan faktor

lingkungan pasien dalam memberikan implementasi

keperawatan. Catat waktu dan orang yang bertanggung

jawab dalam memberikan implementasi.

d) Catat prosedur yang tepat.

e) Catat semua informasi tentang pasien.

Page 66: 113063 a10082 _chapter ii__mariakartinydr

78

STIKES Suaka Insan

5) Dokumentasi Evaluasi Keperawatan

Dokumentasi evaluasi merupakan catatan tentang indikasi

kemajuan pasien terhadap tujuan yang dicapai. Evaluasi

bertujuan untuk menilai keefektifan perawatan dan untuk

mengomunikasikan status pasien dari hasil tindakan

keperawatan. Evaluasi memberikan informasi sehingga

memungkinkan untuk melakukan revisi perencanaan perawatan.

Evaluasi adalah tahapan akhir dari proses keperawatan.

Evaluasi menyediakan nilai informasi mengenai pengaruh

intervensi yang telah direncanakan dan merupakan

perbandingan dari hasil yang diamati dengan kriteria hasil yang

telah dibuat pada tahap perencanaan.

Tipe dokumentasi evaluasi keperawatan:

a) Evaluasi Formatif menyatakan evaluasi yang dilakukan

pada saat memberikan intervensi dengan respon segera.

b) Evaluasi sumatif merupakan rekapitulasi dari hasil

observasi dan analisis status pasien pada waktu tertentu.

Metode Pencatatan Evaluasi Keperawatan:

Dalam menuliskan pernyataan evaluasi yang terdiri dari

evaluasi formatif dan sumatif, terdapat sistem penulisan yang

berbeda. Evaluasi formatif biasanya ditulis dalam catatan

perkembangan sedangkan evaluasi sumatif dicatat dalam catatan

naratif.

Page 67: 113063 a10082 _chapter ii__mariakartinydr

79

STIKES Suaka Insan

Penulisan yang benar dalam evaluasi, yaitu:

a) Awali atau ikuti evaluasi dengan data pendukung.

b) Ikuti dokumentasi intervensi keperawatan dengan evaluasi

formatif.

c) Gunakan catatan sumatif ketika pasien dipulangkan atau

dipindahkan.

d) Catat evaluasi sumatif melalui pengkajian dan intervensi,

catat juga respon pasien. Pernyataan evaluasi formatif dan

sumatif dimasukkan ke dalam catatan kesehatan.

e) Korelasikan data khusus yang ditampilkan dengan

kesimpulan yang dicapai perawat.

f) Data pengkajian dan hasil yang diharapkan digunakan untuk

mengukur perkembangan pasien.

g. Metode Dokumentasi Efisien

Metode ini merupakan cara mendokumentasikan dengan

prinsip efisiensi waktu dan dana dalam melaksanakan proses

keperawatan, dengan karakteristik (Hidayat, 2002), berikut:

1) Menghemat waktu

Penghematan waktu secara jelas dapat dilaksanakan

dengan meningkatkan penggunaan waktu perawatan,

mengurangi waktu untuk menulis dokumentasi pada setiap

pasien dan menambah waktu untuk merawat pasien secara

langsung sehingga dapat menghemat tenaga.

Page 68: 113063 a10082 _chapter ii__mariakartinydr

80

STIKES Suaka Insan

2) Ekonomis

Sifat ekonomis ini sangat diperlukan dalam

pendokumentasian dengan cara memaksimalkan produktivitas

kegiatan perawatan dan menghemat biaya perawatan pasien.

3) Desain bagus

Dokumentasi yang efisien adalah dokumentasi yang

desainnya bagus karena memudahkan pencatatan informasi yang

relevan untuk situasi pasien secara individu dan sesuai dengan

aspek legal, kebijakan setempat, serta dapat mempermudah

pencatatan dalam 24 jam.

4) Ringkas

Informasi yang ditulis dapat mengidentifikasi masalah

pasien yang penting, dapat memudahkan kebutuhan perawatan,

mengevaluasi kesehatan pasien, memutuskan tindakan

perawatan dan mengevaluasi hasil yang diharapkan.

5) Pencatatan dan pelaporan

Pencatatan dan pelaporan bertujuan untuk

mengomunikasikan informasi yang spesifik kepada orang yang

membutuhkan laporan. Pelaporan harus memiliki pedoman

sebagai berikut:

a) Mulai dengan nama jelas pasien.

b) Laporkan hanya informasi yang penting dan jelas serta tidak

mencakup data yang tidak relevan.

Page 69: 113063 a10082 _chapter ii__mariakartinydr

81

STIKES Suaka Insan

c) Jika melaporkan pasien maka informasinya mencakup data

pengkajian, diagnosa keperawatan, perencanaan, intervensi dan

evaluasi. Pencatatan dan pelaporan dokumentasi proses

keperawatan harus tersusun dengan baik dan harus memiliki

kriteria serta syarat sebagai berikut:

a) Accurancy (ketepatan)

Informasi yang didapat harus tepat. Perawat tidak boleh

mencatat apa ynag dia pikirkan atau apa yang diuraikan

oleh perawat lain melainkan hanya hasil observasi. Akhir

dari catatan harus ditandatangani dan diberi nama jelas.

b) Concisenes (ringkas)

Komunikasi yang ringkas akan mudah dimengerti untuk

semua informasi dan tidak akan membosankan setiap

penerima informasi.

c) Thoroughness (kesempurnaan/ketelitian)

Hal in diharuskan untuk memudahkan penginformasian

data.

d) Currentness (terbaru)

Data yang ada harus segera dicatat dan dipilih data-data

yang penting.

e) Organization.

Data merupakan isi informasi yang terorganisasi dalam

pengkajian yang didapat dari keluhan pasien atau instruksi

dokter yang merupakan satu kesatuan dalam pengkajian.

Page 70: 113063 a10082 _chapter ii__mariakartinydr

82

STIKES Suaka Insan

f) Confidentality (rahasia)

Informasi yang didapat dari pasien akurat dan perawat dapat

menjaga/ melindungi rahasia pasien.

Page 71: 113063 a10082 _chapter ii__mariakartinydr

83

STIKES Suaka Insan

B. Landasan Teori

Berdasarkan telaah pustaka di atas, teori yang dipakai sebagai landasan

dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Konsep Persepsi

Persepsi adalah pengalaman tentang objek, peristiwa, atau

hubungan-hubungan yang diperoleh dengan menyimpulkan

menyimpulkan informasi dan menafsirkannya. Persepsi adalah

memberikan makna kepada stimulus, tentang bagaimana seseorang

memberi arti terhadap stimulus tersebut (Notoatmodjo, 2010).

2. Konsep Supervisi

Supervisi dalam konteks keperawatan diartikan sebagai suatu

proses kegiatan pemberian dukungan sumber-sumber yang dibutuhkan

perawat dalam rangka menyelesaikan tugas untuk mencapai tujuan yang

telah ditetapkan (Triwibowo, 2013). Supervisi manajemen keperawatan

merupakan salah satu jenis kegiatan pengamatan secara seksama sebagai

sarana mengetahui kesalahan awal di semua lini untuk langsung

diperbaiki atau dimodifikasi agar berjalan sesuai dengan

ketentuan/pedoman pekerjaan yang telah disepakati bersama.

Supervisi keperawatan dilaksanankan oleh personil atau bagian

yang bertanggung jawab antara lain kepala ruangan, kepala bidang

keperawatan dan pengawas perawatan. Ada beberapa kompetensi yang

harus dicapai supervisi dalam menjalankan tugasnya sehari-hari yang

dikemukakan oleh Triwibowo (2013) yaitu:

Page 72: 113063 a10082 _chapter ii__mariakartinydr

84

STIKES Suaka Insan

a. Memberikan pengarahan dan petunjuk yang jelas sehingga dapat

dimengerti oleh staf dan pelaksana keperawatan.

b. Memberikan saran, nasehat, dan bantuan kepada staf dan pelaksana

keperawatan.

c. Memberikan motivasi untuk meningkatkan semangat kerja kepada

staf dalam pelaksanaan keperawatan.

d. Memberikan latihan dan bimbingan yang diperlukan oleh staf dan

pelaksana keperawatan.

3. Konsep Kinerja Perawat dalam Pendokumentasian Asuhan

Keperawatan

Simamora (2012) mendefinisikan kinerja (prestasi kerja) sebagai

hasil kerja secara kualitas dan kuantitas yang dicapai oleh seorang

pegawai dalam melaksanakan tugasnya sesuai dengan tanggung jawab

yang diberikan kepadanya.

Ada 3 faktor yang berpengaruh terhadap kinerja (Kurniadi, 2013)

yaitu:

a. Faktor individu : kemampuan dan keterampilan (mental dan fisik),

latar belakang (keluarga, tingkat sosial dan pengalaman), demografis

(umur dan etnis).

b. Faktor psikologis: persepsi, sikap, kepribadian, belajar dan motivasi.

c. Faktor organisasi: sumber daya, kepemimpinan, imbalan, supervisi,

struktur dan desain pekerjaan.

Untuk menilai kinerja perawat dalam pendokumentasian asuhan

keperawatan di Rumah Sakit Suaka Insan Banjarmasin, peneliti

Page 73: 113063 a10082 _chapter ii__mariakartinydr

85

STIKES Suaka Insan

menggunakan SOP penilaian dokumentasi asuhan keperawatan yang

dapat diuraikan sebagai berikut:

a. Pengkajian Keperawatan

Aspek yang yang perlu diperhatikan dalam pendokumentasian

asuhan keperawatan pada tahap pengkajian adalah:

1) Data dikaji dan diisi pada semua kolom dalam lembar

pengkajian dengan lengkap.

2) Data dikaji sejak pasien masuk sampai pasien pulang.

3) Masalah dirumuskan berdasarkan kesenjangan antara status

kesehatan dengan norma dan pola fungsi kehidupan.

b. Diagnosa Keperawatan

Aspek yang yang perlu diperhatikan dalam pendokumentasian

asuhan keperawatan pada tahap perumusan diagnosa keperawatan

adalah:

1) Diagnosa keperawatan yang diambil berdasarkan masalah

pasien.

2) Diagnosa keperawatan yang diambil berupa diagnosa aktual

dan potensial.

c. Perencanaan Keperawatan

Aspek yang yang perlu diperhatikan dalam pendokumentasian

asuhan keperawatan pada tahap perencanaan adalah:

1) Perawat mencheck-list daftar perencanaan keperawatan sesuai

dengan masalah yang dialami pasien.

Page 74: 113063 a10082 _chapter ii__mariakartinydr

86

STIKES Suaka Insan

2) Rumusan tujuan mengandung komponen pasien/subjek,

perubahan, perilaku, kondisi pasien dan kriteria waktu.

3) Rencana tindakan yang dicheck-list mengacu pada

tujuan/kriteria hasil.

4) Rencana tindakan yang dicheck-list menggambarkan

keterlibatan pasien/keluarga.

5) Rencana tindakan yang dicheck-list menggambarkan kerja sama

dengan tim kesehatan lain.

d. Tindakan Keperawatan

Aspek yang yang perlu diperhatikan dalam pendokumentasian

asuhan keperawatan pada tahap tindakan keperawatan adalah:

1) Tindakan dilaksanakan mengacu pada rencana perawatan.

2) Perawat mengobservasi respon pasien terhadap tindakan

keperawatan.

3) Revisi tindakan berdasarkan hasil evaluasi.

4) Semua tindakan yang telah dilaksanakan dicatat ringkas dan

jelas.

e. Evaluasi

Aspek yang yang perlu diperhatikan dalam pendokumentasian

asuhan keperawatan pada tahap evaluasi adalah:

1) Evaluasi mengacu pada tujuan.

2) Hasil evaluasi dicatat di lembar evaluasi yang telah disediakan.

Page 75: 113063 a10082 _chapter ii__mariakartinydr

87

STIKES Suaka Insan

f. Catatan Perkembangan

Aspek yang yang perlu diperhatikan dalam pendokumentasian

asuhan keperawatan pada catatan perkembangan adalah:

1) Mendokumentasikan perkembangan status pasien pada tiap

pergantian shift.

2) Catatan dengan menggunakan format dan istilah-istilah yang

baku.

Page 76: 113063 a10082 _chapter ii__mariakartinydr

88

STIKES Suaka Insan

C. Kerangka Teori

Variabel individu:

1. Kemampuan dan

keterampilan

(mental dan fisik)

2. Latar belakang

3. Demografis

Variabel organisasi:

1. Sumber daya

2. Kepemimpinan

3. Imbalan

4. Struktur

5. Desain pekerjaan

Variabel Psikologis:

1. Sikap

2. Kepribadian

3. Belajar

4. Motivasi

5. Persepsi

Kinerja

6. Supervisi

Dokumentasi Asuhan

Keperawatan :

1. Pengkajian

2. Diagnosa

Keperawatan

3. Perencanaan

4. Pelaksanaan

5. Evaluasi

Kepala Ruangan Kepala Bidang

Keperawatan Pengawas

keperawatan

Keterangan :

: Diteliti

: Tidak diteliti

Gambar 2.1 Kerangka Teori

Page 77: 113063 a10082 _chapter ii__mariakartinydr

89

STIKES Suaka Insan

D. Kerangka Konsep

E. Hipotesis

Hipotesis dalam penelitian ini adalah “Ada hubungan persepsi perawat

tentang kegiatan supervisi kepala ruangan dengan kinerja perawat di Ruang

Rawat Inap Rumah Sakit Suaka Insan Banjarmasin tahun 2014”.

Persepsi Perawat

tentang Kegiatan

Supervisi Kepala

Ruangan:

1. Mengarahkan

2. Memberikan saran,

nasihat dan bantuan

3. Memberi Motivasi

4. Melatih

5. Membimbing

Variabel Independen Variabel Dependen

Kinerja Perawat dalam

Pendokumentasian

Asuhan Keperawatan

Gambar 2.2 Kerangka Konsep