31
LAPORAN PENDAHULUAN RUPTUR UTERI A. DEFINISI Ruptur Uteri adalah kerobekan (diskontinutias) dinding rahim yang terjadi saat kehamilan persalinan. (Dr. Chrisdiono M. Achadiat, Sp.OG) Ruptur uteri adalah disrupsi dinding uterus, merupakan salah satu dari kedaruratan obstetrik yang paling serius. Angka mortalitas maternal berkisar dari 3-15%; mortalitas janin mendekati 50%. (dr. Teddy Supriyadi – dr. Johanes Gunawan). Ruptur uteri adalah robekan atau diskontinitas dinding rahim akibat dilampauinya daya regang miometrium. (Sarwono Prawirohardjo,2002) B. ETIOLOGI

ASKEB Ruptur Uteri AKBID HAFSHAWATY ZAINUL HASAN GENGGONG PROBOLINGGO

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: ASKEB Ruptur Uteri AKBID HAFSHAWATY ZAINUL HASAN GENGGONG PROBOLINGGO

LAPORAN PENDAHULUAN

RUPTUR UTERI

A. DEFINISI

Ruptur Uteri adalah kerobekan (diskontinutias) dinding rahim yang terjadi saat

kehamilan persalinan. (Dr. Chrisdiono M. Achadiat, Sp.OG)

Ruptur uteri adalah disrupsi dinding uterus, merupakan salah satu dari

kedaruratan obstetrik yang paling serius. Angka mortalitas maternal berkisar dari

3-15%; mortalitas janin mendekati 50%. (dr. Teddy Supriyadi – dr. Johanes

Gunawan).

Ruptur uteri adalah robekan atau diskontinitas dinding rahim akibat dilampauinya

daya regang miometrium. (Sarwono Prawirohardjo,2002)

B. ETIOLOGI

1. Riwayat pembedahan terhadap fundus atau korpus uterus

2. Induksi dengan oksitosin yang sembarangan atau persalinan yang lama

3. Presentasi abnormal (terutama terjadi penipisan pada segmen bawah uterus).(

helen, 2001 )

4. Penyebab ruptur uteri adalah disporporsi janin dan panggul, partus macet

atau traumatik. (Sarwono Prawirohardjo,2002)

5. Tindakan obstetri

Page 2: ASKEB Ruptur Uteri AKBID HAFSHAWATY ZAINUL HASAN GENGGONG PROBOLINGGO

6. Ketidakseimbangan fetopelvik

7. Letak lintang yang diabaikan (kasep)

8. Kelebihan dosis obat bagi nyeri persalinan atau induksi persalinan.

9. Jaringan parut pada uterus: keadaan setelah seksio sesria, miomenukleasi,

operasi Strassmann, eksisi baji satu tuba

10. Kecelakaan ( Prof.Dr.Luz Heller)

C. MANIFESTASI KLINIS

Gejala-gejala rupture uteri

1. Nyeri abdomen dapat tiba – tiba, tajam dan seperti disayat pisau. Apabila

terjadi rupture sewaktu persalinan, kontraksi uterus yang intermiten, kuat

dapat berhenti dengan tiba-tiba. Pasien mengeluh nyeri uterus yang menetap.

2. Perdarahan per vaginam dapat simptomatik karena perdarahan aktif dari

pembuluh darah yang robek.

3. Gejala-gejala lainnya meliputi berhentinya persalinan dan syok, yang mana

dapat diluar proporsi kehilangan darah eksterna karena perdarahan yang tidak

terlihat. Nyeri bahu dapat berkaitan dengan perdarahan intraperitoneum. (dr.

Teddy Supriyadi – dr. Johanes Gunawan).

Gejala yang bisa didapatkan pada pasien dengan ruptur uteri adalah :

1. Penderita pucat dan perdarahan vaginal;

2. Pada saat terjadi ruptur penderita kesakitan sekali dan merasa ada robekan di

perutnya;

3. Gejala kolaps dan kemudian syok.

Sedangkan tanda yang bisa kita dapatkan pada pemeriksaan adalah:

1. Penderita pucat;

2. Tachicardi;

3. Perdarahan vaginal;

4. Dapat diraba jelas bagian-bagian janin langsung di bawah dinding perut;

5. Perut kembung, kadang-kadang defance muscular dan pada keadaan ini janin

sukar diraba;

Page 3: ASKEB Ruptur Uteri AKBID HAFSHAWATY ZAINUL HASAN GENGGONG PROBOLINGGO

6. Dapat ditemukan uterus sebagai benda sebesar kepala bayi di samping bagian

janin;

7. Denyut jantung janin negatif;

8. His berhenti;

9. Diantara korpus dan SBR nampak lingkaran Bandl sebagai lekukan melintang

yang bertambah lama bertambah tinggi, menunjukan SBR yang semakin tipis

dan teregang.

10. Tanda-tanda adanya cairan bebas dalam kavum peritonii;

11. Pada pemeriksaan vaginal bagian bawah janin tidak teraba lagi atau teraba

tinggi dalam jalan lahir. Kadang robekan dapat diraba, demikian pula usus

pada rongga perut melalui robekan

12. Pemeriksaan penunjang: laboratorium darah hemoglobin, hematokrit.

D. KLASIFIKASI

Ruptur uteri dapat dibagi menurut beberapa cara :

1. Menurut tingkat robekan

a. Ruptur uteri komplit, bila

robekan terjadi pada seluruh

lapisan dinding uterus.

Page 4: ASKEB Ruptur Uteri AKBID HAFSHAWATY ZAINUL HASAN GENGGONG PROBOLINGGO

b. Ruptur uteri inkomplit, bila

robekan hanya sampai

miometrium, disebut juga

dehisensi. Diagnosis pasti

ditegakkan dengan melakukan

eksplorasi dinding rongga

uterus setelah janin dan

plasenta lahir.

c. Ruptur uteri imminens, bila baru ada gejala akan terjadi ruptur. Penderita

merasa kesakitan terus menerus baik waktu his maupun di luar his. Teraba

ligamentum rotundum menegang. Teraba cincin Bandle setinggi pusat.

Segmen bawah rahim menipis. Urine kateter kemerahan.

2. Menurut etiologinya

a. Ruptur uteri spontan

Yaitu bila ruptur uteri terjadi secara spontan pada uterus tanpa parut (utuh)

dan tanpa adanya manipulasi dari penolong. Faktor pokok disini ialah

bahwa persalinan tidak maju karena rintangan, misalnya panggul sempit,

hidrosepalus, janin dalam letak lintang dan sebagainya, sehingga segmen

bawah uterus makin lama makin meregang. Faktor yang merupakan

predisposisi terhadap terjadinya rupture uteri adalah multiparitas, disini

ditengah – tengah miometrium sudah terdapat banyak jaringan ikat yang

menyebabkan kekuatan dinding uterus menjadi kurang, sehingga regangan

lebih mudah menimbulkan robekan. Oleh banyak penulis dilaporkan pula

bahwa kebiasaan yang dilakukan oleh dukun – dukun memudahkan

timbulnya rupture uteri. Pada persalinan yang kurang lancar, dukun –

dukun biasanya melakukan tekanan keras kebawah terus – menerus pada

fundus uteri, hal ini dapat menambah tekanan pada segmen bawah uterus

yang sudah meregang dan mengakibatkan terjadinya ruptur uteri.

Pemberian oksitosin dalam dosis yang terlampau tinggi dan atau atas

indikasi yang tidak tepat, bisa pula menyebabkan ruptur uteri

Page 5: ASKEB Ruptur Uteri AKBID HAFSHAWATY ZAINUL HASAN GENGGONG PROBOLINGGO

b. Ruptur uteri traumatika

Ruptur uteri yang disebabkan oleh trauma dapat terjadi karena jatuh,

kecelakaan seperti tabrakan dan sebagainya. Robekan demikian itu yang

bisa terjadi pada setiap saat dalam kehamilan, jarang terjadi karena

rupanya otot uterus cukup tahan terhadap trauma dari luar. Yang lebih

sering terjadi adalah ruptur uteri yang dinamakan ruptur uteri violenta. Di

sini karena distosia sudah ada regangan segmen bawah uterus dan usaha

vaginal untuk melahirkan janin mengakibatkan timbulnya ruptur uteri. Hal

itu misalnya terjadi pada versi ekstraksi pada letak lintang yang dilakukan

bertentangan dengan syarat-syarat untuk tindakan tersebut. Kemungkinan

besar yang lain ialah ketika melakukan embriotomi. Berhubung dengan

itu, setelah tindakan-tindakan tersebut diatas dan juga setelah ekstraksi

dengan cunam yang sukar perlu dilakukan pemeriksaan kavum uteri

dengan tangan untuk mengetahui apakah terjadi rupture uteri. Gejala-

gejala ruptur uteri violenta tidak berbeda dari ruptur uteri spontan.

c. Ruptur uteri pada parut uterus

Ruptur uteri demikian ini terdapat paling sering pada parut bekas seksio

sesarea, peristiwa ini jarang timbul pada uterus yang telah dioperasi untuk

mengangkat mioma (miomektomi) dan lebih jarang lagi pada uterus

dengan parut karena kerokan yang terlampau dalam. Di antara parut-parut

bekas seksio sesarea, parut yang terjadi sesudah seksio sesarea klasik lebih

sering menimbulkan rupture uteri daripada parut bekas seksio sesarea

profunda. Perbandingannya ialah 4:1. Hal ini disebabkan oleh karena luka

pada segmen bawah uterus yang menyerupai daerah uterus yang lebih

tenang dalam masa nifas dapat sembuh dengan lebih baik, sehingga parut

lebih kuat. Ruptur uteri pada bekas seksio bisa menimbulkan gejala- gejala

seperti telah diuraikan lebih dahulu, akan tetapi bisa juga terjadi tanpa

banyak menimbulkan gejala. Dalam hal yang terakhir ini tidak terjadi

robekan secara mendadak, melainkan lambat laun jaringan disekitar bekas

luka menipis untuk akhirnya terpisah sama sekali dan terjadilah ruptur

Page 6: ASKEB Ruptur Uteri AKBID HAFSHAWATY ZAINUL HASAN GENGGONG PROBOLINGGO

uteri. Disini biasanya peritoneum tidak ikut serta, sehingga terdapat ruptur

uteri inkompleta. Pada peristiwa ini ada kemungkinan arteria besar

terbuka dan timbul perdarahan yang untuk sebagian berkumpul di

ligamentum latum dan untuk sebagian keluar. Biasanya janin masih

tinggal dalam uterus dan his kadang-kadang masih ada. Sementara itu

penderita merasa nyeri spontan atau nyeri pada perabaan tempat bekas

luka. Jika arteria besar luka, gejala-gejala perdarahan dengan anemia dan

syok, janin dalam uterus meninggal pula.

3. Menurut waktu terjadinya:

a. Ruptur Uteri Gravidarum, terjadi waktu sedang hamil, sering berlokasi

pada korpus

b. Ruptur Uteri Durante Partum, Terjadi waktu melahirkan anak, lokasinya

sering pada SBR. Jenis inilah yang terbanyak.

4. Menurut lokasi:

a. Korpus uteri, biasanya terjadi pada rahim yang sudah pernah mengalami

operasi, seperti seksio sesarea klasik (korporal) atau miomektomi.

b. Segmen bawah rahim (SBR), biasanya pada partus sulit dan lama (tidak

maju). SBR tambah lama tambah regang dan tipis dan akhirnya terjadilah

ruptur.

c. Servik uteri, biasanya terjadi pada waktu melakukan ekstraksi forcep atau

versi dan ekstraksi, sedang pembukaan belum lengkap.

d. Kolpoporeksis-kolporeksis, robekan-robekan diantara servik dan vagina.

E. PATOFISIOLOGIS

a) Ruptur uteri spontan.

Page 7: ASKEB Ruptur Uteri AKBID HAFSHAWATY ZAINUL HASAN GENGGONG PROBOLINGGO

Ruptur uteri ini terjadi secar spontan pada uterus yang utuh (tanpa parut). Faktor

pokok disini adalah bahwa persalinan tidak dapat berjalan dengan baik karena ada

halangan misalnya: panggul yang sempit, hidrosefalus, janin yang letak lintang,

dll. Sehingga segmen bawah uterus makin lama makin diregangkan. Pad suatu

saat regangan yang terus bertambah melampaui batas kekuatan jaringan

miometrium, maka terjadilah ruptur uteri.

Faktor predisposisi yang menyebabkan terjadinya ruptur uteri adalah multiparitas,

stimulus oksitosin, dll. Disini ditengah-tengah miometrium sudah terdapat banyak

jaringan ikat yang menyebabkan kekuatan dinding uterus menjadi kurang,

sehingga regangan lebih mudah menimbulkan robekan. Pada persalinan yang

kurang lancar, dukun-dukun biasanya melakukan tekanan keras kebawah terus-

menerus pada fundus uterus, hal ini dapat menambah tekanan pada segmen bawah

uterus yang sudah regang dan mengakibatkan terjadinya ruptur uteri. Pemberian

oksitosin dalam dosis yang terlalu tinggi / indikasi yang tidak tepat bisa

menyebabkan ruptur uteri.

b) Ruptur uteri traumatic.

Ruptur uteri yang disebabkan oleh trauma dapat terjadi karena jatuh, kecelakaan.

Robrkan ini yang bisa terjadi pada setiap saat dalam kehamilan, jarang terjadi

karena rupanya otot uterus cukup tahan terhadap trauma dari luar. Yang lebih

sering terjadi adalah ruptur uteri yang dinamakan ruptur uteri violenta. Disini

karena dystosia sudah ada regangan segmen bawah uterus dan usaha vaginal

untuk melahirkan janin mengakibatkan timbulnya ruptur uteri. Hal itu misalnya

terjadi pada versi ekstraksi pada letak lintang yang dilakukan bertentangan

dengan syarat. Kemungkinan besar yang lain adalah ketika melakukan

embriotomi. Selain itu perlu dilakukan pemeriksaan kavum uteri dengan tangan

untuk mengetahui terjadinya ruptur uteri..

c) Ruptur uteri pada luka bekas parut.

Page 8: ASKEB Ruptur Uteri AKBID HAFSHAWATY ZAINUL HASAN GENGGONG PROBOLINGGO

Diantara parut-parut bekas seksio sesarea, parut yang terjadi sesudah seksio

sesarea klasik lebih sering menimbulkan ruptur uteri dari pada parut bekas seksio

sesarea profunda. Hal ini disebabkan karena luka pada segmen bawah uterus yang

menyerupai daerah uterus yang lebih tenang dalam masa nifas dapat sembuh

dengan lebih baik, sehingga parut lebih kuat. Ruptur uteri pad bekas parut sesarea

klasik juga lebih sering terjadi pad kehamilan tua sebelum persalinan dimulai,

sedang peristiwa tersebut pada parut bekas seksio sesarea profunda umumnya

terjadi waktu persalinan.

Ruptur uteri pasca seksio sesarea bisa menimbulkan gejala-gejala seperti telah

diuraikan lebih dahulu, akan tetapi bisa juga terjadi tanpa banyak menimbulkan

gejala. Dalam hal yang terakhir ini tidak terjadi robekan secara mendadak,

melainkan lambat laun jaringan disekitar bekas luka menipis untuk akhirnya

terpisah sama sekali dan terjadilah ruptur uteri. Disini biasanya peritoneum tidak

ikut serta sehingga terdapat ruptur uteri inkompleta. Pada peristiwa ini ada

kemungkinan arteri besar terbuka dan timbul perdarahan yang sebagian

berkumpul di ligametum dan sebagian keluar. Biasanya janin masih tinggal dalam

uterus dan his kadang-kadang masih ada.

Sementar itu penderita merasa nyeri spontan atau nyeri pada perabaan tempet

bekas luka. Jika arteria besar terluka, gejal-gejal perdarahan, anemia dan syok,

janin dalam uterus meningggal pula.

F. PATHWAY

Page 9: ASKEB Ruptur Uteri AKBID HAFSHAWATY ZAINUL HASAN GENGGONG PROBOLINGGO

SPONTANDinding Rahim lemah, luka seksio,lukaenoldean mioma, bypoplasia uteri, kuretase, pelepasan plasenta secara manualsepsis pasca persalinan/pasca abortus.

VIOLETTrauma, penolongan versi dan ekstrasi

His korpus uteri berkontraksiDinding korpus uteri menebal dan volume korpus uteri lebih kecil

Tubuh janin menempati korpus uteri terdorongnya kebawahdan kedalam SBR.

SBR lebih lebar

Dinding SBR menipis karena tertarik keatas oleh kontraksi SAR kuat.

Lingkaran retralgi fisiologis meninggi kearah pusat melewati fisiologis menjadi patofisiologis.

Lingkaran bundle meningkat

SBR tertarik dan His berlangsung kuat terus menerus

Tentukan di serviks dan his berlangsung kuat terus menerus

Bagian bawah janin tidak kunjung turun kebawah melalui

jalan lahir

Page 10: ASKEB Ruptur Uteri AKBID HAFSHAWATY ZAINUL HASAN GENGGONG PROBOLINGGO

F. PENATALAKSANAAN KEBIDANAN

Penanganan ruptura uteri memerlukan tindakan spesialistis dan hanya mungkin

dilakukan di rumah sakit dengan fasilitas transfusi darah. Sikap bidan kalau

menerima kiriman penderita dengan ruptura uteri di pedesaan adalah melakukan

observasi saat menolong persalinan sehingga dapat melakukan rujukan bila terjadi

ruptura uteri mengancam atau membakat. Oleh karena itu, kerja sama dengan dokter

puskesmas atau dokter keluarga sangat penting.

Penanganan rupture uteri harus segera dilakukan :

1. Pemasangan infus untuk mengganti cairan dan perdarahan untuk mengatasi

keadaan syok

2. Memberikan profilaksis antibiotika atau antipiretik. Sehingga infeksi dapat

dikurangi.

3. Segera merujuk penderita dengan didampingi petugas agar dapat memberikan

pertolongan

4. Jangan melakukan manipulasi dengan pemeriksaan dalam untuk menghindari

terjadinya perdarahan baru.

G. PENATALAKSANAAN KLINIS

Lingkar retraksi semakin meninggi

Robek pada SBR

Rupture uteri

Page 11: ASKEB Ruptur Uteri AKBID HAFSHAWATY ZAINUL HASAN GENGGONG PROBOLINGGO

Tindakan pertama adalah memberantas syok, memperbaiki keadaan umum penderita

dengan pemberian infus cairan dan tranfusi darah, kardiotinika, antibiotika, dsb. Bila

keadaan umum mulai baik, tindakan selanjutnya adalah melakukan laparatomi

dengan tindakan jenis operasi :

1. Histerektomi baik total maupun sub

total

2. Histerorafia, yaitu luka di eksidir

pinggirnya lalu di jahit sebaik-

baiknya

3. Konserfatif : hanya dengan

temponade dan pemberian

antibiotika yang cukup.

Gambar Robekan utrerus saat laparotomi

Tindakan yang akan dipilih tergantung pada beberapa faktor, diantaranya adala :

1. Keadaan umum penderita

2. Jenis ruptur incompleta atau completa

3. Jenis luka robekan : jelek, terlalu lebar, agak lama, pinggir tidak rata dan sudah

banyak nekrosis

4. Tempat luka : serviks, korpus, segmen bawah rahim

5. Perdarahan dari luka : sedikit, banyak

6. Umur dan jumlah anak hidup

7. Kemampuan dan ketrampilan penolong

PENUTUP

Page 12: ASKEB Ruptur Uteri AKBID HAFSHAWATY ZAINUL HASAN GENGGONG PROBOLINGGO

A. Kesimpulan

Ruptur Uteri merupakan suatu robekan atau diskontinuita dinding rahim akibat

dilampauinya daya regang miomentrium. ( buku acuan nasional pelayanan kesehatan

maternal dan neonatal ) dimana yang menjadi penyebabnya adalah riwayat

pembedahan terhadap fundus atau korpus uterus, induksi dengan oksitosin yang

sembarangan atau persalinan yang lama serta presentasi abnormal ( terutama terjadi

penipisan pada segmen bawah uterus ) ( Helen, 2001 ) dengan Tanda dan gejala

ruptur uteri dapat terjadi secara dramatis atau tenang.

Ruptur uteri dapat dibagi menurut beberapa cara yaitu : Menurut waktu

terjadinya, Menurut lokasinya, Menurut robeknya peritoneum, Menurut etiologinya,

dan Menurut simtoma klinik

B. Saran

Diharapkan kepada akademi agar dapat lebih memperbanyak buku-buku yang

dapat menunjang perkuliahan, khususnya mata kuliah Kebidanan Maternitas dan

mata kuliah lainnya.

DAFTAR PUSTAKA

Page 13: ASKEB Ruptur Uteri AKBID HAFSHAWATY ZAINUL HASAN GENGGONG PROBOLINGGO

1. Hanifa,winkjosastro.2002. Buku Panduan Praktis Pelayanan Kesehatan Maternal

dan

2. Neonatal.Jakarta : Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawiroharjo.

3. Llewllyn-jones, Derek. 2001. Dasa-Dasar Obstetri dan Ginekologi Edisi 6. Jakarta

: EGC

4. Rustam, mochtar. 1998. Sinopsis Obstetri Jilid I. Jakarta : EG

5. Brunner & Suddart,s (1996), Textbook of Medical Surgical Nursing –2, JB.

Lippincot Company, Pholadelpia.

6. Klein. S (1997), A Book Midwives; The Hesperien Foundation, Berkeley, CA.

7. Lowdermilk. Perry. Bobak (1995), Maternity Nuring , Fifth Edition, Mosby Year

Book, Philadelpia.

8. Prawirohardjo Sarwono ; EdiWiknjosastro H (1997), Ilmu Kandungan, Gramedia,

Jakarta.

9. RSUD Dr. Soetomo (2001), Perawatan Kegawat daruratan Pada Ibu Hamil, FK.

UNAIR, Surabaya

10. Subowo (1993), Imunologi Klinik, Angkasa, Bandung.

11. Tabrani Rab 9 1998), Agenda Gawat Darurat, Alumni, Bandung.

ASUHAN KEBIDANAN PADA Ny. “Z”

Page 14: ASKEB Ruptur Uteri AKBID HAFSHAWATY ZAINUL HASAN GENGGONG PROBOLINGGO

KALA II DENGAN RUPTUR UTERI DI RSUD.WALUYO JATI KRAKSAAN

PENGKAJIAN DATA

1. Identitas

Nama : Ny. “Z” Nama suami : Tn. “X”

Umur : 42 tahun Umur : 47 tahun

Agama : Islam Agama : Islam

Pendidikan : SMA Pendidikan : SMA

Pekerjaan : IRT Pekerjaan : Karyawan Swasta

Alamat : Kraksaan Alamat : Kraksaan

2. Status perkawinan

Umur kawin : 15 tahun

Lama kawin : 1 tahun

3. Keluhan utama :

Ibu mengeluh perutnya terasa mules dan nyeri pinggang menjalar ke perut bagian

bawah sekitar pukul 15.00 Wib serta mengeluarkan lendir bercampur darah dari

kemaluannya sekitar pukul 17.00 Wib.

4. Riwayat kebidanan :

a. Haid

Manarche : 14 tahun

Siklus : 1 minggu/ teratur / ±28 hari

Banyaknya : 2 - 3 softek

Warnanya : Warna khas, merah terkadang hitam

Baunya : Khas, anyir

Keluhan : Desminorhea

Flour albus : Kadang – kadang

b. Riwayat kehamilan, persalinan dan nifas yang lalu

Perka Kehamilan Persalinan Anak Nifas K

Page 15: ASKEB Ruptur Uteri AKBID HAFSHAWATY ZAINUL HASAN GENGGONG PROBOLINGGO

winan BKe Usia Jenis Penolg TmptPenyul BBL Seks H M PenyulitAsi

1 1 36-

37mgg

SC Dokter RS Letsu 2700

gram

L - - Ekskl

usif

-

1 2 H A M I L I N I

c. Riwayat kehamilan sekarang

HPHT : 13 Mei 2015 TP: 30 Februari 2016

ANC : Trimester 1 : 1x di bidan

: Trimester II : 2x di bidan

: Trimester III : 2x di bidan & dokter

Keluhan : Trimester 1 : Mual dan muntah

Trimester II : Sering BAK

Trimester III : Sering BAK, nyeri di perut

Imunisasi : 1x sesudah nikah

5. Riwayat kesehatan yang lalu

Ibu tidak memiliki riwayat penyakit keturunan (Diabetes, hipertensi, paru-paru)

penyakit menular (hepatitis, HIV/AIDS) dan penyakit menahun (Jantung).

6. Riwayat kesehatan keluarga

Ibu tidak memiliki riwayat penyakit keturunan (Diabetes, hipertensi, paru-paru)

penyakit menular (hepatitis, HIV/AIDS) dan penyakit menahun (Jantung) serta

tidak memiliki keturunan kembar baik dari pihak ibu maupun suami.

7. Pola kebiasaan sehari- hari

a. Pola nutrisi : Ibu sudah menghabiskan setengah gelas teh hangat.

b. Pola eliminasi: Ibu tidak BAB & BAK

c. Pola istirahat : Ibu tidak bisa tidur

8. Data psikososial

Page 16: ASKEB Ruptur Uteri AKBID HAFSHAWATY ZAINUL HASAN GENGGONG PROBOLINGGO

Hubungan ibu dengan keluarga dan suami harmonis, dengan lingkungan

sekitarnya baik dan kehamilan ini sangat diharapkan dan direncanakan serta

menginginkan bayinya lahir sehat.

9. Data sosial budaya

Ibu melakukan selametan 4 bulanan dan 7 bulanan, selama hamil ibu tidak pernah

minum jamu- jamuan dan tidak pernah pijat di dukun.

10. Pemeriksaan fisik umum

a. Keadaan umum : Compos mentis

b.Tanda-tanda vital :

Tekanan darah : 80 / 60 mmHg

Pernapasan : 30x/ menit

Nadi : 110 x/menit, tidak teratur

Suhu : 37,9°C

11. Pemeriksaan fisik umum

a. Inspeksi

Kepala : Kulit kepala bersih, rambut hitam, tidak rontok

Wajah : Menyeringai, tampak pucat, tidak ada oedema

Mata : Bentuk simetris, konjungtiva pucat, sklera putih, palpebra tidak

oedema

Hidung: Bentuk simetris, tidak ada polip dan cuping hidung

Telinga: Bentuk simetris, tidak ada kelainan

Mulut : Bentuk simetris, bibir lembab, tidak ada gigi palsu, tidak ada caries,

lidah kotor, tidak terdapat stomatitis

Leher : Tidak ada pembesaran kelenjar tyroid dan bendungan vena jugularis

Ketiak : Tidak ada pembesaran kelenjar lymphe

Dada : Bentuk simetris, terdapat hiperpigmentasi, puting susu menonjol,

colostrum sudah keluar

Perut : Terdapat luka bekas operasi sesar melintang, tidak ada striae

gravidarum, pembesaran sesuai usia kehamilan, Nampak lingkaran

bandl melintang yang bertambah tinggi

Genetalia eksterna : Tidak ada kelainan, tidak ada oedema, keluar darah

Page 17: ASKEB Ruptur Uteri AKBID HAFSHAWATY ZAINUL HASAN GENGGONG PROBOLINGGO

segar

Anus : Tidak ada varises, tidak ada haemorhoid

Ekstremitas : Tangan dan kaki : Bentuk simetris, tidak ada varises,

Tidak ada oedema

b. Palpasi

Leher : Tidak teraba pembesaran kelenjar thyroid dan bendungan vena

jugularis

Mamae : Tidak ada tumor, colostrum sudah keluar

Perut : L I : TFU 3 jari dibawah px (28cm), bagian fundus teraba bulat,

Lunak, tidak melenting (bokong)

L II : Bagian kanan perut ibu teraba bagian tekecil janin

(ekstremitas). Bagian kiri perut ibu teraba bagian keras,

memanjang, ada tahanan (punggung)

L III : Bagian terendah janin teraba bulat melenting (kepala)

L IV : Kepala sudah masuk PAP (divergent), 3/5 bagian

TBJ : (28 – 11) x 155 = 2.635 gram

- Dapat diraba jelas bagian-bagian janin langsung di bawah dinding perut.

c. Auskultasi

Thorax : Tidak terdengar wezhing/ronchi

Abdomen : DJJ: (-) negative

d. Perkusi

Refleks patella : Tidak terkaji

12. Pemeriksaan Panggul Luar

Tidak dilakukan pemeriksaan

13. Pemeriksaan Dalam

VT jam : 18.00 wib

Pembukaan : 7cm

Efficement : 75%

Ketuban : +

Presentasi : kepala

Page 18: ASKEB Ruptur Uteri AKBID HAFSHAWATY ZAINUL HASAN GENGGONG PROBOLINGGO

Denominator : UUK Kanan depan

Hodge : 1/5

Tidak ada bagian kecil janin disamping bagian terdahulu

Bagian bawah janin tidak teraba lagi atau teraba tinggi.

14. Pemeriksaan Penunjang

Haemoglobin : 7g/dl

A. SUBJEKTIF

Ibu mengeluh perutnya terasa mules dan nyeri pinggang menjalar ke perut bagian

bawah sekitar pukul 15.00 Wib serta mengeluarkan lendir bercampur darah dari

kemaluannya sekitar pukul 17.00 Wib.

B. OBJEKTIF

1. Pemeriksaan fisik

a. Keadaan umum : Compos mentis

b.Tanda-tanda vital :

Tekanan darah : 80 / 60 mmHg

Pernapasan : 30x/ menit

Nadi : 110 x/menit, tidak teratur

Suhu : 37,7°C

2. Pemeriksaan fisik umum

a. Inspeksi

Kepala : Kulit kepala bersih, rambut hitam, tidak rontok

Wajah : Menyeringai, tampak pucat, tidak ada oedema

Mata : Bentuk simetris, konjungtiva pucat, sklera putih, palpebra tidak

oedema

Hidung: Bentuk simetris, tidak ada polip dan cuping hidung

Telinga: Bentuk simetris, tidak ada kelainan

Mulut : Bentuk simetris, bibir lembab, tidak ada gigi palsu, tidak ada caries,

lidah kotor, tidak terdapat stomatitis

Leher : Tidak ada pembesaran kelenjar tyroid dan bendungan vena jugularis

Ketiak : Tidak ada pembesaran kelenjar lymphe

Dada : Bentuk simetris, terdapat hiperpigmentasi, puting susu menonjol,

Page 19: ASKEB Ruptur Uteri AKBID HAFSHAWATY ZAINUL HASAN GENGGONG PROBOLINGGO

colostrum sudah keluar

Perut : Terdapat luka bekas operasi sesar melintang, tidak ada striae

gravidarum, pembesaran sesuai usia kehamilan, Nampak lingkaran

bandl melintang yang bertambah tinggi

Genetalia eksterna : Tidak ada kelainan, tidak ada oedema, keluar darah

segar

Anus : Tidak ada varises, tidak ada haemorhoid

Ekstremitas : Tangan dan kaki : Bentuk simetris, tidak ada varises,

Tidak ada oedema

b. Palpasi

Leher : Tidak teraba pembesaran kelenjar thyroid dan bendungan vena

jugularis

Mamae : Tidak ada tumor, colostrums sudah keluar

Perut : Tidak terkaji

c. Auskultasi

Thorax : Tidak terdengar wezhing/ronchi

Abdomen : DJJ: (-) negative

d. Perkusi

Refleks patella : Tidak terkaji

3. Pemeriksaan Panggul Luar

Tidak dilakukan pemeriksaan

4. Pemeriksaan Dalam

Tidak terkaji

C. ANALISA DATA

GII PI A0 inpartu kala II dengan Ruptur uteri

A. Planning

Page 20: ASKEB Ruptur Uteri AKBID HAFSHAWATY ZAINUL HASAN GENGGONG PROBOLINGGO

Tanggal 01 februari 2016, pukul 18.30 wib

1. Menyampaikan hasil pemeriksaan (ibu sudah pembukaan lengkap tetapi ada

penyulit yang menyertai, menjelaskan kemungkinan untuk ditranfusi darah, dan

dilakukan operasi)

e/. Ibu mengerti

2. Mengatur posisi ibu senyaman mungkin

e/. ibu merasa nyaman

3. Memberi dukungan psikologis pada ibu

e/. Ibu termotivasi dan ingin melahirkan bayinya dengan selamat

4. Memberi cairan Ringer Laktat 28 tetes/menit

e/. Cairan sudah diberikan dengan 28 tetes/menit

5. Memantau Denyut Jantung Janin secara ketat (setiap 15 menit)

e/. Obervasi DJJ sudah dilakukan setiap 15 menit

6. Memberikan profilaksis antibiotika atau antipiretik. Sehingga infeksi dapat

dikurangi.

e/. Sudah diberikan pada ibu

7. Segera merujuk ibu dengan didampingi petugas agar dapat memberikan

pertolongan

e/. Ibu dan keluarga bersedia

LEMBAR KONSULTASI

Page 21: ASKEB Ruptur Uteri AKBID HAFSHAWATY ZAINUL HASAN GENGGONG PROBOLINGGO

NAMA MAHASISWA ( KELOMPOK 3 ) :

Anggie DheanaAnika NovitaArdillahEndang Zulfatul LLuluk Megawati

Nurul MaulidaSiti FajarenaSiti KhotijaSiti MaisyarohVeranica Widi O

NO TANGGAL MATERI KONSUL EVALUASI TTD