16
Najmah, SKM, MPH. Faculty of Public Health, Sriwijaya University [email protected] DIFTHERIA, PERTUSIS, TETANUS

BAB 7 Epidemiologi Penyakit Menular Diftheria, Pertusis dan Tetanus

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: BAB 7 Epidemiologi Penyakit Menular Diftheria, Pertusis dan Tetanus

Najmah, SKM, MPH.Faculty of Public Health, Sriwijaya University

[email protected]

DIFTHERIA, PERTUSIS, TETANUS

Page 2: BAB 7 Epidemiologi Penyakit Menular Diftheria, Pertusis dan Tetanus

“And He found you lost and guided you”

-QS. Adh-Dhuha:7-

Page 3: BAB 7 Epidemiologi Penyakit Menular Diftheria, Pertusis dan Tetanus

Analisa Situasi Diphteria, Pertusis, Tetanus

Triad Epidemiologi Diphteria, Pertusis, Tetanus

Riwayat Alamiah Penyakit Diphteria, Pertusis, Tetanus

Penularan Diphteria, Pertusis, Tetanus

Pencegahan Diphteria, Pertusis, Tetanus

Today’s Topics

Page 4: BAB 7 Epidemiologi Penyakit Menular Diftheria, Pertusis dan Tetanus

Analisa Situasi Difteri, Pertusis dan Tetanus disebabkan oleh bakteri. Difteri menyerang semua usia, tetapi paling sering

menyerang anak-anak yang belum diimunisasi. Pada tahun 2000, 30.000 kasus dan 3000 kematian difteri dilaporkan di seluruh dunia.

Pertusis sangat menular pada saluran pernapasan, terutama pada bayi dan anak-anak, dan mudah menular dari orang ke orang, terutama melalui ludah (droplets). Pertusis (batuk rejan) merupakan penyebab penting kematian bayi di seluruh dunia.Perkiraan dari WHO menunjukkan bahwa, pada tahun 2008, sekitar 16juta kasus pertusis terjadi di seluruh dunia, 95% di antaranya berada di negara-negara berkembang dan sekitar 195.000 anak meninggal.

Page 5: BAB 7 Epidemiologi Penyakit Menular Diftheria, Pertusis dan Tetanus

Analisa Situasi Tetanus diperoleh ketika spora bakteri

Clostridium tetani menginfeksi luka atau tunggul tali pusat. WHO memperkirakan bahwa tetanus neonatal menewaskan sekitar 180.000 bayi pada tahun 2002.

Di Indonesia, tahun 2012 - 2013 kasus Difteri mengalami penurunan dari 1.192 kasus – 778 kasus dengan jumlah kasus meninggal sebanyak 76 kasus CFR 6.38% - 39 kasus CFR 5.01%. Dari seluruh kasus tersebut, hampir setengah diantaranya (47.8%) terjadi pada penderita yang tidak mendapat vaksin DPT.

Page 6: BAB 7 Epidemiologi Penyakit Menular Diftheria, Pertusis dan Tetanus

TRIAD EPIDEMIOLOGI 1. Agent

Difteri

• Corynebacterium diphtheriae• Bakteri basil aerobik gram positif.

Hanya strain toksigenik dapat menyebabkan penyakityang parah. Semua isolat Corynebacterium diphtheriae harus diuji oleh laboratorium untuk tingkat keracunan.

Pertusis• Bordetella pertussis• Berukurankecil, aerobik batang gram-

negatif.

Tetanus

• Clostridium tetani• Bakteri gram-positif, batangan aerob

yang dapat mengembangkan sporaterminal. Sensitif terhadap panas dan tidak dapat bertahan hidup dengan adanya oksigen. Spora, sebaliknya, sangat tahan terhadap panas dan antiseptik biasa.

Page 7: BAB 7 Epidemiologi Penyakit Menular Diftheria, Pertusis dan Tetanus

HOST DPT

Lingkungan yang bersih dan sehat merupakan faktor utama untuk mencegah penularan DPT.

Tidak meletakkan bahan yang tajam dan berkarat di lingkungan anak bermain dapat mencegah penularan tentanus.

Lingkungan rumah dan sekolah yang terkena matahari langsung dan ventilasi udara cukup serta bersih dapat mengurangi resiko penularan Difteri dan Pertusis.

ENVIRONMENT

MANUSIA

Page 8: BAB 7 Epidemiologi Penyakit Menular Diftheria, Pertusis dan Tetanus

Riwayat Alamiah Penyakit

2. Tahap Patogenesis A. Difteri Masa inkubasi difteri : 2-5 hari (kisaran, 1-10hari). Orang yang rentan bisa memperoleh toksigenik difteri basil

di nasofaring. Organisme ini menghasilkan racun yang menghambat

sintesis protein seluler, kerusakan jaringan lokal, dan pembentukan membran. Dapat terjadi komplikasi utama miokarditis dan neuritis dan trombosit rendah serta protein dalam urin.

1. Tahap Prepatogenesis Terjadi interaksi antara pejamu dan agen bakteri Corynebacterium diphtheriae, Clostridium tetani, Bordetella pertusis. Jika imunitas host sedang lemah agent lebih ganas dan kondisi lingkungan tidak menguntungkan bagi host maka penyakit DPT akan melanjutkan riwayat alamiahnya ke tahap Patogenesis.

Page 9: BAB 7 Epidemiologi Penyakit Menular Diftheria, Pertusis dan Tetanus

B. Pertusis Masa inkubasi pertusis umumnya 7-10hari,

dengan kisaran 4-21 hari Perjalanan klinis penyakit ini dibagi menjadi

tiga tahap. 1. Tahap catarrhal, ditandai pilek, bersin,

demam ringan dan batuk sesekali ringan, mirip dengan flu biasa.

2. Tahap paroksismal. Demam berkurang. Serangan paroksismal terjadi lebih sering pada malam hari, dengan rata-rata 15 serangan per 24 jam. Tahap paroksismal biasanya berlangsung 1 sampai 6 minggu tetapi dapat bertahan hingga 10 minggu. Bayi berusia kurang dari 6 bulan memiliki paroxysms batuk.

3. Tahap penyembuhan, pemulihan bertahap. Batuk menjadi kurang paroksismal dan menghilang dalam 2 sampai 3 minggu.

Page 10: BAB 7 Epidemiologi Penyakit Menular Diftheria, Pertusis dan Tetanus

C. Tetanus Masa inkubasi berkisar antara 3-21 hari Semakin pendek masa inkubasi, semakin tinggi

kemungkinan kematian. Clostridiumtetani masuk ke dalam tubuh melalui

luka. Dalam keadaan anaerob (oksigen rendah), spora berkecambah. Toksin diproduksi dan disebarkan melalui darah dan limfatik. Racun bereaksi di sistem saraf pusat, termasuk akhir saraf motorik perifer, sumsum tulang belakang, otak, dan sistem saraf simpatik.

Manifestasi klinis yang khas dari tetanus disebabkan ketika toksin tetanus mengganggu pelepasan neurotransmiter, menghambat impuls inhibitor. Hal ini menyebabkan kontraksi otot dan kejang.

Page 11: BAB 7 Epidemiologi Penyakit Menular Diftheria, Pertusis dan Tetanus

PENULARAN a. Difteri Penularan dari orang-ke-orang melalui saluran pernapasan, dari kulit yang luka, atau artikel kotor dengan tertular dari luka orang yang terinfeksi (fomites). Organisme dapat bertahan hingga kurang lebih 2 minggu dan jarang lebih dari 4 minggu, tanpa antibiotik. Terapi antibiotik efektif dapat mengurangi penularan.

b. Pertusis Penularan terjadi melalui rute pernapasan melalui kontak dengan droplet pernapasan. Pertusis (batuk rejan) dapat menyebabkan penyakit yang serius pada bayi, anak-anak dan orang dewasa. Pertusis menyebabkan batuk yang keras dan terus-menerus, sampai udara hilang dari paru-paru dan dipaksa untuk menghirup dengan keras suara "whoop”.

Page 12: BAB 7 Epidemiologi Penyakit Menular Diftheria, Pertusis dan Tetanus

c. Tetanus Penularan terutama terjadi oleh luka yang terkontaminasi. Ada tiga perbedaan tetanus: 1.Tetanus lokal : pasien

mengalami kontraksi terus-menerus dari otot-otot di daerah anatomi yang sama dengan cedera.

2.Tetanus cephalic terjadi dengan otitis media (infeksi telinga) di mana C.tetani hadir dalam flora telinga tengah, atau mengikuti cedera di kepala.

3.Tetanus umum. Penyakit ini biasanya menyajikan dengan pola turun. Tanda pertama adalah trismus atau kejang mulut, diikuti dengan kekakuan leher, kesulitan menelan, dan kekakuan otot perut. Gejala lain termasuk suhu tinggi, berkeringat, tekanan darah tinggi, dan episodik detak jantung yang cepat.

Page 13: BAB 7 Epidemiologi Penyakit Menular Diftheria, Pertusis dan Tetanus

PENCEGAHAN Pemberian Vaksin DtaP

(Diphteria and Tetanus Toxoids and Acelullar Pertusis Vaccine),

dengan ketentuan :• 4-6 tahun, sebelum masuk

sekolah (DtaP)• 11-12 tahun (Tdap)

• Setiap 10 tahun sesudahnya (Td)

Page 14: BAB 7 Epidemiologi Penyakit Menular Diftheria, Pertusis dan Tetanus

GROUP DISCUSSIONBuatlah tabel pencegahan penyakit DPT yang terdiri dari pencegahan primer, sekunder, dan

tersier berdasarkan riwayat alamiah dari masing-masing penyakit!

Page 16: BAB 7 Epidemiologi Penyakit Menular Diftheria, Pertusis dan Tetanus

Najmah. 2016. Epidemiologi Penyakit Menular. Jakarta: TIM.

REFERENCE

desyindahps