17

Click here to load reader

DIABETES MELLITUS

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: DIABETES MELLITUS

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Diabetes mellitus (DM) didefinisikan sebagai suatu penyakit atau gangguan

metabolisme kronis dengan multi etiologi yang ditandai dengan tingginya kadar gula darah

disertai dengan gangguan metabolisme karbohidrat, lipid dan protein sebagai akibat

insufisiensi fungsi insulin. Insufisiensi fungsi insulin dapat disebabkan oleh gangguan atau

defisiensi produksi insulin oleh sel-sel beta Langerhans kelenjar pankreas, atau disebabkan

oleh kurang responsifnya sel-sel tubuh terhadap insulin (WHO, 1999). Bentuk paling

umum dari diabetes melitus adalah diabetes melitus tipe 1, diabetes melitus tipe 2 dan

diabetes melitus gestasional. Pada Diabetes melitus tipe 1 atau Insulin Dependent Diabetes

Mellitus (IDDM), terjadi gangguan proses autoimun dimana tubuh menyerang sel beta

pankreas sedangkan pada diabetes melitus tipe 2 atau Non-Insulin Dependent Diabetes

Mellitus (NIDDM), dapat terjadi dua kondisi dimana pankreas memproduksi insulin, tetapi

jumlah insulin yang diproduksi tidak adekuat atau terjadinya resistensi insulin. Diabetes

gestasional adalah hiperglikemia dengan onset atau pertama kali diketahui selama

kehamilan.

Jumlah penduduk dunia yang menderita diabetes mellitus cenderung meningkat dari

tahun ke tahun. Hal ini berkaitan dengan jumlah populasi meningkat, pola hidup,

prevalensi obesitas meningkat dan kegiatan fisik kurang (Smeltzer & Bare, 2002). Laporan

dari WHO mengenai studi populasi DM di berbagai Negara, jumlah penderita diabetes

mellitus pada tahun 2000 di Indonesia menempati urutan ke-4 terbesar dalam jumlah

penderita diabetes mellitus dengan prevalensi 8,4 juta jiwa. Urutan diatasnya adalah India

(31,7 juta jiwa), China (20,8 juta jiwa), dan Amerika Serikat (17,7 juta jiwa) (Darmono,

2007). Pada tahun 2010 jumlah penderita DM di Indonesia minimal menjadi 5 juta dan di

dunia 239,9 juta penderita. Diperkirakan pada tahun 2030 prevalensi diabetes mellitus di

Indonesia meningkat menjadi 21,3 juta. Angka kesakitan dan kematian akibat DM di

Indonesia cenderung berfluktuasi setiap tahunnya sejalan dengan perubahan gaya hidup

masyarakat yang mengarah pada makanan siap saji dan sarat karbohidrat.

Berdasarkan laporan rumah sakit dan puskesmas, prevalensi diabetes mellitus

tergantung insulin di Provinsi Jawa Tengah pada tahun 2008 sebesar 0,16%, mengalami

peningkatan bila dibandingkan prevalensi tahun 2007 sebesar 0,09%. Prevalensi tertinggi

adalah di Kota Semarang sebesar 0,84%. Sedang prevalensi kasus diabetes mellitus tidak

Page 2: DIABETES MELLITUS

tergantung insulin lebih dikenaldengan DM tipe II, mengalami peningkatan dari 0,83%

pada tahun 2006, menjadi 0,96% pada tahun 2007, dan 1,25% pada tahun 2008 (Dinkes

Provinsi Jawa Tengah, 2008). Hasil dari data laporan puskesmas Kota Semarang pada

tahun 2009 didapatkan jumlah kasus diabetes mellitus adalah sebanyak 63.867 kasus,

terdiri atas 25.191 tergantung insulin dan 38.676 kasus diabetes mellitus non insulin (Profil

Kesehatan Kota Semarang, 2009). Jumlah tersebut semakin membuktikan bahwa penyakit

Diabetes Mellitus merupakan masalah kesehatan masyarakat yang serius. Data

Departemen Kesehatan RI menyebutkan bahwa jumlah pasien rawat inap maupun rawat

jalan di Rumah Sakit menempati urutan pertama dari seluruh penyakit endokrin adalah

Diabetes mellitus. Organisasi yang peduli terhadap permasalahan Diabetes, Diabetic

Federation mengestimasi bahwa jumlah penderita Diabetes mellitus di Indonesia pada

tahun 2008, terdapat 5,6 juta penderita Diabetes untuk usia diatas 20 tahun, akan

meningkat menjadi 8,2 juta pada tahun 2020, bila tidak dilakukan upaya perubahan pola

hidup sehat pada penderita.

Saat ini, banyak orang masih menanggap penyakit Diabetes Mellitus merupakan

penyakit orang tua atau penyakit yang hanya timbul karena faktor keturunan. Namun,

setiap orang dapat mengidap Diabetes Mellitus baik tua maupun muda. Tingginya kadar

glukosa darah secara terus menerus atau berkepanjangan dapat menyebabkan komplikasi

diabetes. Berdasarkan penelitian Murray (2000) tiap 19 menit ada satu orang di dunia yang

terkena stroke, ada satu orang yang buta dan ada satu orang di dunia diamputasi akibat

komplikasi Diabetes Mellitus (Maulana, 2009). Berbagai komplikasi dapat terjadi jika

penatalaksanaan Diabetes Mellitus tidak optimal.

Penatalaksanaan Diabetes Melitus dikenal 4 pilar utama pengelolaan yaitu:

penyuluhan, perencanaan makan, latihan jasmani, dan obat hipoglikemik. Terapi gizi

merupakan komponen utama keberhasilan penatalaksanaan diabetes. Kepatuhan pasien

terhadap prinsip gizi dan perencanaan makan merupakan salah satu kendala pada pasien

diabetes. Penderita diabetes banyak yang merasa tersiksa sehubungan dengan jenis dan

jumlah makanan yang dianjurkan. Penelitian Setyani pada tahun 2007 menggambarkan

tingkat ketaatan diet bagi pasien diabetes mellitus. Hasil penelitiannya menunjukkan hanya

43% pasien yang patuh menjalankan diet diabetes mellitus. Sebanyak 57% pasien tidak

patuh menjalankan diet yang dianjurkan.

Pasien yang patuh akan mempunyai kontrol glikemik yang lebih baik, dengan kontrol

glikemik yang baik dan terus menerus akan dapat mencegah komplikasi akut dan

Page 3: DIABETES MELLITUS

mengurangi resiko komplikasi jangka panjang. Perbaikan kontrol glikemik berhubungan

dengan penurunan kejadian retinopati, nefropati dan neuropati. Sebaliknya bagi pasien

yang tidak patuh akan mempengaruhi kontrol glikemiknya menjadi kurang baik bahkan

tidak terkontrol, hal ini akan mengakibatkan komplikasi yang mungkin timbul tidak dapat

dicegah. Berdasarkan latar belakang diatas maka makalah ini akan membahas tentang

pengaturan pola makan penderita diabetes agar penderita diabetes mellitus menerapkan

pola makan seimbang untuk menyesuaikan kebutuhan glukosa sesuai dengan kebutuhan

tubuh melalui pola makan sehat.

B. Rumusan Masalah

1. Apa pengertian diabetes mellitus ?

2. Apa saja klasifikasi diabetes mellitus ?

3. Bagaimana gejala dan diagnosa diabetes mellitus ?

4. Apa faktor resiko dari diabetes mellitus ?

5. Mengapa diabetes mellitus memerlukan pengaturan pola makan (diet) ?

6. Bagaimana pengaturan pola makan pada penderita diabetes mellitus ?

C. Tujuan

1. Untuk mengetahui pengertian diabetes mellitus.

2. Untuk mengetahui klasifikasi diabetes mellitus.

3. Untuk mengetahui gejala dan diagnosa diabetes mellitus.

4. Untuk mengetahui faktor resiko dari diabetes mellitus.

5. Untuk mengetahui mengapa diabetes mellitus memerlukan pengaturan pola

makan (diet).

6. Untuk mengetahui pengaturan pola makan pada penderita diabetes mellitus.

Page 4: DIABETES MELLITUS

BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Diabetes Mellitus

Diabetes Mellitus merupakan suatu penyakit yang ditandai dengan kadar glukosa

darah melebihi normal. Insulin yang dihasilkan oleh kelenjar pankreas sangat penting

untuk menjaga keseimbangan kadar glukosa darah yaitu untuk orang normal (non

diabetes) waktu puasa antara 60-120 mg/dL dan dua jam sesudah makan dibawah 140

mg/dL. Bila terjadi gangguan pada kerja insulin, keseimbangan tersebut akan terganggu

sehingga kadar glukosa darah cenderung naik. Gejala bagi penderita diabetes mellitus

adalah dengan keluhan keluhan banyak minum (polidipsi), banyak makan (poliphagia),

banyak buang air kecil (poliuri), badan lemas serta penurunan berat badan yang tidak jelas

penyebabnya, kadar gula darah pada waktu puasa ≥126 mg/dL dan kadar gula darah

sewaktu ≥ 200 mg/dL (Badawi, 2009).

B. Klasifikasi Diabetes Mellitus

Di Indonesia ada dua jenis utama diabetes mellitus yang paling sering ditemui, yaitu:

diabetes mellitus tergantung insulin (tipe I) dan diabetes mellitus tidak tergantung insulin

(tipe II), (Leslie, 1991).

1. Diabetes Mellitus Tergantung Insulin (DMTI/Tipe I)

Kebanyakan penderita diabetes mellitus tipe I mendapatkan penyakit ini pada usia

muda. Biasanya penderita diabetes mellitus yang termasuk dalam kelompok ini: muda,

kurus dan mendapatkan penyakitnya secara tiba-tiba. Produksi insulin oleh pankreas

sangat sedikit dan tidak mencukupi sehingga tergantung pada pemberian insulin dari

luar. Penyakit ini tidak dapat dikendalikan tanpa menggunakan insulin sehingga setiap

penderita harus disuntik insulin (Charles, 2002).

Diabetes Mellitus Tergantung Insulin (DMTI) disebabkan oleh penghancuran total

sel-sel penghasil pada pankreas. Kerusakan pada sel-sel penghasil insulin disebabkan

oleh peradangan. Kondisi tersebut disebabkan oleh faktor lingkungan, mungkin

berupa virus yang menyerang seseorang yang mudah terkena karena mempunyai pola

gen tertentu disebut dengan gen human leucocyte antygent (HLA). Kebanyakan orang

dengan pola gen HLA ini hanya membuat mereka lebih mudah terkena dibanding

orang lain. Fungsi utama insulin itu sendiri dalam menurunkan kadar glukosa secara

Page 5: DIABETES MELLITUS

alami yaitu dengan cara meningkatkan jumlah gula yang disimpan didalam hati,

merangsang sel-sel tubuh agar menyerap gula, mencegah hati mengeluarkan terlalu

banyak gula.

Jika insulin berkurang, kadar gula didalam darah akan meningkat. Gula dalam

darah berasal dari makanan kita yang diolah secara kimiawi oleh hati. Sebagian gula

disimpan dan sebagian lagi digunakan untuk tenaga. Disinilah fungsi hormon insulin

sebagai “stabilizer” alami terhadap kadar glukosa dalam darah. Jika terjadi gangguan

sekresi (produksi) hormon insulin pada sel-sel darah maka potensi terjadinya diabetes

mellitus sangat besar sekali.

2. Diabetes Mellitus Tidak Tergantung Insulin (DMTTI/Tipe II)

Diabetes Mellitus Tidak Tergantung Insulin paling banyak menyerang orang

dewasa, walaupun diabetes mellitus tipe II juga dapat timbul pada usia berapa saja.

Pada diabetes mellitus tipe II sel-sel penghasil insulin tidak rusak, tetapi tidak

menghasilkan cukup insulin sehingga hati, otot serta lemak tidak bereaksi secara

normal terhadap insulin yang dihasilkan. Pasien-pasien yang termasuk dalam

kelompok ini biasanya memiliki berat badan yang lebih dan memiliki riwayat adanya

anggota keluarga lain yang juga menderita penyakit diabetes mellitus. Pada pasien

diabetes mellitus tipe II yang tidak gemuk, kadar glukosa di dalam darahnya tinggi

karena sel beta pankreasnya terlalu sedikit membentuk insulin sehingga tidak dapat

mempertahankan kadar glukosa darah tetap dalam batas-batas normal.

Pasien diabetes mellitus tipe II yang gemuk masih menghasilkan relatif cukup

banyak insulin, tetapi masih tetap tidak mencukupi kebutuhan untuk mempertahankan

kadar glukosa darahnya dalam batas-batas normal. Pada orang gemuk, insulin harus

bekerja keras untuk memasukkan glukosa kedalam sel-sel tubuh, karena pada darah

orang gemuk terdapat kadar glukosa yang tinggi, suatu saat akan menyebabkan insulin

tidak sanggup lagi untuk memasukkan glukosa tersebut kedalam sel-sel tubuh,

sehingga terjadilah resistensi insulin yang mengakibatkan timbulnya penyakit diabetes

mellitus.

C. Gejala dan Diagnosa Diabetes Mellitus

Diabetes Mellitus seringkali disebut sebagai The Great Imitato, karena penyakit

ini dapat mengenai semua organ tubuh dan menimbulkan berbagai macam keluhan

Page 6: DIABETES MELLITUS

serta gejalanya bervariasi. Diabetes Mellitus dapat timbul dan menimbulkan berbagai

macam keluhan serta gejalanya bervariasi. Diabetes Mellitus dapat timbul secara

perlahan-lahan sehingga penderita tidak menyadari akan adanya perubahan seperti

minum menjadi lebih banyak, buang air kecil lebih sering ataupun berat badan yang

menurun. Gejala-gejala tersebut dapat berlangsung lama tanpa diperhatikan, sampai

kemudian ketika orang tersebut berobat ke dokter dan diperiksa kadar gula darahnya,

diketahui menderita diabetes mellitus. Terkadang pula gambaran klinisnya tidak jelas

dan baru diketahui menderita diabetes mellitus pada saat pemeriksaan penyaring untuk

penyakit lain. Dapat pula gejala diabetes mellitus timbul mendadak tanpa melalui

gejala-gejala umum seperti poliuria, polidipsia dan polifagia (Syaifoellah, 1996).

Menurut Pusat Diabetes dan Nutrisi Sutomo (1994), gejala klinis khas seperti

poliuria (banyak kencing), polidipsia (banyak minum), polifagia (banyak makan), rasa

lemas dan turunnya berat badan merupakan petunjuk yang penting dalam

mendiagnosa diabetes mellitus. Kelainan kulit berupa gatal-gatal, biasanya terjadi

didaerah genital ataupun lipatan kulit seperti didaerah ketiak dan dibawah payudara,

biasanya akibat tumbuhnya jamur. Sering pula dikeluhkan timbulnya bisul-bisul atau

luka yang lama yang tidak mau sembuh. Luka ini dapat timbul akibat hal yang sepele

seperti: luka lecet karena sepatu, tertusuk peniti dan sebagainya. Pada wanita,

keputihan merupakan salah satu keluhan yang menyebabkan pasien datang kedokter

ahli kebidanan dan sesudah diperiksa ternyata diabetes mellitus yang menjadi latar

belakang keluhan tersebut. Juga dalam hal ini, jamur terutama Candida, merupakan

penyebab tersering timbulnya keluhan keputihan ini. Rasa kebas dan kesemutan akibat

sudah terjadinya neuropati, merupakan juga keluhan pasien, disamping keluhan lemah

dan mudah merasa lelah. Pada pasien laki-laki terkadang timbul keluhan impotensi

yang menyebabkan pasien tersebut dating berobat kedokter. Keluhan lain yang

mungkin menyebabkan pasien dating berobat kedokter ialah keluhan mata kabur yang

disebabkan katarak, ataupun gangguan refraksi akibat perubahan-perubahan pada

lensa oleh karena hiperglikemia (Syaifoellah, 1996).

Untuk menetapkan diagnosis diabetes mellitus pada pasien dengan keluhan khas

(poliuria, polidipsia dan penurunan berat badan) cukup dilakukan dengan pemeriksaan

kadar glukosa darah. Apabila kadar glukosa darah kapiler pada waktu puasa > 126

mg/dl atau 2 jam sesudah makan > 200 mg/dl, maka pasien tersebut dinyatakan

menderita diabetes mellitus. Mereka yang tidak mempunyai keluhan khas, tetapi

Page 7: DIABETES MELLITUS

menunjukkan hasil pemeriksaan kadar gula darah >200 mg/dl masih memerlukan

pemeriksaan lain. (Pusat Diabetes dan Nutrisi, 1994).

Tabel Kriteria penegakan diagnosis

Kriteria Glukosa darah puasa Glukosa darah 2 jam setelah

makanNormal <100 mg/dL <140 mg/dLDiabetes >126 mg/dL >200 mg/dL

D. Faktor Resiko Diabetes Mellitus

1. Faktor Genetik

Menurut Wiyoto, dkk tahun 1978, faktor genetik dianggap memegang peranan

penting dalam terjadinya penyakit diabetes mellitus. Walaupun demikian bagaimana

peranan faktor genetik ini dan bagaimana faktor genetik ini diturunkan sampai

sekarang belum diketahui dengan jelas. Peranan faktor genetik ini juga jelas pada

kembar yang menderita diabetes mellitus. Pada kembar yang monozygote insidensi

agar keduanya menderita diabetes mellitus berkisar anatara 45-90 %, sedangkan pada

kembar yang dizygote insidensi agar keduanya menderita diabetes mellitus berkisar

antara 3-37 %.

Penelitian yang dilakukan oleh Nelson (1975) pada kembar monozygote

menunjukkan bahwa:

a. Diabetes Mellitus yang terjadi pada kembar monozygote yang dimulai sesudah

umur 45 tahun selalu concordant (keduanya menderita diabetes mellitus).

b. Diabetes Mellitus yang terjadi pada kembar monozygote yang mulai pada usia

muda, 50% concordant (keduanya menderita diabetes mellitus) dan 50%

discordant (salah seorang menderita diabetes mellitus).

Dari penelitian diatas jelaslah bahwa peranan faktor genetik pada diabetes

mellitus usia muda berlainan dengan diabetes mellitus pada usia lanjut. Orang usia

lanjut yang mempunyai saudara kandung penderita diabetes mellitus lebih mudah

untuk menderita diabetes mellitus.

2. Kurangnya Aktivitas Fisik

Menurut Leslie (1991), aktivitas fisik seperti pergerakan atau olahraga yang

dilakukan secara teratur adalah usaha yang dapat dilakukan untuk menghindari

kegemukan atau obesitas, sehingga kemungkinan untuk menderita diabetes mellitus

semakin kecil. Apabila kita berolahraga atau mengerjakan pekerjaan-pekerjaan yang

Page 8: DIABETES MELLITUS

berat kita memerlukan lebih banyak energi. Ini berarti bahwa kita perlu lebih banyak

glukosa yang kemudian diubah menjadi energi. Dengan demikian untuk menghindari

timbulnya diabetes mellitus karena kadar glukosa darah meningkat akibat

mengkonsumsi makanan yang berlebihan dapat diimbangi dengan aktivitas fisik

(pekerjaan) yang seimbang. Sehingga kadar glukosa darah dapat normal kembali dan

cara kerja insulin tidak terganggu.

3. Kehamilan

Kadang-kadang diabetes ditemukan pertama kali selama kehamilan, dan kondisi

ini dialami hanya sementara (sewaktu hamil) saja, dan kembali normal sesudah hamil.

Keadaan seperti ini disebut dengan istilah Diabetes Mellitus Gestasional. Diabetes

Mellitus Gestasional adalah suatu intoleransi karbohidrat baik yang ringan maupun

yang berat yang terjadi atau pertama kali diketahui pada saat kehamilan berlangsung

(Sidartawan, 1998).

Hal tersebut bisa dikaitkan dengan keadaan seperti kehamilan, ibu-ibu yang hamil

secara lahiriah akan lebih banyak makan dari biasanya dengan tujuan memberikan

makanan yang cukup kepada janin dan akhirnya mereka menjadi gemuk. Pada saat

tubuh tidak dapat lagi mengolah gula yang beredar didalam darah, maka timbullah

diabetes mellitus (Brudnell, 1996).

4. Usia Lanjut

Dengan bertambahnya umur maka terjadilah gangguan pada fungsi pankreas dan

kerja dari insulin yang menyebabkan kadar glukosa dalam darah meningkat.

Gangguan fungsi pankreas menyebabkan terjadinya sekresi insulin berkurang. Kerja

insulin yang berkurang akan menyebabkan terjaadinya resistensi insulin, sehingga

kadar glukosa dalam darah meningkat akibat terjadinya diabetes mellitus (Pusat

Diabetes dan Nutrisi, 1994).

5. Sosial Ekonomi

Perubahan pola penyakit di negara-negara berkembang khususnya di Indonesia

dianggap ada hubungannya dengan cara hidup yang berubah sesuai dengan bertambahnya

kemakmuran yang bercermin dalam pendapatan perkapita Indonesia (Syaifoellah, 1996).

Beberapa penelitian menunjukkan dengan jelas suatu perubahan pada prevalensi diabetes

mellitus diantara kelompok sosial ekonomi yang berbeda. Pada umumnya peningkatan

prevalensi diabetes mellitus terjadi pada kelompok-kelompok sosial ekonomi yang lebih

tinggi pada negara-negara yang sedang berkembang dibandingkan dengan kelompok-

Page 9: DIABETES MELLITUS

kelompok sosial yang lebih rendah. Perubahan dalam gaya hidup, makanan, olahraga dan

perpindahan ke kota dianggap mempunyai kontribusi terhadap prevalensi diabetes mellitus

yang lebih tinggi disuatu daerah.

E. Pentingnya Pengaturan Pola Makan Bagi Penderita Diabetes Mellitus

Pengaturan pola makan pada penderita diabetes penting karena dengan mengontrol

pola makan atau diterapkannya terapi diet maka penderita diabetes dapat memulihkan

dan mempertahankan kadar glukosa darah dalam kisaran nilai yang normal

sehingga dapat mencegah terjadinya glikosuria beserta gejala-gejalanya. Serta dapat

mengurangi besarnya perubahan kadar glukosa darah postprandial dan dapat memulihkan

dan mempertahankan berat badan ideal. (Beck, 2011)

Terapi nutrisi medis merupakan bagian dari keseluruhan perawatan diabetes.

Pengaturan pola makan atau diet adalah salah satu dari pengobatan umum untuk

semua penderita diabetes dan dalam kasus paling ringan adalah diperlukan untuk

mengembalikan toleransi karbohidrat normal. Penting untuk dicatat bahwa

rekomendasi diet untuk penderita diabetes dalam kebanyakan sama seperti untuk

orang non-diabetes dan didasarkan pada prinsip-prinsip gizi. Meskipun kepatuhan

terhadap prinsip-prinsip perencanaan gizi dan makanan adalah salah satu aspek yang

paling berperan dari perawatan diabetes , terapi nutrisi adalah komponen penting dari

manajemen diabetes yang sukses. (Stephen,2009)

Dalam mengelola diabetes mellitus, tujuan manajemen pengaturan pola makan

atau diet adalah untuk:

1) Meningkatkan kesehatan secara keseluruhan dan mempertahankan status gizi

secara optimal.

2) Mencapai dan mempertahankan tingkat berat badan ideal

3) Menjaga kadar glukosa darah sedekat dengan kisaran normal

4) Meminimalkan glikosuria

5) Mencegah dan mengobati komplikasi akut diabetes insulin seperti hipoglikemia

dan komplikasi dalam jangka panjang seperti penyakit ginjal, hipertensi, dll.

F. Pengaturan Pola Makanan Diabetes Mellitus

Pola makan adalah makanan yang seimbang antara zat gizi karbohidrat, protein,

lemak, vitamin dan mineral. Makanan yang seimbang adalah makanan yang tidak

Page 10: DIABETES MELLITUS

mementingkan salah satu zat gizi tertentu dan dikonsumsi sesuai dengan kebutuhan.

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia pola diartikan sebagai suatu sistem, cara kerja atau

usaha untuk melakukan sesuatu. Dengan demikian pola makan dapat diartikan sebagai

suatu cara untuk melakukan kegiatan makan secara sehat.

Pola makan adalah suatu cara atau usaha dalam pengaturan jumlah dan jenis makanan

dengan maksud tertentu seperti mempertahankan kesehatan, status nutrisi, mencegah atau

membantu kesembuhan penyakit. Pola makan sehari-hari merupakan pola makan

seseorang yang berhubungan dengan kebiasaan makan setiap harinya.Pengaturan makan

merupakan pilar utama dalam pengelolaan diabetes mellitus, namun penderita diabetes

mellitus sering memperoleh sumber informasi yang kurang tepat yang dapat merugikan

penderita tersebut, seperti penderita tidak lagi menikmati makanan kesukaan mereka.

Sebenarnya anjuran makan pada penderita diabetes mellitus sama dengan anjuran makan

sehat umumnya yaitu makan menu seimbang dan sesuai dengan kebutuhan kalori masing-

masing penderita diabetes mellitus.

Syarat-syarat yang diperlukan untuk diet diabetes mellitus (DM) adalah :

1. Kebutuhan kalori disesuaikan dengan kelainan metabolik, umur, berat badan, tinggi

badan, dan aktivitas tubuh.

2. Jumlah hidratarang disesuaikan dengan kesanggupan tubuh dalam menggunakan

tubuh dalam menggunakannya.

3. Cukup protein, mineral, vitamin di dalam makanan.

Pengaturan diet pada penderita diabetes mellitus merupakan pengobatan yang utama

pada penatalaksanaan diabetes mellitus yaitu mencakup pengaturan dalam:

1. Jadwal makan

Pengaturan jadwal bagi penderita diabetes biasanya adalah 6 kali makan. 3 kali makan

besar dan 3 kai selingan. Adapun jadwal waktunya adalah sebagai berikut;

a) Makan Pagi (jam 07.00)

b) Snack I (jam 10.00)

c) Makan siang (13.00)

d) Snack II (jam 16.00)

e) Makan malam (jam 19.00)

f) Snack III (jam 21.00)

Page 11: DIABETES MELLITUS

Usahakan makan tepat pada waktunya, karena apabila telat makan, akan terjadi

hipoglikemia (rendahnya kadar gula darah) dengan gejala seperti pusing, mual, dan

pingsan.

2. Jumlah Makanan

Syarat kebutuhan kalori untuk penderita diabetes mellitus harus sesuai untuk

mencapai kadar glukosa normal dan mempertahankan berat badan normal. Komposisi

energi adalah 60-70 % dari karbohidrat, 10-15 % dari protein, 20–25 % dari lemak.

Makanlah aneka ragam makanan yang mengandung sumber zat tenaga, sumber zat

pembangun serta zat pengatur.

a. Makanan sumber zat tenaga mengandung zat gizi karbohidrat, lemak dan protein yang

bersumber dari nasi serta penggantinya seperti: roti, mie, kentang dan lain-lain.

b. Makanan sumber zat pembangun mengandung zat gizi protein dan mineral. Makanan

sumber zat pembangun seperti kacang-kacangan, tempe, tahu, telur, ikan, ayam,

daging, susu, keju dan lain-lain.

c. Makanan sumber zat pengatur mengandung vitamin dan mineral. Makanan sumber zat

pengatur antara lain: sayuran dan buah-buahan.

Ada beberapa jenis diet dan jumlah kalori untuk penderita diabetes mellitus menurut

kandungan energi, karbohidrat, protein dan lemak.

Tabel Jenis Diet Diabetes Mellitus Menurut Kandungan Energi, Karbohidrat,

Protein dan Lemak

Jenis Diet Energi (kal) Karbohidrat (g) Protein (g) Lemak (g) I 1100 172 43 30 II 1300 192 45 35 III 1500 235 51,5 36,5 IV 1700 275 55,5 36,5 V 1900 299 60 48 VI 2100 319 62 53 VII 2300 369 73 59 VIII 2500 396 80 62

Sumber: Almatsier, 2006

Keterangan:

- Jenis diet I s/d III diberikan kepada penderita yang terlalu gemuk.

- Jenis diet IV s/d V diberikan kepada penderita diabetes tanpa komplikasi.

- Jenis diet VI s/d VIII diberikan kepada penderita kurus, diabetes remaja atau diabetes

dengan komplikasi.

Page 12: DIABETES MELLITUS

3. Jenis Bahan Makanan

Banyak yang beranggapan bahwa penderita diabetes mellitus harus makan makanan

khusus, anggapan tersebut tidak selalu benar karena tujuan utamanya adalah menjaga

kadar glukosa darah pada batas normal. Untuk itu sangat penting bagi kita terutama

penderita diabetes mellitus untuk mengetahui efek dari makanan pada glukosa darah. Jenis

makanan yang dianjurkan untuk penderita diabetes mellitus adalah makanan yang kaya

serat seperti sayur-mayur dan buah-buahan segar. Hal yang terpenting adalah jangan

terlalu mengurangi jumlah makanan karena akan mengakibatkan kadar gula darah yang

sangat rendah (hypoglikemia) dan juga jangan terlalu banyak makan makanan yang

memperparah penyakit diabetes mellitus.

Ada beberapa jenis makanan yang dianjurkan dan jenis makanan yang tidak

dianjurkan atau dibatasi bagi penderita diabetes mellitus yaitu:

a. Jenis bahan makanan yang dianjurkan untuk penderita diabetes mellitus adalah:

1) Sumber karbohidrat kompleks seperti nasi, roti, mie, kentang, singkong, ubi dan

sagu.

2) Sumber protein rendah lemak seperti ikan, ayam tanpa kulitnya, susu skim,

tempe, tahu dan kacang-kacangan.

3) Sumber lemak dalam jumlah terbatas yaitu bentuk makanan yang mudah dicerna.

Makanan terutama mudah diolah dengan cara dipanggang, dikukus, disetup,

direbus dan dibakar.

b. Jenis bahan makanan yang tidak dianjurkan atau dibatasi untuk penderita diabetes

mellitus adalah:

1) Mengandung banyak gula sederhana, seperti gula pasir, gula jawa, sirup, jelly,

buah-buahan yang diawetkan, susu kental manis, soft drink, es krim, kue-kue

manis, dodol, cake dan tarcis.

2) Mengandung banyak lemak seperti cake, makanan siap saji (fast-food), goreng-

gorengan.

3) Mengandung banyak natrium seperti ikan asin, telur asin dan makanan yang

diawetkan (Almatsier, 2006).

Pola Makan Penderita Diabetes Mellitus

Makanan porsi kecil dalam waktu tertentu akan membantu mengontrol kadar gula

Page 13: DIABETES MELLITUS

darah. Makanan porsi besar menyebabkan peningkatan gula darah mendadak dan bila

berulang-ulang dalam jangka panjang, keadaan ini dapat menimbulkan komplikasi

diabetes mellitus. Oleh karena itu makanlah sebelum lapar karena makan disaat lapar

sering tidak terkendali dan berlebihan. Agar kadar gula darah lebih stabil, perlu pengaturan

jadwal makan yang teratur. Makanan dibagi dalam 3 porsi besar yaitu makan pagi (20 %),

siang (30 %), sore (25 %) serta 2-3 kali porsi kecil untuk makanan selingan masing-

masing (10-15 %).

Daftar Bahan Makanan Penukar

Daftar bahan makanan penukar yang digunakan adalah bahan makanan penukar II

yaitu suatu daftar nama bahan makanan dengan ukuran tertentu dan dikelompokkan

berdasarkan kandungan kalori, protein, lemak dan hidrat arang yang diberikan oleh rumah

sakit. Setiap kelompok bahan makanan mempunyai nilai gizi yang kurang lebih sama.

Menurut (Arisman, 2002) bahan makanan dikelompokkan menjadi 7 bagian yaitu:

a) Golongan 1 : Bahan Makanan Sumber Karbohidrat

1 Satuan Penukar = 175 kalori

4 gr protein

40 gr karbohidrat

Tabel Makanan Penukar dari Sumber Karbohidrat

Bahan Makanan URT Berat (gr) Nasi ½ gls 100 Nasi tim 1 gls 200 Bubur beras 2 gls 400

Nasi jagung ½ gls 100 Talas 1 bj bsr 200 Ubi 1 bj sdg 150 Roti putih 4 iris 80

b) Golongan 2 : Bahan Makanan Sumber Protein Hewani

1 Satuan Penukar = 95 kalori

10 gr protein

6 gr lemak

Page 14: DIABETES MELLITUS

Tabel Makanan Penukar d

ari Sumber Protein Hewani

Bahan Makanan URT Berat (gr) Daging sapi 1 ptg sdg 50 Daging ayam 1 ptg sdg 50 Telur ayam 2 btr 60

Ikan segar 1 ptg sdg 50

Udang basah 0 gls 50

c) Golongan 3 : Bahan Makanan Sumber Protein Nabati

1 Satuan Penukar = 80 kalori

6 gr protein

3 gr lemak

8 gr karbohidrat

Tabel Makanan Penukar dari Sumber Protein Nabati

Bahan Makanan URT Berat (gr) Kacang hijau 20 sdm 25 Kacang kedele 20 sdm 25 Kacang merah 20 sdm 25 Oncom 2 ptg sdg 50 Tahu 1 bj bsr 100 Tempe 2 ptg sdg 50

d) Golongan 4 : Sayuran

1. Sayuran A

Bebas dimakan, kandungan kalori dapat diabaikan, sumbernya dari gambas

(oyong), jamur kuping sedang, ketimun, jamur segar, lobak, selada dan tomat.

2. Sayuran B

1 Satuan Penukar ± 1 gls

(100 gr) = 25 kalori

1 gr protein

5 gr karbohidrat

Sumber bahan makanannya yaitu dari bayam, labu siam, bit, buncis, brokoli,

genjer, jagung muda, kol, wortel, sawi, toge kacang hijau, terong, kangkung,

kacang panjang, pare, rebung, papaya muda.

3. Sayuran C

1 Satuan Penukar ± 1 gls

Page 15: DIABETES MELLITUS

(100 gr) = 50 kalori

3 gr protein

10 gr karbohidrat

Sumber bahan makanannya yaitu dari bayam merah, daun katuk, daun melinjo,

daun papaya, daun singkong, toge kacang kedele, daun talas, melinjo, nangka

muda.

e) Golongan 5 : Buah-buahan

1 Satuan Penukar = 40 kalori

10 gr karbohidrat

Tabel Makanan Penukar dari Sumber Buah-buahan

Bahan Makanan URT Berat (gr) Alpukat 1 bh bsr 50 Apel 1 bh bsr 75

Belimbing 1 bh bsr 125

Duku 15 bh 75 Jambu air 2 bh sdg 100 Jambu biji 1 bh sdg 100 Jeruk manis 1 bh bsr 100 Mangga 1 bh sdg 50 Nanas 1/6 bh sdg 75 Papaya 1 ptg sdg 100 Pir 1 bh 100 Pisang ambon 1 bh sdg 75 Pisang raja 2 bh kcl 50 Semangka 1 ptg sdg 150

f) Golongan susu

1 Satuan Penukar = 110 kalori

7 gr protein

9 gr karbohidrat

7 gr lemak

Tabel Makanan Penukar dari Sumber Susu

Bahan Makanan URT Berat (gr) Susu sapi 1 gls 200 Susu kambing 1 gls 150

Page 16: DIABETES MELLITUS

Susu kental manis 1 gls 100 Tepung susu skim 4 sdm 20

Yoghurt 1 gls 200

g) Golongan 7 : Minyak

1 Satuan Penukar = 45 kalori

5 gr lemak

Tabel Makanan Penukar dari Sumber Minyak

Bahan Makanan URT Berat (gr) Minyak goring 1 sdm 5 Minyak ikan 1 sdm 5 Margarin 1 sdm 5 Kelapa 1 ptg kcl 30 Kelapa parut 5 sdm 30 Lemak sapi 1 ptg kcl 5

Keterangan :

Bh = buah Gr = gram

Bj = biji Kcl = kecil

Btg = batang Ptg = potong

Btr = butir Sdg = sedang

Bsr = besar Sdm = sendok makan

Gls = gelas (240 ml) Sdt = sendok teh

Page 17: DIABETES MELLITUS