22
JAPANESE ENCEPHALITIS Dr. Sulistya Widada

Japanese encep

  • Upload
    andi-po

  • View
    723

  • Download
    1

Embed Size (px)

Citation preview

JAPANESE ENCEPHALITIS

Dr. Sulistya Widada

JAPANESE ENCHEPALITIS

Japanese Encephalitis (JE) merupakan penyakit zoonosa yang dapat menyebabkan terjadinya radang otak pada hewan dan manusia. Penyakit ini bersifat arbovirus karena ditularkan dari hewan kemanusia melalui gigitan nyamuk.

JAPANESE ENCEPALITIS Penyakit ini telah menyebar luas di Asia

bagian Timur seperti Jepang, Korea, Siberia, China, Taiwan, Thailand, laos, Kamboja, Vietnam. Philipina, Malaysia, Indonesia, Myanmar, Banglades, India, Srilangka, dan Nepal. Di Indonesia, kasus JE pertama kali dilaporkan pada tahun 1960 (Erlanger 2010). Kasus JE banyak di laporkan di daerah Bali.

Map 3-08. Geographic distribution of Japanese encephalitis

Japanese B Encephalitis Ensefalitis tersering di Asia 30 – 50.000 kasus per tahun Angka kematian 36 – 50% Ditularkan oleh nyamuk Culex yang

menggigit malam hari

www.info.gov.hk/trhealth/c_HKTHS.htm

Siklus virus Japanese B

Patofisiologi• Virus berpropagasi ditempat gigitan dan KGB regional.• Viremia menyebabkan peradangan pada hati, jantung, paru, dan sistim RES• Invasi neurologis virus melalui sel endotelial vaskular.• Virus menyerang daerah ganglia basalis, talamus, batang otak, hipokampus dan kortek

Risiko Tinggi Tidak adanya antibodi spesifik JE baik yang

didapat secara alamiah maupun vaksinasi Tinggal di daerah endemik JE Risiko meningkat bila:

Musim tanam Musim perpindahan burung

Perilaku yang meningkatkan terpapar vektor Malam hari di luar Tidak menggunakan kelambu atau repelent

Manifestasi klinis Infeksi virus JE < 1% berkembang menjadi

penyakit Inkubasi 5 – 15 hari Manifestasi klinis: panas tinggi tiba-tiba,

sakit kepala, muntah, perubahan status mental, disorientasi, kelainan neurologis fokal, kelumpuhan umum, gerak involunter, sampai koma

Bull World Health Organ. 2011;89:766–74

Manifestasi klinis Klasik: muka spt pasien parkinson, tremor,

spastis, dan gerakan koreoatetoid Lumpuh layuh akut : klinis dan patologi

mirip dengan poliomielitis Sering disertai kejang

Bull World Health Organ. 2011;89:766–74

Lethargy - komaSudden fever

Vomiting and diarrhea

Tremors or convulsions

Headache Change in consciousness

Irritability or restlessness

Common symptoms of Japanese B encephalitis

Diagnosis Cairan serebrospinalis

Jernih Pleositosis (20 -500 sel/mm3, limfositosis) Protein 50 – 100 mg/dl, glukosa normal

Serologi Cairan liquor : JE virus-IgM ELISA (4 hari setelah

gejala) Serum JE virus-IgM ELISA (7 hari setelah gejala) Kenaikan titer > 4 kali (akut dan konvalesen)

Fenichel. Clinical Pediatric Neurology 2009. h.49-61 Bull World Health Organ.

2011;89:766–74

Tatalaksana Tidak ada terapi antivirus khusus Terapi suportif

Manitol 0,5 gram /kgbb/ 8 jam Terapi komplikasi yang terjadi

Kejang – fenobarbital / fenitoin IV Gerakan involunter – haloperidol oral

Fisioterapi

Fenichel. Clinical Pediatric Neurology 2009. h.49-61

Prognosis Angka kematian 20%–30%. Gejala sisa 30%–50% kelainan neurologis,

kognitif atau psikiatri

Bull World Health Organ. 2011;89:766–74

MRI atau CT Scan kepala Lesi talamus

bilateral (A) Bilateral temporal

(B). CT noncontrast

talamus (C) CT lesi temporal

medial (D)

Pemantauan neurologis - Letak lesi

LESI DEM Pola Napas Reaksi Pupil

Korteks Serebri

+/+ Cheyne Stokes

Miosis Reaksi cahaya (+)

Midbrain +/- Kusmaul hiperventilasi

Dilatasi Midposisi Reaksi cahaya (+)

Pons -/- Ataksik breathing

Pinpoint Reaksi cahaya (-) 16

Kerusakan post mortem

Pan-encephalitis Kadang ditemukan

fokus nekrotik Talamus umumnya

sering mengalami gangguan terberat

Diagnosis banding Klinis

Pasien perubahan perilaku, demam, kejang dan kesadaran menurun

Adanya kelainan neurologis fokal: hemiparesis, paresis saraf kranial

EEG : adanya asimetri daerah temporal Curiga Ensefalitis herpes simplex Terapi : Acyclovir 10-20 mg/kgg/ 8 jam diberika

selama 14 hari Prognosis baik

Pencegahan Vaksinasi vaksin

Japanese B Lingkungan Menghindari gigitan

nyamuk Menghilangkan

tempat berkembang biaknya nyamuk Culex

Repelent

Kasus: CE, P, 10 thn 3 bln

6 hari SMRS jari kaki kiri kanan di gigit kucing kmd demam

3 hari kmd penurunan kesadaran

E3V2M4, kaku kuduk, Babinsky (+), spastis (+), Trismus (+) ± 2 cm.

Regio pedis digiti I dextra-sinistra tampak eskoriasi gigitan kucing.

WD/ Syok septik, suspek mixed

meningitis suspek tetanus, OMK, vulnus morsum ec.gigitan kucing, urtikaria, abses kornea OD AKI stadium injury (LFG 73,15).

Perawatan hari 58 pasien pulang apatis dan spastis

CT scan kepala.....................

Hb 10 mg/dl, leukosit 19.000/mm3, trombosit 37.000/mm3 Ureum 91, kreatinin 1, LFG 73,15, CRP 12, SGOT 66, SGPT 31, K 2,82 meq/L, Ca 6,53 mg/dl, Albumin 2,7.

IgG anti dengue (-), IgM anti dengue (-),

Kesan: manifestasi klinis tak jelas

Terimakasih