45
[email protected] A. Pendahuluan Proses penuaan mempengaruhi berbagai sistem tubuh pada lansia. Seiring masa penuaan, berbagai fungsi sistem tubuh mengalami degenerasi, baik dari struktur anatomis, maupun fungsi fisiologis. Salah satu sistem tubuh yang terganggu akibat proses penuaan adalah sistem genitourinari. Pada sistem genitourinari lansia pria, masalah yang sering terjadi akibat penuaan, yakni pembesaran kelenjar prostat Benign Prostatic Hyperplasia (BPH) (DeLaune & Ladner, 2002). Pembesaran kelenjar prostat, atau disebut dengan BPH (Benign Prostate Hyperplasia) merupakan salah satu masalah genitouriari yang prevalensi dan insidennya meningkat seiring dengan bertambahnya usia. Parsons (2010) menjelaskan bahwa BPH terjadi pada 70 persen pria berusia 60-69 tahun di Amerika Serikat, dan 80 persen pada pria berusia 70 tahun ke atas. Diperkirakan, pada tahun 2030 insiden BPH akan meningkat mencapai 20 persen pada pria berusia 65 tahun ke atas, atau mencapai 20 juta pria (Parsons, 2010). Di Indonesia sendiri, data Badan POM (2011) menyebutkan bahwa BPH merupakan penyakit kelenjar prostat tersering kedua, di klinik urologi di Indonesia. Insiden dan prevalensi BPH cukup tinggi, namun hal ini tidak diiringi dengan kesadaran masyarakat untuk melakukan tindakan pencegahan maupun penanganan dini sebelum terjadi gangguan eliminasi urin. Nies dan McEwen (2007) menjelaskan bahwa pandangan stereotip yang mengatakan pria itu kuat, akan mengarahkan pria untuk cenderung lebih mengabaikan gejala yang timbul di awal penyakit. Pria akan menguatkan diri dan menghindari penyebutan “sakit” bagi diri pria itu sendiri. Sementara, ketika wanita sakit, wanita akan cenderung membatasi kegiatan dan berusaha mencari perawatan kesehatan. Oleh karena itu, kasus BPH yang terjadi lebih banyak kasus yang sudah mengalami gangguan eliminasi urin, dan hanya bisa ditangani dengan prosedur pembedahan. TURP (Transurethral Resection of the Prostate) merupakan salah satu prosedur pembedahan untuk mengatasi masalah BPH yang paling sering dilakukan. Rassweiler (2005) menjelaskan bahwa TURP merupakan representasi gold standard manajemen operatif pada BPH. TURP memiliki beberapa kelebihan dibandingkan dengan prosedur

Laporan pendahuluan benign prostatic hyperplasia (bph)

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: Laporan pendahuluan benign prostatic hyperplasia (bph)

[email protected]

A. Pendahuluan

Proses penuaan mempengaruhi berbagai sistem tubuh pada lansia. Seiring masa penuaan, berbagai fungsi sistem tubuh mengalami degenerasi, baik dari struktur anatomis, maupun fungsi fisiologis. Salah satu sistem tubuh yang terganggu akibat proses penuaan adalah sistem genitourinari. Pada sistem genitourinari lansia pria, masalah yang sering terjadi akibat penuaan, yakni pembesaran kelenjar prostat Benign Prostatic Hyperplasia (BPH) (DeLaune & Ladner, 2002).

Pembesaran kelenjar prostat, atau disebut dengan BPH (Benign Prostate Hyperplasia) merupakan salah satu masalah genitouriari yang prevalensi dan insidennya meningkat seiring dengan bertambahnya usia. Parsons (2010) menjelaskan bahwa BPH terjadi pada 70 persen pria berusia 60-69 tahun di Amerika Serikat, dan 80 persen pada pria berusia 70 tahun ke atas. Diperkirakan, pada tahun 2030 insiden BPH akan meningkat mencapai 20 persen pada pria berusia 65 tahun ke atas, atau mencapai 20 juta pria (Parsons, 2010).

Di Indonesia sendiri, data Badan POM (2011) menyebutkan bahwa BPH merupakan penyakit kelenjar prostat tersering kedua, di klinik urologi di Indonesia.

Insiden dan prevalensi BPH cukup tinggi, namun hal ini tidak diiringi dengan kesadaran masyarakat untuk melakukan tindakan pencegahan maupun penanganan dini sebelum terjadi gangguan eliminasi urin. Nies dan McEwen (2007) menjelaskan bahwa pandangan stereotip yang mengatakan pria itu kuat, akan mengarahkan pria untuk cenderung lebih mengabaikan gejala yang timbul di awal penyakit. Pria akan menguatkan diri dan menghindari penyebutan “sakit” bagi diri pria itu sendiri. Sementara, ketika wanita sakit, wanita akan cenderung membatasi kegiatan dan berusaha mencari perawatan kesehatan. Oleh karena itu, kasus BPH yang terjadi lebih banyak kasus yang sudah mengalami gangguan eliminasi urin, dan hanya bisa ditangani dengan prosedur pembedahan.

TURP (Transurethral Resection of the Prostate) merupakan salah satu prosedur pembedahan untuk mengatasi masalah BPH yang paling sering dilakukan. Rassweiler (2005) menjelaskan bahwa TURP merupakan representasi gold standard manajemen operatif pada BPH. TURP memiliki beberapa kelebihan dibandingkan dengan prosedur bedah untuk BPH lainnya. Beberapa kelebihan TURP antara lain prosedur ini tidak dibutuhkan insisi dan dapat digunakan untuk prostat dengan ukuran beragam, dan lebih aman bagi pasien yang mempunyai risiko bedah yang buruk (Smeltzer & Bare, 2003). Oleh karena itulah, prosedur TURP lebih umum digunakan mengatasi masalah pembesaran kelenjar prostat.

B. Anatomi fisiologi

1. Anatomi

Page 2: Laporan pendahuluan benign prostatic hyperplasia (bph)

[email protected]

Kelenjar prostat merupakan bangunan yang pipih, kerucut dan berorientasi di bidang koronal. Apeksnya menuju ke bawah dan terletak tepat diatas fasia profunda dari diafragma urogenital. Permukaan anteriior mengarah pada simfisis dan dipisahkan jaringan lemak serta vena periprostatika. Pita fibromuskuler anterior memisahkan jaringan prostat dari ruang preprostatika dan permukaan posteriornya dipisahkan dari rektum oleh lapisan ganda fasia denonvilliers.

Berat kelenjar prostat pada orang dewasa kira-kira 20-25 gram dengan ukuran rata-rata : panjang 3,4 cm, lebar 4,4 cm, tebal 2,6 cm. Secara embriologis terdiri dari 5 lobus yaitu lobus medius 1 buah, lobus anterior 1 buah, lobus posterior 1 buah, lobus lateral 2 buah. Prostat dikelilingi kapsul yang kurang lebih berdiameter 1 mm terdiri dan serabut fibromuskular yang merupakan tempat perlekatan ligamentum pubovesikalis. Beberapa ahli membagi prostat menjadi 5 lobus : lobus anterior, medial, posterior, dan 2 lobus lateral yang mengelilingi uretra.

Kelenjar prostat merupakan organ yang kompleks yang terdiri dari jaringan glandular dan non glandular, glandular terbagi menjaadi 3 zona besar: sentral (menempati 25 %), perifeal (menempati 70 %), dan transisional (menempati 5%). Perbedaan zona-zona ini penting secara klinis karena zona perifeal sangat sering sebagai tempat asal keganasan, dan zona transisional sebagai tempat asal benigna prostat hiperplasia.

Page 3: Laporan pendahuluan benign prostatic hyperplasia (bph)

[email protected]

Gambar: Pembesaran Prostat

Uretra dan verumontanium dapat dipakai sebagai patokan untuk prostat. Bagian proksimal uretra membentang melalui 1/3 bagian depan prostat dan bersinggungan dengan kelenjar periutheral dan sfingter preprostatik. Pada tingkat veromontanium, urethra membentuk sudut anterior 350 dan urethra pars prostatika distal bersinggung dengan zona perifal. Volume zona sentral adalah yang terbesar pada individu muda, tapi dengan bertambahnya usia zona ini atrofi secara progresif. Sebaliknya zona transisional membesar dengan membentuk benigna prostat hiperplasia.

Mc. Neal Melakukan analisa komparatif tentang zona prostat melalui potongan sagital, koronal dan koronal obliq yaitu :a. Stroma fibromuskular anterior

Merupakan lembaran tebal yang menutupi seluruh permukaan anterior prostat. Lembaran ini merupakan kelanjutan dari lembaran otot polos disekitar urethra proksial pada leher buli, dimana lembaran ini bergabung dengan spinkter interna dan otot detrusor dari tempat dimana dia berasal. Dekat apeks otot polos ini bergabung dengan striata yang mempunyai peranan sebagai spinkter eksterna.

b. Zona periferMerupakan bagian terbesar dari prostat. Zona ini terdiri atas 65-67

% dari seluruh jaringan prostat. Hampir semua karsinoma berasal dari zona ini.

c. Zona SentralZona sentral mengelingi ductus ejakularis secra penuh diatas dan

dibelakang verumontanium. Mc. Neal membedakan zona ini sentral dan zona perifer berdasarkan arsitektur sel dan sitologinya.

d. Zona transisionalMerupakan sekelompok kecil ductus yang berasal dari suatu titik

pertemuan urethra proksimal dan distal. Besarnya 5 % dari seluruh massa prostat. Pada zona ini asiner banyak mengalami proliferasi dibandingkan ductus periurethra lainnya.

2. FisiologiKelenjar prostat secara relatif tetap kecil sepanjang kanak-kanak dan

mulai tumbuh pada masa pubertas dibawah stimulus testesteron. Kelenjar ini mencapai ukuran makasimal pada usia 20 tahun dan tetap dalam kuran ini sampai usia mendekati 50 tahun. Pada waktu tersebut pada beberapa pria kelenjar tersebut mulai berdegenerasi bersamaan dengan penurunan pembentukan testosteron oleh testis.

Kelenjar prostat mensekresi sedikit cairan yang berwarna putih susu dan bersifat alkalis. Cairan ini mengandung asam sitrat, asam fosfatase, kalsium dan koagulasi serta fibrinolin. Selama pengeluaran cairan prostat, kapsul kelenjar prostat akan berkontraksi bersama dengan vas

Page 4: Laporan pendahuluan benign prostatic hyperplasia (bph)

[email protected]

deferens dan cairan dari prostat keluar bercampur dengan segmen yang lainnya.

C. Pengertian

Benign Prostatic Hyperplasia (BPH) dapat didefinisikan sebagai pembesaran kelenjar prostat yang memanjang ke atas, ke dalam kandung kemih, yang menghambat aliran urin, serta menutupi orifisium uretra (Smeltzer & Bare, 2003). Secara patologis, BPH dikarakteristikkan dengan meningkatnya jumlah sel stroma dan epitelia pada bagian periuretra prostat. Peningkatan jumlah sel stroma dan epitelia ini disebabkan adanya proliferasi atau gangguan pemrograman kematian sel yang menyebabkan terjadinya akumulasi sel (Roehrborn, 2011).

Hiperplasia prostat jinak (BPH) adalah penyakit yang disebabkan oleh penuaan. Price&Wilson (2005).

Kesimpulan BPH (benign prostatic hyperplasia) adalah suatu penyakit yang disebabkan oleh faktor penuaan, dimana prostat mengalami pembesaran memanjang keatas kedalam kandung kemih dan menyumbat aliran urin dengan cara menutupi orifisium uretra.

D. Klasifikasi

Berdasarkan perkembangan penyakitnya menurut Sjamsuhidajat dan De jong (2005) secara klinis penyakit BPH dibagi menjadi 4 gradiasi :

1. Derajat 1 : Apabila ditemukan keluhan prostatismus, pada colok dubur ditemukan penonjolan prostat, batas atas mudah teraba dan sisa urin kurang dari 50 ml

2. Derajat 2 : Ditemukan penonjolan prostat lebih jelas pada colok dubur dan batas atas dapat dicapai, sedangkan sisa volum urin 50- 100 ml.

3. Derajat 3 : Pada saat dilakukan pemeriksaan colok dubur batas atas prostat tidak dapat diraba dan sisa volum urin lebih dari 100ml.

4. Derajat 4 : Apabila sudah terjadi retensi urine total

E. Etiologi

Penyebab pasti BPH belum diketahui. Namun, IAUI (2003) menjelakan bahwa terdapat banyak faktor yang berperan dalam hiperplasia prostat, seperti usia, adanya peradangan, diet, serta pengaruh hormonal. Faktor tersebut selanjutnya mempengaruhi prostat untuk mensintesis protein growth factor, yang kemudian memicu proliferasi sel prostat. Selain itu, pembesaran prostat juga dapat disebabkan karena berkurangnya proses apoptosis. Roehrborn (2011) menjelaskan bahwa suatu organ dapat membesar bukan hanya karena meningkatnya proliferasi sel, tetapi juga karena berkurangnya kematian sel.

BPH jarang mengancam jiwa. Namun, keluhan yang disebabkan BPH dapat menimbulkan ketidaknyamanan. BPH dapat menyebabkan timbulnya

Page 5: Laporan pendahuluan benign prostatic hyperplasia (bph)

[email protected]

gejala LUTS (lower urinary tract symptoms) pada lansia pria. LUTS terdiri atas gejala obstruksi (voiding symptoms) maupun iritasi (storage symptom) yang meliputi: frekuensi berkemih meningkat, urgensi, nokturia, pancaran berkemih lemah dan sering terputus-putus (intermitensi), dan merasa tidak puas sehabis berkemih, dan tahap selanjutnya terjadi retensi urin (IAUI, 2003).

Menurut Purnomo (2000), hingga sekarang belum diketahui secara pasti penyebab prostat hiperplasi, tetapi beberapa hipotesis menyebutkan bahwa hiperplasi prostat erat kaitannya dengan peningkatan kadar dehidrotestosteron (DHT) dan proses penuaan

F. Patofisiologi

Kelenjar prostat adalah salah satu organ genetalia pria yang terletak di sebelah inferior buli-buli, dan membungkus uretra posterior. Bentuknya sebesar buah kenari dengan berat normal pada orang dewasa ± 20 gram. Menurut Mc Neal (1976) yang dikutip dan bukunya Purnomo (2000), membagi kelenjar prostat dalam beberapa zona, antara lain zona perifer, zona sentral, zona transisional, zona fibromuskuler anterior dan periuretra (Purnomo, 2000). Sjamsuhidajat (2005), menyebutkan bahwa pada usia lanjut akan terjadi perubahan keseimbangan testosteron estrogen karena produksi testosteron menurun dan terjadi konversi tertosteron menjadi estrogen pada jaringan adipose di perifer. Purnomo (2000) menjelaskan bahwa pertumbuhan kelenjar ini sangat tergantung pada hormon tertosteron, yang di dalam sel-sel kelenjar prostat hormon ini akan dirubah menjadi dehidrotestosteron (DHT) dengan bantuan enzim alfa reduktase. Dehidrotestosteron inilah yang secara langsung memacu m-RNA di dalam sel-sel kelenjar prostat untuk mensintesis protein sehingga terjadi pertumbuhan kelenjar prostat.

Oleh karena pembesaran prostat terjadi perlahan, maka efek terjadinya perubahan pada traktus urinarius juga terjadi perlahan-lahan. Perubahan patofisiologi yang disebabkan pembesaran prostat sebenarnya disebabkan oleh kombinasi resistensi uretra daerah prostat, tonus trigonum dan leher vesika dan kekuatan kontraksi detrusor. Secara garis besar, detrusor dipersarafi oleh sistem parasimpatis, sedang trigonum, leher vesika dan prostat oleh sistem simpatis. Pada tahap awal setelah terjadinya pembesaran prostat akan terjadi resistensi yang bertambah pada leher vesika dan daerah prostat. Kemudian detrusor akan mencoba mengatasi keadaan ini dengan jalan kontraksi lebih kuat dan detrusor menjadi lebih tebal. Penonjolan serat detrusor ke dalam kandung kemih dengan sistoskopi akan terlihat seperti balok yang disebut trahekulasi (buli-buli balok). Mukosa dapat menerobos keluar diantara serat aetrisor. Tonjolan mukosa yang kecil dinamakan sakula sedangkan yang besar disebut divertikel. Fase penebalan detrusor ini disebut Fase kompensasi otot dinding kandung kemih. Apabila keadaan berlanjut maka detrusor menjadi lelah dan akhirnya mengalami dekompensasi dan tidak mampu lagi untuk berkontraksi sehingga terjadi retensi urin.Pada hiperplasi prostat digolongkan dua tanda gejala yaitu obstruksi dan iritasi.

Page 6: Laporan pendahuluan benign prostatic hyperplasia (bph)

[email protected]

Gejala obstruksi disebabkan detrusor gagal berkontraksi dengan cukup lama dan kuat sehingga kontraksi terputus-putus (mengganggu permulaan miksi), miksi terputus, menetes pada akhir miksi, pancaran lemah, rasa belum puas setelah miksi. Gejala iritasi terjadi karena pengosongan yang tidak sempurna atau pembesaran prostat akan merangsang kandung kemih, sehingga sering berkontraksi walaupun belum penuh atau dikatakan sebagai hipersenitivitas otot detrusor (frekuensi miksi meningkat, nokturia, miksi sulit ditahan/urgency, disuria).

Karena produksi urin terus terjadi, maka satu saat vesiko urinaria tidak mampu lagi menampung urin, sehingga tekanan intravesikel lebih tinggi dari tekanan sfingter dan obstruksi sehingga terjadi inkontinensia paradox (overflow incontinence). Retensi kronik menyebabkan refluks vesiko ureter dan dilatasi. ureter dan ginjal, maka ginjal akan rusak dan terjadi gagal ginjal. Kerusakan traktus urinarius bagian atas akibat dari obstruksi kronik mengakibatkan penderita harus mengejan pada miksi yang menyebabkan peningkatan tekanan intraabdomen yang akan menimbulkan hernia dan hemoroid. Stasis urin dalam vesiko urinaria akan membentuk batu endapan yang menambal. Keluhan iritasi dan hematuria. Selain itu, stasis urin dalam vesika urinaria menjadikan media pertumbuhan mikroorganisme, yang dapat menyebabkan sistitis dan bila terjadi refluks menyebabkan pyelonefritis (Sjamsuhidajat, 2005)

G. Tanda dan gejala

Gambaran tanda dan gejala secara klinis pada hiperplasi prostat digolongkan dua tanda gejala yaitu obstruksi dan iritasi. Gejala obstruksi disebabkan detrusor gagal berkontraksi dengan cukup lama dan kuat sehingga mengakibatkan: pancaran miksi melemah, rasa tidak puas sehabis miksi, kalau mau miksi harus menunggu lama (hesitancy), harus mengejan

Page 7: Laporan pendahuluan benign prostatic hyperplasia (bph)

[email protected]

(straining) kencing terputus-putus (intermittency), dan waktu miksi memanjang yang akhirnya menjadi retensio urin dan inkontinen karena overflow.

Gejala iritasi, terjadi karena pengosongan yang tidak sempurna atau pembesaran prostat akan merangsang kandung kemih, sehingga sering berkontraksi walaupun belum penuh atau dikatakan sebagai hipersenitivitas otot detrusor dengan tanda dan gejala antara lain: sering miksi (frekwensi), terbangun untuk miksi pada malam hari (nokturia), perasaan ingin miksi yang mendesak (urgensi), dan nyeri pada saat miksi (disuria) (Mansjoer, 2000)

Derajat berat BPH menurut Sjamsuhidajat (2005) dibedakan menjadi 4 stadium :

a) Stadium IAda obstruktif tapi kandung kemih masih mampu mengeluarkan urine sampai habis.

b) Stadium IIAda retensi urine tetapi kandung kemih mampu mengeluarkan urine walaupun tidak sampai habis, masih tersisa kira-kira 60-150 cc. Ada rasa ridak enak BAK atau disuria dan menjadi nocturia.

c) Stadium IIISetiap BAK urine tersisa kira-kira 150 cc.

d) Stadium IVRetensi urine total, buli-buli penuh pasien tampak kesakitan, urine

menetes secara periodik (over flow inkontinen).Menurut Brunner and Suddarth (2002) menyebutkan bahwa Tanda dan

gejala dari BPH adalah peningkatan frekuensi penuh, nokturia, dorongan ingin berkemih, anyang-anyangan, abdomen tegang, volume urine yang turun dan harus mengejan saat berkemih, aliran urine tak lancar, dribbing (urine terus menerus setelah berkemih), retensi urine akut.

Adapun pemeriksaan kelenjar prostat melalui pemeriksaan di bawah ini :

a) Rectal GraddingDilakukan pada waktu vesika urinaria kosong :

Grade 0 : Penonjolan prosrar 0-1 cm ke dalam rectum. Grade 1 : Penonjolan prosrar 1-2 cm ke dalam rectum. Grade 2 : Penonjolan prosrar 2-3 cm ke dalam rectum. Grade 3 : Penonjolan prosrar 3-4 cm ke dalam rectum. Grade 4 : Penonjolan prosrar 4-5 cm ke dalam rectum.

b) Clinical GraddingBanyaknya sisa urine diukur tiap pagi hari setelah bangun tidur, disuruh kencing dahulu kemudian dipasang kateter.

Normal : Tidak ada sisa Grade I : sisa 0-50 cc Grade II : sisa 50-150 cc Grade III : sisa > 150 cc Grade IV : pasien sama sekali tidak bisa kencing.

Page 8: Laporan pendahuluan benign prostatic hyperplasia (bph)

[email protected]

H. Pemeriksaan diagnostik1. Urinalisa

Analisis urin dan mikroskopik urin penting untuk melihat adanya sel leukosit, sedimen, eritrosit, bakteri dan infeksi. Bila terdapat hematuri harus diperhitungkan adanya etiologi lain seperti keganasan pada saluran kemih, batu, infeksi saluran kemih, walaupun BPH sendiri dapat menyebabkan hematuri.

Elektrolit, kadar ureum dan kreatinin darah merupakan informasi dasar dari fungsi ginjal dan status metabolik.

Pemeriksaan prostate spesific antigen (PSA) dilakukan sebagai dasar penentuan perlunya biopsi atau sebagai deteksi dini keganasan. Bila nilai PSA < 4 ng/ml tidak perlu biopsi. Sedangkan bila nilai PSA 4-10 ng/ml, dihitung Prostate specific antigen density (PSAD) yaitu PSA serum dibagi dengan volume prostat. Bila PSAD > 0,15, sebaiknya dilakukan biopsi prostat, demikian pula bila nilai PSA > 10 ng/ml

2. Pemeriksaan darah lengkap Karena perdarahan merupakan komplikasi utama pasca operatif

maka semua defek pembekuan harus diatasi. Komplikasi jantung dan pernafasan biasanya menyertai penderita BPH karena usianya yang sudah tinggi maka fungsi jantung dan pernafasan harus dikaji.

Pemeriksaan darah mencakup Hb, leukosit, eritrosit, hitung jenis leukosit, CT, BT, golongan darah, Hmt, trombosit, BUN, kreatinin serum.

3. Pemeriksaan radiologisBiasanya dilakukan foto polos abdomen, pielografi intravena, USG,

dan sitoskopi. Tujuan pencitraan untuk memperkirakan volume BPH, derajat disfungsi buli, dan volume residu urin. Dari foto polos dapat dilihat adanya batu pada traktus urinarius, pembesaran ginjal atau buli-buli. Dapat juga dilihat lesi osteoblastik sebagai tanda metastase dari keganasan prostat serta osteoporosis akibat kegagalan ginjal. Dari Pielografi intravena dapat dilihat supresi komplit dari fungsi renal, hidronefrosis dan hidroureter, gambaran ureter berbelok-belok di vesika urinaria, residu urin. Dari USG dapat diperkirakan besarnya prostat, memeriksa massa ginjal, mendeteksi residu urin dan batu ginjal.

BNO /IVP untuk menilai apakah ada pembesaran dari ginjal apakah terlihat bayangan radioopak daerah traktus urinarius. IVP untuk melihat /mengetahui fungsi ginjal apakah ada hidronefrosis. Dengan IVP buli-buli dapat dilihat sebelum, sementara dan sesudah isinya dikencingkan. Sebelum kencing adalah untuk melihat adanya tumor, divertikel. Selagi kencing (viding cystografi) adalah untuk melihat adanya refluks urin. Sesudah kencing adalah untuk menilai residual urin.

I. Penatalaksanaan

1. MedisMenurut Sjamsuhidjat (2005) dalam penatalaksanaan pasien dengan BPH tergantung pada stadium-stadium dari gambaran klinisa) Stadium I

Page 9: Laporan pendahuluan benign prostatic hyperplasia (bph)

[email protected]

Pada stadium ini biasanya belum memerlukan tindakan bedah, diberikan pengobatan konservatif, misalnya menghambat adrenoresptor alfa seperti alfazosin dan terazosin. Keuntungan obat ini adalah efek positif segera terhadap keluhan, tetapi tidak mempengaruhi proses hiperplasi prostat. Sedikitpun kekurangannya adalah obat ini tidak dianjurkan untuk pemakaian lama.

b) Stadium IIPada stadium II merupakan indikasi untuk melakukan

pembedahan biasanya dianjurkan reseksi endoskopi melalui uretra (trans uretra)

c) Stadium IIIPada stadium II reseksi endoskopi dapat dikerjakan dan apabila

diperkirakan prostat sudah cukup besar, sehinga reseksi tidak akan selesai dalam 1 jam. Sebaiknya dilakukan pembedahan terbuka. Pembedahan terbuka dapat dilakukan melalui trans vesika, retropubik dan perineal.

d) Stadium IVPada stadium IV yang harus dilakukan adalah membebaskan

penderita dari retensi urin total dengan memasang kateter atau sistotomi. Setelah itu, dilakukan pemeriksaan lebih lanjut amok melengkapi diagnosis, kemudian terapi definitive dengan TUR atau pembedahan terbuka.

Pada penderita yang keadaan umumnya tidak memungkinkan dilakukan pembedahan dapat dilakukan pengobatan konservatif dengan memberikan obat penghambat adrenoreseptor alfa. Pengobatan konservatif adalah dengan memberikan obat anti androgen yang menekan produksi LH.Menurut Mansjoer (2000) dan Purnomo (2000), penatalaksanaan

pada BPH dapat dilakukan dengan:a) Observasi

Kurangi minum setelah makan malam, hindari obat dekongestan, kurangi kopi, hindari alkohol, tiap 3 bulan kontrol keluhan, sisa kencing dan colok dubur.

b) Medikamentosa Mengharnbat adrenoreseptor α Obat anti androgen Penghambat enzim α -2 reduktase Fisioterapi

c) Terapi BedahIndikasinya adalah bila retensi urin berulang, hematuria,

penurunan fungsi ginjal, infeksi saluran kemih berulang, divertikel batu saluran kemih, hidroureter, hidronefrosis jenis pembedahan:

TURP (Trans Uretral Resection Prostatectomy)Yaitu pengangkatan sebagian atau keseluruhan kelenjar

prostat melalui sitoskopi atau resektoskop yang dimasukkan malalui uretra.

Prostatektomi Suprapubis

Page 10: Laporan pendahuluan benign prostatic hyperplasia (bph)

[email protected]

Yaitu pengangkatan kelenjar prostat melalui insisi yang dibuat pada kandung kemih.

Prostatektomi retropubisYaitu pengangkatan kelenjar prostat melalui insisi pada

abdomen bagian bawah melalui fosa prostat anterior tanpa memasuki kandung kemih.

Prostatektomi PeritonealYaitu pengangkatan kelenjar prostat radikal melalui sebuah

insisi diantara skrotum dan rektum. Prostatektomi retropubis radikal

Yaitu pengangkatan kelenjar prostat termasuk kapsula, vesikula seminalis dan jaringan yang berdekatan melalui sebuah insisi pada abdomen bagian bawah, uretra dianastomosiskan ke leher kandung kemih pada kanker prostat.

d) Terapi Invasif Minimal Trans Uretral Mikrowave Thermotherapy (TUMT)

Yaitu pemasangan prostat dengan gelombang mikro yang disalurkan ke kelenjar prostat melalui antena yang dipasang melalui/pada ujung kateter.

Trans Uretral Ultrasound Guided Laser Induced Prostatectomy (TULIP)

Trans Uretral Ballon Dilatation (TUBD) 2. Keperawatan

a. Pre operasi Pemeriksaan darah lengkap (Hb minimal 10g/dl, Golongan

Darah, CT, BT, AL) Pemeriksaan EKG, GDS mengingat penderita BPh kebanyakan

lansia Pemeriksaan Radiologi: BNO, IVP, Rongen thorax Persiapan sebelum pemeriksaan BNO puasa minimal 8 jam. 

Sebelum pemeriksaan IVP pasien diberikan diet bubur kecap 2 hari, lavemen puasa minimal 8 jam, dan mengurangi bicara untuk meminimalkan masuknya udara

b. Post operasi

1. Irigasi/Spoling dengan Nacl Post operasi hari 0 : 80 tetes/menit Hari pertama post operasi  : 60 tetes/menit Hari ke 2 post operasi : 40 tetes/menit Hari ke 3 post operasi : 20 tetes/menit Hari ke 4 post operasi diklem Hari ke 5 post operasi dilakukan aff irigasi bila tidak ada

masalah (urin dalam kateter bening)2. Hari ke 6 post operasi dilakukan aff drain bila tidak ada

masalah (cairan serohemoragis < 50cc)3. Infus diberikan untuk maintenance dan memberikan obat

injeksi selama 2 hari, bila pasien sudah mampu makan dan

Page 11: Laporan pendahuluan benign prostatic hyperplasia (bph)

[email protected]

minum dengan baik obat injeksi bisa diganti dengan obat oral.

4. Tirah baring selama 24 jam pertama. Mobilisasi setelah 24 jam post operasi

5. Dilakukan perawatan luka dan perawatan DC hari ke-3 post oprasi dengan betadin

6. Anjurkan banyak minum (2-3l/hari)7. DC bisa dilepas hari ke-9 post operasi8. Hecting Aff pada hari k-10 post operasi.9. Cek Hb post operasi bila kurang dari 10 berikan tranfusi10. Jika terjadi spasme kandung kemih pasien dapat merasakan

dorongan untuk berkemih, merasakan tekanan atau sesak pada kandung kemih dan perdarahan dari uretral sekitar kateter. Medikasi yang dapat melemaskan otot polos dapat membantu mengilangkan spasme. Kompres hangat pada pubis dapat membantu menghilangkan spasme.

11. Jika pasien dapat bergerak bebas pasien didorong untuk berjalan-jalan tapi tidak duduk terlalu lama karena dapat meningkatkan tekanan abdomen, perdarahan

12. Latihan perineal dilakukan untuk membantu mencapai kembali kontrol berkemih. Latihan perineal harus dilanjutkan sampai passien mencapai kontrol berkemih.

13. Drainase diawali sebagai urin berwarna merah muda kemerahan kemudian jernih hingga sedikit merah muda dalam 24 jam setelah pembedahan.

14. Perdarahan merah terang dengan kekentalan yang meningkat dan sejumlah bekuan biasanya menandakan perdarahan arteri. Darah vena tampak lebih gelap dan kurang kental. Perdarahan vena diatasi dengan memasang traksi pada kateter sehingga balon yang menahan kateter pada tempatnya memberikan tekannan pada fossa prostatik.

J. Pengkajian keperawatan

Pengkajian pada pasien BPH dilakukan dengan pendekatan proses keperawatan. Menurut Doenges (1999) fokus pengkajian pasien dengan BPH adalah sebagai berikut : 1. Sirkulasi

Pada kasus BPH sering dijumpai adanya gangguan sirkulasi; pada kasus preoperasi dapat dijumpai adanya peningkatan tekanan darah yang disebabkan oleh karena efek pembesaran ginjal. Penurunan tekanan darah; peningkatan nadi sering dijumpai pada. kasus postoperasi BPH yang terjadi karena kekurangan volume cairan.

2. Integritas EgoPasien dengan kasus penyakit BPH seringkali terganggu integritas

egonya karena memikirkan bagaimana akan menghadapi pengobatan

Page 12: Laporan pendahuluan benign prostatic hyperplasia (bph)

[email protected]

yang dapat dilihat dari tanda-tanda seperti kegelisahan, kacau mental, perubahan perilaku.

3. EliminasiGangguan eliminasi merupakan gejala utama yang seringkali dialami

oleh pasien dengan preoperasi, perlu dikaji keragu-raguan dalam memulai aliran urin, aliran urin berkurang, pengosongan kandung kemih inkomplit, frekuensi berkemih, nokturia, disuria dan hematuria. Sedangkan pada postoperasi BPH yang terjadi karena tindakan invasif serta prosedur pembedahan sehingga perlu adanya obervasi drainase kateter untuk mengetahui adanya perdarahan dengan mengevaluasi warna urin. Evaluasi warna urin, contoh : merah terang dengan bekuan darah, perdarahan dengan tidak ada bekuan, peningkatan viskositas, warna keruh, gelap dengan bekuan. Selain terjadi gangguan eliminasi urin, juga ada kemugkinan terjadinya konstipasi. Pada preoperasi BPH hal tersebut terjadi karena protrusi prostat ke dalam rektum, sedangkan pada postoperasi BPH, karena perubahan pola makan dan makanan.

4. Makanan dan cairanTerganggunya sistem pemasukan makan dan cairan yaitu karena

efek penekanan/nyeri pada abomen (pada preoperasi), maupun efek dari anastesi pada postoperasi BPH, sehingga terjadi gejala: anoreksia, mual, muntah, penurunan berat badan, tindakan yang perlu dikaji adalah awasi masukan dan pengeluaran baik cairan maupun nutrisinya.

5. Nyeri dan kenyamananMenurut hierarki Maslow, kebutuhan rasa nyaman adalah kebutuhan

dasar yang utama. Karena menghindari nyeri merupakan kebutuhan yang harus dipenuhi. Pada pasien postoperasi biasanya ditemukan adanya nyeri suprapubik, pinggul tajam dan kuat, nyeri punggung bawah.

6. Keselamatan/ keamananPada kasus operasi terutama pada kasus penyakit BPH faktor

keselamatan tidak luput dari pengkajian perawat karena hal ini sangat penting untuk menghindari segala jenis tuntutan akibat kelalaian paramedik, tindakan yang perlu dilakukan adalah kaji adanya tanda-tanda infeksi saluran perkemihan seperti adanya demam (pada preoperasi), sedang pada postoperasi perlu adanya inspeksi balutan dan juga adanya tanda-tanda infeksi baik pada luka bedah maupun pada saluran perkemihannya.

7. SeksualitasPada pasien BPH baik preoperasi maupun postoperasi terkadang

mengalami masalah tentang efek kondisi/terapi pada kemampuan seksualnya, takut inkontinensia/menetes selama hubungan intim, penurunan kekuatan kontraksi saat ejakulasi, dan pembesaran atau nyeri tekan pada prostat.

8. LaboratoriumPemeriksaan laboratorium diperlukan pada pasien preoperasi

maupun postoperasi BPH. Pada preoperasi perlu dikaji, antara lain urin analisa, kultur urin, urologi., urin, BUN/kreatinin, asam fosfat serum,

Page 13: Laporan pendahuluan benign prostatic hyperplasia (bph)

[email protected]

SDP/sel darah putih. Sedangkan pada postoperasinya perlu dikaji kadar hemoglobin dan hematokrit karena imbas dari perdarahan. Dan kadar leukosit untuk mengetahui ada tidaknya infeksi.

K. Penyimpangan KDM

Page 14: Laporan pendahuluan benign prostatic hyperplasia (bph)

[email protected]

L. Diagnosa keperawatanDiagnosa keperawatan yang mungkin muncul pada pasien dengan kasus Benign Prostatic Hyperplasia (BPH) adalah sebagai berikut : 1. Pre operasi

Nyeri akut Cemas Ketidakseimbangan nutrisi : kurang dari kebutuhan tubuh Kerusakan eleminasi urin

2. Post operasi Nyeri akut Resiko infeksi Kurang pengetahuan tentang penyakit, diit, dan pengobatan Defisit perawatan diri

Page 15: Laporan pendahuluan benign prostatic hyperplasia (bph)

[email protected]

M. Intervensi Keperawatan

Pre Operasi

No

Diagnosa keperawatan

Tujuan Intervensi Keperawatan

1 Nyeri akut

Definisi : Sensori dan pengalaman emosional yang tidak menyenangkan yang timbul dari kerusakan jaringan aktual atau potensial, muncul tiba-tiba atau lambat dengan intensitas ringan sampai berat dengan akhir yang bisa diantisipasi atau diduga dan berlangsung kurang dari 6 bulan.

Faktor yang berhubungan : Agen injuri (biologi, kimia, fisik, psikologis)

Batasan

Setelah dilakukan asuhan keperawatan selama ….x 24 jam, klien dapat:

1. Mengontol nyeriDefinisi : tindakan seseorang untuk mengontrol nyeriIndikator: Mengenal faktor-faktor

penyebabMengenal onset/waktu

kejadian nyeri tindakan pertolongan

non-analgetik Menggunakan analgetik melaporkan gejala-gejala

kepada tim kesehatan (dokter, perawat)

nyeri terkontrolKeterangan:

1   = tidak pernah dilakukan2   = jarang dilakukan3   = kadang-kadang

dilakukan4   = sering dilakukan

1. Manajemen NyeriDefinisi : perubahan atau pengurangan nyeri ke tingkat kenyamanan yang dapat diterima pasienIntervensi:

1. Kaji secara menyeluruh tentang nyeri, meliputi: lokasi, karakteristik, waktu kejadian, lama, frekuensi, kualitas, intensitas/beratnya nyeri, dan faktor-faktor pencetus

2. Observasi isyarat-isyarat non verbal dari ketidaknyamanan, khususnya dalam ketidakmampuan untuk komunikasi secara efektif

3. Berikan analgetik sesuai dengan anjuran4. Gunakan komunikasi terapeutik agar klien dapat

mengekspresikan nyeri5. Kaji latar belakang budaya klien6. Tentukan dampak dari ekspresi nyeri terhadap

kualitas hidup: pola tidur, nafsu makan, aktifitas mood, hubungan, pekerjaan, tanggungjawab peran

7. Kaji pengalaman individu terhadap nyeri,  keluarga dengan nyeri kronis

8. Evaluasi  tentang keefektifan dari tindakan mengontrol nyeri yang telah digunakan

9. Berikan dukungan terhadap klien dan keluarga10.Berikan informasi tentang nyeri, seperti: penyebab,

berapa lama terjadi, dan tindakan pencegahan11.Kontrol faktor-faktor lingkungan yang dapat

mempengaruhi respon klien terhadap

Page 16: Laporan pendahuluan benign prostatic hyperplasia (bph)

[email protected]

karakteristik : Laporan secara

verbal atau non verbal adanya nyeri

Fakta dari observasi Posisi untuk

menghindari nyeri Gerakan melindungi Tingkah laku

berhati-hati Muka topeng Gangguan tidur

(mata sayu, tampak capek, sulit atau gerakan kacau, menyeringai)

Terfokus pada diri sendiri

Fokus menyempit (penurunan persepsi waktu, kerusakan proses berpikir, penurunan interaksi dengan orang dan lingkungan)

Tingkah laku distraksi, contoh : jalan-jalan, menemui orang lain dan/atau aktivitas, aktivitas berulang-ulang)

Respon autonom (seperti diaphoresis, perubahan tekanan

5   = selalu dilakukan

2. Menunjukkan tingkat nyeri

Definisi : tingkat keparahan dari nyeri yang dilaporkan atau ditunjukanIndikator: Melaporkan nyeri Frekuensi nyeri Lamanya episode nyeri Ekspresi nyeri: wajah Posisi melindungi tubuh Kegelisahan Perubahan Respirasirate Perubahan Heart Rate Perubahan tekanan

Darah Perubahan ukuran Pupil Perspirasi Kehilangan nafsu makan

Keterangan:    1 :  berat    2 :  agak berat    3 :  sedang    4 :  sedikit    5 :  tidak ada

ketidaknyamanan  (contoh : temperatur ruangan, penyinaran, dll)

12.Anjurkan klien untuk memonitor sendiri nyeri13.Ajarkan penggunaan teknik non-farmakologi, (ex:

relaksasi, guided imagery, terapi musik, distraksi, aplikasi panas-dingin, massase)

14.Evaluasi keefektifan dari tindakan mengontrol nyeri15.Modifikasi tindakan mengontrol nyeri berdasarkan

respon klien16.Tingkatkan tidur/istirahat yang cukup17.Anjurkan klien untuk berdiskusi tentang

pengalaman nyeri secara tepat18.Beritahu dokter jika tindakan tidak berhasil atau

terjadi keluhan19.Informasikan kepada tim kesehatan lainnya/anggota

keluarga saat tindakan nonfarmakologi dilakukan, untuk pendekatan preventif

20.monitor kenyamanan klien terhadap manajemen nyeri

2. Pemberian AnalgetikDefinisi : penggunaan agen farmakologi  untuk   mengurangi atau menghilangkan nyeriIntervensi:

1. Tentukan lokasi nyeri, karakteristik, kualitas,dan keparahan sebelum pengobatan

2. Berikan obat dengan prinsip 12 benar3. Cek riwayat alergi obat4. Libatkan klien dalam pemilhan analgetik yang akan

digunakan5. Pilih analgetik secara tepat /kombinasi lebih dari

satu analgetik jika telah diresepkan6. Tentukan pilihan analgetik (narkotik, non narkotik,

NSAID) berdasarkan tipe dan keparahan nyeri.7. Monitor tanda-tanda vital, sebelum dan sesudah

Page 17: Laporan pendahuluan benign prostatic hyperplasia (bph)

[email protected]

darah, perubahan nafas, nadi dan dilatasi pupil)

Perubahan autonomic dalam tonus otot (mungkin dalam rentang dari lemah ke kaku)

Tingkah laku ekspresif (contoh : gelisah, merintih, menangis, waspada, iritabel, nafas panjang/berkeluh kesah)

Perubahan dalam nafsu makan dan minum

pemberian analgetik8. Monitor reaksi obat dan efeksamping obat9. Dokumentasikan respon dari analgetik dan efek-

efek yang tidak diinginka.10. Lakukan tindakan-tindakan untuk menurunkan efek

analgetik (konstipasi/iritasi lambung)

3. Manajemen lingkungan : kenyamananDefinisi : memanipulasi lingkungan untuk kepentingan terapeutikIntervensi :

1. Pilihlah ruangan dengan lingkungan yang tepat2. Batasi pengunjung3. Tentukan hal-hal yang menyebabkan

ketidaknyamanan seperti pakaian lembab4. Sediakan tempat tidur yang nyaman dan bersih5. Tentukan temperatur ruangan yang paling nyaman6. Sediakan lingkungan yang tenang7. Perhatikan hygiene pasien untuk menjaga

kenyamanan8. Atur posisi pasien yang membuat nyaman.

2 Cemas

Definisi : Perasaan gelisah yang tak jelas dari ketidaknyamanan atau ketakutan yang disertai respon autonom (sumner tidak spesifik atau tidak diketahui oleh individu); perasaan keprihatinan disebabkan dari

Setelah dilakukan asuhan keperawatan selama......x24 jam pasien menunjukan dapat :

1. Mengontrol cemas:Definisi : Tindakan seseorang untuk mengurangi perasaan tertekan/terbebani dan ketegangan dari sumber yang tidak dapat diidentifikasi

Menurunkan cemasDefinisi : meminimalkan rasa takut, cemas, merasa dalam bahaya atau ketidaknyamanan terhadap sumber yang tidak diketahuiIntervernsi:

1. Tenangkan pasien2. Jelaskan seluruh prosedurt tindakan kepada pasien

dan perasaan yamng mungkin muncul pada saat melakukan tindakan

3. Berusaha memahami keadaan pasien4. Berikan informasi tentang diagnosa, prognosis dan

tindakan5. Mendampingi pasien untuk mengurangi kecemasan

Page 18: Laporan pendahuluan benign prostatic hyperplasia (bph)

[email protected]

antisipasi terhadap bahaya. Sinyal ini merupakan peringatan adanya ancaman yang akan datang dan memungkinkan individu untuk mengambil langkah untuk menyetujui terhadap tindakan.

Faktor yang berhubungan : terpapar racun, konflik yang tidak disadari tentang nilai-nilai utama/tujuan hidup, berhubungan dengan keturunan/herediter, kebutuhan tidak terpenuhi, transmisi iterpersonal, krisis situasional/maturasional, ancaman kematian, ancaman terhadap konsep diri, stress, substans abuse, perubahan dalam: status peran, status kesehatan, pola interaksi, fungsi peran, lingkungan, status ekonomi.

Batasan

Indikator : Monitor intensitas cemas Meghilangkan penyebab

cemas Menurunkan stimulus

lingkungan ketika cemas Mencari informasi untuk

menurunkan cemas Gunakan strategi koping

efektif Melaporkan kepada

perawat penurunan lama cemas

Menggunakan teknik relaksasi  untuk menurunkan cemas

Mempertrahankan hubungan sosial

Mempertahankan konsentrasi

Melaporkan kepada perawat tidur cukup

Melaporkan kepada perawat bahwa cemas tidak mempengatruhi keadaan fisik

Tidak adanya tingkahlaku yang menunjukan cemas

Keterangan1 :Tidak pernah menunjukkan2 : Jarang menunjukkan

dan meningkatkan kenyamanan6. Dorong pasien untuk menyampaikan tentang isi

perasaannya7. Kaji tingkat kecemasan8. Dengarkan dengan penuh perhatian9. Ciptakan hubungan saling percaya10.Bantu pasien menjelaskan keadaan yang bisa

menimbulkan kecemasan11.Bantu pasien untuk mengungkapkan hal hal yang

membuat cemas12.Ajarkan pasien teknik relaksasi13.Berikan obat obat yang mengurangi cemas

Page 19: Laporan pendahuluan benign prostatic hyperplasia (bph)

[email protected]

karakteristik:Perilaku : Produktivitas

berkurang Scanning dan

kewaspadaan Kontak mata yang

buruk Gelisah Pandangan sekilas Pergerakan yang

tidak berhubungan, (misal : berjalan dengan menyeret kaki, pergelangan tangan/lengan

Menunjukkan perhatian seharusnya dalam kejadian hidup

Insomnia Resah

Affektive: Penyesalan Irritable Kesedihan yang

mendalam Ketakutan Gelisah, gugup Mudah tersinggung Rasa nyeri hebat

dan menetap Ketidakberdayaan

3 : Kadang-kadang menunjukkan

4 : Sering menunjukkan5 : Selalu menunjukkan

2. Koping yang baikDefinisi : Tindakan untuk mengelola stressor yang menggunakan sumber individuIndikator : Mengenal koping efektif Mengenal koping tak

efektif Memverbalkan

kemampuan kontrol Melaporkan menurunnya

stress Memverbalkan

penerimaan terhadap situasi

Mencari informasi yang berkaitan dengan penyakit dan pengobatannya

Modifikasi gaya hidup sesuai kebutuhan

Beradaptasi dengan perubahan perkembangan

Menggunakan support sosial yang memungkinkan

Page 20: Laporan pendahuluan benign prostatic hyperplasia (bph)

[email protected]

meningkat Membingungkan Ketidaktentuan Peningkatan

kewaspadaan Fokus pada diri Perasaan tidak

adekuat Ketakutan Distress Kekhawatiran,

prihatin CemasFisiologis : Suara gemetar Gemetar, tangan

tremor Goyah Respirasi

meningkat (simpatis)

Keinginan kencing (parasimpatis)

Nadi meningkat (simpatis)

Berkeringat banyak Wajah tegang Anorexia (simpatis) Jantung berdetak

kuat (simpatis) Diare

(parasimpatis) Keragu-raguan

dalam berkemih (parasimpatis)

Mengerjakan sesuatu yang menurunkan stress

Mengenal strategi koping multipel

Menggunakan strategi koping efektif

Menghindari situasi penuh stress

Memverbalkan kebutuhan akan bantuan

Mencari pertolongan professional yang sesuai

Melaporkan menurunnya keluhan fisik

Melaporkan menurunnya perasaan negatif

Melaporkan kenyamanan psikologis yang meningkat

Keterangan:1 :Tidak pernah menunjukkan2 : Jarang menunjukkan3 : Kadang-kadang

menunjukkan4 : Sering menunjukkan5 : Selalu menunjukkan

Page 21: Laporan pendahuluan benign prostatic hyperplasia (bph)

[email protected]

Kelelahan (Simpatis)

Mulut kering (simpatis)

Kelemahan (simpatis)

Wajah kemerahan (simpatis)

3 Ketidakseimbangan nutrisi: kurang dari kebutuhan tubuh

Definisi : Intake nutrisi tidak cukup untuk keperluan metabolisme tubuh

Batasan karakteristik : Berat badan 20 %

di bawah ideal Dilaporkan adanya

intake makanan yang kurang dari RDA (Recomended Daily Allowance)

Membran mukosa dan konjungtiva

Setelah dilakukan asuhan keperawatan selama …. X 24 jam klien dapat menunjukkan1. status nutrisi yang 

baikDefinisi : Nutrisi cukup untuk memenuhi kebutuhan metabolisme tubuhIndikator : Masukan nutrisi -          Masukan makanan

dan cairan Tingkat energi cukup Berat badan stabil Nilai laboratorium

Keterangan:1  : Sangat bermasalah2  : Cukup bermasalah3  : Masalah sedang

1. Manajemen NutrisiDefinisi : membantu dengan atau menyediakan masukan diet seimbang dari makanan dan cairanIntervensi :

1. Catat jika klien memiliki alergi makanan2. Catat makanan kesukaan klien3. Tentukan jumlah kalori dan tipe nutrien yang

dibutuhkan4. Dorong asupan kalori sesuai tipe tubuh dan gaya

hidup5. Dorong asupan zat besi6. Tawarkan makanan ringan7. Berikan gula tambahan k/p8. Tawarkan bumbu sebagai pengganti garam9. Berikan makanan tinggi kalori, protein dan

minuman yang mudah dikonsumsi10. Berikan pilihan makanan11. Sesuaikan diet dengan gaya hidup klien12. Ajarkan klien cara membuat catatan makanan13. Monitor asupan nutrisi dan kalori14. Timbang berat badan secara teratur15. Berikan informasi tentang kebutuhan nutrisi dan

Page 22: Laporan pendahuluan benign prostatic hyperplasia (bph)

[email protected]

pucat Kelemahan otot

yang digunakan untuk menelan/mengunyah

Luka, peradangan pada rongga mulut

Mudah merasa kenyang, sesaat setelah mengunyah makanan

Dilaporkan atau fakta adanya kekurangan makanan

Dilaporkan adanya perubahan sensasi rasa

Perasaan ketidakmampuan untuk mengunyah makanan

Miskonsepsi Kehilangan BB

dengan makanan cukup

Keengganan untuk makan

Kram pada abdomen

Tonus otot jelek Nyeri abdominal

dengan atau tanpa patologi

4  : Sedikit bermasalah5  : Tidak ada masalah

bagaimana memenuhinya16. Ajarkan teknik penyiapan dan penyimpanan

makanan17. Tentukan kemampuan klien untuk memenuhi

kebutuhan nutrisinya

2. Monitor nutrisiDefinisi : mengumpulkan dan menganalisa data dari pasien untuk mencegahatau meminimalkan malnutrisi.Intervensi :

1. BB klien dalam interval spesifik2. Monitor adanya penurunan BB3. Monitor tipe dan jumlah nutrisi untuk aktivitas biasa4. Monitor  respon emosi klien saat berada dalam

situasi yang mengharuskan makan.5. Monitor interaksi anak dengan orang tua selama

makan.6. Monitor lingkungan selama makan.7. Jadwalkan pengobatan dan tindakan, tidak selama

jam makan.8. Monitor kulit kering dan perubahan pigmentasi9. Monitor turgor kulit10.Monitor kekeringan, rambut kusam dan mudah

patah.11.Monitor adanya bengkak pada alat pengunyah,

peningkatan perdarahan, dll.12.Monitor mual dan muntah13.Monitor kadar albumin, total protein, Hb, kadar Ht.14.Monitor kadar limfosit dan elektrolit.15.Monitor makanan kesukaan.16.Monitor pertumbuhan dan perkembangan.17.Monitor kadar energi, kelelahan, kelemahan.18.Monitor pucat, kemerahan, dan kekeringan pada

jaringan konjungtiva.19.Monitor kalori dan intake nutrisi.

Page 23: Laporan pendahuluan benign prostatic hyperplasia (bph)

[email protected]

Kurang berminat terhadap makanan

Pembuluh darah kapiler mulai rapuh

Diare dan atau steatorrhea

Kehilangan rambut yang cukup banyak (rontok)

Suara usus hiperaktif

Kurangnya informasi, misinformasi

Faktor yang berhubungan : Ketidakmampuan pemasukan atau mencerna makanan atau mengabsorpsi zat-zat gizi berhubungan dengan faktor biologis, psikologis atau ekonomi.

20.Catat adanya edema, hiperemia, hipertropik papila lidah dan cavitas oral.

21.Catat jika lidah berwarna merah keunguan.

Page 24: Laporan pendahuluan benign prostatic hyperplasia (bph)

[email protected]

Post Operasi

1 Nyeri akut

Definisi : Sensori dan pengalaman emosional yang tidak menyenangkan yang timbul dari kerusakan jaringan aktual atau potensial, muncul tiba-tiba atau lambat

Setelah dilakukan asuhan keperawatan selama ….x 24 jam, klien dapat:1. Mengontol nyeriDefinisi : tindakan seseorang untuk mengontrol nyeri.Indikator: Mengenal faktor-faktor

penyebab Mengenal onset/waktu

1.1. Manajemen NyeriDefinisi : perubahan atau pengurangan nyeri ke tingkat kenyamanan yang dapat diterima pasien

Intervensi:1. Kaji secara menyeluruh tentang nyeri, meliputi:

lokasi, karakteristik,waktu kejadian, lama, frekuensi, kualitas, intensitas/beratnya nyeri, dan faktor-faktor pencetus

2. Observasi isyarat-isyarat non verbal dari ketidaknyamanan, khususnya dalam

Page 25: Laporan pendahuluan benign prostatic hyperplasia (bph)

[email protected]

dengan intensitas ringan sampai berat dengan akhir yang bisa diantisipasi atau diduga dan berlangsung kurang dari 6 bulan.Batasan karakteristik : Laporan secara

verbal atau non verbal adanya nyeri

Fakta dari observasi Posisi untuk

menghindari nyeri Gerakan melindungi Tingkah laku

berhati-hati Muka topeng Gangguan tidur

(mata sayu, tampak capek, sulit atau gerakan kacau, menyeringai)

Terfokus pada diri sendiri

Fokus menyempit (penurunan persepsi waktu, kerusakan proses berpikir, penurunan interaksi dengan orang dan lingkungan)

Tingkah laku

kejadian nyeri Tindakan pertolongan non-

analgetik Menggunakan analgetik Melaporkan gejala-gejala

kepada tim kesehatan (dokter, perawat)

Nyeri terkontrol

Keterangan:1     = tidak pernah dilakukan2     = jarang dilakukan3     = kadang-kadang dilakukan4     = sering dilakukan5     = selalu dilakukan

2. Menunjukkan tingkat nyeri

Definisi : tingkat keparahan dari nyeri yang dilaporkan atau ditunjukanIndikator: Melaporkan nyeri Frekuensi nyeri Lamanya episode nyeri Ekspresi nyeri: wajah Posisi melindungi tubuh Kegelisahan Perubahan Respirasirate Perubahan Heart Rate Perubahan tekanan Darah Perubahan ukuran Pupil Perspirasi

ketidakmampuan untuk komunikasi secara efektif3. Berikan analgetik sesuai dengan anjuran4. Gunakan komunkasi terapeutik agar klien dapat

mengekspresikan nyeri5. Kaji latar belakang budaya klien6. Tentukan dampak dari ekspresi nyeri terhadap

kualitas hidup: pola tidur, nafsu makan, aktifitas mood, hubungan, pekerjaan, tanggungjawab peran

7. Kaji pengalaman individu terhadap nyeri,  keluarga dengan nyeri kronis

8. Evaluasi  tentang keefektifan dari tindakan mengontrol nyeri yang telah digunakan

9. Berikan dukungan terhadap klien dan keluarga10. Berikan informasi tentang nyeri, seperti: penyebab,

berapa lama terjadi, dan tindakan pencegahan11. Kontrol faktor-faktor lingkungan yang dapat

mempengaruhi respon klien terhadap ketidaknyamanan  (contoh : temperatur ruangan, penyinaran, dll)

12. Anjurkan klien untuk memonitor sendiri nyeri13. Ajarkan penggunaan teknik non-farmakologi (ex:

relaksasi, guided imagery, terapi musik, distraksi, aplikasi panas-dingin, massase)

14. Evaluasi keefektifan dari tindakan mengontrol  nyeri yang telah digunakan

15. Berikan dukungan terhadap klien dan keluarga16. Berikan informasi tentang nyeri, seperti: penyebab,

berapa lama terjadi, dan tindakan pencegahan17. Kontrol faktor-faktor lingkungan yang dapat

mempengaruhi respon klien terhadap ketidaknyamanan  (contoh : temperatur ruangan, penyinaran, dll)

18. Anjurkan klien untuk memonitor sendiri nyeri19. Ajarkan penggunaan teknik non-farmakologi (ex:

relaksasi, guided imagery, terapi musik, distraksi,

Page 26: Laporan pendahuluan benign prostatic hyperplasia (bph)

[email protected]

distraksi, contoh : jalan-jalan, menemui orang lain dan/atau aktivitas, aktivitas berulang-ulang)

Respon autonom (seperti diaphoresis, perubahan tekanan darah, perubahan nafas, nadi dan dilatasi pupil)

Perubahan autonomic dalam tonus otot (mungkin dalam rentang dari lemah ke kaku)

Tingkah laku ekspresif (contoh : gelisah, merintih, menangis,

Kehilangan nafsu makan

Keterangan:    1 :  berat    2 :  agak berat    3 :  sedang    4 :  sedikit    5 :  tidak ada

aplikasi panas-dingin, massase)20. Evaluasi keefektifan dari tindakan mengontrol nyeri21. Modifikasi tindakan mengontrol nyeri berdasarkan

respon klien22. Tingkatkan tidur/istirahat yang cukup23. Anjurkan klien untuk berdiskusi tentang pengalaman

nyeri secara tepat24. Beritahu dokter jika tindakan tidak berhasil atau

terjadi keluhan25. Informasikan kepada tim kesehatan lainnya/anggota

keluarga saat tindakan nonfarmakologi dilakukan, untuk pendekatan preventif

26. monitor kenyamanan klien terhadap manajemen nyeri

2. Pemberian AnalgetikDefinisi : penggunaan agen farmakologi  untuk   mengurangi atau menghilangkan nyeri.

Intervensi: Tentukan lokasi nyeri, karakteristik, kualitas,dan

keparahan sebelum pengobatan Berikan obat dengan prinsip 5 benar Cek riwayat alergi obat Libatkan klien dalam pemilhan analgetik yang

akan digunakan Pilih analgetik secara tepat /kombinasi lebih dari

satu analgetik jika telah diresepkan Tentukan pilihan analgetik (narkotik, non narkotik,

NSAID) berdasarkan tipe dan keparahan nyeri Monitor tanda-tanda vital, sebelum dan sesudah

pemberian analgetik Monitor reaksi obat dan efeksamping obat Dokumentasikan respon dari analgetik dan efek-

efek yang tidak diinginkan

Page 27: Laporan pendahuluan benign prostatic hyperplasia (bph)

[email protected]

Lakukan tindakan-tindakan untuk menurunkan efek analgetik (konstipasi/iritasi lambung)

3. Manajemen lingkungan : kenyamananDefinisi : memanipulasi lingkungan untuk kepentingan terapeutik

Intervensi : Pilihlah ruangan dengan lingkungan yang tepat Batasi pengunjung Tentukan hal-hal yang menyebabkan

ketidaknyamanan seperti pakaian lembab Sediakan tempat tidur yang nyaman dan bersih Tentukan temperatur ruangan yang paling nyaman Sediakan lingkungan yang tenang Perhatikan hygiene pasien untuk menjaga

kenyamanan Atur posisi pasien yang membuat nyaman.

2 Resiko infeksi

Definisi : Peningkatan resiko masuknya organisme patogen

Faktor-faktor resiko : Prosedur Invasif Ketidakcukupan

pengetahuan untuk menghindari

Setelah dilakukan asuhan keperawatan selama … x 24 jam, klien menunjukan1. Pengetahuan klien

tentang kontrol infeksi meningkat

Definisi : Tindakan untuk mengurangi ancaman kesehatan secara aktual dan potensialIndikator: Menerangkan cara-cara

penyebaran Menerangkan factor-faktor

1. Kontrol InfeksiDefinisi : Meminimalkan mendapatkan infeksi dan trasmisi agen infeksi

Intervensi :1. Bersikan lingkungan secara tepat setelah digunakan

oleh klien2. Ganti peralatan klien setiap selesai tindakan3. Batasi jumlah pengunjung4. Ajarkan cuci tangan untuk menjaga kesehatan

individu5. Anjurkan klien untuk cuci tangan dengan tepat6. Gunakan sabun antimikrobial untuk cuci tangan7. Anjurkan pengunjung untuk mencuci tangan sebelum

Page 28: Laporan pendahuluan benign prostatic hyperplasia (bph)

[email protected]

paparan patogen Trauma Kerusakan jaringan

dan peningkatan paparan lingkungan

Ruptur membran amnion

Agen farmasi (imunosupresan)

Malnutrisi Peningkatan

paparan lingkungan patogen

Imonusupresi Ketidakadekuatan

imum buatan Tidak adekuat

pertahanan sekunder (penurunan Hb, Leukopenia, penekanan respon inflamasi)

Tidak adekuat pertahanan tubuh primer (kulit tidak utuh, trauma jaringan, penurunan kerja silia, cairan tubuh statis, perubahan sekresi pH, perubahan

yang berkontribusi dengan penyebaran

Menjelaskan tanda-tanda dan gejala

Menjelaskan aktivitas yang dapat meningkatkan resistensi terhadap infeksi

Keterangan:1 : Tidak pernah menunjukkan2 : Jarang menunjukkan3 : Kadang-kadang

menunjukkan4 : Sering menunjukkan5 : Selalu menunjukkan

2. Pengetahuan tentang deteksi resiko meningkat

Definisi : Tindakan untuk mengidentifikasi ancaman kesehatanIndikator : Mengenali tanda dan gejala

yang mengindikasikan resiko

Mengidentifikasi resiko kesehatan potensial

Mencari pembenaran resiko

dan setelah meninggalkan ruangan klien8. Cuci tangan sebelum dan sesudah kontak dengan

klien9. Lakukan universal precautions10. Gunakan sarung tangan steril11. Lakukan perawatan aseptic pada semua jalur IV12. Lakukan teknik perawatan luka yang tepat13. Tingkatkan asupan nutrisi14. Anjurkan asupan cairan15. Anjurkan istirahat16. Berikan terapi antibiotik17. Ajarkan klien dan keluarga tentang tanda-tanda dan

gejala dari infeksi18. Ajarkan klien dan anggota keluarga bagaimana

mencegah infeksi

2. Proteksi infeksiDefinisi : Meminimalkan mendapatkan infeksi dan trasmisi agen infeksi

Intervensi :1. Bersihkan lingkungan setelah dipakai pasien lain2. Pertahankan teknik isolasi3. Batasi pengunjung bila perlu4. Instruksikan pada pengunjung untuk mencuci tangan

saat berkunjung dan setelah berkunjung meninggalkan pasien

5. Gunakan sabun antimikrobia untuk cuci tangan6. Cuci tangan setiap sebelum dan sesudah tindakan

kperawtan

Page 29: Laporan pendahuluan benign prostatic hyperplasia (bph)

[email protected]

peristaltik) Penyakit kronik

yang dirasakan Memeriksakan diri pada

interval waktu yang ditentukan

Berpartisipasi dalam screening pada interval waktu yang ditentukan

Mengetahui keadaan kesehatan keluarga saat ini

Selalu mengetahui / memonitor keadaan kesehatan keluarga

Selalu mengetahui / memonitor kesehatan diri

Menggunakan sumber-sumber informasi untuk  tetap mendapatkan informasi tentang resiko potensial

Menggunakan sarana pelayanan kesehatan sesuai kebutuhan

Keterangan:1 : Tidak pernah menunjukkan2 : Jarang menunjukkan3 : Kadang-kadang

menunjukkan4 : Sering menunjukkan5 : Selalu menunjukkan

3. Status nutrisi yang  baik,Definisi : Nutrisi cukup untuk

7. Gunakan baju, sarung tangan sebagai alat pelindung8. Pertahankan lingkungan aseptik selama pemasangan

alat9. Ganti letak IV perifer dan line central dan dressing

sesuai dengan petunjuk umum10. Gunakan kateter intermiten untuk menurunkan

infeksi kandung kencing11. Tingktkan intake nutrisi12. Berikan terapi antibiotik bila perlu

3. Manajemen NutrisDefinisi : membantu dengan memberikan diet makanan dan cairan yang seimbang.

Intervensi :1. Tanyakan pada klien tentang alergi terhadap

makanan2. Tanyakan makanan kesukaan klien

Page 30: Laporan pendahuluan benign prostatic hyperplasia (bph)

[email protected]

memenuhi kebutuhan metabolisme tubuhIndikator : Masukan nutrisi Masukan makanan dan

cairan Tingkat energi cukup Berat badan stabil Nilai laboratorium

Keterangan:1  : Sangat bermasalah2  : Cukup bermasalah3  : Masalah sedang4  : Sedikit bermasalah5  : Tidak ada masalah

4. Luka sembuh, denganIndikator: Kulit utuh Berkurangnya drainase

purulen Drainase serousa pada luka

berkurang Drainase sanguinis pada luka

berkurang Drainase serosa sangunis

pada luka berkurang Drainase sangunis pada drain

berkurang Drainase serosasanguinis

pada drain berkurang Eritema disekitar kulit

3. Kolaborasi dengan ahli gizi tentang jumlah kalori dan nutrisi yang dibutuhkan

4. Anjurkan masukan kalori yang tepat yang sesuai dengan gaya hidup

5. Anjurkan peningkatan masukan zat besi yang sesuai

6. Anjurkan peningkatan masukan protein dan vitamin C

7. Anjurkan untuk banyak makan buah dan minum8. Pastikan diit  tidak menyebabkan konstipasi9. Berikan klien diit tinggi protein, tinggi kalori

Page 31: Laporan pendahuluan benign prostatic hyperplasia (bph)

[email protected]

berkurang Edema sekitar luka berkurang Suhu kulit tidak meningkat Luka tidak berbau

3 Kurang pengetahuan tentang : penyakit, diet, pengobatan

Definisi : tidak adanya atau kurangnya informasi kognitif sehubungan dengan topik spesifik

Batasan karakteristik : memverbalisasikan adanya masalah, ketidakakuratan mengikuti instruksi, perilaku tidak sesuai.

Faktor yang berhubungan : keterbatasan kognitif, interpretasi terhadap informasi yang salah, kurangnya keinginan untuk mencari

Setelah dilakukan asuhan keperawatan selama 1 x 24 jam pengetahuan klien dan keluarga meningkat tentang:1. Proses penyakit dengan

Indikator: Mengenal  nama penyakit Menjelaskan proses

penyakit Menjelaskan

penyebab/fakor yang berkontribusi

Menjelaskan factor-faktor resiko

Menjelaskan efek dari penyakit

Menjelaskan tanda-tanda dan gejala

Menjelaskan tentang komplikasi dan tanda gejalanya

Menjelaskan tentang perawatan dirumah

Keterangan:1 : tidak pernah2 : terbatas3 : sedang

1. Pendidikan kesehatan: Proses penyakit

Intervensi :1. Gali pengetahuan tentang proses penyakit2. Jelaskan patofisiologi penyakit3. Jelaskan tanda dan gejala penyakit4. Terangkan proses penyakit5. Identifikasi proses kemungkinan penyebab6. Berikan informasi tentang kondisi pasien7. Hindari memberi harapan palsu8. Berikan informasi kondisi pasien pada

keluarga9. Diskusikan perubahan gaya hidup untuk

mencegah komplikasi di masa depan10.Diskusikan pilihan terapi11.Terangkan rasional tindakan12.Terangkan komplikasi kronik13.Terangkan tanda dan gejala yang harus

dilaporkan14.Jelaskan cara mencegah atau meminimalkan

efek samping penyakit.

2. Ajarkan : Diet

Page 32: Laporan pendahuluan benign prostatic hyperplasia (bph)

[email protected]

informasi, tidak mengetahui sumber-sumber informasi.

4 : Sering5 : Selalu

2. Diet, denganindikator: Menggambarkan diet yang

dianjurkan Menyebutkan  keuntungan

dari mengikuti anjuran diet Menyebutkan tujuan dari

diet yang yang dianjurkan Menyebutkan makanan-

makanan yang diperbolehkan dalam diet

Menyebutkan makanan-makanan yang dilarang

Memilih makanan-makanan yang dianjurkan dalam diet

Keterangan:1  :  Tidak pernah2  :  Terbatas3  :  Sedang4  :  Luas5  :  Sangat luas

3. Pengobatan, denganindikator: Menggambarkan metode

pengobatan yang tepat Menggambarkan tindakan-

tindakan dalam

Intervensi :1. Kaji pengetahuan klien tentang diet yang

dianjurkan2. Tentukan sikap keluarga klien terhadap diet3. Jelaskan tujuan diet4. Informasikan berapa lama diet harus diikuti5. Anjarkan klien tentang makanan yang boleh

dan tidak boleh dimakan6. Bantu klien untuk mencatat makanan

kesukaan dalam diet yang dianjurkan7. Observasi pilihan makanan klien sesuai

dengan diet yang dianjurkan8. Anjurkan membuat rencana makan9. Dorong untuk mengikuti informasi yang

diberikan oleh tenaga kesehatan lain10. Konsul ahli gizi11. Libatkan keluarga

3. Ajarkan : pengobatan

Intervensi :1. Jelaskan klien utk mengenal karakteristik obat2. Informasikan nama generik dan nama dagang3. Jelaskan tujuan dan kerja obat4. Jelaskan dosis, rute dan durasi obat5. Evaluasi kemampuan klien menggunakan

obat6. Ajarkan klien untuk melakukan prosedur

sebelum minum obat7. Informasikan apa yang dilakukan jika dosis

obat hilang

Page 33: Laporan pendahuluan benign prostatic hyperplasia (bph)

[email protected]

pengobatan Menggambarkan efek

samping dalam pengobatan

Menyebutkan interakasi obat dengan agen yang lainnya

Menyebutkan rute pemberian obat yang tepat

Keterangan :1  :  Tidak pernah2  :  Terbatas3  :  Sedang4  :  Luas5  :  Sangat luas

8. Informasikan akibat  tidak minum obat9. Informasikan efek samping obat10. Jelaskan tanda dan gejala over dosis obat11. Jelaskan cara menyimpan obat12. Jelaskan interaksi obat13. Jelaskan cara mencegah atau mengurangi

efek samping obat14. Berikan informasi tertulis tentang aksi, tujuan,

efek samping obat, dll

4 Defisit Perawatan Diri (kurang perawatan diri : mandi, berpakaian, makan, dan toileting)Definisi : Gangguan kemampuan untuk melakukan ADL pada diri

Batasan karakteristik : ketidakmampuan

Setelah dilakukan asuhan keperawatan selama … x 24 jam, klien mampu melakukan perawatan diri: Activities  of Daily Living (ADL), dengan indikator: makan berpakaian toileting mandi berhias hygiene oral hygiene ambulasi: berjalan

1. Bantu dalam perawatan diri (mandi, berpakaian, berhias, makan, toileting)

Definisi : membantu pasien untuk memenuhi ADL

Intervensi :1. Monitor kemempuan klien untuk perawatan diri

yang mandiri.2. Monitor kebutuhan klien untuk alat-alat bantu

untuk kebersihan diri, berpakaian, berhias, toileting dan makan.

3. Sediakan bantuan sampai klien mampu secara utuh untuk melakukan self-care.

4. Dorong klien untuk melakukan aktivitas sehari-hari yang normal sesuai kemampuan yang dimiliki.

Page 34: Laporan pendahuluan benign prostatic hyperplasia (bph)

[email protected]

untuk mandi, ketidakmampuan untuk berpakaian, ketidakmampuan untuk makan, ketidakmampuan untuk toileting

Faktor yang berhubungan : kelemahan, kerusakan kognitif atau perceptual, kerusakan neuromuskular/ otot-otot saraf.

ambulasi: wheelchair transfer performance

Keterangan:1:  bergantung total2 : dibantu orang dan alat3 ; dibantu orang4 : dibantu alat5:  mandiri

5. Dorong untuk melakukan secara mandiri, tapi beri bantuan ketika klien tidak mampu melakukannya.

6. Ajarkan klien/ keluarga untuk mendorong kemandirian, untuk memberikan bantuan hanya jika pasien tidak mampu untuk melakukannya.

7. Berikan aktivitas rutin sehari- hari sesuai kemampuan.

8. Pertimbangkan usia klien jika mendorong pelaksanaan aktivitas sehari-hari.

Page 35: Laporan pendahuluan benign prostatic hyperplasia (bph)

[email protected]

DAFTAR PUSTAKA

1. Carpenito, L. J., (2000), Buku saku diagnosa keperawatan, Edisi 8. EGC : Jakarta.

2. Corwin, E. J., (2009), Buku saku pathofisiologi. Edisi 3. EGC: Jakarta.3. DeLaune & Ladner. (2002). Fundamental of nursing: Standards and

practice. New York: Delmar.4. Doenges, M. E., Moorhous, M. F., & Geissler, A. C., (1999), Rencana asuhan

keperawatan: Pedoman untuk perencanaan dan pendokumentasian perawatan pasien. Edisi 3. EGC: Jakarta.

5. IAUI (Ikatan Ahli Urologi Indonesia). (2003). Pedoman penatalaksanaan BPH di Indonesia. Style sheet: www.iaui.or.id/ast/file/bph.pdf. (Diunduh pada 17 Februari 2015).

6. Komisi Nasional Lanjut Usia (Komnas Lansia). (2010). Profil penduduk lansia 2009. Komnas Lansia: Jakarta

7. Komisi Nasional Lanjut Usia (Komnas Lansia). (2009). Lampu kuning ledakan kaum renta. Style sheet: http://www.komnaslansia.or.id/modules.php?name=News&file=article&sid =26. (Diunduh 16 Februari 2015)

8. Mansjoer, A., dkk, (2000), Kapita selekta kedokteran, Edisi Jilid 2, Media Aesculapius, Jakarta.

9. Nies, M.A. & McEwen, M. (2007). Community / publuc helath nursing: Promoting the health of populations. (4th edition). St Lois: Saunders Elsevier

10.Parsons, J.K. (2010). Benign prostatic hyperplasia and male lower urinary tract symptoms: Epidemiology and risk factors. Springer Journal, Curr Bladder Dysfunct Rep, 5:212–218.

11.Purnomo, B. B., (2000), Dasar-dasar urologi. CV Info Medika: Jakarta.12.Putra, R.A. (2012). 2020, Lansia Indonesia lebih banyak hidup di kota.

Style sheet: http://mizan.com/news_det/2020-lansia-indonesia-lebih-banyakhidup-di-kota.html. (Diunduh 16 Februari 2015).

13.Roehrborn, C. G., & McConnell, J. D. (2011). Benign prostatic hyperplasia: etiology, pathophysiology, epidemiology, and natural history. CampbellWalsh Urology. (10th ed). Philadelphia: Saunders Elsevier.

14.Sjamsuhidajat, R., & Jong, de.W. (2005). Buku ajar ilmu bedah (Edisi 2). EGC. (Hal 782–786): Jakarta

15.Smeltzer S.C., & Bare, B.G. (2003). Brunner & Suddarth’s textbook of medical surgical nursing. (10th Ed). Philadelphia: Lippincott Williams & Wilkins.

16.Stanhope, M. & Lancaster, J. (2004). Community and public health nursing. Missouri: Mosby

17.Wilkinson M. Judith & Ahern R. Nancy. 2011. Buku saku diagnosis keperawatan. Edisi 9. EGC : Jakarta