12
OMA & OMSK KELOMPOK : 8 1. SINDY NOVITA 2. SUFIYATI 3. SURYANI 4. SYAFIRA ALMAYANI

OMA & OMSK

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: OMA & OMSK

OMA & OMSK

KELOMPOK : 81. SINDY NOVITA2. SUFIYATI3. SURYANI4. SYAFIRA ALMAYANI

Page 2: OMA & OMSK

DEFINISI OMA & OMSK

• OMA(otitis media akut) adalah peradangan akut dari sebgaian atau seluruh mukoperiostiom telinga tengah , gangguan fungsi tuba eustachius merupakan faktor utama penyebab terjadinya otitis media akut.

• OMSK (otitis media supuratif kronik) adalah infeksi kronik telinga tengah yang disertai perforasi membrane timpani dan keluar secret secara terus menerus atau hilang timbul biasanya disertai gangguan pendengaran.

Page 3: OMA & OMSK

Anatomi Telinga• Telinga Bagian Luar• Telinga bagian luar terdiri dari dua bagian yaitu pinna (auricle) dan

lobang telinga sebelah luar. • Telinga Bagian Tengah• Terletak sebelah dalam membrane timpani ruang kecil berisi udara

terletak pada bagian tulang temporal yang berbentuk bunga karang mengarah kebawah.

• Tulang telinga ada tiga buah yang bergerak yaitu malleus (palu), incus (landasan) dan stapes (sanggurdi) disebut demikian karena menurut bentuknya, palu mengenai gendangan pada satu sisi dan kepada landasan disisi lain.

Page 4: OMA & OMSK

• Telinga dalam (labyrinth) berisi organ untuk pendengaran (cochlea) dan organ untuk keseimbangan (canalis semi sirkularis dan vestibule).

Page 5: OMA & OMSK

Patofisiologi dan Manifestasi Klinis• Otitis media terjadi akibat disfungsi tuba eustasius. Tuba tersebut, yang

menghubungkan telinga tengah dengan nasofaring, normalnya tertutup dan datar yang mencegah organisme dari rongga faring memasuki telinga tengah. Lubang tersebut memungkinkan terjadinya drainase sekret yang dihasilkan oleh mukosa telinga tengah dan memungkinkan terjadinya keseimbangan antara telinga tengah dan lingkungan luar. Drainase yang terganggu menyebabkan retensi sekret di dalam telinga tengah. Udara, tidak dapat ke luar melalui tuba yang tersumbat, sehingga diserap ke dalam sirkulasi yang menyebabkan tekanan negatif di dalam telinga tengah. Jika tuba tersebut terbuka, perbedaan tekanan ini menyebabkan bakteri masuk ke ruang telinga tengah, tempat organisme cepat berproliferasi dan menembus mukosa (Wong et al 2008, h.944)

Page 6: OMA & OMSK

• Manifestasi klinis otitis media 1. Otitis Media Akut dibagi menjadi 5 stadium yaitu stadium radang eustachi ( salpingitis), stadium hiperemis (presupurasi), stadium supurasi, stadium perforasi dan stadium resolusi.

2. otitis media sub akut, efusi 3 minggu - 3 bulan 3. otitis media kronik atau menetap, efusi lebih dari 3 bulan

• Pemeriksaan Penunjang1. otoscope untuk melakukan auskultasi pada bagian telinga luar2. Timpanogram untuk mengukur kesesuaian dan kekauan membran timpani3. Kultur dan uji sensitifitas : dilakukan bila timpanosensitesis (aspirasi jarum dari telinga melalui membran timpani

Page 7: OMA & OMSK

Diagnosa Keperawatan

1. Hipertermia berhubungan dengan proses peradangan 2. Nyeri Akut berhubungan dengan proses peradangan

ditandai dengan edema3. Gangguan Citra Tubuh berhubugan dengan perubahan

pada penampilan tubuh (secret berbau)4. Resiko Infeksi berhubungan dengan pengobatan tidak

tuntas

Page 8: OMA & OMSK

Hipertermia berhubungan dengan proses peradangan Tujuan Intervensi Rasional

Setelah dilakukan tindakan suhu tubuh pada klien berkurang dengan kriteria hasil :• Suhu tubuh klien

dalam keadaan normal

• Nadi dan respirasi rate dalam rentang normal

• Tidak ada perubahan warna kulit dan tidak pusing

1. Kaji tekanan darah, nadi,suhu dan respirasi rate

2. Lakukan kompres hangat pada klien di daerah lipat paha dan aksila

3. Kolaborasi pemberian antipiretik (obat penurun panas)

4. Ajarkan klien mengenai penanganan hipotermi yang diperlukan

1. Untuk mengetahui kemampuan kardiovaskuler, frekuensi,irama dan kedalaman pernapasan, fungsi pernapasan dan niai tekanan darah2. Kompres hangat berguna untuk melancarkan aliran darah dan menurunkan demam3. Antipiretik menyebabkan hipotalamus untuk mengesampingkan peningkatan interleukin yang kerjanya menginduksi suhu tubuh4. Agar klien mengetahui penanganan pertama yang tepat bila terjadi hipotermia

Page 9: OMA & OMSK

Nyeri Akut berhubungan dengan proses peradangan ditandai dengan edema

Tujuan Intervensi Rasional Setelah dilakukan tindakan suhu tubuh pada klien berkurang dengan kriteria hasil :• Mampu

mengontrol nyeri yang dialaminya

• Mampu mengenali nyeri (Skala Intensitas, frekuensi dan tanda nyeri)

1. Kaji nyeri secara komprehensif termasuk lokasi, karakteristik, durasi, kualitas,danfaktor presipitasi

2. Kolaborasi pemberian analgetik (penghilang rasa sakit)

1. Untuk mengetahui nyeri yang dialami klien agar mendapatkan terapi yang tepat

2. Analgetik berguna sebagai memblok atau mengganggu

Page 10: OMA & OMSK

Gangguan Citra Tubuh berhubugan dengan perubahan

pada penampilan tubuh (secret berbau)

Tujuan Intervensi Rasional Setelah dilakukan tindakan pada klien berkurang dengan kriteria hasil :

• Body image positif

• Mempertahankan interaksi sosial

1. Kaji secara verbal dannon verbal respon klien terhadap tubuhnya

2. Bantu klien untukmenemukan penerimaandiri

1. Untuk mengkaji respon yang klien rasakan

2. Untuk mengembalikan harga diri klien dan menumbuhkan rasa percaya diri kembali

Page 11: OMA & OMSK

Resiko Infeksi berhubungan dengan pengobatan tidak tuntasTujuan Intervensi RasionalSetelah dilakukan tindakan suhu tubuh pada klien berkurang dengan kriteria hasil :Klien terbebas dari tanda dan gejala infeksiJumlah leukosit dalam batas normalMenunjukkan perilaku hidup sehat

Monitor hitung granulosit,WBC  

 Kolaborasi antibiotik bila perlu

Ajarkan cara menghindari infeksi

Penurunan jumlah leukosit merupakan tanda terjadinya infeksi dalam tubuh, karena kuman ataupun bakteri pertama kali menyerang sel darah putih Antibiotik bekerja dengan cara menghalangi proses penting yang dilakukan bakteri sehingga hasilnya dapat membunuh bakteri, atau menghentikannya membelah diriAgar klien dapat mengetahui cara menghindari infeksi dan tidak terulang kembali

Page 12: OMA & OMSK

DAFTAR PUSTAKA

1. Tjkronegoro Arjatmo, Hendra Utama, 2000, Penatalaksanaan Penyakit dan Kelainan

Telinga Hidung tenggorokan, jakarta: fakultas kedokteran universitas indonesia

2. Huda Amin, Hardi Kusuma, 2016, Asuhan Keperawatan Praktis Berdasarkan

Penerapan Diagnosa Nanda, NIC, NOC dalam Berbagai Kasus,Jogjakarta:

Mediaction Jogja

3. Karnaen R, Maria Olva,Skp,1996, Praktek Keperawatan Medikal Bedah,

Bandung: Yayasan IAPK Padjajaran Bandung