32
1 BAB I LAPORAN KASUS A. IDENTITAS PASIEN Nama : Ny.M Umur : 55 tahun Jenis kelamin : Perempuan Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga Agama : Islam Status pernikahan : Menikah Tanggal masuk : 17 Februari 2014 B. ANAMNESIS (autoanamnesis pada tanggal 18 Februari 2014 pukul 16.00 WIB ) Keluhan Utama : Anggota gerak sebelah kanan mendadak melemah Keluhan Tambahan : Bicara pelo, kesemutan Riwayat Penyakit Sekarang : Pasien datang dibawa oleh keluarganya dalam keadaan sadar ke IGD RSUD Arjawinangun dengan keluhan anggota gerak sebelah kanan mendadak lemah sejak 1 hari sebelum masuk rumah sakit. Pasien merasakan lemah tersebut ketika pasien hendak mau makan malam jam 19.30 malam tanggal 16 februari 2014. Awalnya pasien merasakan tangan kanannya lemas sehingga pasien tidak kuat untuk menggenggam,perlahan-lahan menjalar kekaki kanannya,semakin lama pasien merasakan tangan dan kaki kanannya sulit untuk diangkat,hanya bisa digerakkan menggeser. Kelemahan anggota gerak ini menyebabkan pasien hanya bisa berbaring.Pasien juga mengalami bicara yang kurang jelas (pelo). Diakui pasien,tiga hari sebelumnya pasien badan terasa kesemutan dan kepala pusing . Buang air besar lancar, buang air kecil lancar.Nafsu makan cukup baik.

Presus kuu

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: Presus kuu

1

BAB I

LAPORAN KASUS

A. IDENTITAS PASIEN

Nama : Ny.M

Umur : 55 tahun

Jenis kelamin : Perempuan

Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga

Agama : Islam

Status pernikahan : Menikah

Tanggal masuk : 17 Februari 2014

B. ANAMNESIS (autoanamnesis pada tanggal 18 Februari 2014 pukul 16.00 WIB )

Keluhan Utama : Anggota gerak sebelah kanan mendadak melemah

Keluhan Tambahan : Bicara pelo, kesemutan

Riwayat Penyakit Sekarang :

Pasien datang dibawa oleh keluarganya dalam keadaan sadar ke IGD RSUD

Arjawinangun dengan keluhan anggota gerak sebelah kanan mendadak lemah sejak 1

hari sebelum masuk rumah sakit. Pasien merasakan lemah tersebut ketika pasien

hendak mau makan malam jam 19.30 malam tanggal 16 februari 2014. Awalnya

pasien merasakan tangan kanannya lemas sehingga pasien tidak kuat untuk

menggenggam,perlahan-lahan menjalar kekaki kanannya,semakin lama pasien

merasakan tangan dan kaki kanannya sulit untuk diangkat,hanya bisa digerakkan

menggeser. Kelemahan anggota gerak ini menyebabkan pasien hanya bisa

berbaring.Pasien juga mengalami bicara yang kurang jelas (pelo). Diakui pasien,tiga

hari sebelumnya pasien badan terasa kesemutan dan kepala pusing . Buang air besar

lancar, buang air kecil lancar.Nafsu makan cukup baik.

Page 2: Presus kuu

2

Pasien menyangkal adanya penglihatan kabur. Pasien menyangkal sesak

nafas.Pasien menyangkal trauma kepala atau kepala terbentur . Pasien menyangkal

adanya demam ataupun kejang. Pasien menyangkal mual dan muntah. Pasien

menyangkal nyeri kepala. Pasien tidak ada riwayat merokok. Pasien memiliki riwayat

hipertensi sejak 5 tahun yang lalu dan tidak teratur meminum obat hipertensi.

Riwayat Penyakit Dahulu

Pasien memiliki riwayat hipertensi sejak 5 tahun yang lalu. Pasien tidak teratur

meminum obat hipertensinya.

Pasien menyangkal riwayat penyakit kencing manis.

Pasien sebelumnya tidak pernah sakit seperti ini.

Riwayat Penyakit Keluarga

Tidak ada di keluarga pasien yang sakit seperti ini.

Tidak ada di keluarga pasien yang mempunyai penyakit hipertensi dan kencing

manis.

C. PEMERIKSAAN FISIK ( tanggal 18 februari 2014 )

1. Status generalis

a. Keadaan umum : tampak sakit sedang

b. Tanda vital

Tekanan darah : 150/90 mmhg

Nadi : 88 x/menit

Pernafasan : 22 x/menit

Suhu : 36,7 C

c. Kepala

Bentuk : Normocephal

Simetris : simetris

Nyeri tekan : tidak ada

d. Mata

Konjungtiva anemis -/- , sklera ikterik -/-

e. Leher

Sikap : normal

Page 3: Presus kuu

3

Pulsasi a.carotis : teraba

Gerakan : bebas

Kelenjar getah bening : tidak teraba membesar

f. Thorax : normochest

g. Jantung : iktus kordis teraba di pertengahan axillaris anterior kiri sela

iga 5, bunyi jantung I-II regular,murmur (-) ,gallop (-)

h. Paru : bunyi nafas vesikular, ronki -/- ,wheezing -/-

i. Abdomen : Supel, datar,nyeri tekan - , bising usus +

j. Hepar : tidak teraba pembesaran hepar

k. Lien :tidak teraba pembesaran lien

l. Ekstremitas :akral hangat, capillary refill time <2 detik, edema –

2. Status neurologis

a. Kesadaran : compos mentis

b. GCS 15 : (E4V5M6)

c. Sikap tubuh :berbaring terlentang

d. Gerakan abnormal : tidak ada

Gejala rangsang meningeal

a. Kaku kuduk : -/-

b. Laseque : -/-

c. Kernig : -/-

d. Brudzinsky I : -/-

e. Brudzinsky II :-/-

Syaraf kranialis

a. Nervus I ( N. Olfactorius )

Daya penghidu :normosmia/normosmia

b. Nervus II (N.Opticus)

Ketajaman penglihatan : baik /baik

Pengenalan warna :baik/ baik

Lapang pandang : baik/baik

Funduskopi : sulit dilakukan

Page 4: Presus kuu

4

c. Nervus III ( N. Occulomotorius/trochlearis/abdusens)

Ptosis : -/-

Strabismus : -/-

Nistagmus :-/-

Eksoftalmus :-/-

Enoptalmus :-/-

Gerakan bola mata :

- Medial : +/+

- Atas lateral :+/+

- Atas medial :+/+

- Bawah medial :+/+

- Atas :+/+

- Bawah :+/+

Pupil

- Bentuk pupil : bulat/bulat

- Isokor/anisokor :isokor

- Posisi :ditengah /ditengah

- Reflek cahaya langsung :+/+

- Reflek cahaya tidak langsung : +/+

- Reflek akomodasi / konvergensi : +/+

d. Nervus IV ( N. Trochlearis)

Gerakan bola mata ( bawah lateral ) : +/+

e. Nervus V ( N.trigeminus )

Motorik

- Menggigit : baik

- Membuka mulut :simetris

Sensorik

- Rasa nyeri : baik

- Rasa raba :baik

- Rasa suhu :baik

Refleks

- Refleks masseter :+/+

- Refleks kornea +/+

Page 5: Presus kuu

5

f. Nervus VI ( N.Abdusens)

Pergerakan bola mata ( lateral ) : +/+

g. Nervus VII (N.fasialis)

Pasif

- Kerutan kulit dahi : simetris

- Kedipan mata : simetris

- Lipatan nasolabial : asimetris, lebih datar ke sebelah kanan

- Sudut mulut : asimetris,sedikit jatuh ke kanan

Aktif

- Mengerutkan dahi :simetris

- Menutup mata : simetris

- Meringis : asimetris, sebelah kanan tertinggal

- Menggembungkan pipi : asimetris, kiri lebih gembung

- Hiperlakrimasi : tidak ada

- Daya pengecapan lidah 2/3 depan : sulit dinilai

- Lidah kering : tidak ada

h. Nervus VIII ( N.acusticus)

Suara gesekan jari tangan : +/+

Mendengarkan detik jam arloji : +/+

Tes rinne : baik

Tes weber : baik

Tes swabach : baik

i. Nervus IX (N. Glossopharyngeus)

Arkus faring : simetris

Posisi uvula : ditengah

Daya pengecap lidah 1/3 lidah belakang : sulit dinilai

Refleks muntah : dinilai

j. Nervus X ( N.vagus)

Arkus faring : simetris

Menelan : baik

k. Nervus XI (N. Assesorius)

Memalingkan kepala :baik

Sikap bahu :simetris

Page 6: Presus kuu

6

Mengangkat bahu :simetris

l. Nervus XII (N. Hipoglosus)

Menjulurkan lidah : deviasi ke arah kanan

Atrofi lidah : tidak ada

Artikulasi : kurang jelas (pelo)

Tremor lidah : tidak ada

Motorik

a. Gerakan : terbatas bebas

Terbatas bebas

b. Kekuatan : 3 5

3 5

c. Tonus otot : hipotonus normotonus

hipotonus normotonus

d. Trofi : eutrofi eutrofi

eutrofi eutrofi

Refleks fisiologis

a) Refleks tendon

Refleks biseps : +/+

Refleks triseps : +/+

Refleks patella : +/+

Refleks achilles : +/+

Refleks patologis

A. Hoffman tromner : -/-

B. Babinski : -/-

C. Chaddock :-/-

D. Oppenheim :-/-

E. Gordon :-/-

Page 7: Presus kuu

7

F. Schaefer :-/-

Sensibilitas

Eksteroseptif

Nyeri : +/+

Suhu : +/+

Taktil : +/+

Propioseptif

Posisi : sulit dinilai

Vibrasi : sulit dinilai

Tekanan dalam : sulit dinilai

Koordinasi dan keseimbangan

Test romberg : sulit dinilai

Disdiadokokinesis : sulit dinilai

Rebound phenomenon : sulit dinilai

Tes telunjuk hidung : sulit dinilai

Tes tumit lutut : sulit dinilai

D. PEMERIKSAAN PENUNJANG

Laboratorium

Hematologi rutin

a. WBC : 7.8 ( 4 – 12 103 / µL)

b. LYM : 1.3 ( 1 – 5 103 / µL)

c. MON : 0.7 ( 0.1 – 1 103 / µL)

d. GRA : 6.3 (2 – 8 % )

e. LYM% : 22,8 ( 25 – 50 % )

f. MON% : 8.5 ( 2 – 10 % )

g. GRA% : 68.7 ( 50 – 80 % )

h. RBC : 5.17 (4 – 6.2 103 / µL)

Page 8: Presus kuu

8

i. HGB : 15.5 ( 11 -17 g/dl )

j. HCT : 46,9 (35 – 55 % )

k. MCV : 90.7 ( 80 -100 µm3 )

l. MCH : 30.0 ( 26 – 34 pg )

m. MCHC : 33.0 (31 – 35.5 g/dl )

n. RDW : 11.2 ( 10 -16 %)

o. PLT : 287 ( 150 – 400 103 / µL )

p. MPV : 8.2 ( 7 – 11 µm3 )

q. PCT : 0,235 ( 0.200 – 0.500 % )

r. PDW : 13.8 ( 10 - 18 %)

GDS : 77 mg/dl

E. RESUME

Pasien perempuan, Ny.M, berusia 55 tahun datang dengan hemiparesis kanan

mendadak sejak 1 hari sebelum masuk rumah sakit. Pasien juga mengeluh bicara

menjadi susah/pelo, kesemutan , kepala pusing . Pasien juga mempunyai riwayat

penyakit hipertensi tidak terkontrol.

Pada pemeriksaan fisik didapatkan paresis N.VII dextra tipe sentral, paresis N.XII

dextra tipe sentral,hemiparesis dextra dengan kekuatan motorik 3 5

3 5

Pada pemeriksaan penunjang didapatkan laboratorium darah lym % 22,8 .

F. PENILAIAN SKOR STROKE

1) Skor Stroke Siriraj

Page 9: Presus kuu

9

( 2,5 x derajat kesadaran ) + ( 2x muntah ) + ( 2x nyeri kepala ) + ( 0,1 x

tekanan diastolic ) – ( 3 x penanda ateroma ) – 12

Kesadaran

0 = komposmentis

1 = somnolen

2 = sopor / koma

Nyeri kepala

0 = tidak ada

1 = ada

Muntah

0 = tidak ada

1 =ada

Ateroma

0 = tidak ada

1 = salah satu atau lebih : diabetes , angina ,penyakit pembuluh darah

Hasil skor siriraj :

Skor > 1 : perdarahan supratentorial

Skor – 1 s/d 1 : perlu CT scan

Skor < - 1 : infark cerebri

( 2,5 x 0) + (2 x 0) + (2 x 0) + (0,1 x 90) – (3 x 0) -12 = -3 . Stroke Non

Hemoragik

Skor Gajah Mada

Tidak terdapat penurunan kesadaran

Tidak ada nyeri kepala Stroke Non Hemoragik

Tidak terdapat refleks babinski

G. Diagnosis

Page 10: Presus kuu

10

1. Diagnosis klinis : Hemiparesis dextra dengan paresis N. VII Dextra tipe sentral

dan paresis N. XII dextra tipe sentral

2. Diagnosis topis : Hemisfer serebri sinistra

3. Diagnosis etiologis : Stroke Non Hemoragik

H. DIAGNOSIS BANDING

Stroke Hemoragik

I. PENATALAKSANAAN

a. Medikamentosa

IVFD RL 20 tpm

Ranitidin 3 x 1 amp

Piracetam 3 x 1 gr IV

Citicolin 2 x 500 mg

Neurodex 1 x 1

Candesartan 8 mg 1 x1 tablet

b. Non Medikamentosa

Bed rest

J. PROGNOSIS

1. Ad vitam : dubia ad bonam

2. Ad fungsionam : dubia ad bonam

3. Ad sanationam : dubia ad bonam

Page 11: Presus kuu

11

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

Definisi stroke

Definisi stroke menurut WHO Task Force in Stroke and other Cerebrovascular

Disease (1989) adalah suatu gangguan disfungsi neurologist akut yang disebabkan oleh

gangguan peredaran darah, dan terjadi secara mendadak (dalam beberapa detik) atau setidak-

tidaknya secara cepat (dalam beberapa jam) dengan gejala-gejala dan tanda-tanda yang sesuai

dengan daerah fokal otak yang terganggu (WHO, 1989).

Epidemiologi

Stroke adalah penyebab kematian yang ketiga setelah penyakit jantung dan

keganasan. Stroke diderita oleh ± 200 orang per 100.000 penduduk per tahunnya. Stroke

merupakan penyebab utama cacat menahun. Pengklasifikasiannya adalah 65-85% merupakan

stroke non hemoragik (± 53% adalah stroke trombotik, dan 31% adalah stroke embolik)

dengan angka kematian stroke trombotik ± 37%, dan stroke embolik ± 60%. Presentase

stroke non hemoragik hanya sebanyk 15-35%.± 10-20% disebabkan oleh perdarahan atau

hematom intraserebral, dan ± 5-15% perdarahan subarachnoid. Angka kematian stroke

hemoragik pada jaman sebelum ditemukannya CT scan mencapai 70-95%, setelah

ditemukannya CT scan mencapai 20-30%.

Klasifikasi

Berdasarkan typenya, Stroke dibagi dalam:

1. Infark otak (Non Hemorrhagic Stroke)

2. Perdarahan Intra Serebral (PIS)

3. Perdarahan Sub Arachnoidalis (PSA)

1. Infark otak (Non Hemorrhagic Stroke)

Page 12: Presus kuu

12

Berdasarkan mekanisme terjadinya, infark otak dibagi:

a. Trombotik

b. Embolik

c. Hemodinamik

Terjadinya infark otak diakibatkan aliran darah otak (ADO) regional yang tidak

mencukupi.Dalam keadaan normal aliran darah otak adalah 50 ml/100 gr otak/menit.

Keadaan ini akan tetap dipertahankan oleh kemampuan autoregulasi pembuluh darah otak.

Bila tekanan ADO menurun antara 20-50 ml/100 gr/menit, maka terjadi penambahan

pemakaian oksigen oleh jaringan otak tanpa disertai gangguan dari fungsinya. Bila penurunan

ADO mencapai 10-20 ml/100 gr/menit, terjadi kegagalan aktivitas listrik neuronal dan

sebagian struktur intra sel berada dalam proses desintregrasi dan terjadi edema intraseluler.

Pada keadaan ini timbul defisit neurologik. Kematian sel otak terjadi bila ADO kurang dari

10 ml/100 gr/menit diakibatkan oleh kegagalan energi sehingga K+ keluar dan CA++ masuk

kedalam sel.

Berkurangnya ADO oleh trombosis, emboli atau hemodinamik akan menyebabkan keadaan

iskemia di suatu bagian otak.

Adanya kolateral dari pembuluh darah disekitarnya dan adanya mekanisme

vasodilatasi memungkinkan terjadinya beberapa hal keadaan berikut ini:

a. Sumbatan yang kecil dan dapat dikompensasi oleh sistem kolateral atau vasodilatasi

lokal. Secara klinis dikenal sebagai TIA.

b. Sumbatan lebih besar, daerah iskemia lebih luas, tetapi masih dapat dikompensasi dengan

mekanisme seperti di atas walaupun membutuhkan waktu lebih dari 24 jam sehingga

secara klinis dikenal sebagai RIND.

c. Bila sumbatan cukup besar sehingga mekanisme di atas tidak dapat meng-kompensasi

maka akan terdapat gejala klinis yang lebih menetap.

Terdapat 2 macam edema otak :

Pada fase dini terjadi edema otak citogenik dimana terdapat pengeluaran K+ intra seluler

secara besar-besaran disertai masuknya Na+ dan Ca++ sehingga sel menjadi bengkak

dan ruangan ekstra seluler mengecil.

Pada fase lanjut diikuti oleh edema otak vasogenik akibat peningkatan permeabilitas

endotel kapiler sehingga cairan keluar ke ruang extra vaskuler .

Page 13: Presus kuu

13

2. Perdarahan Intra Serebral (PIS)

Perdarahan intra serebral terjadi karena pecahnya pembuluh darah otak didalam

parechym otak.Pecahnya pembuluh darah disebabkan kerusakan dindingnya akibat

arteriosclerosis, peradangan (sifilis), trauma atau kelainan kongenital (aneurisma, malformasi

arteri-vena).Hal ini dipermudah bila terjadi peninggian tekanan darah secara tiba-tiba.

Perdarahan intra serebral juga sering timbul akibat pecahnya mikro aneurisma (Charcot -

Bouchart) akibat hipertensi lama dan paling sering terjadi didaerah subkortikal, serebellum,

dan pons.

3. Perdarahan Sub Arachnoidalis (PSA)

Perdarahan disini terutama pada sirkulus Willisii & berasal dari aneurisma kongenital

yang pecah. Biasa terjadi pada usia lebih muda. Perdarahan sering berulang dan

menimbulkan vasospasme hebat sehingga terjadi infark otak.Aneurisma kongenital biasa

terjadi pada percabangan arteri dan berbentuk seperti buah berry. Penyebab lain adalah

malformasi arterivena yang pecah atau PSA sekunder yang berasal dari PIS yang masuk ke

dalam ruang sub arachnoidalis.

Secara klinis PSA digolongkan dengan Hunt & Hess Scale

Faktor resiko Stroke

Faktor resiko utama Stroke adalah:

1. Hipertensi

Page 14: Presus kuu

14

Hipertensi berperanan penting untuk terjadinya infark dan perdarah-an otak yang

terjadi pada pembuluh darah kecil. Hipertensi mempercepat arterioskleosis sehingga

mudah terjadi oklusi atau emboli pada/dari pembuluh darah besar. Hipertensi secara

langsung dapat menyebabkan arteriosklerosis obstruktif, lalu terjadi infark lakuner dan

mikroaneurisma.Hal ini dapat menjadi penyebab utama PIS.

2. Penyakit Jantung

Pada penyelidikan di luar negeri terbukti bahwa gangguan fungsi jantung secara

bermakna meningkatkan kemungkinan terjadinya stroke tanpa tergantung derajat tekanan

darah.

Penyakit jantung tersebut antara lain adalah:

- Penyakit katup jantung

- Atrial fibrilasi

- Aritmia

- Hipertrofi jantung kiri (LVH)

- Kelainan EKG

Dalam hal ini perlu diingat bahwa stroke sendiri dapat menimbulkan beberapa kelainan

jantung berupa:

- Edema pulmonal neurogenik

- Penurunan curah jantung

- Aritmia dan gangguan repolarisasi

3. Diabetes Mellitus

Diabetes Mellitus merupakan faktor resiko untuk terjadinya infark otak, sedangkan

peranannya pada perdarahan belum jelas. Diduga DM mempercepat terjadinya proses

arteriosklerosis, biasa dijumpai arteriosklerosis lebih berat, lebih tersebar dan mulai lebih

dini.

Infark otak terjadi 2,5 kali lebih banyak pada penderita DM pria dan 4 kali lebih banyak

pada penderita wanita, dibandingkan dengan yang tidak menderita DM pada umur dan

jenis kelamin yang sama.

4. Merokok

Page 15: Presus kuu

15

Merokok meningkatkan risiko terkena stroke empat kali lipat, hal ini berlaku untuk semua

jenis rokok (sigaret, cerutu atau pipa) dan untuk semua tipe stroke terutama perdarahan

subarachnoid dan stroke infark, merokok mendorong terjadinya atherosclerosis yang

selanjutnya memprofokasi terjadinya thrombosis arteri

5. Riwayat keluarga.

Kelainan keturunan sangat jarang meninggalkan stroke secara langsung, tetapi gen sangat

berperan besar pada beberapa factor risiko stroke, misalnya hipertensi, penyakit jantung,

diabetes dan kelainan pembuluh darah. Riwayat stroke dalam keluarga terutama jika dua

atau lebih anggota keluarga pernah menderita stroke pada usia 65 tahun.

6. Faktor resiko lainnya : cholesterol tinggi, asam urat, kurang olah raga, usia, jenis

kelamin, ras, dll.

Diagnosis

Untuk menegakkan diagnosis Stroke pencitraan CT-Scan (Computerised Tomography

Scanning) yang merupakan pemeriksaan baku emas (Gold Standart).

Untuk membedakan stroke tersebut termasuk jenis hemoragis atau non hemoragis.

antara keduanya, dapat ditentukan berdasarkan :

1. Anamnesis

2. Pemerikasaan klinis neurologis

3. Algoritma dan penilaian dengan skor stroke

4. Pemeriksaan dengan menggunakan alat bantu

1. Anamnesis

Pengambilan anamnesis harus dilakukan seteliti mungkin.Berdasarkan hasil anamnesis,

dapat ditentukan perbedaan antara keduanya, seperti tertulis pada tabel di bawah ini.

Page 16: Presus kuu

16

Tabel Perbedaan stroke hemoragik dan stroke infark berdasarkan anamnesis

2. Pemeriksaan klinis neurologis

Pada pemeriksaan ini dicari tanda-tanda (sign) yang muncul, bila dibandingkan antara

keduanya akan didapatkan hasil sebagai berikut :

Tabel Perbedaan Stroke Hemoragik dan Stroke Infark berdasarkan tanda-tandanya.

3. Algoritma dan penilaian dengan skor stroke.

Terdapat beberapa algoritma untuk membedakan stroke antara lain dengan :

3.a. Penetapan Jenis Stroke berdasarkan Algoritma Stroke Gadjah Mada

Page 17: Presus kuu

17

ALGORITMA STROKE GADJAH MADA

Page 18: Presus kuu

18

3.b. Penetapan jenis stroke berdasarkan Djoenaedi stroke score

DJOENAEDI STROKE SCORE

TOTAL SCORE : 20 STROKE HEMORAGIK

< 20 STROKE NON HEMORAGIK

Page 19: Presus kuu

19

3.c. Penetapan jenis stroke berdasarkan Siriraj stroke score

SIRIRAJ STROKE SCORE (SSS)

CATATAN : 1. SSS> 1 = Stroke hemoragik

2. SSS < -1 = Stroke non hemoragik

4. Pemeriksaan dengan menggunakan alat bantu

Tabel Perbedaan jenis stroke dengan menggunakan alat bantu.

Page 20: Presus kuu

20

Tabel Gambaran CT-Scan Stroke Infark dan Stroke Hemoragik

Tabel Karakteristik MRI pada stroke hemoragik dan stroke infark

Page 21: Presus kuu

21

Stroke hemoragik

Stroke hemoragik adalah stroke yang disebabkan oleh karena pecahnya pembuluh

darah pada otak. Stroke hemoragik terjadi bila pembuluh darah di dalam otak pecah.Otak

sangat sensitif terhadap perdarahan dan kerusakan dapat terjadi dengan sangat cepat.

Pendarahan di dalam otak dapat mengganggu jaringan otak, sehinga menyebabkan

pembengkakan, mengumpul menjadi sebuah massa yang disebut hematoma. Pendarahan juga

meningkatkan tekanan pada otak dan menekan tulang tengkorak.

Penyebab/ faktor predisposisi stroke hemoragik

Stroke hemoragik paling sering disebabkan oleh tekanan darah tinggi yang menekan

dinding arteri sampai pecah. Penyebab lain terjadinya stroke hemoragik adalah :

Aneurisma, yang membuat titik lemah dalam dinding arteri, yang akhirnya dapat

pecah.

Hubungan abnormal antara arteri dan vena, seperti kelainan arteriovenosa.

Kanker, terutama kanker yang menyebar ke otak dari organ jauh seperti payudara,

kulit, dan tiroid.

Cerebral amyloid angiopathy, yang membentuk protein amiloid dalam dinding arteri

di otak, yang membuat kemungkinan terjadi stroke lebih besar.

Kondisi atau obat (seperti aspirin atau warfarin).

Overdosis narkoba, seperti kokain.

Patofisiologi Stroke Hemoragik

Gangguan pasokan aliran darah otak dapat terjadi dimana saja di dalam arteri-arteri

yang membentuk sirkulus Willisi : arteria karotis interna dan sistem vertebrobasilar atau

semua cabang-cabangnya. Apabila aliran darah ke jaringan otak terputus selama 15-20 menit

maka akan terjadi infark atau kematian jaringan. Akan tetapi dalam hal ini tidak semua oklusi

di suatu arteri menyebabkan infark di daerah otak yang diperdarahi oleh arteri

tersebut.Mungkin terdapat sirkulasi kolateral yang memadai di daerah tersebut. Dapat juga

Page 22: Presus kuu

22

karena keadaan penyakit pada pembuluh darah itu sendiri seperti aterosklerosis dan trombosis

atau robeknya dinding pembuluh darah dan terjadi peradangan, berkurangnya perfusi akibat

gangguan status aliran darah misalnya syok atau hiperviskositas darah, gangguan aliran darah

akibat bekuan atau infeksi pembuluh ektrakranium dan ruptur vaskular dalam jaringan otak.

(Sylvia A. Price dan Wilson, 2006)

Gejala Klinis Stroke Hemoragik

Gejala stroke hemoragik bisa meliputi:

Perubahan tingkat kesadaran (mengantuk, letih, apatis, koma).

Kesulitan berbicara atau memahami orang lain.

Kesulitan menelan.

Kesulitan menulis atau membaca.

Sakit kepala yang terjadi ketika berbaring, bangun dari tidur, membungkuk, batuk,

atau kadang terjadi secara tiba-tiba.

Kehilangan koordinasi.

Kehilangan keseimbangan.

Perubahan gerakan, biasanya pada satu sisi tubuh, seperti kesulitan menggerakkan

salah satu bagian tubuh, atau penurunan keterampilan motorik.

Mual atau muntah.

Kejang.

Sensasi perubahan, biasanya pada satu sisi tubuh, seperti penurunan sensasi, baal atau

kesemutan.

Kelemahan pada salah satu bagian tubuh.

Page 23: Presus kuu

23

Stroke Iskemik ( Stroke Non Hemoragik )

Pengertian Stroke Iskemik adalah gangguan suplai darah ke otak yang diakibatkan

tersumbatnya pembuluh darah otak. Stroke Iskemik (Stroke non Haemorrohagic) merupakan

penyakit yang mendominasi kelompok usia menengah dan dewasa tua yang kebanyakan

berkaitan erat dengan kejadian arteriosklerosis ( Trombosis) dan Penyakit jantung (emboli)

yang diakibatkan adanya faktor predisposisi hipertensi. Oklusi pembuluh darah otak dapat

disebabkan oleh suatu emboli, trombus antegrad atau penyakit intrinsik pembuluh darah otak

sendiri misalnya.gangguan pembekuan, vaskulitis, angiopathi diabetica pada Diabetes

Mellitus dansebagainya.Pada waktu muda, kehamilan dan penggunaan obat-obatan

kontrasepsi diduga menjadi pencetus stroke

Patofisiologi

Pada stroke iskemik, berkurangnya aliran darah ke otak menyebabkan hipoksemia daerah

regional otak dan menimbulkan reaksi – reaksi berantai yang berakhir dengan kematian sel –

sel otak dan unsur – unsur pendukungnya (Misbach, 2007).Secara umum daerah regional otak

yang iskemik terdiri dari bagian inti (core) dengan tingkat iskemia terberat dan berlokasi di

sentral. Daerah ini akan menjadi nekrotik dalam waktu singkat jika tidak ada reperfusi. Di

luar daerah core iskemik terdapat daerah penumbra iskemik. Sel – sel otak dan jaringan

pendukungnya belum mati akan tetapi sangat berkurang fungsi – fungsinya dan

menyebabkan juga deficit neurologis.

Tingkat iskemiknya makin ke perifer makin ringan. Daerah penumbra iskemik, di

luarnya dapat dikelilingi oleh suatu daerah hiperemik akibat adanya aliran darah kolateral

(luxury perfusion area). Daerah penumbra iskemik inilah yang menjadi sasaran terapi stroke

iskemik akut supaya dapat direperfusi dan sel-sel otak berfungsi kembali. Reversibilitas

tergantung pada factor waktu dan jika tidak terjadi reperfusi, daerah penumbra dapat

berangsur-angsur mengalami kematian (Misbach,2007).

Tahap 1 :

a. Penurunan aliran darah

b. Pengurangan O2

c. Kegagalan energy

Page 24: Presus kuu

24

d. Terminal depolarisasi dan kegagalan homeostasis ion

Tahap 2 :

a. Eksitoksisitas dan kegagalan homeostasis ion

b. Spreading depression

Tahap 4 : Apoptosis

Tahap 3 : Inflamasi

Berdasarkan perjalanan Klinisnya ada beberapa istilah atau Jenis Stroke Iskemik, antara lain:

1. TIA / Transient Ischaemic Attack - Stroke iskemik sepintas

Gejala

Serangan TIA biasanya berlangsung beberapa menit.Sebagian tanda-tanda dan gejala hilang

dalam waktu satu jam. Tanda-tanda dan gejala menyerupai TIA yang ditemukan di awal

stroke dan mencakup:

* Tiba-tiba kelemahan, kesemutan atau kelumpuhan di wajah, lengan atau kaki, biasanya di

satu sisi tubuh

* Cadel atau susah berbicara atau kesulitan untuk memahami orang lain

* Tiba-tiba mengalami kebutaan pada salah satu atau kedua mata atau penglihatan ganda

* Pusing, kehilangan keseimbangan atau koordinasi

Penderita mungkin memiliki lebih dari satu TIA, dan tanda-tanda dan gejala berulang

mungkin mirip atau berbeda tergantung pada wilayah otak yang terlibat.

Jika tanda-tanda dan gejala berlangsung lebih lama dari 24 jam atau menyebabkan kerusakan

otak abadi, itu dianggap sebagai stroke.

Patofisiologi TIA ( Transient Ischemic Attack )

Etiologi TIA tidak berbeda dengan cerebral infark, TIA terjadi akibat sumbatan yang kecil

yang berasal dari pecahan sumbatan atau clot yang besar dan jauh. Emboli ini akan larut

Page 25: Presus kuu

25

karena sistem fibronolitik tubuh sehingga aliran darah dapat kembali normal. Itulah yang

menyebabkan TIA hanya bersifat sementara atau sepintas saja.

2. RIND / Reversible Ischaemic Neurological Deficit - Defisit saraf oleh iskemik yang dapat

pulih

Merupakan serangan stroke iskemik yang berlangsung lebih lama dari 24 jam dan kemudian

pulih kembali dalam waktu kurang dari 3 ming

Penatalaksanaan stroke hemoragik dan stroke iskemik

Tujuan utama pengobatan adalah untuk memperbaiki aliran darah ke otak secepat

mungkin dan melindungi neuron dengan memotong kaskade iskemik. Pengelolaan pasien

stroke akut pada dasarnya dapat di bagi dalam :

1. Pengelolaan umum, pedoman 5 B

- Breathing

- Blood

- Brain

- Bladder

- Bowel

2. Pengelolaan berdasarkan penyebabnya

• Stroke iskemik

• Memperbaiki aliran darah ke otak (reperfusi)

• Prevensi terjadinya trombosis (antikoagualsi)

• Proteksi neuronal/sitoproteksi

• Stroke Hemoragik

• Pengelolaan konservatif

• Perdarahan intra serebral

• Perdarahan Sub Arachnoid

• Pengelolaan operatif

3. Pencegahan serangan ulang

4. Rehabilitasi

Page 26: Presus kuu

26

1. Pengelolaan umum, pedoman 5 B

1.a Breathing : Jalan nafas harus terbuka lega, hisap lendir dan slem untuk mencegah

kekurang oksigen dengan segala akibat buruknya. Dijaga agar oksigenasi dan ventilasi

baik, agar tidak terjadi aspirasi (gigi palsu dibuka).Intubasi pada pasien dengan GCS <

8.Pada kira-kira 10% penderita pneumonia (radang paru) merupakan merupakan

penyebab kematian utama pada minggu ke 2 – 4 setelah serangan otak.Penderita

sebaiknya berbaring dalam posisi miring kiri-kanan bergantian setiap 2 jam.Dan bila ada

radang atau asma cepat diatasi.

1.b Blood : Tekanan darah pada tahap awal tidak boleh segera diturunkan, karena dapat

memperburuk keadaan, kecuali pada tekanan darah sistolik > 220 mmHg dan atau

diastolik > 120 mmHg (stroke iskemik), sistolik > 180 mmHg dan atau diastolik > 100

mmHg (stroke hemoragik). Penurunan tekanan darah maksimal 20 %. Keseimbangan

cairan dan elektrolit perlu diawasi. Kadar gula darah (GD) yang terlalu tinggi terbukti

memperburuk outcome pasien stroke, pemberian insulin reguler dengan skala luncur

dengan dosis GD > 150 – 200 mg/dL 2 unit, tiap kenaikan 50 mg/dL dinaikkan dosis 2

unit insulin sampai dengan kadar GD > 400 mg/dL dosis insulin 12 unit.

1.c Brain : Bila didapatkan kenaikan tekanan intra kranial dengan tanda nyeri kepala,

muntah proyektil dan bradikardi relatif harus di berantas, obat yang biasa dipakai adalah

manitol 20% 1 - 1,5 gr/kgBB dilanjutkan dengan 6 x 100 cc (0,5 gr/Kg BB), dalam 15 –

20 menit dengan pemantauan osmolalitas antara 300 – 320 mOsm.

1.d Bladder : Hindari infeksi saluran kemih bila terjadi retensio urine sebaiknya dipasang

kateter intermitten.

1.e Bowel : pasang NGT bila didapatkan kesulitan menelan makanan. Kekurangan

albumin perlu diperhatikan karena dapat memperberat edema otak

2. Pengelolaan berdasarkan penyebabnya

2.a. Stroke iskemik

Page 27: Presus kuu

27

- Memperbaiki aliran darah ke otak (reperfusi)

Usaha menghilangkan sumbatan penyebab stroke merupakan upaya yang

paling ideal, obat trombolisis yang sudah di setujui oleh FDA adalah rt-PA

(recombinan tissue plasminogen activator) dengan dosis 0,9 mg/kgBB maksimal

90 mg (10% diberikan bolus & sisanya infus kontinyu dalam 60 menit).

Sayangnya bahwa pengobatan dengan obat ini mempunyai persyaratan pemberian

haruslah kurang dari 3 jam, sehingga hanya pasien yang masuk rumah sakit

dengan onset awal dan dapat penyelesaian pemeriksaan darah, CT Scan kepala

dan inform consent yang cepat saja yang dapat menerima obat ini.

- Prevensi terjadinya trombosis (antikoagualsi)

Obat yang dapat diberikan adalah heparin dengan dosis awal 1.000 u/jam cek

APTT 6 jam kemudian sampai dicapai 1,5 – 2,5 kali kontrol hari ke 3 diganti anti

koagulan oral

Obat anti agregasi trombosit mempunyai banyak pilihan antara lain aspirin

dosis 80 – 1.200 mg/hari mekanisme kerja dengan menghambat jalur

siklooksigenase.

- Proteksi neuronal/sitoproteksi

Obat-obatan tersebut antara lain :

o Piracetam, cara kerja secara pasti didak diketahui, diperkirakan

memperbaiki integritas sel, memperbaiki fluiditas membran dan

menormalkan fungsi membran. Dosis bolus 12 gr IV dilanjutkan 4 x 3 gr

iv sampai hari ke empat, hari ke lima dilanjutkan 3 x 4 gr peroral sampai

minggu ke empat, minggu ke lima sampai minggu ke 12 diberikan 2 x 2,4

gr per oral,. Therapeutic Windows 7 – 12 jam.

o Statin, diklinik digunakan untuk anti lipid, mempunyai sifat neuroprotektif

untuk iskemia otak dan stroke. Mempunyai efek anti oksidan

“downstream dan upstream”. Efek downstream adalah stabilisasi

atherosklerosis sehingga mengurangi pelepasan plaque tromboemboli dari

arteri ke arteri. Efek “upstream” adalah memperbaiki pengaturan eNOS

(endothelial Nitric Oxide Synthese, mempunyai sifat anti trombus,

vasodilatasi dan anti inflamasi), menghambat iNOS (inducible Nitric

Page 28: Presus kuu

28

Oxide Synthese, sifatnya berlawanan dengan eNOS), anti inflamasi dan

anti oksidan.

o Cerebrolisin, suatu protein otak bebas lemak dengan khasiat anti calpain,

penghambat caspase dan sebagai neurotropik dosis 30 – 50 cc selama 21

hari menunjukkan perbaikan fungsi motorik yang bermakna.

2.b. Stroke Hemoragik

- Pengelolaan konservatif Perdarahan Intra Serebral

o Pemberian anti perdarahan : Epsilon aminocaproat 30 - 36 gr/hari, Asam

Traneksamat 6 x 1 gr untuk mencegah lisisnya bekuan darah yamg sudah

terbentuk oleh tissue plasminogen. Evaluasi status koagulasi seperti

pemberian protamin 1 mg pada pasien yang mendapatkan heparin 100 mg

& 10 mg vitamin K intravena pada pasien yang mendapat warfarin dengan

prothrombine time memanjang.

Untuk mengurangi kerusakan jaringan iskemik disekeliling hematom

dapat diberikan obat-obat yang mempunyai sifat neuropriteksi.

- Pengelolaan konservatif Perdarahan Sub Arahnoid

o Bed rest total selama 3 minggu dengan suasana yang tenang, pada pasien

yang sadar, penggunaan morphin 15 mg IM pada umumnya diperlukan

untuk menghilangkan nyeri kepala pada pasien sadar.

o Vasospasme terjadi pada 30% pasien, dapat diberikan Calcium Channel

Blockers dengan dosis 60 – 90 mg oral tiap 4 jam selama 21 hari atau 15 –

30 mg/kg/jam selama 7 hari, kemudian dilanjutkan per oral 360 mg /hari

selama 14 hari, efektif untuk mencegah terjadinya vasospasme yang

biasanya terjadi pada hari ke 7 sesudah iktus yang berlanjut sampai

minggu ke dua setelah iktus.

- Pengelolaan operatif

Tujuan pengelolaan operatif adalah : Pengeluaran bekuan darah, Penyaluran

cairan serebrospinal & Pembedahan mikro pada pembuluh darah.

Yang penting diperhatikan selain hasil CT Scan dan arteriografi adalah

keadaan/kondisi pasien itu sendiri :

Page 29: Presus kuu

29

Faktor faktor yang mempengaruhi :

1. Usia

Lebih 70 th tidak ada tindakan operasi

60 – 70 th pertimbangan operasi lebih ketat

Kurang 60 th operasi dapat dilakukan lebih aman

2. Tingkat kesadaran

Koma/sopor tak dioperasi

Sadar/somnolen tak dioperasi kecuali kesadaran atau keadaan

neurologiknya menurun

Perdarahan serebelum : operasi kadang hasilnya memuaskan walaupun

kesadarannya koma

3. Topis lesi

• Hematoma Lobar (kortical dan Subcortical)

Bila TIK tak meninggi tak dioperasi

Bila TIK meninggi disertai tanda tanda herniasi ( klinis menurun )

operasi

• Perdarahan putamen

Bila hematoma kecil atau sedang tak dioperasi

Bila hematoma lebih dari 3 cm tak dioperasi, kecuali

kesadaran atau defisit neurologiknya memburuk

• Perdarahan talamus

Pada umumnya tak dioperasi, hanya ditujukan pada

hidrocepalusnya akibat perdarahan dengan VP shunt bila

memungkinkan.

• Perdarahan serebelum

Bila perdarahannya lebih dari 3 cm dalam minggu pertama maka

operasi

Bila perjalanan neurologiknya stabil diobati secara medisinal

dengan pengawasan

Bila hematom kecil tapi disertai tanda tanda penekanan batang otak

operasi

4. Waktu yang tepat untuk pembedahan

Page 30: Presus kuu

30

Dianjurkan untuk operasi secepat mungkin 6 – 7 jam setelah serangan

sebelum timbulnya edema otak , bila tak memungkinkan sebaiknya

ditunda sampai 5 – 15 hari kemudian.

Indikasi pembedahan pasien PSA adalah pasien dengan grade Hunt & Hest

Scale 1 sampai 3, waktu pembedahan dapat segera (< 72 jam) atau lambat

(setelah 14 hari). Pembedahan pasien PSA dengan Hunt &Hest Scale 4 –

5 menunjukkan angka kematian yang tinggi (75%).

3. Pencegahan serangan ulang

Untuk stroke infark diberikan :

• Obat-obat anti platelet aggregasi

• Obat-obat untuk perbaikan fungsi jantung dari ahlinya

• Faktor resiko dikurangi seminimal mungkin

Untuk stroke hemoragik mengendalikan / menghilangkan faktor risiko hipertensi maupun

kelainan pembuluh darah yang ada.

4. Rehabilitasi :

Rehabilitasi dilakukan sedini mungkin dengan mempertimbangkan keadaan

kardiovaskuler, perkembangan penyakitnya dan dilaksanakan sedini mungkin, dilakukan

dengan tujuan :

• Memperbaiki fungsi motorik

• Mencegah kontraktur sendi

• Agar penderita dapat mandiri

• Rehabilitasi sosial perlu dilakukan juga karena penderita biasanya jatuh dalam

keadaan depresi.

Page 31: Presus kuu

31

DAFTAR PUSTAKA

1. Kelompok studi serebrovaskuler & Neurogeriatri, PERDOSSI : Konsensus Nasional

Pengelolaan Stroke di Indonesia, Jakarta, 1999.

2. Kelompok studi serebrovaskuler & Neurogeriatri, PERDOSSI : Guideline Stroke 2000

Seri Pertama, Jakarta, Mei 2000.

3. National Institute of Neurological Disorders and Stroke: Classification of cerebrovascular

disease III. Stroke 1990, 21: 637-76.

4. World Health Organizations: Stroke 1989. Recommendations on stroke prevention,

diagnosis anf therapy. Stroke 1989, 20: 1407-31.

5. Toole J.F.: Cerebrovascular disorder. 4th edition, Raven Press, New York, 1990.

6. Pusinelli W.: Pathophysiology of acute ischemic stroke. Lancet 1992, 339: 533-6.

7. Sandercock P, Huub W, Peter S.: Medical Treatment of acute ischemic stroke. Lancet

1992, 339: 537-9.

8. CP Warlow, MS Dennis, J Van Gijn, GJ Hankey, PAG Ssandercock, JH Bamford,

Wardlaw. Stroke.A practical guide to management. Specific treatment of acute ischaemic

stroke Excell Typesetters Co Hongkong, 1996; 11; 385 – 429.,

9. Widjaja D. Highlight of Stroke Management. Pendidikan Kedokteran Berkelanjutan,

Surabaya 2002.

10. Gilroy J. Basic Neurology. Third Edition. Mc Graw Hill. New York, 2000 ; 225 -306

11. Hinton RC. Stroke, in Samuel MA Manual of Neurologic Therapeutics. Fifth Edition.

Litle Brown and Company Ney York 1995 ; 207 –24.

12. Feigin V. Stroke Panduan bergambar tentang pencegahan dan pemulihan stroke

(terjemahan). cetakan kedua. PT Buana Ilmu Populer. Jakarta. 2006

13. Adam HP, Del Zoppo GJ, Kummer RV. Management of stroke. 2nd Ed, Professional

communications inc New York, 2002

Page 32: Presus kuu

32