Upload
nona-zesifa
View
280
Download
105
Embed Size (px)
Citation preview
Sistem biliaris merupakan suatu saluran yang mengalirkan empedu dari hepar ke dalam duodenum.
Berdasarkan lokasinya terbagi menjadiintrahepatik dan ekstrahepatik.
Saluran Biliaris intrahepatik terdiri ataskanalikuli biliaris dan duktuli biliaris. Saluran Biliaris ekstrahepatik terdiri atas
duktus hepatikus kiri dan kanan, duktus hepatikus komunis, duktus sistikus, dan duktus koledokus serta vesica fellea
Terdiri dari :Ductus
hepaticus kanan & kiri.
Ductus hepaticuskomunis
Ductus choledochus.
Vesica fellea.Ductus
cysticus.
Keluar dari hepar pada porta hepatis.
Ductus kanan-kiri bersatu ductus hepaticuscommunisPanjang 4 cm.Pinggir kanan
bersatu dengan ductus cysticus (dari vesica fellea) Ductus choledochus
Bentuk huruf “S” Panjang 4 cm. Menghubungkan collum vesica fellea
dgn ductus hepaticus communis membentuk ductus choledochus.
Panjang 8 cm. Bersatu dengan
ductus pancreaticus
Bermuara pada ampulla vateri (dinding duodenum).
Bagian distal ductus choledochus & ampulla dikelilingi M. sphincter oddi
Terdiri dr : Fundus. Corpus. Collum
berlanjut sbg. ductus cysticus
FPA Kolesistografi oral dan IV Kolangiografi T-tube Endoscopic Retrograde
Cholangiopancreatography (ERCP) Percutaneous Hepatic Cholangiography
(PTC) USG Radionuklida (Ked. Nuklir) CT Scan MRI
Obstruksi Jaundice Kelainan kongenital Fistel Radang saluran empedu/cholangitis Cholesterolosis/disebabkan oleh
penimbunan kolesterol dalam epitel kandung empedu
Cholelitiasis/batu KE Tumor (adenokarsinoma) menyebabkan
ikterusobstruktif (cholestasis)
Ikterus : perubahan warna kulit dan mukosa menjadi kuning akibat peningkatan kadar bilirubin serum yang abnormal.
Alergi terhadap media kontras. Keadaan umum penderita yang
jelek
Saat ini sudah sangat jarang dilakukan digantikan oleh imaging lain (ERCP, USG, CT, MRI)
Mungkin gagal bila kadar bilirubin serum > 34 mol/L
Indikasi :Imaging pada patologi VF bila
tidak tersedia alat USG atau bila USG gagal menampakkan VF
PENGERTIAN : Adalah pemeriksaan secara radiologi
kandung empedu danductus ductusnya. Dengan menggunakan media kontras yang dimasukkan lewat mulut.
Tujua dari pemeriksaan ini adalah untuk menggambarkan anatomi, fisiologi dan patologi dari kandung empedu dan ductus ductusnya
INDIKASI DAN KONTRA INDIKASIIndikasi Colelitiasis (batu empedu) Colecytitis (radang empedu) Penyumbatan pada ductus-ductus Kelainan fungsi kandung empedu
Kontra Indikasi Alergi terhadap media kontras
PESAWAT SINAR-X
Kaset dan film 24 x 30 cm Grid/lysolm Gonad shield Marker Time marker Tempat mengaduk kontras Sendok, Gelas Media kontras
1. Biloptin(kapssul/granula/liquid)
2. Solubiloptin (podwer sachet)3. Telepaque
(tablet/podwer/liquid)4. Biliodyl (tablet)5. Orabilix
MEDIA KONTRASDipergunakan media kontras
senyawa iodiumMersifat fat saluble (larut dalam
lemak)Dapat diberikan dengan single
dosis sekaligus 12 tablet atau dengan metode fraksi (6 tablet sebelum diperiksa dan 6 tablet sebelum pemeriksaan
Derivat dari asam tri-iodobenzoat
Oral : Telepaque (Asam iopanoat), Biloptin (Na-iopodate) 6 capsul@500 mg Larut lemak dan air Diserap usus dan masuk VF
melalui sistem porta hepar diambil oleh sel hepar ekskresi ke dalam VF (maksimal dalam 12 jam) dibuang bersama feses
IV : Biliscopin (Meglumine iotroxat) Masuk melalui A.
hepatica ke hepar
Tahap I : persiapan Tahap II : preliminary
film Tahap III : kolesistografi
PERSIAPAN PASIEN 24 jam sebelum pemeriksaan
pasien diet makanan berlemak dan berserat
12 jam sebelum pemeriksaan minum obat kontras 6 tablet
8 jam sebelum pemeriksaan minum obat pencahar
Sebelum pemeriksaan pasien minum obat kontras lagi sebanyak 6 tablet
7. Central PointSetinggi Lumbal ke-2 (sekitar 1,25-2,5 cm dari margin terendah costae) dan 5 cm ke kanan dari MSP
TEKNIK PEMERIKSAAN Proyeksi PA (abdomen kanan atas)(untuk melihat gambaran kandung empedu
secara umum.1. Posisi pasien : Prone diatas meja
pemeriksaan.2. Posisi Objek : MSP tubuh pada pertengahan
kaset, batas bawah SIAS, Batas samping kanan tepi tubuh, batas atas dan kiri mrnyesuaikan.
3. CP : 4. CR : Vertikal tegak lurus terhadap kaset.5. Menggunakan kaset ukuran 24x 30
Central PointKurang lebih 7,5 cm kearah kanan dari Lumbal ke-3
LANJUTANFOTO LAO(untuk melihat gambaran kandung empedu
dan ductus-ductusnya1. Posisi Pasien : Prone diatas meja
pemeriksaan2. Posisi objek : menentukan batas abawah
SIAS, Batas samping kanan tepi tubuh, batas atas dan kiri menyesuaikan.
3.CP : Setinggi Lumbal ke-2 (sekitar 1,25-2,5 cm dari margin terendah costae) dan 5 cm ke kanan dari MSP)
4. CR : Vertikal tegak lurus terhadap kaset.
Central PointSetengah bagian kanan abdomen
FOTO RLD(untuk melihat gambaran kandung empedu
dan ductus-ductusnya)1. Posisi Pasien : recumben diatas meja
pemeriksaan2. Posisi Object : menentukan batas bawah
SIAS, batas samping kanan tepi tubuh, batas atas dan kiri menyesuaikan.
3. CP : Setinggi Lumbal ke-2 (sekitar 1,25-2,5 cm dari margin terendah costae) dan 5 cm ke kanan dari MSP
4. CR : Horizontal tegak lurus 5. Kaset : 24 x 30
Posisi Pasien Supine Posisi Obyek• Oblique dengan bagian kanan belakang
tubuh menempel di meja pemeriksaan dan bagian kiri tubuh menyudut 10-200 dengan meja pemeriksaan.• Kedua lengan difleksikan di atas kepala.
Central Ray Vertikal/tegak lurus
Central PointSekitar 2 inchi superior dari prone oblique (sekitar 7,5 cm kearah kanan dari lumbal ke-3 dan 2 inchi superior).
FFD 100 cm Ekspose: pasien tahan nafas saat ekspirasi.
Central PointAntara lumbal ke-1–5 (sekitar lumbal ke-3)
LANJUTAN Jika gambaran kandung empedu terlihat
(terisi kontras). Pasien diberikan makanan yang berupa lemak,(susu,roti mentega dan telur)
2 jam sesudah makan dibuat foto dengan posisi yang sama (PA, LAO, dan RLD)
Berikutnya dibuat spot foto sampai dengan4 jam dengan selang waktu setengah jam
Foto ini bertujua untuk melihat pengosongan kandung empedu
Foto AFM (After Fatty Meal) :Prone 20 derajat LAO30 menit pasca makan / minum yang berlemak fungsi pengosongan VF dan melihat batu kecil
Jika gambaran kandung empedu tidak terlihat maka fotodihentikan.
Indikasi terjadinya sumbatan pada ductus.
Gangguan saluran cerna ringan (mual, muntah, diare)
Reaksi alergi pada kulit (urtikaria, gatal,kemerahan)
Hati-hati pada pasien gout (asam urat tinggi) memicu serangan akut
PENGERTIANpemeriksaaan radiografi pada traktus biliaris denganmemasukkan media kontras positif secara intravena.
IVC jarang dilakukan karena angka kejadian reaksi media kontras cukup tinggi dan adanya prosedur/modalitas lainnya.
INDIKASI• Untuk evaluasi duktus biliaris pada pasien dengan
cholecystectomi.• Untuk evaluasi duktus biliaris pada non-
cholecystectomi pasien.• Pada kasus dimana biliary tract tidak nampak
padapemeriksaan OCG.
• Pada kasus dimana karena vomiting dan diarrhea, pasien tidak mampu menerima pemasukan media kontras secara oral.
KONTRA INDIKASI• Pasien dengan liver desease.
• Non-intact duktus biliaris.• Pasien dengan peningkatan bilirubin (lebih dari 2mg/dl).
• Untuk pasien dengan obstructive jaundice dan post cholecystectomy.
PERSIAPAN ALAT• Pesawat sinar-x
• Kaset dan film 24 x 30, Grid/lysolm, Marker• Kapas alkohol atau wipes.• Handuk atau spon untuk bantalan lengan• Gonad shield
• Peralatan kegawat daruratan (tabung O2, alat suction, dan lain-lain)• Spuit, Needle• Media kontras iodipamide (biligrafin forte) 50%
ataubiligrafin 30%
Media kontras biasanya diinjeksi melalui vena cubiti yang selanjutnya melalui jantung dan diedarkan melalui arterial circulation. Media kontras tiba di liver melalui arteri hepatika dan vena porta, media kontras akan mengalami perubahan biokimia dan disekresikan oleh bile dan ditampung di gall bladder.
Radiograf dibuat dengan interval 10 menit sampai didapat gambaran yang optimal. Opacity maximal biasanya pada 30-40 menit post injeksi.Pada kasus-kasus tertentu, pemeriksaan bisa dilakukan hingga 2 jam post injeksi (gall bladder terisi penuh).Radiograf kembali diambil 10-20 menit setelah fatty meal dilakukan.
1. PA (scout)Untuk mengetahui menentukan posisi dan FE.
Posisi Pasien Prone
Posisi Obyek
• Kepala diberi bantal.• Kedua
tangan di samping kepala.
• Tungkai bawah lurus dengan suport pada ankle.
• Setengah bagian kanan tubuh berada pada pertengahan kaset (sthenik) dan gallblader lebih horizontal, 5 cm lebih tinggi dan lateral untuk hypersthenik, untuk asthenic gallblader vertikal dan 5 cm lebih rendah dan dekat midline.• Pastikan tidak ada rotasi pada pelvis.
Central Ray Vertikal/tegak lurus
Central PointSetinggi Lumbal ke-2 (sekitar 1,25-2,5 cm dari margin terendah costae) dan 5 cm ke kanan dari MSP
FFD100 cm
Ekspose: pasien tahan nafas saat ekspirasi.
2. InjeksiInformasikan pada pasien, kemungkinan adanya hot flush saat media kontras diinjeksikan
3. Post injeksi (AP Oblique (RPO)) Posisi
Pasien Supine
Posisi Obyek
• Oblique dengan bagian kanan belakang tubuh menempel di meja pemeriksaan dan bagian kiri tubuh menyudut 10-200 dengan meja pemeriksaan.• Kedua lengan difleksikan di atas kepala.
Central Ray Vertikal/tegak lurus
Central PointSekitar 2 inchi superior dari prone oblique (sekitar 7,5 cm kearah kanan dari lumbal ke-3 dan 2 inchi superior).
FFD 100 cm Ekspose: pasien tahan nafas saat
ekspirasi
Pemeriksaan T-tube Cholangiografi: pemeriksaan radiologis traktus billiari lewat pipa berbentuk huruf T yang dimasukkan melalui duktus koledokus.
Tujuan pemeriksaan ini adalah untuk menunjukkan ukuran dan kejelasan (patency) duktus-duktus, keadaan spingter ampula hepatopankreatikus, dan untuk mengetahui adanya sisa-sisa
atau batu-batu yang tidak terdeteksi sebelumnya atau kondisi patologis yang lain
Persiapan Pasien1. Tabung drainase diklem dengan
korentang sehari sebelum pemeriksaan untuk membiarkan tabung penuh dengan empedu, sebagai tindakan pencegahan masuknya gelembung-gelembung udara ke duktus- duktus, yang seolah-olah seperti batu kolesterol.
2. Tidak diperlukan makanan pendahuluan (pasien puasa).
3. Jika diperlukan pemberian enema (lavement) diatur kurang lebih satu jam sebelum pemeriksaan
Persiapan Alat1. Pesawat sinar-X yang dilengkapi dengan
fluoroskopi dan penguat gambar (Image Intensifier) yang dihubungkan dengan televisi monitor.
2. Pipa berbentuk huruf T (T-tube)3. Spuit.4. Bengkok.5. Baju pasien.6. Marker.7. Media kontras.8. Obat-obat emergensi untuk mengatasi
alergidan syok
1. Terbuat dari bahan halus, fleksibel, tidak mengandung racun, kegunaan dalam waktu panjang.
2. Silikon yang lembut akan mengurangipergeseran pada permukaan organ.
3. Terlihat garis radioopaque sepanjang tube.
4. Panjang: 20x60 cm5. Size:fg: 10, 12, 14, 16 & 186. Batas dalam dari kotak 50 pcs7. Penggunaan dalam keadaan
steril.
T-TUBE
Media kontras yang digunakan untuk pemeriksaan T-tube Cholangiografi adalah yang larut dalam air, media kontras organik. Kepadatan (densitas) media kontras yang direkomendasikan tidak dari 25-30%, karena batu-batu kecil mungkin tidak terdeteksi pada konsentrasi tinggi misal Iopamiro 300
Media kontras yang digunakan adalah Ultravistyang sudah dicampur aquabides dengan perbandingan 1:1 sebanyak 20 cc
Foto Pendahuluanpemotretan di daerah abdomen kuadran kanan atas sebelum dilakukan pemasukan media kontras, adapun tujuan dari pemotretan foto pendahuluan ini adalah melihat persiapan penderita, menilai kelainan-kelainan anatomi dari organ traktus biliaris, dan menentukan pemakaian proyeksi dan faktor eksposi selanjutnya
Posisi pasien : Berbaring terlentang dengan kedua tangan berada di atas dada dan di bawah kedua lutut diberiganjalan. MSP tubuh diatur pada pertengahan mejaatau grid.
Posisi objek : Abdomen diatur pada pertengahan kaset dengan batas atas prossesus xipoideus dan batas bawah simpisis pubis.
Arah sinar : Vertikal tegak lurus pada pertengahan grid setinggi pertengahan kedua krista illiaka.
Eksposi : Saat pasien ekspirasi dan tahan nafas Kaset: Ukuran 35 x 43 cm Kriteria : Tampak batas atas vertebra thorakalis XI dan
batas bawah simpisis pubis, kolumna vertebra pada pertengahan radiograf, dinding bagian abdomen bagian lateral dan lemak properitonial, muskulus psoas, batas bawah hati, dan kedua ginjal, serta beberapa tulang iga bawah
Setelah dilakukan plane foto, kemudian radiolog menyiapkan spuit 20 cc yang telah berisi media kontras (iopamiro) dengan memposisikan pasien tidur terlentang. Kontras dimasukkan sedikit demi sedikit (40cc-50cc) sambil diikuti dengan fluoroskopi dan radiografer melihat pada TV monitor apakah media kontras sudah masuk apa belum dan apakah kateternya masih terpasang dengan baik apa tidak sambil mengambil gambaran sesuai dengan kebutuhan.
PROYEKSI (OBLIK KANAN AP)Tujuan dilakukan proyeksi ini adalah untuk mengetahui bagaimana pemasukan media kontras pada duktus-duktus sampai masuk ke duodenum.Posisi pasien : Pasien diatur dalam posisi tidur terlentang, proyesikan 350–450 RPO dengan ganjalan bantal di kepala.Posisi obyek: Lengan ditekuk dan letakan di depan kepala, lengan satunya diletakkan ke bawah di samping tubuh. Lutut ditekuk untuk menahan posisi ini. MSP tubuh diatur pada pertengahan meja.Arah sinar : Vertikal tegak lurus menuju pertengahan kaset Setinggi krista iliaka 1 inchi ke sisi yang terangkat dari MSP.FFD minimum 40 inchi (100 cm)
Pemasukan media kontras dengan cara dua kali pemasukkan media kontras dengan menggunakan spuit ukuran 20cc, pada pertengahan pemeriksaan kadang kateter yang telah terpasang pada pasien di klem. Gunanya untuk cairan media kontrasnya tidak balik atau agar cairan empedu tidak keluar.
Setelah media kontras masuk semua, jika kondisi masih kurang menampakkan klinisnya atau bentuk empedu masih superposisi dengan tulang belakang maka posisi pasien di oblikkan dengan proyeksi RPO dan dilanjutkan dengan proyeksi LPO jika masih kurang menegakkan diagnosa.
Kaset: Ukuran 24x30 cmKriteria : Tampak duktus hepatikus kanan, duktus hepatikus komunis, T-tube, duktus koledokus, duktus pankreatikus, media kontras di dalam duodenum
Dalam hal ini yang dimaksudkan adalah proyeksilateral kanan dengan tujuan untuk memperlihatkan cabang anatomi duktus-duktus hepatikus, juga untuk mendeteksi ketidak normalan yang tidak bisa ditunjukkan dengan posisi lain.
Posisi pasien : Pasien diatur dalam posisi miring ke kanan kedua tangan sebagai bantalan kepala dan kedua paha serta lutut ditekuk.
Posisi obyek :Kwadran atas abdomen diatur agar masuk lapangan penyinaran.
Arah sinar : Vertikal tegak lurus menujupertengahan kaset atau grid.
Kaset Kriteri
a
: Ukuran 24 x 30 cm: Tampak lokasi T-tube secara anteroposterior dan tampak ampula hepato
pankreatikus
Endoscopic Retrograde Choledoco Pancreatography (ERCP) adalah pemeriksaan radiografi pada pankreas dan sistem billiary dengan bantuan media kontras positif dan menggunakan peralatan fiber optik endoskopi untuk menegakkan diagnosa. Atau suatu teknik yang mengkombinasikan endoskopi dan flouroscopy untuk mendiagnosa dan menangani masalah yang berkaitan dengan duktus biliaris dan duktus pankreatikus.
Ikterus obstruktif Oral dan intravena cholecystography
gagal Pancreatic disease Jaundice obstruktif Batu empedu Tumor saluran empedu Bile Duct
Injury (TraumaTerapeutik/Iatrogenik) Disfungsi (Sphincter of Oddi) Tumor pankreas
Infark Miokard Anafilaksis Penyakit
kardiopulmonal Pyloric Stenosis Acute pancreatitis Glaucoma Pseudocyst
Pesawat x-ray dan fluoroscopy C-arm Baju pasien Peralatan proteksi diri seperti : gonad
shield,lead apron dan thyroid shield
Kaset dan film sesuai ukuran Anastesi Media kontras Obat-obatan dan peralatan emergency Fiber optic endoscope Pemeriksaan dilalukan dengan bantuan
fluoroscopy dan TV monitor
Fiber optic endoscope, yakni satu bendel glass fibre disatukan dan xenon light illuminator. Ditengah alat ini ada saluran untuk masuk kateter untuk memasukan kontras media
Pemeriksaan dilalukan dengan bantuan fluoroscopy dan TV monitor
1. PASIEN PUASA 5-6JAM SEBELUM PEMERIKSAAN DIMULAI2. Pasien diminta menginformasikan tentang
obat- obatan yang dikonsumsi3. Pemeriksaan darah lengkap dilakukan 1-
2 hari sebelumnya4. Bila diperlukan, pasien dapat diberikan
antibiotik5. Inform consent6. Plan foto abdomen7. Premidikasi : Ameltocaine lozenge 30 mg8. Kontras media :
Untuk panceatic duct --> Angiografin 65% atau sejenisnya
Untuk billiary duct --> Conray 280 atau sejenisnya
Pasien miring disisi kiri pada meja pemeriksaan
Endoskop dimasukan melalui mulut ke dalam osophagus selanjutnya melewati gaster melalui duodenum
Endoskopi diposisikan pada bagian tengah duodenum dan papilla Vateri
Poly kateter diisi kontras media ( beradadipertengahan endoskopi)
Biasanya pancreatic duct diisi kontras media selanjutnya billiary duct
Dibuat spot foto dipandu dengan fluoroscopy
Pasien dimonitor hingga efek dari obat- obatan hilang
Setelah pemeriksaan : pasien mungkin akan mengalami perasaan tidak nyaman pada tenggorokan, kembung & nausea (udara yg masuk).
Komplikasi yg mungkin muncul : pancreatitis, perforasi, pendarahan ataupun reaksi alergi akibat sedative.
Informasikan pada pasien untuk melaporkan apabila muncul fever, nyeri yang hebat ataupun pendarahan.
PERCUTANEOUS TRANSHEPATIC CHOLANGIOGRAPHY (PTC) ADALAH TEKNIK PEMERIKSAAN LAIN DARI CHOLANGIOGRAPHY UNTUK MEMPERLIHATKAN SALURAN EMPEDU SEBAGAI TINDAKAN PREOPERASI
PERSIAPAN PASIEN1. Pasien rawat inap di suatu rumah sakit.2. Pada malam hari sebelum pemeriksaan, pasien
hanya diperbolehkan minum air putih saja. Tidak diperbolehkan mengkonsumsi makanan yang padat (keras) setelah tengah malam.
3. Puasa 4 jam sebelum pemeriksaan.4. Jika pasien mempunyai riwayat diabetes dan telah
diberi insulin (hormon yang dihasilkan oleh sel-sel pulau Langerhans, kelenjar asam lambung), berilah penjelasan kepada dokter tentang perubahan dosis insulin untuk tiap harinya selama proses pemeriksaan.
5. Sebelum prosedur dilakukan, antibiotik akan disuntikkan melalui Intra Vena (IV) untuk mencegah infeksi. Selain itu, selang Intra Vena juga digunakan untuk memberikan obat- obatan lain dan cairan selama prosedur.
6. Setelah selesai melakukan prosedur pengaliran cairan empedu, pasien akan melakukan tes darah
PERSIAPAN ALAT DAN BAHANalat dan bahan steril dan non steril. Alat dan bahan steril, antara lain jarum Chiba ukuran 23 F gauge, guide wire, bengkok, alat bedah, duk steril, spuit 5 ml dan 50 ml, hand scoen dan baju steril. Sedangkan alat dan bahan non steril, meliputi pesawat sinar-X dan fluoroskopi, media kontras (Iopamiro 40-60 ml) alkohol, iodium, lidocain atau obat anastesi lain, apron, kaset dan film ukuran 24 x 30 cm sebanyak 4 buah dan 30 x 40 cm sebanyak 1 buah.
Menurut Bontrager (2001), daerah tempat penusukan jarum yaitu di daerah intercostal VII dan VIII, pada garis mid axilla kanan, setinggi vertebrae thoracal ke 12, atau dibawah arkus aorta pada kuadran kanan atas abdomen menembus hati ke arah cranio lateral. Pada penusukkan dari arah lateral, jarum diarahkan 30º kearah kranial pada bidang horizontal, dengan arah kira-kira ke percabangan duktus billiaris intra hepatika, yaitu daerah yang mengandung cabang- cabang besar duktus billiaris.
Setelah daerah yang dipilih untuk tempat penusukkan ditentukan, kemudian daerah tersebut disterilkan dengan iodium dan alkohol, kemudian dipasang duk dan dilakukan anastesi lokal dengan procain 1% atau xilocain 1%. Sebelum jarum ditusukan, ditentukan terlebih dahulu bentuk dan besarnya hati serta letak diaphragma. Ini dilakukan untuk melakukan arah jarum, kemudian jarum dan stylet ditusukkan pada daerah yang dipilih dan telah dilakukan anastesi sebelumnya, saat penusukkan pasien diminta untuk tahan nafas. Penusukan jarum diikuti dengan fluoroskopi.
Apabila duktus biliaris tidak dapat tertusuk pada percobaan yang pertama, maka dibuat lagi tusukan dengan mengarahkan jarum sedikit ke arah posterior. Bila tidak berhasil lagi, dapat dibuat tusukan ke arah anterior. Tusukan dapat dilakukan maksimal 6 kali
Sebelum prosedur dilakukan, pemeriksaan akan dimulai dari Intra Vena. Dokter spesialis intervensi radiologi akan melakukan anestesi lokal pada area tertentu. Pengaliran cairan empedu mempunyai 3 (tiga) langkah pokok, yaitu1. Penyuntikan sebuah jarum memasuki
saluran empedu.2. Pemasukan sebuah guide wire lebih
jauhmamasuki saluran.
3. Pemasangan sebuah kateter pengaliran (drainage catheter) hingga ujung kawat (guide wire).
Radiograf post PTC menunjukkan kawat basket (tanda panah) menyimpan batu disekitarnya
Radiograf PTC dengan kateter drainase pada tempatnya
Metode pemasukan media kontras, pasien tidur supine dan area penusukan jarum, jaringan dalam dan liver dianastesi lokal lalu tunggu selama beberapa waktu agar anestesi bereaksi. Dibawah layar fluoroskopi, jarum Chiba ditusukan ke hati dengan tahan nafas, saat posisi sudah benar pasien diperbolehkan bernafas lembut dengan teratur.
Spuit dilepas dari jarum dan spuit yang berisi kontras dipasang, media kontras disuntikan dibawah layar flouroskopi. Media kontras yang biasanya dipakai adalah methyl glukamine 30 atau urografin 60, kurang lebih sebanyak 30-40 cc. Dengan bantuan fluoroskopi atau TV monitor jarum pelan–pelan ditarik keluar beberapa mili meter, pada setiap penarikan disemprotkan 1 – 2 ml media kontras sampai kontras habis.
Setelah jarum dimasukkan, diperiksa juga apakah ada cairan empedu yang keluar. Ini menandakan bahwa jarum telah menusuk jaringan hati atau masuk duktus biliaris.
Tindakan untuk mengatasi reaksi terhadap media kontras adalah :1. Memasang oksigen untuk mengatasi keadaan shock,
pasien sesak nafas.2. Memberikan obat anti alergi baik intra muskuler atau
intra vena menurut petunjuk dokter.
Hasil radiograf dari pemasukan media kontras yang pertama
Radiograf keduatelah dipasang guidewire
istirahat total selama 12 jam selalu diawasi keadaan umumnya,
tekanandarah, denyut nadi dan suhu badan.
perhatikan tanda – tanda timbulnya rasa sakit disekitar perut dan terjadinya kenaikan suhu badan
pemberian obat – obatan antibiotik